28 Laporan Fakta Analisa RTRW Asahan 2022
28 Laporan Fakta Analisa RTRW Asahan 2022
KATA PENGANTAR
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Umum .............................................................................. 1-1
1.2 Maksud Penyusunan Laporan Fakta Dan Analisa ............. 1-2
1.3 Ruang Lingkup Penyusunan Laporan Fakta Dan
Analisa ............................................................................. 1-2
1.4 Wilayah Perencanaan ........................................................ 1-3
1.5 Dasar Hukum ................................................................... 1-4
1.6 Beberapa Pengertian Dasar Tentang Tata Ruang ................1-11
1.7 Sistem Pelaporan Fakta Dan Analisa .................................1-13
BAB 5 ANALISIS
5.1 Analisis Potensi dan Permasalahan Regional dan Global.. 5-1
5.2 Analisis Kebijakan Spasial dan Sektoral.......................... 5-1
5.3 Analisis Kedudukan Dan Peran Kabupaten Asahan Dalam
Wilayah Yang Lebih Luas ................................................ 5-3
5.4 Analisis Fisik Wilayah ................................................... 5-4
5.4.1 Karakter Umum Wilaayah Fisik ............................ 5-4
5.4.2 Potensi Rawan Bencana ........................................ 5-9
5.4.3 Potensi Sumber Daya Alam ................................... 5-10
5.4.4 Kemampuan dan Kesesuaian Lahan...................... 5-10
BAB 6 PENUTUP
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Luas Wilayah Per Kecamatan di Kabupaten Asahan .......... 4-2
Tabel 4.2 Curah Hujan di Wilayah Kabupaten Asahan Tahun
2020 ................................................................................ 4-5
Tabel 4.3 Ketinggian Wilayah Menurut Kecamatan di Kabupaten
Asahan ............................................................................ 4-5
Tabel 4.4 Daftar Luas DAS di Kabupaten Asahan ............................ 4-11
Tabel 4.5 Penggunaan Lahan Eksisting (Ha) .................................... 4-14
Tabel 4.6 Nilai Indeks Risiko Bencana Alam di Provinsi Sumatera
Utara ............................................................................... 4-17
Tabel 4.7 Jumlah Penduduk Kabupaten Asahan Priode Tahun
2016-2020 ....................................................................... 4-20
Tabel 4.8 Kepadatan Penduduk Kabupaten Asahan Priode Tahun
2016-2020 ....................................................................... 4-20
Tabel 4.9 Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Asahan..................... 4-21
Tabel 4.10 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Asahan ....................... 4-24
Tabel 4.11 Distribusi PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar
Harga Berlaku (%) ............................................................ 4-24
Tabel 4.12 Jumlah Fasilitas Pendidikan di Kabupaten Asahan
Tahun 2020 ..................................................................... 4-26
Tabel 4.13 Jumlah Fasilitas Kesehatan di Kabupaten Asahan
Tahun 2020 ..................................................................... 4-27
Tabel 4.14 Jumlah Fasilitas Peribadatan di Kabupaten Asahan
Tahun 2020 ..................................................................... 4-29
Tabel 4.15 Panjang Jalan Menurut Jenis Jalan di Kabupaten
Asahan (km) Tahun 2020 ................................................. 4-32
DAFTAR GAMBAR
Bab
1
PENDAHULUAN
1.1 UMUM
Pembangunan Kabupaten/Kota sebagai bagian integral dari
pembangunan nasional memerlukan suatu arahan atau pedoman untuk
dapat menciptakan keterpaduan lintas sektoral dan kawasan. Hal ini juga
penting untuk dapat menciptakan keserasian dan keselarasan diantara
berbagai tahapan pembangunan yang tengah dilakukan.
Pedoman atau arahan tersebut akan menciptakan sinergitas bagi
obyek-obyek pembangunan, sehingga keberadaannya bisa saling
menunjang. Begitupun, Pembangunan yang dijalankan pada beragam
sektor nantinya akan berjalan lebih efisien, efektif dan terintegrasi antara
satu dengan yang lain.
Termasuk pula bagi Kabupaten Asahan, yang saat ini tengah
menggiatkan proses pembangunan pada berbagai sektor di wilayahnya.
Keberadaan suatu panduan atau guide line yang terencana dan terukur
akan menjadi pijakan yang tepat dalam mewujudkan Asahan sebagai
Kabupaten sejahtera dan mandiri yang berbasis potensi unggulan dan
inovatif. Wujud pedoman atau arahan
pembangunan itu, tertuang dalam sebuah Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW).
Produk perencanaan RTRW ini, akan menjadi bagian yang tidak
terpisahkan dari perencanaan penataan ruang Provinsi Sumatera Utara,
yang secara hirarki menjadi acuan atau referensi baku bagi perencanaan
Bab
2
TINJAUAN KEBIJAKAN
KABUPATEN ASAHAN
6) Wilayah Sungai
Rencana pengembangan wilayah sungai (WS) Bah Bolon, WS
Barumun Kualuh yaitu WS lintas Kabupaten/Kota.
7) Sistem Jaringan Sumber Daya Air
• Pengembangan sumber daya air pada kawasan rawa yang
tersebar di Kabupaten Deli Serdang, Kabupaten
Labuhanbatu Utara, Kabupaten Labuhanbatu, Kabupaten
Asahan, Kabupaten Langkat, Kabupaten Serdang Bedagai,
Kabupaten Mandailing Natal, Kabupaten Tapanuli Tengah,
Kabupaten Tapanuli Selatan, Kabupaten Karo, Kabupaten
Tapanuli Selatan, dan Kabupaten Tapanuli Utara.
• Instalasi pengelolaan air minum di Kabupaten Asahan yaitu
IPA PDAM Tirta Silaupiasa.
B. Kawasan Budidaya
1. Kawasan peruntukan hutan produksi;
Kawasan peruntukan hutan produksi di Kabupaten Asahan
dengan rencana pengembangan kawasan HP Terbatas seluas 765
Ha, HP Tetap 8.395 Ha dan HP yang dapat di konversi seluas
26.045 Ha.
2. Kawasan peruntukan pertanian;
Kawasan peruntukan pertanian di Kabupaten Asahan untuk
rencana pengembangan lahan perkebunan yaitu lahan basah
seluas 18,650 Ha dan lahan kering seluas 1.562 Ha.
3. kawasan peruntukan perkebunan;
Kawasan peruntukan perkebunan di Kabupaten Asahan dengan
rencana pengembangannya seluas 248.221 Ha.
4. kawasan peruntukan perikanan dan kelautan;
rencana pengembangan pangkalan pendaratan ikan (PPI)
Kabupaten Asahan : PPI Asahan Mati, PPI Bagan Asahan, PPI
Rantau Panjang.
5. kawasan peruntukan industri;
Kawasan peruntukan industry rencana pengembangan kawasan
industry menengah dan industry besar yaitu kawasan industry
Bagan Asahan di Kabupaten Asahan.
Bab
3
METODE DAN PENDEKATAN
PERENCANAAN
3.1 PENDEKATAN
Pendekatan dipahami sebagai sebagai suatu cara pandang dalam
memahami suatu hal yang kemudian akan melandasi pemilihan metode
bagaimana sesuatu tersebut dipahami. Dalam konteks pengelolaan
kegiatan, pendekatan dipahami lebih kepada pola pikir yang digunakan
oleh pengelola terhadap kegiatan yang dipercayakan penyelesaiannya
kepada pengelola tersebut. Pola pikir yang dimaksud di sini lebih mengarah
pada cara yang digunakan untuk mengelola sumber daya yang tersedia
untuk menyelesaikan keseluruhan rangkaian kegiatan sehingga
menghasilkan produk tau keluaran kegiatan sebagaimana yang telah
ditentukan. Terkait dengan pemahaman ini, maka pendekatan yang
berkembang sifatnya lebih kepada pola yang sistematis dengan langkah-
langkah yang jelas pada tiap tahapannya. Berikut pendekatan yang
digunakan dalam Penyusunan Revisi RTRW Kabupaten Asahan.
3.1.1 Pendekatan Kebijakan Publik
Kebijakan publik merupakan serangkaian tindakan yang ditetapkan
oleh pemerintah yang mempunyai tujuan tertentu berkenaan dengan
masalah tertentu yang diorientasikan pada penyelesaian masalah publik.
Kebijakan publik yang ditetapkan pemerintah diharapkan mampu
mengatasi kebutuhan atau harapan terhadap suatu kondisi yang
mempunyai dampak bagi banyak pihak. Suatu kebijakan publik yang telah
ditetapkan atau disahkan, tidak serta merta mampu menyelesaikan
masalah yang menjadi acuan dalam perumusan kebijakan tersebut. Tujuan
dari kebijakan yang telah formulasikan dapat dicapai melalui pelaksanaan
Gambar 3.1
Diagram Alir Pendekatan Berkelanjutan
3.2 METODOLOGI
Adapun Tata Cara Penyusunan RTRW Kabupaten Asahan antara
lain sebagai berikut:
3.2.1 Persiapan
Tahapan persiapan, meliputi:
1) penyusunan kerangka acuan kerja
2) penyusunan rencana kerja
3) penetapan metodologi yang digunakan;
Bab
4
GAMBARAN UMUM
KABUPATEN ASAHAN
Tabel 4.1
Luas Wilayah Per Kecamatan di Kabupaten Asahan
No Kecamatan Luas Wilayah (Ha)
1 B.P Mandoge 71.363,21
2 Bandar Pulau 26.841,24
3 Aek Songsongan 28.220,56
4 Rahuning 19.579,78
5 Pulau Rakyat 21.364,75
6 Aek Kuasan 14.313,31
7 Aek Ledong 8.511,69
8 Sei Kepayang 37.069,19
9 Sei Kepayang Barat 4.919,21
10 Sei Kepayang Timur 10.064,52
11 Tanjung Balai 8.868,36
12 Simpang Empat 13.576,99
13 Teluk Dalam 11.701,28
14 Air Batu 11.714,54
15 Sei Dadap 8.278,19
16 Buntu Pane 15.339,86
17 Tinggi Raja 10.789,77
18 Setia Janji 6.237,02
19 Meranti 4.532,76
20 Pulo Bandring 8.699,36
21 Rawang Panca Arga 6.737,02
22 Air Joman 9.809,44
23 Silau Laut 8.467,58
24 Kisaran Barat 3.280,52
25 Kisaran Timur 3.016,78
Jumlah 373.297
Sumber :Kabupaten Asahan Dalam Angka, 2021
Gambar 4.1
Orientasi Kabupaten Asahan
4.2.2 Topografi
Kondisi topografi di Kabupaten Asahan sebahagian besar berupa
dataran rendah dengan ketinggian yang relatif bervariasi berkisar antara 0–
1.000 meter di atas permukaan laut (mdpl). Wilayah Kecamatan Bandar
Pasir Mandoge merupakan daerah tertinggi di Kabupaten Asahan dengan
ketinggian mencapai 157 mdpl sedangkan wilayah Kecamatan Sei Kepayang
Timur merupakan daerah terendah dengan ketinggian sekitar 1 mdpl.
Ketinggian wilayah setiap kecamatan dapat dilihat pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3
Kondisi Ketinggian Wilayah Menurut Kecamatan di Kabupaten Asahan
No Kecamatan Tinggi Wilayah (Mdpl)
1 B.P Mandoge 157
2 Bandar Pulau 113
3 Aek Songsongan 44
4 Rahuning 31
5 Pulau Rakyat 20
6 Aek Kuasan 34
7 Aek Ledong 82
8 Sei Kepayang 12
9 Sei Kepayang Barat 5
10 Sei Kepayang Timur 1
11 Tanjung Balai 2
12 Simpang Empat 8
13 Teluk Dalam 31
4.2.3 Geologi
Aspek geologi tata lingkungan ini dapat ditinjau menggunakan
pendekatan ilmu stratigrafi yang merupakan studi mengenai sejarah,
komposisi dan umur relatif serta distribusi perlapisan tanah dan interpretasi
lapisan-lapisan batuan untuk menjelaskan sejarah Bumi. Dari hasil
perbandingan atau korelasi antarlapisan yang berbeda dapat dikembangkan
lebih lanjut studi mengenai litologi (litostratigrafi), kandungan fosil
(biostratigrafi), dan umur relatif maupun absolutnya (kronostratigrafi).
stratigrafi kita pelajari untuk mengetahui luas penyebaran lapisan batuan.
Berdasarkan Data Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi dalam
Peta Geologi Bersistem Indonesia Skala 1:250.000 Tahun 1981 Lembar
(Quadrangel): Tebing Tinggi, 0719 maka dapat diketahui Stratigrafi Regional
Wilayah Kabupaten Asahan terdiri dari batuan sedimen berumur holosen
hingga plistosen, seperti:
1. Qh : Aluvium berumur holosen
Merupakan batuan sedimen kerikil, pasir dan lempung.
2. Qvt : Tuffa Toba berumur plistosen
Merupakan batuan gunung api, tufa mengandung batu apung,
bersusunan riodasit, tidak berlapis.
3. MPib : Intrusi Berhala berumur perem tengah
Merupakan batuan terobosan, sienit kuarsa mengandung potas,
sebagian bersifat genes.
Gambar 4.3
Peta Topografi Kab. ASahan
Gambar 4.4
Peta geologi Kab. Asahan
4.2.5 Hidrologi
Wilayah pesisir Asahan merupakan pesisir di laut pedalaman,
berbatasan dengan Selat Malaka. Arus laut mengalir di sepanjang pantai dari
Utara ke Selatan atau sebaliknya, bukan merupakan arus yang tegak lurus
pantai. Karena itu, daya kikis yang dimiliki air laut tidak begitu kuat.
Sementara bentuk dataran yang sangat landai dan sungai-sungai tua yang
lebar menunjukkan bahwa wilayah Asahan sangat dipengaruhi oleh
pengikisan dan pengendapan aliran sungai dibanding arus laut.
Pada umumnya sungai yang terdapat di wilayah pesisir Asahan
mempunyai pola dendritik. Hal ini disebabkan oleh bentuk wilayahnya yang
melereng dari arah Barat Daya ke Timur Laut. Sungai-sungai muda terdapat
di bagian Barat Laut yang mengalir seperti cabang-cabang pohon ke induk
sungainya. Induk-induk sungai tersebut mengalami proses pengikisan dan
pengendapan dan beralih menjadi sungai dewasa dan tua di sebelah Timur
Laut.
Dengan topografi yang relatif datar membuat daerah ini sering dilanda
banjir yang merupakan banjir kiriman dari daerah hulu sehingga berdampak
pada meluapnya sungai-sungai yang ada karena sebagian besar alirannya
terkonsentrasi pada sungai besar, seperti Sungai Asahan, Sungai Silau dan
Sungai Bunut. Kondisi banjir tersebut terjadi terutama saatmasuk Pada
musim penghujan.
Di sisi lain, keberadaan sungai-sungai tersebut juga dimanfaatkan
sebagai sistem jaringan irigasi teknis mempertimbangkan kondisi dan
potensi fisiografi wilayah yang sangat mendukung untuk tanaman pangan
lahan basah.
Gambar 4.5
Tabel 4.5
Penggunaan Lahan Eksisiting (Hektar)
Pertanian
Tutupan Hutan Hutan Air Air
No Mangrove Pemukiman Industri Perkebunan Lahan Sawah Tambak Total
Lahan 2021 Pegunungan Rawa Danau Sungai
Kering
1 Kec. Aek - - - 394 48 8.620 5.293 12 - -
Kuasan 14.368
2 Kec. Aek - - - 406 - 8.291 37 0 - - 7
Ledong 8.741
3 Kec. Aek 1.314 - - 249 - 13.109 - - - - 66
Songsongan 14.738
4 Kec. Air Batu - - - 530 42 10.402 1.095 55 - - 7
12.131
5 Kec. Air - - - 738 - 6.460 2.615 134 - - 51
Joman 9.998
6 Kec. Bandar 23.957 - - 382 77 48.038 - - - - 311
Pasir 72.765
Mandoge
7 Kec. Bandar 11.876 - - 230 - 28.795 - - - - 261
Pulau 41.162
8 Kec. Buntu - - - 269 47 13.862 138 210 - - 166
Pane 14.691
9 Kec. Kota - - - 744 26 1.789 153 - - - 44
Kisaran Barat 2.756
10 Kec. Kota - - - 1.030 - 1.329 388 1 - 1 49
Kisaran 2.797
Timur
11 Kec. Meranti - - - 243 - 1.865 64 2.125 - - 8 4.306
12 Kec. Pulau - 226 - 531 16 12.003 8.253 75 - - 215 21.319
Rakyat
13 Kec. Pulo - - - 517 7.068 79 309 - - 31 8.002
Bandring
Pertanian
Tutupan Hutan Hutan Air Air
No Mangrove Pemukiman Industri Perkebunan Lahan Sawah Tambak Total
Lahan 2021 Pegunungan Rawa Danau Sungai
Kering
15 Kec. Rawang - - - 261 - 3.710 2.896 - 22 6.890
Panca Arga
16 Kec. Sei - - - 587 10 6.246 1.156 246 - 0 66 8.312
Dadap
17 Kec. Sei - 790 347 158 - 21.051 12.396 2.098 - - 144 36.983
Kepayang
18 Kec. Sei - - - 165 - 4.586 11 - - - 158 4.919
Kepayang
Barat
19 Kec. Sei - - 3.217 54 - 5.721 600 147 - - 489 10.229
Kepayang
Timur
20 Kec. Setia - - - 146 20 5.672 536 - 0 6.373
Janji
21 Kec. Silau - - 468 167 - 6.439 1.051 106 276 - 29 8.536
Laut
22 Kec. Simpang - - - 525 - 6.683 6.030 155 - - 184 13.577
Empat
23 Kec. Tanjung - - 366 257 3 7.293 277 142 10 - 501 8.848
Balai
24 Kec. Teluk - - - 320 56 10.619 443 9 - - 51 11.498
Dalam
25 Kec. Tinggi - - - 262 - 10.464 362 16 - 6 161 11.270
Raja
Total 37.147 1.016 4.398 9.451 387 267.747 40.439 9.272 286 8 3.140 373.292
Sumber: Olahan Data Berdasarkan ground chek dan interprestasi citra satelit, 2021
Gambar 4.6
Peta Penggunaan Lahan Eksisting Kabupaten Asahan
Kelas
No Kab/Kota 2016 2017 2018 2019 2020 Resiko
2019
8 Tapanuli Selatan 186,00 186,00 186,00 186 186,0 Tinggi
9 Asahan 167,20 167,20 167,20 167 167,2 Tinggi
10 Kota Sibolga 167,20 167,20 167,20 167 167,2 Tinggi
11 Labuhan Batu Utara 155,20 155,20 155,20 155 155,2 Tinggi
12 Langkat 148,50 143,54 140,68 155 138,6 Tinggi
13 Padang Lawas 154,00 154,00 154,00 154 154 Tinggi
14 Labuhan Batu 151,20 151,20 151,20 151 151,2 Tinggi
15 Kota Medan 103,55 100,61 93,77 155 93,8 Sedang
16 Deli Serdang 113,00 108,28 121,73 155 121,7 Sedang
17 Karo 136,71 125,24 120,99 154 121 Sedang
18 Batu Bara 143,20 143,20 143,20 143 143,2 Sedang
19 Serdang Bedagai 140,00 140,00 140,00 140 140 Sedang
20 Padang Lawas Utara 138,00 138,00 138,00 138 138 Sedang
21 Labuhan Batu 131,20 131,20 131,20 131 131,2 Sedang
Selatan
22 Humbang 130,00 130,00 130,00 130 130,0 Sedang
Hasundutan
23 Kota 128,00 128,00 128,00 128 128 Sedang
Padangsidimpuan
24 Dairi 127,60 127,60 127,60 128 127,6 Sedang
25 Tapanuli Utara 118,00 118,00 118,00 118 118 Sedang
26 Samosir 114,00 114,00 114,00 114 114 Sedang
27 Kota Tanjung Balai 114,00 114,00 114,00 114 114 Sedang
28 Pakpak Bharat 112,00 112,00 112,00 112 112 Sedang
29 Toba Samosir 107,20 107,20 107,20 107 107,2 Sedang
30 Kota Binjai 103,20 103,20 103,20 103 103,2 Sedang
31 Kota Tebing Tinggi 101,60 101,60 101,60 102 101,6 Sedang
32 Simalungun 75,03 75,03 75,03 95 75,6 Sedang
33 Kota Pematang 91,20 91,20 91,20 91 91,2 Sedang
Siantar
Sumber ; Indeks Risiko Bencana Indonesia, Februari 2021
B. Jumlah Penduduk
Menurut data statistic (BPS) Kabupaten Asahan dalam angka tahun
2021, menyebutkan bahwa jumlah penduduk Kabupaten Asahan
pada tahun 2020 adalah sebesar 769.960 jiwa, meningkat cukup
sedang dari tahun 2019 yang mencapai 729.795, dengan tingkat
penyebaran yang cukup merata dengan rata-rata penyebaran
penduduk sebesar 1.38% (Tabel 4.7). Penyebaran penduduk yang
cukup tinggi berada di Kecamatan Kota Kisaran Timur yang
merupakan Ibukota dari Kabupaten Asahan, sebesar 10,58% dari
jumlah penduduk keseluruhan Kabupaten Asahan. Sedangkan
Kecamatan Sei Kepayang Timur penyebaran penduduk sebesar 1,24%
dari keselurahan jumlah penduduk di Kabupaten Asahan.
Tabel 4.7
Jumlah Penduduk Kabupaten Asahan Priode Tahun 2016-2020
Tahun (Jiwa)
No Kecamatan
2016 2017 2018 2019 2020
1 B.P Mandoge 35.030 35.329 35.604 35.870 34.997
2 Bandar Pulau 21.819 22.005 22.177 22.342 23.684
3 Aek Songsongan 17.554 17.703 17.843 17.976 17.970
4 Rahuning 18.646 18.804 18.955 19.096 19.940
5 Pulau Rakyat 33.665 33.950 34.214 34.470 35.454
6 Aek Kuasan 24.311 24.517 24.709 24.893 25.742
7 Aek Ledong 20.973 21.151 21.318 21.479 20.632
8 Sei Kepayang 18.226 18.380 18.524 18.664 19.306
Sei Kepayang
9 13.643 13.756 13.865 13.971 14.906
Barat
Sei Kepayang
10 9.155 9.231 9.302 9.373 9.561
Timur
11 Tanjung Balai 37.214 37.529 37.825 38.108 41.444
12 Simpang Empat 42.039 42.395 42.735 43.049 46.642
13 Teluk Dalam 18.390 18.544 18.688 18.831 19.243
14 Air Batu 41.726 42.078 42.410 42.727 45.868
15 Sei Dadap 32.862 33.140 33.398 33.650 36.122
16 Buntu Pane 24.039 24.242 24.426 24.617 24.671
17 Tinggi Raja 19.298 19.459 19.611 19.760 20.056
18 Setia Janji 12.198 12.299 12.396 12.489 12.784
19 Merant 20.663 20.834 20.999 21.159 23.508
20 Pulo Bandring 29.544 29.792 30.030 30.255 33.469
Rawang Panca
21 18.685 18.841 18.992 19.134 19.947
Arga
22 Air Joman 48.856 49.269 49.663 50.030 57.127
23 Silau Laut 21.466 21.646 21.820 21.984 24.972
24 Kisaran Barat 59.071 59.579 60.044 60.490 60.428
25 Kisaran Timur 73.611 74.245 74.821 75.378 81.487
Jumlah 712.684 718.718 724.369 729.795 769.960
Sumber: BPS Kabupaten Asahan Dalam Angka Tahun 2021
Tabel 4.8
Kepadatan Penduduk Kabupaten Asahan Priode Tahun 2016-2020
Kepadatan Penduduk Tahun (Jiwa/Ha)
No Kecamatan
2016 2017 2018 2019 2020
1 B.P Mandoge 0 0 0 0 1
2 Bandar Pulau 1 1 1 1 1
3 Aek Songsongan 1 1 1 1 1
4 Rahuning 1 1 1 1 1
5 Pulau Rakyat 2 2 2 2 2
6 Aek Kuasan 2 2 2 2 2
7 Aek Ledong 2 2 2 3 3
8 Sei Kepayang 0 0 0 0 1
9 Sei Kepayang Barat 3 3 3 3 3
Tabel 4.10
Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Asahan
No Uraian Tahun 2018 Tahun 2019 Tahun 2020
Pertumbuhan
1 5,61% 5,64% 0,21%
Ekonomi (persen)
PDRB Harga
2 Berlaku (juta 34.664.912,65 37.440.406,46 38.691.821,26
rupiah)
PDRB Harga
3 Konstan (juta 24.844.872,11 26.245.236,05 26.299.566,40
rupiah)
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Asahan Tahun 2021
Fasilitas Kesehatan
No Kecamatan Rumah
Pustu Poliklinik Puskesmas Apotik
Sakit (RS)
14 Air Batu - 6 8 2 6
15 Sei Dadap 1 4 6 1 -
16 Buntu Pane - 6 5 1 7
17 Tinggi Raja - 2 1 1 -
18 Setia Janji - 3 - 1 -
19 Merant - 1 1 1 1
20 Pulo Bandring - 6 4 1 1
Rawang Panca 1
21 - 4 - 1
Arga
22 Air Joman - 6 3 1 1
23 Silau Laut - 5 1 1 -
24 Kisaran Barat 5 6 6 1 8
25 Kisaran Timur 2 5 7 2 7
Jumlah 11 112 68 30 49
Sumber : Kabupaten Asahan dalam Angka, BPS 2021
Tabel 4.14
Jumlah Fasilitas Peribadatan di Kabupaten Asahan Tahun 2020
Fasilitas Peribadatan
No Kecamatan Gereja Gereja Vihara
Masjid Mushalla Pura
Protestan Katolik
1 B.P Mandoge 68 12 60 6 - -
2 Bandar Pulau 40 28 10 2 - -
Aek - -
3 25 25 11 2
Songsongan
4 Rahuning 29 12 6 1 - 1
5 Pulau Rakyat 42 25 25 6 - -
6 Aek Kuasan 41 15 8 - - -
7 Aek Ledong 22 25 1 - - -
8 Sei Kepayang 8 36 19 3 - -
Sei Kepayang - 1
9 6 28 - -
Barat
Sei Kepayang - -
10 7 20 - -
Timur
11 Tanjung Balai 21 27 - - - -
Simpang - -
12 33 37 24 4
Empat
13 Teluk Dalam 29 12 15 1 - 1
14 Air Batu 54 26 8 2 - 1
15 Sei Dadap 32 37 2 - - 1
16 Buntu Pane 44 11 5 1 - -
17 Tinggi Raja 50 11 8 1 - -
18 Setia Janji 19 11 10 2 - -
19 Merant 14 19 23 4 - -
20 Pulo Bandring 43 14 - - - -
Rawang Panca - -
21 24 21 20 3
Arga
22 Air Joman 40 37 1 - - 1
23 Silau Laut 24 25 6 1 - -
24 Kisaran Barat 38 33 14 1 - 7
25 Kisaran Timur 43 53 22 - - 2
Jumlah 796 600 298 40 - 15
Sumber : Kabupaten Asahan dalam Angka, BPS 2021
rusak, dan 499,32 km jalan rusak berat. Pada tahun 2018, jalan berkondisi
baik, sedang, dan rusak sedang juga mengalami peningkatan, sedangkan
jalan berkondisi rusak dan rusak berat menurun. Pada tahun 2019, dengan
total jalan di Kabupaten Asahan sepanjang 1.398,13 km, sepanjang 417,86
km diantaranya berkondisi baik, jumlah ini naik cukup signifikan dari tahun
sebelumnya. Sedangkan jumlah jalan dengan kondisi sedang, rusak sedang,
rusak, dan rusak berat mengalami penurunan di tahun 2019 yakni masing-
masing sepanjang 107,70 km, 73,09 km, 379,35 km, dan 420,13 km.
Selanjutnya di tahun 2020, dari 1.398,13 km jalan, terbagi menjadi 397,58
km berkondisi baik, 127,33 km jalan berkondisi sedang, 73,74 km jalan
berkondisi rusak sedang, 346,61 km berkondisi rusak, dan 452,87 km jalan
rusak berat. Berikut data yang menunjukan kondisi jalan di Kabupaten
Asahan.
Tabel 4.17
Perkembangan Panjang Jalan Berdasarkan Kondisi di Kabupaten Asahan
Tahun 2016-2020
Kondisi 2016 2017 2018 2020 2021
Jalan Panjang % Panjang % Panjang % Panjang % Panjang %
(km) (km) (km) (km) (km)
Baik 271,57 42,25 305,54 22,75 328,71 23,51 417,86 29,89 397,58 28,44
Sedang 118,16 18,38 64,20 4,78 112,32 8,03 107,70 7,70 127,33 9,11
Rusak 11,95 1,86 7,86 0,58 73,69 5,29 73,09 5,23 73,74 5,27
Sedang
Rusak 99,45 15,47 466,14 34,71 402,76 28,81 379,35 27,13 346,61 24,79
Rusak 141,63 20,03 499,32 37,18 480,65 34,38 420,13 30,05 452,87 32,39
Berat
Jumlah 642,76 1343,06 1398,13 1398,13 1398,13
Sumber: Kabupaten Dalam Angka 2021, BPS
2. Isu-Isu Mikro
Sedangkan isu-isu Mikro yang perlu dipertimbangkan dalam
penyusunan RTRW Kabupaten Asahan ini, meliputi :
a. Masih Adanya Ketimpangan Pembangunan Antar Kecamatan
Ketimpangan terjadi antara wilayah utara-selatan-barat-timur
dan ketimpangan-ketimpangan di sekitar wilayah perbatasan
yang kurang terperhatikan.
k. Isu lainnya
Berdasarkan hal tersebut diatas, dan dengan mempertimbangkan
keterbatasan wilayah Kabupaten Asahan, baik yang menyangkut
daya dukung alam, lahan, sumber dana pembangunan, maupun
tingkat profesionalisme dan kompetisi sumber daya manusia,
maka upaya pembangunan di Kabupaten Asahan memerlukan
penanganan yang komprehensif yang diwujudkan ke dalam tiga
kebijaksanaan. Pertama, kebijaksanaan pemberdayaan
masyarakat (enpowerment). Kedua, kebijaksanaan Pemerintah
Daerah (UU No. 32/2004) dan kebijaksanaan perencanaan tata
ruang Kabupaten Asahan yang tepat, sehingga dapat mengikuti
perkembangan kota yang sangat pesat. Ketiga kebijaksanaan
tersebut mengacu dan diarahkan menuju tercapainya visi dan
misi Kabupaten Asahan serta fungsi dan peranan Kabupaten
Asahan dalam konteks nasional, provinsi, maupun lokal
Kabupaten Asahan itu sendiri.
Bab
5
ANALISA
B. Klimatologi
Kabupaten Asahan termasuk daerah yang beriklim tropis dan
memiliki dua musim yaitu musim kemarau dan musim hujan. Musim
kemarau dan musim hujan biasanya ditandai dengan sedikit
banyaknya hari hujan dan volume curah hujan pada bulan terjadinya
C. Geologi
Pada umumnya formasi geologi yang membentuk wilayah Kabupaten
Asahan adalah formasi kwartier. Satuan batuan induk yang
menyusun wilayah Kabupaten Asahan adalah sebagai berikut:
1. Satuan batuan tufliparit, dimana pada zaman kwartier terjadi
kegiatan vulkanis sebagai hasil peletusan Gunung Toba. Luas
wilayah pada jenis batuan adalah 140.201 Ha (30,32%) dari total
luas wilayah yang berada pada Kecamatan Bandar Pasir Mandoge,
Kecamatan Bandar Pulau, Kecamatan Buntu Pane dan Kecamatan
Air Batu. Jenis batuan ini secara umum berada pada kemiringan
0-8%; 8-15% dan sebahagian kecil dengan kemiringan di atas 15%
serta ditunjukkan pada kontur spasi renggang. Jenis batuan ini
mengandung bahan-bahan mineral seperti kaolin. Pelapukan dari
batuan ini menghasilkan jenis tanah podsolik cokelat.
Keberuntungan dari jenis tanah ini adalah unsur haranya
terutama unsur K dengan tebal maksimum 3 meter. Pada wilayah
datar dengan kemiringan 0-8% pada jenis tanah ini dapat
dikembangkan untuk pemukiman dan persawahan, sedangkan
kemiringan 8-15% diarahkan untuk lahan tanaman perkebunan
dan yang berada di atas 30% dianjurkan untuk hutan produksi.
2. Satuan batuan alluvium yang terbentuk pada zaman tertier dan
kwartier. Satuan batuan ini lebih dominan terdapat pada
Kabupaten Asahan, dimana satuan batuan alluvium terdiri dari
lempung dan pasir baik merupakan hasil endapan alluvial sungai,
laut maupun erosi vulkanik Gunung Toba. Satuan batuan
alluvium tersebut pada umumnya terdistribusi di seluruh
kecamatan dengan luas 302.195 Ha (65,35%) dari total luas
Kabupaten Asahan. Morfologinya berupa suatu dataran 0-8% dan
8-15% dengan pola kontur pada sebahagian wilayah sangat jarang
sekali, bahkan pada kawasan pantai kontur sudah tidak kelihatan
lagi, kedalaman efektif antara 0-125 cm. Pada umumnya jenis
tanah alluvial terdapat disepanjang aliran sungai dan sangat
subur serta mengandung cukup banyak hara tanaman, dan
tergantung daerah asal sungai tersebut. Namun demikian karena
Kabupaten Asahan merupakan suatu daerah yang sering dilanda
banjir terutama pada wilayah dekat pantai, maka tanah alluvial ini
mengalami perkembangan karena baru saja terbentuk dari hasil
pengendapan kemudian terus mendapat endapan yang baru lagi.
Jenis tanah alluvial di Kabupaten Asahan masih dapat dibagi lagi
secara garis besar, yaitu: Tanah alluvial; Tanah glayhumus; Tanah
regosol; Podsolik merah kuning
D. Hidrologi
Wilayah pesisir Asahan merupakan pesisir di laut pedalaman,
berbatasan dengan Selat Malaka. Arus laut mengalir di sepanjang
pantai dari Utara ke Selatan atau sebaliknya, bukan merupakan arus
yang tegak lurus pantai. Karena itu, daya kikis yang dimiliki air laut
tidak begitu kuat. Sementara bentuk dataran yang sangat landai dan
sungai-sungai tua yang lebar menunjukkan bahwa wilayah Asahan
sangat dipengaruhi oleh pengikisan dan pengendapan aliran sungai
dibanding arus laut.
Pada umumnya sungai yang terdapat di wilayah pesisir Asahan
mempunyai pola dendritik. Hal ini disebabkan oleh bentuk
wilayahnya yang melereng dari arah Barat Daya ke Timur Laut.
Sungai-sungai muda terdapat di bagian Barat Laut yang mengalir
seperti cabang-cabang pohon ke induk sungainya. Induk-induk
sungai tersebut mengalami proses pengikisan dan pengendapan dan
beralih menjadi sungai dewasa dan tua di sebelah Timur Laut.
Dengan topografi yang relatif datar membuat daerah ini sering dilanda
banjir yang merupakan banjir kiriman dari daerah hulu sehingga
berdampak pada meluapnya sungai-sungai yangada karena Sebagian
besar alirannya terkonsentrasi pada Sungai besar, Seperti Sungai
Asahan,Sungai Silau dan Sungai Bunut. Kondisi banjir tersebut
terjadi terutama saat masuk pada musim penghujan.
Di sisi lain, keberadaan sungai-sungai tersebut juga dimanfaatkan
sebagai sistem jaringan irigasi teknis mempertimbangkan kondisi dan
potensi fisiografi wilayah yang sangat mendukung untuk tanaman
pangan lahan basah.
Tabel 5.7
Location Quotient Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Asahan Tahun
2017-2020
LQ Sektor
No Lapangan Usaha Basis/Non
2017 2018 2019 2020
Basis
1 Pertanian, Kehutanan, dan 1,70 1,71 1,72 1,69 Basis
perikanan
2 Pertambangan dan Penggalian 0,15 0,15 0,15 0,15 non basis
3 Industri Pengolahan 1,11 1,11 1,13 1,14 basis
4 Pengadaan Listrik dan Gas 0,70 0,71 0,70 0,70 non basis
5 Pengadaan Air, Pengelolaan 0,58 0,57 0,57 0,56 non basis
Sampah, Limbah dan daur
ulang
6 Konstruksi 0,50 0,50 0,50 0,48 non basis
7 Perdagangan Besar dan Eceran, 0,97 0,97 0,97 0,97 non basis
Reparasi Mobil dan Sepeda
Motor
8 Transportasi dan pergudangan 0,74 0,72 0,73 0,79 non basis
9 Penyediaan Akomodasi dan 0,36 0,35 0,34 0,35 non basis
makan Minum
10 Informasi dan Komunikasi 0,19 0,18 0,18 0,18 non basis
11 Jasa Keuangan dan Asuransi 0,48 0,49 0,49 0,48 non basis
12 Real Estate 0,38 0,38 0,38 0,38 non basis
13 Jasa perusahaan non basis
0,05 0,04 0,04 0,05
14 Administrasi Pemerintahan, 0,94 0,94 0,92 0,90 non basis
Pertahanan dan Jaminan Sosial
Wajib
15 Jasa Pendidikan 0,42 0,42 0,41 0,40 non basis
16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan 0,63 0,63 0,63 0,64 non basis
Sosial
17 Jasa Lainnya 1,03 1,03 1,04 1,04 basis
Sumber: Analisis dan Perhitungan
Gambar 5.1
PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Asahan
Tahun 2017-2020
B. Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi suatu wilayah ditentukanoleh kenaikan
produksi barang dan jasa pada wilayah tersebut pada tahun tertentu.
Jika kenaikan produksi barang dan jasa pada tahun tertentu lebih
dari tahun sebelumnya maka dikatakan terjadi kenaikan
pertumbuhan, sebaliknya jika terjadi penurunan produksi barang dan
jasa dari tahun sebelumnya dikatakan terjadi perlambatan
pertumbuhan.
Untuk menghindari pengaruh perubahan harga, maka pertumbuhan
ekonomi dihitung berdasarkan harga konstan. Pada penyajian ini,
pertumbuhan pertumbuhan ekonomi dihitung dengan menggunakan
harga konstan tahun 2000 sebagai tahun dasar.
Pertumbuhan ekonomi dapat dianalisis melalui pertumbuhan Produk
Dosmetik Regional Bruto (PDRB). PDRB adalah jumlah nilai tambah
bruto (gross value added) yang timbul dari seluruh sektor
perekonomian di suatu wilayah. Perkembangan PDRB Kabupaten
Asahan ditunjukkan oleh gambar berikut.
air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel. Sarana jalan yang
baik dapat meningkatkan mobilitas penduduk dan memperlancar lalu lintas
barang dari satu daerah ke daerah lain.
Panjang jalan di seluruh Kabupaten Asahan pada tahun 2020 tercatat
mencapai 1.734,48 km yang terbagi atas jalan nasional (81,79 km), jalan
Provinsi (254,56 km) dan jalan kabupaten (1.398,13 km). Lokasi jalan
nasional tersebar di 11 wilayah kecamatan, yaitu Kecamatan Pulau Rakyat,
Aek Kuasan, Aek Ledong, Simpang Empat, Teluk Dalam, Air Batu, Sei
Dadap, Meranti, Pulo Bandring, Kisaran Barat, dan Kisaran Timur. Jalan
nasional tersebar di 14 wilayah kecamatan, sedangkan jalan kabupaten
tersiar di seluruh wilayah kecamatan.
Dalam hal konstruksi permukaan jalan, data pada Gambar 5.2
menunjukkan bahwa sebagian besar jalan di Kabupaten Asahan pada tahun
2020 sudah berupa aspal. Selain itu, selama kurun lima tahun terakhir,
panjang jalan konstruksi aspal terus mengalami kenaikan dengan
konstruksi kerikil dan tanah cenderung mengalami penurunan pada kurun
waktu 2016-2020. Artinya, pembangunan jaringan jalan di Kabupaten
Asahan secara umum sudah menunjukkan progress yang positif. Namun
demikian, ke depan tetap diperlukan programyang bersifat pemeliharaan
maupun peningkatan tingkat konstruksi jalan secara lebih merata.
Gambar 5.2
Panjang Jalan berdasarkan Konstruksi Permukaan, 2016-2020
Tabel 5.11.
Perkiraan Kebutuhan Sarana Pendidikan di Kabupaten Asahan
Tahun 2022-2042
Tahun
No Jenis Sarana
2022 2027 2032 2037 2042
1 TK 627 686 751 822 899
2 SD 490 536 587 642 703
3 SMP 163 179 196 214 234
4 SMU 163 179 196 214 234
Perguruan
5 11 12 13 15 16
Tinggi
Jumlah 1.455 1.592 1.742 1.906 2.086
Sumber : Analisa
Tabel 5.12
Perkiraan Kebutuhan Sarana Kesehatan di Kabupaten Asahan
Tahun 2022-2042
Tahun
No Jenis Sarana
2022 2027 2032 2037 2042
1 Posyandu 627 686 751 822 899
Balai Pengobatan
2
Warga 314 343 375 411 450
3 Klinik Bersalin /BKIA 26 29 31 34 37
Puskesmas Pembantu
4 dan Balai Pengobatan
Lingkungan 26 29 31 34 37
Puskesmas dan Balai
5
Pengobatan 7 7 8 9 9
6 Tempat Praktek Dokter 157 172 188 205 225
7 Apotik/Rumah Obat 26 29 31 34 37
Jumlah 1.182 1.294 1.416 1.549 1.695
Sumber : Analisa
Tahun
No Jenis Sarana
2022 2027 2032 2037 2042
3 Langgar/Mushollah 314 343 375 411 450
4 Gereja Protestan 52 57 63 68 75
5 Gereja Khatolik 39 43 47 51 56
6 Vihara 11 12 13 15 16
Jumlah 449 491 538 588 644
Sumber : Analisa
Tahun
No Jenis Sarana
2022 2027 2032 2037 2042
4 Pusat perbelanjaan dan niaga 7 7 8 9 9
(toko + pasar + bank + kantor
dan
jasa lainnya)
Jumlah 3.299 3.610 3.950 4.323 4.730
Sumber : Analisa
Tabel 5.20
Perkiraan Volume Sampah dan Kebutuhan Fasilitas Persampahan di Kabupaten Asahan Tahun 2022 – 2042
Timbulan/Kebutuhan
Jenis Standart
No 2022 2027 2032 2037 2042
Pengguna (ltr/org/hr)
1/hari m³/hari 1/hari m³/hari 1/hari m³/hari 1/hari m³/hari 1/hari m³/hari
1 Domestik 2 1.567.912 1.568 1.715.691 1.716 1.877.399 1.877 2.054.349 2.054 2.207.843 2.208
Sarana
2 Umum/Sosial 0.5 391.978 392 428.923 429 469.350 469 513.587 514 551.961 552
3 Komersial 0.25 195.989 196 214.461 214 234.675 235 256.794 257 275.980 276
Total Penimbunan Sampah 2.155.879 2.156 2.359.076 2.359 2.581.424 2.581 2.824.730 2.825 3.035.784 3.036
Kebutuhan Standart
No 1/hari m³/hari 1/hari m³/hari 1/hari m³/hari 1/hari m³/hari 1/hari m³/hari
Sarana (ltr/org/hr)
Kebutuhan
Bak/Tong
1 Sampah 1 unit/50 L 43.118 47.182 51.628 56.495 60.716
Kebutuhan
Gerobak
2 Sampah 1 unit/2 m³ - 1.078 - 1.180 - 1.291 - 1.412 - 1.518
Kebutuhan
3 TPS 1 unit/6 m³ - 359 - 393 - 430 - 471 - 506
Kebutuhan 1 unit/18
4 Truk Sampah m³ - 40 - 44 - 48 - 52 - 56
Tabel 5.21
Persebaran Fasilitas di Kabupaten Asahan
Gereja Protestan
Gereja Katolik
Pasar/Pekan
Puskesmas
Pelataran
Poliklinik
Mushalla
Jumlah
Apotik
Vihara
Masjid
Pustu
Pura
Jumlah
Kios
SMK
SMA
SMP
MTs
Los
MA
SD
No Kecamatan
MI
Penduduk
Tabel 5.22
Perhitungan Skalogram
Gereja Katolik
Pasar/Pekan
Puskesmas
Poliklinik
Mushalla
Jumlah
Apotik
Vihara
Masjid
Pustu
Error
Jumlah
Pura
SMK
SMA
SMP
MTs
MA
SD
MI
No Kecamatan
Penduduk
ORDE 2 >8,5-10,25
ORDE 3 >6,75-8,5
ORDE 4 ≥5-6,75
Sumber: Analisis
memastikan daya dukung dan daya tampung lingkungan wilayah dan antar
wilayah dalam suatu daerah agar mampu mencukupi dalam mencapai
tujuan pembangunan.
Cara mengetahui daya dukung lahan berdasarkan perbandingan
antara ketersediaan dan kebutuhan ahan bagi penduduk yang hidup di
suatu wilayah dilakukan untuk mengetahui gambaran umum apakah daya
dukung lahan suatu wilayah dalam keadaan surplus atau defisit. Keadaan
surplus menunjukkan bahwa ketersediaan lahan setempat di suatu wilayah
masih dapat mencukupi kebutuhan akan produksi hayati di wilayah
tersebut, sedangkan keadaan deficit menunjukkan bahwa ketersediaan
lahan setempat sudah tidak dapat memenuhi kebutuhan akan produksi
hayati di wilayah tersebut. Perhitungan yang dilakukan antara lain:
1. Penghitungan Ketersediaan (Supply) Lahan
Rumus:
Keterangan:
SL = Ketersediaan lahan (ha)
Pi = Produksi aktual tiap jenis komoditi (satuan tergantung kepada
jenis
komoditas)
Komoditas yang diperhitungan meliputi pertanian,
perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan.
Hi = Harga satuan tiap jenis komoditas (Rp/satuan) di tingkat
produsen
Hb= Harga satuan beras (Rp/kg) di tingkat produsen
Ptvb = Produktivitas beras (kg/ha)
Dalam penghitungan ini, faktor konversi yang digunakan untuk
menyetarakan produk non beras dengan beras adalah harga.
Tabel 5.26
Perhitungan Nilai Produksi Total
No Komoditas Produksi Harga Nilai Produksi (Pix Hi)
(Pi) Satuan (Hi)
1 Padi dan Palawija
a Padi 91.113,38 127.000 11.571.399.260,00
b Jagung 6.998,84 450.000 31.494.780.000,00
2 Buah-Buahan
a Semangka 2.775,00 250.000 693.750.000,00
b belimbing 318,00 1.000.000 318.000.000,00
c jeruk besar 173,70 2.000.000 347.400.000,00
d mangga 2.262,70 1.000.000 2.262.700.000,00
e manggis 383,20 1.500.000 574.800.000,00
f nenas 108,90 580.000 63.162.000,00
g pepaya 427,30 600.000 256.380.000,00
h salak 4.509,80 862.500 3.889.702.500,00
3 Sayur Mayur
a Bayam 3.578,10 530.000 1.896.393.000,00
1.786,00 3.500.000
b Cabai besar
6.251.000.000.000,00
c kacang panjang 2.132,10 401.042 855.061.648,20
d kangkung 4.168,50 259.444 1.081.492.314,00
e ketimun 2.283,80 276.771 632.089.609,80
f Terung 1.634,70 482.292 788.402.732,40
5 Produksi daging
a sapi 2.213,82 14.000.000 30.993.480.000.000,00
b unggas 12.859,12 5.500.000 70.725.160.000.000,00
Produksi Telur
a ayam petelur 18.871,00 24000 452.904.000.000,00
b ayam kampung 1.220,61 45000 549.274.500.000,00
7 Perikanan
a perikanan darat 2.042,02 280.000 571.765.600,00
8 Perkebunan
a kelapa sawit 1.611.748,50 165 265.938.502,50
b kelapa 23.260,86 275 6.396.736,50
c karet 4.972,28 633 3.147.453,24
d coklat/kakao 639,71 1700 1.087.507,00
Total 9.029.392.348.864,00
Sumber: Statistik Harga Produsen Sektor Pertanian di Provinsi Sumatera Utara 2021
Rumus:
Keterangn
SA = ketersediaan aitr (m3/tahun)
C = koefisien limpasan tertimbang
Ci = Koefisien limpasan penggunaan
Ai = luas penggunaan lahan i (ha) dari data BPS atau
Daerah Dalam Angka, atau dari data Badan Pertanahan
Nasional (BPN)
R = rata-rata aljabar curah hujan tahunan wilayah
(mm/tahunan) dari data BPS atau BMG atau dinas
terkait setempat.
Ri = Daya Dukung Air Kebutuhan Air
Ci = curah hujan tahunan pada stasiun i
M = jumlah stasiun pengamatan curah hujan
A = luas wilayah (ha)
10 = faktor konversi dari mm.ha menjadi m
Adapun nilai Koefisien Limpasan Tertimbang (C) dapat
dilihat pada Tabel 5.27 berikut:
Tabel 5.27
Koefisien Limpasan Tertimbang
Koefisien
Koefisien
Jenis Penggunaan Luas (Ha) Limpasan
No Limpasan
Lahan (A1) Tertimbang
(C1)
(A1 x C1)
1 Badan Air 2.461,65 0,1 246,17
2 Danau/Waduk 3,58 0,1 0,36
Hutan Lahan Kering 40.109,53 0,18 7.219,72
4 Hutan Mangrove 5.565,73 0,18 1.001,83
5 Ladang 3.187,48 0,1 318,75
6 Lahan Terbuka 253,84 0,1 25,38
7 Perkebunan Campuran 417,78 0,18 75,20
8 Perkebunan Sawit 288.422,34 0,18 51.916,02
9 Pemukiman 13.647,27 0,5 6.823,64
Koefisien
Koefisien
Jenis Penggunaan Luas (Ha) Limpasan
No Limpasan
Lahan (A1) Tertimbang
(C1)
(A1 x C1)
10 Sawah Tadah Hujan 8.377,10 0,3 2.513,13
11 Semak Belukar 11.053,69 0,1 1.105,37
12 Tambak 211,30 0,1 21,13
Jumlah 373.711,29 71.266,69
C (Koefisien Limpasan Tertimbang) 0,19
Sumber: Analisa dan Pengolahan Data, 2021
serta karakteristik yang membentuk bentang alam daerah dimana tata ruang
yang akan direncanakan untuk pembangunan tersebut.
Dalam konteks peraturan daerah (building code) dalam penataan
ruang untuk meminimalisasi dampak bencana, diperlukan suatu proses dan
kemampuan untuk menakar risiko berdasarkan perencanaan yang
dirumuskan setiap sektor dalam kebijakan peraturan bangun - bangunan
dalam suatu rencana tata bangunan dan lingkungan yang harus dikontrol
pemberian izin pembangunan infrastruktur dengan mengadopsi konstruksi
bangunan tahan gempa termasuk sabuk hijau/greenbelt bagi kawasan
industri.
Tidak jarang diketahui suatu keluputan dalam memberi izin
pembangunan gedung dan rumah di sekitar lereng pegunungan, bangunan
hotel persis dibibir jurang, tempat dimana bangun - bangunan tersebut
seharusnya diperuntukan ruang terbuka hijau. Building code diperlukan
untuk memberikan gambaran kekuatan bangunan dan daerah lokasi
bangunan kepada masyarakat untuk lebih berhati - hati menempati suatu
bangunan dan lingkungan dalam menghadapi bencana alam universal.
Building code merupakan peraturan bangunan dengan skala yang
lebih mikro daripada peraturan zonasi, lebih ke menata bangunan dengan
skala lingkungan, dimaksudkan sebagai panduan rancang bangun suatu
kawasan untuk mengendalikan pemanfaatan ruang yang memuat rencana
tata bangunan dan lingkungan, rencana investasi, dan pedoman
pengendalian pelaksanaan. Penerapan building code harus menyesuaikan
karakter lokal, utamanya terkait dengan dimensi geografis dan kultur
masyarakat. Paling tidak tampilan dan kualitas bangunan infrastruktur
rehabilitasi meliputi beberapa persyaratan.
Pertama, penampilan bangunan gedung dirancang sesuai kaidah
estetika bentuk, karakterarsitektur, dan kesenian lingkungan yang ada di
sekitarnya.
Kedua, penampilan bangunan gedung dikawasan cagar budaya
dirancang dengan mempertimbangkan kaidah kelestarian.
Ketiga, penampilan bangunan gedung yang didirikan berdampingan
dengan bangunan gedung yang dilestarikan dirancang dengan
mempertimbangkan kaidah estetika bentuk dan karakter arsitektur.
Keempat, yang paling penting, disain bangunan harus tahan gempa,
disesuaikan dengan tingkat kerawanan kawasan terhadap gempa.
Semestinya dipahami pula beberapa batasan mengimplementasi building
code di daerah bencana, yaitu batasan normatif kualitatif dan batasan
partisipatif. Batasan yang pertama dipengaruhi oleh adat, budaya, dan
f. pembatalan izin;
g. pembongkaran bangunan;
h. pemulihan fungsi ruang; dan/atau
i. denda administratif.
Bab
6
PENUTUP