Anda di halaman 1dari 3

Belum lama ini, video pemuda yang minum cairan pembersih lantai viral di media sosial.

Dia
disebut kalah bermain judi online. Selain itu, ada pula kasus anggota DPRD DKI Jakarta dari
Fraksi PDIP, Cinta Mega, yang dipecat akibat bermain gim judi slot sewaktu rapat.

Kedua hal ini menunjukkan dampak buruk dari bermain judi. Tak heran bila dalam Islam judi ini
dilarang. Apa alasan lebih detail di balik pelarangan judi dalam Islam?

Profesor Shahul Hamid, seorang konsultan Islam yang juga menjabat sebagai President of the
Kerala Islamic Mission di India, mengatakan Muslim tidak bisa berjudi karena perjudian adalah
kebencian, hasil karya setan, menurut firman Allah dalam Quran.

Judi juga melanggar keadilan, menyia-nyiakan nikmat Allah, mencandukan, menyulut kebencian
dan iri hati, sering bergandengan tangan dengan alkohol, dan menimbulkan kemalasan. Judi juga
menyuburkan keserakahan dan membuat seseorang tidak pernah puas dengan porsinya dalam
hidup.

Dalam Alquran, perjudian disebut sebagai bentuk kekejian. Bagaimana kalau sebatas iseng atau
ikut-ikutan main judi? Islam mengizinkan semua jenis kegiatan rekreasi, termasuk olahraga dan
permainan, tetapi dengan jelas melarang permainan apa pun yang melibatkan perjudian.

Alquran menyebut perjudian sebagai pekerjaan tangan setan dan dibenci. Artinya, itu adalah
kebiasaan merusak yang dapat memiliki konsekuensi bencana dalam kehidupan individu dan
sosial seseorang.

1. Perjudian itu tidak adil

Jika mempelajarinya dengan serius, kita dapat melihat alasan mengapa perjudian sangat tidak
menyenangkan. Pertama, perjudian melanggar prinsip keadilan.

Melalui perjudian, orang ingin memenangkan uang atau properti yang bukan hak mereka.
Penjudi tidak bekerja untuk mendapatkan imbalannya, juga tidak pantas mendapatkannya. Dia
mendapatkannya secara kebetulan.

2. Perjudian melayani keserakahan dan mendorong kemalasan


Perjudian berfungsi untuk memuaskan keserakahan seseorang. Penjudi terus bermain untuk
hadiah yang tidak pantas. Begitu mendapatkannya, dia sangat ingin mendapatkan lebih banyak,
jadi dia tidak ingin berhenti bermain.

Dia mungkin berpikir dia memiliki kemenangan beruntun dan enggan untuk berhenti dan terus
bermain dengan melupakan berlalunya waktu atau tugasnya yang lebih penting.

Berjudi membuat seseorang tidak menyukai pekerjaan serius dan kerja keras. Orang seperti itu
berangsur-angsur kehilangan rasa hormatnya terhadap upaya manusia yang nyata yang
membawa imbalan nyata dalam hidup. Dia menjadi pecandu permainan kebetulan.

Jika kalah, dia pikir keberuntungannya menghindarinya untuk sementara waktu. Dia semakin
sangat ingin mendapatkannya dan bertekad mengejarnya lebih jauh dan lebih jauh.

3. Judi membuat kita lupa Allah

Seseorang yang berjudi mengabaikan kewajibannya kepada Sang Pencipta. Dia menunda
sholatnya, bahkan bisa sama sekali meninggalkannya.

Dia menjadi korban dari keserakahannya sendiri akan uang. Orang seperti itu berhenti menjadi
religius. Jika seseorang tidak mampu mengendalikan nafsu dasarnya, seperti keserakahan dan
nafsu, agama tidak ada artinya baginya dalam aktivitas sehari-hari.

4. Perjudian menghasut kebencian dan iri

Islam mengajarkan bahwa hak milik ditetapkan melalui norma-norma masyarakat yang diakui
dengan baik yang disetujui oleh agama. Ini adalah hak suci dan tidak ada harta benda yang dapat
diambil darinya kecuali melalui pertukaran, penjualan, atau amal yang sah.

Perjudian melanggar norma-norma ini. Perjudian pun menghasut permusuhan dan kebencian di
antara orang-orang.

5. Perjudian itu adiktif


Dari sudut pandang Islam, apapun yang jahat dalam skala besar juga jahat dalam skala kecil.
Setiap kejahatan tumbuh menjadi bentuk dan ukuran yang tak terkendali dari benih kecil.

Selain itu, perjudian juga memiliki sisi adiktif, seperti yang ditunjukkan dalam banyak kasus.
Karena alasan ini, perjudian merupakan bahaya bagi individu maupun masyarakat pada
umumnya.

Anda mungkin juga menyukai