Anda di halaman 1dari 13

PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN (RP3KP)

KABUPATEN DELI SERDANG

BAB II
KETENTUAN UMUM

2.1 ISTILAH DAN DEFINISI


2.1.1. Pengertian Umum

Dalam ketentuan ini dijelaskan berbagai pengertian umum yang terkait dengan perumahan dan
permukiman. Adapun pengertian umum yang dimaksud adalah sebagai berikut:

1. RP3KP adalah Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Kawasan


Permukiman yang sebelumnya dikenal dengan RP4D yaitu Rencana Pembangunan dan
Pengembangan Perumahan dan Permukiman di Daerah.
2. Rumah adalah bangunan gedung yang berfungsi sebagai tempat tinggal yang layak huni, sarana
pembinaan keluarga, cerminan harkat dan martabat penghuninya, serta aset bagi pemiliknya.
3. Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau
lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan.
4. Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasanlindung, baik yang berupa
kawasan perkotaan maupun perdesaanyang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau
lingkunganhunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan danpenghidupan.
5. Permukiman adalah bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan
perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta mempunyai penunjang
kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau kawasan perdesaan.
6. Perumahan dan kawasan permukiman adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas pembinaan,
penyelenggaraan perumahan, penyelenggaraan kawasan permukiman, pemeliharaan dan
perbaikan, pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman
kumuh, penyediaan tanah, pendanaan dan sistem pembiayaan, serta peran masyarakat.
7. Lingkungan hunian adalah bagian dari kawasan permukiman yang terdiri atas lebih dari satu
satuan permukiman.
8. Penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman adalah kegiatan perencanaan,
pembangunan, pemanfaatan, dan pengendalian, termasuk di dalamnya pengembangan

LAPORAN AKHIR II - 1
PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN (RP3KP)
KABUPATEN DELI SERDANG

kelembagaan, pendanaan dan sistem pembiayaan, serta peran masyarakat yang terkoordinasi
dan terpadu.
9. Rumah adalah bangunan gedung yang berfungsi sebagai tempat tinggal yang layak huni, sarana
pembinaan keluarga, cerminan harkat dan martabat penghuninya, serta aset bagi pemiliknya.
10. Permukiman kumuh adalah permukiman yang tidak layak huni karena ketidakteraturan
bangunan, tingkat kepadatan bangunan yang tinggi, dan kualitas bangunan serta sarana dan
prasarana yang tidak memenuhi syarat.
11. Perumahan kumuh adalah perumahan yang mengalami penurunan kualitas fungsi sebagai
tempat hunian.
12. Prasarana adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan hunian yang memenuhi standar tertentu
untuk kebutuhan bertempat tinggal yang layak, sehat, aman, dan nyaman.
13. Sarana adalah fasilitas dalam lingkungan hunian yang berfungsi untuk mendukung
penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan sosial, budaya, dan ekonomi.
14. Utilitas umum adalah kelengkapan penunjang untuk pelayanan lingkungan hunian.
15. Masyarakat Berpenghasilan Rendah yang selanjutnya disingkat MBR adalah masyarakat yang
mempunyai keterbatasan daya beli sehingga perlu mendapat dukungan pemerintah untuk
memperoleh rumah.

2.2 PERANANAN DAN KEDUDUKAN RP3KP


2.2.1 Peranan RP3KP

RP3KP pada dasarnya merupakan bagian integral dari rencanapembangunan dan


pengembangan propinsi, kabupaten maupun kota. RP3KP mempunyai kedudukan yang sama
dengan rencana sektor, seperti rencana perkembangan pertanian, rencana penataan kawasan
hutan, rencana pengembangan kepariwisataan, dan lain-lain. Peruntukkan penyusunan mengacu
pada Pola Dasar Pembangunan Daerah serta Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Propinsi,
Kabupaten, maupun Kota yang mengatur secara khusus ruang perumahan dan permukiman dan
berbagai tindak lanjutnya. Jadi RP3KP adalah:

 Merupakan skenario pelaksanaan koordinasi dan keterpaduan darihimpunan rencana sektor


terkait di bidang perumahan danpermukiman, dalam suatu kurun waktu tertentu yang juga
merupakan jabaran yang lebih operasional dari kebijaksanaan pembangunan perumahan dan
permukiman daerah yang lebih tinggi.

LAPORAN AKHIR II - 2
PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN (RP3KP)
KABUPATEN DELI SERDANG

 Merupakan payung atau acuan baku bagi seluruh pelaku dan penyelenggara (stake holders)
pembangunan perumahan dan permukiman dalam menyusun dan menjabarkan kegiatan
masing-masing.
 Cerminan dari kumpulan aspirasi/ tuntutan masyarakat terhadapperumahan dan permukiman
yang mampu memberikan akses dan kemudahan layanan yang sama bagi kepentingan
masyarakat dalam mencukupi kebutuhan mereka akan rumah layak dalam lingkungan
permukiman yang sehat, aman, serasi, produktif dan berkelanjutan

Dalam konteks penataan ruang wilayah, RP3KP merupakan:

 Jabaran dan pengisian RTRW dalam bentuk Rencana untuk peruntukan perumahan dan
permukiman, yang selanjutnya akan diacu oleh seluruh sektor terkait.
 Berisikan jabaran lebih lanjut dari program pembangunan prasaranadan sarana berskala wilayah,
khususnya dalam suatu kawasanperumahan dan permukiman.

2.2.2 Kedudukan RP3KP

Kedudukan RP3KP Dalam Pembangunan Wilayah Keberadaan RP3KP diperlukan oleh:

 Tingkat propinsi dalam mengatur dan mengkoordinasikan pembangunan perumahan dan


permukiman yang menyangkut 2 (dua) atau lebih kabupaten/kota yang berbatasan,
penyelenggara jasa fasilitasi dan mediasi, bimbingan dan pembinaan.
 Tingkat kabupaten atau kota, terutama untuk kabupaten atau kota yang telah memiliki
permasalahan perumahan dan permukiman yang tinggi intensitasnya, dalam mengatur dan
menyelenggarakan pembangunan perumahan dan permukiman secara teratur dan terorganisasi.

Dalam kerangka pembangunan daerah, kedudukan RP3KP secara keseluruhan adalah sebagai
berikut ini :

 Wahana informasi yang membuat arahan dan rambu-rambu kebijaksanaan, serta rencana
pembangunan perumahan dan permukiman dalam suatu tingkatan wilayah dan kurun waktu
tertentu (propinsi, kabupaten atau kota).
 Arahan untuk mengatur perimbangan pembangunan kawasan perumahan dan permukiman,
antara lain :

a. Kawasan perkotaan dan perdesaan.

b. Kawasan perumahan dan permukiman dengan kawasan fungsional lain dalam suatu wilayah
tertentu.

LAPORAN AKHIR II - 3
PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN (RP3KP)
KABUPATEN DELI SERDANG

c. Kawasan pengembangan kawasan perumahan dan permukiman terhadap rencana investasi


jaringan prasarana dan sarana, jaringan utilitas serta jaringan infrastruktur lain yang berskala
regional.

 Sarana untuk mempercepat terbentuknya sistem permukiman yang mantap, terutama dalam kota
yang berperan sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW), Penetapan orde/kedudukan kota
tersebut dalam kerangka pembangunan daerah, ditetapkan oleh Pemerintah Daerah masing-
masing yang selanjutnya dapat dipergunakan sebagai alat dalam:
a. Menetapkan strategi pengembangan kawasan perumahan dalam wilayah yang bersangkutan;
b. Menetapkan strategi pengembangan jaringan investasi prasarana dan sarana berskala
pelayanan regional;
c. Menetapkan strategi pengembangan untuk masing-masing propinisi, kabupaten atau kota.
Dalam penataan kawasan permukiman tersebut, perlu dipertimbangkan nilai-nilai budaya dan
arsitektur setempat, yang dapat secara kental mencerminkan citra atau jati diri masing-masing
kota atau daerahnya. Khusus untuk hal ini perlu dilakukan mengingat RP3KP merupakan
skenario yang harus dapat mengakomodasi berbagai hal dan kepentingan daerah, termasuk
upaya melestarikan nilai-nilai sosial budaya setempat.

 Alat pengawas dan pengendalian terselenggaranya keterpaduanprogram antar sektor dan antar
lokasi perumahan dan permukiman terhadap kawasan fungsional lainnya. Bagi wilayah propinsi
RP3KP akan berperan sebagai :

a. Sarana pemeliharan dan pengendali keterpaduan pemanfaatan ruang kawasan, terutama


bagi kawasan perumahan dan permukiman yang berfungsi strategis dan hal-hal yang
menyangkut pengaturan penataan kabupaten atau kota yang berbatasan.

b. Alat untuk membina dan penyuluhan serta media fasilitasi pembangunan perumahan dan
permukiman lintas kabupaten atau kota. Untuk itu RP3KP propinsi memerlukan pengaturan
tersendiri baik kedalam maupun keluar muatan intinya.

2.2.3 Kerangka RP3KP

 Jangka Waktu Perencanaan Jangka waktu perencanaan diusulkan 20 (dua puluh)


tahunan. RP3KP ini kemudian akan diacu oleh masing-masing sektor dan dijabarkan ke
dalam rencana pelaksanaan 5 (lima) tahunan dan rencana pelaksanaan tahunan untuk 5
(lima) tahun pertama.

LAPORAN AKHIR II - 4
PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN (RP3KP)
KABUPATEN DELI SERDANG

 Muatan Pokok Muatan pokok yang akan tertuang dalam rencana 5 (lima) tahunan
tersebut antara lain adalah sebagai berikut ini :

1) Jabaran kebijaksanaan pembangunan perumahan dan permukiman kabupaten atau


kota yang bersangkutan untuk 5 (lima) tahun mendatang.
Gambar 2.1
Kedudukan RP3KP dalam Sistem Perencanaan Pembangunan

2) Rincian program, lokasi, target dan sasaran yang akan dicapai oleh masing-masing
sektor terkait.

3) Rincian rencana pembiayaan dan sumber pendanaannya.

4) Lokasi dan kegiatan masing-masing sektor terkait yang mengacu kepada RTRW
kabupaten atau kota yang bersangkutan.

5) Kelembagaan yang mengatur pelaksanaan sampai dengan tingkat kecamatan, atau


kelurahan/ desa, sangat disarankan untuk mempertimbangkan menggunakan

LAPORAN AKHIR II - 5
PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN (RP3KP)
KABUPATEN DELI SERDANG

kelembagaan pembangunan perumahan dan permukiman yang berada dalam


masyarakat.

6) Rincian rencana yang disusun dan dipersiapkan serta akan dilaksanakan oleh
masyarakat secara perorangan atau kelompok, serta badan usaha perumahan dan
permukiman lain dalam kurun waktu yang bersamaan.

7) Mekanisme keterpaduan pelaksanaan di setiap tingkatan wilayah.

8) Pembentukan POKJANIS untuk penanganan masalah spesifik yang dihadapi oleh


kabupaten atau kota yang bersangkutan. Pembentukan POKJANIS ini disesuaikan
dengan kebutuhan daerah. Semakin solid Forum Koordinasi yang dimiliki, semakin
intensif pertemuan koordinasi dan keterpaduan dijalankan, semakin kecil kebutuhan
akan POKJANIS ini.

9) Penetapan semacam forum pada tingkatan desa/ kelurahan serta di tingkat


kabupaten atau kota, untuk dapat secara rutin menyelenggarakan pertemuan guna
memecahkan permasalahan perumahan dan permukiman, yang terintegrasi dengan
pemecahan masalah terkait lainnya.

10) Mekanisme pemantauan, pengawasan dan pengendalian program dan kegiatan


oleh seluruh pelaku pembangunan perumahan dan permukiman.

11) Mekanisme penyaluran aspirasi dan peran serta masyarakat dan usaha swasta di
bidang perumahan dan permukiman.

12) Mekanisme penggerakan dan pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan


perumahan dan permukiman.

13) Daftar skala prioritas penanganan kawasan perumahan dan permukiman, yang
merinci kawasan fungsional dalam kabupaten atau kota yang boleh dibangun, atau
diekspansi menjadi kawasan perumahan dan permukiman.

14) Daftar daerah larangan (negative list) untuk pengembangan kawasan perumahan
dan permukiman baru.

2.3 KEDALAMAN RP3KP KABUPATEN

Format dan kedalaman RP3KP Kabupaten lebih rinci dari pada format dan kedalaman
RP3KP Propinsi yang diatur sebagai berikut :

LAPORAN AKHIR II - 6
PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN (RP3KP)
KABUPATEN DELI SERDANG

 Memuat kebijaksanaan lokal dan pengaturan yang lebih operasional di tingkat Kabupaten/Kota,
arahan propinsi yang harus diakomodasikan dan dilaksanakan di tingkat kabupaten/ kota.

 Menjangkau target dan sasaran pembangunan perumahan dan permukiman kabupaten/ kota
yang akan dicapai dalam suatu kurun waktu tertentu, dengan telah menyebutkan :

1. Nama lokasi secara lebih spesifik (kecamatan, desa/ kelurahan, lingkungan atau kawasan
yang akan ditangani).

2. Rincian nama dan jenis program yang akan dilaksanakan pada setiap lokasi.

3. Sumber, besaran, serta alokasi pendanaan (keseluruhan dan tahunan apabila dilaksanakan
sebagai kegiatan multi years), untuk setiap program dan kegiatan yang tercantum dalam
RP3KP.

4. Rencana pelaksanaan program dan kegiatan yang termuat dalam RP3KP (pemerintah,
masyarakat atau badan usaha swasta).

5. Memuat rencana pembangunan perumahan dan permukiman yang akan dilaksanakan pada
kawasan kumuh, kawasan pembangunan baru, juga penanganan kawasan perumahan dan
permukiman yang di revitalisasi fungsinya sehingga dapat ikut memecahkan permasalahan
perumahan dan permukiman setempat, minimal memuat rencana penanganan kawasan
perumahan dan permukiman yang :

a. Apabila ditangani akan mendukung terbentuknya kawasan perumahan dan


permukiman yang layak, tertib dan terjangkau di daerah perkotaan/ perdesaan.

b. Berlokasi pada kota yang berfungsi sebagai pusat kegiatan nasional (PKN), pusat
kegiatan wilayah (PKW) dan pusat kegiatan lokal (PKL), atau

c. Pada kantong-kantong kegiatan fungsional (kawasan industri, kawasan


perdagangan, dan lain-lain).

 Dalam hal dikembangkan pada kota-kota yang berfungsi sebagai PKL (Pusat Kegiatan Lokal),
pengembangan kawasan perumahan dan permukiman perlu ditetapkan melalui Surat Keputusan
Bupati atau Walikota, dengan memperhatikan dan mempertimbangkan hasil kajian
kemungkinannya serta saran dan pendapat forum pembangunan perkotaan/ kabupaten.

 Mengakomodasikan juga informasi tentang pembangunan perumahan dan permukiman berskala


besar yang dilaksanakan oleh masyarakat, koperasi atau oleh Badan Usaha Swasta. Untuk itu

LAPORAN AKHIR II - 7
PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN (RP3KP)
KABUPATEN DELI SERDANG

sebaiknya dipersyaratkan untuk memiliki rencana tapak (site plan) sebagai alat pengawasan dan
penertiban perijinan dan pelaksanaan pembangunan fisiknya.

 Mengatur alokasi dana, program dan kegiatan yang didanai dari sumber-sumber lokal
(kabupaten/ kota) dan atau yang disalurkan pengaturannya kepada kabupaten atau kota. Apabila
ada, dimuat juga alokasi pendanaan dan sumber pembiayaan yang datang dari masyarakat
maupun Badan Usaha Swasta, atau bahkan bantuan luar negeri.

 Pengaturan jadwal pelaksanaan program/ kegiatan untuk tahun berjalan terhadap berbagai event
lokal, regional maupun nasional di bidang perumahan dan permukiman. Dalam pengaturan ini
pemerintah kabupaten/ kota melalui BP4D atau forum tertentu apapun nama dan bentuknya,
dapat memberikan warna lokal yang dapat mengangkat citra sosial budaya daerah, termasuk
misalnya :

1. Berbagai event atau adat atau kebiasaan yang dapat mendukung terwujudnya rumah layak
dalam permukiman sehat, aman dan produktif (misal mapalus, lumbung pitih nagari).

2. Pengembangan dan penerapan arsitektur lokal dalam kawasan perumahan baru atau
kawasan fungsional lain baik karena lokasi maupun pertimbangan lainnya, secara langsung
perlu mencerminkan citra daerah.

3. Penunjukkan lembaga kemasyarakatan/ lembaga kerapatan adat sebagai wadah partisipasi


masyarakat dalam memelihara dan mengelola lingkungan tempat tinggalnya.

4. Pembentukkan/penguatan sistem dan kelembagaan permukiman lokal berskala kawasan,


yang terkait dengan pengembangan jaringan perekonomian lokal, diwujudkandalam bentuk :

a. Forum kekerabatan lokal dalam mengelola lingkungan perumahan dan permukiman yang
dihuni kelompok tertentu.

b. Kerjasama ekonomi berskala kecil dengan usaha bahan bangunan lokal.

c. Memprakarsai tumbuh dan berkembangnya unit-unit produksi dan pemanfaatan bahan


bangunan lokal yang bernilai ekonomi tinggi, dll.

 Untuk penanganan kawasan perumahan dan permukiman berskala kecil, seperti permukiman
nelayan, kawasan wisata, permukiman di perdesaan eks transmigrasi maupun desa perbatasan
antar negara yang telah menunjukkan gejala tumbuh sebagai “kota baru”, permukiman di
kawasan industri, dll. RP3KP seyogyanya juga membuat pengaturan setempat yang memuat
seperti misalnya :

LAPORAN AKHIR II - 8
PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN (RP3KP)
KABUPATEN DELI SERDANG

1. Lokasi kawasan yang direncanakan akan ditangani dalam suatu kurun waktu tertentu, yang
disusun dalam suatu daftar. Terhadap kawasan-kawasan termaksud, disyaratkan untuk
memiliki rencana yang lebih detail sebagai prasyarat pelaksanaanya (RTBL, Site Plan, dll),
disertai dengan rencana dan pentahapan/ tahun pelaksanaanya.

2. Bagi kawasan perumahan dan permukiman andalan di daerah perdesaan yang mempunyai
potensi unggulan, pemuatannya dalam RP3KP perludisertai denganpenyiapan RPJM
(Rencana Pembangunan Jangka Menengah), juga community action plan bagi kawasan
termaksud, bila belum ada Pemerintah Daerah perlu mengupayakannya.

3. Bagi program penanganan lingkungan perkotaan dan perdesaan yang tidak ditangani
secara kawasan (berskala kecil), unit pengangann serta programnya harus dicantumkan
jelas, desa atau kelurahannya (P2LDT, KTP2D, Pemugaran Rumah, Peremajaan Kumuh,
Penanganan Nelayan, dll).

2.4 KRITERIA LOKASI

Kriteria yang perlu diperhatikan dan dilaksanakan dalam menetapkan kawasan yang akan
dikembangkan sebagai kawasan hunian yang produktif dan prospektif.

2.4.1 Kriteria Umum

Dalam RTRW, kawasan tersebut ditetapkan sebagai daerah dengan peruntukan perumahan
dan permukiman, dengan prioritas penanganan bagi :

1. Kawasan perumahan dan permukiman kumuh dan nelayan, kawasan yang akan
dikembangkan sebagai kawasan permukiman baru.

2. Kawasan yang lokasi mudah diakses, karena harus terkait dengan jariangan primer
sistem/ rencanma investasi prasarana, sarana dan utilitas berskala regional.

3. Kawasan perumahan dan permukiman yang apabila dikembangkan memberikan manfaat


bagi Pemerintah Kabupaten/ Kota, dalam bentuk :

a. Peningkatan ketersediaan permukiman yang layak dan terjangkau.

b. Dukungan bagi pembangunan dan pengembangan kawasan fungsional yang


memerlukan perumahan dan permukiman.

c. Kawasan yang luasan rencananya mendukung terlaksananya pola hunian berimbang.

LAPORAN AKHIR II - 9
PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN (RP3KP)
KABUPATEN DELI SERDANG

d. Tidak mengganggu keseimbangan dan fungsi lingkungan serta upaya pelestarian


sumberdaya alam lainnya.

e. Skala kegiatan memberikan kesempatan kerja baru.

2.4.2 Kriteria Khusus

Pengembangan perumahan dan permukiman melalui program dan kegiatan khusus


sebaiknya diprioritaskan bagi kabupaten/kota yang telah memperlihatkan :

1. Indikasi banyaknya permasalahan perumahan dan permukiman yang mendesak untuk


ditanggulangi (banjir, padat, kumuh, rawan, ekapansi ke daerah pertanian produktif, perubahan
fungsi lahan perkotaan, dll).
2. Tingkat kepadatan yang relatif tinggi, dengan mengutamakan penanganan pada kawasan
perumahan dan permukiman padat penduduk (net density > 150 jiwa/ha), dan yang secara
khusus telah berkembang atau akan dikembangkan menjadi pusat kegiatan suatu kawasan
fungsional atau wilayah.
3. Bagi kawasan perumahan dan permukiman baru (baru akan dibangun atau dikembangkan),
mensyaratkan antara lain :
a. Tidak berada pada lokasi rawan bencana, baik yang rutin maupun yang diperkirakan dapat
terjadi (potensial menjadi daerah bencana longsor, banjir, genangan, rawan masalah sosial,
dll).
b. Mempunyai sumber air baku yang memadai (kualitas dan kuantitas) atau terhubungkan
dengan jaringan pelayanan air bersih serta jaringan sanitasi dan pematusan berskala kota.
c. Terletak pada hamparan dengan luasan yang cukup, yang memungkinkan terselenggaranya
pola hunian berimbang. Untuk itu dapat diikuti ketentuan penguasaan lahan untuk
permukiman sebagaimana tertuang dalam instruksi Menteri Negara agraria/ Kepala Badan
Pertanahan Nasional No. 5 Tahun 1998 tentang Pemberian Ijin Lokasi Dalam Rangka
Penataan Penguasaan Tanah Berskala Besar yang menetapkan penguasaan lahan untuk
permukiman maksimum yang dapat dikuasai oleh pengembang/konsorsium sebagai berikut:

 Minimal 200 Ha dan masimal 400 Ha per propinsi per pengembangan atau konsorsium.

 Total 4.000 Ha untuk seluruh Indonesia, bila terletak dalam satu hamparan.
d. Memanfaatkan lahan tidur atau lahan skala besar yang telah dikeluarkan ijinnya namun
belum dibangun, dengan catatan diprioritaskan pada :
 Pengisian kawasan skala besar (kasiba/ lisiba) yang belum diisi/ dimanfaatkan.

LAPORAN AKHIR II - 10
PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN (RP3KP)
KABUPATEN DELI SERDANG

 Pembangunan pada kawasan perumahan dan permukiman yang telah diberikan ijinnya
namun belum terealisasikan dengan pemanfaatan yang harus tetap sesuai dengan ijin
yang telah diterbitkan. Pangaturan lebih lanjut tentang pemanfaatan lahan tidur ini
dilakukan melalui peraturan daerah.

e. Bagi kawasan perumahan dan permukiman yang akan dikembangkan sebagai kawasan
pembangunan rumah susun sederhana (rusuna) sewa/ milik, pencantumannya dalam
RP3KP dan pelaksanaanya harus dikaitkan dengan :
 Penanganan kawasan permukiman kumuh perkotaan yang padat penduduk pada tanah
milik atau tanah negara, yang telah menjadi permasalahan di daerah perkotaan.
 Penyediaan permukiman yang terjangkau yang menjadi bagian dari pengembangan
kawasan fungsional (kawasan industri, kawasan wisata, kawasan pendidikan, dll).
 Penanggulangan kejadian luar biasa yang memerlukan upaya segera untuk
memukimkan kembali penduduk (kebakaran, pengungsian, bencana alam lainnya) agar
kehidupan dapat segera berlangsung kembali.

f. Bagi daerah perdesaan, pengembangan kawasan perumahan dan permukiman yang

 Pengembangan kawasan perumahan danpermukiman yang berfungsi sebagai pusat


pelayanan primer daerah perdesaan yang mempunyai potensi unggulan atau fungsi
khusus dalam skala pembangunan kota/ kabupatennya.

 Pembentukan kawasan perumahan dan permukiman yang mendukung pengembangan


sentra kegiatan usaha ekonomi perdesaan.

 Antisipasi terhadap kemunginan tumbuh dan berkembangnya kota-kota kecil baru daerah
perdesaan yang mempunyai lokasi geografis yang menguntungkan, atau mempunyai
potensi yang dapat menarik investasi.

 Mendukung berkembang dan berfungsinya ibukota kecamatan menjadi pusat pelayanan


primer, terutama di daerah yang terisolasi atau pada kecamatan yang mengalami
pengembangan atau regrouping.

 Mendukung terbentuknya kehidupan dan penghidupan yang mampu memberikan citra


layanan yang memadai kepada masyarakat dalam hal administrasi pemerintahan dan
pembangunan, pada daerah perdesaan diperbatasan antar negara.

g. Sistem Informasi Geografis

LAPORAN AKHIR II - 11
PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN (RP3KP)
KABUPATEN DELI SERDANG

Pengolahan dan penyajian data spasial dapat dilakukan dengan memanfaatkan sistem
informasi geografis. Oleh karena itu, Sistem Informasi Geografis dalam kegiatan ini
berfungsi sebagai alat bantu dan basis data perencanaan. Sistem informasi geografis terdiri
dari 3 (tiga) komponen dasar yang dapat digunakan untuk memasukkan data, proses
manipulasi/ analisa data, dan keluaran data. Penggunaan sistem informasi geografis
memungkinkan pemrosesan data dan analisis data keruangan secara efisien, dan sistem
keluaran dapat menayangkan informasi ataupun hasil analisis data geografis secara
kualitatif ataupunkuantitatif.

Penyusunan SIG dimulai dengan melakukan evaluasi terhadap sistem informasi geografis
yang telah ada terutama mengenai interpretasi penggunaan lahan, batas delineasi dan
kesesuaian peta rencana terhadap substansi revisi rencana tata ruang. Sistem yang
diperbaharui harus diujicoba di lapangan dan diteruskan dengan updating sistem. Identifikasi
terhadap kondisi obyektif dilakukan dengan survey primer dan survey sekunder.

h. Peran Serta Masyarakat

Peran serta masyarakat terdiri dari dua jenis yaitu pasif dan aktif. Peran serta pasif adalah
peran serta masyarakat dalam menerima informasi perumahan dan permukiman.
Sedangkan peran serta aktif adalah peran serta masyarakat dalam memberikan data dan
informasi, aspirasi, dan opini mengenai kebijakan, strategi dan rumusan dalam bidang
perumahan dan permukiman.

Salah satu bentuk peran serta aktif dapat diwujudkan dalam konsultasi publik. Konsultasi
publik minimal dilaksanakan dalam dua kali putaran. Pertama konsultasi yang dilaksanakan
untuk menggali permintaan, keinginan, kebutuhan, keberatan dari masyarakat atas suatu
prakarsa. Kemudian putaran kedua adalah konsultasi hasil kompilasi masukan yang didapat
dari masyarakat ke dalam rencana penataan ruang. Masyarakat tersebut dapat
dikelompokkan menjadi dua kelompok besar yaitu berdasarkan kewilayahan (ecoregion) dan
kelompok stakeholder. Konsultasi publik dapat menggunakan berbagai media seperti forum
diskusi, lokakarya, seminar, pengisian angket, public hearing ataupun menggunakan
kekuatan media massa dengan talk show atau pembuatan kolom khusus dilokal media
cetak.

LAPORAN AKHIR II - 12
PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN (RP3KP)
KABUPATEN DELI SERDANG

LAPORAN AKHIR II - 13

Anda mungkin juga menyukai