Dibuat Oleh :
Kelas : XI MIPA 3
No. Absen : 21
Setelah mendengar kisahnya, Ratu Elizabeth I memberikan kapal perang dan hak
untuk memerangi Spanyol. Selain itu, ia juga ditugaskan untuk mencari jalur pelayaran
rempah-rempah. Dengan kapalnya yang dinamai Golden Hind, Francis Drake memulai
penjelajahan samudra dan berhasil sampai ke Peru dan Chili.
Francis Drake terus mengarungi samudra hingga berhasil mencapai Pasifik, Filipina,
dan membeli rempah di Kepulauan Maluku. Sekembalinya ke negaranya, ia resmi
menjadi pelaut Inggris pertama yang berhasil mengelilingi dunia. Setelah itu, Francis
Drake mendapatkan tugas untuk menjarah armada Spanyol di perairan Amerika, tetapi
misinya gagal dan ia meninggal pada awal 1596 di lepas pantai Panama. Baca juga:
Bartolomeu Dias, Penjelajah Portugis yang Menemukan Tanjung Harapan.
2. Sir Thomas Cavendish
Sir James Lancaster lahir di Basingstoke, Hampshire, Inggris, pada 1554. Saat masih
muda, ia merupakan seorang tentara dan pedagang di portugal. Lancaster juga sempat
bertugas di bawah pimpinan Sir Francis Drake sebagai komandan saat melawan armada
Spanyol pada 1588. Setelah itu, pada 1591, ia diberi tugas untuk melakukan penjelajahan
ke Kepulauan Hindia Timur (kepulauan Melayu) dengan memimpin tiga buah kapal.
Bersama George Raymond dan Samuel Foxcroft, Lancaster berangkat dari Devon,
Inggris, pada 10 April 1591. Dalam perjalanannya itu, ia mencapai Pulau Penang,
sebelah barat Semenanjung Malaya, pada pertengahan 1592 dan menjarah setiap kapal
yang ditemui. Setelah itu, para kru bersikeras untuk kembali ke Inggris dan Lancaster
mencapai tanah airnya pada 24 Mei 1594. Pelayaran Lancaster itu berperan penting bagi
negaranya, khususnya menjadi cikal bakal berdirinya kongsi dagang Inggris, East India
Company (EIC). Baca juga: Francis Drake, Pelaut Inggris Pertama yang Mengelilingi
Dunia Masih di tahun yang sama, ia memimpin ekspedisi menuju Brasil dengan tujuan
menjarah kapal dagang Portugis yang terdampar di wilayah tersebut. Pelayaran Lancaster
kali ini menuai hasil yang sangat memuaskan.
Mendirikan pos di Banten Pada 1601, Lancaster menjadi orang pertama yang diberi
kendali atas kapal EIC yang bernama Red Dragon. Ia bertolak menuju Hindia Timur
pada 22 April dengan berstatus sebagai utusan khusus Ratu Elizabeth yang diberi
kewenangan menjadi penguasa di wilayah Timur. Pada pertengahan 1602, Lancaster
telah mencapai Aceh dan berhasil menjalin aliansi dengan penguasanya. Setelah itu, ia
melanjutkan perjalanan ke Pulau Jawa dan mendarat di Banten. Lancaster pun berhasil
mendirikan pos perdagangan Inggris pertama di Banten dan mengirim utusan ke Maluku.
Dalam perjalanannya, ia juga sempat menjarah sebuah kapal besar milik Portugal.
Setelah sukses membawa misi Ratu Elizabeth di Kepulauan Indonesia, armada
Lancaster kembali ke Inggris pada 20 Februari 1603. Setibanya kembali di Inggris pada
11 September 1603, ia dianugerahi gelar bangsawan karena kecerdikannya dalam hal
perdagangan dan diplomasi.
Setelah itu, hingga akhir hidupnya pada 6 Juni 1618, Lancaster menjadi pejabat di
EIC. Bahkan pelayaran armada Inggris untuk mencari Jalur Barat Laut ( jalur di Arktik
yang menghubungkan samudra Atlantik dan Pasifik), yang berjalan selama awal
pemerintahan Wangsa Stuart, dilakukan di bawah arahannya.
Dalam surat wasiatnya, Lancaster mendirikan dua perwalian amal yang dikelola oleh
perusahaan Skinner. Salah satunya dikhususkan bagi orang-orang miskin di Basingstoke
dan murid-murid miskin di Oxford dan Cambridge. Selain itu, William Baffin menamai
pintu masuk ke Jalur Barat Laut dengan Lancaster Sound, yang diambil dari nama Sir
James Lancaster.
B. Penjelajah Belanda
1. Coernis De Houtman
Bartolomeu Dias atau terkadang disebut Bartolomeus Diaz adalah tokoh penjelajah
samudera yang berasal dari Portugis. Namanya kemudian dikenal sebagai seorang pelaut
yang menemukan Tanjung Harapan. Pada 1488, Bartolomeu Dias menjadi navigator
Eropa pertama yang mengelilingi ujung selatan benua Afrika sekaligus membuka jalur
laur dari Eropa ke Tanjung Harapan. Kisah perjalanan dan petualangannya dalam
mencari jalur perdagangan yang menghubungkan antara Eropa dan Asia ini kemudian
diteruskan oleh Vasco da Gama.
Awal kehidupan
Bartolomeu Dias lahir di Portugal pada sekitar 1450 dari keluarga yang memiliki
latar belakang di dunia maritim. Salah satu nenek moyangnya, Dinis Dias e Fernandes,
menjelajahi pantai Afrika pada sekitar 1440-an dan menemukan Kepulauan Tanjung
Verde pada 1444. Sayangnya, tidak banyak diketahui tentang masa kecil dan kehidupan
awal Bartolomeu Dias sebelum menjadi pelaut. Sejak awal, namanya dikenal sebagai
pelaut yang cukup berpengalaman dan diperkirakan telah berdagang gading di sepanjang
pantai Guinea sejak 1478. Pada 1481, Bartolomeu Dias menemani ekspedisi yang
dipimpin oleh Diogo de Azambuja untuk membangun sebuah benteng dan pos
perdagangan di Teluk Guinea. Setelah itu, ia menjabat sebagai kepala penjaga gudang
kerajaan sekaligus ahli berlayar dari pasukan perang saint chrishtoper.
Mencari rute laut ke India
Orang Portugis pertama yang mencoba mencari jalan baru ke Indonesia adalah
Bartolomeus Diaz. Pada 10 Oktober 1486, Bartolomeu Dias ditunjuk oleh Raja John II
dari Portugal sebagai kepala ekspedisi untuk berlayar mencari rute perdagangan baru ke
Asia, atau lebih tepatnya India. Kala itu, Portugal dan negara-negara Eropa lainnya telah
lama menjalin hubungan perdagangan dengan Asia, tetapi rute darat telah ditutup pada
1450-an karena penaklukan Kekaisaran Ottoman atas Konstantinopel. Pada Agustus
1487, Bartolomeu Dias berangkat dari pelabuhan Lisbon di Portugal dengan tiga buah
kapal. Rute perjalanan yang ditempuh mengikuti rute penjelajah Portugis abad ke-15,
Diogo Cao, yang telah menyusuri pantai Afrika hingga Namibia. Rombongan ekspedisi
Bartolomeu Dias membawa enam orang Afrika yang dibawa ke Portugal oleh penjelajah
sebelumnya. Dalam perjalanannya, enam orang tersebut diturunkan satu persatu di
beberapa pelabuhan di sepanjang garis pantai Afrika. Selama melakukan perhentian,
Bartolomeu Dias juga menjelaskan kepada suku setempat bahwa mereka adalah utusan
dari raja Portugis yang akan melakukan hubungan dagang dan sedang mencari jalan ke
India.
Menemukan Tanjung Harapan
Pada Desember 1487, Bartolomeus Dias mencapai Walvis Bay, kemudian mengitari
Tanjung Harapan dan terus melanjutkan perjalanannya ke arah timur. Mereka
menemukan Teluk Mossel dan perairan Samudera Hindia yang jauh lebih hangat.
Namun, setelah berlabuh di Kwaaihoek, dekat muara Sungai Bushman, pada 12 Maret
1488, para awak menolak untuk melanjutkan perjalanan karena khawatir persediaan
makanan mereka yang semakin menipis. Di Kwaaihoek, mereka meninggalkan tanda
yang menandai titik timur terjauh yang pernah dicapai bangsa Portugis. Bartolomeu Dias
kemudian membawa armadanya pulang. Dalam perjalanan pulang inilah Bartolomeu
Dias menemukan Tanjung Harapan pada Mei 1488.
Oleh Bartolomeu Dias, tempat yang ia temukan awalnya diberi nama Tanjung Badai
atau Cape of Storms karena arusnya yang sangat kuat hingga membuat perjalanan kapal
begitu berbahaya. Dalam perkembangannya, Tanjung Badai diubah namanya oleh Raja
John II dari Portugal menjadi Tanjung Harapan atau Cape of Good Hope. Alasannya
adalah penemuan Tanjung Harapan, yang membuka rute laut dari Eropa ke Asia, berhasil
membangkitkan optimisme bangsa Portugis, yang dikenal sebagai pelopor pelayaran
dunia. Setelah 15 bulan perjalanan, ekspedisi Bartolomeu Dias akhirnya mendarat
kembali di Lisbon dan disambut dengan penuh kemenangan.
Tenggelam di Tanjung Harapan
Setelah keberhasilan besar ekspedisinya, Bartolomeu Dias menetap untuk sementara
waktu di Guinea, Afrika Barat. Ketika Portugis hendak memberangkatkan pelayaran
pada 1498, ia diminta untuk memberikan bantuan berdasarkan pengalamannya.
Bartolomeu Dias diketahui berkontribusi dalam pembuatan desain dan konstruksi kapal
untuk ekspedisi Vasco da Gama. Setelah itu, ia berlayar dengan ekspedisi Vasco da
Gama sejauh Kepulauan Tanjung Verde, dan kemudian kembali ke Guinea. Dua tahun
kemudian, Bartolomeu Dias menjadi salah satu kapten ekspedisi kedua Portugis menuju
India. Mereka berhasil mencapai Brasil pada Maret 1500 dan kemudian melintasi
Atlantik untuk menuju Afrika Selatan. Sayangnya, badai menerjang 13 kapal dari armada
Bartolomeu Dias, yang menewaskan hampir semua awak kapal, termasuk dirinya.
Dengan begitu, Bartolomeu Dias meninggal pada 29 Mei 1500 di lepas Tanjung
Harapan. Penjelajahan Bartolomeu Dias memang terlihat dekat dibanding penjelajah
lainnya. Namun, pencapaiannya adalah sebuah kemenangan maritim besar bagi bangsa
Portugis. Pasalnya, perjalanannya waktu itu sangat berbahaya dan tidak hanya membuka
jalur laut ke Hindia, tetapi juga menjadi pembuka kontak hubungan antara Eropa, Afrika,
dan Timur pada waktu itu.
2. Vasco De Gama
Vasco da Gama adalah pelaut yang berasal dari Portugal dan dikenal sebagai penemu
jalur laut dari Eropa ke India. Ia melanjutkan perjalanan Bartolomeu Dias dengan
mengelilingi benua Afrika hingga akhirnya sampai di Calicut, India, pada 1498. Setelah
itu, Vasco da Gama melakukan dua kali pelayaran lagi ke India dan diangkat sebagai raja
muda Portugis di wilayah jajahannya itu. Vasco da Gama meninggal karena malaria pada
1524 ketika mengemban tugas di India.
Awal kehidupan
Vasco da Gama lahir dari keluarga bangsawan rendahan pada sekitar 1460 di Sines,
Portugal. Kehidupan masa mudanya baru diketahui saat ia bergabung dengan angkatan
laut Portugal. Dari situlah Vasco da Gama mengukuhkan namanya menjadi navigator
yang tangguh dan tidak kenal takut. Pada 1492, Raja John II mengirimnya ke selatan
Lisbon dan Algarve untuk merebut kapal Perancis yang telah mengganggu pelayaran
Portugis. Setelah Vasco da Gama menyelesaikan tugasnya, Raja Manuel I naik takhta
pada 1495 dan menghidupkan kembali misi Portugal untuk menemukan rute
perdagangan laut dari Eropa ke India.
Vasco da Gama menemukan India
Pada 1497, Raja Manuel I memilih Vasco da Gama untuk memimpin armada
Portugis menemukan jalur perdagangan laut tercepat ke Asia dan mematahkan dominasi
umat Islam. Saat itu, perdagangan dengan India dan negara-negara Timur lainnya tengah
dikuasai oleh umat Muslim. Pada Juli 1497, Vasco da Gama bertolak dari Lisbon dengan
membawa empat kapal dengan 170 awak. Ia menuju ke selatan, mengikuti rute
perjalanan Bartolomeu Dias, hingga sampai di Tanjung Harapan di ujung selatan Afrika
pada 22 November. Setelah itu, Vasco da Gama kembali berlayar ke utara menyusuri
pantai timur Afrika yang belum dipetakan. Beberapa bulan selanjutnya, ia sempat
singgah di Mozambik serta Mombasa dan Malindi (sekarang di Kenya), yang dikuasai
oleh orang Muslim. Dengan bantuan seorang navigator lokal, Vasco da Gama mampu
menyeberangi Samudera Hindia dan mencapai Calicut atau Kozhikode di India pada 20
Mei 1498. Kala itu, Calicut adalah sebuah kota perdagangan paling penting di India
bagian selatan. Pada Agustus 1498, Vasco da Gama bertolak kembali ke Portugal dengan
membawa rempah-rempah dan sejumlah orang India. Karena rute laut yang dilalui sangat
berbahaya, armada Vasco da Gama hanya menyisakan dua kapal dan 54 orang ketika
sampai kembali di Portugal. Atas keberhasilannya itu, Vasco da Gama disambut
layaknya seorang pahlawan.
Membangun monopoli perdagangan di India
Setelah keberhasilan Vasco da Gama menemukan rute ke India, Portugis
mengirimkan Pedro Ivares Cabral untuk mengamankan jalur perdagangan dan
mengalahkan pedagang Muslim. Pedro Cabral pun berhasil memenuhi tugasnya dan
mendirikan pos perdagangan Portugis pertama di India. Pada Februari 1502, Vasco da
Gama dikirim dalam misi kedua ke India dengan membawa 20 kapal perang. Dalam
pelayaran ini, ia ditugaskan untuk sepenuhnya menyingkirkan pedagang Arab dan
membangun monopoli perdagangan di India. Setelah melakukan aksi pembantaian
kepada kapal umat Muslim dan menghancurkan pelabuhan Calicut, Vasco da Gama
menuju ke Kochi. Di tempat itu, ia berhasil mendapatkan hak-hak monopoli perdagangan
yang ditandai dengan ditandatanganinya sebuah perjanjian oleh pihak Zamorin pada 30
Oktober 1502. Pada 20 Februari 1503, Vasco da Gama melakukan pelayaran kembali ke
Portugal. Atas keberhasilan keduanya itu, ia semakin disegani oleh pihak kerajaan dan
kemudian diangkat menjadi penguasa di Vidigueira dan Vila dos Frades.
Perjalanan terakhir ke India
Selama dua dekade berikutnya, Vasco da Gama menikah dan memiliki enam orang
anak. Kemudian pada 1524, ia kembali dikirim ke India untuk mengatasi masalah
korupsi pejabat Portugis yang berkembang di negeri jajahannya itu. Pada pelayaran
ketiganya ini, Vasco da Gama diangkat sebagai raja muda Portugis di India. Namun,
tidak lama setelah sampai di Goa, India, ia menderita malaria dan akhirnya meninggal
pada Desember 1524 di Kochi. Semula, Vasco da Gama dimakamkan di Kochi, tetapi
pada 1539 jenazahnya dipindahkan ke Portugal. Perjalanan Vasco da Gama ke India
untuk pertama kalinya merupakan awal dari dominasi Eropa selama ratusan tahun
berikutnya di Asia. Pelayaran itu juga menjadi awal kolonialisme Portugis di India yang
menghasilkan kekayaan dan kekuasaan bagi takhta Portugal.
3. Afonso de Albuquerque
Alfonso de Albuquerque lahir pada tahun 1453 di Alhandra, dekat Lisbon, Portugal.
Ia merupakan anak kedua dari pasangan Goncalo de Albuquerque dan Dona Leonor de
Menezes. Ayahnya merupakan orang penting di Kerajaan Portugis dan memiliki darah
Kerajaan Portugis. Alfonso belajar matematika dan latin klasik pada masa kekuasaan
Afonso V dari Portugal. Ketika Afonso V meninggal, ia kemudian bekerja di Arzila,
Marok hingga beberapa saat dan kembali lagi ke Portugal serta diangkat menjadi kepala
penasihat untuk raja Joao II dari Portugal.
Ekspedisi Alfonso de Albuquerque
Pada tahun 1503, Alfonso de Albuquerque berangkat pada ekspedisi pertamanya ke
Timur yang nantinya akan membuat namanya terkenal dan mengalami kejayaan bagi
Portugis. Alfonso berlayar hingga sampai ke Tanjung Harapan dan India. Tujuan
ekspedisi Alfonso adalah melakukan perang dengan Zamorin di Calicut, India. Pada
akhirnya, pasukan Alfonso mampu mengalahkan Zamorin dan mengangkat Raja Kochi
naik tahta. Sebagai imbalan atas bantuan yang diberikan, Alfonso diijinkan untuk
membangun benteng pertahanan di Cochin dan melakukan perdagangan. Pada tanggal 4
November 1509, Alfonso de Albuquerque diangkat sebagai Gubernur Portugis di India
atas jasanya menaklukkan daerah perdagangan pantai timur Afrika serta pulau Ormuz di
Teluk Persia. Pada Januari 1510, Alfonso ditugaskan kembali menaklukkan Calicut yang
telah dikuasai kembali Zamorin. Untuk pertama kalinya, usaha Alfonso gagal dan ia
mengalami luka yang cukup parah. Alfonso kembali menyusun kekuatan dengan
mengandalkan prajurit sebanyak 1200 dan kapal sebanyak 30. Alfonso memilih
menyerang Goa namun serangannya tak berhasil. Pada tanggal 25 November, tiga bulan
setelah kekalahan Alfonso, datang bantuan kapal dari Kerajaan Portugis yang lebih
modern. Alfonso kembali melakukan perang dengan Goa dan kurang dari sehari, Goa
mampu dikalahkan. Pada bulan Februari 1511, Alfonso mendapat kabar adanya
penangkapan seorang Portugis di Malaka. Alfonso ditugasi untuk melepaskan tawanan
tersebut. Pada bulan April 1511, setelah memperkuat kedudukan di Goa, Alfonso
membuat pasukan perang untuk menyerang Malaka. Pasukan ini terdiri dari 900 tentara
Portugis dan 200 tentara bayaran dari India. Pada bulan yang sama berangkatlah Alfonso
dan pasukannya ke Malaka. Sesampainya di Malaka, Alfonso memberi komando untuk
mendekat ke kota pelabuhan Malaka. Pasukan Affonso menembaki pelabuhan dengan
meriam dan meminta agar tawanan Portugis di bebaskan. Pada akhirnya, pasukan Sultan
Mahmud Shah membebaskan tawanan dan melarikan diri. Setelah peristiwa tersebut,
Alfonso memerintahkan pasukannya untuk melakukan ekspedisi ke Maluku guna
mencari sumber rempah – rempah. Ia mengirim dua kapalnya ke Maluku dan berhasil
dengan kapal yang terisi penuh oleh rempah – rempah. Alfonso juga mendirikan benteng
di Malaka dan sekitarnya, ia kembali ke Goa dan melakukan penaklukan lagi termasuk
penakluan terhadap daerah Ormuz.
Akhir Petualangan Alfonso
Alfonso de Albuquerque ternyata memiliki banyak musuh di Portugal tak terkecuali
bagian pengadilan pemerintah Portugal. Di Portugal, Alfonso diberitakan pernah
melakukan serangan ke pengadilan pemerintahan Portugis di India. Raja Manuel I
kemudian menyatakan Alfonso de Albuquerque digantikan oleh musuhnya Lopo Soares
de Albergaria. Mendengar hal tersebut seakan mendapat pukulan berat, Alfonso yang
sakit kemudian semakin parah hingga meninggal di laut pada tanggal 16 Desember 1515.
Dalam perkembangannya Raja Manual I sadar akan kesalahpahaman tersebut dan
kemudian memberi banyak pujian kepada Alfonso yaitu Bras de Albuquerque. Ia
menyebut Alfonso itu dengan Afonso karena terkenang ayahnya.
D. Penjelajah Spanyol
1. Christopher Columbus
Juan Sebastian Elcano atau lebih sering disebut Sebastian del Cano adalah seorang
navigator Spanyol yang ambil bagian dalam penjelajahan Fernando de Magelhaens atau
Ferdinan Magellan. Namanya kemudian dikenal sebagai pelaut Eropa pertama yang
berhasil mengelilingi dunia. Pasalnya, Ferdinan Magellan, yang ditugaskan mempimpin
ekspedisi, justru meninggal di Filipina. Setelah itu, Sebastian del Cano melanjutkan
untuk memimpin ekspedisi hingga armadanya berhasil kembali ke Spanyol. Dalam
perjalanannya kembali ke Spanyol itu, Sebastian del Cano juga singgah di Indonesia,
lebih tepatnya di Maluku.
Awal kehidupan
Sebastian del Cano lahir dari pasangan Domingo Sebastian Elcano dan Catalina del
Puerto pada sekitar 1486 di Getaria, daerah utara Spanyol. Tidak banyak tentang masa
kecilnya yang dapat diketahui, tetapi ia memulai karier militer dengan ikut serta dalam
Perang Italia di bawah pimpinan Gonzalo Fernandez de Cordoba. Pada 1509, Sebastian
del Cano bergabung dengan ekspedisi Kardinal Francisco Jimenez de Cisneros melawan
Aljazair. Setelah itu, ia memutuskan untuk menetap di Sevilla dan menjadi kapten kapal
dagang.
Mengelilingi dunia Perjalanan
Sebastian del Cano mengelilingi dunia berawal dari sebuah pelanggaran yang ia
lakukan terhadap kerajaan Spanyol. Pada 1517, ia diketahui menyerahkan kapalnya ke
bankir Genoa untuk membayar utang. Sebastian del Cano memohon ampun kepada Raja
Karl V, dengan menandatangani perjanjian bahwa ia akan menjadi perwira pembantu
dalam ekspedisi Magelan ke Dunia Timur. Pada 1519, ia berangkat bersama armada
Magelan yang terdiri dari lima kapal dan 241 awak. Dalam perjalanan, Sebastian del
Cano sempat terlibat dalam pemberontakan melawan Magelan. Namun, setelah
menjalani hukuman selama lima bulan, ia akhirnya diangkat menjadi kapten kapal.
Sesuai isi Perjanjian Tordesillas, jalur yang dilalui Sebastian del Cano dan
rombongannya adalah ke arah barat, melalui Samudra Atlantik. Rute pelayarannya
adalah Spanyol - Samudera Atlantik - pantai timur Benua Amerika - selat di ujung
selatan Benua Amerika (kemudian dinamai Selat Magellan) - Samudera Pasifik -
Kepulauan Massava (Filipina). Ketika di Filipina, Magelan terlibat pertikaian dengan
penduduk pulau hingga terbunuh pada 27 April 1521. Selain itu, armadanya yang
awalnya terdiri dari lima kapal, hanya tersisa dua kapal dengan beberapa awak. Setelah
Magellan terbunuh, ekspedisi dilanjutkan oleh Kapten Sebastian del Cano, yang
mengarahkan kapalnya ke selatan. Untuk dapat kembali ke negaranya, Sebastian del
Cano menjelajah di wilayah Indonesia, kemudian menuju India, mengitari Tanjung
Harapan di ujung selatan Afrika, hingga akhirnya sampai di Spanyol pada 6 September
1522. Atas jasanya itu, Raja Spanyol menganugerahi Sebastian del Cano sebuah globe
bertuliskan Primus circumdedisti me (Kau yang pertama kali telah mengitariku).
Sebastian del Cano di Indonesia
Dalam perjalanannya dari Filipina menuju Spanyol, Sebastian del Cano singgah di
Indonesia, lebih tepatnya di Kepulauan Maluku. Rombongannya Sebastian del Cano
mendarat di wilayah Tidore dan disambut baik oleh rajanya, yang bermusuhan dengan
Kerajaan Ternate yang lebih dulu menjalin kerjasama dengan Portugis. Namun, ia hanya
singgah selama 40 hari (6 November - 18 Desember 1521) untuk mengisi bahan
makanan. Selain itu, Sebastian del Cano berhasil mengisi kapalnya dengan rempah-
rempah, terutama cengkih dan pala. Oleh karena itu, raja sangat senang saat ekspedisinya
tiba kembali di Spanyol. Pasalnya, selain berhasil mengelilingi dunia, Sebastian del Cano
juga mendapatkan rempah-rempah dan kepercayaan dari raja Tidore.
Akhir hidup
Pada 1525, Sebastian del Cano kembali melaut dengan menjadi pemimpin ekspedisi
Loaisa bersama Kapten Garcia Jofre de Loaisa. Ia dikirim untuk mengklaim ke Hindia
Timur atas nama Raja Charles I dari Spanyol. Namun, dalam perjalanannya, Sebastian
del Cano dan beberapa awak kapalnya menderita kekurangan gizi. Ia kemudian
meninggal saat sedang melintasi Samudra Pasifik. Sementara beberapa awaknya berhasil
mencapai tujuan dan kembali ke Spanyol.