Anda di halaman 1dari 15

1

EKSTRAKSI ANTOSIANIN KELOPAK BUNGA ROSELA (Hibiscus


sabdariffa L.) MENGGUNAKAN EKSTRAKSI BERBANTU
GELOMBANG MIKRO DENGAN PELARUT AIR-ETANOL

ANTOSIANIN EXTRACTION FROM ROSELLE CALYX USING MICROWAVE-


ASSISTED EXTRACTION METHOD WITH WATER-ETHANOL SOLVENT
Yessy Charolina, Sentot Joko Raharjo
Akademi Farmasi Putra Indonesia Malang

ABSTRAK

Antosianin bunga rosella stabil dalam larutan asam (pH 1-4), larut air, etanol, metanol, aseton dan
kloroform serta thermolabil, sehingga pemanasan terbaik untuk mencegah kerusakan antosianin
adalah pada suhu tinggi dengan waktu yang pendek. Dalam ekstraksi menggunakan Microwave
Assisted Extraction (MAE), pemanasan terjadi secara terarah dan selektif. Kemampuan pelarut
dalam menyerap energi gelombang mikro dapat mempengaruhi interaksinya dengan matriks
tanaman sehingga senyawa target dapat ter-ekstraksi secara optimal. Tujuan dari penelitian ini
adalah optimasi rendemen dan kadar antosianin kelopak bunga rosella melalui ekstraksi
menggunakan metode MAE dengan pelarut kombinasi air – etanol. Metode penelitian ini meliputi
ekstraksi simplisia bunga rosella menggunakan pelarut kombinasi air-etanol 0%, 30%, 50%, 70%,
dan 96%; penentuan rendemen; dan pengukuran kadar antosianin, menggunakan metode
spektrofotometri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstraksi variasi kombinasi eir-etanol yang
dilakukan selama 5 menit, rendemen ekstraksi berturut-turut 37,60±0,60%; 38,84±0,43%;
40,35±0,26%; 33,22±0,34%; dan 23,76±0,32% dan kadar antosianin 34,28±0,14; 68,02±0,75;
106,80±1,55; 93,96±0,64; dan 81,68±0,79 mg/100 gram ekstrak. Kesimpulan dari penelitian ini
adalah ekstraksi antosianin kelopak bunga rosella optimal pada kombinasi pelarut air-etanol 50%
dan terdapat perbedaan yang signifikan dalam variasi kombinasi pelarut air-etanol pada
ekstraksinya

Kata kunci : antosianin, ekstraksi gelombang mikro, kombinasi air-etanol, rendemen, rosela

ABSTRACT

Anthocyanins of rosella flowers are stable in acidic solutions (pH 1-4), water soluble, ethanol,
methanol, acetone and chloroform and thermolable, so that the best heating to prevent
anthocyanin damage is at high temperatures with a short time. In extraction using Microwave
Assisted Extraction (MAE), heating occurs in a directed and selective manner. The ability of the
solvent to absorb microwave energy can affect its interaction with the plant matrix so that the
target compound can be extracted optimally. The purpose of this study is to optimize the yield and
anthocyanin content of rosella calyx through extraction using the MAE method with a water-
ethanol combination solvent. This research method includes the extraction of rosella flower
simplisia using a water-ethanol combination solvent of 0%, 30%, 50%, 70%, and 96%;
determination of yield; and measurement of anthocyanin levels, using spectrophotometric
methods. The results showed that the extraction of eir-ethanol combination variations was carried
out for 5 minutes, the extraction yield was 37.60 ± 0.60%; 38.84 ± 0.43%; 40.35 ± 0.26%; 33.22 ±
0.34%; and 23.76 ± 0.32% and anthocyanin levels 34.28 ± 0.14; 68.02 ± 0.75; 106.80 ± 1.55;
93.96 ± 0.64; and 81.68 ± 0.79 mg / 100 gram extract. The conclusion of this study is the
anthocyanin extraction of optimal rosella calyx on a 50% water-ethanol combination and there is
a significant difference in the variation of the water-ethanol solvent combination in its extraction.

Keyword : anthocyanin, microwave-assisted extraction, roselle, water-ethanol solvent, yield


2

PENDAHULUAN pendek (high temperature short time)


Rosella (Hibiscus sabdariffa (Rahmawati, 2011).
L.) merupakan tanaman subtropis Teknik ekstraksi konvensional
jenis tanaman sepatu yang banyak seperti perebusan, reflux atau
tumbuh di beberapa negara termasuk maserasi sudah sering digunakan.
di Indonesia. Rosella memiliki Namun metode konvensional
manfaat untuk kesehatan karena memiliki beberapa kelemahan antara
kandungan zat aktifnya. Pengujian lain waktu pengoperasian yang lama,
aktivitas antiradikal bebas dari bunga penanganan dan biaya yang tinggi
rosella didapatkan nilai IC50 sebesar serta penggunaan pelarut yang besar.
0,25 mg/mL karena terdapat senyawa Salah satu metode non-konvensional
fenolik yaitu flavonoid (antosianin) yang sederhana dan ekonomis untuk
pada kelopak bunganya. Purbowati mengekstraksi senyawa bioaktif
(2014) menyatakan bahwa kelopak adalah Microwave Assisted
bunga rosella mengandung total Extraction (MAE).
phenol, antosianin, dan vitamin C MAE merupakan teknik
berturut-turut 19,45±0,32; ekstraksi menggunakan bantuan
13,51±0,03; 20,47±0,34 mg/g gelombang mikro dengan frekuensi
menggunakan pelarut etanol 70% saat 300 MHz – 300 GHz dalam spektrum
ekstraksi. elektromagnetik (Kusumaningrum
Antosianin adalah senyawa and Harianingsih, 2018). MAE
flavonoid yang bertanggung jawab bekerja dengan melewatkan radiasi
memberikan warna merah pada gelombang mikro pada bahan,
tanaman. Antosianin stabil dalam sehingga molekul dari bahan akan
larutan asam (pH 1-4) (Priska et al., menyerap energi elektromagnetik
2018), larut air (El Husna et al., tersebut. Pada ekstraksi konvensional,
2013), etanol, metanol, aseton, dan pemanasan terjadi tidak seperti dalam
kloroform (Kristiana et al., 2012) dan MAE. Pemanasan yang terjadi lebih
thermolabil (Hayati et al., 2012), terarah dan selektif yaitu dengan
sehingga pemanasan terbaik untuk membangkitkan panas dari dalam
mencegah kerusakan antosianin bahan tersebut bukan mentransfernya
adalah pada suhu tinggi dengan waktu dari luar. Mekanisme pemanasan
3

seperti ini dapat mengurangi waktu rosella menggunakan metode MAE


ekstraksi hingga kurang dari 30 menit dengan kombinasi pelarut air-etanol.
(Mandal et al., 2007).
METODE PENELITIAN
Pemilihan pelarut merupakan
Alat dan Bahan
hal penting untuk memperoleh
Peralatan yang digunakan
ekstraksi yang optimal. Pelarut dan
meliputi oven, ayakan no 40, blender,
senyawa target sebaiknya memiliki
sendok, wadah gelap, gelas ukur,
polaritas yang sesuai (Maksum and
rotary vaccum evaporator, corong
Purbowati, 2017). Dasar pemilihan
gelas, beaker glass, labu takar, pipet
pelarut dalam MAE antara lain
volume, timbangan analitik (Ohaus),
kelarutan senyawa target dalam
pH meter (OAKTAN), microwave
pelarut ekstraksi, interaksi antara
oven merk LG MH6343BAK /00 800
pelarut dengan matriks serta
W 2450MHz, spektrofotometer UV-
kemampuan pelarut dalam menyerap
Vis (Genesys 10S UV-Vis ), tabung
energi gelombang mikro (Mandal et
reaksi, rak tabung reaksi, dan
al., 2007). Pelarut air dan etanol
peralatan gelas lain untuk menunjang
sudah lama digunakan sebagai pelarut
proses penelitian. Bahan yang
ekstraksi karena memiliki stabilitas
digunakan adalah serbuk simplisia
yang lebih baik. Selain itu diketahui
kelopak bunga rosella, aquades,
bahwa air dan etanol memiliki sifat
etanol 96% , serbuk Kalium clorida
dielektrik yang baik sehingga dapat
(KCl), HCl pekat (PA), HCl 1%,
menyerap energi gelombang mikro
serbuk natrium asetat (𝐶𝐻3 𝐶𝑂𝑂𝑁𝑎).
dan dapat menghasilkan panas
(Mandal et al., 2007). Berdasarkan Jalannya Penelitian
latar belakang di atas, ekstraksi Preparasi sampel
kelopak bunga rosella menggunakan Serbuk simplisia kelopak
kombinasi pelarut air dan etanol perlu bunga rosella diperoleh dari Balai
dilakukan. Tujuan dari penelitian ini Materia Medica Batu dihaluskan
adalah untuk mengetahui optimasi kembali dan diayak dengan pengayak
rendemen dan kadar antosianin pada 40 mesh.
ekstraksi antosianin kelopak bunga
4

Uji Non-Parametrik Simplisia Kocok berkali-kali selama 6 jam


Penetapan Susut Pengeringan pertama, diamkan selama 18 jam.
Serbuk simplisia ditimbang Uapkan 20 mL filtrat hingga kering,
sebanyak 1 g dalam botol timbang panaskan sisa pada suhu 105ºC
yang telah dipanaskan dan ditara. hingga bobot tetap (Depkes RI,
Dikeringkan pada suhu 105ºC dalam 1995).
oven hingga bobot tetap. Jika tidak Ekstraksi kelopak Bunga Rosella
dinyatakan lain, nilai susut (modifikasi (Maksum and
Purbowati, 2017) dan (Pratama,
mengeringan adalah < 10% (Depkes 2019)
RI, 1995). Sebanyak 25 gram serbuk
simplisia kelopak bunga rosella
Penetapan Kadar Abu
dimasukkan dalam labu alat bulat,
Sebanyak 2-3 g sampel
diekstraksi menggunakan 125 mL
dimasukkan ke dalam krus silikat yg
pelarut air, air-etanol (30%; 50%;
telah ditimbang, dipijarkan dalam
70%), etanol 96% dan HCl 1%
tanur dengan temperatur 600±25ºC
dengan perbandingan volume 9:1.
hingga arang habis dan tersisa abu
Ekstraksi menggunakan metode MAE
putih. Dinginkan dan timbang
selama 5 menit. Hasilnya ditampung
(Depkes RI, 1995)
di beaker glass, disaring, diuapkan
Penetapan Kadar Sari Larut Air
menggunakan rotary evaporator dan
Serbuk simplisia sebanyak 5 g
dipekatkan menggunakan waterbath
dimaserasi selama 24 jam dengan 100
hingga diperoleh ekstrak kental
mL pelarut air kloroform P. Kocok
kelopak bunga rosella.
berkali-kali selama 6 jam pertama,
Penentuan Rendemen Ekstrak
diamkan selama 18 jam. Uapkan 20
(Depkes RI, 1995)
mL filtrat hingga kering, panaskan Ekstrak kental yang diperoleh
sisa pada suhu 105ºC hingga bobot ditimbang dan dihitung prosen
tetap (Depkes RI, 1995). rendemennya
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘
Penetapan Kadar Sari Larut Air % 𝑟𝑒𝑛𝑑𝑒𝑚𝑒𝑛 = 𝑥100%
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛
Serbuk simplisia sebanyak 5 g
dimaserasi selama 24 jam dengan
pelarut etanol 95% sebanyak 100 mL.
5

Penentuan Kadar Antosianin Wt = bobot bahan awal (g)


(modifikasi dari (Octaviani et al.,
2015) HASIL DAN PEMBAHASAN
Membuat buffer pH 1 dengan
Uji Non Parametrik Serbuk
menimbang 0,186 g KCl, ditambah
Simplisia
HCl sampai pH 1. Membuat buffer
Hasil penelitian secara
pH 4,5 dengan menimbang 5,443 g
organoleptis menunjukkan bahwa
(𝐶𝐻3 𝐶𝑂𝑂𝑁𝑎. 3𝐻2 𝑂)dan itambahkan
serbuk bunga rosella berwarna merah,
HCl 2 N sampai pH pH 4,5.
berasa asam dan berbau aromatis.
Penentuan panjang gelombang
Hasil standarisasi non-spesifik serbuk
maksimum menggunakan ekstrak
simplisia kelopak bunga rosela
antosianin yang diukur absorbansinya
disajikan pada Tabel 1. Fungsi dari
dengan spektrofotometri UV-Vis
penetapan susut pengeringan ini
panjang gelombang 500-700 nm
untuk memperoleh bobot konstan dan
untuk (panjang gelombang 522 nm).
menentukan kadar air selama
Membuat konsentrasi pengenceran 1,
pengeringan bahan yang mengandung
2, 4, 6, dan 8% dari ekstrak ± 5 gram.
air tinggi. Hasil penetapan susut
Pengujian menggunakan
pengeringan serbuk simplisia kelopak
perbandingan 4:6 untuk ekstrak hasil
bunga rosella adalah 12,96%, lebih
pengenceran dengan buffer pH 1 dan
besar dari nilai yang diperbolehkan
4,5 dibaca dengan panjang
yaitu <10%. Hal ini dapat disebabkan
gelombang 522 nm dan 700 nm.
karena proses pemanasan saat
Kadar antosianin ditentukan
pengeringan kurang optimal, merata
berdasarkan persamaan berikut :
atau sempurna, sehingga
𝐴 𝑉
%𝐴𝑛𝑡𝑜𝑠𝑖𝑎𝑛𝑖𝑛 = 𝑥𝑀𝑉𝑥𝐷𝐹𝑥 𝑥100% mengakibatkan nilai penyusutannya
𝜀𝑥𝐿 𝑊𝑡
Absorbansi dari sampel ditentukan masih besar atau melebihi standart.
dengan persamaan : Nilai susut pengeringan ini berarti
𝐴 = (𝐴522 − 𝐴700 )𝑝𝐻1 − (𝐴522 − 𝐴700 )𝑝𝐻4,5 bahwa bahan tersebut masih
Dimana :
mengandung sejumlah air yang
A = absorbansi
ε = Absorptivitas molar delphinidin-3- melebihi batas nilai yang
sambubioside (29000 L/(mol.cm))
L = lebar cuvet = 1 cm diperbolehkan sehingga harus segera
MV = berat molekul delphinidin-3-
sambubioside (597,502 g/mol) digunakan (Komala et al., 2013),
DF = Faktor pengenceran
V = volume ekstrak pigmen (L) karena akan berisiko rusak akibat
6

tumbuhnya jamur atau kapang kandungan senyawa anorganik


maupun bakteri. Meskipun berbeda (mineral internal dan eksternal) yang
secara metode, uji susut pengeringan terkandung dalam simplisia, baik
memiliki tujuan yang hampir sama yang berasal dari tanaman secara
dengan uji kadar air, yaitu untuk alami maupun kontaminan selama
mengetahui apakah suatu simplisia proses pembuatan simplisia (Komala
masih memiliki kadar air yang berada et al., 2013). Penetapan kadar sari
pada batasnya atau tidak. Berbeda larut air dan etanol bertujuan untuk
dengan uji kadar air, uji susut memberikan gambaran awal jumlah
pengeringan tidak dapat digunakan kandungan senyawa yang dapat larut
untuk semua jenis simplisia, terutama dalam air dan etanol (Departemen
untuk simplisia yang mengandung Kesehatan RI, 1997). Hasil tersebut
minyak atsiri. Hasil penetapan kadar menunjukkan bahwa sari yang larut
abu simplisia rosella adalah 7,01%. air lebih besar daripada sari yang larut
Hasil tersebut masih memenuhi etanol. Hal ini menunjukkan bahwa
ketentuan kadar abu (Departemen senyawa dalam kelopak bunga rosella
Kesehatan RI, 1997). Nilai kadar abu dapat larut dalam kedua pelarut
simplisia memberikan gambaran tersebut.
Tabel 1 Hasil Uji Non Parametrik Serbuk Simplisia Kelopak Bunga Rosella
Pemeriksaan Serbuk simplisia kelopak bunga Standar
rosela
Susut pengeringan 12,96% < 10%
Kadar abu 7,01% < 16,6%
Kadar sari larut air 46,11% ≥15,5%
Kadar sari larut asam 24,78% ≥16,3%

Rendemen Ekstrak Kelopak Bunga Persiapan esktraksi yang


Rosella dilakukan meliputi serbuk simplisia
Pada penelitian ini digunakan kelopak bunga rosella diekstraksi
gelombang mikro untuk mengekstrak menggunakan metode MAE dengan
antosianin dari kelopak bunga rosella kombinasi pelarut air-etanol : HCl 1%
dengan kombinasi pelarut etanol-air dengan perbandingan 9:1 sebanyak
untuk memperoleh rendemen dan dan 125 mL. Fungsi penambahan HCl 1%
menghitung kadar antosianinnya. adalah untuk menyetabilkan senyawa
antosianin yang ada dalam serbuk
7

simplisia rosela (Pratama, 2019). kontak yang lebih baik antara matriks
Selain itu HCl berfungsi tanaman dengan pelarut sehingga
mendenaturasi membran sel tanaman dapat meningkatkan hasil ekstraksi
kemudian melarutkan pigmen pula (Mandal et al., 2007).
antosianin sehingga dapat keluar dari MAE adalah metode ekstraksi
sel serta mencegah oksidasi flavonoid menggunakan bantuan gelombang
(Mardiah, 2010). mikro. Gelombang mikro berasal dari
Ekstraksi dilakukan selama 5 pembangkitan ultrason secara lokal
menit sesuai percobaan pemanasan dari kavitasi yang mengelilingi
etanol 96% di bawah microwave senyawa yang akan diekstraksi.
sebelumnya. Fase awal dari proses Mekanisme proses ekstraksi pada
ekstraksi adalah fase pembilasan metode MAE yaitu panas radiasi
dimana pada fase ini sel-sel yang gelombang mikro memanaskan dan
rusak atau tidak utuh lagi akibat menguapkan air sel bahan kemudian
operasi penghalusan langsung tekanan pada dinding sel meningkat.
bersentuhan dengan bahan pelarut. Akibatnya, sel membengkak
Dengan demikian komponen sel yang (swelling) dan tekanannya mendorong
terdapat di dalamnya lebih mudah dinding sel dari dalam, meregangkan,
diambil atau dibilas. Oleh karena itu dan memecahkan sel tersebut. Hal
dalam fase pertama ekstraksi ini, tersebut didukung oleh Mandal dkk
sebagian bahan aktif telah berpindah (2007) yang menyatakan bahwa
ke dalam bahan pelarut. Semakin gelombang mikro yang diradiasikan
halus serbuk simplisia, akan semakin akan menghasilkan energi panas yang
optimal proses pembilasannya akan memecah dinding sel dengan
(Voigt, 1995). Untuk itulah serbuk menghidrolisis ikatan eter pada
simplisia kelopak bunga rosella yang konstituen dinding sel tanaman, yaitu
diperoleh dari Materia Medica Batu selulosa. Dalam waktu yang singkat,
dihaluskan kembali dan diayak untuk selulosa berubah menjadi fraksi
mendapatkan ukuran partikel yang terlarut. Energi panas pada dinding
sesuai menggunakan ayakan dengan sel bahan juga meningkatkan
ukuran 40 mesh. Luas permukaan dehidrasi selulosa dan menurunkan
yang semakin luas akan memberikan kekuatan mekanisnya sehingga
8

mengganggu permeabilitas dinding aktif akan terekstrak oleh pelarut


selnya. Rusaknya matriks bahan panas di luar sel, sehingga larutan
mempermudah senyawa target keluar terpekat berdifusi keluar sel. Proses
dan berdifusi dalam pelarut. Selain demikian terjadi berulang-ulang
itu, suhu yang meningkat akan hingga terjadi keseimbangan antara
meningkatkan penetrasi pelarut ke konsentrasi cairan zat aktif di dalam
dalam matriks bahan dan senyawa dan di luar sel (Maksum, 2019)

Tabel 2 Rendemen Ekstrak Kelopak Bunga Rosella


Pelarut Rata-rata Rendemen Ekstrak ± Standar Deviasi
(%)
Etanol 0% 37,60±0,60 bcde
Etanol 30% 38,84±0,43 acde
Etanol 50% 40,35±0,26 abde
Etanol 70% 33,22±0,34 abce
Etanol 96% 23,76±0,32 abcd
Keterangan :
a = beda signifikan dengan pelarut etanol 0%
b = beda signifikan dengan pelarut etanol 30%
c = beda signifikan dengan pelarut etanol 50%
d = beda signifikan dengan pelarut etanol 70%
e = beda signifikan dengan pelarut etanol 96%

Tabel 2 menunjukkan hasil rendemen Purbowati (2017) yaitu 22,09±3,3%


ekstrak kelopak bunga rosella, dan menggunakan metode MAE dengan
ekstraksi dengan pelarut air-etanol pelarut air dan lama ekstraksi 5 menit.
50% menghasilkan rendemen Hasil percobaan menunjukkan
tertinggi yaitu 40,35±0,26% dan perbedaan pelarut memberikan
menunjukkan perbedaan yang pengaruh terhadap hasil ekstraksi.
signifikan dengan rendemen dari Pemilihan pelarut yang tepat
ekstraksi dengan masing-masing merupakan faktor yang penting dalam
variasi kombinasi pelarut air-etanol. metode MAE. Hanya pelarut yang
Hasil ini masih lebih rendah memiliki konstanta dielektrik dan
dibandingkan penelitian Djaeni et al faktor disipasi yang baik yang dapat
(2017) yaitu 44,856% menggunakan digunakan. Mandal et al (2007)
metode UAE selama 60 menit dengan menyatakan bahwa konstanta
rasio bahan:pelarut 1:13, namun dielektrik etanol dan air berturut-turut
masih lebih tinggi jika dibandingkan adalah 24,30 dan 78,30, yang berarti
dengan hasil penelitian Maksum dan bahwa air memiliki kemampuan yang
9

lebih baik dalam menyerap energi dielektrik disebabkan oleh aktivitas-


gelombang mikro. Namun etanol aktivitas molekul air dan etanol
memiliki faktor disipasi yang lebih (Maksum and Purbowati, 2017).
baik yaitu 2500 dibandingkan dengan Dengan demikian tidak ada panas
air (1570) yang berarti etanol yang hilang ke lingkungan karena
memiliki efisiensi mengubah energi panas dibangkitkan dari bahan itu
gelombang mikro yang lebih baik sendiri melalui interaksi molekul
daripada air. Pada MAE sendiri suhu dengan medan elektromagnetik.
dapat diatur dengan kombinasi pelarut Pemanasan dengan MAE memiliki
yang memiliki kemampuan kelebihan pemanasan yang lebih
memanaskan yang berbeda. Diketahui merata karena energi microwave
bahwa air dan etanol memiliki titih ditransfer langsung pada material.
didih yang berbeda. Kombinasi sifat Pada proses konvensional energi
kedua pelarut inilah yang dapat termal ditransfer ke material melalui
mempengaruhi hasil perolehan konveksi, konduksi, dan atau radiasi
rendemen ekstrak kelopak bunga panas dari permukaan material,
rosela. sehingga akan banyak energi panas
Rendemen ekstrak yang tinggi yang hilang ke lingkungan. Hal inilah
dihasilkan karena peningkatan yang membuat pemanasan dengan
pergerakan molekul yang dipengaruhi gelombang mikro jauh lebih cepat
oleh induksi ionik dan rotasi dipol jika dibandingkan dengan reaksi
tanpa merubah struktur molekul pemanasan konvensional, seperti pada
sampelnya. Konduksi ionik mengacu metode ekstraksi sokhletasi
pada migrasi elektroforetik ion dalam (Widoretno et al., 2017). Pemanasan
pengaruh perubahan medan listrik. konvensional membutuhkan waktu
Dalam pengaruh suatu medan listrik, yang lebih lama untuk menghasilkan
ion yang terdapat pada bahan yang rendemen yang optimal sehingga
dipanaskan akan bergerak dan dapat mengakibatkan terjadinya
bergesekan hingga menimbulkan dekomposisi baik substrat, pereaksi
panas (Mandal et al., 2007). Selain itu maupun produk yang dihasilkan
terjadinya pembengkakan material (Amir et al., 2016).
tanaman akibat adanya pemanasan
10

Penentuan Kadar Antosianin sebanyak 4 mL larutan dari masing –


(dephinidin-3-sambubioside)
masing pengenceran ekstrak kelopak
Delphinidin-3-sambubioside
bunga rosela, ditambah dengan 6 mL
dan cyanidin-3-sambubioside adalah
larutan pH 1 dan 4,5 kemudian diukur
kandungan senyawa antosianin yang
absorbansinya pada panjang
dominan yaitu 71,4% dan 26,6%
gelombang 522 nm dan 700 nm.
(Hikmawati, 2017). Dephinidin-3-
Keasaman pH dapat mempengaruhi
sambubioside digunakan sebagai
warna dari antosianin, sehingga akan
patokan pada penentuan kadar
ada perbedaan intensitas warna antara
antosianin karena merupakan
konsentrasi ekstrak dengan pH 1 dan
senyawa yang dominan.
pH 4,5. Keadaan yang semakin asam
Penentuan senyawa antosianin
(mendekati pH 1) akan menyebabkan
dilakukan dengan mengukur
semakin banyaknya pigmen
absorbansinya pada panjang
antosianin berada dalam bentuk
gelombang maksimal dan panjang
kation flavilium atau oxonium yang
gelombang 700 nm. Pengukuran pada
berwarna dan pengukuran absorbansi
daerah panjang gelombang dilakukan
akan menunjukkan jumlah antosianin
karena aglikon pada antosianin
yang semakin besar. Pada pH 4,5
(kation flavilium) mengandung ikatan
kation flavilium berubah ke bentuk
rangkap terkonjugasi sehingga dapat
yang lebih stabil hemihektal yang tak
diserap pada daerah panjang
berwarna dalam bentuk kalkon
gelombang 500 nm (Hayati et al.,
(Suzery et al., 2010). Adanya
2012). Pada penentuan panjang
perbedaan intensitas warna tersebut
gelombang maksimal didapatkan
digunakan untuk penentuan kadar
puncak absorbansi pada panjang
antosianin. Gradien pH dapat
gelombang 522 nm, sehingga panjang
menyebabkan perubahan warna yang
gelombang 522 nm yang digunakan
akan berpengaruh pada absorbansi
untuk penentuan kadar antosianin.
konsentrasi ekstrak.
Penentuan kadar antosianin
dilakukan dengan mengambil
11

Tabel 3 Perbandingan Hasil Penetapan Kadar Antosianin (delphinidin-3-sambubioside)


dalam Ekstrak Kelopak Bunga Rosella
Rata-rata Kadar Antosianin ± Standar Deviasi
Pelarut
% b/b Per 100 gram ekstrak
Etanol 0% 0,03428±0,00014 34,28±0,14 mg bcde
Etanol 30% 0,06802±0,00075 68,02±0,75 mg acde
Etanol 50% 0,10680±0,00155 106,80±1,55 mg abde
Etanol 70% 0,09396±0,00064 93,96±0,64 mg abce
Etanol 96% 0,08168±0,00078 81,68±0,78 mg abcd
Keterangan :
a = beda signifikan dengan pelarut etanol 0%
b = beda signifikan dengan pelarut etanol 30%
c = beda signifikan dengan pelarut etanol 50%
d = beda signifikan dengan pelarut etanol 70%
e = beda signifikan dengan pelarut etanol 96%

Gambar 1. Rendemen dan Kadar Antosianin pada Ekstrak Kelopak Bunga Rosella
Hasil penentuan kadar Purbowati (2017), yaitu 74,8 mg/100
antosianin dapat diketahui perbedaan gram menggunakan metode MAE dan
yang signifikan antar variasi pelarut air dengan waktu ekstraksi 5
kombinasi pelarut ar-etanol. Hasil menit.
tertinggi diperoleh dari ekstraksi Seperti halnya senyawa fenol,
dengan pelarut air-etanol 50% yaitu antosianin dapat larut dalam pelarut
0,10680±0,00155% (b/b) artinya polar seperti air, etanol dan aseton.
dalam 100 gram sampel ekstrak Hal ini dikarenakan antosianin dalam
rosela mengandung 106,80±1,55 mg sel tumbuhan terletak dalam vakuola
antosianin delphinidin-3- (aqueous solution), sehingga
sambubioside. Kadar antosianin yang kemungkinan besar bersifat polar
diperoleh masih lebih tinggi bila (Moulana et al., 2012). Namun jika
dibandingkan dengan penelitian yang dilihat derajat polaritasnya, antara
dilakukan oleh Maksum dan antosianin sebagai salut dengan etanol
12

dan air sebagai solvent tidak senyawa yang terdekomposisi dengan


seimbang (Maksum and Purbowati, terjadinya pembengkakan dan
2017). Besarnya polaritas suatu zat termalstress. Hal ini yang membuat
mempunyai hubungan tegak lurus kesesuaian polaritas pelarut dan zat
dengan besarnya konstanta terlarut sangat menentukan efisiensi
dielekriknya. Mandal et al (2007) proses ekstraksi berbantu gelombang
menyatakan bahwa konstanta mikro yang dilakukan.
dielektrik air dan etanol berturut-turut Hasil penelitian ini sejalan
adalah 78,3 dan 24,3. Sekitar 80-90% dengan penelitian Tensiska dan Een
kandungan fenol pada Rosella adalah Sukarminah (2007) proses ekstraksi
antosianin dengan konstanta pigmen alami dari buah arben
dielektrik sekitar 30-40 (Maksum and menggunakan etanol dan etil asetat
Purbowati, 2017). Untuk itulah perlu menghasilkan total antosianin yang
dilakukan penambahan air untuk sangat kecil yakni 7,3 dan 2,4 mg/100
meningkatkan efisiensi ekstraksi. gram. Hal ini dapat disebabkan
Sejumlah air dapat karena pelarut etanol dan etil asetat
mempengaruhi polaritas relatif tidak memiliki tingkat kepolaran yang
pelarut sehingga dapat meningkatkan sama dengan pigmen antosianin buah
kapasitas polaritas. Dan interaksi arben (Tensiska and Sukarminah,
antara bahan tanaman sebagai salut 2010). Selain itu Mardiah (2010)
dan air-etanol sebagai solvent yang mengekstraksi kulit batang
meningkat seiring dengan meluasnya rosella memberikan hasil yang lebih
permukaan akibat terjadinya baik pada ekstraksi dengan pelarut
pembengkakan pada sel tanaman. air-etanol dibandingkan dengan air
Namun demikian pembengkakan sel saja. Setiono dan Kumoro (2013)
tanaman berlebih akan terjadi dengan melaporkan bahwa kadar antosianin
adanya air berlebih sehingga yang dihasilkan dari ekstraksi bunga
mengakibatkan termalstress karena rosella menggunakan pelarut etanol
timbulnya panas yang cepat dalam lebih tinggi daripada pelarut air yaitu
larutan. Akibatnya kadar antosianin sebesar 2,6718 mg/L sedangkan
cenderung turun pada konsentrasi dengan pelarut air sebesar 1,3359
etanol yang lebih kecil karena banyak mg/L pada pH 4,5. Choiriyah (2017)
13

melaporkan bahwa ekstrak rosella perlakuan kelima pelarut kombinasi


dengan kadar fenolik, antosianin, dan air-etanol pada ekstraksi antosianin
aktivitas antioksidan yang tinggi kelopak bunga rosella menggunakan
diperoleh dengan menggunakan metode MAE dan hasil optimalnya.
pelarut air : etanol 70% : asam sitrat. Berdasarkan output Multiple
Kelarutan antosianin bunga Comparisons (Hasil Uji Tukey HSD)
rosella lebih besar di dalam etanol diketahui nilai sig<0,05 untuk
juga dapat dipengaruhi oleh rendemen ekstrak dan kadar
terikatnya gula dengan pigmen antosianin, maka dapat disimpulkan
antosianin akibat adanya glikolisasi bahwa rendemen ekstrak dan kadar
pada struktur antosianin (Rein, 2005). antosianin dari kombinasi pelarut air-
Reaksi glikolisasi memberikan etanol 0%, 30%, 50%, 70% dan 96%
kelarutan dan kestabilan terhadap adalah berbeda. Sehingga perbedaan
pigmen antosianin. Antosianin dalam rata-rata rendemen ekstrak dan kadar
bentuk glikosida lebih larut dalam air antosianin secara deskriptif antara
dan non-glikosida (antosianidin) lebih perlakuan kelima pelarut tersebut
larut dalam etanol. Sehingga dengan adalah signifikan.
penggunaan campuran pelarut air dan
KESIMPULAN
etanol dapat meningkatkan jumlah Kesimpulan ekstraksi
senyawa yang terekstrak (Mardiah, antosianin kelopak bunga rosella
2010). dengan metode MAE menggunakan
Analisa Data ANOVA kombinasi pelarut air-etanol optimal
Uji Anova dilakukan terhadap pada kombinasi pelarut air-etanol
hasil rendemen ekstrak dan kadar 50% dengan rendemen 40,35±0,26%
antosianin menggunakan SPSS 16.0.
dan kadar antosianin 106,80±1,55
Pengambilan keputusan berdasarkan
mg/100 gram. Adanya perbedaan
taraf kepercayaan 95% atau nilai yang signifikan pada kombinasi
signifikansi <0,05 yang berarti pelarut air-etanol dalam rendemen
memiliki perbedaan yang signifikan. ekstrak dan kadar antosianinnya.
Pemilihan pembandingan nilai
UCAPAN TERIMA KASIH
signifikan berdasar pada rumusan
Penulis mengucapkan terima
masalah dan tujuan yaitu perbedaan
kasih kepada Balai Materia Medica
14

Batu (MMB), Institut Atsiri Hayati, E.K., Budi, U.S., Hermawan,


R., 2012. Konsentrasi Total
Universitas Brawijaya Malang dan
Senyawa Antosianin Ekstrak
UPT Laboratorium Putra Indonesia Kelopak Bunga Rosella (Hibiscus
sabdariffa L.) : Pengaruh
Malang yang telah membantu
Temperatur dan pH. Jurnal Kimia
penelitian ini. 138–147.
Hikmawati, 2017. Aktivitas
Antibakteri Ekstrak Etanol
DAFTAR PUSTAKA Kelopak Bunga Rosela (Hibiscus
Amir, A., Wiraningtyas, A., Ruslan, sabdariffa L.) Terhadap
R., Annafi, N., 2016. Pseudomonas aeruginosa Secara
Perbandingan Metode Ekstraksi In Vivo Menggunakan Model
Natrium Alginat: Metode Infeksi Drosophila melanogaster.
Konvensional dan Microwave Komala, O., Rosyanti, R.,
Assisted Extraction (MAE). Muztabadihardja, M., 2013. Uji
Chempublish Journal. 1, 7–13. Efektivitas Antibakteri Ekstrak
Choiriyah, N.A., 2017. Ekstraksi Etanol dan Ekstrak Air Kelopak
Senyawa Antosianin dan Fenolik Bunga Rosella (Hibiscus
Rosella Ungu Dengan Variasi sabdariffa L.) Terhadap Bakteri
Pelarut. Darussalam Nutrition Streptococcus pneumoniae. Ber.
Journal. 1, 16–21. Biologi 12, 73–78.
Departemen Kesehatan RI, 1997. Kristiana, H.D., Ariviani, S.,
Kodeks Kosmetika Indonesia, Khasanah, L.U., 2012. Ekstraksi
XLII-XLIX. Direktorat Jenderal Pigmen Antosianin Buah
Pengawas Obat dan Makanan, Senggani (Melastoma
Jakarta. Malabathricum Auct. Non Linn)
Dengan Variasi Jenis Pelarut.
Depkes RI, 1995. Materia Medika
Jurnal Teknosains Pangan 1, 105–
Indonesia Jilid VI. Departemen
109.
Kesehatan Repubik Indonesia,
Jakarta. Kusumaningrum, M., Harianingsih,
H., 2018. Ekstraksi Antioksidan
Djaeni, M., Ariani, N., Hidayat, R.,
pada Lidah Buaya (Aloe vera)
Utari, F., 2017. Ekstraksi
Berbantu Gelombang Mikro.
Antosianin dari Kelopak Bunga
Jurnal Inovasi Teknik Kimia. 3.
Rosella (Hibiscus sabdariffa L.)
Berbantu Ultrasonik: Tinjauan Maksum, A., 2019. Pengaruh Variasi
Aktivitas Antioksidan. Jurnal Daya Dan Waktu Ekstraksi
Aplikasi Teknologi Pangan 6. Berbantu Gelombang Mikro
Terhadap Total Fenol Dan pH
El Husna, N., Novita, M., Rohaya, S.,
Bunga Rosela (Hibiscus
2013. Kandungan Antosianin dan
Sabdariffa L.). Jurnal Gizi Dan
Aktivitas Antioksidan Ubi Jalar
Pangan Soedirman 2, 16–26.
Ungu Segar dan Produk
Olahannya. Agritech 33, 296– Maksum, A., Purbowati, I.S.M.,
302. 2017. Optimasi Ekstraksi
Senyawa Fenolik Dari Kelopak
Bunga Rosella (Hibiscus
15

sabdariffa) Berbantu Gelombang Kimia Indonesia E-J Application


Mikro. Agrin 21. Chemical 6, 79–97.
Mandal, V., Mohan, Y., Hemalatha, Rahmawati, T.R., 2011. Aktivitas
S., 2007. Microwave Assisted Antioksidan Minuman Serbuk
Extraction—an Innovative and Buah Buni (Antidesma bunius (L.)
Promising Extraction Tool for Spreng) pada Tingkat
Medicinal Plant Research. Kematangan yang Berbeda.
Pharmacogn. Rev. 1, 7–18. Fakultas Ekologi Manusia. Institut
Pertanian Bogor.
Mardiah, M., 2010. Ekstraksi Kulit
Batang Rosella (Hibiscus Rein, M., 2005. Copigmentation
sabdariffa L.) Sebagai Pewarna Reactions and Color Stability of
Merah Alami. Jurnal Pertanian. 1, Berry Anthocyanins.
1–8.
Setiono, M., Kumoro, A.C., 2013.
Moulana, R., Juanda, J., Rohaya, S., Penentuan Jenis Solven dan pH
Rosika, R., 2012. Efektivitas Optimum Pada Analisis Senyawa
Penggunaan Jenis Pelarut dan Delphinidin Dalam Kelopak
Asam dalam Proses Ekstraksi Bunga Rosela Dengan Metode
Pigmen Antosianin Kelopak Spektrofotometri UV-VIS. Jurnal
Bunga Rosella (Hibiscus Teknologi Kimia Dan Industri.
sabdariffa L). Jurnal Teknologi 91–96.
dan Industri Pertanian Indonesia.
Suzery, M., Lestari, S., Cahyono, B.,
4. 2010. Penentuan Total Antosianin
Octaviani, D.Y., Nugroho, T.T., dari Kelopak Bunga Rosela
Dahliaty, A., 2015. Penentuan (Hibiscus sabdariffa L) dengan
Total Konsentrasi Antosianin dari Metode Maserasi dan Sokshletasi.
Ubi Jalar Ungu (Ipomoea Batatas Jurnal Sains Dan Matematika. 18,
L.) dengan Metode pH Diferensial 1–6.
Spektrofotometri. Repositoria Tensiska, Sukarminah, E., 2010.
FMIPA I(1), 1–8. Ekstraksi Pewarna Alami Dari
Pratama, R.Y., 2019. Peningkatan Buah Arben (Rubus idaeus L) dan
Nilai IC50 Kompleks Fe Aplikasinya Pada Sistem Pangan.
Antosianin Pada Gansella Herbal Staf Pengajar Jurusan Teknologi
Tea (Karya Tulis Ilmiah). Industri Pangan Fakultas
Akademi Analis Farmasi dan Teknologi Industri. UNPAD.
Makanan Putra Indonesia Malang. Voigt, R., 1995. Buku Pelajaran
Priska, M., Peni, N., Carvallo, L., Teknologi Farmasi, Edisi V,
Ngapa, Y.D., 2018. Antosianin Diterjemahkan oleh S. Noer.
dan Pemanfaatannya. CAKRA Universitas. Gadjah Mada Press
Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai