Anda di halaman 1dari 29

Panduan Praktikum Kimia Farmasi

Panduan Praktikum Kimia Farmasi

VISI & MISI PROGRAM STUDI


D3 FARMASI

VISI
“Visi keilmuan program studi D3 Farmasi Poltekkes TNI AU Adisutjipto adalah program
studi D3 Farmasi yang unggul dibidang pelayanan kefarmasian khususnya farmasi
penerbangan”.

MISI

1. Menyelenggarakan Pendidikan D3 Farmasi untuk menghasilkan lulusan yang unggul


di bidang pelayanan kefarmasian khusunya farmasi penerbangan.
2. Menyelenggarakan penelitian bidang pelayanan kefarmasian yang berguna bagi
masyarakat.
3. Menyelenggarakan pengabdian kepada masyarakat dan kerjasama dengan berbagai
pihak dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan di bidang pelayanan
kefarmasian.
4. Membentuk tenaga ahli madya farmasi yang memiliki keimanan dan
ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta sikap disiplin.

Laboratorium Kimia Farmasi Laboratorium Kimia Farmasi


4 Poltekkes TNI AU Adisutjipto Yogyakarta Poltekkes TNI AU Yogyakarta 4
Panduan Praktikum Kimia Farmasi
Panduan Praktikum Kimia Farmasi

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia
yang diberikan kepada penulis sehingga buku panduan ini dapat diselesaikan dengan baik.
Petunjuk praktikum ini membahas tentang pelaksanaan praktikum yang diadakan di
laboratorium Kimia untuk mahasiswa semester IV. Buku ini dibuat untuk memberikan petunjuk
dan cara serta petunjuk kerja praktikan yang disesuaikan dengan materi kimia farmasi 2.

Buku panduan ini berisi langkah-langkah mengenai praktikum yang akan


dilaksanakan yang terdiri dari 6 praktikum. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan
terimakasih kepada semua pihak yang telah terlibat dalam penyelesaian buku petunjuk
praktikum ini sehingga buku ini dapat diterbitkan. Semoga buku petunjuk praktikum ini akan
terus berkembang menyesuaikan kurikulum yang ada dan pengetahuan yang selalu
berkembang.

Penulis berharap semoga praktikan dapat memahami dan menguasai semua materi yang ada
di dalam buku petunjuk praktikum ini dengan baik dan benar pada proses pembelajaran di
laboratorium khususnya Laboratorium Kimia Farmasi Program Studi Farmasi (D-3)
Politeknik Kesehatan TNI AU Adisutjipto Yogyakarta.

Tim Penyusun

Laboratorium Kimia Farmasi Laboratorium Kimia Farmasi


5 Poltekkes TNI AU Adisutjipto Yogyakarta Poltekkes TNI AU Yogyakarta 5
Panduan Praktikum Kimia Farmasi
Panduan Praktikum Kimia Farmasi

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................................... 1
DAFTAR ISI.......................................................................................................................................... 4
TATA TERTIB PRAKTIKUM KIMIA FARMASI II...................................................................... 5
FORMAT LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KIMIA FARMASI II ............................................ 6
FORMAT COVER LAPORAN RESMI PRAKTIKUM ................................................................11
ARAHAN KESELAMATAN KERJA DI LABORATORIUM KIMIA FARMASI ....................12
PERCOBAAN I: PENETAPAN OBAT SECARA ASIDI ALKALIMETRI ................................27
PERCOBAAN II: PENETAPAN OBAT SECARA ARGENTOMETRI ......................................31
PERCOBAAN III: PENETAPAN OBAT SECARA NITRIMETRI .............................................35
PERCOBAAN IV: PENETAPAN OBAT SECARA IODO IODIMETRI ....................................39
PERCOBAAN V: PENETAPAN OBAT SECARA KOMPLEKSOMETRI ................................42
PERCOBAAN VI: PENETAPAN OBAT SECARA PERMANGANOMETRI ...........................46

Laboratorium Kimia Farmasi Laboratorium Kimia Farmasi


6 Poltekkes TNI AU Adisutjipto Yogyakarta Poltekkes TNI AU Yogyakarta 6
Panduan Praktikum Kimia Farmasi
Panduan Praktikum Kimia Farmasi

TATA TERTIB PRAKTIKUM KIMIA FARMASI II

1. Mahasiswa harus hadir 15 menit sebelum praktikum dimulai. Keterlambatan lebih


dari 15 menit tidak diperbolehkan mengikuti praktikum.
2. Mahasiswa wajib mengenakan jas praktikum dan name tag selama kegiatan
praktikum.
3. Mahasiswa diwajibkan menggunakan sepatu dan kaos kaki serta menyiapkan alat
pelindung diri minimal masker dan sarung tangan latex.
4. Mahasiswa diwajibkan untuk mengikuti seluruh mata praktikum.
5. Sebelum mengikuti praktikum, mahasiswa wajib memahami kegiatan praktikum yang
akan dilakukan termasuk sifat-sifat bahan yang akan digunakan.
6. Mahasiswa yang berhalangan hadir harus memberi informasi terlebih dahulu dengan
membuat surat ijin resmi yang ditujukan kepada dosen pembimbing praktikum pada
hari yang bersangkutan.
7. Mahasiswa tidak diperkenankan makan dan minum selama praktikum dan mematuhi
peraturan yang berlaku.
8. Mahasiswa harus menjaga kebersihan dan ketenangan selama praktikum.
9. Laporan sementara praktikum berupa logbook praktikum harus diisi dan dikumpulkan
kepada dosen pembimbing praktikum pada akhir kegiatan tiap mata praktikum untuk
dikoreksi.
10. Laporan resmi praktikum dibuat secara individu dan dikumpulkan pada saat jadwal
praktikum selanjutnya.
11. Laporan resmi praktikum harus mengikuti format laporan resmi Praktikum Kimia
Dasar yang telah ditentukan.
12. Tidak ada inhal dengan alasan apapun untuk praktikum Kimia Farmasi II. Bagi
mahasiswa yang tidak dapat mengikuti praktikum karena sakit atau hal-hal yang
dapat dipandang sebagai kondisi darurat atau mendesak diwajibkan mengirimkan
surat tertulis dilengkapi dengan surat dokter atau surat keterangan lain yang
diperlukan. Mahasiswa yang tidak hadir praktikum tanpa pemberitahuan tertulis
akan diberikan nilai nol (0) untuk mata kuliah praktikum yang ditinggalkan.
13. Pada akhir praktikum petugas laboratorium akan memeriksa kembali alat-alat
yang digunakan. Bila ada barang yang rusak atau hilang, mahasiswa harus
mengganti selambat-lambatnya satu minggu setelah praktikum yang bersangkutan.
14. Hal-hal yang belum tercantum dalam ketentuan ini akan diatur kemudian oleh
koordinator praktikum.

Laboratorium Kimia Farmasi Laboratorium Kimia Farmasi


7 Poltekkes TNI AU Adisutjipto Yogyakarta Poltekkes TNI AU Yogyakarta 7
Panduan Praktikum Kimia Farmasi
Panduan Praktikum Kimia Farmasi

FORMAT LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KIMIA FARMASI


II
Ketentuan Laporan Resmi:
1. Laporan ditulis tangan dengan rapi
2. Laporan menggunakan kertas hvs putih ukuran A4
3. Dibuat individu
4. Margin kanan-kiri-atas-bawah 1,5 cm
5. Isi ditulis dengan urut sesuai ketentuan
6. Halaman judul/ depan diketik dengan font Times New Roman
7. Dijilid dengan cover warna biru muda

Isi Laporan Resmi Praktikum:


A. Tujuan (Bobot nilai : 1)
Diisi tujuan mata acara praktikum
B. Dasar Teori (Bobot nilai : 3)
Diisi teori-teori dari pustaka yang mendasari materi mata acara praktikum tersebut.
Pustaka yang diacu minimal dari 3 sumber, dan tahun sumber pustaka di atas tahun 2008.
Cara mengacu pustaka dalam uraian:
1. Apabila ada bagian karya tulis yang diacu dalam uraian (misalnya tinjauan pustaka
atau pembahasan) maka nama akhir dari pengarang atau penyunting dan tahun publikasi
harus dicantumkan. Contoh:
a) Menurut Larasati (2018) parasetamol larut dengan baik dalam…
b) Sugiyono (2018) menyatakan bahwa…
c) … memiliki gugus –OH bebas (Stiawan, 2018)
2. Apabila jumlah pengarang kurang dari 6, dicantumkan seluruhnya nama akhir
pengarang ketika referensi tersebut dirujuk pertama kali dalam uraian. Selanjutnya,
cantumkan nama akhir pengarang pertama diikuti dengan dkk. disertai tahun
publikasi. Contoh:
a) Pertama kali: Larasati, Husna, Padmasari, Stiawan, dan Pratama (2000)…
b) Selanjutnya: Larasati dkk. (2000)
3. Untuk referensi yang ditulis oleh 6 pengarang atau lebih, cantumkan nama akhir
pengarang pertama diikuti dengan dkk.
4. Kutipan kedua dilakukan apabila penulis mengalami kesulitan dalam memperoleh

Laboratorium Kimia Farmasi Laboratorium Kimia Farmasi


8 Poltekkes TNI AU Adisutjipto Yogyakarta Poltekkes TNI AU Yogyakarta 8
Panduan Praktikum Kimia Farmasi
Panduan Praktikum Kimia Farmasi

artikel asli dari bahasan yang diacu. Kutipan kedua sebaiknya dibatasi untuk
menghindari pengulangan kesalahan penulisan nama penulis, tahun publikasi ataupun
materi tulisan. Contoh: Menurut Pratama (cit. Sugiyono, 2000)… (artinya artikel asli
ditulis oleh Pratama, kemudian dikutip oleh Sugiyono pada tahun 2000).
C. ALAT DAN BAHAN (Bobot nilai : 1)
Diisi alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum. Untuk penulisan alat yang
digunakan harus disertai dengan spesifikasi ukuran alat yang digunakan.
D. SKEMA KERJA (Bobot nilai : 2)
Diisi skema kerja yang ditulis dalam bentuk pasif dan dibuat dalam bagan yang
sistematis dengan jelas dan lengkap.
E. DATA DAN HASIL PENGAMATAN (Bobot nilai : 3)
Tulis hasil pengamatan dan perhitungan (bila ada), bila perlu disertai gambar, kurva, tabel
dan sebagainya beserta keterangannya (setelah pengamatan harus disahkan assisten
pendamping kelompok).
F. PEMBAHASAN (Bobot nilai : 6)
Pembahasan disesuaikan dengan data hasil pengamatan dan bandingkan hasil pengamatan
dengan teori.
G. KESIMPULAN (Bobot nilai : 2 )
Kesimpulan ditulis ringkas, jelas menjawab tujuan praktikum, dan tidak menulis kembali
teori praktikum.
H. DAFTAR PUSTAKA (Bobot nilai : 2)
Tulis pustaka yang dijadikan acuan
Contoh penulisan pustaka :
Daftar pustaka hanya memuat pustaka yang diacu dan disusun menurut sistem Harvard.
Untuk penulisan dengan tangan, maka judul pustaka ditulis dengan digaris bawah. Tata cara
penulisan daftar pustaka diatur sebagai berikut:
1. Buku
Nama belakang penulis, singkatan nama depan, tahun terbit, judul buku, jilid, edisi,
nama penerbit, kota, nomor halaman yang diacu (kecuali seluruh buku).
Contoh:
a. Buku yang dikarang oleh satu orang
Block, J.H., 2004, Wilson and Gisvold’s Textbook of Organic Medicinal and

Laboratorium Kimia Farmasi Laboratorium Kimia Farmasi


9 Poltekkes TNI AU Adisutjipto Yogyakarta Poltekkes TNI AU Yogyakarta 9
Panduan Praktikum Kimia Farmasi
Panduan Praktikum Kimia Farmasi

Pharmaceutical Chemistry, 11th ed., Lippincott Williams and Wilkins,

Baltimore, pp. 282, 289.


b. Buku yang dikarang oleh sampai 2 sampai 6 orang.
Williams, D.A. and Lemke, T.L., 2002, Foye’s Principals of Medicinal
Chemistry, 5th ed., Lippincot Williams and Wilkins, Philadelphia, pp.
869-870, 875-879.
c. Bagian dari buku yang disunting oleh satu orang
Colburn, W.A., 1981, Radioimmunoassay and Related Immunoassay Techniques,
In Munson, J.W., (Ed.), Pharmaceutical Analysis, Part A, Marcell Dekker
Inc., New York, pp. 381-399.
d. Buku yang disunting oleh lebih dari satu orang
Das, K.G., dan Morgan, J.J., (Eds.), 1981, Pesticide Analysis, Marcell Dekker
Inc., New York, pp. 425-456.
e. Prosiding atau risalah pertama ilmiah
Widayati, A., dan Suhadi, R., 2004, Studi Kasus Penggunaan Antibiotika di Ruian
ICU Rumah Sakit X Yogyakarta Periode Januari-Juni 2004, Risalah
Temu Ilmiah Bidang Farmasi Klinis, Fakultas Farmasi UGM,
Yogyakarta.
2. Artikel (jurnal, majalah, dan lain-lain)
Nama belakang penulis, singkatan nama depan, tahun terbit, judul makalah, nama
majalah dengan singkatan resminya, jilid atau volume (nomor penerbitan), nomor
halaman yang diacu.
Contoh:
a. Artikel disusun oleh satu penulis
Barnes, J., 2002, Herbal Therapeutic; Insomnia, The Pharmaceutical Journal, 269,
219-221.
b. Artikel disusun oleh 2-6 penulis
Tahir, I., Mudasir, Yulistia, I., and Mustofa, 2005, Quantitative Structure-Activity
Relationship Analysis (QSAR) of Vincadifformine Analogues as The
Antiplasmodial Compounds of The Chloroquinosensible Strain, Indo.
J.Chem., 5 (3), 255-260.
c. Artikel disusun oleh lebih dari 6 penulis. Apabila penulis lebih dari 6 orang, tulis
nama 6 orang pertama diikuti dkk atau et al.

Laboratorium Kimia Farmasi Laboratorium Kimia Farmasi


10Poltekkes TNI AU Adisutjipto Yogyakarta Poltekkes TNI AU Yogyakarta 10
Panduan Praktikum Kimia Farmasi
Panduan Praktikum Kimia Farmasi

Qioa, Q., Nakagami, T., Tuomilehto, J., Borch-Johnsen K., Balkau B., Iwamoto,
Y., et al., 2000, The Decoda Study on Behalf of the International Diabetes
Epidemiology Group, Comparison of the Fasting and the 2-h Glucose
Criteria Different Asian Cohorts, Diabetelogia, 43, 1470-
1475.
3. Dokumen lembaga resmi
Contoh:
United States Pharmacopeial Convention, 2005, The United States Pharmacopia,
28 th edition, United States Pharmaopeial Convention Inc., Rockville,
pp. 2748-2751.
Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan RI, 1995, Farmakope
Indonesia, Jilid IV, Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
Jakarta.
4. Terjemahan
Penulisan mengikuti cara penulisan daftar pustaka butir buku, menggunakan tahun
penerbitan asli.
Contoh:
Munson, J.W., 1991, Pharmaceutical Analysis Modern Method, diterjemahkan
oleh Harjana, Parwa B., Universitas Airlangga Press, Surabaya, Hal.
15, 33-34.
5. Skripsi, tesis, dan disertasi
Yuliana, 2005, Hubungan Kuantitatif Struktur dan Aktivitas Antimugen Senyawa
Turunan Benzalaseton Menggunakan Pendekatan Principal
Component Analysis, Tesis, 44, Universitas Gadjah Mada.
Mustofa, 2001, Activities Antiplasmodiale et Cytotoxicite d’une Serie de Molecules
Obtenues bar Hemissynthese a partir de la Vincadifformine,
Dissertation, 103-107.
6. Karangan dalam surat kabar
Contoh:
Lee G., 1996, Hospitalization Tied Do Zone Pollution, The Washington Post, Jun
21; Set A:3 (col. 5)
7. Laporan penelitian
Harnita, A.N.I., 2005, Analisis Tiamin, Riboflavin dan Piridoksin dalam Beral
Bumipol 50 dari Hasil Pertanian Organik dengan Metode High

Laboratorium Kimia Farmasi Laboratorium Kimia Farmasi


11Poltekkes TNI AU Adisutjipto Yogyakarta Poltekkes TNI AU Yogyakarta 11
Panduan Praktikum Kimia Farmasi
Panduan Praktikum Kimia Farmasi

Perfomance Liquid Chromatography, Laporan Penilitian, Fakultas


Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
8. Artikel elektronik (internet)
Dewi, R.M., 2002, Center for Research and Development of Disease Control,
NIHRD, www.digilib.litbang.depkes.go.id, diakses tanggal 25 April
2013.

Laboratorium Kimia Farmasi Laboratorium Kimia Farmasi


12Poltekkes TNI AU Adisutjipto Yogyakarta Poltekkes TNI AU Yogyakarta 12
Panduan Praktikum Kimia Farmasi
Panduan Praktikum Kimia Farmasi

Format halaman muka laporan resmi praktikum Kimia Dasar:

FORMAT COVER LAPORAN RESMI PRAKTIKUM

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KIMIA FARMASI II


(Judul Praktikum)

Penyusun
Nama :
NIM
Golongan :
Hari/tanggal praktikum :
Dosen pembimbing :

LABORATORIUM KIMIA FARMASI


PROGRAM STUDI D3 FARMASI
POLITEKNIK KESEHATAN TNI AU ADISUTJIPTO
YOGYAKARTA
2023

Laboratorium Kimia Farmasi Laboratorium Kimia Farmasi


13Poltekkes TNI AU Adisutjipto Yogyakarta Poltekkes TNI AU Yogyakarta 13
Panduan Praktikum Kimia Farmasi
Panduan Praktikum Kimia Farmasi

ARAHAN KESELAMATAN KERJA


DI LABORATORIUM KIMIA
FARMASI

1. PENDAHULUAN
a. Persiapan untuk bekerja di laboratorium
Sebelum bekerja di laboratorium, praktikan harus mengenal hal-hal berikut:
1) Bahaya (resiko) dari semua material yang ada di laboratorium, bagamaina cara yang
aman ketika harus bekerja menggunakan bahan tersebut, cara penyimpanannya dan
petunjuk yang harus dilakukan jika menghadapi bahaya. Bacalah label dan Material
Safety Data Sheet (MSDS) sebelum memindahkan, memegang atau membuka bahan
kimia. Jangan pernah menggunakan produk dari tempat yang tidak berlabel, dan laporkan
label yang hilang kepada laboran.
2) Peralatan yang ada di laboratorium. Jika anda tidak yakin dengan hal-hal yang terkait
dengan prosedur praktikum, tanyakan kepada asisten sebelum melakukan percobaan.
3) Lokasi dan cara mengoperasikan alat untuk keselamatan dan keadaan darurat seperti fire
extinguishers (alat pemadam kebakaran), emergency shower, P3K, dan alat untuk
membersihkan tumpahan bahan kimia, tombol sirine fire alarm, telepon dan jalan darurat.
4) Prosedur untuk membersihkan tumpahan bahan kimia yang akan digunakan.
5) Prosedur untuk melaporkan keadaan darurat beserta nomor teleponnya.
6) Tandai jika ada jalur evakuasi yang lain.

b. Selama bekerja di laboratorium


1) Laboratorium hanya diperuntukkan bagi mereka yang berkepentingan saja. Anak-anak
tidak diperkenankan untuk berada di laboratorium.
2) Merokok, makan, minum, menyimpan makanan, minuman dan rokok, dan memakai lensa
kontak tidak diijinkan di laboratorium.
3) Pakailah jas laboratorium (lengan panjang), sarung tangan, dan masker di laboratorium
ketika bekerja dengan bahan kimia, bahan dengan bahaya biologi atau radioisotop atau
mesin yang sedang beroperasi.
4) Usahakan tempat bekerja bersih dan bebas dari bahan kimia yang tidak dibutuhkan,
sampel biologi, dan peralatan yang tidak digunakan.
5) Hanya bekerja dengan bahan yang sudah diketahui sifat mudah terbakar atau tidak,
reaktivitas, toksisitas, cara aman, dan prosedur dalam keadaan darurat.
6) Bacalah MSDS sebelum bekerja dengan bahan kimia berbahaya.
7) Persiapkan dan peliharalah daftar bahan kimia yang ada di laboratorium
8) Jangan pernah memipet bahan kimia dengan mulut, gunakanlah peralatan yang tepat
untuk pemipetan.
9) Berjalanlah, jangan berlari di laboratorium.
10) Jangan pernah mencicipi atau mencium bahan kimia.
11) Jangan pernah meninggalkan api terbuka.
12) Usahakan jalan keluar dan pintu darurat bebas dari segala peralatan apapun setiap saat.
13) Pastikan peralatan untuk keadaan darurat (eyewashes, safety shower, dan fire
extinguishers) tidak terblokir.

Laboratorium Kimia Farmasi Laboratorium Kimia Farmasi


14Poltekkes TNI AU Adisutjipto Yogyakarta Poltekkes TNI AU Yogyakarta 14
Panduan Praktikum Kimia Farmasi
Panduan Praktikum Kimia Farmasi
14) Laporkan segala kecelakaan dan kejadian berbahaya kepada asisten, laboran, dosen jaga
atau koordinator praktikum.
15) Cucilah tangan dengan bersih ketika meninggalkan
laboratorium.
16) Lakukan pekerjaan yang menghasilkan gas beracun atau zat yang mudah terbakar
di dalam lemari asam (fume hood).

c. Bersihkan peralatan sebelum meninggalkan laboratorium


Lakukan pengecekan terhadap keselamatan semuanya setelah melakukan praktikum dan
sebelum meninggalkan laboratorium yakinkan bahwa anda telah melakukan hal-hal di bawah
ini:
1) Matikan api, air, listrik, alat vakum, dan kompresor dan alat pemanas lainnya.
2) Kembalikan bahan dan peralatan yang tidak dibutuhkan lagi ke tempat
semula.
3) Label, kemas, dan buang bahan bekas pakai secara
tepat.
4) Pisahkan peralatan yang rusak sesegera mungkin, perbaiki atau
gantilah.
5) Bersihkan segala peralatan atau area sekitar praktikum yang mungkin
sudah terkontaminasi oleh bahan berbahaya.
6) Lepaskan jas laboratorium dan sarung tangan ketika meninggalkan
laboratorium.
7) Tutup dan kuncilah pintu laboratorium jika anda adalah orang terakhir
yang meninggalkan laboratorium.

2. KESELAMATAN BEKERJA DENGAN BAHAN


KIMIA
a. Simbol bahaya bahan kimia menurut aturan Eropa

Explosive (E) Oxiding agent Highly flammable Extremely Toxic (T)


(O) flammable (F+)

Very toxic Harmful (Xn) Corrosive (N) Dangerous for


Irritant (Xi)
the (T)
environment (N)
Gambar 1. Simbol bahaya bahan kimia menurut aturan Eropa (versi
lama)

b. Keselamatan bekerja dengan bahan kimia

Laboratorium Kimia Farmasi Laboratorium Kimia Farmasi


15Poltekkes TNI AU Adisutjipto Yogyakarta Poltekkes TNI AU Yogyakarta 15
Panduan Praktikum Kimia Farmasi
Panduan Praktikum Kimia Farmasi
Diantara sekian banyak pelarut sebagian bersifat mudah terbakar seperti eter, benzena,
petroleum eter, dan etanol. Bekerja dengan pelarut jenis ini haruslah berhati-hati seperti
pada saat destilasi, rekristalisasi, dan ekstraksi.

Langkah-langkah keselamatan haruslah dipatuhi agar dapat terhindar dari resiko terjadinya kecelakaan:
1) Jangan melakukan pemanasan bahan yang mudah menyala dengan api secara
langsung.
2) Pastikan keadaan sekeliling aman jika hendak menggunakan nyala api. Api harus

dipadamkan jika tidak diperlukan lagi.


3) Ketika memanaskan bahan kimia di dalam tabung uji, jangan arahkan mulut tabung ke
arah diri sendiri atau orang lain.
4) Pastikan tabung kimia yang digunakan betul serta ikuti arahan dengan benar.
Pergunakan bahan kimia seperlunya.
5) Jangan cemarkan bahan uji. Bahan uji yang sudah diambil tidak boleh dikembalikan
lagi ke dalam wadah asalnya.
6) Bahan kimia yang akan dibuang haruslah dikumpulkan di dalam wadah yang sudah
disediakan. Limbah yang mengandung “Chlorinated solvents” seperti kloroform dan
diklorometan harus dipisahkan dari limbah lain.

3. HAL-HAL YANG PERLU DILAKUKAN JIKA MENGHADAPI KEADAAN DARURAT


a. Jangan menggunakan kain untuk memadamkan api (kecuali api kecil) tetapi gunakanlah
karbondioksida (dari alat pemadam api). Jangan gunakan air jika ada logam natrium atau
kalium.
b. Jika pakaian terbakar, selubungi dengan kain selimut atau arahkan karbondioksida ke atas
korban. Jangan gunakan pemadam api yang mengandung karbon tetraklorida karena ini
beracun.
c. Jika terjadi kebakaran atau mendengar isyarat kebakaran segera kosongkan laboratorium, dan
dengan tenang pindah ke tempat yang aman. Jika kebakaran atau kecelakaan kecil terjadi,
berusahalah untuk mengatasinya dengan bijaksana.
d. Laporkan setiap kecelakaan kecil atau besar yang terjadi kepada dosen jaga.
e. Semua korban kecelakaan harus dibawa ke klinik/rumah sakit untuk mendapatkan perawatan
dengan segera.
f. Dapatkan nasehat atau keterangan dari dosen/asisten jaga mengenai segala sesuatu yang
berkaitan dengan petunjuk pelaksanaan praktikum yang masih kurang jelas.

Laboratorium Kimia Farmasi Laboratorium Kimia Farmasi


16Poltekkes TNI AU Adisutjipto Yogyakarta Poltekkes TNI AU Yogyakarta 16
Panduan Praktikum Kimia Farmasi
Panduan Praktikum Kimia Farmasi

PETUNJUK UMUM
Petunjuk di bawah ini dimaksudkan untuk mengenalkan beberapa teknik dasar yang perlu
diketahui oleh praktikan, agar dalam melaksanakan analisis kuantitatif diperoleh hasil yang baik.

1. Kebersihan

Jaga agar meja dan alat-alat tetap bersih dan kering. Sediakan serbet dan serbet gelas.
Sebelum digunakan, bilas semua alat gelas dengan air (yang dimaksud air dalam buku ini adalah
air suling). Seka bagian luar bejana hingga kering dengan serbet gelas. Jangan seka bagian
dalamnya kecuali untuk titrasi bebas air.
Bagian dalam bejana harus bebas lemak / minyak. Cuci alat gelas tersebut dengan sabun
atau detergen. Bilas dengan air keran, kemudian dengan air suling. Jika diperlukan pencuci lebih
kuat, gunakan pencuci yang kuat dengan melarutkan 15 g serbuk natrium dikromat atau kalium
bikromat dalam 500 mL asam sulfat pekat. Perlu diperhatikan bahwa pencuci ini sangat korosif,
jangan sampai kena kulit, pakaian atau meja. Tuangkan sedikit larutan tersebut ke dalam bejana
yang dibebaskan dari gemuk / minyak, ratakan pada seluruh permukaan dalam. Diamkan
beberapa jam. Kembalikan kelebihan larutan pencuci ke dalam botol penyimpan, bilas bejana
berturut-turut dengan air keran kemudian dengan air suling. Pada alat gelas berskala, bilas
dengan air yang banyak secepatnya untuk mencegah alat tersebut menjadi panas ketika
larutan bercampur dengan air.

2. Kerapian

Kembalikan botol pereaksi ke tempat semua segera setelah digunakan. Jangan


meletakkan tutup pereaksi di meja, tetapi pegang dengan tangan kiri dan kembalikan ke
tempat meja dan almari dengan susunan yang teratur. Semua larutan dan endapan harus
ditutup untuk mencegah kontaminasi debu dan kotoran lain.

3. Penandaan

Beri tanda secara sistematis pada semua larutan, filtrat dan endapan. Selama analisis,
jika bejana diisi dengan cairan yang bukan air segera beri tanda / label / etiket. Penandaan
tidak diperkenankan menggunakan spidol.

4. Perencanaan

Pada acara penetapan kadar, baca dengan seksama petunjuk cara penetapan. Pahami
benar prinsip dasar penetapannya. Sediakan alat dan pereaksi yang diperlukan. Rencanakan dulu
semua yang akan dikerjakan sehingga pekerjaan akan berjalan lancar, misalnya siapkan dan
keringkan dulu krus Gooch sebeum larutan atau endapan siap untuk disaring.

Laboratorium Kimia Farmasi Laboratorium Kimia Farmasi


17Poltekkes TNI AU Adisutjipto Yogyakarta Poltekkes TNI AU Yogyakarta 17
Panduan Praktikum Kimia Farmasi
Panduan Praktikum Kimia Farmasi

Jangan memanaskan atau menggunakan alat gelas berskala untuk wadah cairan panas
sebab gelas akan memuai dan jika dingin kembali volumenya belum tentu kembali seperti
semula.

5. Penetapan dalam triplo

Lakukan penetapan paling sedikit tiga kali. Jika kesesuaian hasilnya lebih dari 0,4
janganlah hasil tersebut dirata-rata. Jika digunakan volume larutan yang sama, pembacaan buret
tidak boleh berselisih lebih dari 0,5 mL. Jika syarat- syarat ini tidak tercapai lakukan titrasi lagi
sampai diperoleh selisih yang tidak lebih dari 0,5 mL.

6. Pencatatan

Catat segera semua data hasil pekerjaan di laboratorium dalam log book anda dan bukan
pada secarik kertas. Timbang lebih kurang bermakna penimbangan boleh pada rentang
± 10% dari jumlah yang ditimbang. Misal timbang lebih kurang 100 mg bermakna: hasil
penimbangan boleh terletak antara 90-110 mg.

Hal –hal yang perlu dituliskan dalam buku catatan, antara lain:

Nama, asal, jenis dan sifat sampel


Tanggal analisis
Isi yang ditetapkan
Semua data numerik, misalnya bobot tablet, bobot sampel, bobot endapan kering, volume
titran dan normalitas
Suhu pengeringan sampel
Perhitungan, hasil dan lain-lain pengamatan yang mempunyai pengaruh pada hasil
analisis

7. Penimbangan dan Pengukuran

Pengertian lebih kurang dalam pernyataan untuk jumlah bahan yang diperoleh untuk
pemeriksaan atau penetapan kadar, berarti bahwa jumlah yang harus ditimbang atau diukur tidak
boleh kurang dari 90% dan tidak boleh dari 110% dari jumlah yang tertera. Hasil pemeriksaan
atau penetapan didasarkan pada pemnimbangan atau pengukuran secara seksama sejumlah
bahan tersebut.

Dengan pernyataan timbang seksama dimaksudkan bahwa kesalahan penimbangan


tidak boleh lebih dari 0,1% dari jumlah yang ditimbang. Misalnya dengan pernyataan timbang

Laboratorium Kimia Farmasi Laboratorium Kimia Farmasi


18Poltekkes TNI AU Adisutjipto Yogyakarta Poltekkes TNI AU Yogyakarta 18
Panduan Praktikum Kimia Farmasi
Panduan Praktikum Kimia Farmasi
seksama 500 mg, berarti batas kesalahan penimbangan tidak lebih dari 0,5 mg. penimbangan
seksama dapat juga dinyatakan dengan menambahkan angka 0 di belakang koma pada akhir
bilangan bersangkutan. Misalnya dengan pernyataan timbang 200,0 mg dimaksudkan bahwa
penimbangan harus dilakukan dengan seksama.

Dengan pernyataan ukur seksama dimaksudkan bahwa pengukuran dilakukan dengan


menggunakan pipet volume atau buret yang memenuhi syarat. Pengukuran seksama dapat
juga dinyatakan dengan pipet atau dengan menambahkan angka 0 di belakang koma angka
terakhir bilangan yang bersangkutan. Misalnya dengan pernyataan pipet 10,0 mL atau ukur
10,0 mL dimaksudkan bahwa harus dilakukan dengan seksama.

8. Air

Kecuali disertai penjelasan lain, yang dimaksudkan dengan air adalah air suling atau air
demineralisata.

9. Cara Pernyataan Hasil

Sebelum kadar dinyatakan, kita harus melihat lebih dahulu apakah ada kadar yang
diperoleh dari serangkaian replikasi terdapat data yang memencil atau outlier. Sebagai
contoh, dalam serangkaian replikasi diperoleh kadar sebesar 0,403; 0,410; 0,401; 0,380 %.
Pertanyaan kita adalah apakah nilai 0,380% merupakan suatu pencilan atau bukan. Jika suatu
pencilan maka nilai 0,380% harus dikeluarkan dari data, dan sebaliknya jika bukan suatu outlier
maka harus tetap dipertahankan dan diikutkan dalam perhitungan rata-rata.

Untuk memastikan suatu hasil merupakan outlier atau bukan, perlu dilakukan analisis
data secara statistik. Organisasi Internasional di bidang Standardisasi (International
Standadization Organization, ISO) merekomendasikan penggunaan uji Grubbs untuk uji
pencilan ini. Uji ini membandingkan simpangan nilai pengukuran yang diduga outlier dari
rata-rata pengukuran dengan simpangan nilai pengukuran sampel. Nilai yang dicurigai
merupakan nilai yang jaraknya paling jauh dari rata-rata. Untuk melakukan uji Grubbs untuk
menguji adanya nilai pencilan, maka hipotesis nol-nya adalah semua pengukuran berasal dari
populasi yang sama, atau dengan kata lain nilai yang dicurigai bukan suatu pencilan.
Sementara itu, hipotesis alternatifnya adalah nilai yang dicurigai bukan berasal dari populasi
yang sama, atau dengan kata lain nilai yang dicurigai adalah suatu pencilan.

Laboratorium Kimia Farmasi Laboratorium Kimia Farmasi


19Poltekkes TNI AU Adisutjipto Yogyakarta Poltekkes TNI AU Yogyakarta 19
Panduan Praktikum Kimia Farmasi
Panduan Praktikum Kimia Farmasi
Uji ini mengasumsikan bahwa populasi terdistribusi normal. Nilai G-hitung dirumuskan
dengan:

G= (1)

Yang mana ̅ adalah rata-rata pengukuran sampel dan SD adalah simpangan baku pengukuran
sampel. Nilai ̅ dan SD dihitung dengan memasukkan nilai yang dicurigai. Jika nilai G-hitung
> G-kritik maka nilai yang dicurigai merupakan suatu pencilan. Jika G-hitung < G-kritik,
maka nilai ini harus dipertahankan dan diikutkan dalam perhitungan rata-rata pengukuran
sampel. Tabel nilai G-kritik pada taraf kepercayaan 95% ditunjukkan pada tabel 1. Nilai yang
diberikan pada tabel ini merupakan uji 2 sisi.

Tabel 1. Nilai-nilai G-kritik (P = 0,05) untuk uji 2 sisi*. Nilai diambil dari Miller and Miller
(2005).

Ukuran sampel Nilai G-kritik


3 1,155
4 1,481
5 1,715
6 1,887
7 2,020
8 2,126
9 2,215
10 2,290

Contoh 1
Nilai berikut diperoleh dari hasil pengukuran sampel serbuk yang mengandung obat tertentu dari 4
kali pengukuran 0,403; 0,410; 0,401; 0,380%. Apakah nilai 0,380% merupakan suatu pencilan?

Jawab:
Setelah dilakukan perhitungan, maka diperoleh rata-rata dan SD untuk keempat nilai di atas adalah ̅
= 0,3985 dan SD = 0,01292. Dari keempat nilai di atas, nilai 0,380% adalah nilai yang dicurigai.
Berdasarkan persamaan (1) maka nilai G-hitung adalah:
| 0, 380 0, 3985|
G= 0,01292
= 1,432

Berdasarkan pada tabel 1 di atas, nilai G-kritik untuk jumlah sampel 4 adalah 1,481. Dengan
demikian nilai G-hitung < G-kritik, akibatnya hipotesis nol harus diterima yang berarti bahwa nilai
0,380 bukan suatu outlier dan harus dipertahankan.

Laboratorium Kimia Farmasi Laboratorium Kimia Farmasi


20Poltekkes TNI AU Adisutjipto Yogyakarta Poltekkes TNI AU Yogyakarta 20
Panduan Praktikum Kimia Farmasi
Panduan Praktikum Kimia Farmasi
Cara lain untuk melakukan analisis pencilan adalah dengan Q-test yang juga dikenal dengan
Dixon's Q-test, yang dirumuskan sebagai berkiut:

(2)

Selanjutnya nilai Q hitung ini dibandingkan dengan nilai Q-kritis (Q-tabel atau nilai
diperoleh dari tabel statistik). Hipotesis nol dan hipotesis alternatif untuk uji Dixon adalah sama
dengan hipotesis pada uji Grubbs. Jika nilai Q-hitung lebih kecil daripada nilai Q-tabel (Tabel
2), maka hipotesis nol diterima berarti tidak ada perbedaan antara nilai yang dicurigai dengan
nilai-nilai yang lain. Sebaliknya, jika nilai Q-hitung lebih kecil dari nilai Q-kritis, maka
hipotesis nol ditolak berarti ada perbedaan yang bermakna antara nilai yang dicurigai dengan
nilai-nilai yang lain.

Tabel 2. Nilai Q-kritis pada taraf kepercayaan 95% (P= 0,05) pada uji dua sisi (Data diambil
dari Kealey and Haines, 2002).

Banyaknya data Q-tabel (Nilai Q-kritis)


4 0,831
5 0,717
6 0,621
7 0,570
8 0,524

Jika dari satu seri penetapan kadar terdapat dua hasil pengukuran yang sangat
menyimpang, maka pengujian seperti ini perlu diulangi setelah satu nilai yang sangat
menyimpang tadi ditolak. Akan tetapi, kalau dari empat kali penetapan terdapat dua hasil
yang sangat menyimpang, sebaiknya dilakukan penetapan lagi sehingga diperoleh hasil yang
lebih banyak.

Contoh 2
Pada penetapan cemaran antibiotika dalam air didapat kadar 0,403; 0,410; 0,401; 0,380 μg/g. apakah
nilai 0,380 merupakan suatu pencilan? Jawab:

Nilai Q-hitung dihitung dengan rumus (2) seperti di atas sehingga didapatkan:
[0,380−0,401] 0,021
Q hitung = = = 0,70
[0,410−0,380] 0,03

Nilai Q-kritis untuk 4 data pada taraf kepercayaan 95% (P = 0,05) adalah 0,83. Karena harga Q-hitung lebih
kecil dari Q-kritis berarti nilai 0,30 bukanlah suatu pencilan, sehingga nilai 0,380 harus dipertahankan.

Laboratorium Kimia Farmasi Laboratorium Kimia Farmasi


21Poltekkes TNI AU Adisutjipto Yogyakarta Poltekkes TNI AU Yogyakarta 21
Panduan Praktikum Kimia Farmasi
Panduan Praktikum Kimia Farmasi

(SD) dan rata-rata ± kesalahan baku rata-rata (Standard Error of Mean atau SEM).
Simpangan baku (SD) menunjukkan variabilitas dalam sampel. Sementara kesalahan
baku rata-rata (SEM) menggambarkan varaiabilitas rata -rata yang mungkin, dan
nilainya sama dengan nilai SD data sampel dibagi dengan akar ukuran sampel.
Pernyataan kadar terkait dengan taraf kepercayaan tertentu. Oleh karena itu, untuk
menyatakan kisaran kepercayaan ladar, nilai SEM ini dikalikan dengan nilai z (untuk
populasi) pada taraf kepercayaan tertentu. Sementara itu untuk sampel, nilai z ini dapat
diganti dengan nilai distribusi t (Tabel 3) dengan derajat bebas (ɸ) tertentu. Besarnya ɸ adalah
= banyaknya data (n) – 1

Dengan demikian, pernyataan kadar dapat dinyatakan dalam:

(3), atau (4)

Yang mana n adalah banyaknya data, SD adalah nilai simpangan baku dan t adalah nilai yang

diperoleh dari Tabel t dengan derajat bebas tertentu.

Pertanyaanya adalah manakah yang tepat, persamaan (3) atau (4) untuk menyatakan
kadar. Aturan umumnya adalah jika jumlah sampel atau replikasi pengukuran > 30 maka
digunakan persamaan (3), sementara jika sampel atau replikasi < 30 maka digunakan persamaan
(4).

Tabel 3. Daftar harga t (uji dua sisi) (data diambil dari Miller and Miller, 2005; Statistics and
Chemometrics in Analytical Chemistry).

Harga t Harga t

ɸ P = 0,95 P = 0,99 ɸ P = 0,95 P = 0,99

Laboratorium Kimia Farmasi Laboratorium Kimia Farmasi


22Poltekkes TNI AU Adisutjipto Yogyakarta Poltekkes TNI AU Yogyakarta 22
Panduan Praktikum Kimia Farmasi
Panduan Praktikum Kimia Farmasi

1 12,71 63,70 11 2,20 3,11

2 4,30 9,92 12 2,18 3,05

3 3,18 5,84 15 2,13 2,95

4 2,78 4,60 20 2,09 2,85

5 2,57 4,03 25 2,06 2,79

6 2,45 3,71 30 2,04 2,75

7 2,37 3,50 40 2,02 2,70

8 2,31 3,36 60 2,00 2,66

9 2,26 3,25 120 1,98 2,62

10 2,23 3,17 ∞ 1,96 2,58

Contoh 3
Kemurnian serbuk paracetamol yang dianalisis secara nitrimetri diperoleh kadar dari 6 kali
replikasi sebagai berikut: 102, 97, 99, 98, 101, 106 %. Nyatakan kadar (interva kepercayaan)
untuk hasil di atas pada taraf kepercayaan 95%.
Jawab: dengan mengasumsikan tidak ada data yang outlier, dan jumlah sampel adalah 6 (<30)
maka kadar dinyatakan dengan persamaan (4).
Diketahui nilai rata-rata sebesar 100,5%, SD = 3,27 %, n=6, serta nilai t- pada taraf kepercayaan
95% (P=0,95) dan derajat bebas 5 (dari 6-1) adalah 2,57; sehingga:

Kadar = ̅ ± SD
2 , 57 𝑥 3, 27
Kadar = 100,5 ± 6

Kadar = 100,5 ± 5,4%

Laboratorium Kimia Farmasi Laboratorium Kimia Farmasi


23Poltekkes TNI AU Adisutjipto Yogyakarta Poltekkes TNI AU Yogyakarta 23
Panduan Praktikum Kimia Farmasi
Panduan Praktikum Kimia Farmasi

TEKNIK ANALISIS

Teknik analisis volumetri memerlukan pengukuran dengan seksama volume larutan yang
bereaksi. Alat yang lazim digunakan adalah labu takar, buret, pipet dan gelas ukur. Penggunaan alat
tersebut diuraikan pada bab berikut ini.
1. Labu takar
Labu takar biasanya digunakan untuk pembuatan larutan dengan kadar tertentu. Caranya
masukkan senyawa dengan bobot tertentu yang ditimbang seksama dan secara kuantitatif ke
dalam gelas piala, kemudian larutkan dalam air atau pelarut lain sampai seluruh senyawa tadi
larut. Masukkan secara kuantitatif larutan tersebut ke dalam labu takar dengan bantuan batang gelas,
corong dan botol pencuci dengan cara sebagai berikut:

Pegang gelas piaa dengan tangan kanan dan tuangkan pelan-


pelan melalui batang gelas yang dipegang dengan tangan kiri ke
daam corong yang ditempatkan di mulut labu takar. Pindahkan
gelas piala ke tangan kiri dengan tetap dijungkir dan dipegang
di atas corong. Cuci gelas piala dan batang gelas dengan aliran
air dari botol pencuci yang dipegang tangan kanan. Cuci corong
goyangkan labu takar untuk mencampur isinya dan tambahkan
pelarut hingga tanda.

Ketika miniskus larutan sudah dekat leher labu, tetapi belum


masuk leher goyangkan sekali lagi sehingga larutan
bercampur dengan baik. Biarkan beberapa saat agar air di dinding dalam leher labu mengalir ke
bawah. Tepatkan pada tandanya dengan menambah pelarut tetes demi tetes dari pipet tetes,
selanjutnya gojog homogen.

Jika senyawa tersebut mudah larut dalam air masukkan langsung ke dalam labu takar melalui
corong yang diletakkan di mulut labu. Senyawa padat itu harus mudah melewati corong dan cuci
sisanya yang melekat pada corong dengan air ke dalam labu sehingga labu terisi kurang lebh
setengahnya. Goyangkan labu sampai senyawa larut dan tepatkan volume sampai tanda dengan cara
seperti diuraikan di atas. Tutup labu dan balik serta gojog sehingga larutan tercamppur dengan
sempurna.

Untuk analisis yang sangat teliti, suhu larutan harus dibuat menjadi 20ºC sebelum ditetapkan
sampai tanda. Jika larutan baku ini perlu disimpan, pindahkan ke dalam botol penyimpanan. Bilas
dulu botol penyimpanan 2-3 kali dengan sedikit larutan kemudian pindahkan larutan. Jika larutan
hendak digunakan, kocok terlebih dahulu. Pengocokan bertujuan untuk mencampur kembali tetes

Laboratorium Kimia Farmasi Laboratorium Kimia Farmasi


24Poltekkes TNI AU Adisutjipto Yogyakarta Poltekkes TNI AU Yogyakarta 24
Panduan Praktikum Kimia Farmasi
Panduan Praktikum Kimia Farmasi

air yang mengembun di dinding dalam wadah di atas larutan dengan seluruh larutan.
Pengenceran larutan baku dapat diakukan dengan memipet larutan menggunakan pipet
volume lalu dimasukkan ke dalam labu takar lalu diencerkan dengan air sampai tanda. Misalnya
100 mL larutan 0,2 N dapat dari memipet 20,0 mL larutan 1,0 N ke dalam labu takar 100 mL dan
mengencerkannya dalam air sampai tanda.

2. Pipet volume
Sebelum digunakan pipet yang sudah bersih dibilas dulu pipet 2-3 kali dengan larutan yang akan
dipipet. Setiap kali membilas, basahkan seluruh bagian dalam pipet sebelum larutan dikeluarkan.
Ambil cairan ke dalam pipet dengan ball pipet atau pipet pump sampai di atas tanda tera. Angkat
pipet dari cairan dan seka hati-hati bagian luar pipet dengan kertas tissue hingga bersih dari
cairan yang menempel. Pegang pipet tegak lurus dan tandanya teretak setinggi mata,
keluarkan cairan dengan menekan ball pipet hingga cairan habis.

Kenakan ujung pipet pada bagian dinding dalam labu


erlenmeyer untuk menghilangkan tetesan yang ada pada ujung
pipet. Masukkan pipet ke dalam labu penerima, alirkan dengan
ujung pipet menyentuh dinding dalam bejana dengan membentuk
sudut 80º. Perhatikan jangan celupkan ke dalam larutan yang
telah dipindahkan. Jika semua cairan telah keluar, tunggu selama
5 detik lalu angkat pipet.

Sedikit cairan yang masih tersisa pada ujung pipet jangan


ditiup keluar untuk ditambahkan pada cairan dalam bejana penerima, sebab adanya sedikit cairan
itu sudah diperhitungkan pada saat peneraan pipet. Jika digunakan pada cairan yang lebih kental
atau tegangan permukaannya jauh lebih besar daripada air, misalnya larutan iodium, diperlukan
waktu tunggu 25 detik. Setelah digunakan cuci pipet dan biarkan kering.

3. Buret
Ada dua jenis buret, yaitu buret dengan kran dan buret dengan karet penjepit (buret Mohr).
Buret Mohr biasanya digunakan untuk larutan baku natrium hidroksida.

a. Buret dengan keran


b. Buret Mohr

Periksa apakah keran buret telah dilumuri

Laboratorium Kimia Farmasi Laboratorium Kimia Farmasi


25Poltekkes TNI AU Adisutjipto Yogyakarta Poltekkes TNI AU Yogyakarta 25
Panduan Praktikum Kimia Farmasi
Panduan Praktikum Kimia Farmasi

lapisan pelicin (vaselin) sebelum digunakan. Bilas buret 2 kali dengan sedikit larutan yang akan
diisikan. Lebih kurang 5 mL setiap pengambilan buret tuntas dulu sebelum dibilas untuk kedua
kalinya. Isi buret dengan larutan hingga sedikit di atas tanda 0. Buka keran agar semua ujungnya
terisi dan gelembung udara terdesak keluar sementara mata sejajar dengan titik 0. Keluarkan
cairan dengan hati-hati sampai cairan dalam miniskus tepat pada tanda nol/ angka.

Pengaruh paralak pada pembacaan buret.

Hilangkan tetesan pada ujung buret dengan menyentuhkan pada bagian luar gelas. Setelah
lapisan tipis larutan yang melekat pada dinding buret di atas permukaan cairan turun ke bawah, baca
buret dengan seksama untuk menghindarkan kesalahan paralak waktu membaca buret, mata harus
sejajar dengan miniskus. Untuk mempertajam pembacaan, dapat digunakan kertas hitam putih.
Tempatkan sisi atau bagian yang hitam ± 1 mm di bawah miniskus. Dengan demikian bagian
bawah miniskus menjadi gelap dan terhadap latar belakang yang berwarna putih menjadi tampak
jelas sehingga miniskus cairan cepat dibaca dengan lebih teiti. Baca sampai 1/10 skala
1 2 3 1
terkecil yang ada pada buret. Cara pembacaan: , , ,….. , dikalikan dengan skala
terkecil 10 10 10 10

pada buret.

4. Gelas ukur
Gelas ukur ada yang bertutup gelas dan ada yang tidak bertutup. Gelas ukur bertutup
digunakan untuk mengukur cairan yang mengeluarkan uap misalnya asam klorida pekat. Jenis gelas
ukur terdapat dengan berbagai kapasitas dari voume 5 mL sampai 2 Liter. Gelas ukur digunakan
untuk mengukur cairan yang tidak memerlukan ketelitian tinggi.

5. Keseragaman sediaan
Keseragaman sediaan dapat ditetapkan dengan salah satu dari 2 metode yaitu keseragaman

Laboratorium Kimia Farmasi Laboratorium Kimia Farmasi


26Poltekkes TNI AU Adisutjipto Yogyakarta Poltekkes TNI AU Yogyakarta 26
Panduan Praktikum Kimia Farmasi
Panduan Praktikum Kimia Farmasi

bobot atau keseragaman kandungan.

a. Keseragaman bobot

1) Keseragaman bobot tablet tidak bersalut

Timbang seksama 10 tablet, satu per satu dan hitung bobot rata-ratanya.

2) Keseragaman bobot kapsul keras

Timbang seksama 10 kapsul satu persatu, beri identitas tiap kapsul, keluarkan isi tiap
kapsul. Timbang seksama tiap cangkang kapsul kosong, dan hitung bobot netto isi
tiap kapsul dari masing-masing bobot kapsul.

3) Keseragaman bobot kapsul lunak

Tetapkan bobot netto isi tiap kapsul sebagai berikut: Timbang seksama 10 kapsul
utuh satu persatu untuk memperoleh bobot kapsul, beri identitas tiap kapsul.
Kemudian buka kapsul dengan alat pemotong yang bersih dan kering yang sesuai seperti
gunting atau pisau yang tajam. Dan keluarkan isinya dan cuci cangkang dengan
pelarut yang sesuai. Biarkan sisa pelarut menguap dari cangkang kapsul pada suhu
kamar dalam waktu lebih kurang 30 menit, lakukan pencegahan terhadap penarikan atau
kehilangan lembab. Timbang cangkang kapsul, dan hitung berat netto isi kapsul.

b. Keseragaman kandungan
Untuk penetapan keseragaman kandungan, ambil tidak kurang dari 30 satuan sediaan.
Tetapkan kadar setiap sediaan (dari jumlah 10 sediaan) satu per satu seperti tertera pada
penetapan kadar dalam masing-masing monografi.

Laboratorium Kimia Farmasi Laboratorium Kimia Farmasi


26Poltekkes TNI AU Adisutjipto Yogyakarta Poltekkes TNI AU Yogyakarta 26
Panduan Praktikum Kimia Farmasi
Panduan Praktikum Kimia Farmasi

PERCOBAAN I: PENETAPAN OBAT SECARA ASIDI


ALKALIMETRI

1. Pendahuluan
Asidimetri dan alkalimetri termasuk reaksi netralisasi, yakni reaksi antara ion hidrogen yang
berasal dari asam dengan ion hidroksida yang berasal dari basa untuk menghasilkan air yang bersifat
netral. Netralisasi dapat juga dikatakan sebagai reaksi anatara donor proton (asam) dengan penerima
proton (basa). Asidimetri merupakan penetapan kadar secara kuantitatif terhadap senyawa-senyawa
yang bersifat basa dengan menggunakan baku asam. Contoh asidimetri adalah penetapan kadar
natrium bikarbonat yang bersifat basa dengan asam klorida (asam). Sebaliknya, alkalimetri adalah
penetapan kadar senyawa-senyawa yang bersifat asam dengan menggunakan baku basa. Contoh
alkalimetri adalah analisis asam salisilat (suatu asam) dengan larutan baku NaOH (suatu basa).
Sebagaimana jenis titrasi yang lain, maka dalam asidi alkalimetri juga digunakan
indikator untuk deteksi titik akhir titrasi. Tabel 4 menunjukkan daftar berbagai macam indikator
dengan jarak perubahan warna serta warna-warna yang terjadi pada perubahan tersebut.
Tabel 4. Indikator yang biasa digunakan dalam asidimetri dan alkalimetri.
Indikator Rentang pH Asam Basa
Kuning metil 2,4 – 4,0 Merah Kuning
Biru bromfenol 3,0 – 4,6 Kuning Biru
Jingga metil 3,1 – 4,4 Jingga Merah
Hijau Bromkresol 3,8 – 5,4 Kuning Biru
Merah metil 4,2 – 6,3 Merah Kuning
Ungu Bromkresol 5,2 – 6,8 Kuning Ungu
Biru Bromtimol 6,1 – 7,6 Kuning Biru
Merah fenol 6,8 – 8,4 Kuning Merah
Merah kresol 7,2 – 8,8 Kuning Merah
Biru timol 8,0 – 9,6 Kuning Biru
Fenoftalin 8,2 – 10,0 Tak berwarna Merah
Timoftalin 9,3 – 10,5 Tak berwarna Biru

2. Pembuatan Larutan Baku NaOH dan Cara Pembakuan


Larutan baku alkali mudah menyerap karbon dioksida dari udara, sehingga
konsentrasinya berubah. Larutan baku ini harus sering dibakukan ulang.

a. Pembuatan Air Bebas Karbon Dioksida


Sejumlah air dalam labu alas datar dididihkan selama beberapa menit. Selama pendinginan
dan penyimpanan harus terlindung dari udara dengan ditutup menggunakan tabung kalsium
klorida (soda lime tube) untuk mengikat karbon dioksida.

b. Pembuatan Larutan Baku NaOH 0,1 N

1. Dalam gelas timbang, ditimbang 4,001 Gram natrium hidroksida


(Catatan: NaOH bersifat higroskopis, sehingga menimbang senyawa ini tidak boleh
dengan kertas timbang. Karena bersifat higroskopis, maka dipilih NaOH yang masih kering.
Pada saat mengambil NaOH tidak boleh dengan sendok logam, akan tetapi

Laboratorium Kimia Farmasi Laboratorium Kimia Farmasi


27Poltekkes TNI AU Adisutjipto Yogyakarta Poltekkes TNI AU Yogyakarta 27
Panduan Praktikum Kimia Farmasi
Panduan Praktikum Kimia Farmasi

digunakan sendok gelas atau sendok plastik)


2. Larutkan dalam 100 mL air bebas CO2
3. Pindahkan dalam labu takar 1 Liter
4. Tambahkan air bebas CO2 hingga 1000 mL
(Catatan: air bebas CO2 digunakan untuk melarutkan dan menambahkan sampai tanda
pada labu takar 1000 mL. adanya CO2 dalam air menjadi H2CO3 yang bersifat asam).
c. Pembakuan NaOH 0,1 N
Pembakuan NaOH dilakukan dengan menggunakan baku primer kalium biftalat (BM 204,22).

Cara Pembakuan NaOH dengan Kalium Biftalat:


1. Lebih kurang 400 mg kalium biftalat (yang ditimbang 360-440 mg) yang ditimbang
seksama (dengan neraca makro yang mempunyai kepekaan 0,1 mg) yang sebelumnya
telah dikeringkan, lalu dimasukkan ke dalam erlenmeyer.
(Catatan: kalium biftalat bersifat higroskopis sehingga perlu dikeringkan untuk
menghilangkan air dan kemudian digerus).
2. Tambahkan 75 mL air bebas CO2, ditutup dan dikocok-kocok sampai larut
3. Tambahkan 3 tetes indikator fenoftalein
4. Titrasi dengan larutan NaOH 0,1 N hingga warna berubah menjadi merah (dibutuhkan
sekitar 20 mL larutan NaOH 0,1 N).
Pada pembakuan NaOH dengan kalium biftalat, reaksi yang terjadi adalah:

Kalium biftalat
Perhitungan normalitas NaOH

3. Penetapan Kadar Asetosal


Penetapan kadar asetosal dapat dilakukan dengan titrasi langsung terhadap asam bebas
(pada gugus karboksilat) atau dengan cara hidrolisis asetosal dengan basa.

Cara Analisis Asetosal dengan Titrasi Langsung terhadap Asam Bebas:


1. Ditimbang lebih kurang 300 mg asetosal (berat yang ditimbang 270-330 mg) yang
ditimbang seksama (dengan neraca makro kepekaan 0,1 mg), dimasukkan dalam
erlenmeyer.
2. Asetosal dilarutkan dalam 15 mL etanol 95% netral (diambil dengan gelas ukur)
3. Tambahkan 20 mL air (dengan gelas ukur) lalu tambahkan 3 tetes indikator merah fenol
(pH 6,8 – 8,4)
4. Larutan dititrasi dengan larutan baku NaOH 0,1 N hingga warna merah

Laboratorium Kimia Farmasi Laboratorium Kimia Farmasi


28Poltekkes TNI AU Adisutjipto Yogyakarta Poltekkes TNI AU Yogyakarta 28
Panduan Praktikum Kimia Farmasi
Panduan Praktikum Kimia Farmasi
(Catatan: titrasi harus dihindarkan dari kelebihan basa dan dilakukan pada suhu 15 - 20º
karena dapat terjadi hidrolisis)

Pada penetapan kadar diatas, reaksi yang terjadi adalah:

(Catatan: berat ekivalen adalah sama dengan berat molekul asetosal, karena valensi pada
penetapan kadar di atas adalah 1).

Cara Analisis Asetosal dengan Titrasi Kembali:


1. Timbang antara 360 – 440 mg asetosal dengan neraca analitik dengan kepekaan 0,1 mg
dan masukkan ke dalam erlenmeyer
2. Tambah 25,0 mL NaOH 0,5 N yang diambil dengan pipet volume
3. Panasi di atas penangas air selama 10 menit supaya terjadi hidrolisis asetosal
4. Dinginkan sampai suhu kamar dan tambahkan 3 tetes indikator merah fenol
5. Titrasi dengan HCl 0,5 N sampai timbul warna kuning
6. Lakukan titrasi blanko (untuk blanko, diambil 25,0 mL NaOH 0,5 N dan dititrasi dengan
HCl 0,5 N)
Pada penetapan kadar asetosal dengan titrasi kembali ini, reaksi yang terjadi adalah:

NaOH + HCl → NaCl + H₂ O

Catatan: dari reaksi di atas, dapat dilihat bahwa tiap 1 mol asetosal (BM = 180,12) setara dengan
2 mol NaOH yang berarti juga setara dengan 2 mol HCl, sehingga valensi asetosal pada
reaksi di atas adalah 2. Dengan demikian, berat ekivalen (BE) asetosal adalah setengah dari berat
molekulnya.

Pertanyaan:
1. Bagaimana cara membuat HCl 0,1 N sebanyak 500 mL jika diketahui HCl yang tersedia adalah HCl
37%. Diketahui berat jenis HCl adalah 1,19 gram/mL dan berat molekul HCl adalah 36,5 gram/mol
2. Apa dasar analisis asetosal yang akan Saudara praktikkan
3. Apa tujuan pemanasan pada cara kerja Saudara. Jelaskan

Laboratorium Kimia Farmasi Laboratorium Kimia Farmasi


29Poltekkes TNI AU Adisutjipto Yogyakarta Poltekkes TNI AU Yogyakarta 29
Panduan Praktikum Kimia Farmasi
Panduan Praktikum Kimia Farmasi
4. Apakah yang dimaksud dengan titrasi blanko pada cara kerja Saudara
5. Berapakah berat ekivalen asetosal pada cara kerja Saudara

Laboratorium Kimia Farmasi Laboratorium Kimia Farmasi


30Poltekkes TNI AU Adisutjipto Yogyakarta Poltekkes TNI AU Yogyakarta 30

Anda mungkin juga menyukai