Anda di halaman 1dari 13

TANGGAP DARURAT

TERHADAP KONDISI
INSIDEN UNIT
Setiap unit kerja yang memiliki lingkungan yang
kompleks tentunya tidak bisa terhindarkan dari risiko
atau bahaya. Resiko tersebut bisa saja berasal dari
bencana alam atau bahkan berasal dari kegiatan
manusia itu sendiri. Di sinilah kemudian membutuhkan
peran penting mitigasi kecelakan, K3 (Keselamatan dan
Kesehatan Kerja), ataupun prosedur evakuasi
kecelakaan di tempat kerja.

Maka dari itu, sebuah perusahaan haruslah


merencanakan dan menerapkan prosedur evakuasi
tanggap darurat bagi para pekerjanya. Hal ini tentunya
sangat penting. Terlebih lagi jika perusahaan tersebut
memiliki banyak karyawan. Dengan begitu, perusahaan
dan manajemennya harus tanggap terhadap kondisi
darurat ataupun kecelakaan kerja yang dapat sewaktu-
waktu terjadi.
Pengertian Bahaya dan Risiko

Risiko adalah kombinasi atau akumulasi dari


Bahaya adalah keadaan/sifat dari suatu
potensi berbahaya/kemungkinan kejadian
bahan, cara kerja suatu alat, cara berkerja,
berpotensi bahaya serta paparan dengan
dan atau lingkungan kerja yang dapat
keparahan dari cidera atau gangguan
menimbulkan potensi kecelakaan, kerusakan
kesehatan yang disebabkan oleh kejadian
asset/harta benda. Penyakit Akibat Kerja
atau paparan tersebut (OHSAS 18001, 2019).
(PAK) atau bahkan hilangnya suatu nyawa
Risiko juga merupakan kemungkinan
manusia (Santoso Gempur, 2004). Dasar
kecelakaan (kerusakan pada alat atau proses,
bahaya di bagi menjadi tiga (3) kelompok
cedera pada manusia, dan lingkungan sekitar)
utama yaitu, bahaya lingkungan, bahaya
dan dapat dikatakan juga bahwa risiko
kesehatan, dan bahaya kemanan
adalah penyebab terhadap bahaya.
DEFINISI KEADAAN DARURAT

Keadaan darurat adalah suatu kejadian yang tidak


diinginkan di dalam daerah unit itu sendiri yang
disebabkan oleh suatu kejadian dari dalam/luar
(seperti kebakaran minyak, bocoran gas, kegagalan
tenaga atau bahaya-bahaya lainnya), dimana
sumber tenaga dan sarana dari unit tersebut mampu
menanggulangi akibat dari suatu kondisi yang tidak
normal dengan ketentuan yang ada (Menteri
Ketenagakerjaan RI, 2015).
PENANGGULANGAN KEADAAN DARURAT

Adalah upaya atau tindakan yang dilakukan


untuk mengatasi keadaan yang akan
menimbulkan kerugian, agar situasi atau
keadaan yang tidak di kehendaki tersebut
dapat segera diatasi atau dinormalisasi dan
kerugian ditekan seminimal mungkin
INSIDEN PALING UMUM

Insiden dump truck atau trailer yang paling umum


terjadi saat mengosongkan muatan, saat bak
diturunkan secara tidak terduga, atau saat bak yang
ditinggikan bersentuhan dengan kabel listrik di atas
kepala.
TANGGUNG JAWAB
PJO (Penanggung Jawab Operasional) :

Memantau evaluasi pelaksanaan penangganan dan evakuasi unit


kecelakaan tambang.
Memberikan arahan & menyetujui kepada personil terkait proses
penanganan dan evakuasi unit kecelakaan tambang.

HSE Department :

Menyusun prosedur dan mekanisme pelaksanaan penangganan dan evakuasi


unit kecelakaan tambang.
Melakukan koordinasi dengan personil terkait tentang rencana pelaksanaan
penangganan dan evakuasi unit kecelakaan tambang.
Memeriksa kelengkapan administrasi sebelum proses penangganan dan
evakuasi unit kecelakaan tambang dilaksanakan.
TANGGUNG JAWAB
Personil Departemen Terkait Kejadian :

Pengawas area kejadian terkait bertanggung jawab menutup dan larangan


masuk akses tempat kejadian dan mengiformasikan kejadian kepada Personil
HSE dept, serta Emergency Respon team jika ditemukan indikasi korban.
HSE personil dan Trainer melakukan pengambilan data lapangan dan teknis
di tempat kejadian.
Emergency Respon Team melakukan penilaian dan penangganan korban di
tempat kejadian.
Anggota tim Evakuasi unit kecelakaan terdiri dari (HSE Operational, Trainer,
Pengawas Plant Maintenance, Mekanik, & Pengawas Area kejadian).

Trainer :

Semua tata cara pengoperasian unit yang bersangkutan dengan aman harus
dipatuhi dan diikuti.
JSEA. Mempelajari kondisi tempat penarikan, serta memahami metode
pelaksanaan penarikan sesuai
Mematuhi dan melaksanakan penarikan sesuai arahan pemandu (Supporter)
DEVINISI

Kecelakaan tambang memenuhi 5 (lima) unsur, terdiri atas:

1. Benar-benar terjadi, yaitu tidak diinginkan, tidak


direncanakan, dan tanpa unsur kesengajaan ;
2. Mengakibatkan cidera pekerja tambang atau orang yang
diberi izin oleh kepala teknik tambang (KTT) atau
penanggungjawab teknik dan lingkungan (PTL);
3. Akibat kegiatan usaha pertambangan atau pengolahan
dan/atau pemurnian atau akibat kegiatan penunjang lainnya;
4. Terjadi pada jam kerja pekerja tambang yang mendapat
cidera atau setiap saat orang yang diberi izin; dan
5. Terjadi di dalam wilayah kegiatan usaha pertambangan atau
wilayah proyek.
PROSEDUR
Tata cara melakukan tindakan pertama di tempat kejadian kecelakaan tambang :
Pengawas yang pertama kali datang di tempat Kecelakaan tambang wajib
melakukan pengamanan Tempat Kejadian.
Menjaga agar Tempat Kejadian tetap tidak berubah atau utuh sebagaimana pada
saat dilihat dan diketemukan oleh pengawas yang melakukan tindakan pertama di
Tempat kejadian.
Melindungi agar barang bukti, barang muatan, dan/atau barang bawaan operator
yang ada tidak hilang atau rusak.
Mengutamakan Penangganan korban jika ditemukan Kecelakaan berat pada
operator atau orang terlibat langsung.
Segera melakukan pertolongan korban dengan bantuan Emergency respon tim
datang kelokasi kejadian dan dikirimkan ke klinik untuk dilakukan penangganan
korban.
HSE Personil mengumpulkan keterangan dan fakta sebagai bahan invetigasi
kecelakaan.
Melarang setiap orang yang tidak berkepentingan masuk ke Tempat Kejadian yang
telah diberi batas ( Baricade area).
Mengamankan orang yang terlibat langsung dan mencatat identitas Saksi langsung ,
tidak langsung dan membuat tanda di Tempat kejadian.
Kendaraan/ unit atau peralatan , korban, dan alat bukti, setelah dilakukan
penandaan, wajib segera dipindahkan ke tempat yang aman untuk proses evakuasi.
PROSES EVAKUASI KECELAKAAN UNIT TAMBANG

Tim Evakuasi unit melakukan identifikasi, penilaian risiko, dan menentukan pengendalian proses evakuasi unit
kecelakaan.
Menyusun Job safety Enviropment Analysis (JSEA) evakuasi unit kecelakaan dan mendapat persetujuan PJO
(Penanggung jawab operasional).
Periksa kembali kondisi unit yang kecelakaan untuk menentukan alat bantu apa saja dan cara penarikan yang
akan dilakukan.
Tentukan unit yang akan digunakan untuk membantu penarikan. Pastikan unit itu dalam keadaan siap dan
berkemampuan lebih besar. Gunakan unit penarik yang mempunyai traksi lebih besar dari unit yang akan ditarik.
(jika memerlukan unit penarik).
Pasangkan hook/cantolan pada unit yang akan ditarik terlebih dahulu dan kemudian ke unit penarik.
Gunakan sackhle/hook yang memiliki identitas ( SWL, ukuran dan bahan ) dan kondisi ( aus, karat, retak, bentuk )
yang jelas.
Untuk pengunaan sling yang berkekuatan lebih besar. sling harus telah dilakukan inspeksi.
Amankan lokasi sekitar penarikan bebas dari personil. Hanya pemandu yang ditunjuk yang berada disekitar
penarikan.
Tim Evakuasi menentukan metode penarikan dan memilih resiko terkecil. Pada penentuan metode penarikan tidak
diperbolehkan mendorong peralatan dibagian manapun secara langsung.
Apabila unit dapat dioperasikan, arahkan unit kecelakaan dan escort menuju workshop atau tempat aman yang
sudah ditentukan.
HSE Operational mengawasi atau memantau pelaksanaan evakuasi sampai selesai.
DOKUMENTASI

Rekaman breafing awal pekerjaan proses evakuasi & sosialisai JSEA dilakukan untuk
kemudian dilakukan pencatatan koreksi sesuai rencana.
Setiap langkah proses dan perubahan dilakukan dokumentasi foto.
Ke laut memancing ikan
Perginya bersama kawan

Sekian ilmu yang dapat saya bagikan


Terima kasih telah memperhatikan.

Anda mungkin juga menyukai