Anda di halaman 1dari 72

I.

ALAT-ALAT GAMBAR
Untuk mencapat tujuan menggambar yang baik, yaitu memenuhi standar
ISO. Utntuk mencapai standar tersebut kita membutuhkan alat-alat yang
mendukung atau menunjang. Alat-alat yang dipakai dalam menggambar
teknik mesin antara lain :
1) Kertas gambar yang standar
2) Pensil, pena dan rapido
3) Jangka dan kelengkapannya
4) Macam-macam mistar ( mistar segitiga, mistar T, dll)’
5) Mal busur (kurva)
6) Mal huruf angka
7) Meja gambar dan kelengkapannya
8) Penghapus dan pelindung penghapus

II. STANDARDISASI
II.1 Pengertian dan fungsi standar
Orang-orang yang terkait dalam bidang gambar teknik mesin antara lain
para siswa yang sedang belajar dalam bidang teknik mesin, perencanaan
produk, operator-operator ( mesin, perakitan, service, dan reparasi), juga
mengontrol mutu dari suatu produk/mesin. Oleh karena itu, supaya tidak
terjadi kesalah pahaman dalam membaca dan membuat gambar, perlunya
dibuat suatu tentang standar. Standar tersebut merupakan suatu
keanekaragaman yang berfungsi untuk menghindari salah pengertian
dalam komunikasi teknik.

Adapun beberapa standar yang digunakan oleh beberap negara antara


lain :
 Jepang ( JIS),
 Belanda (NEN),
 Jerman (DIN),
 Indonesia (SII), dan
 Standar internasional (ISO).

1
II.2 Standar Ukuran Kertas Gambar.
Standar ukuran kertas gambar digunakan di beebrapa negara,
sebagaimana dikenal dengan seri A. Ukuran dasar = 1 meter persegi dan
perbandingan sisi 1:2 dengan ukuran 841 mm dan 1189 mm. Ukuran ini
dikenal sebagai A0 ( A-nol )
Ukuran lainnya didapat dengan membagi dua A 0 menjadi ukuran yang
lebih dan kecil seperti terlihat pda gb. 2-1

Gb. 2-1. Pembagian Ukuran kertas

Kertas gambar dapat dipergunakan dengan arah memanjang (y) dan lebar
(x).
Ukuran-ukuran standar kertas (table 2-1).
UKURAN KERTAS X Y
A0 841 1189
A1 594 841
A2 420 594
A3 420 297
A4 210 297
A5 148 210

Tabel 2-1. Ukuran Kertas

2
Setiap kartas gambar mempunyai garis tepi, 20 mm sisi sebelah kanan
untuk semua ukuran kertas. Gb. 2-2 dan teble 2-2
Pada setiap gambar, terdapat “kepala gambar” pada sudut kanan bawah
yang terdiri atas :
 Nama pembuat gambar
 Nama gambar
 Nama perusahaan, intansi, departemen atau sekolah
 Nomor gambar
 Tanggal mengambar atau selesainya gambar
 Tanggal diperiksanya gambar dan nama yang memeriksa
 Ukuran kertas gambar yang dipakai
 Skala gambar
 Proyeksi yang dipakai pada gambar tersebut
 Satuan ukuran yang digunakan
 Berbagai data yang diperlukan untuk kelengkapan gambar.

Ada beberapa tipe kepala gambar yang dapt digunakan, Gb. 2-3 dan Gb 2-4
adalah salah satu bentuk etiket.

Gb.2-2. Garis tepi

3
Ukuran kertas C
A0 15
A1 15
A2 10
A3 10
A4 5

Tabel 2-2. Ukuran garis tepi

Gb.2-3. Etiket
II.3 Standar Huruf Teknik.
Huruf dan gambar harus jelas, dan dapat direproduksikan dengan lengan
atau sablon. Sekarang banyak metode untuk penulisan huruf, tetapi masih
banyak yang mempergunakan tangan dan kadang-kadang teknisi bekerja
diluar ruang gambar, yang harus membuat gambar kerja, untuk itu
diperlukan latihan menulis huruf freehand.
Standar bentuk huruf, tegak dan miring (15 0) terhadap garis vertical (lihat
gb 2-5).

4
Gb 2-4. Bentuk huruf

Tinggi huruf / baris 3,5 5 7 10 14 mm


Jarak antara garis 5 7 10 14 20 mm
Jarak antara huruf 0,7 1 1,4 2 2,8 mm
Tinggi huruf kecil 2,5 3,5 5 7 10 mm
Tebal huruf 0,35 0,5 0,7 1 1,4 mm

Tabel.2-3. Ukuran huruf

5
Lembar Kerja 1-1
Lengkapi huruf pada gambar dibawah ini (gambar 1 sampai 4). Kerjakan
masing-masing di kertas A4 posisi tegak

Gambar 1

6
Gambar 2

7
Gambar 3

8
Gambar 4

9
II.4. Standar Garis - Lukisan
Salah satu dari faktor-faktor yang penting dalam gambar yang baik adalah
mutu dari pada garis lukisan. Sangatlah penting bahwa semua garis harus seragam
ketebalan dan kehitamannya .
Contoh Garis Jenis Garis A4 , A3 , A2 A1 , A 0
A
Garis tebal 0,5 0,7

B
Garis tipis 0.25 0,35

C
Garis tipis (bebas)

D Garis tipis (putus-


0,25 0,35
putus)
E Garis tipis (strip
titik)
F Garis strip titik-
strip tebalpada 0,5 / 0,25 0,7 / 0,35
ujung - ujungnya
G Garis tebal (strip
0,5 0,7
titik)

Tabel 2-4. Garis (ISO – Draft)

Gb.2-5. Penggunan garis (ISO-Draft)

10
Macam Garis Dipakai Untuk :
- Garis benda yang langsung terlihat ( tidak terhalang )
A
- Garis tepi / bingkai kertas gambar
- Garis penunjuk dan garis Bantu ukuran benda
- Garis arsiran
- Garis penunjukan nomor benda
B - Garis luar benda yang berdekatan
- Garis dasar ulir
- Garis batas benda menyudut ≥ 900 dan radius atau garis
sambungan antara pipa
- Garis batas benda yang terpotong dan tidak tepat di garis
sumbu / simetris
C
- Garis batas potong benda yang diperpendek (ditengah-
tengah atau ujung).
D - Garis dari benda yang tidak langsung terlihat / terhalang
- Garis sumbu
- Garis tanda simetri
- Garis profil benda yang berada di depan bidang potong
- Garis benda bergerak yang dinyatakan pada kedudukan
E lain atau posisi jarak yang dicapai
- Garis lingkaran jarak roda didi (Pitch Cricle)
- Garis kombinasi benda yang ditekuk dengan panjang
sebenarnya
- Garis batas untuk di tekuk dari bentangan / rebahan
- Garis pemotong, untuk menunjukan arah permukaan
F yang di potong (bila terjadi perubahan arah, garis tebal
dipergunakan pula pada sudut penyimpangannya
- Garis untuk menunjukan permukaan yang akan mendapat
G
pengerjaan tambahan atau persyaratan khusus.

Tabel.2-5. Fungsi Garis

11
II.5. Standar Skala
Gambar kerja harus digambar dengan ukuran sebenarnya sama dengan
skala 1 : 1, tetapi beberapa objek terlalu kecil, sehingga harus perbesar
dan sebaliknya objek terlalu besar sehingga harus diperkecil.
Kadang-kadang pada gambar teknik mesin kita harus menggambar detil,
dalam hal ini kita pergunakan skala perbesar untuk mendapatkan
ketetapan penggambaran mudah untuk dibaca.

Standar skala metrik :


a. Ukuran normal 1:1
b. Pembesar 2 : 1, 5 : 1, 10 : 1
c. Mengecil 1 : 2, 1 : 5, 1 : 10

Pembagian antara ukuran gambar dan ukuran sebenarnya disebut “


Representative Friction (R.F)

RF =

12
III. KONTRUKSI GEOMETRI

1. Membagi garis sama panjang

Gb.3-1. Membagi garis sama panjang

Caranya :
1. gambarkan garis A-B (sembarang) !

13
2. lingkarkan jangka dengan jari-jari r1, dengan titik A sebagai pusatnya
3. dengan tidak merubh jangka (r1 = r2), lingkaran r2 tersebut dengan titik
pusat di B, sehingga berpotongan di C dan D !
4. tarik garis tipis dari C ke D hingga memotong garis A-B di E, sehingga
AE = EB !

2. Membagi garis menjadi n bagian sama besar

Gb.3-2. Membagi garis menjadi n bagian sama besar

Caranya :
1) misalkan n = 15 bagian sama besar
2) tentukan garis AB dan gambarkan
3) tarik garis pertolongan dari titik A ke bawah dengan sudut sembarang
4) tentukan jangka dengan jari-jari r = A-1
5) buatlah garis batas dengan jangka yang mempunyai jari-jari r
tersebut dengan titik pusat berturut-turut A-1,2,3,….,… dampai
dengan 14
6) hubungkan titik B denga 15 ( sebagai garis penutup )
7) buatlah garis sejajar ( menggunakan mistar sat pasang) misalnya
1,2,3,…, dan seterusnya yang sejajar dengan garis penutup, hingga
didapat perpotongan garis di C,D,E, dan seterusnya. Diperoleh AC =
CD = DE = EF = FG dan seterusnya.

14
3. Membagi sudut sama besar

Gb.3-3. Membagi sudut sama besar


Caranya :
1) Buat sudut BAC yang akan dibagi dua sama basar
2) Tentukan r1 dengan jangka dan lingkaran dengan titik pusat di A,
hingga memotong garis AB di D dan E,
3) Tentukan r2 (sembarang) dan lingkarkan dengan titik pusat di D dan
E, sehingga berpotongan di F
4) Hubungkan garis dari titik A ke titik F

4. Membagi sudut menjadi tiga bagian

15
Gb.3-4. Membagi sudut menjadi tiga bagian

Caranya :
1) gambarkan sudut BAC yang akan dibagi sudutnya menjadi tiga
bagian sama besar
2) perpanjang AC ke kiri sebagian garis pertolongan
3) tentukan r1 (sembarang) dan lingakaran dan titik pusat di A hingga
berpotongan di E, D, dan F
4) tentukan r2 = 2.r1 dan lingkarkan dari titik pusat E dan F hingga
berpotongan di G
5) titik garis Bantu dari D je G hingga berpotongan di H
6) bagi tiga panjang H-E hingga didapat 1’ dan 2’
7) tarik garis dari G ke 1’ dan G ke 2’ hingga didapat I dan J pada
lingkaran
8) hubungkan I dan J dengan A, hingga didapat 3 sudut sama besar

5. Memindahkan sudut

16
Gb.3-5. Memindahkan sudut

Caranya :
1) pindahkan garis OA ke O’A’
2) tentukan r1 (sembarang ) dan putarkan busur tersebut dengan titik
pusat O hingga berpotongan di D dan C pada garis OA dan OB
3) putarkan r1 dengan titik pusat O’
4) ukur dengan jangka, CD = r2
5) pindahkan r2 dan lingkaran busur dengan titik pusat di P hingga
berpotongan di Q
6) hubungkan O’ dengan Q, diperoleh sudut AOB = A’O’B’

6. Membuat sudut 600

Gb.3-6. Membuat sudut 600


Caranya :
1) tentukan garis OA mendatar

17
2) tentukan r (sembrang) dan lingkarkan busur dengan titik pusat di O
3) pindahkan jangka yang berjari-jari r (tidak diubah) dengan titik pusat
di B hingga berpotongan di C
4) hubungkan O dengan C. diperoleh sudut AOC = 600

7. Membuat sudut 300

Gb.3-7. Membuat sudut 300

Caranya :
1) Buat garis OA mendatar
2) Tentukan jari-jari r dan lingakarkan dengan titik pusat di O hingga
berpotongan di B
3) Pindahkan titik pusatnya ke B hingga berporongan di C
4) Pindahkan kembali titik pusat ke B dan C hingga berpotongan di E
5) Hubungkan O dengan E hingga didapat AOE mempunyai sudut 30o

8. Membuat sudut 900

18
Gb.3-8. Membuat sudut 900
Cara 1 :
1) tarik garis OA dan panjang ke kiri
2) tentukan r1 dan lingkarkan dengan titik pusat di O hingga
berpotongan di B dan C
3) Tentukan r2 (sembarang) dan lingkarkan dengan titik pusat di B dan C
hingga berpotongan
4) Hubungan O dengan D maka sudut AOD = 900

Cara 2 :
1) tarik garis OA mendatar
2) tentukan r (sembarang) dan lingkarkan dengan titik pusat di O hingga
berpotongan di B
3) pindahkan lingkarkan yang berjari-jari r ke titik pusat B dan
berpotongan di C
4) pindahkan kembali ke titik pusat c dan berpotongan di D
5) putarkan kembali dengan titik pusat di D dan C hingga berpotongan
di E
6) hubungkan O dengan E maka sudut AOE = 90 0

9. Membuat sudut 450

19
Gb.3-9. Membuat sudut 450

Caranya :
1) buat garis OA mendatar dan perpanjangan ke kiri
2) tentukan r1 dan lingkarkan dengan titik pusat di O hingga
berpotongan di B dan C
3) tentukan r (sembarang) dan berputar dengan titik pusat di B dan C
hingga berpotongan di D
4) tarik garis bantu dari O ke D hingga berpotongan dengan busur
lingkaran r1 di E
5) tentukan r2 (sembarang) dan lingkarkan dengan titik pusat di B dan E
hingga berpotongan di F
6) hubungkan O dengan F sehingga di dapat sudut AOF = 450

10. Membuat segiempat beraturan

Caranya :
1) tarik garis sumbu AB (mendatar)
2) lingkarkan jangka dengan r = ½
sisi segi empat yang dikehendaki
(lingkaran bertitik pusat di O)

20
3) lingkarkan busur dengan jari-jari R (sembarang) dan bertitik pusat di
A dan B, sehingga didapat titik C dan D
4) hubungkan C dan D melalui O (sehingga didapat sumbu tegak),
memotong lingkaran di E dan F
5) tarik garis sejajar EF melalui A
dan B, sehingga berpotongan di
titik G, H, I dan J.

11. Segilima beraturan

Gb.3-11. Segilima beraturan

Caranya :
1) lingkarkan jangka yang berjari-jari r1 dengan titik pusat di O
2) tarik garis sumbu mendatar melalui O hingga berpotongan dengan
lingkaran di A dan B
3) lingkarkan jangka yang berjari-jari r dengan titik pusat di A dan B
hingga berpotongan di C
4) tarik garis dari O ke C hingga memotong lingkaran di G
5) lingkaran jangka yang berjari-jari r1 dari titik pusat B, hingga
memotong lingkaran di titik D dan E; lalu hubungkan d dengan E
hingga memotongsumbu AB di titik F

21
6) ukurkan jangka dari F ke G (r 2 = FG) dan lingkarkan r2 tersebut
dengan titik pusat di F hingga memotong sumbu AB di H
7) ukur GH dengan jangka (GH = r3) ini merupakan sisi segilima
beraturan
8) pindahkan r3 berturut-turut dengan titik pusat di I, J, K dan L
9) hubungkan G dengan I, I dengan J, J dengan E,E dengan L, dan L
dengan G, sehingga didapat segilima beraturan

12. Segienam beraturan

Gb.3-12. Segienam beraturan


Caranya :
1) tentukan jari-jari r dan lingkarkan dengan titik pusat di O
2) tarik garis sumbu mendatar melalui O hingga berpotongan dengan
lingkaran di A dan B
3) lingkarkan jangka yang berjari-jari r tadi (tidak dirubah) dengan titik
pusat di A dan titik pusat di B, sehingga didapat titik potong dengan
lingkaran di C, D, E, dan F
4) hubungkan A dengan D, D dengan e, E dengan B, B dengan F, F
dengan C, dan C dengan A, sehingga didapat segienam beraturan

13. Segitujuh beraturan

22
Gb.3-13. Segitujuh beraturan
Caranya :
1) tentukan jari-jari r1 dan lingkarkan dengan titik puast di O
2) tarik garis mendatar (sumbu) melalui O sehingga didapat titik potong
A dan B
3) buat garis tegak lurus AB melalui O hingga berpotongan di P dan
perpanjangan ke atas
4) dengan cara lukisan, garis AB dibagi tujuh bagian sama besar,
sehingga didapat 1’, 2’, 3’, 4’, 5’, 6’, dan 7’
5) ukur dengan jangka dari A ke 1’ (A1’ = r 2) dan lingkarkan r2 tersebut
dengan titik pusat di O hingga berpotongan dengan perpanjangan AB
di E
6) ukur dengan jangka dari O ke E (OE = r 3) dan lingkarkan r3 tersebut
dengan titik pusat di O hingga memotong garis perpanjangan OP di G
7) tarik garis dari E ke G hingga memotong lingkaran di titik H
8) ukur dengan jangka dari H ke 3’, ini merupakan sisi segi tujuh
9) pindahkan s = H-3’ ke P-Q, Q-R, R-S, S-T, T-U, dan seterunya
hingga didapat segitujuh beraturan

23
14. Segi-n beraturan

Gb.3-14. Segi-n beraturan


Untuk membuat segi-n beraturan dengan cara pendekatan, dapat
dilakukan/dilukiskan seperti cara melukis segitujuh beraturan;
perbedaannya hanya terletak dalam pembagian garis tengahnya , yaitu
garis tengahnya dibagi dalam n bagian sama besar. Misalnya untuk segi-
11, maka garis tengahnya dibagi menjadi 11 bagian. Sedangkan untuk
menentukan panjang sisi r selalu diambil jarak dari 3’ ke titik H pada
gambar segi-7 atau titik F pada contoh segi-n = 11 untuk gambar berikut.
Untuk membuat segi-n beraturan ini, selain dapat dilukis dengan
menentukan lingkaran pembantu terlebih dulu, dapat juga dilukis dengan
menentukan panjang sisi segi-n terlebih dahulu.

24
15. Busur singgung luar

Gb.3-15. Busur singgung luar


Caranya :
1) buat lingkaran dengan jari-jari r1, dengan titik pusat di A
2) buat lingkaran dengan jari-jari r2, dengan titik pusat diB
3) tentukan panjang jari-jari r yang akan menyinggung kedua lingkaran
tersebut atau r = CD
4) perpanjang CD kekanan, sehingga memotong DE = r1 dan DF = r2
5) tentukan panjang R1 = CD + DE = CE (pada gambar bawah)
6) tentukan panjang R2 = r + r2 dengan r2 = DF pada gambar bawah
sehingga R2 = DF
7) lingkarkan R1 dengan titik pusat pusat di titik A
8) lingkarkan R2 dengan titik pusat di B maka busur lingkaran
berpotongan dengan busur lingkaran yang jari-jari R1 di titik P dan di
titik Q
9) tarik garis dari titik A ke titik P hingga berpotongan denga lingkaran
yang berjari-jari r1, di titik R dan S

25
10) tarik garis dari B ke titik A ke titik P hingga berpotogan dengan
lingkaran yang berjari-jari r2 di titik T dan titik U
11) titik R, S, T dan U merupakan titik singgung untuk busur lingkaran
yang berjari-jari r
12) lingkarkan busur lingkaran dengan jari-jari r dan titik pusatnya di P,
dan di Q , sehingga didapat busur lingkaran yang menyinggung
kedua tersebut di titik R, S, T dan U

16. Busur singgung dalam

Gb.3-16. Busur singgung dalam


Sebelum melukis busur singgung dalam, harus menentukan dulu panjang
jari-jari yang kaan menyinggung kedua lingkaran tersebut, Caranya :
1) buat garis sumbu untuk kedua lingkaran denga titik pusat di A dan di
B
2) buat lingkaran dengan jari-jari r1 dan berpusat di B
3) buat lingkaran dengan jari-jari r2 dan berpusat di A
4) tentukan panjang jari-jari R = CD pada gambar bawah
5) tentukan panjang jari-jari R1 = R – r1 = CE
6) tentukan panjang jari-jari R2 = R – r2 = CF

26
7) lingkarkan R1 dengan titik pusat di B dan R 2 dengan titik pusat di A
hingga kedua busur berpotongan di titik G dan H
8) tarik garis dari titik A ke titik G dan H, dan perpanjangan hingga
memotong lingkaran yang berjari-jari r2 di titik I dan J
9) tarik garis dari titik B ke G dan H hingga memotong lingkaran yang
berjari-jari r1 di titik K dan L
10) lingkarkan busur lingkaran yang berjari-jari R dengan titik pusat di G
dan H hingga didapat busur yang menyinggung kedua lingkaran di
titik I, J, K, dan L

17. Busur singgung luar dan dalam

Gb.3-17. Busur singgung luar dan dalam


Caranya :
a. untuk busur singgung luar
1) tentukan titik pusat lingkaran O dan P (hubungkan)
2) buat lingkaran dengan jari-jari r1 dengan titik pusat di P
3) buat lingkaran dengan jari-jari r2 dengan titik pusat di O
4) tentukan jari-jari lingkaran singgung luar (Rs1)
5) tentukan R1 = Rs1 – r1 dan R1 = AC
6) lingkarkan R1 dengan titik pusat di P
7) tentukan R2 = Rs1 – r2 dan R2 = AD

27
8) lingkarkan busur dengan jari-jari R2 dengan titik pusat di O hingga
memotong busur lingkaran yang berjari-jari R1 di titik Q
9) tarik garis dari Q melalui titik pusat kedua lingkaran hingga
memotong lingkaran di titik R san S
10) lingkaran jangka yang ebrjari-jari Rs1 dengan titik pusat di Q
hingga menyinggung kedua llingkaran di titik R dan S

b. Untuk busur singgung dalam


1) tentukan jari-jari Rs2 = EF dan perpanjang kekanan
2) pindahkan r1 ke perpanjangan EF hingga memotong di G dan R 3 =
EG
3) lingkarkan jangka yang berjari-jari R3 dengan titik pusat di P
4) pindahkan r2 ke perpanjangan EF hingga memotong di H dan
tentukan R4 = Rs2 + r2
5) lingkarkan R4 dengan titik pusat di O hingga memotong busur
yang berjari-jari R3 di titik T
6) tarik garis di T ke titik pusat kedua lingkaran (o dan P) hingga
memotong kedua titik U dan V
7) lingkarkan jangka dengan jari-jari Rs2 hingga menyinggung kedua
lingkaran di titik U dan T

18. Garis singgung

28
Gb.3-18. Garis singgung
Untuk membuat garis singgung yang melalui titik pada suatu lingkaran
dapat dilakukan dengan cara lukisan (gambar) sebagai berikut :
1) tentukan titik P dan buat lingkaran berjari-jari r dan titik pusatnya di P
2) tentukan titik S pada lingkaran
3) dengan tidak merubah jangka yang berjari-jari r tersebut lingkarkan
jangka dengan titik pusat di titik S hingga berpotongan dengan
lingkaran di T
4) hubungkan titik P dengan T dan perpanjang
5) pindahkan jangka yang berjari-jari r tadi ke titik pusat T, hingga
memotong P, S dan U pada perpanjangan garis PT
6) hubungkan S dengan U hingga didapat garis SU tegak lurus PS
perpanjangan garis SU merupakan garis singgung lingkaran di titik S

19. Garis singgung luar

29
Gb.3-19. Garis singgung luar
Untuk melukis garis yang menyinggung dua lingkaran di bagian luar, dapat
dikerjakan dengan langkah sebagai berikut:
1) buat lingkaran dengan jari-jari r1 dan titik pusatnya di A
2) buat lingkaran dengan jari-jari r2 dan titik pusatnya di B
3) tarik garis sumbu AB
4) buat lingkaran dengan jari-jari r3 = r1 – r2 bertitik pusat di A
5) lingkarkan busur dengan jari-jiri sembarang, dengan titik pusat di A
dan di B, hingag busurnya berpotongan di R dan S
6) tarik garis dari R ke S hingga berpotongan dengan sumbu mendatar
di titik T(AT = BT)
7) buat lingkaran dengan jari-jari r5 dengan titik pusat di T, hingga
memotong lingkaran yang berjari-jari r3 di titik D dan D
8) tarik garis dari A ke C, hingga memotong lingkaran yang berjari-jari r 1
di E
9) tarik garis sejajar AE melalui titik B, hingga berpotongan dengan
lingkaran yang berjari-jari r2 di titik F
10) tarik garis dari C ke B dan buat garis EF sejajar BC, maka EF
merupakan garis singgung luar
11) perpanjang AD, hingga memotong lingkaran yang berjari-jari r1 di G

30
12) tarik garis sejajar AG melalui B, hingga memotong lingkaran yang
berjari-jari r2 di H
13) tarik garis BD dan buat garis EF sejajar BD, sehingga didapat garis
singgung yang diminta

20. Garis singgung dalam

Gb.3-20. Garis singgung dalam


Untuk melukis garis singgung dalam, sama halnya dengan melukis garis
singgung luar, hanya perbedaannya disini adalah r3 = r1 + r2. untuk
jelasnya perhatikan langkah-langkah berikut:
1) buat garis sumbu untuk kedua lingkaran dengan titik pusat di A dan di
B
2) buat garis sumbu berjari-jari r1, dengan titik pusat di A
3) buat lingkaran yang berjari-jari r2, dengan titik pusat di B
4) dengan tidak merubah jari-jari r3, pindahkan titik pusat A, hingga
memotong lingkaran yang berjari-jari r3 di titik D dan E
5) tarik garis dari D ke E, hingga memotong sumbu AB di titik c (AC =
BC)
6) buat lingkaran dengan jari-jari AC dan titik pusatnya di C, hingga
memotong lingkaran yang berjari-jari r3 di titik D dan E

31
7) buat gari sejajar BD melalui titik G, hingga memotong lingkaran r 1 di
F. FG adalah garis singgung dalam
8) buat garis sejajar BE melalui I, hingga didapatkan titik H
9) buat garis tegak lurus FG dan IH melalui titik pusat A, maka
terbentuklah garis singgung dalam yand diminta.

Lembar Kerja 3-1


Petunjuk :

32
1) pelajari tentang memindahkan sudut serta membuat sudut 60 0, 450, 900,
150 dan 1050 dengan menggunakan jangka ( tidak menggunakan busur
derajat)
2) gambarkan lukisan sudut tersebut pada kertas gambar A4 tegak dengan
pembagian ruangan (layout) seperti gambar berikut !

Keterangan :
Ruang 1 untuk gambar pemindahan sudut dari A ke B
Ruang 2 untuk lukisan sudut 600
Ruang 3 untuk lukisan sudut 900
Ruang 4 untuk lukisan sudut 450
Ruang 5 untuk lukisan sudut 150
Ruang 6 untuk lukisan sudut 1050
Lembar Kerja 3-2
Petunjuk :

33
1) Pelajari tentang : membuat segiempat beraturan, segilima beraturan,
segienam beraturan, dan segitujuh beraturan!
2) Gambarkan segi beraturan tersebut lingkaran dasar yang mempunyai
diameter 60 mm!
3) Gambar dibuat pada kertas gambar ukuran A4 tegak dengan layout
sebagai berikut:

Keterangan :
Ruang 1 untuk lukisan segiempat beraturan
Ruang 2 untuk lukisan seglima beraturan
Ruang 3 untuk lukisan segienam beraturan
Ruang 4 untuk lukisan segitujuh beraturan
Lembar kerja 3-3
Petunjuk :

34
1) Pelajari tentang membuat segi-n beraturan
2) Gambarkan segi-13 beraturan dengan lingkaran dasar mempunyai jari-jari
60 mm
3) Gambar dibuat pada kertas gambar A4 tegak dengan layout seperti
gambar berikut:

Lembar Kerja 3-4


Petunjuk :

35
1) Pelajari tentang membuat busur singgung dalam dan busur luar
2) Gambarkan busur singgung dalam dan busur singgung luar tersebut pada
kertas gambar ukuran A4 tegak dengan ketentuan seperti terlihat pada
gambar berikut :

Keteragan :
Ruang 1 untuk busur singgung dalam
Ruang 2 untuk busur singgung luar

Lembar Kerja 3-5


Petunjuk :

36
1) Pelajari tentang membuat garis singgung luar dan garis sunggung luar
2) Buatlah garis singgung dalam dan garis singgung luar tersebut pada
kertas gambar A4 tegak dengan ketentuan seperti terlihat pada gambar
berikut :

Keterangan :
Ruang 1 untuk garis singgung luar
Ruang 2 untuk garis singgung dalam
IV. PRINSIP-PRINSIP PROYEKSI ORTHOGRAFIK

37
Daftar harus menggamabr bagian yang memenuhi gambar tiga dimensi
(lebar, panjang dan tinggi) ada tas gambar
Penggambaran sisimatis adalah dengan menggambarkan benda tersebut
dengan tiga pandangan, yaitu : pandangan depan, pandangan samping
dan pandangan atas, yang disusun pada kertas gambar untuk
memberikan informasi-informasi yang diperlukan.
Benda diproyeksikan dari beberapa muka. Tipe gambar demikian disebut “
proyeksi orthografik “.
Orthografik diambil dari kata yunani dan berasal dari kata :
1. orthos yang berarti lutus, benar atau tegak lurus
2. grafikus yang berarti menulis, menggambarkan dan garis
perlu dicatat bahwa proyeksi disebut orthografik, bila “ semua garis
proyreksi sejajar terhadap satu sama lain dan tegak lurus terhadap bidang
dimana benda tersebut diproyeksikan “
prinsip proyeksi orthografik dapat dilakukan pada sistim kuadran (Gb. 4-1)

Gb.4-1. Prisnsip proyeksi ortografik

38
yang dipakai adalah kuadran satu dan kuadran tiga dengan istilah first
angle projection (sistim eropa) dan third engle projection (system amerika).
IV.1 Simbol proyeksi sistim internasional (ISO)
Penggunaan kedua sistim proyeksi dalam gambar teknik, memerlukan
pemakaian symbol, untuk mencegah kesalahan. ISO menyarankan
symbol untuk kedua sistim proyeksi seperti gb. 4-2

Sistim Eropa Sistim Amerika


Gb.4-2. Simbol-simbol proyeksi

IV.2 First angle projection (sistim eropa)


Pada proyeksi sistim eropa, semua pandangan diperoyeksikan pada
bidang dibelakang benda, dan benda diproyeksikan di kuadran Satu

Gb.4-3. Proyeksi eropa

Bentang dan posisi pandangan pada bidang datar dapat dilihat pada gb 4-
4

39
Gb. 4-4. Pandangan proyeksi eropa
A = pandangan depan
B = pandangan atas
C = pandangan samping
A,B dan C adalah pandangan utama

IV.3 Third angle projection (sistim amerika)


Dalam proyeksi amerika, pro. (gb. 4-5)

Gb.4-5. Proyeksi amerika

40
Bentangan dan posisi pandangan pada bidang datar dapat dilihat pada gb.
4-6

Gb.4-6. Pandangan proyeksi amerika

A = pandangan depan
B = pandangan atas
C = pandangan samping
A,B dan C adalah pandangan utama

41
Lembar Kerja 4-1
Ubahlah dibawah ini kedalam proyeksi Eropa dan proyeksi Amerika . Masing-
masing pada kertas gambar A4 tegak.
Nama gambar :
1) PROYEKSI AMERIKA
2) PROYEKSI EROPA

42
IV. VISUALISASI

V.1 Persepektif
a. Paralel (satu titik hilang)

Gb.5-1. Presepektif paralel

b. Menyudut (dua titik hilang)

Gb. 5-2. Presepektif menyudut

43
c. Oblique (tiga titik hilang)

Gb.5-3. Presepektif Obilique


V.2 Isometrik

Gb.5-4. Isometri
Proyeksi isometri memiliki ciri-ciri yaitu :
a. Ciri-ciri pada sumbu
- Sumbu x dan sumbu y mempunyai sudut 30 0 terhasap garis
mendatar

44
- Sudut antara sumbu satu dengan sumbu lain1200

b. Ciri-ciri pada ukuran


Panjang gambar pada masing-masing sumbu sama dengan panjang
benda yang digambarnya.

V.3 Dimetrik
Isometri
Gb.5-5. Dimetrik
Proyeksi dimetri memiliki ketentuan-ketentuan yaitu :
- sumbu utamanya mempunyai sudut : = 70 dan = 400
- perbandingan skala ukuran pada sumbu x = 1 : 1, pada sumbu y = 1 : 2,
pada sumbu z = 1 : 1.

V.4 Miring

Gb.5-6. miring

Pada proyeksi miring, sumbu x berimpitan dengan garis


horizontal/mendatar dan sumbu y mempunyai sudut 45 0 dengan garis
mendatar. Skala ukuran untuk proyeksi miring ini sama dengan skala pada
proyeksi dimetri, yaitu skala pada sumbu x = 1 : 1, pada sumbu y = 1 : 2,
dan skala pada sumbu z = 1 : 1.

Lembar Kerja 5-1

Bautlah gambar dibawah ini (gambar 1) dengan proyeksi isometeri, dengan


kedudukan :
1) normal !

45
2) terbalik !
3) horizontal !
- masing-masing pada kertas gambar A4 tegak.
- Lengkap dengan ukurannya.

Nama gambar :
3) ISOMETRIS (NORMAL)
4) ISOMETRIS (TERBALIK)
5) ISOMETRIS (HORIZONTAL)

Gambar 1

Lembar Kerja 5-2


Salin gambar dibawah ini (gambar 2 dan 3) dengan proyeksi dimetris, dengan
skala 1:1. gambar dibuat pada kertas A4 tegak
Nama gambar : PROYEKSI DIMETRIS

46
Gambar 2

Gambar 3

Lembar Kerja 5-3


Salin gambar dibawah ini ((gambar 4 dan 5) dengan skala 1:1 pda kertas A 4
tegak (gambar dengan proyeksi miring)
Nama Gambar : PROYEKSI MIRING

47
Gambar 4

Gambar 5

V. PENUNJUKAN UKURAN
Untuk keseragaman, penunjukan ukuran diberikan dalam satuan metric
dan gambar diberikan dalam proyeksi eropa.

48
1. Prinsip-prinsip.
- Semua penujukan ukuran yang harus dinyatakan dalam gambar adalah
ukuran –ukuran dari benda yang dianggap sudah selesai dikerjakan
- Penunjukan ukuran harus diletakkan pada gambar yang ada
hubungannya dengan pendangan depan yang terlihat jelas, bukan
yang terhalang
- Jika memungkinkan, semua penunjukan ukuran diletakkan diluar garis
benda, agar mudah dibaca dan cepat dimengerti
- Fungsi dimensions (F). adalah ukuran yang mempunyai fungsi untuk
pertimbangan pemasangan (assembly)
- Non fungsi dimensions (NF). Adalah ukuran yang tidak mempunyai
fungsi dalam pemsangan (assembly)
- Auxiliary dimesions (Aux). adalah ukuran pembantu diberikan tanpa
toleransi, fungsinya hanya sebagai informasi.

Gb.6-1. Penunjukan ukuran

2. Letak-letak ukuran
Pada kedudukan mendatar, semua angka ukuran harus diletakkan dits
garis penujunkan, dengan memutar kertas gambar 90 0 searah jarum jam.
(gb. 6-2)

49
Gb.6-2. Letak-letak ukuran

3. Garis pembantu penunjukan ukuran, tanda panah, huruf/angka


- Garis penunjukan ukuran dihubungkan diantara garis pembantu yang
masing-masing di gambarkan dengan garis tipis.
- Angka-angka ukuran diletakkan kira-kira ditengah-tengah garis
penujukan, dan besarnya disesuaikan dengan besar gambar benda
- Gambar kepala panah digambar sampai pada garis pembantu dan
besarnya disesuaikan dengan tebal garis benda.

Gb.6-3. Bentuk tanda panah

50
4. Penunjukan ukuran dengan satuan yang berbeda.

Gb.6-4. Penunjuk ukuran dengan satuan yang berbeda

5. Letak garis penunjukan ukuran


Jika mungkin, garis penunjukan ukuran jangan sampai memotong garis
pembantu. Jadi singkatnya ukuran yang lebih panjang dicantukan semakin
menjauh gambar benda.

Salah benar
Gb.6-5. Letak garis penunjuk ukuran

6. Penunjukan ukuran jarak lubang


Jarak lubang kita gambarkan dengan menarik perpotongan sumbu lubang
terhadap sumbu lubang atau terhadap sisi patokan

51
Benar salah
Gb.6-6. Penujukan ukuran pada lobang

7. Penunjukan ukuran ulir


Penunjukan ukuran ulir, baik ulir luar maupun dalam dicantumkan pada
diameter tersebtu garis ulir

Gb.6-7. Penujukan ukuran ulir

8. Ukuran pembantu
Bila ukuran panjang benda bukan ukuran pembantu, salah satu jarak yang
ada tidak perlu diberikan atau diberikan sebagai ukuran pembantu
dinyatakan dalam kurung. Gb. 6-8

Gb.6-8. Ukuran pembantu

52
9. Penunjukan ukuran pada sudut yang beradius dan diluruskan

Gb.6-9. Penunjukan radius yang diluruskan

10. Perpanjangan garis penunjukan ukuran


Garis ukuran harus ditarik tegak lurus terhadap bidang yang akan
ditujukan ukurannya, atau ditarik miring tetapi sejajar satu sama lain.

Gb.6-10. Perpanjang garis penunjang ukuran

11. Penunjukan busur

Gb.6-11. Penunjukan busur

12. Penunjukan benda simetris


Pada benda-benda simetris penunjukan ukuran dapat diberikan seperti
pada Gb. 6-13 dengan menambahkan tanda sismetris

Gb.6-12. Penunjukan benda simetris

53
13. Penunjukan radius
Bila pusat busur/radius berada diluar ruang yang tersedia, garis ukuran
radius dapat dipotong atau diperpendek (dalam hal ini letak radius tidak
diperlukan).Gb. 6-14

Gb.6-13. Penujukan radius

14. Titik sebagai pengganti anak panah


Pada kasus ini seperti pada Gb. 6-15 titik dipakai sebagai pengganti anak
panah.

Gb.6-14. Titik sebagai pengganti anak panah

15. Ukuran bagian yang tidak pada skala sebenarnya dan angka ditunjukan
pada perpanjangan garis penunjukan ukuran

Gb.6-15. Ukuran bagian yang tidak pada skala

54
16. Peletakan angka ukuran
GB. 6-16 a untuk ukuran linier dan Gb. 6-16b untuk ukuran sudut. Dalam
hal ini tertentu ukuran sudut diberikan seperti Gb. 6-16c

Gb.6-16. Peletakan angka ukuran

17. Penambahan huruf dan symbol


a. Untuk penunjukan diameter,symbol ( ) diletakkan didepan angka
ukuran (Gb. 6-17)

Gb.6-17. Untuk penujukan diameter

b. Penunjukan radius dengan huruf R

Gb.6-18. Penujukan radius dengan huruf R

55
c. Penunjukan segiempat, symbol ( )

Gb.6-20. Penunjukan segiemat

d. Penunjukan radius dan diameter bola

Gb.6-21. Penunjukan radius dan diameter bola

Bila perlu, untuk menghindarikan pengulangan ukuran yang sama


dapat digunakan table atau catatan

Gb.6-22. Tabel pembeda ukuran yang sama

56
18. Penunjukan khusus
Bila dikehendaki penunjukkan permukaan yang akan dikerjakan lagi
ukuran tertentu, digunakan garis G. (SIO Draft) dengan penunjukan
ukuran.

Gb.6-23. Penunjukan khusus

19. Susunan ukuran


a. Ukuran berantai
Ukuran berantai hanya dipergunakan bila penambahan toleransi tidak
mempengaruhi fungsidari bagian tersebut.

Gb.6-24. Sususna ukuran berantai

57
b. Ukuran kombinasi

Gb.6-25. Ukuran kombinasi

c. Ukuran dengan koordinat


Penunjukan ukuran dengan koordinat kadang-kadang dapat diganti
dengan sistim table

Gb.6-26. Ukuran dengan koordinat

d. Chamfers
Penunjukan chamfer yang bersudut 450 seperti Gb. 6-27a dan di luar
450 (missal 300 ) seperti Gb. 6-27b.

Gb.6-27. Chamfers

58
e. Ukuran yang sama
Bila ukuran dibagi beberapa bagian yang sama, dapat digambarkan
seperti Gb. 6-28

Gb.6-28. Penunjukan ukuran yang sama

f. Penunjukan jarak yang sama


Bila penunjukan jarak yang sama atau beraturan, dapat digambarkan
seperti Gb. 6-29a. Untuk menghilangkan kekeliruan antara jarak dan
jumlah jarak, digambarkan seperti Gb. 6-29b

Gb.6-29. Penunjukan jarak yang sama

g. Gambar susunan (assembling)


Bila beberap bagian digambar dalam susunan, penunjukan ukuran
yang berhubungan dengan masing-masing bagi sedapat mungkin
harus dipisahkan.

59
20. Simbol konus

Gb.6-30. Simbol Konus

21. Penunjukan ukuran konus

Gb.6-31. Penunjukan ukuran konus

60
Lembar Kerja 6-1
Gambarlah gambar dibawah ini dan berikan penunjuk ukuran dengan sistim
penunjukan berantai.

1.

2.

61
VII. PRINSIP-PRINSIP PEMOTONGAN
VII.1 Pemotongan
Benda kadang-kadang mempunyai detail bagian dalam seperti lubang,
celah yang sukar ditunjukan kecuali dengan garis strip. Kasus ini akan
sukar dibaca pada gambar kerja. Bila kita bayangkan benda dipotong
dengan bidang potong, maka detail bagian dalam dapat diperlihatkan
dengan jelas. Bidang potong biasanya sejajar dengan bidang proyeksi

Gb.7-1. Pemotongan

62
Kemungkinan-kemungkinan pemotongan
1. Pemotongan penuh

Gb.7-2. Pemotongan penuh

2. Pemotongan setengah

Gb.7 -3. Pemotongan setengah

3. Pemotongan sebagian

Gb.7-4. Pemotongan sebagian

63
VII.2 Penunjukan Pemotongan
Bidang ditunjukan dengan garis rantai, dengan strip tebal pada ujungnya
dan ditunjukan dengan penuh

Perubahan arah dari bidang potong ditunjukan dengan strip tebal

Gb.7-5. Penunjukan pemotongan

Bidang potong tidak harus digambar, bila mulai sumbu

Gb.7-6. Penunjukan pemotongan bila memalui sumbu

Pada kasus tertentu, bagian yang terletak di belakang bidang potong tidak
perlu digambar. Pada prinsipnya, baut, poros, tulang penguat tidak boleh
dipotong pada arah memanjang.

64
VII.3 Garis Arsir
Pada arsiran digunakan untuk menujukkan penampang terpotong.
Digambarkan dengan garis tipis dengan sudut 45 0 terhadap penampang
utama benda

Gb.7-7. Garis arsir

Bagian yang terpisah yang dipotong pada satu komponen diarsir dengan
garis arsir yang sama. Garis arsir komponen lain yang berdekatan diarsir
dengan garis arsir yang berlawanan arah Gb. 7-8

Gb.7-8. pengarsiaran 2 benda yang berdekatan

Jarak garis arsir, dipilih dengan perbandingan yang sesuai dengan lurus
bidang yang akan diarsir. Untuk bidang yang luas garis arsir boleh dibuat
seperti Gb. 7-9

65
Gb.7-9. Pengersiran bidang luas
Bila pemotongan pada bagian yang sama pada satu bidang yang sejajar
(berdampingan), garis arsir dibuat denga jarak yang sama (spasi) tetapi
tidak bersambung.

Gb.7-10. Pegarsiran tidak bersambung

Garis arsir dikosongkan untuk penunjukan ukuran (huruf atau angka)


apabila tidak mungkin menunjukan hal tersebut diluar benda.

Gb.7-11. Penunjukan ukuran pada benda yang diarsir

1. Pemotong benda tipis


pemotong benda tipis dapt digambarkan dengan menghitamkan
penampang yang terpotong

Gb.7-12. Pemotongan tipis

2. Contoh-contoh garis arsir untuk macam-macam bahan

digunakan untuk arsiran pada bahan baja, besi


tuang, kuningan, almunium, perunggu

66
digunakan untuk arsiran pada bahan timah,
seng, dsb

digunakan untuk rsiran pada material isolator,


materian buatan.

digunakan untuk arsiran pada bahan btu,


keramik dsb

Gb.7-13. Macam-macam garis arsiran

3. Pemotongan pada satu bidang


a. pemotong pada satu bidang

Gb.7-14. Pemotongan pada satu bidang

67
b. Pemotongan pada dua bidang sejajar

Gb.7-15. Pemotongan pada dua bidang sejajar

c. Pemotongan pada tiga bidang potong yang berdekatan

68
Gb.7-16. Pemotongan tiga bidang berdekatan
d. Pemotongan pada dua bidang yang berpotongan, satu bidang
terlihat diputar pada bidang proyeksi yang sama

Gb.7-17. Pemotongan pada dua bidang yang berpotongan

4. Pemotong yang berputar pada tempatnya (Gb. 7-18a). dan pemotong


yang dipindah (GB. 7-18b). dalam kasus yang pertama, garis penampang
pemotong digambar dengan garis tipis berlanjut.

69
A b

Gb. 7-18. Pemotongan yang berputar pada tempatnya

5. Pemotong setengah
Bagian-bagian yang simetris boleh digambar dengan pemotong tidak
penuh (setengah).

Gb.7-19. Pemotongan setengah

6. Pemotong sebagian
Bila tidak diperlukan pemotong penuh ataupun pemotongan setengah,
benda boleh dipotong dengan pemotongan sebagian

70
Gb.7-20. Pemotongan sebagian

7. Penampang pemotong yang berturut-turut


Bila tidak ada tempat, potong yang berturut-turut tidak dapat disusun

Gb.7-21. Penampang pemotong yang berturut-turut

71
DAFTAR PUSTAKA

Yogaswara, Eka. Drs, Gambar Teknik Dasar jilid 1, armico, bandung,1999

Menggambar Teknik jilid 1, bandung 1984

72

Anda mungkin juga menyukai