Anda di halaman 1dari 6

Kedokteran okupasi atau dikenal juga dengan istilah ilmu kesehatan kerja adalah

cabang kedokteran klinis yang berfokus pada identifikasi dan pengelolaan risiko
kesehatan yang mungkin dihadapi seseorang di tempat kerjanya. Diperuntukkan
bagi perusahaan atau badan usaha dengan karyawan mereka, dan berfokus pada
pencegahan, evaluasi, diagnosis, pengobatan dan rehabilitasi masalah kesehatan
yang mungkin dialami di tempat kerja. Ini juga menjamin bahwa perusahaan
mematuhi undang-undang tentang keselamatan kerja.

Kedokteran klinis merupakan cabang sains kedokteran yang mempelajari dan


mempraktikkan berbagai pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk memulihkan kesehatan dengan
cara mencegah dan mengobati penyakit pada individu pasien

Kedokteran komunitas (community medicine) adalah cabang kedokteran yang memusatkan


perhatian kepada kesehatan anggota-anggota komunitas, dengan menekankan diagnosis dini
penyakit, memperhatikan faktor-faktor yang membahayakan (hazard) kesehatan yang berasal dari
lingkungan dan pekerjaan, serta pencegahan penyakit pada komunitas (The Free Dictionary, 2010).
Kedokteran komunitas memberikan perhatian tidak hanya kepada anggota komunitas yang sakit
tetapi juga anggota komunitas yang sehat. Sebab tujuan utama kedokteran komunitas adalah
mencegah penyakit dan meningkatkan kesehatan anggota-anggota komunitas. Karena menekankan
upaya pencegahan penyakit, maka kedokteran komunitas kadang-kadang disebut juga kedokteran
pencegahan (preventive medicine). Kedokteran komunitas memberikan pelayanan komprehensif
dari preventif, promotif, kuratif hingga rehabilitatif.

Semua kegiatan kedokteran okupasi tersebut ditujukan untuk melindungi,


memelihara, dan meningkatkan derajat kesehatan pekerja. Derajat kesehatan yang
optimal memberikan kontribusi bagi kinerja perusahaan, seperti produktivitas, laba
(profitability), dan kelangsungan hidup (survival) (Segal, 1999). Peningkatan derajat
kesehatan pekerja akan meningkatkan produktivitas laba, dan kelangsungan hidup
perusahaan.

Pengertian (Definisi) Tempat Kerja menurut Undang-


Undang No 1 Tahun 1970
Ialah tiap ruangan atau lapangan baik terbuka atau tertutup, bergerak maupun menetap
dimana terdapat tenaga kerja yang bekerja atau sering dimasuki orang bekerja untuk
keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya sebagaimana
diperinci sebagai berikut :

1. Tempat kerja baik di darat, di permukaan air, di dalam tanah, di dalam air maupun di
udara yang berada di wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia.
2. Tempat kerja dimana dibuat, dicoba, dipakai atau yang menggunakan mesin, pesawat,
alat, perkakas, peralatan ataupun instalasi berbahaya atau dapat menimbulkan
kecelakaan, kebakaran ataupun peledakan.
3. Dibuat, diolah, digunakan, dijual, diangkut ataupun disimpan bahan atau barang yang
dapat meledak, mudah terbakar, menggigit, beracun, menimbulkan infeksi, ataupun
bersuhu tinggi.
4. Dikerjakan pembangunan (konstruksi), perbaikan, perawatan, pembersihan ataupun
pembongkaran rumah, gedung atau bangunan lainnya termasuk bangunan pengairan,
saluran atau terowongan bawah tanah, dsb atau dimana dilakukan pekerjaan
persiapan.
5. Dilakukan usaha pertanian, perkebunan, pembukaan hutan, pengerjaan hutan,
pengolahan kayu ataupun hasil hutan lainnya, peternakan, perikanan dan lapangan
kesehatan.
6. Dilakukan usaha pertambangan dan pengolahan emas, perak, logam ataupun bijih
logam lainnya, batu-batuan, gas, minyak ataupun mineral lainnya baik di permukaan
maupun di dalam bumi ataupun di dasar perairan.
7. Dilakukan pengangkutan barang, binatang ataupun manusia baik di darat, melalui
terowongan, di permukaan air, di dalam air maupun di udara.
8. Dikerjakan bongkar muat barang muatan pada kapal, perahu, dermaga, dok, stasiun,
ataupun gudang.
9. Dilakukan penyelaman, pengambilan benda ataupun pekerjaan lain di dalam air.
10. Dilakukan pekerjaan dalam ketinggian di atas permukaan tanah ataupun perairan.
11. Dilakukan pekerjaan dalam ketinggian di atas permukaan tanah atau perairan.
12. Dilakukan pekerjaan di bawah tekanan udara ataupun suhu udara yang tinggi ataupun
rendah.
13. Dilakukan pekerjaan yang mengandung bahaya tertimbun tanah, kejatuhan benda,
terkena lemparan benda, terjatuh ataupun terperosok, hanyut ataupun terlempar.
14. Dilakukan pekerjaan dalam tangki, sumur ataupun lubang.
15. Termasuk tempat kerja ialah semua ruangan, lapangan, halaman dan sekelilingnya
yang merupakan bagian-bagian (yang berhubungan) dengan tempat kerja tersebut.

Pengertian (definisi) tempat kerja menurut OHSAS


18001:2007
Ialah lokasi manapun yang berkaitan dengan aktivitas kerja di bawah kendali organisasi
(perusahaan).

Hazard disini adalah segala bentuk kegiatan (task), pekerjaan (job), benda/alat yang
dipergunakan (tools), serta lingkungan sekitar tempat kerja (environtment) yang dapat
berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja, baik berupa incident maupun accident pada
pekerjanya.

Terdapat jenis bahaya (hazard) sebagai konsep, yaitu:

1. Bahaya Mekanik (Biomechaical hazards)

Merupakan bahaya yang berasal dari benda-benda bergerak, benda-benda tajam,


benda yang berukuran lebih besar dan berat yang dapat menimbulkan risiko pada
pekerja seperti tersayat, tertusuk, terjepit, terhimpit, terpotong, tertabrak dan
sebagainya.

2. Bahaya Fisik (Physical hazards)


Merupakan hazard yang berasal dari segala energi yang jumlahnya lebih besar dari
kemampuan diri pekerja menerimanya. Energi berlebih ini banyak berasal dari alat-
alat kerja yang ada disekitan tempat kita bekerja. Contohnya bising yang dapat berasal
dari penggunaan alat bersuara tinggi (seperti speaker, mesin las, bahkan suara knalpot
yang sudah dimodifikasi juga termasuk dalam bahaya fisik), sehingga nantinya
pekerja tersebut berpotensi terjadi tuli; getaran yang dapat berasal dari benda
bergetaran tinggi seperti mesin pembolong jalan, truk-truk besar,dsb, dimana dapat
berpotensi kemandulan pada pria, rusaknya jaringan syaraf tepi, bahkan hingga
lumpuh; energi listrik, radiasi ion dan non-ion, suhu ekstrim, dan sebagainya.

3. Bahaya Kimia (Chemical hazards)

Merupakan bahaya yang berasal dari bahan-bahan kimia, baik yang berbentuk padat,
cair, maupun gas. Contohnya merkuri, alkohol dan turunannya, timbal, dll (intinya
semua bahan kimia yang ada di tabel periodik. Masih ingat kan?..). Potensi risiko
gangguan yang dapat muncul pada kesehatan dan keselamatan pekerja bervariasi
sesuai dengan jenis bahan kimia yang terpajan pada diri pekerja, seperti merkuri dapat
berisiko rusaknya syaraf bahkan hingga ke otak sehingga lama-kelamaan tubuh
menjadi selalu bergetar tanpa henti (seperti fenomena kasus itai-itai di Jepang).
Bahaya dan risiko dari semua bahan kimia ini dapat dilihat penjelasannya di MSDS
(material safety data sheet) yang selalu tercantum disemua kemasan bahan kimia tsb.
Risiko dari penggunaan bahan kimia ini tidak hanya pada kesehatan saja tetapi juga
kecelakaan seperti ledakan, kebakaran, dll

4. Bahaya Biologi (Biological hazards)

Merupakan bahaya yang berasal dari hewan-hewan atau mikroorganisme tak kasat
mata yang berada disekitaran tempat kerja dan dapat masuk kedalam tubuh tanpa kita
ketahui sehingga banyak penanganannya dilakukan setelah pekerja terinfeksi. Contoh:
bisa ular, berbagai macam virus dan bakteri, dll

5. Bahaya Psikososial (Psychosocial hazards)

Atau ada beberapa ahli menyebutnya sebagai bahaya dalam pengorganisasian


pekerjaan, merupakan bahaya yang berasal dari konflik batin dengan lingkungan yang
ada di tempat kerja, baik itu dengan rekan kerja maupun dengan fasilitas yang ada
dilingkungan kerja dimana krmudian dapat membuat seseorang mengalami stress
hingga efek-efek buruk lainnya dari stress. Contohnya: aksi bullying, kata-kata kasar
dari rekan kerja, tekanan dan himpitan pekerjaan, deadline pekerjaan yang tidak
masuk akal, persaingan kerja tidak sehat, kerjaan yang monoton, jenjang karir tidak
bagus, alat bantu kerja yang tidak memadai, dll
6. Bahaya Ergonomi (Ergonomic Hazards)

Merupakan bahaya yang berasal dari adanya ketidaksesuaian desain kerja (job,
task, environtment) dengan kapasitas tubuh pekerja sehingga menimbulkan rasa tidak
nyaman di tubuh, pegal-pegal, sakit pada otot, tulang dan sendi, dll. Contohnya,
gerakan repetitif (berulang-ulang) seperti membungkuk-berdiri-membungkuk, durasi
dan frekuensi bekerja melebihi batas, bekerja dengan postur tubuh yang janggal
seperti berputar di area pinggang, menunduk, pekerjaan yang mebutuhkan
menjangkau terlalu tinggi, mengangkat beban berat, statis duduk dipan komputer
dalam waktu lama, dll

Identifikasi bahaya yang dilaksanakan memperhatikan faktor-faktor bahaya sebagai berikut :

1. Biologi (jamur, virus, bakteri, mikroorganisme, tanaman, binatang).


2. Kimia (bahan/material/gas/uap/debu/cairan beracun, berbahaya, mudah
meledak/menyala/terbakar, korosif, iritan, bertekanan, reaktif, radioaktif, oksidator,
penyebab kanker, bahaya pernafasan, membahayakan lingkungan, dsb).
3. Fisik/Mekanik (infrastruktur, mesin/alat/perlengkapan/kendaraan/alat berat,
ketinggian, tekanan, suhu, ruang terbatas/terkurung, cahaya, listrik, radiasi,
kebisingan, getaran dan ventilasi).
4. Biomekanik (postur/posisi kerja, pengangkutan manual, gerakan berulang serta
ergonomi tempat kerja/alat/mesin).
5. Psikis/Sosial (berlebihnya beban kerja, komunikasi, pengendalian manajemen,
lingkungan sosial tempat kerja, kekerasan dan intimidasi).
6. Dampak Lingkungan (air, tanah, udara, ambien, sumber daya energi, sumber daya
alam, flora dan fauna).

Penilaian resiko menggunakan pendekatan metode matriks resiko yang relatif sederhana serta
mudah digunakan, diterapkan dan menyajikan representasi visual di dalamnya.

Pengendalian resiko didasarkan pada hierarki sebagai berikut :

1. Eliminasi (menghilangkan sumber/aktivitas berbahaya).


2. Substitusi (mengganti sumber/alat/mesin/bahan/material/aktivitas/area yang lebih
aman).
3. Perancangan (modifikasi/instalasi sumber/alat/mesin/bahan/material/aktivitas/area
supaya menjadi aman).
4. Administrasi (penerapan prosedur/aturan kerja, pelatihan dan pengendalian visual di
tempat kerja).
5. Alat Pelindung Diri (penyediaan alat pelindung diri bagi tenaga kerja dengan paparan
bahaya/resiko tinggi).

Menentukan diagnosis klinis

Dalam mendiagnosis suatu penyakit harus melalui beberapa tahapan yaitu:

 Anamnesis, yang terdiri dari keluhan utama, riwayat perjalanan penyakit saat ini,
riwayat penyakit keluarga, riwayat penyakit dahulu, dan riwayat reproduksi wanita
ditanyakan kepada pasien secara lengkap dan mendetail. Suatu anamnesis dapat
dilakukan secara autoanamnesis (secara langsung pada pasien) atau pada keluarga,
teman kerja dll (alloanamnesis).
 Pemeriksaan fisik, dilakukan untuk menentukan kelainan suatu sistem atau organ
tubuh dengan menggunakan 4 cara yaitu inspeksi (melihat), palpasi (meraba), perkusi
(mengetuk) dan auskultasi ( mendengar menggunakan alat stetoskop). Pemeriksaan
fisik khusus juga dilakukan pemeriksaan tanda vital seperti nadi, pernafasan, tekanan
darah, suhu tubuh, status gizi dan tingkat kesadaran juga diperiksa secara detail.
 Pemeriksaan penunjang, juga dilakuakn untuk memperkuat diagnosis yang dihasilkan
dari pemeriksaan fisik. Pemeriksaan penunjang yang dilakukan dapat berupa
pemeriksaan laboratorium (darah, urin, feses dll) spirometri, audiometri, rontgen,
USG, EKG dll.

Menentukan Pajanan

Merupakan faktor risiko atau bahaya yang ada di tempat kerja. Bahaya potensial yang dapat
menyebabkan PAK dibagi menjadi :

Faktor Fisik

 Kebisingan (>85db)
 Suhu panas
 Suhu dingin
 Radiasi bukan pengion yang termasuk didalamnya adalah gelombang mikro, infra red,
medan listrik , dll
 Getaran lokal
 Getaran seluruh tubuh
 Ketinggian

Faktor Kimia

 Debu anorganik (contoh debu silika, debu semen, dll)


 Debu organik seperti kapas, textil, gandum
 Asap
 Bahan kimia berbahaya seperti logam berta, pelarut organik, iritan asam/basa,
pestisida, uap logam, dan cairan pembersih seperti amonia, klor, kaporit dll.

Faktor Biologi

 Bakteri / virus/ jamur/ parasit


 Darah dan cairan tubuh lain
 Nyamuk / serangga lainnya
 Limbah / kotoran manusia atau hewan

Faktor Ergonomi

 Gerakan berulang dengan tangan


 Angkat / angkut berat
 Duduk lama > 4 jam terus menerus
 Berdiri lama > 4 jam terus menerus
 Posisi tubuh tidak ergonomis
 Pencahayaan tidak sesuai
 Bekerja dengan layar/ monitor 4 jam / lebih dalam sehari

Faktor Psikososial

 Beban kerja yang tidak sesuai dengan waktu dan jumlah pekerjaan
 Pekerjaan tidak sesuai dengan penegtahuan dan keterampilan
 Ketidakjelasan tugas
 Hambatan jenajang karir
 Bekerja gilir (shift)
 Konflik dengan teman sekerja
 Konflik dalam keluarga

Menentukan hubungan antara pajanan dengan penyakit

Menentukan hubungan antara pajanan dengan penyakit dapat dilakukan berdasarkan evidence
based dan ditunjang dengan bukti yang ada.

Menentukan besarnya pajanan

Penentuan besarnya pajanan dapat dilakukan secara kuantitatif dengan melihat data
pengukuran lingkungan dan masa kerja atau secara kualitatif dengan mengamati cara kerja
pekerja.

Menentukan faktor peranan individu

Peranan individu yang dimaksud adalah faktor yang mempercepat terjadinya penyakit akibat
kerja atau juga menurunkan kemungkinan penyakit akibat hubungan kerja yang seperti
genetik atau juga kurang tertib dalam menggunakan Alat Pelindung Diri (APD).

Menentukan faktor lain diluar pekerjaan

Faktor lain yang dimaksud adakah pajanan selain di tempat kerja, faktor gaya hidup yang
dapat menunjang terjadinya penyakit dll.

Menentukan diagnosis Penyakit Akibat Kerja (PAK)

Melalui beberapa tahapan diatas dapat dibuktikan bahwa minimal ada satu faktor pekerjaan
yang berperan sebagai penyebab penyakit yang termasuk kategori PAK.

Anda mungkin juga menyukai