Anda di halaman 1dari 9

BAHAN AJAR

PERTEMUAN KE 2

Program Studi : Teknik Sipil


Nama Mata Kuliah/Kode : STRUKTUR BAJA II
Jumlah SKS :2
Pengajar :
Kelas A: Prof. Dr-Ing. Herman Parung
Dr. Eng. Rita Irmawaty, ST., MT.
Kelas B: Prof. Dr. M. Wihardi Tjaronge, ST., M.Eng
Dr.Eng. Ardy Arsyad, ST., M.Sc.Eng
Kelas C: Dr. Ir. Abdul Rachman Djamaluddin, MT
Dr. Eng. Muhammad Akbar Caronge, ST., M. Eng.

Sasaran Belajar : Setelah lulus mata kuliah ini mahasiswa mampu


mendesain/ merencanakan struktur baja sederhana sesuai
dengan konsep LRFD.
Mata Kuliah Prasyarat : Struktur Baja I dan Analisa Struktur I
Deskripsi Mata Kuliah :

10
I PENDAHULUAN
1.1 Cakupan atau Ruang Lingkup Materi Pembelajaran

1.2 Sasaran Pembelajaran


Mahasiswa mampu mendesain/ merencanakan struktur baja sederhana
sesuai dengan konsep LRFD.

1.3 Manfaat,
Setelah mempelajari materi ini maka mahasiswa diharapkan mampu
merencanakan struktur baja sederhana (rangka atap, balok gelagar, dudang,
dll) sesuai dengan konsep LRFD.

1.4 Urutan Pembahasan


1. Tipe rangka dan beban yang bekerja
2. Desain Gording
3. Pembebanan pada kuda-kuda
4. Menentukan dimensi rangka atap
5. Perhitungan Sambungan
6. Gambar lengkap

11
II PENYAJIAN

DESAIN RANGKA KAP


1. Tipe-tipe rangka dan beban rangka
Tipe rangka batang

a. Rangka batang sederhana (Howe)


b. Rangka batang Fink
c. Rangka batang bowstring
d. Rangka batang khusus

Gambar 9. Tipe rangka batang

12
Bagian konstruksi atap terdiri atas:

Rasuk kap yaitu konstruksi datar secara tegak, yang tegak lurus pada arah
sumbu dari pekerjaan bangunan dan mendukung atap.
Gording, yaitu gelagar yang sejajar dengan sumbu konstruksi kap dan
mendukung bidang atap
Separ atau sepur, yaitu balok yang terletak pada gording tegak lurus pada
sumbu memanjang dari konstruksi atap, utuk menempatkan penutup atap
yang sebenarnya.
Penutup atap berupa genteng, asbes atau seng gelombang, dsb.
Sambungan angin, dibentuk oleh batang yang dipasang bersilangan
dibidang yang dibentuk oleh pinggiran atas dari 2 buah rasuk dan
digunakan untuk mengakukan bidang atap.

Gambar 10. Bagian-bagian rangka atap

Beban pada rangka atap berupa:


a. Beban angin
b. Beban konstruksi (berat sendiri)
c. Beban tak terduga.

13
2. Desain Gording
Contoh perhitungan
C

B D
2.5 m

A E

7.2 m

α = arc tan 2,5/3,6 = 34.7778


Panjang AC = 3,6/cos 34,7778 = 4.38292 m
Jarak antar gording = 4.38292 / 4 = 1.1 m

Jarak antar kap = 3m


Beban tak terduga = 100 kg
Tekanan angin = 30 kg/m2
Jenis atap = Genteng

PERHITUNGAN DIMENSI GORDING


1. Beban atap

Berat genteng dengan balok reng dan kaso = 50 kg/m2 PPI 1983 hal 12

qy q = berat genteng x jarak antar gording


q = 50 x 1.1 = 54.7865 kg/m'
q qx qx = 54.7865 cos 34,777 = 45 kg/m'
qy = 54.7865 sin 34,777 = 31.25 kg/m'

Mx = 1/8 qx.B 2 = 50.6 kgm


My = 1/8 qy.B 2 = 35.2 kgm

2. Beban Angin
Untuk jenis atap segitiga dengan kemiringan < 65, maka :
Koefisien angin tekan, C1 = 0.02 α - 0.4 = 0.29556
koefisien angin hisap, C2 = -0.4

q tekan = 30 x 0.29556 x 1.1 = 9.71551 kg/m'


q hisap = 30 x -0.4 x 1.1 = -13.149 kg/m'

qx = q hisap = 13.1488 kg/m'


qy = 0, karena tekanan angin tegak lurus bid. Atap

qy Mx = 1/8 qx.B 2 = 14.7924 kgm


My = 0
qx

14
3. Beban tak terduga
P P = 100 kg
Px = 100 cos 34,77 = 82.137 kg
Py Py = 100 sin 34,77 = 57.040 kg
Px
Mx = 1/4. Px. B = 61.603 kgm
My = 1/4. Py. B = 42.780 kgm

4. Berat sendiri gording


Digunakan metoda coba-coba untuk memperoleh profil yang paling ekonomis dengan
lendutan yang kecil.

Coba profil C 12 dengan data-data:


q = 13.4 kg/m
F = 17 cm2
Ix = 364 cm4
Iy = 43.2 cm4
Wx = 60.7 cm3
Wy = 11.1 cm3

qx = 13,4 cos 24,4 = 11.006 kg/m


qy = 13,4 sin 24,4 = 7.643 kg/m

Mx = 1/8 qx.B 2 = 12.382 kgm


My = 1/8 qy.B 2 = 8.599 kgm

Kombinasi Pembebanan
Atap + angin + gording Mx = 50.6 + 14.7924 + 12.382 = 77.7995 kg-m
My = 35.2 + 0 + 8.59872 = 43.755 kg-m

Atap + tak terduga + gording Mx = 50.6 + 61.6027 + 12.3822 = 124.61 kg-m


My = 35.2 + 42.7797 + 8.59872 = 86.5347 kg-m

Kontrol terhadap tegangan


Diambil kombinasi pembebanan yang max, yaitu:
Mx = 124.61 kgm = 12461 kg.cm
My = 86.5347 kgm = 8653.47 kg.cm

Digunakan baja dengan BJ 37, maka s = 1600 kg/cm2

Mx My
s = + ≤ s
Wx Wy

12461 8653.47
= + = 984.88 kg/cm2 ≤ 1600 kg/cm2 ok!
60.7 11.1

Kontrol terhadap lendutan


Beban atap + angin + gording
qx = 45 + 13.1488 + 11.0064 = 69.1551 kg/m'
qy = 31.25 + 0 + 7.6433 = 38.8933 kg/m'

E baja = 2.1 x 106 kg/cm2

15
Lendutan yang terjadi

5. qx. B 4 Px. B 3 5 x 0,804 x 3004 82.14 x 300 3


fx = + = + = 0.15586 cm
384. E.Ix 48. E.Ix 384 x 364 x 2,1E6 48 x 364 x 2,1E6

5. qy. B 4 Py. B 3 5 x 0,3004 x 3004 57.04 x 300 3


fy = + = + = 0.80583 cm
384. E.Iy 48. E.Iy 384 x 43,2 x 2,1E6 48 x 43,2 x 2,1E6

f = (fx 2 + fy 2 )0.5 = 0.82077 cm < B/240 =300/240 = 1.25 ok!

Jika control terhadap tegangan dan lendutan aman, maka dimensi gording dapat
digunakan.

Sifat mekanis baja structural

Jenis Baja Fu min (MPa) Fy min (MPa) Peregangan min , %


BJ 34 340 210 22
BJ 37 370 240 20
BJ 41 410 250 18
BJ 50 500 290 16
BJ 55 550 410 13

Bahan pelapis atap (sumber: Ilmu Konstruksi Bangunan Kayu, Ir. Heinz Frick +
brosur)

Jenis Atap Kemiringan Atap min Berat kg/m2


Rumbia 30 12
Sirap 30 18
Genteng Flam 40 45
Genteng Press 30 50
Genteng Beton 17,5 50
Asbes Gelombang 8,5 11
Seng Glb BWG 22 10 8
Seng Glb BWG 24 10 10
Seng Glb Khusus (Spandek) 10 15
Polycarbonate 10

16
Baja SNI 03-1729-2002 dan SNI 03-1729-2013

Kombinasi Pembebanan

1. 1,4 D
2. 1,2 D + 1,6 L + 0,5 (La atau H)
3. 1,2 D + 1,6 (La atau H) + (L.L atau 0,8 W)
4. 1,2 D + 1,3 W + L.L + 0,5 (La atau H)
5. 1,2 D ± 1,0 E + L.L
6. 0,9 D ± (1,3 W ATAU 1,0 E)

Keterangan;
L = beban hidup dari penggunaan gedung tidak termasuk angin dan hujan
La = beban hidup di atap
H = beban hujan
L = 0,5 (L < 5 kPa) dan L = 1 (L ≥ 5 kPa)

Batas lendutan maksimum

- Balok pemikul dinding atau finishing yang getas = L/360


- Balok Biasa = L/240

Batas kelangsingan

- Batang tekan,  < 200


- Batang tarik,  < 300 untuk batang sekunder
- Batang tarik,  < 240 untuk batang primer

17
18

Anda mungkin juga menyukai