Anda di halaman 1dari 6

Nama: Farida

NIM: 236101140127
Kelas: Bahasa Indonesia
Alur: Koneksi Antar Materi
Topik 4: Pancasila dan Profil Pelajar Pancasila Menurut Saya
Kesimpulan dan pesan kunci dengan mengaitkan pemahaman dari Topik IV dengan
Topik I, Topik II dan Topik III.
Topik I: Perjalanan Pendidikan Nasional
Perjalanan pendidikan nasional di Indonesia telah melewati berbagai fase dan perubahan
sejak masa pra-kemerdekaan hingga saat ini. Berikut adalah rangkuman perjalanan
pendidikan nasional Indonesia:
1. Pra-Kemerdekaan
Pendidikan pada masa pra-kemerdekaan di Indonesia dikelola oleh pemerintah kolonial
Belanda. Sistem pendidikan terbagi atas sekolah Eropa untuk kalangan pribumi elit dan
sekolah pribumi dengan kurikulum yang lebih rendah.
2. Era Kemerdekaan Awal
Setelah proklamasi kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, pemerintah Republik Indonesia
segera memberikan perhatian pada pembaruan pendidikan. Pendidikan nasional diarahkan
untuk membangun karakter nasionalisme dan semangat kebangsaan.
3. Pendidikan Masa Orde Lama
Pada era Orde Lama (1950-an hingga pertengahan 1960-an), pemerintah fokus pada
penyelenggaraan pendidikan dasar dan menengah. Program wajib belajar sembilan tahun
(WBS) diperkenalkan untuk meningkatkan akses pendidikan.
4. Pendidikan Masa Orde Baru
Selama Orde Baru (1966-1998), pemerintah mengarahkan pendidikan ke arah
pembangunan ekonomi. Program reorientasi pembangunan nasional (REPELITA)
menempatkan pendidikan sebagai instrumen pembangunan sumber daya manusia.
5. Sistem Pendidikan Tinggi dan Otonomi Daerah
Pada tahun 1970-an dan 1980-an, sistem pendidikan tinggi mengalami perkembangan
pesat, dengan pembentukan berbagai perguruan tinggi. Otonomi daerah diintegrasikan
dalam pendidikan, memungkinkan pemerintah daerah memiliki kendali lebih besar
terhadap sistem pendidikan di wilayahnya.
6. Pembaruan Pendidikan Abad ke-21
Pada awal abad ke-21, pemerintah Indonesia memulai serangkaian pembaruan
pendidikan. Program pendidikan karakter dan Kurikulum 2013 diperkenalkan untuk
meningkatkan relevansi dan kualitas pendidikan.
7. Pendidikan Masa Pandemi
Masa pandemi COVID-19 menimbulkan tantangan baru dalam pendidikan. Pembelajaran
daring dan kombinasi model pembelajaran menjadi solusi untuk melanjutkan proses
pendidikan di tengah pembatasan fisik.
8. Rencana Pendidikan Nasional 2020-2024
Rencana Pendidikan Nasional 2020-2024 menggarisbawahi komitmen untuk
meningkatkan kualitas pendidikan, termasuk penguatan kurikulum, peningkatan kapasitas
guru, dan adaptasi terhadap perkembangan teknologi.
Perjalanan pendidikan nasional Indonesia mencerminkan evolusi sistem pendidikan yang
beradaptasi dengan tuntutan zaman. Tantangan masa kini dan masa depan termasuk
peningkatan kualitas guru, penyediaan fasilitas pendidikan, dan penyesuaian terhadap
perkembangan global dan teknologi.
Sub Topik I: Pendidikan yang membelenggu
Istilah "pendidikan yang membelenggu" merujuk pada situasi di mana sistem atau praktik
pendidikan memberikan dampak negatif atau pembatasan pada perkembangan siswa,
menghambat kreativitas, dan tidak mendukung pemahaman yang lebih luas tentang dunia.
Beberapa karakteristik dari "pendidikan yang membelenggu" mungkin termasuk:
 Kurikulum yang tidak relevan
 Pengukuran hasil yang tertuju pada tes standar
 Teaching to the test
 Kedisiplinan yang otoriter
 Ketidaksetaraan dalam akses pendidikan
 Kurangnya pengembangan keterampilan hidup
 Minimnya keterlibatan peserta didik dalam proses pembelajaran
 Sistem pendidikan yang tidak menghargai keberagaman
 Kurangnya fleksibilitas dalam pembelajaran
 Kurangnya pengembnagan karakter dan etika
Penting untuk terus mengembangkan sistem pendidikan yang inklusif, mendukung, dan
mendorong perkembangan siswa secara menyeluruh, mengakui keunikan masing-masing
individu, dan mempersiapkan mereka untuk menghadapi tantangan di masa depan.
Sub Topik I: Pendidikan yang merdeka
Istilah "Pendidikan yang merdeka" mengacu pada pendekatan pendidikan yang
memberikan kebebasan, otonomi, dan pemahaman yang lebih luas kepada siswa. Konsep ini
menekankan pada pemberdayaan individu untuk menjadi pelajar yang aktif, kreatif, dan
mandiri. Beberapa ciri dari pendidikan yang merdeka melibatkan:
 Pembelajaran berbasis keterlibatan
 Fleksibilitas dalam metode pembelajaran
 Pembelajaran berbasis masalah
 Pengembangan kreativitas
 Pembelajaran kontekstual
 Keterlibatan orang tua dan masyarakat
 Otonomi guru
 Pendidikan inklusif
 Pengembnagan keterampilan hidup
 Pendidikan karater dan etika
Pendidikan yang merdeka memandang siswa sebagai individu yang unik, dan pendekatan
ini bertujuan untuk membekali mereka dengan keterampilan dan pengetahuan yang relevan
untuk menghadapi tantangan masa depan secara lebih mandiri dan kreatif.
Topik II: Dasar-dasar pendidikan Ki Hajar Dewantara
 Pendidikan yang menuntun artinya menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak agar
mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya baik sebagai
manusia maupun sebagai anggota Masyarakat
 Sistem among merupakan cara mendidik anak yang berlandaskan pada ing ngarso sung
tulodho (di depan memberi teladan), ing madya mangun karso (di tengah membangun
kehendak), tut wuri handayani (di belakang memberikan dorongan).
 Budi pekerti melatih anak untuk memiliki kesadaran diri yang utuh untuk menjadi dirinya
(kemerdekaan diri) dan kemerdekaan orang lain
 Kodrat alam dan kodrat zaman, Bila melihat dari kodrat zaman, pendidikan saat ini
menekankan pada kemampuan anak untuk memiliki Keterampilan Abad 21 sedangkan
dalam memaknai kodrat alam maka konteks lokal sosial budaya peserta didik.
Topik III: Identitas manusia Indonesia
Manusia Indonesia memiliki ciri khas yaitu keberagaman baik itu keberagaman budaya,
ras, suku, agama, kepercayaan, dan lain sebagainya akan disatukan oleh rasa nasionalisme
yang ada pada diri setiap manusia Indonesia. Nasionalisme yang ada pada diri manusia
Indonesia merupakan rasa cinta tanah air yang diwujudkan dalam sikap mementingkan tujuan
bersama di atas kepentingan pribadi, menghargai keanekaragaman atau bertoleransi, rasa
persaudaraan yang tinggi baik sesama pribumi maupun non pribumi, mencintai perdamaian
dan menyokong kemajuan negara.
Rasa nasionalisme itulah yang membentuk sikap khas dan unik manusia Indonesia
sehingga meskipun mereka berada di negara manapun tetap menjadi ciri diri Indonesia. Hal
ini juga menyebabakan manusia Indonesia memiliki pandangan ideologi yang sama yaitu
ideologi Pancasila sebagai pemersatu keberagaman yang ada, butir-butir Pancasila
dirumuskan memang dilandasi adanya keberagaman di Indonesia. Sehingga manusia
Indonesia berpedoman pada satu pemikiran ideologi yang sama yaitu ideologi Pancasila, dan
diikat oleh kebinekaan Tunggal ika.
Sehingga dapat disimpulkan ciri khas dan unik manusia Indonesia yaitu dapat menyatukan
keberagaman budaya, agama, kepercayaan, suku, ras, dan lain sebagainya dengan
menumbuhkan rasa nasionalisme yang ditunjukkan dengan pandangan ideologi Pancasila dan
menggunkan bahasa pemersatu yaitu bahasa Indonesia.
Pancasila sebagai Entitas dan Identitas Bangsa Indonesia dan perwujudan Profil
Pelajar Pancasila pada Pendidikan yang Berpihak pada Peserta Didik dalam
Pendidikan Abad ke-21.
A. Pancasila sebagai fondasi pendidikan Indonesia
Pendidikan dalam keluarga, masyarakat dan sekolah memiliki peran strategis untuk
melestarikan kesatuan bangsa dan mencegah perpecahan dan konflik horizontal. Untuk
melestarikan kesatuan dalam kebhinekaan budaya, agama dan kepercayaan, hidup toleran
saja tidak cukup dan kurang efektif untuk menjaga kehidupan bersama yang harmonis, adil
dan damai, melainkan perlu kesadaran akan kesamaan nilai-nilai moral yang berakar dari
keyakinan agama yang berbeda-beda untuk membangun kehidupan bersama yang adil,
bersaudara, berbelarasa dan damai.
B. Alasan pancasila sebagai fondasi pendidikan Indonesia
Pancasila memiliki peran yang sangat penting sebagai fondasi atau landasan dalam
sistem pendidikan Indonesia. Sejak masa kemerdekaan, Pancasila telah diterapkan dalam
berbagai aspek pendidikan untuk membentuk karakter warga negara Indonesia. Hal ini
dikarenakan pancasila sebagai identitas nasional, pancasila menekankan pada persatuan dan
kesatuan bangsa, mengandung nilai-nilai moral dan etika, mengakui dan menghormati
keanekaragaman budaya, menjunjung demorasi, mencakup prinsip gotong royong dan
keadilan, penghormatan terhadap hak asasi manusia.
C. Tujuan pancasila sebagai fondasi pendidikan Indonesia
Mengintegrasikan Pancasila dalam pendidikan bertujuan untuk menciptakan warga
negara yang memiliki identitas kebangsaan, moralitas, dan komitmen terhadap nilai-nilai
luhur. Fondasi ini diharapkan dapat memperkuat persatuan dan meningkatkan kualitas
manusia Indonesia dalam berbagai aspek kehidupan. Dengan menjadikan Pancasila sebagai
fondasi pendidikan, Indonesia berupaya menciptakan pendidikan yang tidak hanya
memberikan pengetahuan akademis, tetapi juga membentuk karakter, moral, dan sikap
positif yang sesuai dengan nilai-nilai dasar negara. Hal ini diharapkan dapat menciptakan
masyarakat yang adil, demokratis, dan berbudaya.
D. Profil Pelajar Pancasila
Profil pelajar Pancasila mencakup karakteristik dan sikap yang sesuai dengan nilai-nilai
Pancasila. Pendidikan yang berpihak pada Pancasila bertujuan untuk membentuk generasi
pelajar yang memiliki identitas kebangsaan, kemandirian, dan nilai-nilai moral yang kuat.
E. Implikasi Pancasila dalam Profil Pelajar Pancasila
Keterkaitan Pancasila dalam profil pelajar Pancasila terlihat melalui implementasi nilai-
nilai dan prinsip-prinsip Pancasila dalam karakteristik dan sikap-sikap yang diharapkan
dimiliki oleh pelajar. Berikut adalah keterkaitan Pancasila dalam profil pelajar Pancasila:
1. Keterkaitan dengan Sila Pertama - Ketuhanan Yang Maha Esa:
Pelajar Pancasila diharapkan memiliki rasa keagamaan dan kepercayaan kepada
Tuhan Yang Maha Esa. Mereka menghargai keberagaman keyakinan dan menghormati
hak setiap individu untuk beragama.
2. Keterkaitan dengan Sila Kedua - Kemanusiaan yang Adil dan Beradab:
Dalam profil pelajar Pancasila, keterkaitan dengan sila kedua terlihat melalui sikap
adil, penuh empati, dan beradab. Pelajar diharapkan dapat memahami perbedaan,
menghormati hak asasi manusia, dan bertindak adil terhadap sesama.
3. Keterkaitan dengan Sila Ketiga - Persatuan Indonesia:
Pelajar Pancasila diharapkan menjadi agen persatuan dan tidak terpolarisasi oleh
perbedaan suku, agama, ras, dan antargolongan. Mereka menciptakan lingkungan
sekolah yang harmonis dan mendukung semangat persatuan.
4. Keterkaitan dengan Sila Keempat - Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat
Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan:
Pelajar Pancasila diajarkan untuk berpartisipasi aktif dalam kehidupan demokrasi dan
musyawarah di sekolah. Mereka menghargai pentingnya keterlibatan semua pihak dalam
pengambilan keputusan.
5. Keterkaitan dengan Sila Kelima - Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat
Indonesia:
Sikap gotong royong, solidaritas, dan keadilan sosial tercermin dalam profil pelajar
Pancasila. Mereka sadar akan hak dan kewajiban mereka dalam membangun masyarakat
yang adil dan merata.
6. Keterkaitan dengan Nilai-nilai Gotong Royong:
Nilai-nilai gotong royong, saling membantu, dan kepedulian terhadap sesama
merupakan keterkaitan langsung dengan nilai-nilai Pancasila. Pelajar diharapkan menjadi
agen perubahan positif di lingkungan sekitarnya.
7. Keterkaitan dengan Pendidikan Karakter:
Pancasila menjadi landasan utama dalam pembentukan karakter pelajar. Keterkaitan
ini tercermin dalam usaha membentuk pribadi yang memiliki moralitas, integritas, dan
nilai-nilai positif.
8. Keterkaitan dengan Kemandirian dan Kreativitas:
Sikap kemandirian dan kreativitas pelajar Pancasila dapat dihubungkan dengan
semangat Sila Kedua, yang mengajarkan manusia untuk hidup adil dan beradab,
menghargai hak dan martabat manusia, dan saling membantu dalam kebaikan dan
kesejahteraan bersama.
9. Keterkaitan dengan Patriotisme dan Kesadaran Sosial:
Pelajar Pancasila ditanamkan dengan kesadaran sosial dan rasa patriotisme terhadap
bangsa Indonesia. Mereka diharapkan memiliki tanggung jawab terhadap masa depan
negara dan berkomitmen untuk berkontribusi pada pembangunan bangsa.
10. Keterkaitan dengan Etika Berkomunikasi dan Partisipasi Demokratis:
Sikap etika berkomunikasi dan partisipasi dalam proses demokrasi mencerminkan
keterkaitan dengan nilai-nilai Pancasila, terutama dalam Sila Keempat yang mengajarkan
pentingnya musyawarah dan perwakilan dalam pengambilan keputusan.
Keterkaitan ini menunjukkan bagaimana nilai-nilai dan prinsip Pancasila tidak hanya
diterapkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, tetapi juga menjadi bagian integral
dalam pembentukan karakter dan sikap pelajar Indonesia. Implementasi Pancasila dalam
pendidikan mengarah pada pembentukan individu yang berkualitas, memiliki identitas
nasional, dan mampu berkontribusi positif pada masyarakat dan negara.
KESIMPULAN
Pancasila sebagai Entitas dan Identitas Bangsa Indonesia dan perwujudan Profil
Pelajar Pancasila pada Pendidikan yang Berpihak pada Peserta Didik dalam
Pendidikan Abad ke-21.
Pancasila sebagai entitas dan identitas Bangsa Indonesia memainkan peran penting
dalam membentuk karakter dan kepribadian warga negara. Pendidikan yang berpihak pada
peserta didik dalam abad ke-21 seharusnya meresapi nilai-nilai Pancasila untuk membentuk
profil pelajar yang adaptif, kreatif, dan berkarakter.

Anda mungkin juga menyukai