Anda di halaman 1dari 7

UTS MANAJEMEN PELAYANAN BERFOKUS PASIEN

SILAS YONATAN 20230309083 KELAS B

1. Core Concept dari Patient Centered Care baik dari perspektif PPA maupun perspektif pasien
Patient Centered Care (PCC) pada perspektif pasien adalah pasien sebagai pusat,
Professional Pemberi Asuhan (PPA) mengelilingi atau melayani pasien dan semua Professional
Pemberi Asuhan (PPA) tersebut berkolaborasi dalam fungsi yang setara, sehingga disebut
“Interdisciplinary team” (kompetensi kewenangan yang memadai) dengan kolaborasi
interprofesional. Dokter adalah Team Leader / Coach” pasien memperoleh asuhan yang terbaik
dan bermanfaat bagi pasien.
Sementara pada perspektif Professional Pemberi Asuhan (PPA), meliputi:
1. Interdisciplinary Team, meliputi:
• Profesional Pemberi Asuhan diposisikan mengelilingi pasien
• Kompetensi yang memadai
• Berkontribusi setara dalam fungsi profesinya
• Tugas mandiri, kolaboratif, delegatif, dan bekerja sebagai satu kesatuan memberikan
asuhan yang terintegrasi
2. Interprofessionality, meliputi:
• Kolaborasi Interprofesional
• Edukasi Interprofesional
• Kompetensi Praktik Kolaborasi Interprofesional
3. DPJP sebagai Clinical Leader
• DPJP melakukan koordinasi, kolaborasi, sintesis, interpretasi, review dan
• mengintegrasikan asuhan pasien
4. Personalized Care & BPIS (Bila Pasien Itu Saya)
• Keputusan klinis selalu diproses berdasarkan juga nilai-nilai pasien
• Setiap dokter memperlakukan pasiennya sebagaimana dirinya sendiri ingin
diperlakukan
Gambar 1. Model Patient Centered Care (PCC)

2. Elemen-elemen Asuhan Pasien Terintegrasi

Elemen dalam asuhan pasien terintegrasi, meliputi:


1. DJPJ (Dokter Penanggung Jawab Pelayanan)
DPJP adalah ketua TIM PPA (Clinical Leader) yang memiliki peran sebagai “motor”
integrasi asuhan. DPJP berfungsi dalam:
• Merencanakan dan mengarahkan kerangka pokok asuhan
• Koordinasi asuhan pasien dengan seluruh PPA
• Kolaborasi semua PPA terkait
• Sintesis semua SOAP terkait
• Interpretasi asesmen
• Review rencana semua PPA lainnya, buat catatan/notasi di CPPT(Catatan
Perkembangan Pasien Terintegrasi), sehingga terlaksana asuhan pasien
terintegrasi serta kontinuitas asuhannya memenuhi kebutuhan pasiennya
• Verifikasi (telah melakukan review) paraf
• Komunikasi dengan Case Manager agar terjaga kontinuitas pelayanan pasien
memenuhi kebutuhan pasiennya
2. Profesional Pemberi Asuhan (PPA) adalah seorang professional yang mengkaji asuhan
klinis berdasarkan keilmuannya.
• Profesional Pemberi Asuhan (PPA) mendengarkan, menghormati dan
menghargai pandangan serta pilihan pasien dan keluarga.
• Pengetahuan, nilai-nilai, kepercayaan, latar belakang kultural pasien dan
keluarga dimasukkan dalam perencanaan pelayanan dan pemberian pelayanan
kesehatan
• Profesional Pemberi Asuhan (PPA) mengkomunikasikan dan berbagi informasi
secara lengkap pasien dan keluarga
3. Manajer Pelayanan Pasien (MPP) / Case Manager
• Menjaga kontinuitas pelayanan selama pasien tinggal di rumah sakit
• Skrining Pasien yg butuh manajemen pelayanan : resiko tinggi, biaya tinggi, potensi
komplain tinggi, penyakit kronis, pembiayaan yg komplek, kasus komplek/rumit,
dll.
• Melakukan asesmen utilitas, mengumpulkan informasi dan data klinis, psiko
sosial,sosio ekonomi, dll.
• Membuat rencana pelayanan yaitu berkolaborasi dengan DPJP dan PPA lain guna
asuhan selanjutnya.
• Fasilitasi untuk interaksi dengan DPJP, PPA, administrasi, perwakilan pembayar,
unit kerja lain, dll.
• Advokasi termasuk proses pemulangan yg aman , dan ke pemangku jabatan lain
dll.
• Dokumentasi dalam format pemberian edukasi dan informasi
4. Clinical Pathway terintegrasi
Clinical pathway adalah pedoman dalam memberikan asuhan klinis dan
bermanfaat untuk memastikan adanya integrasi dan koordinasi yang efektif dari
pelayanan.
• Pelayanan terpadu/terintegrasi dan berfokus pasien
• Melibatkan semua profesional pemberi asuhan (dokter, perawat, bidan,
farmasis,nutrisionis, fisioterapis, dan sebagainya)
• Mencatat seluruh kegiatan asuhan (rekam medis)
• Penyimpangan kegiatan asuhan dicatat sebagai varians
5. Rencana pulang terintegrasi (integrated discharge planning)
Discharge planning merupakan komponen dari sistem perawatan berkelanjutan,
pengkajian dilakukan terhadap:
• Data pasien
• Ketika melakukan pengkajian kepada pasien, keluarga harus menjadi bagian dari
unit perawatan
• Keluarga harus dilibatkan agar transisi perawatan dari Rumah Sakit ke rumah
dapat efektif
• Pasien dan keluarga di informasikan jenis obat dan manfaat masing masing obat,
dosis, waktu pemberian serta efek samping yang mungkin timbul serta upaya
penanganannya
• Pasien dan keluarga harus menjaga keteraturan minum obat
• Pasien dan keluarga harus meminum obat sesuai aturan
6. Asuhan gizi terintegrasi
Pasien yang pada asesmen berada pada risiko nutrisi, akan mendapat terapi gizi.
DPJP, beserta para PPA (Perawat, Bidan, Ahli Gizi, dan sebagainya) bekerjasama dalam
merencanakan, memberikan dan memonitor terapi gizi. Respon pasien terhadap terapi
gizi dicatat dalam CPPT dan didokumenkan dalam rekam medis pasien.
7. Keterlibatan Pasien – keluarga
• Pasien dan keluarga menerima informasi tepat waktu, lengkap, dan akurat
• Informasi dan edukasi diberikan berdasarkan kebutuhan pasien dan dilakukan
konfirmasi apakah pasien dan keluarga sudah mengerti
• Pasien dan keluarga didorong dan didukung untuk berpartisipasi dalam asuhan,
pengambilan keputusan dan pilihan
3. KOLABORASI INTERPERSONAL
Dalam pelayanan berfokus pada pasien dibutuhkan kolaborasi interprofessional,
dimana pasien menjadi pusat dari sebuah pelayanan dari DPJP, PPA lainnya. Kolaborasi
interprofessional menjadi kegiatan yang diperlukan dalam menangani pasien secara
komprehesif dari berbagai analisa PPA sehingga terbentuk asesmen kolaboratif yang
tertuang dalam catatan perkembangan pasien terintegrasi. Sebagai contoh kolaborasi
kajian dokter dan perawat.
Kolaborasi interprofessional ini dapat berjalan dengan adanya dukungan dari
institusi, lingkungan dan budaya. Institusi memiliki peran sebagai pendukung, pembuat
struktur, kebijakan dan peraturan dalam terciptanya kolaborasi interprofessional.
Didukung pula dengan lingkungan yaitu, tersedianya fasilitas, ruang komunikasi dan
situasi kondisi kolaborasi yang baik. Budaya untuk menerapkan kolaborasi yang baik juga
turut berperan, diantaranya, salign berbagi informasi, mencari solusi dari perbedaan
penilaian interprofessional.
Dibutuhkannya kompetensi interprofessional dalam kolaborasi ini, yaitu meliputi
kompetensi professional individu, kompetensi umum, dan kompetensi kolaboratif. Selain
itu dibutuhkannya interprofesionality yang wajib dimiliki setiap professional dimulai sejak
dari awal pendidikan nakes. Ada 4 domain dalam interprofesionality yaitu, domain nilai /
etika interprofessional, domain peraturan/tanggung jawab, domain komunikasi
interprofesional, dan domain kerjasama tim. Selain itu ada 8 elemen dalam praktek
kolaborasi yaitu, tanggung jawab, akuntabel, koordinasi, komunikasi, kerjasama, asertif,
otonomi dan percaya.
Manfaat dari kolaborasi interprofessional adalah mengurangi kompilasi pasien,
mengurangi lama perawatan pasien, konflik antar nakes, mengurangi perpindahan nakes,
mengurangi administrasi rumah sakit, serta mengurangi kesalahan klinisi dan angka
kematian.

4. Konsep DPJP dan Case Manager dalam asuhan pasien


a. Konsep DPJP dalam mengimplementasikan asuhan pasien
Asuhan Pasien adalah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada pasien oleh
para Professional Pemberi Asuhan (PPA) yang multi profesi: Dokter, Perawat, AhliGizi,
Fisioterapis, Radiografer, Analis Laboratorium, Apoteker/Petugas Farmasi, Pekerja Sosial,
dsb. Proses asuhan pasien bersifat dinamis dan melibatkan semua PPA tersebut diatas,
sehingga integrasi dan koordinasi aktivitas asuhan pasien menjadi tujuan agar proses
asuhan yang efisien, penggunaan yang lebih efektif sumber daya manusia dan sumber
daya lain, dengan hasil asuhan pasien yang lebih baik, dimana dokter (DPJP) bertindak
sebagai Team Leader.
Dalam standard keselamatan pasien, diharuskan ada orang yang
bertanggungjawab terhadap pelayanan pasien, yang disebut Dokter Penanggung Jawab
Pelayanan (DPJP), yang bertanggung jawab menyiapkan dokumentasi rencana pelayanan
pasien. Rencana asuhan untuk tiap pasien direview dan diverifikasi oleh DPJP dengan
mencatat kemajuannya di CPPT(catatan perkembangan pasien terintegrasi). DPJP
mengatur pelayanan pasien selama seluruh waktu rawat inap, dalam rangka
meningkatkan kontinuitas pelayanan, pengintegrasian asuhan dari para PPA, serta
menjamin kualitas pelayanan dan hasil yang diharapkan.

b. Konsep Case manajer dalam mengimplementasikan asuhan pasien


Untuk mempertahankan kontinuitas pelayanan selama pasien tinggal di rumah
sakit, ada staf yang bertanggung jawab secara umum terhadap koordinasi dan
kesinambungan pelayanan pasien atau pada fase pelayanan tertentu, yang disebut
sebagai Manajer Pelayanan Pasien (case manager). MPP/ case manajer dapat seorang
dokter atau tenaga keperawatan yang kompeten. Nama staf (manajer pelayanan pasien)
ini tercantum di dalam rekam medis pasien atau dengan cara lain dikenalkan kepada
semua staf rumah sakit, serta sangat diperlukan apalagi bagi pasien-pasien tertentu yang
kompleks dan pasien lain yang ditentukan rumah sakit. Manajer Pelayanan Pasien perlu
bekerjasama dan berkomunikasi dengan pemberi pelayanan kesehatan yang lain. Prinsip
manajemen pasien antara lain pomosikan keselamatan pasien yang optimal, dimana
pasien menjadi pusat dari pelayanan. Fungsi Manajer Pelayanan Pasien sebagai sarana
untuk mencapai kesejahteraan dan otonomi pasien melalui advokasi, komunikasi,
Pendidikan, dan identifikasi sumber daya dan fasilitas layanan.

5. Pelayanan Berfokus Pasien / Patient-centered care adalah pelayanan yang menghormati


dan responsif terhadap pilihan, kebutuhan, dan nilai nilai pribadi pasien, serta
memastikan bahwa nilai nilai pasien menjadi panduan bagi sememua keputusan
klinis(definisi IOM). Pasien dan keluarga menjadi pusat dan fokus dari professional
pemberi asuhan(PPA) yang berasal dari berbagai profesi, kompetensi dan interdisiplin
ilmu. Dokter penanggung jawab pasien (DPJP) adalah sebagai Clinical leader melakukan
kolabrasi, koordinasi dengan profesi lain( dokter spesialis lain,perawat, ahli gizi,dan lain
lain), sistesis, interpretasi dan mengintegrasikan asuhan pasien. Kolaborasi
interprofessional menjadi kegiatan yang diperlukan dalam menangani pasien secara
komprehesif dari berbagai analisa PPA sehingga terbentuk asesmen kolaboratif yang
tertuang dalam catatan perkembangan pasien terintegrasi.
Asuhan pasien terintegrasi yang dikenal sebagai kesehatan terintegrasi,
terkoordinasi, komprehensif yang menjadi respon dari pelayanan kesehatan
terfragmentasi yang menjadi masalah dari suatu pelayanan kesehatan. Elemen asuhan
terintegrasi pasien diantaranya, DPJP, PPA ( Interdisiplin), MPP/Case Manager,integrated
clinical Pathway, integrated discharge palnning, asuhan gizi terintegrasi, dan keterlibatan
pasien dan keluarga.
Manajer Pelayanan Pasien (case manager). MPP/ case manajer dapat seorang
dokter atau tenaga keperawatan yang kompeten, bekerjasama dan berkomunikasi
dengan pemberi pelayanan kesehatan yang lain. Fungsi Manajer Pelayanan Pasien
sebagai sarana untuk mencapai kesejahteraan dan otonomi pasien melalui advokasi,
komunikasi, Pendidikan, dan identifikasi sumber daya dan fasilitas layanan.

Anda mungkin juga menyukai