HUKUM”
Barang bukti digital ini dianalisis oleh ahli forensik digital untuk
mengetahui apakah ada indikasi atau motif pembunuhan, apakah ada
manipulasi atau rekayasa data, dan apakah ada keterkaitan antara data
digital dengan data lainnya, seperti data toksikologi dan patologi.
2.8.1.6.6. CCTV
CCTV adalah perangkat yang berguna untuk meningkatkan sistem
keamanan di tempat-tempat tertentu, seperti rumah, toko, kantor, atau
tempat umum. CCTV dapat merekam dan menyimpan kejadian-kejadian
yang terjadi di area yang dipasang, yang dapat digunakan sebagai bukti
atau referensi jika terjadi masalah. CCTV juga dapat mencegah atau
mengurangi tindak kejahatan, karena pelaku akan berpikir dua kali
sebelum melakukan aksi yang tidak diinginkan. CCTV juga dapat
membantu dalam mengawasi dan memantau aktivitas di area yang
dipasang, seperti lalu lintas, parkir, atau produksi. CCTV juga dapat
memberikan rasa aman dan nyaman bagi pengguna dan pengunjung di area
yang dipasang.
CARA KERJA CCTV
Cara kerja CCTV adalah sebagai berikut:
Kamera CCTV merekam gambar atau video dari area yang
diawasi dan mengirimkan sinyal ke DVR (Digital Video
Recorder) melalui kabel coaxial atau wireless.
DVR menerima sinyal dari kamera CCTV dan
mengubahnya menjadi sinyal digital yang dapat disimpan di
hard disk atau media penyimpanan lainnya.
Monitor menerima sinyal dari DVR melalui kabel VGA
atau HDMI dan menampilkan gambar atau video dari
kamera CCTV.
BAGAIMANA CCTV MENGAMBIL VIDEO/GAMBAR
CCTV mengambil video atau gambar dengan cara menggunakan
kamera yang dapat menangkap gambar atau video dari area yang
dipasang. Kamera tersebut kemudian mengirimkan sinyal ke
perangkat penyimpanan atau penampilan, seperti DVR, NVR,
monitor, atau cloud. Sinyal yang dikirimkan dapat berupa analog
atau digital, tergantung pada jenis kamera dan sistem CCTV yang
digunakan.
CCTV bekerja dengan cara menghubungkan kamera-kamera yang
dipasang di lokasi tertentu dengan Digital Video Recorder (DVR)
yang berfungsi sebagai penyimpan video rekaman. DVR kemudian
dihubungkan dengan monitor yang menampilkan gambar dari
kamera-kamera tersebut. Kamera-kamera juga membutuhkan
sumber daya listrik untuk dapat beroperasi. Sinyal yang
ditransmisikan oleh kamera-kamera bersifat tertutup dan tidak
dapat didistribusikan ke publik seperti televisi.
CARA PENGAMBILAN ALAT BUKTI MENGGUNAKAN
CCTV
Cara pengambilan alat bukti menggunakan CCTV adalah sebagai
berikut:
Pertama, pengambilan alat bukti harus dilakukan dengan
surat permintaan tertulis dari penyidik yang berwenang,
yang mencantumkan nomor laporan polisi, identitas
pelapor, identitas tersangka, dan jenis tindak pidana yang
diduga.
Kedua, pengambilan alat bukti harus disertai dengan Berita
Acara Pemeriksaan (BAP) dan Berita Acara Pengambilan,
penyitaan dan pembungkusan barang bukti. BAP harus
memuat keterangan saksi-saksi yang mengetahui
keberadaan dan isi rekaman CCTV, serta keterangan ahli
yang dapat membuktikan keaslian dan keterkaitan rekaman
CCTV dengan peristiwa pidana.
Ketiga, pengambilan alat bukti harus dilakukan dengan cara
yang tidak merusak atau mengubah rekaman CCTV yang
asli. Rekaman CCTV harus diambil data dari DVR (Digital
Video Recorder) yang merupakan perangkat penyimpan
video rekaman. Data rekaman CCTV harus digandakan
dengan cara yang benar dan akurat, serta disimpan dalam
media penyimpanan yang aman dan terlindung dari
gangguan.
Keempat, pengambilan alat bukti harus dilakukan dengan
menghormati hak-hak pihak yang terlibat, termasuk hak
privasi, hak asasi manusia, dan hak konstitusional.
Pengambilan alat bukti tidak boleh melanggar aturan
hukum yang berlaku, seperti UU No. 11 Tahun 2008
tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, UU No. 39
Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, dan UUD 1945.
2.8.1.6.6.1. BAGAIMANA CCTV BISA MENANGKAP EKSPRESI
CCTV bisa menangkap ekspresi dengan menggunakan teknologi seperti
AI, Machine Learning, Pendeteksi Pergerakan, dan Sistem Pengenalan
Wajah. Teknologi-teknologi ini memungkinkan kamera CCTV untuk
memahami ciri-ciri manusia dan objek tertentu sehingga dapat mengenali
dan memberikan peringatan yang tepat jika terjadi kejadian yang
mencurigakan.
CCTV bekerja dengan suatu sistem yang terdiri dari kamera pengawas,
monitor, dan perangkat penyimpanan. Kamera pengawas, yang sering
disebut sebagai security camera, akan merekam gambar atau video dari
tempat yang dipasang. Kemudian, gambar atau video tersebut diproses dan
ditampilkan pada monitor. CCTV juga dapat dihubungkan dengan
perangkat penyimpanan seperti DVR (Digital Video Recorder) atau NVR
(Network Video Recorder) untuk merekam dan menyimpan rekaman
video.
BAGAIMANA CCTV MENANGKAP EKSPRESI JESSICA
WONGSO DALAM KASUS KOPI SIANIDA
Rekaman CCTV di Kafe Olivier menjadi salah satu bukti penting
dalam kasus ini. Dalam rekaman tersebut, terlihat Jessica tiba lebih
dulu di kafe dan memesan es kopi Vietnam untuk Mirna. Jessica
kemudian pergi sebentar dan membawa tas kertas yang diduga
berisi racun sianida. Jessica menuangkan racun ke dalam kopi
Mirna saat Mirna dan Hanie, teman lainnya, sedang ke toilet.
Rekaman CCTV juga menunjukkan ekspresi Jessica yang
mencurigakan saat Mirna meminum kopi beracun itu. Jessica
tampak tidak peduli saat Mirna mengeluh kopi rasanya pahit dan
tidak enak. Jessica juga tidak menawarkan kopi atau minuman
lainnya kepada Mirna. Jessica bahkan terlihat tersenyum saat
Mirna mulai kejang-kejang dan tidak sadarkan diri. Jessica juga
tidak membantu Mirna saat dibawa ke rumah sakit, melainkan
hanya mengikuti dari belakang.
Ekspresi Jessica Wongso yang terekam CCTV saat Mirna
meminum kopi beracun adalah ekspresi yang tidak peduli,
tersenyum, dan mencurigakan. Berikut ini adalah beberapa
penjelasan tentang ekspresi Jessica Wongso berdasarkan rekaman
CCTV:
Jessica Wongso tampak tidak peduli saat Mirna
mengeluh kopi rasanya pahit dan tidak enak. Jessica
Wongso juga tidak menawarkan kopi atau minuman
lainnya kepada Mirna.
Jessica Wongso terlihat tersenyum saat Mirna mulai
kejang-kejang dan tidak sadarkan diri. Jessica Wongso
juga tidak membantu Mirna saat dibawa ke rumah
sakit, melainkan hanya mengikuti dari belakang.
Jessica Wongso menunjukkan gerakan mencurigakan
saat menuangkan racun ke dalam kopi Mirna. Jessica
Wongso membawa tas kertas yang diduga berisi racun
sianida dan memindahkan sesuatu dari tasnya ke atas
meja. Jessica Wongso juga tampak menoleh kanan kiri
saat melakukan hal tersebut.
APA TANGGAPAN AHLI PEMBACA EKSPRESI DALAM
KASUS KOPI SIANIDA
Tanggapan ahli pembaca ekspresi dalam kasus kopi sianida
bervariasi, tergantung pada sudut pandang dan metode yang
digunakan. Berikut ini adalah beberapa tanggapan dari ahli
pembaca ekspresi:
Dr. Ekman, seorang psikolog dan ahli ekspresi wajah,
mengatakan bahwa Jessica Wongso menunjukkan ekspresi
kepuasan saat Mirna meminum kopi beracun. Dr. Ekman
menganalisis rekaman CCTV dengan menggunakan Facial
Action Coding System (FACS), sebuah sistem yang
mengidentifikasi gerakan otot wajah yang berkaitan dengan
emosi.
Dr. Rullyandi, seorang pakar hukum tata negara,
mengatakan bahwa ekspresi Jessica Wongso tidak bisa
dijadikan sebagai bukti tunggal dalam kasus kopi sianida.
Dr. Rullyandi menilai bahwa ekspresi Jessica Wongso bisa
saja disebabkan oleh faktor lain, seperti stres, kebingungan,
atau ketakutan. Dr. Rullyandi juga mengatakan bahwa
ekspresi Jessica Wongso tidak menunjukkan motif
pembunuhan.
Dr. Natalia, seorang psikolog dan saksi ahli dari JPU,
mengatakan bahwa Jessica Wongso menunjukkan ekspresi
kebencian dan kecemburuan terhadap Mirna. Dr. Natalia
mengklaim bahwa Jessica Wongso memiliki masalah
pribadi dengan Mirna, seperti persaingan karier, asmara,
dan status sosial. Dr. Natalia juga mengatakan bahwa
Jessica Wongso memiliki gangguan kepribadian antisosial,
yang membuatnya tidak memiliki empati dan rasa bersalah.
2.8.1.6.6.2. PENGGUNAAN CCTV DALAM PERKARA HUKUM
Penggunaan CCTV dalam perkara hukum adalah salah satu bentuk alat
bukti elektronik yang dapat digunakan untuk membuktikan adanya tindak
pidana dan kesalahan pelaku. CCTV adalah singkatan dari Closed Circuit
Television, yaitu sistem pengawasan dengan menggunakan kamera video
yang terhubung dengan monitor atau perekam.
Menurut Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik, alat bukti elektronik adalah informasi yang dibuat,
dikirim, diterima, disimpan, atau diolah dengan menggunakan perangkat
elektronik, optik, atau sejenisnya, yang dapat dipertanggungjawabkan
kebenarannya. Alat bukti elektronik dapat dijadikan sebagai alat bukti
yang sah apabila memenuhi syarat-syarat berikut:
Dapat diakses, ditampilkan, didengar, atau dibaca oleh manusia
atau sistem elektronik.
Dijamin keutuhannya dengan menggunakan tanda tangan
elektronik atau metode lain yang setara.
Dibuat atau diterima dalam rangka penegakan hukum atas
permintaan kepolisian, kejaksaan, atau institusi penegak hukum
lainnya yang ditetapkan berdasarkan undang-undang.
Memiliki hubungan yang erat dengan peristiwa pidana yang
diperiksa.
Kasus yang menggunakan CCTV sebagai alat bukti adalah kasus kopi
sianida yang menjerat Jessica Wongso, kasus pembunuhan Wayan
Mirna Salihin dengan cara menuangkan racun sianida ke dalam kopi
yang diminum korban di Kafe Olivier, Jakarta, pada 6 Januari 2016.
Rekaman CCTV di kafe tersebut menunjukkan ekspresi dan gerakan
Jessica yang mencurigakan saat menuangkan racun ke dalam kopi
korban. Rekaman CCTV ini menjadi salah satu alat bukti yang
meyakinkan hakim untuk menjatuhkan hukuman 20 tahun penjara
kepada Jessica.
Oleh karena itu, teknologi pengenalan wajah perlu diatur dan dikontrol
dengan baik agar dapat memberikan manfaat bagi masyarakat tanpa
mengorbankan hak dan kebebasan individu.
2.10. RECORDER
Recorder CCTV adalah sebuah alat yang berfungsi sebagai pemroses dan
penyimpan data video dari kamera CCTV. Recorder CCTV dapat merekam dan
menyimpan video atau gambar dari kamera CCTV pada sebuah hard disk drive.
Data video dalam hard disk drive tersebut dapat diakses kembali pada saat
dibutuhkan oleh pengguna. Recorder CCTV juga dapat dihubungkan dengan
jaringan internet atau komputer untuk memudahkan pengguna dalam melakukan
pemantauan dari jarak jauh. Recorder CCTV secara rinci adalah alat yang dapat
merekam video dari kamera CCTV dan menyimpannya dalam bentuk file digital.
Recorder CCTV biasanya terdiri dari beberapa komponen, yaitu:
DVR (Digital Video Recorder): DVR adalah perangkat yang mengubah
sinyal analog dari kamera CCTV menjadi sinyal digital dan
menyimpannya dalam hard disk internal atau eksternal. DVR juga
memiliki fungsi untuk menampilkan, memutar kembali, dan mengatur
rekaman video.
NVR (Network Video Recorder): NVR adalah perangkat yang merekam
video dari kamera CCTV yang terhubung melalui jaringan internet atau
LAN. NVR tidak memerlukan konversi sinyal, karena kamera CCTV
sudah mengirimkan sinyal digital. NVR juga memiliki fungsi yang sama
dengan DVR, namun dapat diakses secara jarak jauh melalui komputer
atau smartphone.
Monitor: Monitor adalah perangkat yang digunakan untuk menampilkan
gambar video dari kamera CCTV. Monitor dapat berupa TV, komputer,
atau layar khusus yang terhubung dengan DVR atau NVR melalui kabel
HDMI, VGA, atau RCA.
Memilih jenis dan jumlah kamera CCTV sesuai dengan kebutuhan dan
anggaran.
Memilih jenis dan kapasitas recorder CCTV yang sesuai dengan
jumlah dan jenis kamera CCTV.
Memilih lokasi pemasangan kamera CCTV yang strategis dan aman,
serta memperhatikan sudut pandang, pencahayaan, dan jarak dengan
recorder CCTV.
Memasang kamera CCTV dengan menggunakan penyangga, baut, dan
obeng, serta menghubungkan kabel daya dan kabel video ke DVR atau
NVR.
Memasang recorder CCTV di tempat yang terlindung dari debu, panas,
dan kelembaban, serta menghubungkan kabel daya, kabel video, dan
kabel jaringan ke kamera CCTV, monitor, dan router.
Menyalakan recorder CCTV dan melakukan pengaturan awal, seperti
tanggal, waktu, resolusi, durasi, dan mode rekaman.
2.10.1. CARA KERJA RECORDER
Recorder cctv adalah sebuah alat yang berfungsi sebagai pemroses dan
penyimpan data video dari kamera cctv. Recorder cctv biasanya menggunakan
DVR (Digital Video Recorder) yang dapat mengubah sinyal analog menjadi
sinyal digital dan menyimpannya pada hard disk drive. Berikut adalah
langkah-langkah cara kerja recorder cctv:
Menerima input video dari kamera cctv melalui kabel video seperti
kabel coaxial atau kabel lan.
Mengompres video yang diterima dan menyimpannya pada disk atau
hard drive.
Menyediakan akses ke rekaman video melalui monitor atau jaringan.
Menyediakan pemutaran ulang, pengaturan waktu, dan pengaturan
sistem lainnya.