Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN SEJARAH INDONESIA

PENJELAJAH EROPA YANG SAMPAI DI NUSANTARA

Dibuat Oleh :

Nama : Muhammad Nur Ramadhan

Kelas : XI MIPA 3

No. Absen : 21

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN LUMAJANG

SMA NEGERI 2 LUMAJANG


A. Penjelajah Inggris
1. Sir Francis Drake

Francis Drake diperkirakan lahir pada tahun 1540-1544 di Devonshire, Inggris. Ia


merupakan pelaut paling terkenal selama pemerintahan Ratu Elizabeth I. Francis Drake
pertama kali berlayar dan mendapatkan kapalnya sendiri pada sekitar tahun 1560-an.
Bersama sepupunya, John Hawkins, ia pernah berlayar ke Afrika untuk melakukan
perdagangan budak ilegal. Namun, saat akan menjual budaknya di Meksiko, kapalnya
mendapat serangan dari Spanyol hingga banyak rekannya yang tewas. Akibat insiden
tersebut, Francis Drake menjadi sangat membenci Kerajaan Spanyol.

Setelah mendengar kisahnya, Ratu Elizabeth I memberikan kapal perang dan hak
untuk memerangi Spanyol. Selain itu, ia juga ditugaskan untuk mencari jalur pelayaran
rempah-rempah. Dengan kapalnya yang dinamai Golden Hind, Francis Drake memulai
penjelajahan samudra dan berhasil sampai ke Peru dan Chili.

Francis Drake terus mengarungi samudra hingga berhasil mencapai Pasifik, Filipina,
dan membeli rempah di Kepulauan Maluku. Sekembalinya ke negaranya, ia resmi
menjadi pelaut Inggris pertama yang berhasil mengelilingi dunia. Setelah itu, Francis
Drake mendapatkan tugas untuk menjarah armada Spanyol di perairan Amerika, tetapi
misinya gagal dan ia meninggal pada awal 1596 di lepas pantai Panama. Baca juga:
Bartolomeu Dias, Penjelajah Portugis yang Menemukan Tanjung Harapan.
2. Sir Thomas Cavendish

Sir Thomas Cavendish (19 September 1560 – Mei 1592) adalah


seorang penjelajah dan privateer Inggris yang dikenal sebagai "The Navigator" karena ia
adalah orang pertama yang dengan sengaja mencoba meniru Sir Francis Drake dan
menyerang kota-kota dan kapal-kapal Spanyol di Pasifik dan kembali dengan
mengelilingi dunia. Ekspedisi Magellan , Loaisa , Drake, dan Loyola telah mendahului
Cavendish dalam mengelilingi dunia. Perjalanan pertamanya dan penjelajahan yang
sukses membuatnya kaya dari emas, sutra, dan harta karun Spanyol yang ditangkap dari
Pasifik dan Filipina . Hadiah terkayanya adalah tangkapan 600 ton kapal
layar Manila Galleon Santa Ana (juga disebut Santa Anna ). Dia dianugerahi gelar
kebangsawanan oleh Ratu Elizabeth I dari Inggris setelah dia kembali. Dia kemudian
berangkat untuk perjalanan perampokan dan penjelajahan kedua tetapi tidak seberuntung
itu dan meninggal di laut pada usia 31 tahun.
Pada pertengahan tahun 1586, Spanyol dan Inggris terlibat dalam perang yang
berujung pada armada Spanyol berada dalam ancaman invasi Inggris. Thomas Cavendish
pun bertekad mengikuti jejak daripada Sir Francis Drake, yang menyerbu pelabuhan dan
kapal Spanyol di Pasifik dan mengelilingi dunia. Setelah mendapat izin untuk melakukan
penyerbuan dari pemerintah Inggris, Cavendish lalu membangun kapal yang diberi nama
Desire. Berat kapalnya ini mencapai 120 ton dan dilengkapi dengan 18 meriam.
Pada 1586, Cavendish berangkat dari Plymout, Inggris, menuju Samudra Atlantik.
Dalam pelayarannya ini, ia bergabung dengan kapal bernama Hugh Gallant dan berhasil
berlabuh di Pulau Santa Magdalena, dekat Punta Arenas, Chile. Di tempat tersebut,
Cavendish membunuh dan mengasinkan dua tong penuh penguin untuk dimakan.
Selanjutnya, ia menenggelamkan sembilan kapal Spanyol di Pantai Pasifik dan menjarah
beberapa kota yang dilewatinya. Cavendish juga sengaja menenggelamkan Kapal Hugh
Gallant untuk menggunakan awak kapalnya, karena awaknya sendiri banyak yang tewas.
Setelah itu, ia berusaha menyerbu sebuah pulau di Pantai Ekuador, akan tetapi usahanya
dapat dipatahkan oleh pasukan lokal.
Setelah menaklukan Samudera Pasifik, Thomas Cavendish bersama armadanya tiba di
Pulau Guam pada awal 1588. Di sana, ia melakukan barter guna mendapatkan pasokan
air segar dan kayu dari penduduk lokal. Selanjutnya, Cavendish menuju Filipina dan
pulau sekitarnya guna mengumpulkan beberapa informasi tentang Pantai China dan
Jepang. Ia berharap informasi yang didapatkan bisa menjadi bekal untuk pelayaran
keduanya kelak.
Setelah itu, Cavendish melanjutkan pelayaran dan menyerang Arevalo, yang
merupakan pemukiman Spanyol di Iloilo, Filipina. Penyerbuan tersebut merupakan
penyerangan pertama atas Spanyol di wilayah Filipina. Dalam perjalanannya kembali ke
Inggris, Cavendish pun menemukan wilayah Indonesia. Pada September 1588,
Cavendish dan armadanya berhasil sampai kembali di Inggris. Selain membanggakan
negaranya, pelayarannya pun sangat sukses secara finansial. Begitu kembali, ia
dianugerahi gelar bangsawan oleh Ratu Elizabeth I, yang diundang untuk makan malam
di atas Kapal Desire.

3. Sir James Lancaster

Sir James Lancaster lahir di Basingstoke, Hampshire, Inggris, pada 1554. Saat masih
muda, ia merupakan seorang tentara dan pedagang di portugal. Lancaster juga sempat
bertugas di bawah pimpinan Sir Francis Drake sebagai komandan saat melawan armada
Spanyol pada 1588. Setelah itu, pada 1591, ia diberi tugas untuk melakukan penjelajahan
ke Kepulauan Hindia Timur (kepulauan Melayu) dengan memimpin tiga buah kapal.
Bersama George Raymond dan Samuel Foxcroft, Lancaster berangkat dari Devon,
Inggris, pada 10 April 1591. Dalam perjalanannya itu, ia mencapai Pulau Penang,
sebelah barat Semenanjung Malaya, pada pertengahan 1592 dan menjarah setiap kapal
yang ditemui. Setelah itu, para kru bersikeras untuk kembali ke Inggris dan Lancaster
mencapai tanah airnya pada 24 Mei 1594. Pelayaran Lancaster itu berperan penting bagi
negaranya, khususnya menjadi cikal bakal berdirinya kongsi dagang Inggris, East India
Company (EIC). Baca juga: Francis Drake, Pelaut Inggris Pertama yang Mengelilingi
Dunia Masih di tahun yang sama, ia memimpin ekspedisi menuju Brasil dengan tujuan
menjarah kapal dagang Portugis yang terdampar di wilayah tersebut. Pelayaran Lancaster
kali ini menuai hasil yang sangat memuaskan.
Mendirikan pos di Banten Pada 1601, Lancaster menjadi orang pertama yang diberi
kendali atas kapal EIC yang bernama Red Dragon. Ia bertolak menuju Hindia Timur
pada 22 April dengan berstatus sebagai utusan khusus Ratu Elizabeth yang diberi
kewenangan menjadi penguasa di wilayah Timur. Pada pertengahan 1602, Lancaster
telah mencapai Aceh dan berhasil menjalin aliansi dengan penguasanya. Setelah itu, ia
melanjutkan perjalanan ke Pulau Jawa dan mendarat di Banten. Lancaster pun berhasil
mendirikan pos perdagangan Inggris pertama di Banten dan mengirim utusan ke Maluku.
Dalam perjalanannya, ia juga sempat menjarah sebuah kapal besar milik Portugal.
Setelah sukses membawa misi Ratu Elizabeth di Kepulauan Indonesia, armada
Lancaster kembali ke Inggris pada 20 Februari 1603. Setibanya kembali di Inggris pada
11 September 1603, ia dianugerahi gelar bangsawan karena kecerdikannya dalam hal
perdagangan dan diplomasi.
Setelah itu, hingga akhir hidupnya pada 6 Juni 1618, Lancaster menjadi pejabat di
EIC. Bahkan pelayaran armada Inggris untuk mencari Jalur Barat Laut ( jalur di Arktik
yang menghubungkan samudra Atlantik dan Pasifik), yang berjalan selama awal
pemerintahan Wangsa Stuart, dilakukan di bawah arahannya.
Dalam surat wasiatnya, Lancaster mendirikan dua perwalian amal yang dikelola oleh
perusahaan Skinner. Salah satunya dikhususkan bagi orang-orang miskin di Basingstoke
dan murid-murid miskin di Oxford dan Cambridge. Selain itu, William Baffin menamai
pintu masuk ke Jalur Barat Laut dengan Lancaster Sound, yang diambil dari nama Sir
James Lancaster.
B. Penjelajah Belanda
1. Coernis De Houtman

Cornelis de Houtman (lahir di Gouda, Holland Selatan, Belanda, 2 April 1565 –


meninggal di Aceh, 11 September 1599 pada umur 34 tahun) adalah seorang
penjelajah Belanda yang menemukan jalur pelayaran dari Eropa ke Indonesia dan
berhasil memulai perdagangan rempah-rempah bagi Belanda.
Pada tahun 1592 Cornelis de Houtman dikirim oleh para
pedagang Amsterdam ke Lisboa untuk menemukan sebanyak mungkin informasi
mengenai Kepulauan Rempah-Rempah. Pada saat de Houtman kembali
ke Amsterdam, Jan Huygen van Linschoten juga kembali dari India. Para pedagang
tersebut memastikan bahwa Banten merupakan tempat yang paling tepat untuk membeli
rempah-rempah. Pada 1594, mereka mendirikan compagnie van Verre (yang berarti
"Perusahaan jarak jauh"), dan pada 2 April 1595 empat buah kapal meninggalkan
Amsterdam: Amsterdam, Hollandia, Mauritius dan Duyfken.
Pada 27 Juni 1596, ekspedisi de Houtman tiba di Banten. Hanya 249 orang yang tersisa
dari pelayaran awal. Penerimaan penduduk awalnya bersahabat, tetapi setelah beberapa
tabiat kasar yang ditunjukkan awak kapal Belanda, Sultan Banten, bersama dengan
petugas Portugis di Banten, mengusir kapal Belanda tersebut.
Ekspedisi de Houtman berlanjut ke utara pantai Jawa. Kapalnya takluk ke pembajak.
Beberapa tabiat buruk berujung ke salah pengertian dan kekerasan di Madura: seorang
pangeran di Madura terbunuh, beberapa awak kapal Belanda ditangkap dan ditahan
sehingga de Houtman membayar denda untuk melepaskannya.
Kapal-kapal tersebut lalu berlayar ke Bali, dan bertemu dengan raja Bali. Mereka
akhirnya berhasil memperoleh beberapa pot merica pada 26 Februari 1597. Kapal-kapal
Portugis melarang mereka mengisi persediaan air dan bahan-bahan di St. Helen. Dari 249
awak, hanya 87 yang berhasil kembali. Cornelis de Houtman tewas dalam perjalanan
keduanya di atas geladak kapal di Aceh saat pertempuran dengan pasukan Inong
Balee yang dipimpin Mahalayati tanggal 11 September 1599 dalam petempuran satu lawan
satu dengan Malahayati.

2. Jacob Corneliszoon Van neck


Jacob Corneliszoon van Neck (sering di-inggriskan menjadi Jacob Cornelius van
Neck ) (1564–1638) adalah seorang perwira dan penjelajah angkatan laut Belanda yang
memimpin ekspedisi Belanda kedua ke Indonesia dari tahun 1598 hingga 1599.
Menyusul keberhasilan ekspedisi pertama Belanda ke Indonesia pada tahun 1597,
Van Neck dipilih untuk memimpin ekspedisi kedua pada tahun 1598, dengan tujuan
membawa kembali berbagai rempah- rempah. Pada Mei 1598, ia meninggalkan
pelabuhan Texel dengan delapan kapal di bawah komandonya. Ia didampingi oleh Wakil
Laksamana Wybrand van Warwyck dan penjelajah kutub terkenal Jacob van
Heemskerk. Mengikuti petunjuk berlayar yang ditulis oleh Petrus Plancius, mereka
membuat kemajuan yang sangat baik, mencapai Tanjung Harapan hanya dalam waktu
tiga bulan.
Segera setelah ini, badai besar memisahkan Van Neck, dengan tiga kapal, dari sisa
armada di bawah Warwyck. Neck mendarat di pantai timur Madagaskar dan
menyegarkan perbekalannya, lalu melanjutkan perjalanan menuju kota Banten di
Indonesia. Ia mencapainya pada 25 November 1598, setelah kurang dari tujuh bulan
berlayar. Dalam waktu satu bulan, ketiga kapalnya telah diisi dengan rempah-rempah,
dan pada tanggal 31 Desember separuh armada lainnya berlayar ke pelabuhan di Banten,
memicu perayaan Tahun Baru yang besar. Van Neck mengisi satu kapal lagi yang penuh
dengan rempah-rempah, membuat empat kapal siap untuk berlayar kembali ke
Amsterdam, kemudian mengirim Warwyck dan Heemskerck dengan empat kapal lainnya
ke timur untuk mendapatkan lebih banyak rempah-rempah. Van Neck kemudian
membawa empat kapal yang telah memuat rempah-rempah kembali ke Amsterdam, di
mana ia tiba pada Juli 1599.
Dia membawa kembali lada dan cengkeh seberat hampir satu juta pon, di samping
setengah kapal penuh pala, fuli, dan kayu manis. Para penjelajah disambut oleh
Amsterdam yang gembira dan diarak melintasi kota di belakang sekelompok trompet,
dengan setiap lonceng gereja berdentang. Para pedagang yang telah mendukung
pelayaran menghadiahi Van Neck dengan sebuah gelas emas (kemudian ternyata hanya
berlapis emas) dan para kru diberi anggur sebanyak yang mereka bisa minum. Pelayaran
itu sukses luar biasa, memberi para pendukung pengembalian 400 persen atas investasi
mereka.
3. Abel Janszoon Tasman

Penjelajah besar berkebangsaan Belanda yang pertama kali mengarungi wilayah


samudra Pasifik, Abel Janszoon Tasman, dilahrikan di Lutegast, pada 1603.
Ketika bekerja pada perusahaan Dutch East India Company, Tasman ditugaskan oleh
gubernur jenderal Van Dieman menjelajahi untuk daerah yang kini dikenal sebagai
Australia.
Tasman tercatat sebagai orang Eropa pertama yang mengekspolarsi pulau di Australia
yang dahulu ia beri nama pulau Van Diemens’s Land, sebagai bentuk pengabdian kepada
atasannya. Namun belakangan nama pulau itu diubah oleh Tasman menjadi “Tasmania”,
yang diambil dari namanya sendiri.
Pada 1643, Tasman berlayar ke wilayah Tonga dan Fiji, dan dalam perjalanannya ia
berhasil menemukan New Zealand, yang saat itu dinamakan Staten Land. Tasman pun
kembali ke tanah airnya, dan menjadi begitu terkenal karena berhasil menyelesaikan
garis batas Australia, serta memetaka daerah tersebut.
Tasman lalu diangkat menjadi komandan pelayaran pada 1644. Saat ekspedisi
keduanya dilakukan, pada 1644 sampai 1645, Tasman kembali ke wilayah Pasifik Untuk
menjelajah teluk Carpentaria, dan pantai utara Australia.
Bagi anak buahnya, Tasman adalah penjelajah yang memiliki semangat penlayaran
sangat besar. Beberapa tempat di dunia yang menggunakan namanya pun, menjadi bukti
kehebatan Abel Tasman, di antaranya Pulau Tasmania, Gletser Tasman, dan Laut
Tasman.
Berbagai wilayah baru yang ditemukan oleh Tasman banyak diperkenalkan kepada
masyarakat Eropa melalui catatan-catatan perjalanan yang ia tinggalkan. Bahkan tidak
hanya informasi menenai wilayah saja, melalui catatannya Tasman juga menularkan
semangat penjelajahan kepada para petualang yang baru akan memulai pelayaran.
Oleh orang-orang Belanda, catatan yang ditinggalkan oleh Tasman digunakan sebagai
infromasi untuk kembali ke wilayah Indies, di mana mereka akan membangun sebuah
negeri jajahan yang sangat luas dan berharga.
C. Penjelajah Portugis
1. Bartolomeu Diaz

Bartolomeu Dias atau terkadang disebut Bartolomeus Diaz adalah tokoh penjelajah
samudera yang berasal dari Portugis. Namanya kemudian dikenal sebagai seorang pelaut
yang menemukan Tanjung Harapan. Pada 1488, Bartolomeu Dias menjadi navigator
Eropa pertama yang mengelilingi ujung selatan benua Afrika sekaligus membuka jalur
laur dari Eropa ke Tanjung Harapan. Kisah perjalanan dan petualangannya dalam
mencari jalur perdagangan yang menghubungkan antara Eropa dan Asia ini kemudian
diteruskan oleh Vasco da Gama.
Awal kehidupan
Bartolomeu Dias lahir di Portugal pada sekitar 1450 dari keluarga yang memiliki
latar belakang di dunia maritim. Salah satu nenek moyangnya, Dinis Dias e Fernandes,
menjelajahi pantai Afrika pada sekitar 1440-an dan menemukan Kepulauan Tanjung
Verde pada 1444. Sayangnya, tidak banyak diketahui tentang masa kecil dan kehidupan
awal Bartolomeu Dias sebelum menjadi pelaut. Sejak awal, namanya dikenal sebagai
pelaut yang cukup berpengalaman dan diperkirakan telah berdagang gading di sepanjang
pantai Guinea sejak 1478. Pada 1481, Bartolomeu Dias menemani ekspedisi yang
dipimpin oleh Diogo de Azambuja untuk membangun sebuah benteng dan pos
perdagangan di Teluk Guinea. Setelah itu, ia menjabat sebagai kepala penjaga gudang
kerajaan sekaligus ahli berlayar dari pasukan perang saint chrishtoper.
Mencari rute laut ke India
Orang Portugis pertama yang mencoba mencari jalan baru ke Indonesia adalah
Bartolomeus Diaz. Pada 10 Oktober 1486, Bartolomeu Dias ditunjuk oleh Raja John II
dari Portugal sebagai kepala ekspedisi untuk berlayar mencari rute perdagangan baru ke
Asia, atau lebih tepatnya India. Kala itu, Portugal dan negara-negara Eropa lainnya telah
lama menjalin hubungan perdagangan dengan Asia, tetapi rute darat telah ditutup pada
1450-an karena penaklukan Kekaisaran Ottoman atas Konstantinopel. Pada Agustus
1487, Bartolomeu Dias berangkat dari pelabuhan Lisbon di Portugal dengan tiga buah
kapal. Rute perjalanan yang ditempuh mengikuti rute penjelajah Portugis abad ke-15,
Diogo Cao, yang telah menyusuri pantai Afrika hingga Namibia. Rombongan ekspedisi
Bartolomeu Dias membawa enam orang Afrika yang dibawa ke Portugal oleh penjelajah
sebelumnya. Dalam perjalanannya, enam orang tersebut diturunkan satu persatu di
beberapa pelabuhan di sepanjang garis pantai Afrika. Selama melakukan perhentian,
Bartolomeu Dias juga menjelaskan kepada suku setempat bahwa mereka adalah utusan
dari raja Portugis yang akan melakukan hubungan dagang dan sedang mencari jalan ke
India.
Menemukan Tanjung Harapan
Pada Desember 1487, Bartolomeus Dias mencapai Walvis Bay, kemudian mengitari
Tanjung Harapan dan terus melanjutkan perjalanannya ke arah timur. Mereka
menemukan Teluk Mossel dan perairan Samudera Hindia yang jauh lebih hangat.
Namun, setelah berlabuh di Kwaaihoek, dekat muara Sungai Bushman, pada 12 Maret
1488, para awak menolak untuk melanjutkan perjalanan karena khawatir persediaan
makanan mereka yang semakin menipis. Di Kwaaihoek, mereka meninggalkan tanda
yang menandai titik timur terjauh yang pernah dicapai bangsa Portugis. Bartolomeu Dias
kemudian membawa armadanya pulang. Dalam perjalanan pulang inilah Bartolomeu
Dias menemukan Tanjung Harapan pada Mei 1488.
Oleh Bartolomeu Dias, tempat yang ia temukan awalnya diberi nama Tanjung Badai
atau Cape of Storms karena arusnya yang sangat kuat hingga membuat perjalanan kapal
begitu berbahaya. Dalam perkembangannya, Tanjung Badai diubah namanya oleh Raja
John II dari Portugal menjadi Tanjung Harapan atau Cape of Good Hope. Alasannya
adalah penemuan Tanjung Harapan, yang membuka rute laut dari Eropa ke Asia, berhasil
membangkitkan optimisme bangsa Portugis, yang dikenal sebagai pelopor pelayaran
dunia. Setelah 15 bulan perjalanan, ekspedisi Bartolomeu Dias akhirnya mendarat
kembali di Lisbon dan disambut dengan penuh kemenangan.
Tenggelam di Tanjung Harapan
Setelah keberhasilan besar ekspedisinya, Bartolomeu Dias menetap untuk sementara
waktu di Guinea, Afrika Barat. Ketika Portugis hendak memberangkatkan pelayaran
pada 1498, ia diminta untuk memberikan bantuan berdasarkan pengalamannya.
Bartolomeu Dias diketahui berkontribusi dalam pembuatan desain dan konstruksi kapal
untuk ekspedisi Vasco da Gama. Setelah itu, ia berlayar dengan ekspedisi Vasco da
Gama sejauh Kepulauan Tanjung Verde, dan kemudian kembali ke Guinea. Dua tahun
kemudian, Bartolomeu Dias menjadi salah satu kapten ekspedisi kedua Portugis menuju
India. Mereka berhasil mencapai Brasil pada Maret 1500 dan kemudian melintasi
Atlantik untuk menuju Afrika Selatan. Sayangnya, badai menerjang 13 kapal dari armada
Bartolomeu Dias, yang menewaskan hampir semua awak kapal, termasuk dirinya.
Dengan begitu, Bartolomeu Dias meninggal pada 29 Mei 1500 di lepas Tanjung
Harapan. Penjelajahan Bartolomeu Dias memang terlihat dekat dibanding penjelajah
lainnya. Namun, pencapaiannya adalah sebuah kemenangan maritim besar bagi bangsa
Portugis. Pasalnya, perjalanannya waktu itu sangat berbahaya dan tidak hanya membuka
jalur laut ke Hindia, tetapi juga menjadi pembuka kontak hubungan antara Eropa, Afrika,
dan Timur pada waktu itu.
2. Vasco De Gama

Vasco da Gama adalah pelaut yang berasal dari Portugal dan dikenal sebagai penemu
jalur laut dari Eropa ke India. Ia melanjutkan perjalanan Bartolomeu Dias dengan
mengelilingi benua Afrika hingga akhirnya sampai di Calicut, India, pada 1498. Setelah
itu, Vasco da Gama melakukan dua kali pelayaran lagi ke India dan diangkat sebagai raja
muda Portugis di wilayah jajahannya itu. Vasco da Gama meninggal karena malaria pada
1524 ketika mengemban tugas di India.
Awal kehidupan
Vasco da Gama lahir dari keluarga bangsawan rendahan pada sekitar 1460 di Sines,
Portugal. Kehidupan masa mudanya baru diketahui saat ia bergabung dengan angkatan
laut Portugal. Dari situlah Vasco da Gama mengukuhkan namanya menjadi navigator
yang tangguh dan tidak kenal takut. Pada 1492, Raja John II mengirimnya ke selatan
Lisbon dan Algarve untuk merebut kapal Perancis yang telah mengganggu pelayaran
Portugis. Setelah Vasco da Gama menyelesaikan tugasnya, Raja Manuel I naik takhta
pada 1495 dan menghidupkan kembali misi Portugal untuk menemukan rute
perdagangan laut dari Eropa ke India.
Vasco da Gama menemukan India
Pada 1497, Raja Manuel I memilih Vasco da Gama untuk memimpin armada
Portugis menemukan jalur perdagangan laut tercepat ke Asia dan mematahkan dominasi
umat Islam. Saat itu, perdagangan dengan India dan negara-negara Timur lainnya tengah
dikuasai oleh umat Muslim. Pada Juli 1497, Vasco da Gama bertolak dari Lisbon dengan
membawa empat kapal dengan 170 awak. Ia menuju ke selatan, mengikuti rute
perjalanan Bartolomeu Dias, hingga sampai di Tanjung Harapan di ujung selatan Afrika
pada 22 November. Setelah itu, Vasco da Gama kembali berlayar ke utara menyusuri
pantai timur Afrika yang belum dipetakan. Beberapa bulan selanjutnya, ia sempat
singgah di Mozambik serta Mombasa dan Malindi (sekarang di Kenya), yang dikuasai
oleh orang Muslim. Dengan bantuan seorang navigator lokal, Vasco da Gama mampu
menyeberangi Samudera Hindia dan mencapai Calicut atau Kozhikode di India pada 20
Mei 1498. Kala itu, Calicut adalah sebuah kota perdagangan paling penting di India
bagian selatan. Pada Agustus 1498, Vasco da Gama bertolak kembali ke Portugal dengan
membawa rempah-rempah dan sejumlah orang India. Karena rute laut yang dilalui sangat
berbahaya, armada Vasco da Gama hanya menyisakan dua kapal dan 54 orang ketika
sampai kembali di Portugal. Atas keberhasilannya itu, Vasco da Gama disambut
layaknya seorang pahlawan.
Membangun monopoli perdagangan di India
Setelah keberhasilan Vasco da Gama menemukan rute ke India, Portugis
mengirimkan Pedro Ivares Cabral untuk mengamankan jalur perdagangan dan
mengalahkan pedagang Muslim. Pedro Cabral pun berhasil memenuhi tugasnya dan
mendirikan pos perdagangan Portugis pertama di India. Pada Februari 1502, Vasco da
Gama dikirim dalam misi kedua ke India dengan membawa 20 kapal perang. Dalam
pelayaran ini, ia ditugaskan untuk sepenuhnya menyingkirkan pedagang Arab dan
membangun monopoli perdagangan di India. Setelah melakukan aksi pembantaian
kepada kapal umat Muslim dan menghancurkan pelabuhan Calicut, Vasco da Gama
menuju ke Kochi. Di tempat itu, ia berhasil mendapatkan hak-hak monopoli perdagangan
yang ditandai dengan ditandatanganinya sebuah perjanjian oleh pihak Zamorin pada 30
Oktober 1502. Pada 20 Februari 1503, Vasco da Gama melakukan pelayaran kembali ke
Portugal. Atas keberhasilan keduanya itu, ia semakin disegani oleh pihak kerajaan dan
kemudian diangkat menjadi penguasa di Vidigueira dan Vila dos Frades.
Perjalanan terakhir ke India
Selama dua dekade berikutnya, Vasco da Gama menikah dan memiliki enam orang
anak. Kemudian pada 1524, ia kembali dikirim ke India untuk mengatasi masalah
korupsi pejabat Portugis yang berkembang di negeri jajahannya itu. Pada pelayaran
ketiganya ini, Vasco da Gama diangkat sebagai raja muda Portugis di India. Namun,
tidak lama setelah sampai di Goa, India, ia menderita malaria dan akhirnya meninggal
pada Desember 1524 di Kochi. Semula, Vasco da Gama dimakamkan di Kochi, tetapi
pada 1539 jenazahnya dipindahkan ke Portugal. Perjalanan Vasco da Gama ke India
untuk pertama kalinya merupakan awal dari dominasi Eropa selama ratusan tahun
berikutnya di Asia. Pelayaran itu juga menjadi awal kolonialisme Portugis di India yang
menghasilkan kekayaan dan kekuasaan bagi takhta Portugal.

3. Afonso de Albuquerque

Alfonso de Albuquerque lahir pada tahun 1453 di Alhandra, dekat Lisbon, Portugal.
Ia merupakan anak kedua dari pasangan Goncalo de Albuquerque dan Dona Leonor de
Menezes. Ayahnya merupakan orang penting di Kerajaan Portugis dan memiliki darah
Kerajaan Portugis. Alfonso belajar matematika dan latin klasik pada masa kekuasaan
Afonso V dari Portugal. Ketika Afonso V meninggal, ia kemudian bekerja di Arzila,
Marok hingga beberapa saat dan kembali lagi ke Portugal serta diangkat menjadi kepala
penasihat untuk raja Joao II dari Portugal.
Ekspedisi Alfonso de Albuquerque
Pada tahun 1503, Alfonso de Albuquerque berangkat pada ekspedisi pertamanya ke
Timur yang nantinya akan membuat namanya terkenal dan mengalami kejayaan bagi
Portugis. Alfonso berlayar hingga sampai ke Tanjung Harapan dan India. Tujuan
ekspedisi Alfonso adalah melakukan perang dengan Zamorin di Calicut, India. Pada
akhirnya, pasukan Alfonso mampu mengalahkan Zamorin dan mengangkat Raja Kochi
naik tahta. Sebagai imbalan atas bantuan yang diberikan, Alfonso diijinkan untuk
membangun benteng pertahanan di Cochin dan melakukan perdagangan. Pada tanggal 4
November 1509, Alfonso de Albuquerque diangkat sebagai Gubernur Portugis di India
atas jasanya menaklukkan daerah perdagangan pantai timur Afrika serta pulau Ormuz di
Teluk Persia. Pada Januari 1510, Alfonso ditugaskan kembali menaklukkan Calicut yang
telah dikuasai kembali Zamorin. Untuk pertama kalinya, usaha Alfonso gagal dan ia
mengalami luka yang cukup parah. Alfonso kembali menyusun kekuatan dengan
mengandalkan prajurit sebanyak 1200 dan kapal sebanyak 30. Alfonso memilih
menyerang Goa namun serangannya tak berhasil. Pada tanggal 25 November, tiga bulan
setelah kekalahan Alfonso, datang bantuan kapal dari Kerajaan Portugis yang lebih
modern. Alfonso kembali melakukan perang dengan Goa dan kurang dari sehari, Goa
mampu dikalahkan. Pada bulan Februari 1511, Alfonso mendapat kabar adanya
penangkapan seorang Portugis di Malaka. Alfonso ditugasi untuk melepaskan tawanan
tersebut. Pada bulan April 1511, setelah memperkuat kedudukan di Goa, Alfonso
membuat pasukan perang untuk menyerang Malaka. Pasukan ini terdiri dari 900 tentara
Portugis dan 200 tentara bayaran dari India. Pada bulan yang sama berangkatlah Alfonso
dan pasukannya ke Malaka. Sesampainya di Malaka, Alfonso memberi komando untuk
mendekat ke kota pelabuhan Malaka. Pasukan Affonso menembaki pelabuhan dengan
meriam dan meminta agar tawanan Portugis di bebaskan. Pada akhirnya, pasukan Sultan
Mahmud Shah membebaskan tawanan dan melarikan diri. Setelah peristiwa tersebut,
Alfonso memerintahkan pasukannya untuk melakukan ekspedisi ke Maluku guna
mencari sumber rempah – rempah. Ia mengirim dua kapalnya ke Maluku dan berhasil
dengan kapal yang terisi penuh oleh rempah – rempah. Alfonso juga mendirikan benteng
di Malaka dan sekitarnya, ia kembali ke Goa dan melakukan penaklukan lagi termasuk
penakluan terhadap daerah Ormuz.
Akhir Petualangan Alfonso
Alfonso de Albuquerque ternyata memiliki banyak musuh di Portugal tak terkecuali
bagian pengadilan pemerintah Portugal. Di Portugal, Alfonso diberitakan pernah
melakukan serangan ke pengadilan pemerintahan Portugis di India. Raja Manuel I
kemudian menyatakan Alfonso de Albuquerque digantikan oleh musuhnya Lopo Soares
de Albergaria. Mendengar hal tersebut seakan mendapat pukulan berat, Alfonso yang
sakit kemudian semakin parah hingga meninggal di laut pada tanggal 16 Desember 1515.
Dalam perkembangannya Raja Manual I sadar akan kesalahpahaman tersebut dan
kemudian memberi banyak pujian kepada Alfonso yaitu Bras de Albuquerque. Ia
menyebut Alfonso itu dengan Afonso karena terkenang ayahnya.
D. Penjelajah Spanyol
1. Christopher Columbus

Christopher Columbus adalah seorang navigator andal Spanyol yang diyakini


keturunan Italia. Namanya dikenal sebagai penemu Benua Amerika dan pelayarannya
menandai awal abad kolonialisasi lintas Samudra Atlantik. Orang Spanyol yang
memprakarsai penjelajahan samudra pertama kali adalah Christopher Columbus. Pada
akhir abad ke-15, Christopher Columbus melakukan empat kali penjelajahan melintasi
Samudra Atlantik dari Spanyol. Tujuan Christopher Columbus melakukan penjelajahan
adalah untuk menemukan rute dari Eropa ke Asia, tetapi ia justru menemukan Amerika.
Sejarah pelayaran Christopher Columbus
Selama abad ke-15 dan ke-16, pemimpin negara-negara Eropa berlombalomba untuk
mensponsori ekspedisi dengan harapan para penjelajah akan menemukan kekayaan dan
daratan baru. Bangsa Portugis, yang menjadi pelopor penjelajahan samudra, berhasil
mengangkut rempah-rempah, emas, hingga budak dari Asia dan Afrika ke Eropa mulai
1420-an. Rute mereka adalah dengan berlayar di sepanjang pantai barat Afrika hingga ke
Tanjung Harapan. Kala itu, mencapai Asia dari Eropa melalui jalur darat dirasa hampir
mustahil karena banyaknya musuh yang harus dihindari. Negara-negara Eropa lainnya,
khususnya Spanyol, juga ingin mengeruk kekayaan di dunia Timur yang tampak tidak
terbatas. Maka dari itu, setelah peristiwa Reconquista (pengusiran umat muslim dan
Yahudi), Spanyol segera mengalihkan perhatiannya pada penjelajahan dan penaklukkan
dunia. Christopher Columbus, putra seorang saudagar yang lahir pada 1451, memiliki ide
berbeda dari bangsa Portugis. Pengalaman selama bekerja di kapal dagang membuat
dirinya berpikir untuk menemukan Asia melalui Atlantik. Columbus menyuguhkan
idenya kepada petinggi Portugal dan Inggris, tetapi ditolak. Barulah pada 1492,
rencananya diterima oleh penguasa Spanyol, Raja Ferdinand dari Aragon dan Ratu
Isabella dari Castile. Colombus mengajukan permintaan bantuan kepada Raja Spanyol
untuk berlayar mencari sumber rempah-rempah yang ada di dunia timur. Permintaan
Colombus dipenuhi dengan diberikannya tiga kapal dengan segala perlengkapannya.
Dari kontrak yang disepakati, Columbus diperbolehkan mengambil 10 persen dari harta
yang ditemukan. Selain itu, ia akan diberi gelar bangsawan dan jabatan gubernur di
setiap negeri yang ditemukannya.

Penjelajahan pertama Christopher Columbus


Pada 3 Agustus 1492, Christopher Columbus memulai penjelajahan pertamanya dari
Spanyol dengan tiga kapal, yaitu Nina, Pinta, dan Santa Maria. Pada 12 Oktober, kapal-
kapal itu mendarat di San Salvador, Kepulauan Bahama, bukan di Hindia Timur seperti
yang diasumsikan Columbus. Selama berbulan-bulan berikutnya, Columbus berlayar dari
pulau ke pulau di wilayah yang sekarang dikenal sebagai Karibia. Columbus mencoba
menemukan emas, rempah-rempah, dan barang berharga lainnya, yang telah ia janjikan
kepada penguasa Spanyol, tetapi tidak menemukan banyak. Pada Januari 1943, ia
meninggalkan beberapa krunya di Hispaniola (sekarang Haiti dan Republik Dominika)
dan kembali ke Spanyol. Columbus mencatat pengalaman penjelajahannya secara
terperinci ke dalam sebuah jurnal. Ia kemudian menghadiahkan jurnal tersebut kepada
Ratu Isabella.
Penjelajahan Christopher Columbus selanjutnya
Pada September 1493, Christopher Columbus kembali ke Amerika hanya untuk
menemukan pemukiman Hispaniola yang ditinggalkannya telah hancur. Ia lantas
menugaskan dua saudaranya, Bartolomeo dan Diego Columbus, untuk membangun
kembali daerah tersebut. Sementara itu, Columbus melanjutkan pelayaran ke barat untuk
mencari emas dan barang-barang berharga lainnya, tetapi tidak membuahkan hasil.
Sebagai gantinya, ia mengirim 500 budak untuk Ratu Isabella, yang kemudian ditolak.
Pada Mei 1498, Columbus melakukan penjelajahan ketiganya melintasi Atlantik.
Columbus mengunjungi Trinidad dan daratan utama Amerika Selatan sebelum kembali
ke Hispaniola. Di Hispaniola, ia harus memadamkan pemberontakan yang dilakukan
koloni melawan dua saudaranya. Saudara Columbus dianggap sangat brutal dalam
mengelola wilayah itu, sehingga Spanyol harus mengirimkan gubernur baru untuk
menggantikannya. Setelah itu, Columbus ditangkap dan dikembalikan ke Spanyol,
karena dituduh sebagai pemimpin yang inkompeten dan tiran.
Penjelajahan terakhir Christopher Columbus
Pada 1502, Christopher Columbus dibebaskan dari segala tuduhan, tetapi semua gelar
bangsawannya dicabut. Ia kemudian mengajukan permintaan kepada Raja Ferdinand
agar diizinkan untuk melakukan satu penjelajahan lagi. Setelah permintaan itu disetujui,
Columbus bertolak pada Mei 1502 untuk menemukan Selat Malaka. Akan tetapi, empat
kapal yang dibawanya terhantam badai dan tinggal dua yang tersisa. Sepanjang 1502,
Columbus sempat berlabuh di Jamaika, Honduras, Puerto Castilla, Nikaragua, Kosta
Rika, dan Panama. Pada 1504, Columbus kembali ke Spanyol dengan tangan kosong dan
akhirnya meninggal pada 1506 karena sakit.
Sumbangan Christopher Columbus
Meski terkenal karena dianggap sebagai penemu "Dunia Baru" (sebutan untuk Benua
Amerika), tetapi Christopher Columbus sebenarnya bukan orang Eropa pertama yang
berkunjung ke Amerika. Sebab, pemimpin bangsa Viking, Leif Erikson, lebih dulu
sampai di Kanada pada abad ke-11. Namun, penjelajahan Columbus menandai awal
kolonialisasi oleh bangsa Eropa di Amerika yang bertahan selama berabad-abad. Di sisi
lain, penjelajahan Columbus juga dianggap telah berakibat pada punahnya penduduk asli
Amerika. Pasalnya, segera setelah kedatangannya, wabah seperti cacar mulai menjangkit
penduduk asli yang tidak memiliki kekebalan tubuh terhadap penyakit tersebut. Setelah
kematiannya, penamaan “Amerika” dilakukan oleh ahli geografi Jerman, Waldseemuller,
yang membaca tulisantulisan Amerigo Vespucci. Pada awalnya, Waldseemuller sangat
yakin bahwa Amerigo Vespucci adalah orang pertama yang menemukan Benua
Amerika. Meski pada akhirnya kekeliruan itu berusaha dikoreksi dengan berupaya
mengubah benua itu menjadi Columbia, tetapi nama Amerika telah menyebar di
masyarakat.
2. Fernando De Magelhaens

Fernando de Magelhaens atau sering disebut sebagai Ferdinand Magellan, adalah


seorang penjelajah Portugis yang justru terkenal setelah berlayar atas nama negara
Spanyol. Hingga saat ini, ia diakui sebagai orang pertama yang menjelajah dari Eropa
ke arah Barat, melayari Samudra Atlantik dan Pasifik hingga mencapai Asia. Kendati
demikian, Magelhaens gagal menjadi pelaut Eropa pertama yang mengelilingi dunia.
Sebab, Magelhaens terbunuh dalam perang antarsuku yang terjadi di Pulau Mactan,
Filipina. Setelah itu, posisinya digantikan oleh Kapten Sebastian del Cano, yang
berhasil membawa armadanya kembali ke Spanyol dan menjadi pengeliling dunia
pertama.
Awal kehidupan
Fernando de Magelhaens adalah putra dari pasangan Pedro de Magalhaes dan Alda
de Mezquita yang lahir di Kota Sabrosa pada 4 Februari 1480. Ayahnya adalah seorang
Walikota Sabrosa dan masih keturunan bangsawan. Oleh karena itu, Magelhaens telah
ditunjuk sebagai ajudan di istana Portugal ketika usianya masih sangat muda. Di saat
yang sama, ia ingin merasakan perjalanan menjelajah samudra setelah mengetahui
kesuksesan Christopher Columbus menemukan Amerika. Pada 1505, Magelhaens
akhirnya diizinkan oleh Raja Manuel untuk berangkat ke Afrika Timur dan India
dengan tujuan membantu mengambil alih perdagangan dari orang-orang Arab
Berlayar untuk Portugal
Bersama Francisco Serrao, Fernando de Magelhaens ikut dalam pelayaran militer
menuju ke Malaka, yang dikenal sebagai pusat perdagangan rempah-rempah, di bawah
pimpinan Diogo Lopes de Sequeira. Meski ekspedisi pertamanya gagal, Magelhaens
dan Serrao kembali ke Malaka pada 1511 di bawah pimpinan Alfonso de Albuquerque.
Setelah berhasil menaklukkan Malaka, ia kembali ke Portugal dan diberi penghargaan
berupa gelar bangsawan serta harta rampasan yang melimpah. Sebelum berpartisipasi
dalam pertempuran di Maroko, Magelhaens sempat mengambil cuti tanpa izin raja.
Oleh karena itu, ia menjadi tidak disukai lagi, meskipun pulang dari Maroko dengan
kaki terluka parah hingga mengakibatkan pincang permanen. Ditambah lagi,
Magelhaens dituding telah melakukan perdagangan ilegal dengan orang-orang Moor.
Lebih didukung oleh Spanyol
Pada 1517, Fernando de Magelhaens mengemukakan keinginannya kepada Raja
Manuel I untuk memimpin ekspedisi ke pulau rempah-rempah, tetapi ditolak.
Penolakan itu membuatnya mantab untuk mencari dukungan kepada raja Spanyol. Raja
Charles I pun tertarik dengan rute barat menuju kepulauan rempah-rempah yang
ditawarkan Magelhaens, karena akan menutup jalur perdagangan Portugis. Terlebih
lagi, Magelhaens juga menyatakan bahwa dengan rencananya itu, Spanyol dapat
mengklaim kepulauan rempah-rempah lebih dulu daripada Portugal. Setelah terjadi
kesepakatan, Raja Charles I mengangkat Magelhaens sebagai komandan dan
memberinya lima kapal tua untuk diperbaiki. Selain itu, raja juga menjanjikan
pembagian laba dari rempah-rempah yang berhasil dibawa pulang ke Spanyol. Meski
sempat diganggu oleh Raja Manuel, Magelhaens berhasil menyelesaikan persiapan
pelayarannya dalam waktu satu tahun.
Rute perjalanan Magelhaens
Pada 20 September 1513, Fernando de Magelhaens beserta lima kapalnya (San
Antonio, Concepcion, Victoria, Santiago, Trinidad) bertolak dari Spanyol menuju ke
barat, melewati Samudra Atlantik. Setelah dua bulan berlayar, ekspedisi Magelhaens
telah melewati Brazil, Argentina, dan memasuki samudra yang sangat tenang, yang
kemudian dinamai Pasifik. Pada awalnya, awak kapal Magelhaens merasa senang
karena berhasil lolos dari ganasnya Samudra Atlantik. Akan tetapi, rintangan di
Samudra Pasifik ternyata lebih menakutkan, karena begitu luas dan seolah tidak
berujung. Ekspedisi Magelhaens pun mulai kehabisan perbekalan dan banyak yang
sakit karena mengonsumsi makanan yang tidak layak. Pada Maret 1520, armada
Magelhaens akhirnya berhasil mencapai Kepulauan Filipina dan ditolong oleh
penduduknya. Secara garis besar, rute pelayarannya adalah Spanyol - Samudra Atlantik
- pantai timur Benua Amerika - selat di ujung selatan Benua Amerika (kemudian
dinamai Selat Magellan) - Samudera Pasifik - Kepulauan Massava (Filipina).
Akhir hidup
Di Filipina, Fernando de Magelhaens sempat berbaur dengan penduduk setempat dan
mengajarkan agama Katolik. Akan tetapi, ada juga penduduk pribumi yang tidak
menerima kedatangannya, sehingga timbul bentrokan. Dalam peristiwa kerusuhan
tersebut, Magelhaens beserta beberapa awak kapalnya tewas. Fernando de Magelhaens
meninggal pada 27 April 1521 di wilayah yang sebenarnya tidak jauh dari Malaka.
Apabila ia tidak meninggal dan sempat mencapai Malaka, maka Magelhaens akan
menjadi orang Eropa pertama yang berhasil mengelilingi dunia, meskipun tidak dalam
sekali jalan. Anggota rombongan yang tersisa kemudian melanjutkan pelayaran
kembali ke Spanyol di bawah pimpinan Kapten Sebastian del Cano. Sejak saat itu,
pelayaran Magelhaens termasuk sebagai prestasi navigasi yang paling berani sepanjang
masa.
3. Juan Sebasian Elcano

Juan Sebastian Elcano atau lebih sering disebut Sebastian del Cano adalah seorang
navigator Spanyol yang ambil bagian dalam penjelajahan Fernando de Magelhaens atau
Ferdinan Magellan. Namanya kemudian dikenal sebagai pelaut Eropa pertama yang
berhasil mengelilingi dunia. Pasalnya, Ferdinan Magellan, yang ditugaskan mempimpin
ekspedisi, justru meninggal di Filipina. Setelah itu, Sebastian del Cano melanjutkan
untuk memimpin ekspedisi hingga armadanya berhasil kembali ke Spanyol. Dalam
perjalanannya kembali ke Spanyol itu, Sebastian del Cano juga singgah di Indonesia,
lebih tepatnya di Maluku.
Awal kehidupan
Sebastian del Cano lahir dari pasangan Domingo Sebastian Elcano dan Catalina del
Puerto pada sekitar 1486 di Getaria, daerah utara Spanyol. Tidak banyak tentang masa
kecilnya yang dapat diketahui, tetapi ia memulai karier militer dengan ikut serta dalam
Perang Italia di bawah pimpinan Gonzalo Fernandez de Cordoba. Pada 1509, Sebastian
del Cano bergabung dengan ekspedisi Kardinal Francisco Jimenez de Cisneros melawan
Aljazair. Setelah itu, ia memutuskan untuk menetap di Sevilla dan menjadi kapten kapal
dagang.
Mengelilingi dunia Perjalanan
Sebastian del Cano mengelilingi dunia berawal dari sebuah pelanggaran yang ia
lakukan terhadap kerajaan Spanyol. Pada 1517, ia diketahui menyerahkan kapalnya ke
bankir Genoa untuk membayar utang. Sebastian del Cano memohon ampun kepada Raja
Karl V, dengan menandatangani perjanjian bahwa ia akan menjadi perwira pembantu
dalam ekspedisi Magelan ke Dunia Timur. Pada 1519, ia berangkat bersama armada
Magelan yang terdiri dari lima kapal dan 241 awak. Dalam perjalanan, Sebastian del
Cano sempat terlibat dalam pemberontakan melawan Magelan. Namun, setelah
menjalani hukuman selama lima bulan, ia akhirnya diangkat menjadi kapten kapal.
Sesuai isi Perjanjian Tordesillas, jalur yang dilalui Sebastian del Cano dan
rombongannya adalah ke arah barat, melalui Samudra Atlantik. Rute pelayarannya
adalah Spanyol - Samudera Atlantik - pantai timur Benua Amerika - selat di ujung
selatan Benua Amerika (kemudian dinamai Selat Magellan) - Samudera Pasifik -
Kepulauan Massava (Filipina). Ketika di Filipina, Magelan terlibat pertikaian dengan
penduduk pulau hingga terbunuh pada 27 April 1521. Selain itu, armadanya yang
awalnya terdiri dari lima kapal, hanya tersisa dua kapal dengan beberapa awak. Setelah
Magellan terbunuh, ekspedisi dilanjutkan oleh Kapten Sebastian del Cano, yang
mengarahkan kapalnya ke selatan. Untuk dapat kembali ke negaranya, Sebastian del
Cano menjelajah di wilayah Indonesia, kemudian menuju India, mengitari Tanjung
Harapan di ujung selatan Afrika, hingga akhirnya sampai di Spanyol pada 6 September
1522. Atas jasanya itu, Raja Spanyol menganugerahi Sebastian del Cano sebuah globe
bertuliskan Primus circumdedisti me (Kau yang pertama kali telah mengitariku).
Sebastian del Cano di Indonesia
Dalam perjalanannya dari Filipina menuju Spanyol, Sebastian del Cano singgah di
Indonesia, lebih tepatnya di Kepulauan Maluku. Rombongannya Sebastian del Cano
mendarat di wilayah Tidore dan disambut baik oleh rajanya, yang bermusuhan dengan
Kerajaan Ternate yang lebih dulu menjalin kerjasama dengan Portugis. Namun, ia hanya
singgah selama 40 hari (6 November - 18 Desember 1521) untuk mengisi bahan
makanan. Selain itu, Sebastian del Cano berhasil mengisi kapalnya dengan rempah-
rempah, terutama cengkih dan pala. Oleh karena itu, raja sangat senang saat ekspedisinya
tiba kembali di Spanyol. Pasalnya, selain berhasil mengelilingi dunia, Sebastian del Cano
juga mendapatkan rempah-rempah dan kepercayaan dari raja Tidore.
Akhir hidup
Pada 1525, Sebastian del Cano kembali melaut dengan menjadi pemimpin ekspedisi
Loaisa bersama Kapten Garcia Jofre de Loaisa. Ia dikirim untuk mengklaim ke Hindia
Timur atas nama Raja Charles I dari Spanyol. Namun, dalam perjalanannya, Sebastian
del Cano dan beberapa awak kapalnya menderita kekurangan gizi. Ia kemudian
meninggal saat sedang melintasi Samudra Pasifik. Sementara beberapa awaknya berhasil
mencapai tujuan dan kembali ke Spanyol.

Anda mungkin juga menyukai