Anda di halaman 1dari 9

Nama Farida

NIM 236101140127
Kelas Bahasa Indonesia
Alur Ruang Kolaborasi
Topik 4

KASUS 1:
Pak Budi merupakan guru Ekonomi. Hari ini pak Budi akan menyampaikan materi
mengenai kewirausahaan. Sekolah Pak Budi terletak di daerah dataran tinggi dan peserta
didik Pak Budi sebagian besar memiliki orang tua yang bermata pencaharian petani.
Bagaimana kegiatan dan tugas yang sebaiknya diberikan Pak Budi?
Diskusikanlah kasus tersebut dengan pendekatan Culturally Responsive Teaching!

JAWAB:

Prinsip pendekatan Culturally Responsive Teaching yaitu mengakomodir


keberagaman latar belakang kehidupan, lingkungan, budaya peserta didik sehingga
menghasilkan pembelajaran yang berpihak kepada peserta didik. Pembelajaran yang
berpihak artinya seluruh peserta didik merasakan kebermaknaan dalam belajar, merasa
terpenuhi kebutuhannya baik dalam penyerapan materi, perlakuan guru yang adil kepada
semua keberagaman latar belakang kehidupan, lingkungan, dan budaya peserta didik. Oleh
karena itu Pak Budi sebagai guru harus bersikap adil, penuh toleransi, menghargai
keberagaman peserta didik, dengan melakukan pendekatan, mencari informasi mengenai
latar belakang lingkungan, kehidupan, budaya peserta didik yang dapat dilakukan dengan
melakukan asesmen diagnostik non kognitif atau dengan melakukan strategi pendekatan
terhadap pengguna melalui tahapan design thinking (wawancara pengguna). Dengan
langkah awal ini Pak Budi dapat mengetahui keberagaman yang ada di kelasnya sehingga
Pak Budi dapat merancang kegiatan pembelajaran yang membuat peserta didik merasa
nyaman, aman, dan berpihak kepada peserta didik.

Oleh karena itu Pak Budi perlu merancang kegiatan pembelajaran yang
mengimplementasikan latar belakang budaya peserta didik yang sebagian besar bermata
pencaharian petani karena berasal dari lingkungan dataran tinggi ke dalam langkah-
langkah kegiatan pembelajaran, materi, dan evaluasi peserta didik. Hal yang dapat
dilakukan adalah dengan cara sebagai berikut.
1. Mengenal Latar Belakang Budaya Peserta Didik

Pak budi dapat melakukan asesmen diagnostik non kognitif dengan menyebarkan
angket pertanyaan yang menggali informasi tentang kegiatan orang tuanya, kegaiatan
anak saat di rumah, pekerjaan orang tuanya, aktivitas keluarganya, dll. Hal ini
dilakukan untuk memberikan pemahaman kepada guru mengaitkannya dengan materi
dan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan oleh peserta didik. Sehingga guru
dapat membuat langkah-langkah pembelajaran, materi, dan evalusai yang relevan
dengan kehidupan sehari-hari mereka dan latar belakang pekerjaan orang tua mereka.
2. Menyediakan Materi Pembelajaran tentang Pertanian

Guru menyediakan materi pembelajaran yang relevan dengan latar belakang


lingkungan peserta didik, seperti yang dialami oleh Pak Budi, maka Pak Budi dapat
menyediakan materi tentang pertanian, seperti halnya mengenalkan istilah dan bahasa
terkait pertanian dan kewirausahaan, menayangkan video tentang cara bertani yang
baik. Guru juga dapat memberikan contoh-contoh kewirausahaan mengenai produk
mentah maupun produk jadi dari pertanian dataran tinggi di sekitar lingkungan
mereka, kemudian dihubungkan dengan materi kewirausahaan yaitu bagaimana cara
memberdayakan hasil pertanian agar menjadi nilai jual yang lebih tinggi dengan
model-model penjualan yang lebih mengikuti zaman, pengelolaan hasil pertanian yang
lebih inovatif misalnya petani gandung yang dapat mengelola gandum menjadi
oatmeal dengan pasaran yang dapat menembus mancanegara. Dengan begitu peserta
didik akan lebih mudah dalam memahami apa dan bagaimana mengelola pertanian
menjadi usaha yang menguntungkan.
3. Mendorong Peserta Didik Mengeksplorasi Potensi Pertanian Daerahnya

Guru dapat meminta peserta didik menceritakan pekerjaan kedua orang tuanya,
kemudian aktivitas yang dilakukan saat di rumah, saat membantu orang tua, atau
budaya yang ada di daerahnya. Kemudian guru memberikan apresiasi terhadap cerita
yang disampaikan oleh peserta didik agar peserta didik merasa dihargai, percaya diri,
dan termotivasi untuk mempelajari tentang kebudyaannya. Dengan mendorong peserta
didik untuk mengeksplorasi potensi pertanian daerahnya, Pak Budi secara tidak
langsung memberikan ruang kepada peserta didik untuk berpikir kreatif sehingga dapat
menciptakan ide-ide wirausaha yang memanfaatkan pertanian datran tinggi. Peserta
didik diarahkan untuk mengeskplorasi hasil pertanian apa yang dihasilkan, bagaimana
lahan pertanian di lingkungan mereka, serta peluang produk yang memungkinkan
untuk dijual dari hasil pertanian mereka. Dengan demikian, peserta didik dapat melihat
peluang usaha di bidang pertanian.
4. Melakukan Kolaborasi dengan Komunitas Lokal

Guru memberikan pengalaman belajar yang kontekstual, selain melibatkan


kebudayaan, mata pencaharian yang ada di lingkungan sekitar mereka, juga melibatkan
kerjasama dengan masyarakat pelaku kegiatan tersebut. Pak Budi sebagai guru
bertindak memfasilitasi kerja sama dengan komunitas lokal. Misalnya, Pak Budi dapat
mengundang pelaku wirausaha yang mengubah hasil pertanian dataran tinggi menjadi
sebuah produk untuk dapat memberikan pengerhauan dan pengalamannya dalam
berwirausaha. Selain itu, dapat dilaksanakan outing class untuk berkunjung ke pabrik
di sekitar lingkungan mereka sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
Dengan demikian, informasi maupun ilmu yang didapatkan akan semakin luas, serta
peserta didik dapat memahami mengenai pertanian dan kewirausahaan.

Berikut adalah beberapa contoh kegiatan dan tugas yang dapat diberikan oleh
Pak Budi.
 Kegiatan

a) Peserta didik diminta untuk menceritakan pengalaman mereka tentang pertanian,


baik pengalaman langsung maupun pengalaman tidak langsung.
b) Peserta didik diminta untuk melakukan observasi di lingkungan sekitar mereka
untuk mengetahui jenis-jenis tanaman, hasil pertanian, dan produk pertanian yang
ada.

c) Sekolah mendatangkan pelaku wirausaha untuk membahas mengenai ilmu


pertanian dan kiat-kiat sukses beriwirausaha yang disesuikan dengan lingkungan
peserta didik, sementara itu, peserta didik membuat rangkuman dari hasil
presentasi pelaku wirausaha tersebut.
d) Peserta didik melakukan wawancara dengan orang tua mereka maupun petani lain
terkait hasil pertanian, pengelohan hasil produksi, dan pemasaran produk tersebut.
 Tugas

a. Peserta didik diminta untuk membuat video hasil wawancara mereka, mengenai
hasil pertanian, pengolahan hasil pertanian, dan pemasaran hasil produksi.
b. Peserta didik diminta untuk membuat proposal usaha pertania yang dapat
dijalankan di daerahnya.
c. Berdasarkan proposal usaha pertanian yang sudah dibuat, peserta didik dapat
merealisasikan proposal tersebut sehingga dapat menghasilkan suatu produk untuk
dipasarkan di kelas maupun di lingkungan sekolah.
Kegiatan dan tugas tersebut dapat membantu peserta didik untuk mengembangkan
keterampilan kewirausahaan mereka, serta dapat digunakan untuk melihat peluang usaha
di bidang pertanian yang sesuai dengan latar belakang budaya mereka. Selain itu, Pak Budi
juga perlu memperhatikan hal-hal berikut dalam menerapkan pendekatan Culturally
Responsive Teaching.
1. Membangun Hubungan yang Positif dengan Peserta Didik.

Hal ini dapat dilakukan dengan menunjukkan sikap hormat dan menghargai peserta
didik, seperti halnya mendengarkan pendapat mereka dengan saksama serta
memberikan umpan balik terhadap pendapat yang diberikan peserta didik.
2. Menyediakan Kesempatan Peserta Didik untuk Mengekspresikan

Dengan menyediakan kesempatan peserta didik dalam mengekspresikan pendapatnya,


dapat membantu peserta didik untuk merasa diterima dan dihargai. Dengan demikian,
peserta didik akan lebih semangat untuk melakukan kegiatan maupun projek yang akan
dilakukan.
3. Mendorong Peserta Didik untuk Bekerja Sama

Hal ini dapat membantu peserta didik untuk mengembangkan keterampulan sosual dan
emosional mereka. Dengan demikian, kemampuan mereka dalam berkolaborasi dapat
meningkat serta mereka juga dapat menghargai pendapat yang diungkapkan oleh
teman- teman mereka yang lain.

Dengan menerapkan pendekatan Culturally Responsive Teaching, Pak Budi dapat


menciptakan lingkungan belajar yang aman, nyaman, dan berpihak kepada peserta
didik. Lingkungan belajar yang demikian, dapat mebantu peserta didik untuk tumbuh
dan berkembang secara baik sesuai dengan kemampuan mereka.
KASUS 2:
Bonar adalah seorang siswa bersuku Batak yang berasal dari Sumatera. Saat memasuki
SMP, Bonar dan keluarganya pindah rumah ke daerah Cianjur. Sebagian besar siswa di
sekolah ini berasal dari suku Sunda. Bonar merasa kesulitan untuk beradaptasi karena
perbedaan budaya.
Diskusikanlah cara guru untuk menciptakan lingkungan belajar yang aman, nyaman, dan
berpihak pada peserta didik.
JAWAB:

Guru memiliki peran yang sangat penting dalam mengendalikan suasana pembelajaran,
membangun hubungan yang baik dengan peserta didik membuat suasana pembelajaran
menjadi lebih ramah, nyaman, dan terkendali. Artinya perlakuan guru kepada peserta didik
menentukan apakah peserta didik berterima dengan pembelajaran yang kita berikan atau
tidak, oleh karena itu guru perlu bersikap ramah, tidak memaksakan kesopnan dengan
tindakan yang mengekang misalny aharus salaman setiap bertemu atau setiap pagi,
melainkan cukup saling menyapa, saling senyum, dan komunikasi yang baik. Inilah
hakikatnya upaya guru dalam menciptakan lingkungan belajar yang aman, nyaman dan
berpihak pada peserta didik.

Peristiwa yang dialami oleh Bonar perlu mendapatkan perhatian khusus dari guru, guru
perlu melakukan pendekatan kepada peserta didikmya sehingga informasi tentang setiap
kesulitan yang dialami oleh peserta didik dapat diatasi dengan bijak. Adapun cara untuk
mengatasi kasus yang dialami oleh Bonar yaitu dengan menerapkan pendekatan Culturally
Responsive Teaching. Hal-hal yang dapat dilakukan untuk memberikan bantuan kepada
Bonar agar peserta didik dapat menyesuaikan diri dalam lingkungan sekolah yang
memiliki perbedaan budaya adalah sebagai berikut.
1. Membicarakan Kesulitan yang dialami Bonar dengan Orang Tuanya

Dengan mengundang orang tua Bonar ke sekolah dapat membantu guru dalam
memahami lebih lanjut kesulitan yang dialami oleh Bonar. Guru dapat menanyakan
bagaimana kebiasaan Bonar di rumah, maupun di sekolahnya yang dulu, serta
kesulitan yang dialami Bonar. Dengan demikian, guru bersama orang tua dapat
mencari solusi yang tepat.
2. Memberikan Pendidikan Multikultral

Guru dapat memulai dalam memperkenalkan konsep multikultural kepada peserta


didik sehingga dapat membantu peserta didik dalam memahami dan memberikan
toleransi terhadap keanekaragaman budaya. Hal yang dapat dilakukan seperti halnya
guru mengajak diskusi peserta didik mengenai budaya, tradisi, dan nilai-nilai dalam
budaya masing-masing peserta didik. Dengan demikian, peserta didik dapat mengenal
budaya satu sama lain.

3. Menciptakan Persahabatan yang Positif melalui Diskusi Kelompok

Kegiatan ini bertujuan untuk mendukung dalam membentuk maupun menjalin


persahabatan serta relasi yang kuat di antara peserta didik. Dengan melakukan kegiatan
ini, diharapkan akan memberikan kontribusi positif dan ketelibatan aktif yang
dilakukan oleh Bonar selama kegiatan berkelompok. Dengan demikian, mereka akan
menjalin komunikasi yang baik satu sama lain tanpa memandang perbedaan latar
belakang budaya maupun sosial.
4. Memberikan Dukungan kepada Bonar

Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan semangat dan motivasi kepada Bonar.
Guru juga dapat memberikan dukungan dengan memberikan bantuan kepada Bonar
dalam beradaptasi dengan lingkungan barunya.
5. Mencegah Perilaku Bullying atau Intimidasi

Pencegahan perilaku bullying atau intimidasi dapat dilakukan guru dengan cara
membangun dan mengarahkan peserta didik agar memiliki karakter yang lebih baik
seperti yang dicantumkan dalam kurikulum, serta dikaitkan dengan budaya dan nilai-
nilai yang berkembang di lingkungan mereka. Guru juga dapat mengundang ahli
psikolog maupun guru BK dalam memberikan pemahaman tentang dampak bullying
kepada peserta didik. Selain itu, guru juga dan peserta didik dapat membuat
kesepakatan kelas berisi aturan dan konsekuensi terhadap perliku bullying maupun
kegiatan yang lainnya secara tertulis yang disepakati oleh seluruh anggota kelas.
6. Memfasilitasi Kegiatan yang Dapat Membantu Bonar untuk Mengenal Budaya
Sunda
Hal ini dilakukan agar Bonar dapat lebih memajhami budaya Sunda, sehingga dia
dapat merasa lebih diterima di lingkungan barunya.Dengan melakukan kegiatan
tersebut, guru dapat membantu Bonar untuk beradaptasi dengan lingkungan barunya
sehingga Bonar dapat tumbuh dan berkembang secara baik.
KASUS 3:
Saya memiliki pengalaman yang tidak menyenangkan saat berkuliah di luar kota. Saya
berasal dari daerah Madura yang berkuliah di Kota Surabaya. Waktu itu saya masih
belum mengenal budaya Surabaya, baik itu dari bahasa yang mereka gunakan yaitu bahasa
Jawa, kemudian cara mereka bersosialisasi. Pada satu acara pementasan seni jurusan saya
ditunjuk oleh kakak tingkat untuk menjadi panitia penyelenggara, kemudian saat saya
menjadi panitia acara tersebut saya selalu menggunakan bahasa Indonesia saat berkomunikasi
dengan teman-teman yang lain. Kemudian saat acara sudah selesai saya mendapatkan
evaluasi dari teman-teman yang lain karena terkadang tidak bisa menjalankan tugas dengan
baik akibat tidak memahami bahasa yang mereka gunakan yaitu bahasa Jawa, saya merasa
tidak adil dalam hal ini karena mereka seharusnya bisa mengerti kalau saya bukan berasal
dari Surabay dan say amengusahakan untuk melaksanakan tanggung jawab dengan maksimal.
Dari peristiwa ini saya semangat untuk belajar bahasa Jawa, saya meminta bantuan kepada
teman sekamar saya untuk mengajari saya bahasa Jawa, secara pelan-pelan saya mulai
memahami bahasa Jawa dan bisa menggunakan bahasa Jawa.
Dari peristiwa ini saya belajar untuk menghargai teman , peserta didik, atau orang disekitar
saya yang berasal dari daerah berbeda dari saya. Sehingga saat berkenalan dengan orang baru
dan mengetahui asal daerah mereka secara otomatis saya langsung menggunakan bahasa
Inodnesia apabila mereka berbeda daerah dengan saya agar komunikasi tetap terjaga.

Anda mungkin juga menyukai