Anda di halaman 1dari 42

“ANALISA PERSIDANGAN KASUS KOPI SIANIDA DALAM PERSPEKTIF

HUKUM”

 BAB KEILMUAN TEKNOLOGI


1. PENGERTIAN
Teknologi adalah ilmu yang dikembangkan manusia untuk menciptakan tata cara
tertentu, lebih mutakhir dan praktis atau memudahkan kehidupan.
1.1. MUTAKHIR
Mutakhir adalah sebuah kata dalam bahasa Indonesia yang berarti yang paling
baru, modern, atau terkini dalam konteks tertentu. Ini bisa merujuk pada teknologi
terkini, tren terbaru, atau informasi terkini dalam bidang apa pun.
1.2. PRAKTIS
Praktis adalah kata yang digunakan untuk menyebut sesuatu yang mudah
digunakan, efisien, atau tidak merepotkan. Hal-hal yang praktis biasanya
memudahkan kegiatan sehari-hari tanpa memerlukan banyak usaha atau waktu.
2. CABANG ILMU TEKNOLOGI
Teknologi adalah penerapan ilmu pengetahuan untuk merancang, menciptakan,
dan menggunakan alat, mesin, sistem, atau proses untuk memecahkan masalah,
memenuhi kebutuhan, atau mencapai tujuan tertentu dalam berbagai bidang
kehidupan.
2.1. TEKNOLOGI KOMUNIKASI
Teknologi Komunikasi berkaitan dengan segala jenis teknologi yang digunakan
untuk mentransmisikan data, suara, dan informasi antara individu atau sistem
komunikasi. Ini termasuk jaringan komputer, telepon, internet, radio, televisi, dan
teknologi lainnya yang memungkinkan pertukaran informasi antara orang-orang
atau perangkat.
2.2. REKAYASA PERANGKAT LUNAK
Rekayasa Perangkat Lunak (Software Engineering) adalah disiplin ilmu yang
berkaitan dengan pengembangan perangkat lunak yang berkualitas, efisien, dan
dapat diandalkan. Ini melibatkan proses pengembangan, perancangan, pengujian,
dan pemeliharaan perangkat lunak agar sesuai dengan kebutuhan pengguna dan
standar tertentu.
2.3. TEKNOLOGI MANUFAKTUR
Teknologi Manufaktur adalah bidang yang mencakup proses, metode, dan
teknologi yang digunakan untuk memproduksi barang secara massal atau dalam
jumlah besar. Ini melibatkan penggunaan mesin, alat, dan sistem otomatisasi
untuk memproduksi barang konsumen atau industri dengan efisiensi yang tinggi
dan kualitas yang baik.
2.4. TEKNOLOGI ENERGI
Teknologi Energi adalah bidang yang berfokus pada pengembangan, penerapan,
dan penelitian tentang sumber daya energi, teknik produksi energi, dan teknologi
terkait untuk memenuhi kebutuhan energi masyarakat.
2.5. TEKNOLOGI MEDIS
Teknologi Medis adalah bidang yang menggabungkan ilmu kedokteran dengan
teknologi untuk mengembangkan peralatan, perangkat, dan sistem yang digunakan
dalam diagnosis, pengobatan, dan perawatan pasien.
2.6. TEKNOLOGI LINGKUNGAN
Teknologi Lingkungan adalah bidang yang menitikberatkan pada pengembangan
dan penerapan teknologi untuk memahami, melindungi, dan memperbaiki
lingkungan.
2.7. TEKNOLOGI TRANSPORTASI
Teknologi Transportasi adalah bidang yang berkaitan dengan pengembangan
sistem, infrastruktur, dan teknologi yang digunakan untuk memudahkan
pergerakan orang dan barang dari satu tempat ke tempat lainnya.
2.8. TEKNOLOGI INFORMASI
Teknologi Informasi (TI) atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah
Information technology (IT) adalah istilah umum untuk teknologi apa pun yang
membantu manusia dalam membuat, mengubah, menyimpan, mengomunikasikan
dan menyebarkan informasi.
 FUNGSI TEKNOLOGI INFORMASI
Fungsi teknologi informasi adalah untuk membantu manusia dalam
membuat, mengubah, menyimpan, mengomunikasikan dan/atau
menyebarkan informasi. Teknologi informasi memiliki enam fungsi
utama, yaitu:
 Menangkap. Fungsi ini berkaitan dengan cara manusia
memasukkan data atau informasi ke dalam sistem teknologi
informasi. Contoh alat yang digunakan untuk menangkap informasi
adalah keyboard, mouse, scanner, kamera, mikrofon, dan sensor.
 Mengolah. Fungsi ini berkaitan dengan cara sistem teknologi
informasi mengubah data atau informasi menjadi bentuk yang lebih
berguna atau bermakna. Contoh alat yang digunakan untuk
mengolah informasi adalah prosesor, memori, perangkat lunak, dan
algoritma.
 Menghasilkan. Fungsi ini berkaitan dengan cara sistem teknologi
informasi mengeluarkan data atau informasi yang telah diolah
menjadi bentuk yang dapat dimengerti atau dipakai oleh manusia.
Contoh alat yang digunakan untuk menghasilkan informasi adalah
monitor, printer, speaker, proyektor, dan robot.
 Menyimpan. Fungsi ini berkaitan dengan cara sistem teknologi
informasi menjaga data atau informasi agar tidak hilang atau rusak.
Contoh alat yang digunakan untuk menyimpan informasi adalah
hard disk, flash disk, CD, DVD, dan cloud.
 Mencari kembali. Fungsi ini berkaitan dengan cara sistem
teknologi informasi menemukan data atau informasi yang telah
disimpan sesuai dengan permintaan atau kebutuhan manusia.
Contoh alat yang digunakan untuk mencari kembali informasi
adalah mesin pencari, database, indeks, dan katalog.
 Mentransmisikan. Fungsi ini berkaitan dengan cara sistem
teknologi informasi mengirim atau menerima data atau informasi
dari satu tempat ke tempat lain. Contoh alat yang digunakan untuk
mentransmisikan informasi adalah kabel, gelombang radio, satelit,
modem, dan router.
 BAGAIMANA TEKNOLOGI INFORMASI DAPAT MEMBANTU
PENYELIDIKAN
Teknologi informasi dapat membantu penyelidikan dengan cara yang
beragam dan bermanfaat. Teknologi informasi dapat membantu penyelidik
dalam mengungkap fakta-fakta, menemukan petunjuk, menentukan motif,
menetapkan tersangka, dan membuktikan kebenaran. Teknologi informasi
juga dapat membantu penyelidik dalam menghemat waktu, biaya, dan
tenaga dalam melakukan penyelidikan. Teknologi informasi dapat menjadi
alat yang penting dan efisien dalam menyelesaikan kasus-kasus kriminal.
Teknologi informasi membantu penyelidikan dengan cara:
 Mengumpulkan bukti-bukti digital. Teknologi informasi dapat
digunakan untuk menangkap, menyimpan, dan mentransmisikan
data atau informasi yang berkaitan dengan kasus yang sedang
diselidiki. Misalnya, teknologi informasi dapat digunakan untuk
merekam video, audio, atau gambar dari tempat kejadian, saksi,
atau tersangka. Teknologi informasi juga dapat digunakan untuk
mengakses data atau informasi yang tersimpan di perangkat
elektronik, media sosial, atau internet yang dimiliki atau digunakan
oleh korban, pelaku, atau orang-orang yang terkait dengan kasus
tersebut.
 Menganalisis bukti-bukti digital. Teknologi informasi dapat
digunakan untuk mengolah, menginterpretasikan, dan
membandingkan data atau informasi yang telah dikumpulkan.
Misalnya, teknologi informasi dapat digunakan untuk
mengidentifikasi, mengklasifikasikan, dan mengukur jejak digital,
seperti sidik jari, DNA, atau IP address. Teknologi informasi juga
dapat digunakan untuk menganalisis pola, hubungan, atau anomali
dalam data atau informasi, seperti frekuensi, lokasi, waktu, atau
konten.
 Menyajikan bukti-bukti digital. Teknologi informasi dapat
digunakan untuk menghasilkan, memvisualisasikan, dan
menyampaikan data atau informasi yang telah dianalisis. Misalnya,
teknologi informasi dapat digunakan untuk membuat laporan,
grafik, tabel, peta, atau animasi yang menunjukkan hasil analisis.
Teknologi informasi juga dapat digunakan untuk menyajikan bukti-
bukti digital di pengadilan dengan cara yang mudah dimengerti,
akurat, dan meyakinkan.
 TEKNOLOGI INFOMASI DALAM MENYELESAIKAN KASUS
Teknologi informasi dapat digunakan dalam menyelesaikan kasus-kasus
hukum, bisnis, pendidikan, dan lain-lain. Berikut adalah beberapa contoh
penggunaan teknologi informasi dalam menyelesaikan kasus:
 Dalam bidang hukum, teknologi informasi dapat digunakan sebagai
alat bukti dalam pengungkapan tindak pidana. Misalnya, kasus
kopi sianida Jessica Mirna dapat dibuktikan dengan menggunakan
saksi ahli teknologi informasi dan bukti digital berupa rekaman
CCTV.
 Dalam bidang bisnis, teknologi informasi dapat digunakan untuk
mengintegrasikan supply chain management (SCM), yaitu proses
pengelolaan aliran barang, jasa, informasi, dan uang dari pemasok
hingga konsumen. Misalnya, PT. XYZ, sebuah perusahaan
manufaktur, menggunakan teknologi informasi untuk
menghubungkan sistem informasi antara pemasok, produsen,
distributor, dan pengecer.
 Dalam bidang pendidikan, teknologi informasi dapat digunakan
untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, baik secara formal
maupun informal. Misalnya, CyberEthics adalah sebuah konsep
etika dalam penggunaan teknologi informasi, khususnya internet,
yang dapat diajarkan dan dipelajari melalui media sosial, blog,
video, dan lain-lain.
 TEKNOLOGI INFORMASI DALAM KASUS KOPI SIANIDA
Teknologi informasi dalam menyelesaikan kasus kopi sianida adalah
penggunaan ilmu dan alat yang berkaitan dengan pengolahan data atau
informasi untuk membantu penyelidikan dan penuntutan kasus tersebut.
Teknologi informasi dapat digunakan untuk mengumpulkan, menganalisis,
menyajikan, dan menyimpan bukti-bukti digital yang relevan dengan kasus
kopi sianida. Beberapa contoh teknologi informasi yang digunakan dalam
kasus kopi sianida adalah:
 Digital forensik. Digital forensik adalah ilmu yang mempelajari
cara mengumpulkan, menganalisis, dan menyajikan bukti-bukti
digital yang dapat digunakan di pengadilan. Digital forensik dapat
digunakan untuk menelusuri jejak digital dari pelaku, korban, atau
saksi yang terlibat dalam kasus kopi sianida. Misalnya, digital
forensik dapat digunakan untuk menguji video CCTV yang
merekam kejadian di Kafe Olivier, tempat Mirna meninggal setelah
meminum es kopi yang diduga mengandung sianida. Digital
forensik juga dapat digunakan untuk mengakses data-data seperti
chat, email, atau media sosial dari ponsel, laptop, atau perangkat
elektronik lainnya yang dimiliki oleh Jessica, Mirna, atau orang-
orang yang berhubungan dengan mereka. Digital forensik dapat
membantu mengungkap motif, kesempatan, dan alat yang
digunakan oleh pelaku, serta membuktikan keaslian dan integritas
dari bukti-bukti digital
 Toksikologi forensik. Toksikologi forensik adalah ilmu yang
mempelajari efek racun atau bahan kimia pada tubuh manusia dan
cara mendeteksi, mengidentifikasi, dan mengukur konsentrasi
racun atau bahan kimia tersebut dalam tubuh manusia atau
lingkungan. Toksikologi forensik dapat digunakan untuk
menentukan penyebab kematian, jenis racun, dosis racun, dan
waktu pemberian racun pada korban. Misalnya, toksikologi
forensik dapat digunakan untuk menemukan sianida dalam es kopi
dan dalam tubuh Mirna, serta menentukan kapan dan berapa
banyak sianida yang diberikan kepada Mirna.
 Patologi forensik. Patologi forensik adalah ilmu yang mempelajari
penyakit dan cedera yang menyebabkan kematian atau kerusakan
pada tubuh manusia. Patologi forensik dapat digunakan untuk
melakukan autopsi atau pemeriksaan jenazah untuk mengetahui
kondisi tubuh, organ, dan jaringan korban, serta mencari tanda-
tanda kekerasan, trauma, atau penyakit. Misalnya, patologi forensik
dapat digunakan untuk menemukan perdarahan lambung pada
Mirna, yang merupakan salah satu gejala keracunan sianida.

Dengan menggunakan teknologi informasi, penyelidik dan penuntut


dapat mengumpulkan bukti-bukti yang kuat dan meyakinkan untuk
membongkar kasus kopi sianida dan menjerat pelakunya. Teknologi
informasi juga dapat membantu menguji kebenaran dan konsistensi
dari keterangan-keterangan yang diberikan oleh terdakwa, saksi, atau
ahli. Teknologi informasi dapat menjadi alat yang ampuh dan efektif
dalam menegakkan hukum dan keadilan.
2.8.1. METODE YANG DIGUNAKAN DALAM PENYIDIKAN TEKNOLOGI
INFORMASI
Dalam penyidikan teknologi informasi, beberapa metode yang sering
digunakan meliputi :
2.8.1.1. ANALISIS LOG JARINGAN
Analisis Log Jaringan adalah proses pemeriksaan dan evaluasi data log yang
dihasilkan oleh perangkat jaringan seperti router, firewall, atau server. Metode
ini membantu dalam memahami aktivitas jaringan, melacak peristiwa, serta
mengidentifikasi ancaman keamanan atau masalah jaringan.
Dalam analisis log jaringan, data log dicermati untuk mengidentifikasi pola
lalu lintas, deteksi serangan, jejak aktivitas pengguna, atau indikasi kejadian
penting lainnya. Informasi yang terdapat dalam log jaringan meliputi
informasi tentang waktu, sumber dan tujuan alamat IP, protokol yang
digunakan, tipe aktivitas jaringan, dan informasi lainnya yang relevan untuk
memahami interaksi di dalam jaringan.
2.8.1.1.1. TUJUAN ANALISIS LOG JARINGAN
Analisis log jaringan dapat digunakan untuk berbagai tujuan, seperti:
 Memantau kinerja, ketersediaan, dan keamanan jaringan dengan
mengidentifikasi anomali, kesalahan, atau serangan pada jaringan.
 Memecahkan masalah, mengoptimalkan, dan meningkatkan
kualitas jaringan dengan mendiagnosis penyebab masalah,
menemukan titik lemah, atau merekomendasikan solusi.
 Mendukung pengambilan keputusan, penelitian, atau pembelajaran
dengan menyintesis, menggabungkan, atau membandingkan hasil
dari berbagai sumber log jaringan menggunakan metode statistik
atau analitik.
2.8.1.1.2. LANGKAH-LANGKAH ANALISIS LOG JARINGAN
Untuk melakukan analisis log jaringan, ada beberapa langkah yang perlu
dilakukan, yaitu:
 Menentukan tujuan, pertanyaan, dan kriteria analisis log jaringan,
seperti jenis, sumber, ruang lingkup, atau kualitas log jaringan yang
dibutuhkan.
 Mengumpulkan log jaringan yang relevan dari berbagai sumber,
seperti router, switch, firewall, server, aplikasi, atau perangkat IoT,
menggunakan teknik pengambilan, pengunduhan, atau
pengumpulan log jaringan yang sesuai.
 Menyaring, membersihkan, dan menstandarisasi log jaringan yang
dikumpulkan, seperti menghapus log jaringan yang duplikat, tidak
relevan, atau tidak valid, atau mengubah format, struktur, atau
terminologi log jaringan agar sesuai dengan standar yang
ditetapkan.
 Menganalisis log jaringan yang disiapkan, seperti menghitung
statistik deskriptif, menguji hipotesis, membuat model, atau
visualisasi log jaringan, menggunakan alat, metode, atau teknik
analisis yang sesuai dengan tujuan, pertanyaan, dan kriteria analisis
log jaringan.
 Menyajikan hasil analisis log jaringan, seperti membuat laporan,
tabel, grafik, atau diagram, yang menjelaskan temuan, kesimpulan,
atau rekomendasi dari analisis log jaringan, menggunakan format,
gaya, atau media yang sesuai dengan audiens, tujuan, atau konteks
analisis log jaringan.
2.8.1.2. PEMULIHAN DATA
Pemulihan data adalah proses mengambil kembali atau memulihkan informasi
yang mungkin telah hilang, rusak, atau terhapus dari perangkat penyimpanan
seperti hard drive, kartu memori, atau perangkat penyimpanan lainnya.
2.8.1.2.1. METODE-METODE PEMULIHAN DATA
Metode-metode pemulihan data meliputi :
1. Pemulihan cepat
Metode yang digunakan untuk memulihkan file yang baru saja dihapus
atau kehilangan data karena masalah yang ringan. Biasanya, data
masih tersimpan dalam sektor penyimpanan yang sama.
2. Pemulihan logis
Proses pemulihan yang berfokus pada pencarian data dari sektor
penyimpanan yang masih dapat diakses. Ini melibatkan penggunaan
perangkat lunak khusus untuk mengakses dan memulihkan data yang
tidak terhapus secara permanen.
3. Pemulihan fisik
Metode yang digunakan ketika data hilang karena kerusakan perangkat
keras seperti bad sector pada hard drive. Dalam beberapa kasus, teknisi
ahli dapat menggunakan teknik khusus untuk mengambil data dari
perangkat keras yang rusak.
4. Pemulihan dari backup
Mengembalikan data yang hilang dari salinan cadangan yang telah
disimpan sebelumnya. Backup secara teratur adalah salah satu cara
paling efektif untuk melindungi data.
2.8.1.2.2. FAKTOR-FAKTOR YANG DIPERTIMBANGKAN UNTUK
MEMILIH METODE PEMULIHAN DATA
Untuk memilih metode pemulihan data yang sesuai dengan kebutuhan
Anda, Anda perlu mempertimbangkan beberapa faktor, seperti:
 Jenis dan sumber data yang hilang, seperti file dokumen, foto,
video, audio, email, atau database, dan media penyimpanan yang
digunakan, seperti hard disk, flash disk, kartu memori, atau
CD/DVD.
 Penyebab dan tingkat kerusakan data, seperti penghapusan, format,
kerusakan, serangan virus, kegagalan perangkat keras, atau
bencana alam.
 Ketersediaan dan keterjangkauan metode, alat, atau layanan
pemulihan data, seperti software pemulihan data, fitur bawaan
sistem operasi, atau layanan profesional pemulihan data.
 Urgensi dan pentingnya data yang hilang, seperti data pribadi,
bisnis, atau akademis, dan dampak yang ditimbulkan jika data tidak
dapat dipulihkan, seperti kerugian finansial, emosional, atau
reputasi.
2.8.1.3. PEMANTAUAN AKTIVITAS SISTEM
Pemantauan aktivitas sistem adalah proses yang melibatkan pengawasan dan
analisis kontinyu terhadap aktivitas yang terjadi dalam suatu sistem komputer
atau jaringan. Tujuannya adalah untuk mendeteksi perilaku yang tidak biasa,
memantau kinerja sistem, serta mengidentifikasi potensi ancaman keamanan
atau masalah operasional.
2.8.1.3.1. METODE-METODE PEMANTAUAN AKTIVITAS SISTEM
Metode-metode yang digunakan dalam pemantauan aktivitas sistem
meliputi:
1. Monitoring Log Kejadian (Event Logging)
Merekam dan menganalisis catatan kejadian yang terjadi dalam sistem
atau jaringan, seperti log masuk, perubahan konfigurasi, atau aktivitas
pengguna.
2. Pemantauan Kinerja (Performance Monitoring)
Memantau kinerja sistem, termasuk penggunaan sumber daya seperti
CPU, memori, atau penyimpanan, untuk mengidentifikasi fluktuasi
atau penurunan kinerja yang tidak biasa.
3. Deteksi Intrusi (Intrusion Detection)
Menggunakan perangkat lunak atau perangkat keras untuk mendeteksi
aktivitas mencurigakan atau serangan yang mencoba memanfaatkan
celah keamanan dalam sistem.
4. Pemantauan Lalu Lintas Jaringan (Network Traffic Monitoring)
Memantau lalu lintas data dalam jaringan untuk mengidentifikasi pola
lalu lintas yang tidak biasa, mencari tahu penyebab penurunan kinerja,
atau mendeteksi serangan jaringan.
5. Pemantauan Pengguna (User Monitoring)
Melacak aktivitas pengguna seperti waktu masuk, akses ke sistem atau
data tertentu, serta kegiatan yang tidak lazim dari pengguna dalam
sistem.
2.8.1.3.2. TUJUAN PEMANTAUAN AKTIVITAS SISTEM
Pemantauan aktivitas sistem dapat digunakan untuk berbagai tujuan,
seperti:
 Memantau kinerja, ketersediaan, dan keamanan sistem dengan
mengidentifikasi anomali, kesalahan, atau serangan pada sistem.
 Memecahkan masalah, mengoptimalkan, dan meningkatkan
kualitas sistem dengan mendiagnosis penyebab masalah,
menemukan titik lemah, atau merekomendasikan solusi.
 Mendukung pengambilan keputusan, penelitian, atau pembelajaran
dengan menyintesis, menggabungkan, atau membandingkan hasil
dari berbagai sumber log aktivitas sistem menggunakan metode
statistik atau analitik.
 memastikan keamanan, ketersediaan, dan kinerja yang optimal dari
sistem komputer atau jaringan, serta memberikan informasi yang
diperlukan untuk mengambil tindakan yang tepat dalam
menanggapi perubahan atau insiden yang terjadi.
2.8.1.4. ANALISIS METADATA
Analisis metadata melibatkan pemeriksaan dan interpretasi informasi yang
terkandung dalam metadata suatu file atau informasi digital. Metadata adalah
informasi yang memberikan konteks atau deskripsi tentang data itu sendiri,
seperti informasi tentang pembuat file, waktu pembuatan atau modifikasi,
ukuran file, lokasi penyimpanan, dan detail teknis lainnya terkait data tersebut.
Analisis metadata sering digunakan dalam investigasi forensik digital,
manajemen informasi, keamanan data, dan berbagai bidang lainnya di mana
pemahaman yang lebih dalam tentang informasi yang tersimpan dalam
metadata dapat memberikan wawasan yang penting atau mengungkap detail
yang mungkin terlewatkan pada data itu sendiri.
 BAGAIMANA ANALISIS METADATA DALAM MEMBANTU
PENYIDIKAN
Analisis metadata dapat membantu penyidikan dengan cara:
 Mengungkap bukti, fakta, dan saksi dalam kasus-kasus hukum.
 Mendeteksi, mencegah, dan menanggapi ancaman siber,
terorisme, atau kejahatan lainnya.
 Mengintegrasikan, mengelola, dan menganalisis data bisnis dari
berbagai sumber.
2.8.1.4.1. METODE-METODE ANALISIS METADATA
Dalam analisis metadata, beberapa hal yang dapat dilakukan meliputi:
1. Identifikasi Asal-usul Data
Melacak informasi tentang asal-usul atau pembuat data untuk
memahami sumbernya dan keandalannya.
Identifikasi asal usul data adalah proses untuk menentukan sumber,
kualitas, dan validitas data yang digunakan dalam suatu penelitian atau
analisis. Identifikasi ini penting untuk memastikan bahwa data yang
digunakan relevan, akurat, dan dapat dipercaya. Berikut adalah
beberapa langkah yang dapat Anda lakukan untuk mengidentifikasi
asal usul data:
 Tentukan tujuan dan pertanyaan penelitian Anda. Hal ini akan
membantu Anda menentukan jenis data yang Anda butuhkan,
baik data primer (yang dikumpulkan langsung oleh Anda) atau
data sekunder (yang berasal dari sumber lain).
 Cari sumber data yang sesuai dengan tujuan dan pertanyaan
penelitian Anda. Anda dapat menggunakan mesin pencari
seperti Bing untuk mencari data yang tersedia secara online,
atau mengunjungi perpustakaan, arsip, lembaga penelitian, atau
organisasi terkait untuk mencari data yang tidak tersedia secara
online.
 Evaluasi kredibilitas dan kualitas sumber data yang Anda
temukan. Anda dapat menggunakan kriteria seperti otoritas,
akurasi, objektivitas, kelengkapan, keterkini.
2. Waktu dan Riwayat Modifikasi
Mengetahui kapan data dibuat atau diubah memberikan gambaran
tentang perubahan apa yang telah terjadi pada data tersebut.
Waktu dan riwayat modifikasi adalah informasi penting yang dapat
membantu Anda mengetahui kapan dan bagaimana data Anda berubah.
Ada beberapa cara untuk mendapatkan atau mengubah waktu dan
riwayat modifikasi data, tergantung pada jenis data dan aplikasi yang
Anda gunakan. Berikut adalah beberapa contoh:
 Jika Anda ingin mendapatkan atau mengubah waktu dan
riwayat modifikasi file atau folder di komputer Anda, Anda
dapat menggunakan aplikasi seperti File Date Corrector atau
Attribute Changer yang memungkinkan Anda mengubah
tanggal dan waktu pembuatan, modifikasi, dan akses file atau
folder. Anda juga dapat menggunakan perintah Windows
PowerShell untuk mengubah atribut file atau folder.
 Jika Anda ingin mendapatkan atau mengubah waktu dan
riwayat modifikasi data dalam tabel Access, Anda dapat
menggunakan formulir dengan makro yang akan menyimpan
tanggal dan waktu saat rekaman dimodifikasi. Anda juga dapat
menggunakan properti nilai default bidang untuk memberi
stempel waktu setiap rekaman saat dibuat.
 Jika Anda ingin mendapatkan atau mengubah waktu dan
riwayat modifikasi data dalam tabel temporal versi sistem SQL
Server, Anda dapat menggunakan fitur retensi data historis
yang memungkinkan Anda mengelola jumlah data historis yang
disimpan dalam tabel riwayat. Anda juga dapat menggunakan
fungsi sistem seperti SYSDATETIME() atau GETDATE()
untuk mengembalikan tanggal dan waktu saat ini.
3. Pencarian Informasi Tertentu
Memanfaatkan metadata untuk mencari informasi spesifik dalam suatu
dataset atau file yang besar.
4. Analisis Pola Penggunaan atau Akses
Memeriksa metadata untuk melihat pola penggunaan atau akses ke
informasi dalam suatu sistem atau platform.
5. Integritas Data
Memeriksa metadata untuk memastikan keotentikan dan integritas
data, termasuk apakah data tersebut telah dimodifikasi atau
dimanipulasi.
Integritas data adalah salah satu konsep penting dalam sistem
informasi. Integritas data berarti data yang akurat, andal, lengkap,
konsisten, dan benar. Data yang memiliki integritas dapat digunakan
untuk membuat keputusan yang tepat dan mendukung tujuan
organisasi. Integritas data dapat terganggu oleh berbagai faktor, seperti
kesalahan manusia, serangan siber, kerusakan perangkat keras, atau
kesalahan perangkat lunak. Oleh karena itu, penting untuk menerapkan
langkah-langkah untuk menjaga integritas data, seperti:
 Menggunakan metode integrasi data yang sesuai, seperti ETL,
ELT, replikasi, virtualisasi, atau streaming², untuk
menggabungkan data dari berbagai sumber dan memastikan
kualitas dan konsistensi data.
 Menggunakan teknik validasi, verifikasi, dan pembersihan data
untuk memeriksa dan memperbaiki kesalahan, inkonsistensi,
duplikasi, atau ketidaklengkapan data.
 Menggunakan teknik enkripsi, otentikasi, otorisasi, dan audit
untuk melindungi data dari akses, modifikasi, atau
penghapusan yang tidak sah atau tidak diinginkan.
 Menggunakan teknik backup, pemulihan, dan redundansi untuk
mencegah hilangnya data akibat kegagalan sistem, bencana
alam, atau bencana lainnya.
2.8.1.4.2. TUJUAN ANALISIS METADATA
Analisis metadata dapat digunakan untuk berbagai tujuan, seperti:
 Meningkatkan kualitas, akurasi, dan kelengkapan data dengan
mengidentifikasi kesalahan, inkonsistensi, atau kekurangan dalam
metadata.
 Memudahkan pencarian, pengaksesan, dan penggunaan data
dengan menyediakan informasi yang relevan, ringkas, dan mudah
dipahami tentang data.
 Meningkatkan pengelolaan, penyimpanan, dan pengamanan data
dengan menyusun, mengatur, dan melindungi metadata sesuai
dengan standar, kebijakan, atau regulasi yang berlaku.
 Mendukung pengambilan keputusan, penelitian, atau pembelajaran
dengan menyintesis, menggabungkan, atau membandingkan hasil
dari berbagai sumber data menggunakan metode statistik atau
analitik.
2.8.1.4.3. LANGKAH-LANGKAH ANALISIS METADATA
Untuk melakukan analisis metadata, ada beberapa langkah yang perlu
dilakukan, yaitu:
 Menentukan tujuan, pertanyaan, dan kriteria analisis metadata,
seperti jenis, sumber, ruang lingkup, atau kualitas data yang
dibutuhkan.
 Mengumpulkan metadata yang relevan dari berbagai sumber,
seperti basis data, dokumen, laman web, atau studi ilmiah,
menggunakan teknik pencarian, pengunduhan, atau pengumpulan
data yang sesuai.
 Menyaring, membersihkan, dan menstandarisasi metadata yang
dikumpulkan, seperti menghapus data yang duplikat, tidak relevan,
atau tidak valid, atau mengubah format, struktur, atau terminologi
data agar sesuai dengan standar yang ditetapkan.
 Menganalisis metadata yang disiapkan, seperti menghitung statistik
deskriptif, menguji hipotesis, membuat model, atau visualisasi
data, menggunakan alat, metode, atau teknik analisis yang sesuai
dengan tujuan, pertanyaan, dan kriteria analisis metadata.
 Menyajikan hasil analisis metadata, seperti membuat laporan, tabel,
grafik, atau diagram, yang menjelaskan temuan, kesimpulan, atau
rekomendasi dari analisis metadata, menggunakan format, gaya,
atau media yang sesuai dengan audiens, tujuan, atau konteks
analisis metadata.
2.8.1.5. REKAYASA BALIK
Rekayasa Balik (Reverse Engineering) adalah proses di mana suatu produk,
perangkat lunak, atau sistem diteliti secara mendalam dengan cara
memecahnya menjadi komponen-komponen dasar untuk memahami cara kerja
dan fungsionalitasnya. Rekayasa balik adalah proses untuk mengevaluasi,
menginterpretasi, dan menyajikan informasi yang terkandung dalam suatu
produk, perangkat, atau sistem yang sudah ada, dengan tujuan untuk
memahami bagaimana cara kerja, fungsi, struktur, atau teknologi yang
digunakan dalam produk, perangkat, atau sistem tersebut. Rekayasa balik
dapat dilakukan pada berbagai bidang, seperti perangkat keras, perangkat
lunak, biologi, kimia, atau arsitektur.
Rekayasa Balik dapat dilakukan dengan berbagai teknik, seperti analisis kode,
dekompilasi program, analisis struktur produk, dan penggunaan alat-alat
khusus untuk mengeksplorasi produk atau sistem yang sedang diteliti. Hal ini
sering digunakan dalam dunia teknologi, terutama dalam pengembangan
perangkat lunak, keamanan, dan bidang-bidang yang memerlukan pemahaman
mendalam tentang cara kerja suatu teknologi atau produk.
2.8.1.5.1. TUJUAN REKAYASA BALIK
Rekayasa balik memiliki beberapa tujuan, antara lain:
 Memperbaiki, meningkatkan, atau mengoptimalkan produk,
perangkat, atau sistem yang sudah ada, dengan menemukan
kelemahan, kesalahan, atau masalah yang terdapat dalam produk,
perangkat, atau sistem tersebut, dan memberikan solusi atau
alternatif yang lebih baik.
 Mempelajari, meniru, atau menyaingi produk, perangkat, atau
sistem yang dibuat oleh pihak lain, dengan mengetahui cara kerja,
fungsi, struktur, atau teknologi yang digunakan dalam produk,
perangkat, atau sistem tersebut, dan membuat produk, perangkat,
atau sistem yang serupa atau lebih unggul.
 Membuat dokumentasi, model, atau representasi dari produk,
perangkat, atau sistem yang sudah ada, dengan menggambarkan
secara rinci atau ringkas bagaimana cara kerja, fungsi, struktur,
atau teknologi yang digunakan dalam produk, perangkat, atau
sistem tersebut, dan menyajikannya dalam bentuk yang mudah
dipahami atau diakses.
2.8.1.5.2. LANGKAH-LANGKAH YANG PERLU DILAKUKAN UNTUK
MELAKUKAN REKAYASA BALIK
Untuk melakukan rekayasa balik, ada beberapa langkah yang perlu
dilakukan, antara lain:
 Menentukan tujuan, pertanyaan, dan kriteria rekayasa balik, seperti
jenis, sumber, ruang lingkup, atau kualitas produk, perangkat, atau
sistem yang akan dianalisis, dan informasi atau hasil yang
diharapkan dari rekayasa balik.
 Mengumpulkan produk, perangkat, atau sistem yang akan
dianalisis, atau bagian-bagian yang relevan dari produk, perangkat,
atau sistem tersebut, menggunakan teknik pengambilan,
pengunduhan, atau pengumpulan yang sesuai.
 Menganalisis produk, perangkat, atau sistem yang dikumpulkan,
atau bagian-bagian yang relevan dari produk, perangkat, atau
sistem tersebut, menggunakan alat, metode, atau teknik rekayasa
balik yang sesuai dengan tujuan, pertanyaan, dan kriteria rekayasa
balik, seperti dekompilasi, disasembli, pemindaian, pengukuran,
atau pengujian.
 Menyajikan hasil rekayasa balik, seperti membuat laporan, tabel,
grafik, atau diagram, yang menjelaskan temuan, kesimpulan, atau
rekomendasi dari rekayasa balik, menggunakan format, gaya, atau
media yang sesuai dengan audiens, tujuan, atau konteks rekayasa
balik.
2.8.1.6. FORENSIK DIGITAL
Forensik Digital adalah disiplin yang melibatkan pengumpulan, analisis, dan
interpretasi bukti elektronik dari perangkat digital untuk digunakan dalam
proses hukum atau investigasi keamanan. Metode ini memungkinkan
identifikasi, analisis, dan pemulihan informasi dari perangkat seperti
komputer, telepon, atau perangkat penyimpanan lainnya untuk mendukung
penyelidikan kejahatan komputer, pelanggaran keamanan, atau proses hukum
lainnya. Forensik Digital melibatkan teknik khusus untuk memastikan
integritas dan keandalan bukti elektronik yang diperoleh agar dapat diterima di
pengadilan atau dalam proses investigasi resmi.
Forensik digital adalah ilmu yang mempelajari cara menemukan,
mengamankan, menganalisis, dan menyajikan bukti digital yang berkaitan
dengan kejahatan siber atau aktivitas ilegal yang melibatkan perangkat digital.
Forensik digital dapat membantu penegak hukum, pengacara, perusahaan, atau
individu untuk mengungkap kebenaran, membuktikan kesalahan, atau
memulihkan data yang hilang dari berbagai media digital, seperti komputer,
ponsel, server, atau jaringan.
Forensik digital memiliki sejarah yang panjang dan berkembang seiring
dengan perkembangan teknologi digital. Salah satu kasus forensik digital
pertama yang terkenal adalah kasus pembunuhan James R. Hoffa pada tahun
1986, di mana FBI berhasil memulihkan data yang dihapus dari komputer
yang digunakan oleh tersangka. Sejak saat itu, forensik digital telah digunakan
dalam berbagai kasus, mulai dari terorisme, pencurian identitas, penipuan,
hingga pelecehan seksual.
2.8.1.6.1. FORENSIK DIGITAL MEMILIKI BEBERAPA JENIS ATAU
CABANG, TERGANTUNG PADA JENIS MEDIA DIGITAL YANG
DIANALISIS
 Forensik komputer, yaitu forensik digital yang berfokus pada
pemulihan dan analisis data dari komputer atau perangkat keras
terkait, seperti hard disk, flash disk, ponsel, CCTV, dan CD/DVD.
 Forensik perangkat bergerak, yaitu forensik digital yang berfokus
pada pemulihan dan analisis data dari perangkat bergerak atau
perangkat lunak terkait, seperti Microsoft Office, Google Chrome
dan Forensic Toolkit (FTK).
 Forensik jaringan, yaitu forensik digital yang berfokus pada
pemulihan dan analisis data dari jaringan atau protokol terkait,
seperti internet, intranet, atau Wi-Fi.
 Forensik basis data, yaitu forensik digital yang berfokus pada
pemulihan dan analisis data dari basis data atau sistem manajemen
basis data, seperti SQL, Oracle, atau MongoDB.
 Forensik audio, yaitu forensik digital yang berfokus pada
pemulihan dan analisis data dari audio atau format audio terkait,
seperti MP3, WAV, atau AAC.
 Forensik video, yaitu forensik digital yang berfokus pada
pemulihan dan analisis data dari video atau format video terkait,
seperti MP4, AVI, atau MKV.
2.8.1.6.2. TAHAPAN-TAHAPAN FORENSIK DIGITAL
Forensik digital memiliki beberapa proses atau tahapan yang harus
dilakukan secara sistematis dan profesional, yaitu:
 Pengumpulan, yaitu proses untuk mengumpulkan media digital
yang berisi bukti digital yang relevan dengan kasus yang ditangani,
dengan menggunakan teknik yang sesuai untuk mengamankan,
menduplikasi, atau mendokumentasikan media digital tersebut.
 Analisis, yaitu proses untuk menganalisis data yang dikumpulkan
dari media digital, dengan menggunakan alat, metode, atau teknik
yang sesuai untuk menemukan, mengekstrak, atau
menginterpretasikan bukti digital tersebut.
 Pelaporan, yaitu proses untuk menyajikan hasil analisis data dari
media digital, dengan menggunakan format, gaya, atau media yang
sesuai untuk menjelaskan temuan, kesimpulan, atau rekomendasi
dari forensik digital tersebut.
2.8.1.6.3. PERANGKAT FORENSIK DIGITAL
Forensik digital memiliki beberapa alat atau perangkat yang dapat
digunakan untuk membantu proses forensik digital, baik perangkat keras
maupun perangkat lunak, seperti:
 Perangkat keras, yaitu alat fisik yang dapat digunakan untuk
mengumpulkan, menduplikasi, atau menganalisis media digital,
seperti write blocker, disk duplicator, atau forensic workstation.
Contoh lainnya meliputi :
 Hard disk adalah salah satu jenis perangkat penyimpanan
data yang menggunakan piringan magnetis untuk
menyimpan informasi digital. Hard disk digunakan dalam
komputer dan perangkat lainnya untuk menyimpan data
secara permanen, seperti file-file sistem operasi, aplikasi,
dokumen, dan media lainnya. Terkadang hard disk juga
menjadi subjek forensik digital karena menyimpan jejak
informasi yang bisa menjadi bukti dalam investigasi.
 Flash disk juga dikenal sebagai USB flash drive atau thumb
drive, adalah perangkat penyimpanan data portabel yang
menggunakan teknologi flash memory untuk menyimpan
informasi digital. Flash disk biasanya kecil, ringan, dan
mudah dibawa ke mana-mana. Mereka digunakan untuk
menyimpan dan mentransfer file antar perangkat, seperti
dokumen, gambar, video, dan data lainnya. Sama seperti
hard disk, flash disk juga dapat menjadi subjek forensik
digital jika terlibat dalam investigasi yang memerlukan
analisis terhadap data yang disimpan di dalamnya.
 CCTV (Closed Circuit Television) adalah sistem
pengawasan video yang menggunakan kamera-kamera
untuk merekam gambar dan video di area tertentu. CCTV
biasanya digunakan untuk keamanan, pengawasan, atau
pemantauan dalam berbagai lingkungan, seperti di tempat
umum, perusahaan, rumah, dan sebagainya. Informasi yang
direkam oleh CCTV dapat menjadi bagian dari investigasi
forensik digital jika diperlukan dalam suatu kejadian atau
penyelidikan.
 Ponsel atau sering disebut sebagai smartphone, adalah
perangkat elektronik genggam yang dilengkapi dengan
fungsi telepon, pengiriman pesan, internet, kamera, dan
berbagai aplikasi. Mereka menyimpan informasi pribadi,
termasuk pesan teks, panggilan, riwayat lokasi, dan data
penting lainnya.
Ponsel dapat menjadi subjek utama dalam forensik digital
karena menyimpan banyak informasi yang penting bagi
penyelidikan, seperti jejak komunikasi, data lokasi, foto,
catatan, dan lainnya. Analisis forensik pada ponsel dapat
membantu dalam investigasi kejahatan atau peristiwa
tertentu.
 CD (Compact Disc) dan DVD (Digital Versatile Disc)
adalah media penyimpanan optik yang digunakan untuk
menyimpan data dalam format digital. CD dan DVD
digunakan untuk menyimpan berbagai jenis informasi
seperti musik, film, file data komputer, dan lainnya.
CD memiliki kapasitas penyimpanan yang lebih rendah
dibandingkan DVD. DVD, pada umumnya, memiliki
kapasitas penyimpanan yang lebih besar daripada CD dan
bisa digunakan untuk menyimpan data dalam jumlah yang
lebih besar, seperti film panjang atau permainan komputer
yang membutuhkan ruang penyimpanan yang lebih besar.
Baik CD maupun DVD dapat menjadi subjek forensik
digital jika data yang disimpan di dalamnya diperlukan
sebagai bukti atau informasi penting dalam investigasi.
 Perangkat lunak, yaitu program komputer yang dapat digunakan
untuk mengumpulkan, menduplikasi, atau menganalisis media
digital, seperti EnCase, FTK, atau Autopsy. Beberapa contoh
lainnya meliputi :
 Microsoft Office, Suite aplikasi yang terdiri dari Word
(untuk pengolahan kata), Excel (untuk spreadsheet),
PowerPoint (untuk presentasi), dan lainnya.
 Adobe Photoshop, Digunakan untuk pengeditan dan
manipulasi gambar dan grafis.
 Google Chrome, Salah satu dari banyak peramban web
yang digunakan untuk menjelajah internet.
 Zoom, Aplikasi untuk konferensi video dan panggilan
online.
 Forensic Toolkit (FTK), erangkat lunak forensik digital
yang membantu dalam analisis dan pengumpulan bukti dari
perangkat elektronik.
 Autodesk AutoCAD, Digunakan oleh para profesional
untuk desain dan dokumentasi dalam bidang teknik,
arsitektur, dan desain industri.
 Adobe Premiere Pro, Aplikasi pengeditan video
profesional.
2.8.1.6.4. MANFAAT FORENSIK DIGITAL UNTUK BERBAGAI
KEPENTINGAN
Forensik digital memiliki beberapa penerapan atau manfaat yang dapat
digunakan untuk berbagai kepentingan, seperti:
 Penegakan hukum, yaitu penerapan forensik digital untuk
membantu penegak hukum dalam mengusut, mengadili, atau
mencegah kejahatan siber atau aktivitas ilegal yang melibatkan
perangkat digital.
 Perusahaan, yaitu penerapan forensik digital untuk membantu
perusahaan dalam mengaudit, mengamankan, atau memulihkan
data perusahaan yang tersimpan di perangkat digital.
 Individu, yaitu penerapan forensik digital untuk membantu
individu dalam mengembalikan, melindungi, atau menghapus data
pribadi yang tersimpan di perangkat digital.
2.8.1.6.5. FORENSIK DIGITAL DALAM PERSIDANGAN KASUS KOPI
SIANIDA
Forensik digital adalah ilmu yang mempelajari dan menerapkan teknik-
teknik untuk mengumpulkan, menganalisis, dan menyajikan data digital
sebagai bukti dalam proses hukum. Forensik digital dapat digunakan untuk
mengungkap fakta-fakta yang terkait dengan kasus kriminal, seperti kasus
kopi sianida yang menewaskan Wayan Mirna Salihin pada tahun 2016.
Kasus kopi sianida adalah salah satu kasus yang melibatkan forensik
digital sebagai salah satu alat bukti. Dalam persidangan kasus ini, terdapat
beberapa barang bukti digital yang diperiksa oleh ahli forensik digital,
yaitu:
 Video CCTV yang merekam kejadian di Kafe Olivier, tempat
Mirna minum es kopi yang diduga mengandung sianida.
 Data chat antara Jessica Wongso, terdakwa pembunuhan Mirna,
dengan teman-temannya sebelum dan sesudah kejadian.
 Data ponsel Jessica Wongso, termasuk riwayat panggilan, pesan,
dan lokasi GPS.

Barang bukti digital ini dianalisis oleh ahli forensik digital untuk
mengetahui apakah ada indikasi atau motif pembunuhan, apakah ada
manipulasi atau rekayasa data, dan apakah ada keterkaitan antara data
digital dengan data lainnya, seperti data toksikologi dan patologi.

Namun, dalam persidangan kasus ini, terdapat perbedaan pendapat


antara ahli forensik digital yang dihadirkan oleh Jaksa Penuntut Umum
(JPU) dan ahli IT yang dihadirkan oleh Penasihat Hukum (PH)
terdakwa. Ahli forensik digital dari JPU menyatakan bahwa video
CCTV yang digunakan sebagai barang bukti adalah asli dan tidak
mengalami tampering, yaitu perubahan atau penghapusan data. Ahli
forensik digital juga menyatakan bahwa data chat dan data ponsel
Jessica Wongso menunjukkan adanya motif dan rencana pembunuhan
Mirna.

Sementara itu, ahli IT dari PH terdakwa menyatakan bahwa video


CCTV yang digunakan sebagai barang bukti adalah hasil kloning dan
sudah mengalami editing, yaitu penggabungan atau pemotongan data.
Ahli IT juga menyatakan bahwa data chat dan data ponsel Jessica
Wongso tidak relevan dan tidak dapat dijadikan sebagai bukti
pembunuhan Mirna.

Perbedaan pendapat antara ahli forensik digital dan ahli IT ini


menimbulkan kontroversi dan kebingungan di masyarakat. Banyak
media yang memberitakan hal-hal yang dapat menggiring opini publik
terkait kasus Jessica. Akhirnya, pada Oktober 2016, Jessica Wongso
divonis bersalah dan dihukum 20 tahun penjara oleh Pengadilan Negeri
Jakarta Pusat.

Forensik digital dalam persidangan kasus kopi sianida menunjukkan


bahwa ilmu ini memiliki peran penting dalam mengungkap fakta-fakta
yang terkait dengan kasus kriminal. Namun, ilmu ini juga memiliki
tantangan dan keterbatasan, seperti kualitas dan integritas data, metode
dan standar analisis, serta kompetensi dan independensi ahli. Oleh
karena itu, penting bagi para ahli forensik digital untuk selalu
mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi, serta menjaga etika dan
profesionalisme dalam menjalankan tugasnya.

2.8.1.6.6. CCTV
CCTV adalah perangkat yang berguna untuk meningkatkan sistem
keamanan di tempat-tempat tertentu, seperti rumah, toko, kantor, atau
tempat umum. CCTV dapat merekam dan menyimpan kejadian-kejadian
yang terjadi di area yang dipasang, yang dapat digunakan sebagai bukti
atau referensi jika terjadi masalah. CCTV juga dapat mencegah atau
mengurangi tindak kejahatan, karena pelaku akan berpikir dua kali
sebelum melakukan aksi yang tidak diinginkan. CCTV juga dapat
membantu dalam mengawasi dan memantau aktivitas di area yang
dipasang, seperti lalu lintas, parkir, atau produksi. CCTV juga dapat
memberikan rasa aman dan nyaman bagi pengguna dan pengunjung di area
yang dipasang.
 CARA KERJA CCTV
Cara kerja CCTV adalah sebagai berikut:
 Kamera CCTV merekam gambar atau video dari area yang
diawasi dan mengirimkan sinyal ke DVR (Digital Video
Recorder) melalui kabel coaxial atau wireless.
 DVR menerima sinyal dari kamera CCTV dan
mengubahnya menjadi sinyal digital yang dapat disimpan di
hard disk atau media penyimpanan lainnya.
 Monitor menerima sinyal dari DVR melalui kabel VGA
atau HDMI dan menampilkan gambar atau video dari
kamera CCTV.
 BAGAIMANA CCTV MENGAMBIL VIDEO/GAMBAR
CCTV mengambil video atau gambar dengan cara menggunakan
kamera yang dapat menangkap gambar atau video dari area yang
dipasang. Kamera tersebut kemudian mengirimkan sinyal ke
perangkat penyimpanan atau penampilan, seperti DVR, NVR,
monitor, atau cloud. Sinyal yang dikirimkan dapat berupa analog
atau digital, tergantung pada jenis kamera dan sistem CCTV yang
digunakan.
CCTV bekerja dengan cara menghubungkan kamera-kamera yang
dipasang di lokasi tertentu dengan Digital Video Recorder (DVR)
yang berfungsi sebagai penyimpan video rekaman. DVR kemudian
dihubungkan dengan monitor yang menampilkan gambar dari
kamera-kamera tersebut. Kamera-kamera juga membutuhkan
sumber daya listrik untuk dapat beroperasi. Sinyal yang
ditransmisikan oleh kamera-kamera bersifat tertutup dan tidak
dapat didistribusikan ke publik seperti televisi.
 CARA PENGAMBILAN ALAT BUKTI MENGGUNAKAN
CCTV
Cara pengambilan alat bukti menggunakan CCTV adalah sebagai
berikut:
 Pertama, pengambilan alat bukti harus dilakukan dengan
surat permintaan tertulis dari penyidik yang berwenang,
yang mencantumkan nomor laporan polisi, identitas
pelapor, identitas tersangka, dan jenis tindak pidana yang
diduga.
 Kedua, pengambilan alat bukti harus disertai dengan Berita
Acara Pemeriksaan (BAP) dan Berita Acara Pengambilan,
penyitaan dan pembungkusan barang bukti. BAP harus
memuat keterangan saksi-saksi yang mengetahui
keberadaan dan isi rekaman CCTV, serta keterangan ahli
yang dapat membuktikan keaslian dan keterkaitan rekaman
CCTV dengan peristiwa pidana.
 Ketiga, pengambilan alat bukti harus dilakukan dengan cara
yang tidak merusak atau mengubah rekaman CCTV yang
asli. Rekaman CCTV harus diambil data dari DVR (Digital
Video Recorder) yang merupakan perangkat penyimpan
video rekaman. Data rekaman CCTV harus digandakan
dengan cara yang benar dan akurat, serta disimpan dalam
media penyimpanan yang aman dan terlindung dari
gangguan.
 Keempat, pengambilan alat bukti harus dilakukan dengan
menghormati hak-hak pihak yang terlibat, termasuk hak
privasi, hak asasi manusia, dan hak konstitusional.
Pengambilan alat bukti tidak boleh melanggar aturan
hukum yang berlaku, seperti UU No. 11 Tahun 2008
tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, UU No. 39
Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, dan UUD 1945.
2.8.1.6.6.1. BAGAIMANA CCTV BISA MENANGKAP EKSPRESI
CCTV bisa menangkap ekspresi dengan menggunakan teknologi seperti
AI, Machine Learning, Pendeteksi Pergerakan, dan Sistem Pengenalan
Wajah. Teknologi-teknologi ini memungkinkan kamera CCTV untuk
memahami ciri-ciri manusia dan objek tertentu sehingga dapat mengenali
dan memberikan peringatan yang tepat jika terjadi kejadian yang
mencurigakan.
CCTV bekerja dengan suatu sistem yang terdiri dari kamera pengawas,
monitor, dan perangkat penyimpanan. Kamera pengawas, yang sering
disebut sebagai security camera, akan merekam gambar atau video dari
tempat yang dipasang. Kemudian, gambar atau video tersebut diproses dan
ditampilkan pada monitor. CCTV juga dapat dihubungkan dengan
perangkat penyimpanan seperti DVR (Digital Video Recorder) atau NVR
(Network Video Recorder) untuk merekam dan menyimpan rekaman
video.
 BAGAIMANA CCTV MENANGKAP EKSPRESI JESSICA
WONGSO DALAM KASUS KOPI SIANIDA
Rekaman CCTV di Kafe Olivier menjadi salah satu bukti penting
dalam kasus ini. Dalam rekaman tersebut, terlihat Jessica tiba lebih
dulu di kafe dan memesan es kopi Vietnam untuk Mirna. Jessica
kemudian pergi sebentar dan membawa tas kertas yang diduga
berisi racun sianida. Jessica menuangkan racun ke dalam kopi
Mirna saat Mirna dan Hanie, teman lainnya, sedang ke toilet.
Rekaman CCTV juga menunjukkan ekspresi Jessica yang
mencurigakan saat Mirna meminum kopi beracun itu. Jessica
tampak tidak peduli saat Mirna mengeluh kopi rasanya pahit dan
tidak enak. Jessica juga tidak menawarkan kopi atau minuman
lainnya kepada Mirna. Jessica bahkan terlihat tersenyum saat
Mirna mulai kejang-kejang dan tidak sadarkan diri. Jessica juga
tidak membantu Mirna saat dibawa ke rumah sakit, melainkan
hanya mengikuti dari belakang.
Ekspresi Jessica Wongso yang terekam CCTV saat Mirna
meminum kopi beracun adalah ekspresi yang tidak peduli,
tersenyum, dan mencurigakan. Berikut ini adalah beberapa
penjelasan tentang ekspresi Jessica Wongso berdasarkan rekaman
CCTV:
 Jessica Wongso tampak tidak peduli saat Mirna
mengeluh kopi rasanya pahit dan tidak enak. Jessica
Wongso juga tidak menawarkan kopi atau minuman
lainnya kepada Mirna.
 Jessica Wongso terlihat tersenyum saat Mirna mulai
kejang-kejang dan tidak sadarkan diri. Jessica Wongso
juga tidak membantu Mirna saat dibawa ke rumah
sakit, melainkan hanya mengikuti dari belakang.
 Jessica Wongso menunjukkan gerakan mencurigakan
saat menuangkan racun ke dalam kopi Mirna. Jessica
Wongso membawa tas kertas yang diduga berisi racun
sianida dan memindahkan sesuatu dari tasnya ke atas
meja. Jessica Wongso juga tampak menoleh kanan kiri
saat melakukan hal tersebut.
 APA TANGGAPAN AHLI PEMBACA EKSPRESI DALAM
KASUS KOPI SIANIDA
Tanggapan ahli pembaca ekspresi dalam kasus kopi sianida
bervariasi, tergantung pada sudut pandang dan metode yang
digunakan. Berikut ini adalah beberapa tanggapan dari ahli
pembaca ekspresi:
 Dr. Ekman, seorang psikolog dan ahli ekspresi wajah,
mengatakan bahwa Jessica Wongso menunjukkan ekspresi
kepuasan saat Mirna meminum kopi beracun. Dr. Ekman
menganalisis rekaman CCTV dengan menggunakan Facial
Action Coding System (FACS), sebuah sistem yang
mengidentifikasi gerakan otot wajah yang berkaitan dengan
emosi.
 Dr. Rullyandi, seorang pakar hukum tata negara,
mengatakan bahwa ekspresi Jessica Wongso tidak bisa
dijadikan sebagai bukti tunggal dalam kasus kopi sianida.
Dr. Rullyandi menilai bahwa ekspresi Jessica Wongso bisa
saja disebabkan oleh faktor lain, seperti stres, kebingungan,
atau ketakutan. Dr. Rullyandi juga mengatakan bahwa
ekspresi Jessica Wongso tidak menunjukkan motif
pembunuhan.
 Dr. Natalia, seorang psikolog dan saksi ahli dari JPU,
mengatakan bahwa Jessica Wongso menunjukkan ekspresi
kebencian dan kecemburuan terhadap Mirna. Dr. Natalia
mengklaim bahwa Jessica Wongso memiliki masalah
pribadi dengan Mirna, seperti persaingan karier, asmara,
dan status sosial. Dr. Natalia juga mengatakan bahwa
Jessica Wongso memiliki gangguan kepribadian antisosial,
yang membuatnya tidak memiliki empati dan rasa bersalah.
2.8.1.6.6.2. PENGGUNAAN CCTV DALAM PERKARA HUKUM
Penggunaan CCTV dalam perkara hukum adalah salah satu bentuk alat
bukti elektronik yang dapat digunakan untuk membuktikan adanya tindak
pidana dan kesalahan pelaku. CCTV adalah singkatan dari Closed Circuit
Television, yaitu sistem pengawasan dengan menggunakan kamera video
yang terhubung dengan monitor atau perekam.
Menurut Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik, alat bukti elektronik adalah informasi yang dibuat,
dikirim, diterima, disimpan, atau diolah dengan menggunakan perangkat
elektronik, optik, atau sejenisnya, yang dapat dipertanggungjawabkan
kebenarannya. Alat bukti elektronik dapat dijadikan sebagai alat bukti
yang sah apabila memenuhi syarat-syarat berikut:
 Dapat diakses, ditampilkan, didengar, atau dibaca oleh manusia
atau sistem elektronik.
 Dijamin keutuhannya dengan menggunakan tanda tangan
elektronik atau metode lain yang setara.
 Dibuat atau diterima dalam rangka penegakan hukum atas
permintaan kepolisian, kejaksaan, atau institusi penegak hukum
lainnya yang ditetapkan berdasarkan undang-undang.
 Memiliki hubungan yang erat dengan peristiwa pidana yang
diperiksa.

CCTV dapat memenuhi syarat-syarat tersebut apabila rekaman kamera


CCTV dapat menunjukkan gambar atau suara yang jelas, relevan, dan
otentik terkait dengan peristiwa pidana yang terjadi. Rekaman kamera
CCTV juga harus dilakukan dengan prosedur yang benar, seperti
dilengkapi dengan berita acara pengambilan atau pemindahan, dan
dilakukan oleh pihak yang berwenang.

Kasus yang menggunakan CCTV sebagai alat bukti adalah kasus kopi
sianida yang menjerat Jessica Wongso, kasus pembunuhan Wayan
Mirna Salihin dengan cara menuangkan racun sianida ke dalam kopi
yang diminum korban di Kafe Olivier, Jakarta, pada 6 Januari 2016.
Rekaman CCTV di kafe tersebut menunjukkan ekspresi dan gerakan
Jessica yang mencurigakan saat menuangkan racun ke dalam kopi
korban. Rekaman CCTV ini menjadi salah satu alat bukti yang
meyakinkan hakim untuk menjatuhkan hukuman 20 tahun penjara
kepada Jessica.

2.9. TEKNOLOGI PENGENALAN WAJAH


Face Recognition Technology atau Teknologi Pengenalan Wajah (selanjutnya
disingkat dengan TPW) adalah teknologi yang mampu mengidentifikasi atau
memverifikasi subjek melalui gambar, video, atau elemen audiovisual apa pun
dari wajah seseorang. TPW terus mengalami proliferasi yang luas pada saat ini.
Teknologi pengenalan wajah adalah teknologi yang dapat mengenali dan
memverifikasi identitas seseorang berdasarkan fitur-fitur wajahnya. Teknologi ini
menggunakan algoritma kecerdasan buatan untuk menganalisis dan
membandingkan fitur-fitur wajah seseorang dengan data yang sudah tersimpan
dalam basis data wajah. Teknologi ini dapat digunakan untuk berbagai tujuan,
seperti keamanan, pengawasan, penegakan hukum, otentikasi, dan hiburan .
2.9.1. CARA KERJA TEKNOLOGI PENGENALAN WAJAH
Cara kerja teknologi pengenalan wajah adalah sebagai berikut:
 Pertama, kamera yang dilengkapi dengan teknologi ini akan
menangkap gambar atau video wajah seseorang yang ingin
diidentifikasi.
 Kedua, gambar atau video tersebut akan diproses oleh algoritma
untuk mengekstraksi fitur-fitur wajah yang penting, seperti bentuk,
ukuran, warna, dan posisi mata, hidung, bibir, dan lain-lain.
 Ketiga, fitur-fitur wajah tersebut akan dikonversi menjadi data atau
informasi digital, yang kemudian akan dibandingkan dengan data
atau informasi wajah yang sudah ada dalam basis data.
 Keempat, algoritma akan menghitung tingkat kemiripan atau
kesesuaian antara data wajah yang baru dengan data wajah yang
lama, dan memberikan hasil identifikasi atau verifikasi.
2.9.2. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN TEKNOLOGI PENGENALAN
WAJAH
Teknologi pengenalan wajah memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan,
antara lain:
 KELEBIHAN
 Teknologi ini dapat meningkatkan keamanan dan privasi data
pribadi, karena tidak mudah dipalsukan atau dimanipulasi.
 Teknologi ini dapat mempermudah dan mempercepat proses
identifikasi atau verifikasi, karena tidak membutuhkan interaksi
manual atau perangkat tambahan.
 Teknologi ini dapat digunakan untuk berbagai aplikasi, seperti
membuka kunci smartphone, mengakses akun online,
membayar transaksi, menghadiri rapat, dan lain-lain.
 KEKURANGAN
 Teknologi ini dapat menimbulkan masalah etika dan hukum,
karena dapat melanggar hak asasi manusia, seperti hak privasi,
hak kebebasan, dan hak perlindungan data.
 Teknologi ini dapat memiliki tingkat akurasi yang bervariasi,
tergantung pada kualitas kamera, pencahayaan, sudut
pengambilan, ekspresi wajah, dan faktor lainnya.
 Teknologi ini dapat terpengaruh oleh bias atau diskriminasi,
karena dapat salah mengenali atau mengabaikan wajah-wajah
yang berbeda ras, etnis, jenis kelamin, atau usia.
2.9.3. KONSEP DAN KOMPONEN TEKNOLOGI PENGENALAN WAJAH
Untuk menjelaskan secara rinci teknologi pengenalan wajah, kita perlu
memahami beberapa konsep dan komponen yang terkait, yaitu:
 Fitur wajah: Fitur wajah adalah karakteristik atau ciri-ciri yang dapat
membedakan wajah seseorang dari wajah orang lain, seperti bentuk,
ukuran, warna, dan posisi mata, hidung, bibir, dan lain-lain. Fitur
wajah dapat bersifat statis, yaitu tidak berubah seiring waktu, atau
dinamis, yaitu berubah seiring dengan ekspresi, emosi, atau usia.
 Basis data wajah: Basis data wajah adalah kumpulan data atau
informasi digital yang berisi gambar atau video wajah dari berbagai
orang yang sudah terdaftar atau diketahui identitasnya. Basis data
wajah dapat bersifat publik, yaitu dapat diakses oleh siapa saja, atau
privat, yaitu hanya dapat diakses oleh pihak tertentu. Basis data wajah
dapat berisi data wajah yang berasal dari berbagai sumber, seperti
kamera CCTV, kamera ponsel, kamera web, atau media sosial.
 Algoritma kecerdasan buatan: Algoritma kecerdasan buatan adalah
prosedur atau langkah-langkah yang dapat dilakukan oleh komputer
untuk meniru kemampuan manusia dalam melakukan tugas-tugas
tertentu, seperti belajar, berpikir, atau mengambil keputusan.
Algoritma kecerdasan buatan dapat menggunakan berbagai metode
atau teknik, seperti logika, pencarian, optimisasi, atau pembelajaran
mesin. Algoritma kecerdasan buatan dapat beradaptasi dengan data
atau informasi yang diberikan, dan dapat meningkatkan kinerja atau
akurasi dengan pengalaman.
2.9.4. BAGAIMANA TEKNOLOGI PENGENALAN WAJAH DALAM
MENANGANI KASUS
Teknologi pengenalan wajah adalah teknologi yang dapat mengidentifikasi
atau memverifikasi identitas seseorang berdasarkan fitur wajahnya. Teknologi
ini dapat membantu penyidikan dalam berbagai cara, seperti:
 Mencari dan menangkap pelaku kejahatan dengan membandingkan
gambar wajah mereka dengan database wajah yang terdaftar, seperti
yang dilakukan Polri dalam kasus pengeroyokan Ade Armando.
 Melacak mobilitas dan kontak pasien COVID-19 dengan
menggunakan kamera pengawas yang dilengkapi dengan teknologi
pengenalan wajah, seperti yang dikembangkan oleh Korea Selatan.
 Mengurangi risiko akses tidak sah atau penyalahgunaan data dengan
menggunakan pengenalan wajah sebagai metode autentikasi atau
verifikasi, seperti yang digunakan dalam keamanan perangkat.

Namun, teknologi pengenalan wajah juga memiliki beberapa tantangan


dan risiko, seperti:

 Kesalahan identifikasi atau salah tangkap yang disebabkan oleh


faktor-faktor seperti kualitas gambar, sudut pandang, pencahayaan,
ekspresi wajah, atau variasi ras.
 Pelanggaran privasi atau hak asasi manusia yang terjadi ketika
teknologi pengenalan wajah digunakan tanpa persetujuan atau
partisipasi sadar dari subjek.
 Potensi penyalahgunaan atau penyalagunaan teknologi pengenalan
wajah oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab atau tidak
berwenang untuk tujuan yang tidak etis atau ilegal.

Oleh karena itu, teknologi pengenalan wajah perlu diatur dan dikontrol
dengan baik agar dapat memberikan manfaat bagi masyarakat tanpa
mengorbankan hak dan kebebasan individu.

2.10. RECORDER
Recorder CCTV adalah sebuah alat yang berfungsi sebagai pemroses dan
penyimpan data video dari kamera CCTV. Recorder CCTV dapat merekam dan
menyimpan video atau gambar dari kamera CCTV pada sebuah hard disk drive.
Data video dalam hard disk drive tersebut dapat diakses kembali pada saat
dibutuhkan oleh pengguna. Recorder CCTV juga dapat dihubungkan dengan
jaringan internet atau komputer untuk memudahkan pengguna dalam melakukan
pemantauan dari jarak jauh. Recorder CCTV secara rinci adalah alat yang dapat
merekam video dari kamera CCTV dan menyimpannya dalam bentuk file digital.
Recorder CCTV biasanya terdiri dari beberapa komponen, yaitu:
 DVR (Digital Video Recorder): DVR adalah perangkat yang mengubah
sinyal analog dari kamera CCTV menjadi sinyal digital dan
menyimpannya dalam hard disk internal atau eksternal. DVR juga
memiliki fungsi untuk menampilkan, memutar kembali, dan mengatur
rekaman video.
 NVR (Network Video Recorder): NVR adalah perangkat yang merekam
video dari kamera CCTV yang terhubung melalui jaringan internet atau
LAN. NVR tidak memerlukan konversi sinyal, karena kamera CCTV
sudah mengirimkan sinyal digital. NVR juga memiliki fungsi yang sama
dengan DVR, namun dapat diakses secara jarak jauh melalui komputer
atau smartphone.
 Monitor: Monitor adalah perangkat yang digunakan untuk menampilkan
gambar video dari kamera CCTV. Monitor dapat berupa TV, komputer,
atau layar khusus yang terhubung dengan DVR atau NVR melalui kabel
HDMI, VGA, atau RCA.

Cara memasang recorder CCTV meliputi langkah-langkah berikut:

 Memilih jenis dan jumlah kamera CCTV sesuai dengan kebutuhan dan
anggaran.
 Memilih jenis dan kapasitas recorder CCTV yang sesuai dengan
jumlah dan jenis kamera CCTV.
 Memilih lokasi pemasangan kamera CCTV yang strategis dan aman,
serta memperhatikan sudut pandang, pencahayaan, dan jarak dengan
recorder CCTV.
 Memasang kamera CCTV dengan menggunakan penyangga, baut, dan
obeng, serta menghubungkan kabel daya dan kabel video ke DVR atau
NVR.
 Memasang recorder CCTV di tempat yang terlindung dari debu, panas,
dan kelembaban, serta menghubungkan kabel daya, kabel video, dan
kabel jaringan ke kamera CCTV, monitor, dan router.
 Menyalakan recorder CCTV dan melakukan pengaturan awal, seperti
tanggal, waktu, resolusi, durasi, dan mode rekaman.
2.10.1. CARA KERJA RECORDER
Recorder cctv adalah sebuah alat yang berfungsi sebagai pemroses dan
penyimpan data video dari kamera cctv. Recorder cctv biasanya menggunakan
DVR (Digital Video Recorder) yang dapat mengubah sinyal analog menjadi
sinyal digital dan menyimpannya pada hard disk drive. Berikut adalah
langkah-langkah cara kerja recorder cctv:
 Menerima input video dari kamera cctv melalui kabel video seperti
kabel coaxial atau kabel lan.
 Mengompres video yang diterima dan menyimpannya pada disk atau
hard drive.
 Menyediakan akses ke rekaman video melalui monitor atau jaringan.
 Menyediakan pemutaran ulang, pengaturan waktu, dan pengaturan
sistem lainnya.

Recorder cctv memiliki beberapa keuntungan, seperti kemampuan untuk


memantau dari jarak jauh, mempercepat proses pencarian data video, dan
mengatur penyimpanan data video sesuai kebutuhan. Recorder cctv juga
dapat meningkatkan keamanan di berbagai tempat seperti kantor, rumah,
atau area publik.

2.10.2. BAGAIMANA RECORDER DAPAT MENGAMBIL REKAMAN


YANG AKURAT DALAM MENANGANI KASUS
 Recorder harus memastikan bahwa rekaman yang diambil sesuai
dengan kenyataan yang terjadi, tanpa ada rekayasa atau manipulasi
data.
 Recorder harus memperoleh izin dari pihak yang berwenang, seperti
kepolisian, kejaksaan, atau pengadilan, untuk mengambil rekaman
sebagai alat bukti.
 Recorder harus mengikuti standar teknis dan prosedur yang berlaku
untuk mengambil rekaman, seperti menggunakan perangkat yang
berkualitas, memilih sudut dan jarak yang tepat, serta menyimpan dan
mengamankan rekaman dengan baik.
 Recorder harus menghormati hak-hak pribadi dan privasi dari pihak-
pihak yang terlibat dalam rekaman, seperti tidak merekam tanpa
sepengetahuan atau persetujuan mereka, tidak menyebarkan rekaman
tanpa izin, dan tidak menyalahgunakan rekaman untuk tujuan yang
tidak sesuai dengan hukum.
2.10.3. PENGAMBILAN BARANG BUKTI MENGGUNAKAN RECORDER
Pengambilan barang bukti menggunakan recorder adalah proses merekam
suara atau video dari saksi, terdakwa, atau korban dalam perkara pidana.
Recorder dapat digunakan sebagai alat bukti hukum yang sah, sesuai dengan
UU No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Namun,
recorder harus memenuhi syarat-syarat berikut:
 Recorder harus memiliki sertifikat elektronik yang dikeluarkan oleh
penyelenggara sertifikat elektronik yang terdaftar di Kementerian
Komunikasi dan Informatika.
 Recorder harus dapat menjamin keaslian, keutuhan, dan ketersediaan
informasi elektronik yang direkam.
 Recorder harus dapat menunjukkan identitas perekam, waktu rekaman,
dan tempat rekaman.

Cara pengambilan barang bukti menggunakan recorder adalah sebagai


berikut:

 Penyidik atau penuntut umum mengajukan permohonan izin


rekaman kepada hakim pengadilan negeri yang berwenang.
 Hakim memberikan izin rekaman dengan mempertimbangkan
alasan, tujuan, dan objek rekaman.
 Penyidik atau penuntut umum melakukan rekaman dengan
menggunakan recorder yang memenuhi syarat dan menghadirkan
saksi yang mengetahui rekaman.
 Penyidik atau penuntut umum menyimpan rekaman dalam media
penyimpanan yang aman dan tidak mudah dimanipulasi.
 - Penyidik atau penuntut umum mengajukan rekaman sebagai alat
bukti dalam persidangan dengan menyertakan hasil cetak (print
out) rekaman.
2.10.4. BAGAIMANA RECORDER MENGAMBIL VIDEO/GAMBAR PADA
CCTV PERSIDANGAN KASUS KOPI SIANIDA
Recorder CCTV mengambil video atau gambar dari kamera CCTV dengan
cara mengubah sinyal analog menjadi sinyal digital dan menyimpannya dalam
media penyimpanan. Dalam kasus kopi sianida, rekaman CCTV dari Kafe
Olivier, tempat Mirna Salihin meninggal setelah meminum kopi bersianida,
menjadi salah satu barang bukti yang diputar di persidangan. Rekaman CCTV
tersebut menunjukkan gerak-gerik Jessica Wongso, terdakwa pembunuhan
Mirna, sebelum dan sesudah Mirna tiba di kafe. Rekaman CCTV tersebut juga
menjadi bahan kontroversi, karena ayah Mirna diduga menyembunyikan
rekaman CCTV utuh yang tidak dimunculkan di persidangan.
2.10.5. BAGAIMANA RECORDER BISA MENGAMBIL REKAMAN CCTV
JESSICA WONGSO DALAM KASUS KOPI SIANIDA
Rekaman CCTV Jessica Wongso dalam kasus kopi sianida yang menewaskan
Mirna Salihin pada Januari 2016 menjadi salah satu bukti penting dalam
persidangan. Namun, ada beberapa kejanggalan dan fakta baru yang terungkap
mengenai rekaman CCTV tersebut. Berikut adalah beberapa poin yang perlu
diketahui:
 Rekaman CCTV yang dibawa ke sidang bukan hasil CCTV secara
utuh, melainkan hanya potongan yang disalin ke dalam flashdisk oleh
penyidik. Hal ini menimbulkan kemungkinan rekayasa atau manipulasi
data.
 Rekaman CCTV yang diperlihatkan di sidang juga tidak jelas dan
sangat jauh jaraknya, sehingga sulit untuk melihat gerak-gerik Jessica
Wongso yang diduga memasukkan racun sianida ke dalam kopi Mirna.
 Ayah Mirna, Edi Darmawan Salihin, mengaku memiliki rekaman
CCTV lain yang lebih jelas dan dekat, yang menunjukkan tangan kiri
Jessica Wongso menaruh racun di gelas kopi Mirna. Rekaman ini
disaksikan oleh beberapa pejabat kepolisian, termasuk Tito Karnavian
yang saat itu menjabat sebagai Kapolda Metro Jaya. Namun, rekaman
ini tidak dijadikan sebagai bukti di persidangan.
 Pakar telematika, Abimanyu Wahyu Hidayat, mengatakan bahwa
rekaman CCTV di Kafe Olivier bisa dianalisis lebih lanjut dengan
menggunakan teknologi digital forensik yang lebih canggih, seperti
face recognition, motion detection, dan image enhancement. Hal ini
bisa membantu mengungkap kebenaran dari kasus kopi sianida.
2.10.6. BAGAIMANA TANGGAPAN SAKSI AHLI MENGENAI
PENGAMBILAN REKAMAN RECORDER DALAM CCTV KASUS
KOPI SIANIDA
Tanggapan saksi ahli mengenai pengambilan rekaman recorder dalam cctv
kasus kopi sianida bervariasi, tergantung pada bidang keahlian dan sudut
pandang mereka. Beberapa tanggapan saksi ahli sebagai berikut :
 Saksi ahli digital forensik, Christopher Hariman Rianto, mengatakan
bahwa ada 11 aktivitas yang terekam kamera CCTV Kafe Olivier
sebagai momen penting dalam kasus tersebut, terutama saat Jessica
memindahkan gelas es kopi Vietnam yang dipesannya untuk Mirna
dari depan ke sebelah kanan dirinya.
 Saksi ahli toksikologi forensik, Nur Samran Subandi, berpendapat
bahwa Jessica terlalu banyak menggaruk karena sianida, dan
kemungkinan besar menggunakan sianida saat peristiwa di Kafe
Olivier.
 Saksi ahli digital forensik, Muhammad Nuh, menyangkal adanya
rekayasa atau manipulasi data dalam rekaman CCTV, dan menantang
saksi ahli lain untuk membandingkan hasil analisisnya.
 Pakar telematika, Abimanyu Wahyu Hidayat, mengungkapkan adanya
kejanggalan dan fakta baru dalam rekaman CCTV, seperti adanya
perbedaan waktu antara CCTV di Kafe Olivier dan CCTV di luar kafe,
serta adanya potongan-potongan rekaman yang tidak ditampilkan di
persidangan.
2.10.7. PELANGGARAN UU DALAM PENGAMBILAN BARANG BUKTI DI
RECORDER CCTV KASUS KOPI SIANIDA
Dalam kasus kopi sianida yang menjerat Jessica Kumala Wongso sebagai
terdakwa, rekaman CCTV di Kafe Olivier menjadi salah satu alat bukti yang
dipersoalkan. Ada beberapa pelanggaran UU yang diduga terjadi dalam
pengambilan barang bukti di recorder CCTV, antara lain:
 Pengambilan rekaman CCTV tidak dilakukan secara utuh, melainkan
hanya sebagian yang disalin ke flashdisk oleh penyidik. Hal ini
berpotensi melanggar Pasal 5 ayat (1) UU No. 11 Tahun 2008 tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE), yang mengatur tentang
integritas data elektronik.
 Rekaman CCTV yang diperlihatkan di persidangan tidak jelas dan
tidak fokus, sehingga tidak bisa membuktikan adanya kesengajaan dan
perencanaan dari terdakwa untuk memasukkan racun sianida ke dalam
kopi korban. Hal ini berpotensi melanggar Pasal 184 ayat (1) KUHAP,
yang mengatur tentang syarat sahnya alat bukti, yaitu harus didapat
secara sah dan sesuai dengan hukum acara pidana.
 Rekaman CCTV yang lebih jelas dan dekat, yang dimiliki oleh ayah
korban dan disaksikan oleh beberapa pejabat kepolisian, tidak
dijadikan sebagai alat bukti di persidangan. Hal ini berpotensi
melanggar Pasal 5 ayat (2) UU ITE, yang mengatur tentang petunjuk
sebagai alat bukti elektronik, serta Pasal 188 KUHAP, yang mengatur
tentang kewajiban penyidik untuk menyerahkan semua barang bukti
kepada penuntut umum.
2.11. CYBER CRIME KASUS KOPI SIANIDA
Cyber crime adalah kejahatan yang dilakukan dengan menggunakan teknologi
informasi dan komunikasi, seperti internet, komputer, atau perangkat digital
lainnya. Cyber crime dapat berupa penipuan, pencurian data, peretasan, sabotase,
atau serangan siber.
Kasus kopi sianida disebut cyber crime karena melibatkan penggunaan teknologi
informasi dan komunikasi, seperti internet, komputer, atau perangkat digital
lainnya, untuk melakukan kejahatan atau merugikan pihak lain. Dalam kasus ini,
ada dugaan adanya manipulasi atau penghapusan data rekaman CCTV yang
menjadi barang bukti utama dalam persidangan. Selain itu, Jessica Wongso juga
mengaku pernah menjadi korban cyber crime sebelum kasus kopi sianida terjadi.
Oleh karena itu, kasus kopi sianida tidak hanya berkaitan dengan pembunuhan,
tetapi juga dengan cyber crime.
Kasus kopi sianida yang menewaskan Wayan Mirna Salihin oleh Jessica Wongso
pada tahun 2016 juga melibatkan unsur cyber crime, terutama terkait dengan
rekaman CCTV yang menjadi barang bukti utama dalam persidangan.
Berdasarkan hasil pencarian web saya, ada beberapa hal yang menunjukkan
adanya cyber crime dalam kasus ini, yaitu:
 Rekaman CCTV yang dibawa ke persidangan bukan hasil CCTV secara
utuh, melainkan hasil copy ke dalam flashdisk. Ada sekitar 868 GB VDR
(video digital recorder) yang hilang dari rekaman CCTV asli. Hal ini
menimbulkan dugaan adanya manipulasi atau penghapusan data yang
dapat merugikan Jessica sebagai terdakwa.
 Ahli digital forensik menemukan beberapa kejanggalan dalam rekaman
CCTV, seperti adanya perbedaan waktu antara CCTV di kafe dan CCTV
di luar kafe, serta adanya potongan-potongan gambar yang tidak sinkron.
Hal ini menunjukkan adanya kemungkinan rekaman CCTV telah diubah
atau disunting oleh pihak yang tidak bertanggung jawab.
 Jessica Wongso sendiri mengaku pernah menjadi korban cyber crime
sebelum kasus kopi sianida terjadi. Ia mengatakan bahwa akun media
sosialnya pernah diretas dan digunakan untuk mengirim pesan-pesan
ancaman kepada Mirna dan keluarganya. Ia juga mengklaim bahwa ada
pihak yang mencoba mengakses email dan akun banknya secara ilegal.
2.12. PELAJARAN YANG DAPAT DIAMBIL DARI KEILMUAN
TEKNOLOGI INFORMASI DALAM KASUS KOPI SIANIDA
Salah satu pelajaran yang dapat diambil dari keilmuan teknologi informasi dalam
kasus kopi sianida adalah pentingnya penggunaan digital forensik untuk
menganalisis bukti-bukti elektronik, seperti rekaman CCTV. Digital forensik
adalah ilmu yang mempelajari cara mengumpulkan, menyimpan, menganalisis,
dan menyajikan data elektronik yang berkaitan dengan kejahatan. Digital forensik
dapat membantu mengungkap fakta-fakta yang tersembunyi, seperti identitas
pelaku, motif, cara, dan waktu kejadian.
Dalam kasus kopi sianida, rekaman CCTV di Kafe Olivier menjadi salah satu
bukti penting yang dipersoalkan. Namun, rekaman CCTV tersebut tidak diambil
secara utuh, tidak jelas, dan tidak fokus, sehingga sulit untuk membuktikan
kesengajaan dan perencanaan dari Jessica Wongso, terdakwa pembunuhan Mirna
Salihin. Pakar telematika, Abimanyu Wahyu Hidayat, mengatakan bahwa
rekaman CCTV tersebut bisa dianalisis lebih lanjut dengan menggunakan
teknologi digital forensik yang lebih canggih, seperti face recognition, motion
detection, dan image enhancement. Hal ini bisa membantu mengungkap
kebenaran dari kasus kopi sianida.
2.13. MOTION DETECTION
Motion detection adalah sebuah fitur yang dapat mendeteksi objek bergerak,
khususnya orang. Fitur ini sering digunakan untuk keamanan, kontrol
pencahayaan, atau efisiensi energi. Motion detection dapat bekerja dengan
berbagai cara, seperti mendeteksi suhu, getaran, atau suara dari objek bergerak.
Salah satu contoh penggunaan motion detection adalah pada kamera CCTV, yang
dapat mengikuti pergerakan sumber gerakan dan memberikan peringatan jika ada
gerakan mencurigakan.
 CARA KERJA MOTION DETECTION
Cara kerja motion detection tergantung pada jenis sensornya. Ada
beberapa jenis sensor gerak, seperti:
 Sensor Pasif Infrared (PIR): Sensor ini menggunakan bahan film
piroelektrik yang merespons radiasi infrared yang dipancarkan oleh
objek bergerak. Sensor ini akan menghasilkan arus listrik yang
memicu reaksi, seperti alarm atau lampu.
 Sensor Ultrasonik: Sensor ini mengirimkan gelombang ultrasonik
dan menerima pantulannya dari objek bergerak. Sensor ini akan
mengukur perubahan frekuensi gelombang yang disebabkan oleh
efek Doppler. Sensor ini dapat mendeteksi gerakan dalam jarak
dekat.
 Sensor Microwave: Sensor ini menggunakan gelombang mikro
untuk mendeteksi gerakan. Sensor ini akan mengukur perubahan
fase atau amplitudo gelombang yang dipantulkan oleh objek
bergerak. Sensor ini dapat mendeteksi gerakan dalam jarak jauh,
tetapi dapat terganggu oleh logam atau dinding.
 Sensor Tomografi: Sensor ini menggunakan jaringan kabel atau
nirkabel yang mengirimkan sinyal radio melalui area yang diamati.
Sensor ini akan mengukur perubahan intensitas sinyal yang
disebabkan oleh objek bergerak. Sensor ini dapat mendeteksi
gerakan di balik dinding atau benda padat lainnya.
 MOTION DETECTION DALAM KASUS KOPI SIANIDA
Motion detection dalam kasus kopi sianida adalah salah satu alat bukti
yang digunakan oleh jaksa penuntut umum (JPU) untuk menunjukkan
bahwa Jessica Wongso adalah pelaku pembunuhan terhadap Wayan Mirna
Salihin. JPU mengklaim bahwa Jessica Wongso memasukkan racun
sianida ke dalam kopi yang diminum oleh Mirna di sebuah kafe pada
Januari 2016. Namun, tidak ada saksi mata yang melihat Jessica Wongso
melakukan hal tersebut, sehingga JPU menggunakan circumstantial
evidence atau bukti tidak langsung.
Circumstantial evidence adalah bukti yang didasarkan pada rangkaian
peristiwa yang menunjukkan bahwa seseorang melakukan tindak pidana,
meskipun tidak ada bukti langsung yang menghubungkan pelaku dengan
perbuatan tersebut. JPU menggunakan motion detection dari rekaman
CCTV di kafe untuk membuktikan bahwa Jessica Wongso adalah satu-
satunya orang yang berinteraksi dengan kopi Mirna sebelum Mirna
meminumnya dan meninggal. JPU juga menggunakan motion detection
untuk menunjukkan bahwa Jessica Wongso menutupi gelas kopi Mirna
dengan tas belanjaan saat Mirna pergi ke toilet, sehingga memberi
kesempatan bagi Jessica Wongso untuk menuangkan sianida ke dalam
kopi tersebut.
Motion detection dalam kasus kopi sianida ini menimbulkan kontroversi,
karena ada beberapa pihak yang meragukan keakuratan dan keadilan dari
bukti tersebut. Beberapa ahli hukum dan forensik berpendapat bahwa
motion detection tidak cukup kuat untuk membuktikan bahwa Jessica
Wongso bersalah, karena tidak ada bukti fisik yang menunjukkan bahwa
sianida berasal dari Jessica Wongso. Selain itu, ada juga yang mengkritik
proses penanganan barang bukti, seperti kopi dan sianida, yang dinilai
tidak profesional dan tidak transparan. Beberapa pihak juga menyoroti
penggunaan lie detector atau alat pendeteksi kebohongan kepada Jessica
Wongso, yang dianggap tidak ilmiah dan tidak sah sebagai alat bukti di
Indonesia.
2.14. IMAGE ENHANCEMENT
Image enhancement adalah proses untuk meningkatkan kualitas citra dengan
menekankan detail tertentu dan mengurangi atau menghilangkan elemen yang
tidak perlu. Proses ini dapat meliputi menghapus noise, menampilkan detail yang
tersembunyi, dan menyesuaikan tingkat citra untuk menarik perhatian pada fitur
tertentu. Tujuan dari image enhancement adalah untuk mendapatkan citra yang
lebih baik untuk aplikasi tertentu, seperti pengenalan wajah, analisis medis, atau
pemantauan lingkungan.
Image enhancement dapat dilakukan dalam dua ranah, yaitu ranah spasial dan
ranah frekuensi. Ranah spasial adalah ranah yang berhubungan dengan piksel-
piksel di dalam citra, sedangkan ranah frekuensi adalah ranah yang berhubungan
dengan komponen frekuensi dari citra. Image enhancement dalam ranah spasial
dilakukan dengan memanipulasi secara langsung nilai piksel di dalam citra,
misalnya dengan menggunakan operasi aritmatika, logika, atau geometrik. Image
enhancement dalam ranah frekuensi dilakukan dengan mengubah citra dari ranah
spasial ke ranah frekuensi, misalnya dengan menggunakan transformasi Fourier,
kemudian memanipulasi nilai frekuensi tersebut, misalnya dengan menggunakan
filter.
 PENGGUNAAN IMAGE ENHANCEMENT
Dalam kasus kopi sianida yang menewaskan Mirna Salihin dan menjerat
Jessica Wongso sebagai terdakwa, image enhancement digunakan oleh
beberapa ahli digital forensik untuk menganalisis video CCTV yang
menjadi barang bukti. Image enhancement bertujuan untuk memperjelas
gambar yang kabur atau buram, sehingga dapat dilihat lebih detail apa
yang terjadi di tempat kejadian perkara.
Namun, image enhancement juga menimbulkan kontroversi, karena ada
dugaan bahwa video CCTV telah dimanipulasi atau diubah oleh pihak
tertentu untuk menyudutkan terdakwa. Beberapa ahli yang dihadirkan oleh
penasehat hukum terdakwa menilai bahwa image enhancement yang
dilakukan oleh ahli kubu jaksa penuntut umum tidak sesuai dengan standar
forensik, dan dapat merusak integritas data asli.
Oleh karena itu, image enhancement dalam kasus kopi sianida menjadi
salah satu isu penting yang mempengaruhi proses pembuktian dan putusan
pengadilan. Image enhancement dapat menjadi alat yang berguna untuk
mengungkap kebenaran, tetapi juga dapat menjadi alat yang berbahaya
untuk menipu atau mengaburkan fakta.
3. PEMERIKSAAN
Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan,
mengolah data dan atau keterangan lainnya untuk menguji kepatuhan pemenuhan
kewajiban perpajakan dan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
3.1. MENGOLAH DATA
Pengolahan data adalah proses yang mengubah data mentah menjadi informasi
yang berguna dan mudah diterima.

Anda mungkin juga menyukai