Anda di halaman 1dari 13

BAB 10

Pengantar Logika Predikat dan


Komponen-Komponen Sintaktik
Oleh : Hasanuddin Sirait

10.1 Pendahuluan
Logika predikat adalah cara untuk menyelesaikan argumen yang tidak dapat
diselesaikan dengan logika proposisi disimbolkan dengan “=”.
Contoh :
1) Semua mahasiswa pasti pandai
2) Badu seorang mahasiswa
3) Dengan demikian, Badu pasti pandai
Jika argumen diatas akan dibuktikan validitasnya dengan logika proposisi,
dengan mengikuti prosedur logika proposisi dengan menentukan variabel-
variabel proposisi.
A = Semua mahasiswa pasti pandai
B = Badu seorang mahasiswa
C = Badu pasti pandai
Selanjutnya akan menjadi :
A premis 1
B premis 2
∴ 𝐶 Kesimpulan
Jadi dalam bentuk ekspresi logika akan menjadi (𝐴 ∧ 𝐵) → 𝐶
Dengan bentuk ekspresi logika berikut tidak ada hukum logika proposisional
yang dapat digunakan untuk membuktikan validitas argumen tersebut.
Karena tidak ada yang dapat menghubungkan ketiga proposisi tersebut.
Jadi suatu argumen, memang ada yang tidak dapat ditangani oleh logika
proposisional. Oleh karena itu, logika proposisional dikembangkan menjadi
Hasanuddin Sirait 1
logika predikat (predicate logic) atau kalkulus predikat atau lengkapnya first
order predicate logic (fopl).
Contoh :
“Badu dan Dewi berpacaran”
Dalam logika proposisional pernyataan diatas dipecah menjadi dua
pernyataan, “Badu berpacaran” dan “Dewi berpacaran “ . Hasilnya tidak
diketahui dengan siapa. Badu atau Dewi berpacaran.
Dengan logika predikat, kata “berpacaran” adalah predikat, sedangkan
Badu dan Dewi adalah entitas yang dihubungkan oleh predikat, disebut
term. Sebagai pelengkap term dan predikat, biasanya menggunakan
kuantor (quantifiers), sedangkan prosesnya disebut pengkuantoran
(quantification). Kuantor mengindikasikan berapa banyak perulangan pada
pernyataan tertentu yang bernilai benar. Kuantor terdiri (Diantry, 2020) :
a. Kuantor universal (universal quantifiers) yang mengindikasikan
suatu pernyataan selalu benar.
b. Kuantor eksistensial (existential quantifiers) yang mengindikasikan
bahwa suatu pernyataan kadang-kadang bernilai benar atau
mungkin juga salah.

10.2 Komponen Komponen Sintak


Yang dimaksud dengan komponen-komponen sintak adalah bentuk bentuk
dan objek dalam logika predikat yang terdiri dari TERM, PRDIKA, KUANTOR.
Penjelasan dari masing-masing objek ini adalah sebagi berikut (Dr. Ir. Agus
Wibowo, M.Kom, M.Si, 2022) :
1. TERM. Term atau subjek sama seperti kata benda atau kata ganti
atau bisa juga disebut objek. Contoh : Badu, manusia, angka, x, dll.
2. PREDIKAT. Properti dari subjek atau sesuatu yang menjelaskan
subjek. Contoh : >5, berpacaran, dll.
3. KUANTOR. Kuantor untuk mengindikasikan jika suatu pernyataan
bernilai benar, kadang benar atau tidak pernah benar. Contoh :
semua, ada, beberapa, sebagian, dll.
Pemberian nilai benar dan salah tergantung pernyataan tersebut dan
universe of discourse yang membentuknya. Kemudian dilakukan proses
pengkuantoran jika dijumpai kata yang menunjukkan jumlah tertentu.

Hasanuddin Sirait 2
10.3 Fungsi Predikat
Logika Predikat adalah perluasan dari logika proposisi dimana objek yang
dibicarakan dapat berupa anggota kelompok.
Logika Proposisi (ingat kembali) menganggap proposisi sederhana (kalimat)
sebagai entitas tunggal. Sebaliknya, logika predikat membedakan subjek
dan predikat dalam sebuah kalimat.
Ingat tentang subjek dan predikat dalam kalimat?

Predikat menghasilkan penjelasan tentang individual atau subjek dari


pernyataan tersebut (term).
Contoh :
1) Nani adalah ibu dari Ratna : True
2) Dumbo seekor gajah : False
3) Penjumlahan 2 dengan 3 adalah 5 : False
Pertanyaan : tentukan predikat masing-masing pernyataan.
Penerapan Logika Predikat merupakan notasi formal untuk menuliskan
secara sempurna definisi, aksioma, teorema matematika dengan jelas,
tepat dan tidak ambigu pada semua cabang matematika.

Logika predikat dengan simbol-simbol fungsi, operator “=”, dan beberapa


aturan pembuktian cukup untuk mendefinisikan sistem matematika
apapun, dan juga cukup untuk membuktikan apapun yang dapat dibuktikan
pada sistem tersebut (Hartatik, 2017).

10.4 Fungsi Proposisi


Logika predikat dapat digeneralisir untuk menyatakan fungsi proposisi
dengan banyak argument (disebut dengan Proposisi terbuka).
Contoh :
Misalkan P(x,y,z) = “x memberikan pada y nilai z”, maka jika x=“Mike”,
y=“Mary”, z=“A”, maka P(x,y,z) = “Mike memberi Mary nilai A.”

Hasanuddin Sirait 3
Contoh :
x - 3 > 10
Misalkan kita sebut fungsi proposisi ini sebagai P(x), dimana P adalah
predikat dan x adalah variabel.
Pertanyaan :
Apakah nilai kebenaran kebenaran dari P(2) ? Salah
Apakah nilai kebenaran kebenaran dari P(8) ? Salah
Apakah nilai kebenaran kebenaran dari P(9) ? Benar

Contoh :
Tinjau fungsi proposisi Q(x, y, z) yg didefinisikan: z x + y = z.
Disini, Q adalah predikat dan x, y, and z adalah variabel.
Pertanyaan :
Apakah nilai kebenaran kebenaran dari Q(2, 3, 5)? Benar
Apakah nilai kebenaran kebenaran dari Q(0, 1, 2)? Salah
Apakah nilai kebenaran kebenaran dari Q(9, -9, 0)? Benar

Pada logika predikat, setiap predikat diberi nama yang diikuti oleh daftar
argumen. Daftar argumen ditutup dengan tanda kurung biasa. Predikat
(term1, term2)

Contoh ; “Nani adalah ibunya Ratna”


Dengan konstanta “ibu” untuk mengekspresikan predikat “adalah ibu dari”.
Ditulis : ibu(Nani, Ratna)

Cara penulisan dapat diganti menjadi variabel-variabel. M untuk predikat, n


untuk Nani dan r untuk Ratna. Sehingga dapat ditulis : M(n,r).
M(n,r) disebut fungsi proposisional. Pernyataan A(x) disebut nilai fungsi
proposisional A pada x.

Aturan penulisan fungsi proposisional :


1. Predikat ditulis dengan huruf besar. Term ditulis dengan huruf kecil
2. Untuk individu tertentu, misalya nama orang, ditulis dengan abjad
pertama huruf kecil.

Hasanuddin Sirait 4
3. Untuk individu yang umum, misalnya manusia atau binatang, ditulis
x,y,z.
4. Perhatikan urutan term. Ibu(Ratna, Nani) berbeda dengan ibu
(Nani, Ratna).

Contoh :
1. Dumbo seekor gajah. G(d) dibaca Gajah Dumbo.
2. Mahasiswa pandai. P(x) dibaca mahasiswa pandai.
Jawaban : Jumlah elemen dalam daftar predikat disebut aritas dari predikat.
“ibu(Ratna,Nani)” memiliki 2 varitas. Suatu predikat tidak dapat
memiliki varitas yang berbeda-beda.

Contoh :
1. Penjumlahan dari 2 dengan 3 adalah 6
2. Penjumlahan dari 2,3 dan 4 adalah 9
Jawaan : Karena predikatnya sama, maka bedakan predikatnya. Sehingga
ditulis jumlah2(2,3,6) dan jumlah3(2,3,4,9).

Predikat yang diikuti daftar term disebut rumus atomik. Rumus atomik ini
dapat digabung dengan rumus atomik lain dengan perangkai. Misalnya :
Ibu(Ratna,Nani)→ ~ibu(Nani, Ratna)

Hasil rumus atomik adalah benar atau salah. Jika predikat memiliki 2
argumen, pemberian nilai dapat diberika dengan baris menunjuk argumen
pertama, dan kolom menunjuk argumen kedua. Misalnya pemberian nilai
pada predikat “lebih besar dari “ adalah benar jika argumen pertama lebih
besar dari argumen kedua. Jadi “lebih besar(4,3) bernilai T sedangkan
“lebihbesar(3,4) bernilai F.
1 2 3 4
1 F F F F
2 T F F F
3 T T F F
4 T T T F

Hasanuddin Sirait 5
Contoh : Mengubah pernyataan menjadi ekspresi logika predikat. “Ada
seseorang yang mengenal setiap orang.”
Jawaban :
Kenali termnya sebagai variabel umum. Ubah menjadi pernyataan “ Ada x,
yang x kenal semua y”. ubah sebagian demi sebagian menjadi logika
predikat.
Langkah 1. Potongan “x kenal y” menjadi K(x,y)
Langkah 2. Jadikan potongan “x kenal semua y” menjadi (∀𝑦)𝐾(𝑥, 𝑦)
Langkah3. Jadikan pernyataan “adax, x kenal semua y” menjadi
(∃𝑥)(∀𝑦)𝐾(𝑥, 𝑦)

10.5 Pengembangan Fungsi Proposisi


Tujuan pengembangan penulisan simbol dengan logika predikat selalu
berhubungan dengan objek-objek (Dr. Ir. Agus Wibowo, M.Kom, M.Si,
2022). Objek dapat diganti dangan konstanta individual atau variabel. Jika
ada pernyataan “Ratna adalah sekretaris” dapat ditulis S(r) , dengan r
menggantikan “objek” atau “konstanta individual” berupa Ratna. Tetapi bila
pernyataan sebagai berikut :
“Ayah Badu menggemari sepakbola”
Ditulis : (∃𝑥) 𝐴(𝑥, 𝑏) ∧ 𝐺(𝑥, 𝑠)
Dibaca : “Badu sedikitnya memiliki satu ayah dan ayahnya tersebut
menggemari sepakbola”.
Tentunya terdengar aneh, karena tidak mungkin seseorang memiliki ayah
sekurang-kurangnya satu. Ide dari pengembangan fungsi proposisi adalah
agar mampu menunjukkan satu individu yang khusus dan unik. Maka pada
kasus diatas, logika predikat ditulis G(a(b),s). dengan a sebagai fungsi
“ayah”. Jadi “ayah Badu” dinyatakan dengan a(b), sedangkan “kakek Badu”
dinyatakan a(a(b)) atau ayah dari ayah Badu.

10.6 Variabel Instansiasi


Pada term yang bersifat umum variabel digunakan untuk mengatasinya.
Contoh :
1) Gajah(x) → punyabelalai(x)
2) Telur(y) ∧ putih(y)

Hasanuddin Sirait 6
3) Nilai(x) → (𝑥 ≥ 0) ∧ (𝑥 ≤ 100)
Ekspresi dapat di beri nama, misalnya A = Gajah(x) → punyabelalai(x). Jika
dibuat fungsi proposisi akan menjadi A= G(x) → B(x)
Definisi : suatu ekspresi logika disebut variant dari (∀𝑥)𝐴 jika ia
berbentuk (∀𝑦)𝑆 𝐴, dimana y adalah variabel, dan 𝑆 𝐴
adalah ekspresi dari A dengan mengganti x dengan y. jadi,
bentuk (∃𝑥)𝐴 sama saja dengan bentuk (∃𝑦)𝑆 𝐴.
Secara umum jika A suatu ekspresi logika, maka ekspresi logika yang
mengganti semua variabel dengan term berupa t dengan 𝑆 𝐴. Akan ditulis
menjadi 𝑆 𝐴 yang sama dengan :
gajah(Dumbo) →punyabelalai(Dumbo) atau G(d) →B(d)

10.7 Domain Penafsiran (Universe of Discourse)


Universe of discourse atau domain digunakan untuk menghilangkan
ambiguitas atau penafsiran antara satu dengan lainnya (Chaer and Dr.
Liliana Muliastuti, 2016).
Definisi : Universe of discourse atau domain adalah kumpulan dari semua
orang, ide, simbol, struktur data, dan lain-lain yang
mempengaruhi argumen logis dengan batasan tertentu.
Elemen atau bagian dari universe of discourse disebut
individual-individual.
Domain penafsiran kuantor sangat penting untuk menentukan jenis
kuantor yang akan digunakan serta mempengaruhi penulisan simbol.
Contoh .
Setiap orang mencintai Manado.
Ditulis : (∀𝑦)𝐶(𝑦, 𝑗).
Dibaca : dibaca “untuk semua y, y mencintai Manado”.

Dengan demikian domain penafsiran seseorang untuk “y” bisa manusia


atau makhluk hidup apapun. Domain demikian menjadi kacau karena yang
dimaksud dalam pernyataan adalah orang (Indit Rahmawati, 2016). Untuk
menafsirkan bahwa “y” adalah orang.
Ditulis : (∀𝑥)(𝑂(𝑦) → 𝐶(𝑥, 𝑗)).

Hasanuddin Sirait 7
Dibaca : “untuk semua y, jika y adalah orang, maka y mencintai
Jogjakarta”, atau lebih tepatnya dibaca “untuk semua y,
jika y mempunyai properti berupa O, maka y membawa
relasi C ke j”.
Contoh 1.
Seseorang dicintai oleh semua orang. Ditulis dengan logika predikat
: (∃𝑥)(∀𝑦)𝐶(𝑦, 𝑥). (dibaca “ada x, semua y, y mencintai x”).
Ditulis : (∃𝑥)(𝑂(𝑥) ∧ (∀𝑦) 𝑂(𝑦) → 𝐶(𝑦, 𝑥) ).
Dibaca : ada x, yang mana x adalah orang dan semua y, jika y adalah
orang juga, maka y mencintai x”.
Jika pengkuantoran ternyata malibatkan lebih dari satu jenis kuantor
kuantor dapat dicontohkan pernyataan sebagai berikut :
“Dua bilangan apa saja dapat dijumlahkan.”
Ditulis : (∀𝑥)(∀𝑦)(∃𝑧)(𝑥 + 𝑦 = 𝑧)
Dibaca : “untuk semua x dan semua y, maka ada z tertentu yang
merupakan hasil penjumlahan x dengan y”.
Dari pernyataan logika predikat diatas, untuk dapat memberikan nilai benar
dan salah adalah sebagai berikut (Pernandes and Asmara, 2020) :
Contoh :
T(x,y), menggantikan “x + y = 0”
Pertanyaan :
Berilah nilai pada : 1) (∃𝑦)(∀𝑥)𝑆(𝑥, 𝑦)
2) (∀𝑥)(∃𝑦)𝑆(𝑥, 𝑦)
Jawaban :
1) (∃𝑦)(∀𝑥)𝑆(𝑥, 𝑦), dibaca : “Ada bilangan real y yang mana untuk
semua bilangan real x, x + y = 0 adalah benar”. Dengan demikian
berapapun nilai bilangan real y, maka hanya ada satu nilai real x
yang menyebabkan x + y = 0 bernilai benar. Jika memilih nilai bukan
real, maka pernyataan tersebut salah.
2) (∀𝑥)(∃𝑦)𝑆(𝑥, 𝑦), dibaca “Untuk semua bilangan real x ada
bilangan real y yang S(x,y) bernilai benar”. Dengan demikian jika
apapun bilangan real x, maka hanya satu bilangan real y yang
memberikan nilai “x + y = 0”
Nilai benar atau salah pada pengkuantoran ganda dapat dilihat
pada tabel berikut :
Hasanuddin Sirait 8
Tabel: Kuantor Ganda
Pernyataan Jika benar Jika salah
(∀𝑥)(∀𝑦)𝐴(𝑥, 𝑦) A(x,y) benar untuk Ada pasangan x,y yang
(∀𝑦)(∀𝑥)𝐴(𝑥, 𝑦) semua pasangan x,y mana A(x,y) salah
(∀𝑥)(∃𝑦)𝐴(𝑥, 𝑦) Untuk semua x maka Ada x yang A(x,y) salah
ada y yang mana A(x,y) untuk semua y
benar
(∃𝑥)(∀𝑦)𝐴(𝑥, 𝑦) Ada x yang mana A(x,y) Untuk semua x ada y
benar untuk semua y yang mana A(x,y) salah
(∃𝑥)(∃𝑦)𝐴(𝑥, 𝑦) Ada pasangan x, y yang A(x,y) adalah salah
(∃𝑥)(∃𝑦)𝐴(𝑥, 𝑦) mana A(x,y) benar untuk semua pasangan
x,y

Contoh :
1) Nani adalah ibu dari Bowo
2) Nani adalah ibu dari Ratna
3) Dua orang siapa saja yang ibunya sama adalah saudara
sekandung
4) ∴ Dengan demikian, Bowo dan Ratna saudara sekandung
Pada argumen diatas, universe of discourse dapat menunjukan pada orang-
orang yang bertempat tinggal sama, satu RT, satu RW, desa kelurahan
kabupaten, negara ataupun benua.

Jika argumen berisi angka-angka, domainnya berupa sekumpulan bilangan


integer, sekumpulan bilangan asli, sekumpulan bilangan real, dll. Kebenaran
suatu pernyataan tergantung dari domain yang dipilih. Pernyataan “ada
suatu bilangan pecahan ” akan benar pada domain dari bilangan asli, tetapi
salah pada bilangan integer.

Elemen dari domain disebut individual-individual. Individual dapat berupa


angka, orang, struktur data, dll. Pada umumnya universe of discourse harus

Hasanuddin Sirait 9
berisi minimal satu individual. Jadi kumpulan bilangan asli kurang dari 0
tidak memiliki suatu nilai universal karena tidak ada bilangan asli negatif.

Untuk menunjukkan individual digunakan konstanta individual. Jika universe


of discourse berisi orang-orang, konstanta individual adalah nama-nama
orang tersebut. Pada kasus bilangan asli, konstanta individual 0,1,2,3,…
konstanta harus unik tidak boleh ada yang sama.

Salah satu kelebihan predikat adalah bahwa predikat memungkinkan kita


untuk menyatakan sesuatu tentang banyak objek pada satu kalimat saja.
Contoh :
misalkan P(x)=“x+1>x”. Kita dapat menyatakan bahwa “ Untuk
sembarang angka x, P(x) bernilai TRUE” hanya dengan satu kalimat
yaitu : (0+1>0) ∧ (1+1>1) ∧ (2+1>2) ∧..
Kumpulan nilai yang bisa dimiliki variabel x disebut semesta
pembicaraan untuk x (x’s universe of discourse)

DAFTAR PUSTAKA

Chaer, D.A. and Dr. Liliana Muliastuti, M.P.P. (2016) ‘Hakikat Semantik’, in H.
Sirait (ed.) Modul Hakikat Semantik. Edisi 1. JAKARTA: Universitas
Nusantara, pp. 1–23.

Diantry, H. (2020) ‘A Penerapan Logika Fuzzy Mamdani Untuk Menentukan


Harga Jual Batik Mengunakan Matlab’, Jurnal Ilmu Komputer,
III(02), pp. 2–5. Available at:
https://jurnal.pranataindonesia.ac.id/index.php/jik/article/view/
44.

Dr. Ir. Agus Wibowo, M.Kom, M.Si, M. (2022) Kalkulus. Cetakan Pe. Edited
by M.K.D. Dr. Joseph Teguh Santoso, S.Kom. Semarang:
Universitas Sains & Teknologi Komputer (Universitas STEKOM).

Hartatik, M.S. dan T. (2017) ‘Pengenalan Paket Program Komputasi


Hasanuddin Sirait 10
Mathematika’, in H.M.S. dan Tim (ed.) MODUL. 1st edn.
JAKARTA: DIII TEKNIK INFORMATIKA | FMIPA UNS, p. 105.

Indit Rahmawati (2016) ‘Pemanfaatan Media Pembelajaran’, El-Wasathiya:


Jurnal Studi Agama, 5(1), pp. 1–56. Available at:
https://ejournal.poltektegal.ac.id/index.php/siklus/article/view/2
98%0Ahttp://repositorio.unan.edu.ni/2986/1/5624.pdf%0Ahttp:
//dx.doi.org/10.1016/j.jana.2015.10.005%0Ahttp://www.biomed
central.com/1471-
2458/12/58%0Ahttp://ovidsp.ovid.com/ovidweb.cgi?T=JS&P.

Pernandes, O. and Asmara, A. (2020) ‘Kemampuan Literasi Matematis


Melalui Model Discovery Learning di SMP’, Jurnal Pendidikan
Matematika Raflesia, 5(1), pp. 140–147. Available at:
https://ejournal.unib.ac.id/index.php/jpmr.

Chaer, D.A. and Dr. Liliana Muliastuti, M.P.P. (2016) ‘Hakikat Semantik’, in H.
Sirait (ed.) Modul Hakikat Semantik. Edisi 1. JAKARTA: Universitas
Nusantara, pp. 1–23.

Diantry, H. (2020) ‘A Penerapan Logika Fuzzy Mamdani Untuk Menentukan


Harga Jual Batik Mengunakan Matlab’, Jurnal Ilmu Komputer,
III(02), pp. 2–5. Available at:
https://jurnal.pranataindonesia.ac.id/index.php/jik/article/view/
44.

Dr. Ir. Agus Wibowo, M.Kom, M.Si, M. (2022) Kalkulus. Cetakan Pe. Edited
by M.K.D. Dr. Joseph Teguh Santoso, S.Kom. Semarang:
Universitas Sains & Teknologi Komputer (Universitas STEKOM).

Hartatik, M.S. dan T. (2017) ‘Pengenalan Paket Program Komputasi


Mathematika’, in H.M.S. dan Tim (ed.) MODUL. 1st edn.
JAKARTA: DIII TEKNIK INFORMATIKA | FMIPA UNS, p. 105.

Indit Rahmawati (2016) ‘Pemanfaatan Media Pembelajaran’, El-Wasathiya:


Hasanuddin Sirait 11
Jurnal Studi Agama, 5(1), pp. 1–56. Available at:
https://ejournal.poltektegal.ac.id/index.php/siklus/article/view/2
98%0Ahttp://repositorio.unan.edu.ni/2986/1/5624.pdf%0Ahttp:
//dx.doi.org/10.1016/j.jana.2015.10.005%0Ahttp://www.biomed
central.com/1471-
2458/12/58%0Ahttp://ovidsp.ovid.com/ovidweb.cgi?T=JS&P.

Pernandes, O. and Asmara, A. (2020) ‘Kemampuan Literasi Matematis


Melalui Model Discovery Learning di SMP’, Jurnal Pendidikan
Matematika Raflesia, 5(1), pp. 140–147. Available at:
https://ejournal.unib.ac.id/index.php/jpmr.

Hasanuddin Sirait 12
BIODATA PENULIS

Ir. Hasanuddin Sirait, MT


Dosen Program Studi Teknik Informatika
AMIK Parbina Nusantara

Penulis lahir di Rawang Baru, Asahan tanggal 24 Agustus 1968.


Penulis adalah dosen tetap pada Program Studi Teknik Informatika,
AMIK Parbina Nusantara. Menyelesaikan pendidikan S1 pada Jurusan
Manajemen Informatika di STMIK YPTK Padang dan melanjutkan S2
pada Jurusan Teknik Elektro dengan Konstentrasi Teknik Informatika di
Universitas Hasanuddin. Penulis menekuni bidang Penelitian -
Penelitian yang berhubungan dengan Pengembangan Teknologi
Informasi dan Komputerisasi.

Hasanuddin Sirait 13

Anda mungkin juga menyukai