Anda di halaman 1dari 13

Bab 2 Klasifikasi Makhluk Hidup

Sistem Klasifikasi Makhluk Hidup

Klasifikasi makhluk hidup adalah proses pengelompokan dan pengkategorian berdasarkan


karakteristik tertentu. Semua ahli biologi menggunakan sistem klasifikasi untuk mengelompokkan
tumbuhan dan hewan berdasarkan kesamaan struktur. Konsep ini awalnya diusulkan oleh John Ray
dari Inggris dan dikembangkan lebih lanjut oleh Carl Von Linne (Carolus Linnaeus), seorang ahli
botani Swedia.
Dengan menggunakan klasifikasi, makhluk hidup diorganisasikan ke dalam kelompok atau unit
tertentu, yang diatur dalam hierarki dari tingkat terkecil hingga terbesar. Ilmu yang mempelajari
prinsip dan metode klasifikasi ini disebut taksonomi atau sistematik.

Tujuan Klasifikasi Makhluk Hidup

1. Mempermudah Pembelajaran: Klasifikasi membantu mempelajari makhluk hidup dengan


mengelompokkan mereka berdasarkan ciri-ciri tertentu. Ini memungkinkan kita untuk belajar
tentang ciri khusus makhluk tertentu dan mengidentifikasi makhluk lain yang memiliki ciri
serupa.
2. Mengungkap Hubungan Kekerabatan: Klasifikasi berdasarkan takson membantu
mengungkapkan hubungan kekerabatan antara berbagai makhluk hidup. Struktur takson yang
ditetapkan oleh Linnaeus membantu kita memahami bagaimana makhluk hidup saling terkait.
3. Pembedaan Antar Makhluk Hidup: Klasifikasi memungkinkan kita membedakan satu
makhluk hidup dari yang lain berdasarkan ciri-ciri uniknya. Contohnya, meskipun kera dan
monyet memiliki kemiripan, klasifikasi memungkinkan kita untuk memberikan nama ilmiah
yang berbeda berdasarkan perbedaan ciri.
4. Sederhanakan Studi Klasifikasi mengurangi kompleksitas mempelajari berjuta-juta spesies
dengan mengelompokkannya berdasarkan kesamaan ciri. Ini membuat studi makhluk hidup
menjadi lebih teratur dan efisien.
5. Pemberian Nama Ilmiah: Penemuan spesies baru terus berlanjut, dan klasifikasi
membantu memberi nama ilmiah kepada spesies-spesies baru ini. Melalui analisis ciri-ciri,
spesies-spesies baru ini diberi nama sesuai dengan karakteristiknya.

Apa itu Takson

Takson merujuk kepada tingkatan dalam hierarki klasifikasi makhluk hidup. Organisme
dikelompokkan berdasarkan ciri-ciri yang umum hingga spesifik. Ragam makhluk hidup ini memiliki
karakteristik yang beragam, yang dapat dilihat dalam perbedaan fisik dan perilaku mereka. Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia, taksonomi adalah cabang ilmu biologi yang mempelajari penamaan,

1/15
deskripsi, dan pengelompokan makhluk hidup berdasarkan persamaan dan perbedaan
karakteristiknya.

Urutan Takson

1. Kingdom (kerajaan)

Sistem klasifikasi 5 kingdom mengindikasikan bahwa ada 5 kerajaan makhluk hidup di Bumi:
Kingdom Monera (satu sel/uniseluler tidak memiliki membran inti), Kingdom Protista (satu
sel/banyak sel disebut multiseluler memiliki membran inti), Kingdom Plantae (tumbuhan),
Kingdom Animalia (hewan), dan Kingdom Fungi (jamur).

2. Divisi (tumbuhan) / filum (hewan)

Di bawah kingdom, terdapat divisi untuk tumbuhan dan filum untuk hewan.

3. Kelas

Berada di bawah filum (hewan) atau divisi (tumbuhan).


4. Ordo (bangsa)
Memiliki kesamaan lebih banyak daripada kelas. Hewan dalam ordo yang sama pasti memiliki
persamaan lebih spesifik. Misalnya, singa, harimau, dan anjing termasuk dalam satu ordo
sebagai hewan karnivora.

5. Famili (keluarga)

Berada di bawah ordo. Satu famili memiliki beberapa makhluk hidup dengan genus atau
marga yang sama.

6. Genus (marga)

Lebih tinggi daripada spesies. Hewan dengan genus yang sama memiliki kemiripan fisik.
Contohnya, harimau loreng (Panthera tigris) dan leopard (Panthera pardus) memiliki genus
yang sama, yaitu Panthera.

7. Spesies (jenis)

Merupakan tingkat takson terendah yang menunjukkan jenis makhluk hidup itu sendiri,
seperti pisang ambon, daun bayam, cicak, lebah madu, harimau sumatera, dan lainnya.

Takson pada Hewan

Tingkat takson tertinggi pada dunia hewan disebut kingdom Animalia. Urutan takson pada hewan
mirip dengan urutan takson sebelumnya. Namun, tingkat takson di bawah kingdom adalah filum.
Kingdom ini terbagi menjadi 9 filum, sebagai berikut.

1. Filum Porifera

2/15
Filum Porifera melibatkan hewan berpori yang tinggal di dasar perairan atau lautan.

Jika kamu pernah melihat Sponge Bob, gambarannya serupa.

Filum Porifera tidak memiliki bentuk tubuh polip atau medusa, sedangkan filum
Coelenterata memiliki dua bentuk tubuh tersebut. Filum Porifera tidak memiliki sistem saraf
difus (sistem saraf yg paling sederhana/saraf jala) maupun organ indra sederhana,
sedangkan filum Coelenterata memiliki sistem saraf difus dan organ indra sederhana.

2. Filum Coelenterata

Filum Coelenterata termasuk hewan berongga yang hidup di laut. Meski berongga, hewan
Coelenterata memiliki tubuh dengan simetri radial. Contohnya Hydra sp dan ubur-ubur
(Aurelia aurita).

Filum Porifera tidak memiliki bentuk tubuh polip (sessile/melekat dan berbentuk silindris)
atau medusa (berenang bebas dan berbentuk seperti piring payung), sedangkan filum
Coelenterata memiliki dua bentuk tubuh tersebut. Filum Porifera tidak memiliki sistem saraf
difus (sistem saraf yg paling sederhana/saraf jala) maupun organ indra sederhana,
sedangkan filum Coelenterata memiliki sistem saraf difus dan organ indra sederhana.

3. Filum Platyhelminthes

Filum ini terdiri dari cacing pipih yang tidak bersegmen, terdiri dari tiga lapisan, dan umumnya
bersifat parasit.

4. Filum Nemathelminthes

Filum ini mencakup cacing gilig yang memiliki tubuh silindris. Permukaan cacing
Nemathelminthes tidak tersegmen dan tertutup oleh kutikula/lapisan lilin berfungsi sbg
pelindung.

5. Filum Annelida

Sama seperti dua filum sebelumnya, Annelida termasuk cacing. Namun, cacing Annelida
memiliki rongga tubuh, tiga lapisan, dan ditutupi oleh kutikula.

6. Filum Mollusca

Ingatlah bekicot saat mendengar filum Mollusca. Bekicot adalah contoh hewan dalam filum
ini. Hewan Mollusca cenderung memiliki cangkang dan segmen tubuh.

7. Filum Echinodermata

Filum ini mencakup hewan laut yang memiliki duri pada kulitnya dan tubuhnya memiliki
simetri bilateral.
8. Filum Arthropoda
Hewan dalam filum Arthropoda memiliki kerangka luar berbahan kitin (polisakarida
struktural yang digunakan untuk menyusun eksoskleton dari artropoda). Beberapa hewan
Arthropoda mengalami metamorfosis (perubahan bentuk secara bertingkat yang dialami

3/15
beberapa hewan dalam pertumbuhan dan perkembangannya.) baik sempurna maupun tidak
sempurna.

9. Filum Chordata

Hewan yang sering ditemui dalam kehidupan sehari-hari, seperti kucing, burung, dan ayam,
termasuk dalam filum Chordata. Salah satu ciri filum ini adalah adanya chorda dorsalis.
Chorda dorsalis ini akan berkembang menjadi tulang belakang.

Takson Pada Tumbuhan

1. Divisi Pteridophyta Divisi Pteridophyta meliputi tumbuhan paku. Meskipun memiliki organ
pembuluh sejati, tumbuhan paku tidak memiliki biji. Perkembangbiakan tumbuhan ini
melibatkan spora.
2. Divisi Bryophyta Bryophyta adalah divisi tumbuhan lumut. Salah satu ciri khas lumut
adalah tidak adanya organ pembuluh sejati. Proses perkembangbiakan lumut melibatkan
spora, mirip dengan tumbuhan paku.
3. Divisi Spermatophyta Spermatophyta adalah divisi tumbuhan berbiji, termasuk berbiji
terbuka maupun berbiji tertutup.

Mengenal Sistem Binomial Nomenklatur

Sistem Binomial Nomenklatur adalah metode penamaan spesies makhluk hidup yang terdiri dari dua
kata. Ini membantu dalam komunikasi ilmiah. Sebagai contoh, kata “pisang” memiliki variasi nama
dalam berbagai bahasa. Sistem ini diperkenalkan oleh Carolus Linnaeus pada tahun 1735. Bahasa
yang digunakan adalah bahasa Latin karena keuniversalannya pada saat itu.

Dalam Sistem Binomial Nomenklatur, setiap spesies diberi nama Latin dengan dua kata: genus dan
spesies. Ini juga mencakup singkatan nama orang yang pertama kali mengidentifikasi spesies
tersebut. Sebagai contoh, untuk pisang, nama ilmiahnya adalah Musa paradisiaca L., di mana Musa
adalah genus, paradisiaca adalah spesies, dan L. adalah singkatan dari Linnaeus.

Aturan penulisan nama ilmiah dalam sistem ini adalah sebagai berikut:

1. Setiap nama ilmiah terdiri dari dua kata dalam bahasa Latin atau bahasa yang diperlakukan
seperti bahasa Latin.
2. Kata pertama adalah nama genus (marga), sedangkan kata kedua adalah penunjuk spesies.
3. Huruf pertama pada kata pertama (genus) kapital, sedangkan huruf pertama pada kata kedua
(spesies) kecil.
4. Kedua kata harus dicetak miring dalam pengetikan komputer atau digarisbawahi jika ditulis
tangan.

4/15
5. Jika nama tumbuhan atau hewan terdiri dari lebih dari dua kata, kata-kata berikutnya
disatukan dengan tanda penghubung (-).
6. Tumbuhan tidak boleh memiliki tautonim, yaitu dua kata yang sama atau mirip. Aturan ini
tidak berlaku untuk hewan.
7. Nama penemu ditulis dengan singkatan atau lengkap di belakang nama penunjuk spesies.
Nama tersebut tidak digarisbawahi, dicetak miring, dan diawali huruf kapital.

Sistem Binomial Nomenklatur memastikan keseragaman dalam penamaan spesies di seluruh dunia
dan memudahkan komunikasi ilmiah tentang makhluk hidup.

Identifikasi Karakteristik Makhluk Hidup

Apa itu Identifikasi

Mengenali (identifikasi) adalah proses pengamatan terhadap makhluk hidup yang akan
diklasifikasikan. Dalam tahap ini, ahli melakukan observasi terhadap karakteristik dan atribut-atribut
yang dimiliki oleh makhluk hidup tersebut. Pengamatan mencakup berbagai aspek seperti bentuk
fisik, fungsi tubuh, struktur anatomi, komposisi kromosom, dan perilaku. Pada langkah ini,
persamaan dan perbedaan antara dua entitas makhluk hidup akan diidentifikasi, dengan tujuan akhir
menentukan apakah keduanya serupa atau berbeda.

Dalam usaha mengidentifikasi makhluk hidup yang baru ditemukan, diperlukan alat pembanding
seperti gambar, contoh fisik, atau spesimen yang telah diawetkan (baik dari hewan maupun
tumbuhan). Alat pembanding ini dapat berupa organisme-organisme yang sudah dikenal dan
teridentifikasi dengan nama-nama tertentu, atau panduan khusus untuk proses identifikasi yang
disebut kunci identifikasi atau kunci determinasi.

Mengenal Kunci Determinasi

Kunci determinasi merupakan alat yang digunakan untuk memutuskan klasifikasi makhluk hidup
hingga tingkat filum atau divisi, kelas, ordo, famili, genus, atau spesies. Prinsip dasar dalam kunci
determinasi adalah identifikasi makhluk hidup menggunakan metode kunci dikotom.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan kunci determinasi adalah sebagai berikut:

1. Kunci harus memiliki pembagian yang bersifat dikotomi.


2. Kata pertama dalam setiap pasangan pernyataan harus serupa. Contohnya: • tumbuhan
berumah satu … • tumbuhan berumah dua …
3. Pilihan atau bagian dari setiap pasangan pernyataan harus berlawanan, sehingga satu pilihan
dapat diterima dan yang lain ditolak.

5/15
4. Menghindari penggunaan rentang yang tumpang tindih atau istilah relatif dalam pasangan
pernyataan, seperti panjang daun 4-8 cm, daun besar atau kecil.
5. Menggunakan ciri-ciri yang dapat diamati.
6. Pernyataan dari dua pasangan pernyataan yang berurutan tidak boleh dimulai dengan kata
yang sama.
7. Setiap pasangan pernyataan diberi nomor untuk memudahkan identifikasi.
8. Merumuskan pertanyaan dalam bentuk yang singkat.

Kunci determinasi adalah metode atau langkah untuk mengenali berbagai jenis organisme dan
mengelompokkannya dalam taksonomi makhluk hidup. Ini merupakan penjelasan mengenai
karakteristik makhluk hidup yang diatur secara berurutan, mulai dari ciri umum hingga ciri khusus,
untuk mengidentifikasi jenis makhluk hidup tertentu.

Penggunaan Kunci Determinasi

1. Membuat kunci dengan pilihan berlawanan untuk memilih satu pilihan yang sesuai dan
mengabaikan yang lain.
2. Sertakan ciri-ciri yang mudah diamati dari contoh makhluk hidup.
3. Gunakan deskripsi karakter dengan istilah umum untuk memudahkan pemahaman.
4. Gunakan kalimat singkat dan langsung to the point.
5. Nomori setiap bagian dalam kuplet.
6. Pastikan kata pertama dalam setiap pernyataan dalam satu kuplet identik.
7. Hindari penggunaan kisaran yang bersifat relatif.

Metode Identifikasi Lainnya

Selain kunci determinasi, ada beberapa metode identifikasi lain yang digunakan untuk mengenali
dan mengklasifikasikan makhluk hidup.

1. Morfologi: Metode ini berfokus pada pengamatan terhadap bentuk fisik, struktur, ukuran,
warna, dan karakteristik eksternal lainnya dari makhluk hidup. Informasi morfologis
digunakan untuk mengenali dan membedakan organisme.
2. DNA Barcoding: Teknik ini melibatkan analisis sekuens DNA yang khas pada suatu
organisme untuk mengidentifikasi spesies. Biasanya, sekuens DNA yang singkat dan
konservatif digunakan sebagai “barcode” untuk membedakan spesies.
3. Analisis Fisiologi: Pendekatan ini melibatkan studi terhadap fungsi-fungsi biologis
organisme, seperti fisiologi, metabolisme, dan adaptasi terhadap lingkungan. Data fisiologis
membantu dalam pengidentifikasian dan pemahaman tentang spesies.

6/15
4. Analisis Molekuler: Melibatkan penggunaan teknik molekuler seperti analisis sekuen
genetik, teknik PCR, dan analisis filogenetik untuk membandingkan hubungan evolusioner
antara organisme dan mengidentifikasi spesies.
5. Suara dan Bunyi: Pada organisme tertentu, identifikasi bisa dilakukan berdasarkan suara
yang dihasilkan, seperti pada burung atau serangga yang memiliki pola suara khas.
6. Pola Tingkah Laku: Cara organisme berperilaku dan berinteraksi dengan lingkungan dan
sesamanya juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi dan memahami spesies.
7. Penggunaan Aplikasi Teknologi: Teknologi seperti aplikasi ponsel pintar telah
memungkinkan pengguna untuk mengidentifikasi spesies melalui foto dan deskripsi yang
diunggah ke aplikasi tertentu.
8. Analisis Isotop: Dalam ekologi dan biogeografi, analisis isotop stabil dapat digunakan untuk
melacak asal usul organisme dan pola migrasi mereka.
9. Analisis Kromosom: Memeriksa pola kromosom dan struktur genetik organisme dapat
memberikan informasi penting tentang klasifikasi dan evolusi.

Apa itu Pohon Filogeni

Pohon Filogeni (kladogram) adalah representasi grafis dari hubungan evolusioner antara makhluk
hidup. Ini menunjukkan bagaimana kelompok organisme berasal dari nenek moyang bersama dan
menggambarkan evolusi garis keturunan.

Pohon filogeni memperlihatkan tingkat kedekatan antara spesies melalui evolusi, serta
menunjukkan spesies yang lebih terkait dan yang kurang terkait. Diagram ini dibentuk oleh cabang-
cabang yang mewakili cabang evolusi makhluk hidup.

7/15
Struktur Pohon Filogeni

1. Dimulai dengan akar yang menunjukkan nenek moyang bersama.


2. Akar ini berkembang menjadi batang utama, menggambarkan garis keturunan nenek moyang.
3. Garis keturunan ini sering kali menghasilkan satu cabang tak bercabang yang mewakili
takson basal, yaitu kelompok pertama yang bercabang dalam evolusi.
4. Garis keturunan kemudian terus bercabang dan membentuk cabang-cabang yang
menggambarkan hubungan evolusioner.

Cara Membaca Pohon Filogeni

Dalam pohon filogeni, dua cabang yang berasal dari titik cabang yang sama disebut “taksa
saudara” (sister taxa), sedangkan lebih dari dua cabang dari titik yang sama disebut “politomi.”

Politomi mengindikasikan ketidakpastian dalam hubungan evolusi karena belum ada kejelasan
mengenai hubungan yang lebih dekat di antara cabang-cabang tersebut. Sebenarnya, pohon filogeni
harus terdiri dari cabang-cabang yang bercabang dua.

Setiap simpul atau titik cabang dalam pohon filogeni mewakili peristiwa divergensi, di mana
satu kelompok terbagi menjadi dua kelompok keturunan. Dua spesies yang berasal dari simpul
yang sama menunjukkan kedekatan evolusioner yang kuat.

Struktur pohon filogeni memiliki karakteristik istimewa, yaitu jika simpulnya diputar, informasi
evolusinya tetap tidak berubah.

Kelompok Organisme Pohon Filogeni

Pada pohon filogeni, organisme dikelompokkan menjadi tiga jenis berdasarkan garis keturunan evolusi:
grup monofiletik, grup parafiletik, dan grup polifiletik.

10/15
1. Grup Monofiletik: Ini adalah sekelompok organisme dalam takson yang sama, berasal dari nenek
moyang yang sama. Contoh kelompok monofiletik mencakup mamalia, burung, tumbuhan berbiji
tertutup (angiospermae), dan serangga.
2. Grup Parafiletik: Ini juga berasal dari nenek moyang yang sama, tetapi tidak mencakup semua
organisme dalam takson tersebut. Contohnya adalah kelompok reptilia. Keturunan amniota yang
berkaki empat dengan telur bercangkang dan berselaput ketuban menghasilkan reptilia, burung
(aves), dan mamalia. Reptilia di sini adalah contoh grup parafiletik.
3. Grup Polifiletik: Ini adalah kelompok makhluk hidup yang memiliki beberapa kesamaan sifat,
tetapi berasal dari nenek moyang yang berbeda. Contohnya termasuk mamalia laut, mamalia
bipedal, pohon, dan vertebrata terbang.

Dalam pohon filogeni, tujuan utamanya adalah untuk menciptak

Prinsip Klasifikasi Makhluk Hidup

Prinsip mendasar dari proses klasifikasi adalah menganalisis persamaan dan perbedaan di antara
setiap organisme hidup. Tidak hanya itu, manfaat yang dapat diperoleh dari keberadaan
organisme tersebut juga diperhitungkan dalam proses ini.

Proses klasifikasi juga melibatkan evaluasi ciri-ciri morfologi, anatomi, dan komposisi biokimia
dari organisme. Hasil dari analisis ini akan mengarah pada pengelompokan organisme hidup ke
dalam kategori yang dikenal sebagai taksonomi.

Apa itu Klasifikasi

Makhluk hidup adalah struktur biologis yang merespons perubahan lingkungan atau dalam entitas
tersendiri.

Makhluk hidup memiliki organisasi biokimia kompleks yang memungkinkan mereka untuk
memproses zat dan memanfaatkan energi untuk merespons perubahan di sekitar.

Klasifikasi adalah suatu cara pengelompokan dan pengkategorian yang didasarkan pada ciri-ciri
tertentu.

Semua ahli biologi menggunakan suatu sistem klasifikasi untuk mengelompokkan tumbuhan
ataupun hewan yang memiliki persamaan struktur.

Kemudian, setiap kelompok tumbuhan atau hewan tersebut dipasang-pasangkan dengan


kelompok lainnya yang memiliki persamaan dalam kategori lain.

Manfaat Klasifikasi Makhluk Hidup

Tidak berjarak dari tujuannya, klasifikasi makhluk hidup memberikan sejumlah manfaat penting, terutama
dalam bidang ilmu pengetahuan. Berikut adalah beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari klasifikasi
makhluk hidup.

11/15
1. Mempermudah Identifikasi, Perbandingan, dan Pembelajaran Organisme: Klasifikasi
memudahkan pengenalan, perbandingan, serta pembelajaran tentang berbagai makhluk hidup.
2. Mengungkap Hubungan Kekerabatan Antar Organisme: Klasifikasi membantu dalam
memahami hubungan kekerabatan antara berbagai makhluk hidup. 3. Memberi Kepuasan
Intelektual, Khususnya dalam Ilmu Pengetahuan: Klasifikasi memberikan kepuasan
intelektual kepada individu, terutama di dalam konteks ilmu pengetahuan.
4. Mengidentifikasi Persamaan dan Perbedaan Karakteristik Organisme: Klasifikasi
membantu mengenali kesamaan dan perbedaan dalam karakteristik berbagai makhluk hidup.
5. Memberikan Nama pada Organisme yang Sebelumnya Tidak Teridentifikasi: Klasifikasi
memungkinkan pemberian nama pada makhluk hidup yang sebelumnya tidak memiliki identifikasi.

Melalui klasifikasi makhluk hidup, banyak manfaat penting dapat diperoleh yang mendukung pemahaman
dan penelitian dalam bidang ilmu pengetahuan.

Dasar-dasar Klasifikasi Makhluk Hidup

Prinsip-prinsip dasar dalam klasifikasi makhluk hidup meliputi:

1. Mengklasifikasikan makhluk hidup berdasarkan kesamaan dan perbedaan yang mereka miliki.
2. Melakukan klasifikasi berdasarkan karakteristik bentuk fisik (morfologi) dan organ dalam tubuh
(anatomi) makhluk hidup.
3. Mengelompokkan makhluk hidup berdasarkan faktor-faktor seperti manfaat, ukuran, habitat, dan
cara hidup mereka.

Sistem Klasifikasi Organisme

Berdasarkan informasi yang diberikan oleh situs usd.ac.id, sistem klasifikasi makhluk hidup terbagi
menjadi tiga tipe utama, yaitu sistem klasifikasi buatan (artifisial), sistem klasifikasi alami (natural), dan
sistem klasifikasi filogenik. Berikut adalah uraian tentang masing-masing tipe.

1. Sistem Klasifikasi Buatan (Artifisial)

Sistem klasifikasi buatan mengacu pada pengelompokan makhluk hidup berdasarkan ciri-ciri seperti
morfologi, anatomi, fisiologi, alat reproduksi, dan habitat. Sebagai contoh, dalam klasifikasi
tumbuhan, terdapat pengelompokan berdasarkan jenis seperti pohon, semak, perdu, dan gulma.
Pada hewan, ada pembagian berdasarkan habitat, yakni hewan yang tinggal di air dan yang tinggal
di darat.
2. Sistem Klasifikasi Alami (Natural)
Sistem klasifikasi alami diinisiasi oleh Michael Adams dan Jean Baptiste de Lamarck, yang
mengelompokkan makhluk hidup berdasarkan persamaan dan perbedaan morfologi alami. Sebagai
contoh, ada kategori hewan berkaki empat, hewan bersirip, dan hewan tak berkaki. Pada
tumbuhan, pengelompokan alami juga terjadi, seperti tumbuhan berdaun menyirip dan berdaun
pita.

3. Sistem Klasifikasi Filogenik

12/15
Sistem klasifikasi filogenik berfokus pada hubungan kekerabatan antara organisme, yang sejalan
dengan teori evolusi. Charles Darwin memperkenalkan konsep ini pada tahun 1859. Semakin erat
hubungan kekerabatan antara organisme, semakin banyak kesamaan morfologi dan anatomi di
antara mereka. Sebagai contoh, orang utan memiliki hubungan kekerabatan lebih dekat dengan
monyet daripada dengan manusia. Penentuan ini didasarkan pada uji biokimia, terutama
melibatkan kromosom, DNA, dan struktur protein organisme.

Tahapan Klasifikasi

Makhluk hidup di dunia ini memiliki keberagaman yang mencolok, yang tercermin dalam variasi bentuk,
penampilan, warna, dan karakteristik lainnya. Untuk mengidentifikasi dan memberi nama pada berbagai
makhluk hidup yang beragam ini, klasifikasi menjadi penting. Klasifikasi melibatkan tiga tahap, yakni
identifikasi, pengelompokan, dan pemberian nama.

1. Identifikasi adalah langkah awal dalam klasifikasi, di mana ciri-ciri organisme dipelajari untuk
menemukan persamaan dan perbedaan. Ciri-ciri seperti morfologi, anatomi, fisiologi, dan biokimia
diamati. Pada tahap ini, perbandingan antara dua makhluk hidup dilakukan untuk menentukan
apakah mereka sama atau berbeda. Identifikasi bisa dilakukan dengan membandingkan organisme
dengan gambar, spesimen awetan, atau menggunakan kunci determinasi, yang merupakan
panduan praktis untuk mengklasifikasikan organisme.
2. Pengelompokan adalah langkah berikutnya setelah ciri-ciri organisme teridentifikasi. Organisme
dikelompokkan ke dalam kelompok yang sesuai berdasarkan kemiripan ciri. Organisme dalam satu
kelompok memiliki kesamaan yang signifikan dibandingkan dengan kelompok lain. Jika masih ada
perbedaan di dalam kelompok, maka organisme tersebut dibagi lagi menjadi kelompok yang lebih
kecil. Faktor-faktor seperti keberadaan tulang belakang, simetri tubuh, dan fitur lainnya menjadi
dasar pengelompokan.
3. Pemberian Nama Makhluk Hidup adalah tahap terakhir dalam klasifikasi. Nama diberikan
untuk memudahkan pengenalan dan perbedaan antara makhluk hidup. Namun, pemberian nama
harus mengikuti aturan dan sistem yang telah ditetapkan.
Nama baku dalam ilmu pengetahuan menggunakan sistem tata nama ganda ( binomial
nomenklatur) dalam bahasa Latin, yang bersifat universal dan menghindari nama yang acak.

Dalam keseluruhan proses ini, klasifikasi membantu mengatur dan memberikan identitas pada keragaman
makhluk hidup di bumi.
Perkembangan Klasifikasi Makhluk Hidup

Sistem klasifikasi makhluk hidup telah dikenal sejak zaman dahulu. Aristoteles, seorang filosof Yunani yang
hidup pada tahun 384-322 SM, mengelompokkan makhluk hidup menjadi dua kelompok utama: hewan
dan tumbuhan. Meskipun demikian, pada saat itu, organisme mikroskopis masih belum dikenal. Dengan
berjalannya waktu dan perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi, sistem klasifikasi makhluk hidup
terus mengalami kemajuan.

Proses klasifikasi makhluk hidup melibatkan pengelompokan dalam unit besar yang disebut “kingdom”
(kerajaan). Konsep kingdom pertama kali diperkenalkan oleh Linnaeus. Namun, sistem kingdom ini terus

13/15
mengalami perubahan dan penyempurnaan seiring berjalannya waktu, dan hal ini sering menimbulkan
diskusi pro dan kontra di kalangan para ilmuwan.

Sistem Klasifikasi Makhluk Hidup Pra-Linnaeus

Pada masa Pra-Linnaeus, sistem klasifikasi makhluk hidup bergantung pada pengamatan ciri-ciri
morfologis yang tampak pada organisme. Ahli filsafat Yunani, Aristoteles (384 SM – 322 SM), memainkan
peran penting dalam pengembangan ini. Pada masa ini, makhluk hidup diklasifikasikan menjadi tumbuhan
dan hewan. Meskipun demikian, klasifikasi di era ini juga memiliki rincian, dengan hewan-hewan diberi
nama berdasarkan manfaat atau ciri-ciri yang dimilikinya. Namun, sistem klasifikasi belum dikenal secara
formal, dan hanya dua kelompok utama, yaitu hewan dan tumbuhan, yang dikenali.

Sistem Klasifikasi 2 Kingdom

Pengembangan taksonomi dimulai dengan sistem klasifikasi 2 kingdom, yang mengenal kingdom animalia
(hewan) dan kingdom plantae (tumbuhan). C. Linnaeus dari Swedia memainkan peran utama dalam
perkembangan ini pada tahun 1735. Meskipun dianggap sebagai langkah maju, sistem ini memiliki
kekurangan, seperti pengelompokan yang terlalu umum dan kurang spesifik. Beberapa makhluk hidup
tidak dapat digolongkan dalam dua kingdom tersebut. Meski begitu, sistem ini dianggap sebagai tonggak
awal menuju perkembangan selanjutnya.

Sistem Klasifikasi 3 Kingdom

Ernst Haeckel mengembangkan sistem klasifikasi 3 kingdom pada tahun 1866. Ini mencakup kingdom
animalia (hewan), kingdom plantae (tumbuhan), dan kingdom protista ( organisme bersel satu dan
multiseluler sederhana). Penambahan kingdom protista terjadi ketika makhluk bersel satu ditemukan.
Kingdom ini terdiri dari filum protozoa ( makhluk bersel satu yang bergerak) dan filum thallophyta
(makhluk bersel satu seperti alga dan bakteri). Kingdom protista memiliki ciri hewan dan tumbuhan
sekaligus. Meski demikian, sistem ini masih belum sempurna karena tidak termasuk bakteri, yang
dianggap organisme mikroskopis tanpa inti sel. Meskipun begitu, perkembangan menuju sistem kingdom
yang lebih kompleks sudah terlihat dalam sistem ini.

Sistem Klasifikasi 4 Kingdom

Dua ilmuwan, Copeland dan Whittaker, berkontribusi dalam penemuan sistem klasifikasi 4 kingdom.
Mereka sama-sama membagi makhluk hidup menjadi 4 kingdom, tetapi dengan pendekatan yang
berbeda. Copeland membaginya menjadi kingdom monera, kingdom protoctista, kingdom metaphyta, dan
kingdom metazoa. Di sisi lain, Whittaker membaginya menjadi kingdom animalia, kingdom plantae,
kingdom fungi, dan kingdom protista. Whittaker’s system, yang termasuk kingdom fungi, menjadi lebih
umum.

Sistem Klasifikasi 5 Kingdom

Meskipun dianggap sebagai penyempurna, sistem klasifikasi 5 kingdom juga memiliki kelemahan. Kingdom
monera dalam sistem ini masih memiliki perbedaan signifikan, seperti dalam hal RNA polymerase, RNA
sequences, Introns, membran lipid, dan lainnya.

14/15
Ini menyebabkan hambatan dalam mengklasifikasikan kingdom monera secara tepat.

Sistem Klasifikasi 6 Kingdom

Ilmuwan Amerika Carl Woese pada tahun 1977 memperkenalkan sistem klasifikasi 6 kingdom. Ia membagi
kingdom menjadi animalia, plantae, protista, mycota, eubacteria, dan archaebacteria. Penemuan
archaebacteria dengan perbedaan dari eubacteria menjadi dasar untuk kingdom baru ini. Terdapat
kontroversi tentang apakah kingdom monera mencakup eubacteria dan archaebacteria, tetapi banyak
ilmuwan setuju bahwa ini membantu pengklasifikasian yang lebih spesifik.

Sistem Klasifikasi 7 Kingdom

Cavalier-Smith mengembangkan sistem klasifikasi 7 kingdom pada tahun 1998. Ini mencakup animalia,
plantae, protista, chromista, eumycota, eubacteria, dan archaebacteria. Dasar klasifikasi adalah
pembagian menjadi organisme eukariotik dan prokariotik. Organisme eukariotik dibagi menjadi 5
kingdom: animalia, plantae, protista, eumycota, dan chromista. Organisme prokariotik dibagi menjadi
eubacteria dan archaebacteria. Kingdom baru, chromista, mencakup organisme dari fungi dan protista,
memiliki klorofil a dan klorofil c. Klasifikasi ini dianggap lebih spesifik dan menyempurnakan klasifikasi
sebelumnya.

15/15

Anda mungkin juga menyukai