Anda di halaman 1dari 145

Uji Angka Lempeng Total (ALT), Angka Kapang Khamir (AKK),

Dan MPN Coliform Terhadap Sayap Lalat Rumah


(Musca Domestica)

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh
LINA SULIS SETYAWATI
NIM 17.778

AKADEMI ANALIS FARMASI DAN MAKANAN SUNAN GIRI


PONOROGO
2020
Uji Angka Lempeng Total (ALT), Angka Kapang Khamir (AKK),
Dan MPN Coliform Terhadap Sayap Lalat Rumah
(Musca Domestica)

KARYA TULIS ILMIAH


Diajukan sebagai laporan hasil penelitian dalam rangka memperoleh gelar Ahli

Madya Kesehatan (A.Md.Kes) Program Diploma Tiga (D-III) pada program Studi

Analisis Farmasi dan Makanan Sunan Giri Ponorogo

Oleh

LINA SULIS SETYAWATI

NIM 17.778

Dosen Pembimbing:

apt. Ulfa Nur Maa’idah, S.Farm., M.Kes

Charlis Palupi, Amd., S.Pd., M.Pd

AKADEMI ANALIS FARMASI DAN MAKANAN


SUNAN GIRI PONOROGO
2020

ii
e

iii
iv
v
vi
vii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT

berkat ridha-Nya semata maka Karya Tulis Ilmiah berjudul “Uji Angka Lempeng

Total (ALT), Angka Kapang Khamir (AKK), dan MPN Coliform Terhadap Sayap

Lalat Rumah (Musca Domestica)” ini dapat penulis selesaikan dengan baik.

Terselesaikannya karya tulis ilmiah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai

pihak yang terkait. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:.

1. Ibu apt.Ulfa Nur Maa’idah, S.Farm., M.Kes. selaku dosen pembimbing I yang

telah memberikan motivasi, bimbingan, saran, serta petunjuk selama

menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

2. Ibu Charlis Palupi, Amd., S.Pd., M.Pd selaku dosen pembimbing II yang telah

memberikan motivasi, membimbing, saran, dan petunjuk selama

menyelesaikan kaeya tulis ilmiah ini.

3. Asisten Dosen dan segenap karyawan Akafarma Sunan Giri Ponorogo.

4. Orang tua dan keluarga yang selalu memberikan dukungan dari berbagai aspek.

5. Teman-teman mahasiswa Akafarma Sunan Giri Ponorogo angkatan XXII.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa di dalam karya tulis ilmiah ini

masih banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu, adanya kritik dan saran

penyempurnaan dari para pembaca akan diterima oleh penulis.

Ponorogo, 1 Agustus 2020

Penulis,

LINA SULIS SETYAWATI

viii
MOTTO

“Rendah hatilah dirimu seperti bintang yang nampak bagi si

penyaksi di dalam bayangan air, padahal ia jauh tinggi di sana. Dan

janganlah dirimu menjadi seperti asap yang naik dengan

sendirinya, seakan menjulang menuju awan padahal hanya

menghilang tanpa kesan”

ix
PERSEMBAHAN

Puji syukur Alhamdulillah akhirnya sebuah Karya Tulis Ilmiah ini bisa

terselesaikan. Atas terselesaikannya Karya Tulis Ilmiah ini tak lupa saya

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Allah SWT, atas berkat rahmat-Nya Karya Tulis Ilmiah ini dapat

terselesaikan tepat pada waktunya.

2. Bapak dan Ibu yang tidak pernah putus do’anya. Yang selalu mendukung

dan menguatkan saya pada kondisi apapun. Terima kasih atas semua yang

telah Bapak dan Ibu berikan kepada saya.

3. Ibu Ulfa Nur Ma’aidah, sebagai Dosen pembimbing I Terima kasih atas

bimbingan, arahan, dan bantuannya selama saya menyelesaikan Karya

Tulis Ilmiah ini.

4. Ibu Charlis Palupi, sebagai Dosen pembimbing II. Terima kasih atas

bimbingan, arahan, dan bantuannya selama saya menyelesaikan Karya

Tulis Ilmiah ini.

5. Bu Dona Olivia, selaku Asisten praktikum yang telah membantu selama

melaksanakan praktikum demi terselesaikannya penelitian ini.

6. Terimakasih untuk diri saya sendiri Lina Sulis Setyawati atas kerja

kerasmu selama ini, semoga semua ini membawa manfaat untuk diri

sendiri dan orang sekitarmu nanti.

x
7. Tidak lupa saya ucapkan banyak terimakasih kepada keluarga saya di Jetis

bapak Heriyanto sekeluarga yang telah memberi saya tempat, do’a, serta

dukungan yang penuh selama ini sehingga saya bisa sampai pada titik saat

ini. Semoga Allah SWT membalas kebaikan bapak sekeluarga. Aamiin.

8. Untuk teman saya Ulfa dan Novi terimakasih banyak karena telah

meluangkan waktunya untuk membantu saya selama praktikum bahkan

sampai larut malam, terimakasih untuk semuanya.

9. Teman-teman mahasiswa AKAFARMA angkatan XXII yang tidak bisa

saya sebutkan satu persatu, terima kasih atas support dan juga bantuannya

selama menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

10. Semua partner kerja saya di Apotek Ulfa Farma terimakasih untuk semua

bantuan, dan dukungannya selama saya menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah

ini

11. Pihak-pihak lain yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, yang telah

membantu dan berjasa dalam penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini.

xi
ABSTRAK

Sulis Setyawati, Lina. 2020. “Uji Angka Lempeng Total (ALT), Angka Kapang
Khamir (AKK), dan MPN Coliform Terhadap Sayap Lalat Rumah (Musca
Domestica)”. Karya Tulis Ilmiah. Progam Diploma Tiga (D3), Progam Studi
Analis Farmasi dan Makanan Akafarma Sunan Giri Ponorogo.
Dosen Pembimbing: apt. Ulfa Nur Maa’idah S.Farm., M.Kes.

Mikroorganisme merupakan makhluk hidup yang mampu menginfeksi


manusia, hewan, serta tanaman dan dapat menimbulkan penyakit yang berkisar
dari infeksi ringan sampai kematian. Salah satu hewan yang membawa
mikroorganisme adalah Lalat Rumah (Musca Domestica). Apabila suatu makanan
atau minuman terkontaminasi bakteri yang dibawa oleh lalat maka dapat
menyebabkan suatu penyakit. Karena itulah peneliti ingin melihat berapa jumlah
mikroba yang terletak pada masing-masing sayap lalat rumah (Musca Domestica).
Pada penelitian ini digunakan sampel sayap lalat rumah (Musca
Domestica) dengan pengambilan sampel secara acak pada populasi. Sampel yang
dibutuhkan sebanyak 3 sampel yaitu sayap kanan, sayap kiri, serta sayap kanan
dan sayap kiri lalat rumah (Musca Domestica). Jumlah sayap yang dibutuhkan
pada setiap sampel sebanyak 7 sayap yang direndam ke dalam 50ml aqudest steril
selama 15 menit. Selanjutnya dilakukan uji cemaran mikroba untuk melihat
perbedaan jumlah mikroba yang ada pada setiap sampel dengan metode uji ALT,
AKK, dan MPN Coliform.
Hasil penelitian pada ketiga sampel menunjukkan jumlah cemaran
mikroba yang berbeda di setiap sampel. Dengan nilai tertinggi terletak pada
sampel III yaitu aquadest steril dengan penambahan sayap kanan dan sayap kiri
lalat rumah (Musca Domestica). Dan hasil terendah terletak pada sampel II yaitu
aqudest steril dengan penambahan sayap kanan lalat rumah (Musca Domestica).

Kata kunci: Mikroorganisme, Sayap Lalat Rumah (Musca Domestica), Uji


Cemaran Mikroba

xii
ABSTRACT

Sulis Setyawati , Lina. 2020. " Test Total Plate Count (TPC), Figures Fungus
Yeast (AKK) , and MPN Coliform Against House Wings Flies (Musca
Domestica ) ". Scientific papers. Diploma Three (D3) Program, Pharmacy and
Food Analyst Study Program Akafarma Sunan Giri
Ponorogo. Supervisor : apt.Ulfa Nur Maa'idah, S.Farm., M.Kes.

Microorganisms are living things that are capable of infecting humans,


animals and plants and can cause diseases ranging from minor infections to
death. One of the animals that carry microorganisms is the House Fly (Musca
Domestica ). If a food or drink is contaminated with bacteria carried by flies, it
can cause a disease. That's why researchers want to see how many microbes are
located on each wing of the house fly (Musca Domestica).
In this study, wing flies (Musca Domestica ) samples were used by
random sampling in the population. Samples needed seba n yak 3 samplethat is
right wing, left wing, and right wing and wing left the house fly (Musca
Domestic a) . The number of wings required for each sample was 7 wings
immersed in sterile 50 ml aqudest for 15 minutes. Furthermore, a microbial
contamination test was performed to see differences in the number of microbes
present in each sample with the Coliform ALT, AKK and MPN test methods .
The results of the study on the three samples showed different amounts
of microbial contamination in each sample. With the highest value located in
sample III, it is sterile aquadest with the addition of the right wing and left wing
of the house fly (Musca Domestica) . And the lowest result is located in sample II,
namely sterile aqudest with the addition of wing flies to house flies (Musca
Domestica).8

Keywords: Microorganisme, House Fly Wings (Musca Domestica) , Microbial


Contamination Test .

xiii
DAFTAR ISI

Halaman Judul ...................................................................................... ii


Halaman Persetujuan ........................................................................... iii
Halaman Pengesahan ............................................................................ v
Berita Acara ........................................................................................... vi
Pernyataan Keaslian Tulisan ............................................................... vii
Kata Pengantar ..................................................................................... viii
Motto ...................................................................................................... ix
Persembahan ......................................................................................... x
Abstrak ................................................................................................... xii
Abstract .................................................................................................. xiii
Daftar Isi ................................................................................................ xiv
Daftar Tabel........................................................................................... xvi
Daftar Gambar ...................................................................................... xvii
Daftar Lampiran ................................................................................... xviii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................ 3
C. Tujuan Penelitian ............................................................................. 5
D. Manfaat Penelitian ........................................................................... 6
E. Ruang Lingkup Penelitian................................................................ 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Uraian Teoretis ................................................................................. 8
1. Tinjauan Tentang Lalat ............................................................... 8
2. Tinjauan Tentang Hadist Al-Bukhary Muslim............................ 14
3. Tinjauan Tentang Aquadest Steril ............................................... 15
4. Tinjauan Tentang Angka Lempeng Total ................................... 17
5. Tinjauan Tentang Angka Kapang Khamir .................................. 20
6. Tinjauan Tentang MPN Coliform ............................................... 23
7. Tinjauan Tentang Media ............................................................. 23
8. Tinjauan Tentang Sterilisasi ........................................................ 26
B. Penelitian Yang Relevan .................................................................. 29
C. Kerangka Pikir Penelitian ................................................................. 32
D. Hipotesis Penelitian .......................................................................... 33

BAB III METODE PENELITIAN


A. Desain Penelitian ............................................................................. 34
B. Tempat Dan Waktu Penelitian ......................................................... 35
1. Tempat ......................................................................................... 35
2. Waktu .......................................................................................... 35
C. Populasi Dan Sampel ....................................................................... 35
1. Populasi ....................................................................................... 35

xiv
2. Sampel ......................................................................................... 36
3. Teknik Pengambilan Sampel ....................................................... 36
D. Pengumpulan Data ........................................................................... 36
E. Instrumen Penelitian ........................................................................ 37
1. Alat .............................................................................................. 37
2. Bahan ........................................................................................... 37
F. Definisi Operasional ........................................................................ 38
G. Prosedur Penelitian .......................................................................... 40
H. Analisis Data .................................................................................... 56

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Deskripsi Data .................................................................................. 57
B. Hasil Analisis Data .......................................................................... 67
C. Interpretasi Hasil Analisis Data ....................................................... 69
D. Batasan Penelitian ............................................................................ 71

BAB V PENUTUP
A. Simpulan .......................................................................................... 72
B. Saran ................................................................................................ 74

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 75


LAMPIRAN ........................................................................................... 78

xv
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian................................................................................................... 35


Tabel 3.2 Tabel MPN Coliform ............................................................................................ 55
Tabel 4.1 Tabel Hasil Uji ALT sampel 1 persyaratan 1 x 105 .............................................. 58
Tabel 4.2 Tabel Hasil Uji ALT sampel 2 persyaratan 1 x 105 ............................................. 59
Tabel 4.3 Tabel Hasil Uji ALT sampel 3 persyaratan 1 x 105 ............................................. 60
Tabel 4.4 Tabel Hasil Uji AKK sampel 1 persyaratan 1 x 102 ............................................ 62
Tabel 4.5 Tabel Hasil Uji AKK sampel 2 persyaratan 1 x 102 ............................................ 63
Tabel 4.6 Tabel Hasil Uji AKK sampel 3 persyaratan 1 x 102 ............................................ 64
Tabel 4.7 Tabel Hasil Uji MPN Coliform Seri 3 tabung....................................................... 66
Tabel 4.8 Tabel Hasil perbandingan ALT, AKK, dan MPN berdasarkan SD ..................... 67

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Siklus Hidup Lalat Rumah .............................................................................. 10


Gambar 2.2 Kerangka Pikir Penelitian ....................................................................... 32
Gambar 3.1 Desain Penelitian ............................................................................................. 34
Gambar 3.2 Prosedur Skematis Uji ALT .............................................................................. 47
Gambar 3.3 Prosedur Skematis Uji AKK ............................................................................. 50
Gambar 3.4 Prosedur Skematis Uji MPN Coliform ............................................................. 54
Gambar 4.1 Lalat Rumah (Musca Domestica) ...................................................................... 57
Gambar 4.2 Kurva Hasil Uji ALT Perhitungan koloni sampel 1 .......................................... 59
Gambar 4.3 Kurva Hasil Uji ALT Perhitungan koloni sampel 2 .......................................... 60
Gambar 4.4 Kurva Hasil Uji ALT Perhitungan koloni sampel 3 .......................................... 61
Gambar 4.5 Kurva Hasil Uji ALT Perhitungan koloni Per Sampel ...................................... 61
Gambar 4.6 Kurva Hasil Uji ALT Berdasarkan Standart Deviasi ........................................ 62
Gambar 4.7 Kurva Hasil Uji AKK Perhitungan koloni sampel 1 ......................................... 63
Gambar 4.8 Kurva Hasil Uji AKK Perhitungan koloni sampel 2 ......................................... 64
Gambar 4.9 Kurva Hasil Uji AKK Perhitungan koloni sampel 3 ........................................ 65
Gambar 4.10 Kurva Hasil Uji AKK Perhitungan koloni Per Sampel ................................... 65
Gambar 4.11 Kurva Hasil Uji AKK Berdasarkan Standart Deviasi ..................................... 66

xvi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Uji Angka Lempeng Total


Lampiran II Uji Angka Kapang Khamir
Lampiran III Uji MPN Coliform
Lampiran IV Dokumentasi
Lampiran V Biodata Penulis

xvii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mikroorganisme adalah makhluk hidup yang sangat kecil dan

dapat menyebabkan banyak bahaya dan kerusakan. Hal ini tampak dari

kemampuan mikroorganisme menginfeksi manusia, hewan, serta

tanaman dan dapat menimbulkan penyakit yang berkisar dari infeksi

ringan sampai kepada kematian. Mikroorganisme dapat mencemari

makanan, dan menimbulkan makanan tersebut tidak dapat dimakan

karena beracun. Salah satu hewan yang membawa mikroorganisme dan

dapat mencemari makanan adalah lalat rumah (Musca domestica). Lalat

rumah di bidang kesehatan dianggap sebagai serangga pengganggu

karena merupakan vektor mekanis beberapa penyakit dan penyebab

miasis pada manusia dan hewan.Lalat ini juga mengganggu dari segi

kebersihan dan ketenangan. Protozoa dan bakteri dapat dipindahkan

secara mekanis oleh lalat. Probosis dan keenam kaki lalat dilengkapi

dengan rambut-rambut halus serta kakinya mengeluarkan cairan yang

lengket membuat lalat mudah membawa patogen (Yuriatni, 2011).

Lalat rumah merupakan hewan yang membawa bakteri tertentu

contohnya Escherichia coli dan Salmonella. Biasanya bakteri ini terdapat

di bagian tubuh lalat rumah yaitu pada kaki, badan, dan sayap. Apabila

suatu makanan atau minuman yang terkontaminasi oleh bakteri

Escherichia coli dapat menyebabkan penyakit diare. Sedangkan Bakteri

1
2

Salmonella dapat menyebabkan penyakit Salmonellosis di mana keadaan

orang yang terinfeksi bakteri ini mengalami diare, demam, muntah dan

sakit perut. (Safitri et al., 2017)

Sejauh ini masyarakat menilai lalat (Musca domestica) hanya

sebagai hewan pembawa penyakit. Apabila lalat masuk dalam sesuatu

minuman banyak orang yang beranggapan bahwa minuman tersebut

sudah tidak dapat dikonsumsi. Namun dalam suatu hadist Al-Bukhary

Muslim, menjelaskan bahwa Nabi Muhammad SAW pernah bersabda :

‫ب أَ َح ِد ُك ْم َف ْل َي ْغمِسْ ُه‬ ُّ ‫َّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم إِ َذا َو َق َع‬


ِ ‫الذ َبابُ فِي َش َرا‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُّ‫َقا َل ال َّن ِبي‬

‫اح ْي ِه َدا ًء َو ْاْل ُ ْخ َرى شِ َفا ًء‬


َ ‫ُث َّم لِ َي ْن ِزعْ ُه َفإِنَّ فِي إِحْ دَى َج َن‬

Yang artinya : “Apabila seekor lalat hinggap di tempat minum salah

seorang dari kalian, hendaknya ia mencelupkan ke dalam minuman

tersebut, kemudian membuangnya, karena pada salah satu sayapnya

terdapat penyakit dan pada sayap lainnya terdapat penawarnya.” (Sahih

al-Bukhary No. 3073).

Allah SWT memberikan lalat kemampuan untuk membawa kuman

pada salah satu sayapnya dan obat penawar pada sayap yang lain. Jika

hal itu tidak terjadi, spesies lalat saat ini sudah punah akibat terkena

kuman pada tubuh lalat itu sendiri. Namun sampai saat ini lalat masih

ada di bumu dengan jumlah lebih dari 87.000 spesies.

Berdasarkan penelitian sebelumnya oleh Rehab Mohammed Atta,

2014 dari pemeriksaan mikrobiologis yang telah dilakukan terbukti

bahwa tabung uji dan petridisk yang ditambahkan ekstrak sayap kanan
3

lalat rumah tidak menunjukkan adanya kekeruhan maupun pertumbuhan

bakteri. Sedangkan untuk tabung uji dan petridisk yang telah

ditambahkan ekstrak sayap kiri menunjukkan adanya pertumbuhan

bakteri berbentuk coccus dan basil serta jamur (hifa). Dari hadist dan

penelitian yang sudah dilakukan oleh Rehab Mohamed Atta tersebut

peneliti ingin membuktikan secara ilmiah perbedaan jumlah

mikroorganisme pada aquadest steril setelah ditambahkan sayap kanan

lalat rumah, aquadest steril setelah ditambahkan sayap kiri lalat rumah

dan aquadest steril setelah ditambahkan sayap kanan dan sayap kiri lalat

rumah. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode pengamatan

ALT (Angka Lempeng Total), AKK (Angka Kapang Khamir), dan MPN

Coliform.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat dikemukakan rumusan masalah

sebagai berikut:

1. Berapakah nilai Angka Lempeng Total (ALT), pada aquadest steril

yang telah ditambahkan sayap kiri lalat rumah ?

2. Berapakah nilai Angka Kapang Khamir (AKK) pada aquadest steril

yang telah ditambahkan sayap kiri lalat rumah ?

3. Berapakah nilai Most Probable Number (MPN) Coliform pada

aquadest steril yang telah ditambahkan sayap kiri lalat rumah ?


4

4. Berapakah nilai Angka Lempeng Total (ALT), pada aquadest steril

yang telah ditambahkan sayap kanan lalat rumah ?

5. Berapakah nilai Angka Kapang Khamir (AKK) pada aquadest

steril yang telah ditambahkan sayap kanan lalat rumah ?

6. Berapakah nilai Most Probable Number (MPN) Coliform pada

aquadest steril yang telah ditambahkan sayap kanan lalat rumah ?

7. Berapakah nilai Angka Lempeng Total (ALT), pada aquadest steril

yang telah ditambahkan sayap kanan dan sayap kiri lalat rumah ?

8. Berapakah nilai Angka Kapang Khamir (AKK) pada aquadest

steril yang telah ditambahkan sayap kanan dan sayap kiri lalat

rumah ?

9. Berapakah nilai Most Probable Number (MPN) Coliform pada

aquadest steril yang telah ditambahkan sayap kanan dan sayap kiri

lalat rumah ?

10. Apakah ada perbedaan nilai Angka Lempeng Total (ALT), Angka

Kapang Khamir (AKK), dan MPN Coliform pada aquadest steril

yang telah ditambahkan sayap kiri, sayap kanan lalat rumah dengan

aquadest steril yang telah ditambahkan sayap kanan dan sayap kiri

lalat rumah.
5

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui nilai Angka Lempeng Total (ALT), pada

aquadest steril yang telah ditambahkan sayap kiri lalat rumah.

2. Untuk mengetahui nilai Angka Kapang Khamir (AKK), pada

aquadest steril yang telah ditambahkan sayap kiri lalat rumah.

3. Untuk mengetahui nilai MPN Coliform pada aquadest steril yang

telah ditambahkan sayap kiri lalat rumah.

4. Untuk mengetahui nilai Angka Lempeng Total (ALT), pada

aquadest steril yang telah ditambahkan sayap kanan lalat rumah.

5. Untuk mengetahui nilai Angka Kapang Khamir (AKK), pada

aquadest steril yang telah ditambahkan sayap kanan lalat rumah.

6. Untuk mengetahui nilai MPN Coliform pada aquadest steril yang

telah ditambahkan sayap kanan lalat rumah.

7. Untuk mengetahui nilai Angka Lempeng Total (ALT), pada

aquadest steril yang telah ditambahkan sayap kanan dan sayap kiri

lalat rumah.

8. Untuk mengetahui nilai Angka Kapang Khamir (AKK), pada

aquadest steril yang telah ditambahkan sayap kanan dan sayap kiri

lalat rumah.

9. Untuk mengetahui nilai MPN Coliform pada aquadest steril yang

telah ditambahkan sayap kanan dan sayap kiri lalat rumah.


6

10. Untuk mengetahui perbedaan nilai Angka Lempeng Total (ALT),

Angka Kapang Khamir (AKK), dan MPN Coliform pada aquadest

steril yang telah di tambahkan sayap kanan, sayap kiri lalat rumah

dengan aquadest steril yang telah ditambahkan sayap kanan dan

sayap kiri lalat rumah.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

a. Bagi Peneliti

Dengan adanya penelitian ini maka dapat diketahui berapa

perbedaan jumlah mikroba yang ada pada masing-masing sayap

lalat rumah (Musca Domestica). Serta dapat dijadikan acuan untuk

melakukan penelitian lebih lanjut terkait senyawa-senyawa yang

ada pada sayap lalat rumah (Musca Domestica).


7

2. Manfaat Praktis

a. Bagi masyarakat

Dapat memberikan informasi lebih lanjut mengenai layak atau

tidaknya suatu minuman untuk dikonsumsi setelah adanya lalat

yang masuk ke dalam minuman tersebut.

b. Bagi Akademik

Dapat dijadikan bahan informasi untuk melakukan penelitian lebih

lanjut terkait lalat rumah (Musca domestica).

E. Ruang Lingkup

Penelitian ini terbatas pada penelitian sayap lalat rumah yang di

masukkan dalam aquadest steril untuk mengetahui nilai Angka Lempeng

Total (ALT), Angka Kapang Khamir (AKK), dan MPN Coliform. Lalat

rumah diambil dari tempat pembuangan sampah di lingkungan kampus

Akafarma Sunan Giri Ponorogo. Diambil sebanyak 14 ekor lalat rumah

dengan jumlah sayap kanan 7, sayap kiri 7, dan sayap kanan dan sayap

kiri 7. Penelitian dilakukan di laboratorium Akafarma Sunan Giri

Ponorogo.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Uraian Teoritis

1. Tinjauan Tentang Lalat

a. Pengertian umum lalat

Lalat termasuk dalam filum Arthropoda, kelas Hexapoda, dan ordo

Diptera. Serangga dalam ordo Diptera memiliki dua sayap dan pada

bagian belakang terdapat sepasang halter yang digunakan sebagai alat

keseimbangan. Lalat mempunyai sepasang antena dan mata majemuk.

Tubuh lalat terbagi menjadi 3 bagian yaitu, kepala dengan sepasang

antena, toraks, dan abdomen. Lalat mempunyai metamorfosis yang

sempurna yaitu, telur,larva,pupa, dan dewasa (Mokosuli,2001).

Lalat bersifat sinantropik yang artinya mempunyai hubungan

ketergantungan yang tinggi dengan manusia karena sebagian besar

makanan lalat berasal dari makanan manusia dan penyebarannya secara

kosmopolit atau tersebar secara keseluruhan di berbagai tempat.

Beberapa spesis lalat yang sering mempunyai kontak dengan manusia

adalah family Calliphoridae yang terutama jenis lalat hijau atau

Chrysomia megacephala dan family Muscidae dengan jenis Muca

domestica Linneaus atau lalat rumah. (Wahyudi et. al, 2015)

Lalat adalah salah satu vektor yang harus dikendalikan, namun

tidak semua species ini perlu diawasi karena beberapa di antaranya

tidak berbahaya bagi manusia yang ditinjau dari segi kesehatan. Lalat

8
9

sangat menyukai tempat-tempat yang basah seperti tumbuh-tumbuhan

yang busuk, sampah basah dan kotoran yang menumpuk. Lalat memilih

tempat istirahat yang kondisinya lembab/sejuk,dan pada malam hari

sering hinggap di semak-semak, lantai dan dinding. Tempat istirahat

tersebut biasanya dekat dengan tempat makannya. Tingginya populasi

lalat dikarenakan kondisi lingkungan yang saniter filth = jorok

(Kusnadi, 2006).

b. Klasifikasi Lalat Rumah

Klasifikasi lalat rumah adalah sebagai berikut (Simanjutak,2001):

Kingdom : Animalia

Phylum : Arthropoda

Class : Insecta

Ordo : Diptera

Famili : Muscidae

Genus : Musca

Spesiess : Musca domestica

c. Karakteristik Lalat Rumah

Lalat rumah berukuran sedang, panjangnya 6-7,5 mm, berwarna

hitam keabu-abuan dengan empat garis memanjang pada bagian

punggung. Mata lalat betina mempunyai celah lebih lebar dibandingkan

lalat jantan. Antenanya terdiri atas 3 ruas, ruas terakhir paling besar,

berbentuk silinder dan memiliki bulu pada bagian atas dan bawah.
10

Bagian mulut atau probosis lalat seperti paruh yang menjulur digunakan

untuk menusuk dan menghisap makanan berupa cairan atau sedikit

lembek. Bagian ujung probosis terdiri atas sepasang labella berbentuk

oval yang dilengkapi dengan saluran halus disebut pseudotrakhea

tempat cairan makanan diserap. Sayapnya mempunyai empat garis

(strep) yang melengkung ke arah kosta/rangka sayap mendekati garis

ketiga. Garis (strep) pada sayap merupakan ciri pada lalat rumah dan

merupakan pembeda dengan musca jenis lainnya. Pada ketiga pasang

kaki lalat ini ujungnya mempunyai sepasang kuku dan sepasang

bantalan disebut pulvilus yang berisi kelenjar rambut. Pulvilus tersebut

memungkinkan lalat menempel atau mengambil kotoran pada

permukaan halus kotoran ketika hinggap di sampah dan tempat kotor

lainnya (Sa’adah, 2013).

d. Siklus Hidup Lalat Rumah

Gambar 2.1 Siklus Hidup Lalat Rumah (Musca domestica): (1) telur,
(2) larva, (3) pupa, dan (4) dewasa. (Sumber: Kalisch, 2008).
11

Dalam kehidupan lalat dikenal ada 4 (empat) tahapan yaitu mulai dari

telur, larva, pupa dan dewasa.

1) Fase Telur

Telur lalat berwarna putih dengan ukuran kurang lebih 2 mm.

Setiap kali bertelur akan menghasilkan 120–130 telur dan menetas

dalam waktu 8–16 jam. (Depkes, 2013).

2) Fase Larva

Tingkat I: telur yang baru menetas disebut instar I, berukuran panjang

2 mm, berwarna putih, tidak bermata dan berkaki, sangat aktif dan

ganas terhadap makanan, setelah 1 – 4 hari melepas kulit dan keluar

menjadi instar II.

Tingkat II: ukuran besarnya dua kali dari instar I, setelah satu sampai

beberapa hari maka kulit akan mengelupas dan keluar instar III.

Tingkat III: larva berukuran 12 mm atau lebih, tingkat ini memerlukan

waktu 3 sampai 9 hari. Larva mencari tempat dengan temperatur yang

disenangi, dengan berpindah-pindah tempat

3) Fase Pupa atau Kepompong

Jaringan tubuh larva berubah menjadi jaringan tubuh dewasa.

Stadium ini berlangsung 3 sampai 9 hari, setelah stadium ini selesai

maka melalui celah lingkaran bagian anterior akan keluar lalat muda

(Santi,2001).
12

4) Lalat Dewasa

Proses pematangan menjadi lalat dewasa kurang lebih dari 15 jam

dan setelah itu siap mengadakan perkawinan. Umur lalat dewasa dapat

mencapai 2 – 3 minggu, tetapi pada kondisi yang lebih sejuk bisa

sampai 3 bulan.

Siklus hidup dari telur hingga menjadi lalat dewasa 6-20 hari

Lalat dewasa panjangnya lebih kurang ¼ inci, dan mempunyai 4

garis yang agak gelap hitam dipunggungnya. Beberapa hari

kemudian sudah siap untuk berproduksi, pada kondisi normal lalat

dewasa betina dapat bertelur sampai 5 (lima) kali. Umur lalat pada

umumnya sekitar 2-3 minggu, tetapi pada kondisi yang lebih sejuk

biasa sampai 3 (tiga) bulan. Lalat tidak kuat terbang menantang

arah angin, tetapi sebaliknya lalat akan terbang jauh mencapai 1

kilometer (Depkes, 2013).

e. Kebiasaan dan Cara hidup Lalat Rumah

Lalat rumah merupakan pemakan makanan yang berbau busuk

biasa dia memakan bahan berbentuk cairan seperti: sirup, susu,

buah-buahan dan sayuran yang basah dan membusuk, sputum,

kotoran, air dia juga mencemari makanan pada kulit/tubuh yang

basah seperti mulut, lubang hidung, mata pada luka serta pada daging

kemudian lalat hinggap pada keju, gula, dan makanan lain lalat

memakan makanan kering dengan bantuan dia mengeluarkan air

liurnya yang mengandung penyakit kemudian dihisapnya kembali


13

makanan tadi hingga lalat sudah dikenal sejak lama sebagai

pembawa penyakit (Dinata, 2011).

Lalat membawa bakteri pada tubuh dan kaki-kakinya, sewaktu

lalat menikmati makanan dia akan mencemari makanan melalui

cairan yang dikeluarkan oleh makanan yang dicerna dan masuk

kembali ke dalam permukaan makanan. Bila lalat terlampau banyak

maka lalat dapat membuang kotoran diatas makanan, sehingga

makanan menjadi tercemar oleh telur atau larva lalat (Depkes,

2013).

Tempat yang disenangi lalat untuk perindukan atau berkembang

biak adalah tempat yang basah, pada benda-benda organik, tinja,

sampah basah, kotoran binatang, dan tumbuh-tumbuhan busuk.

Sedangkan lalat akan beristirahat pada lantai, dinding, langit-langit,

jemuran pakaian, rumput-rumput, kawat listrik, serta lalat menyukai

tempat-tempat dengan tepi yang tajam dan permukaannya vertikal.

Biasanya tempat beristirahatnya terletak berdekatan dengan tempat

makanannya atau tempat berbiaknya dan biasanya yang terlindung dari

angin. Tempat istirahat tersebut biasanya tidak lebih dari 4,5 meter di

atas permukaan tanah (Widyati, 2002).


14

2. Tinjauan Tentang Hadist Al-Bukhary Muslim

Selain sebagai vektor penyakit dalam suatu hadist dijelaskan

bahwa lalat merupakan serangga yang mempunyai penawar penyakit

yang terletak pada sayapnya. Hadist tersebut diriwayatkan dalam kitab

Shahih al- Bukhary Muslim No. 3073, adalah sebagai berikut

Nabi Muhammad SAW. bersabda:

‫ب أَ َح ِد ُك ْم َف ْل َي ْغمِسْ ُه‬ ُّ ‫َّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم إِ َذا َو َق َع‬


ِ ‫الذ َبابُ فِي َش َرا‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُّ‫َقا َل ال َّن ِبي‬

‫اح ْي ِه َدا ًء َو ْاْل ُ ْخ َرى شِ َفا ًء‬


َ ‫ُث َّم لِ َي ْن ِزعْ ُه َفإِنَّ فِي إِحْ دَى َج َن‬

Yang artinya : “Apabila seekor lalat hinggap di tempat minum salah

seorang dari kalian, hendaknya ia mencelupkan ke dalam minuman

tersebut, kemudian membuangnya, karena pada salah satu sayapnya

terdapat penyakit dan pada sayap lainnya terdapat penawarnya.”

Imam Ibnu Hajar mengatakan dalam komentarnya tentang hadist ini

bahwa pada salah satu sayap lalat membawa penyakit dan pada satu

sayap lainnya menyembuhkan penyakit yang sama. Jadi jika suatu lalat

jatuh pada minuman, obat penawar yang ada pada sayap lalat akan

membunuh racun atau mikroba dengan kehendak Allah SWT. Beberapa

orang yang tidak senang dengan gagasan membenamkan lalat dalam

minuman tersebut tetapi juga tidak ada hak untuk menyangkal keaslian

hadist tersebut.
15

3. Tinjauan Tentang Aquadest Steril

Air merupakan kebutuhan pokok dalam kehidupan sehari-hari. Air

bersih dapat dijumpai dengan mudah di alam, misalnya sebagai air

tanah, air sumur, dan air dari mata air pegunungan. Sementara itu air

murni biasanya hanya terdapat di laboratorium, karena terbentuk oleh

proses rekayasa manusia (penyulingan). Air yang terdapat di alam pada

umumnya tidak murni lagi, karena telah melarutkan banyak elemen,

misalnya gas-gas yang terdapat di udara, dan mineral-mineral yang

terdapat pada tanah dan bantuan yang dilewatinya. Air bersih belum

tentu sehat, tergantung pada zat-zat apa saja yang dikandungnya. Selain

itu, air murni sudah barang tentu kurang sehat, karena tidak

mengandung mineral-mineral yang mungkin justru diperlukan bagi

kesehatan tubuh manusia.

Air murni atau yang sering disebut aquadest steril diperoleh

dengan cara penyulingan (destilasi), tujuan dari destilasi yaitu

memperoleh cairan murni dari cairan yang telah tercemari zat terlarut,

atau bercampur dengan cairan lain yang berbeda titik didihnya. Cairan

yang dikehendaki dididihkan hingga menguap kemudian uap

diembunkan melalui kondensor, sehingga uap mencair kembali. Cairan

hasil destilasi ini disebut destilat (Aquadest steril). Manfaat aquadest

steril dalam dunia kesehatan antara lain digunakan untuk keperluan di

laboratorium kimia, dan perawatan kesehatan (Pitojo, 2003).


16

Aquadest steril merupakan pelarut yang jauh lebih baik

dibandingkan hampir semua cairan yang umum dijumpai. Senyawa

yang segera melarut di dalam aquades mencakup berbagai senyawa

organik netral yang mempunyai gugus fungsional polar seperti gula,

alkohol, aldehida, dan keton. Kelarutannya disebabkan oleh

kecenderungan molekul aquades untuk membentuk ikatan hidrogen

dengan gugus hidroksil gula dan alkohol atau gugus karbonil aldehida

dan keton (Lehninger, 1982).


17

4. Tinjauan Tentang Uji Angka Lempeng Total (ALT)

a. Pengertian Uji Angka Lempeng Total (ALT)

ALT adalah metode kuantitatif yang digunakan untuk

mengetahui jumlah mikroba yang ada pada suatu sampel. Prinsip

dari Uji ALT adalah menghitung pertumbuhan koloni bakteri aeorob

mesofil setelah cuplikan diinokulasikan pada suhu yang sesuai

(BPOM, 2006).

b. Pengertian Bakteri Aerob Mesofil

Bakteri aerob mesofil adalah bakteri yang melakukan

metabolisme dengan bantuan oksigen dan bakteri yang hidup di

daerah suhu antara 150 -550C, dengan suhu optimum 250-400C dalam

makanan dan minuman (Fardiaz,1989).

c. Metode Angka Lempeng Total

Metode yang digunakan dalam Uji ALT yaitu metode tuang

(Pour Plate). Dari pengenceran yang di kehendaki, sebanyak 1 ml

atau 0,1 ml larutan dipipet ke dalam cawan petri steril kemudian

dimasukkan media sebanyak 10-20 ml. Untuk menghindari

kontaminasi dari luar selama penuangan media, cawan petri tidak

boleh dibuka lebar. Setelah itu ratakan dengan hati-hati dengan

gerakan melingkar. Setelah padat diinkubasi dengan suhu dan waktu

yang sesuai. Kemudian hitung koloni yang didapat (BPOM, 2008).


18

d. Cara Perhitungan Angka Lempeng Total

Semua cawan petri yang telah diinkubasi, dipilih cawan

petri dari satu pengenceran yang menunjukkan jumlah koloni antara

25-250. Hitung rata-rata jumlah koloni lalu dikalikan dengan faktor

pengenceran. Hasil dinyatakan sebagai angka lempeng total dalam

tiap gram atau ml sampel. Beberapa kemungkinan lain yang berbeda

dari pernyataan di atas, maka diikuti petunjuk sebagai berikut:

1) Bila salah satu dari dua cawan petri terdapat jumlah koloni

lebih kecil dari 25 atau lebih besar dari 250, hitung jumlah

koloni yang terletak antara 25-250 koloni, kalikan dengan

faktor pengenceran dan nyatakan hasilnya sebagai jumlah

bakteri per gram.

2) Bila hasil dari dua cawan jumlahnya 25-250 koloni dan bebas

spreader maka dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

N= ΣC

[(1 x n1) + (0,1 x n2) x d]

Keterangan:

N : Jumlah koloni produk, dinyatakan dalam koloni per ml atau

per gram.

C : adalah jumlah koloni dari tiap-tiap petri

n1 : adalah jumlah petri dari pengenceran pertama

yang dihitung

n2 : adalah jumlah petri dari pengenceran kedua


19

d : adalah pengenceran pertama yang dihitung

3) Bila jumlah koloni dari masing-masing petri lebih dari 25

koloni nyatakan sebagai jumlah bakteri perkiraan.

4) Bila jumlah koloni per cm2 kurang dari 100 koloni, nyatakan

hasilnya sebagai jumlah perkiraan, jumlah bakteri dikalikan

faktor pengenceran

5) Bila jumlah koloni per cm2 lebih dari 100 koloni, nyatakan

hasilnya, area x faktor pengenceran x 100 (contoh rata-rata

jumlah koloni 110 per cm2 )

6) Bila jumlah koloni dari masing-masing koloni yang tumbuh

pada cawan petri kurang dari 25 nyatakan jumlah bakteri

perkiraan lebih kecil dari 25 dikalikan pengenceran yang

terendah.

7) Menghitung koloni perambat (speader colony), ada 3 macam

perambat koloni, yaitu:

a) Merupakan rantai yang tidak terpisah

b) Perambat yang terjadi diantara dasar cawan petri dan

pembenihan

c) Perambatan yang terjadi pada pinggir atau permukaan

pembenihan.

Apabila terjadi hanya satu perambatan (seperti rantai)

maka koloni dianggap satu. Tetapi apabila ada satu atau

lebih rantai terbentuk dan berasal dari sumber yang


20

terpisah-pisah, maka uap-uap sumber dihitung sebagai

satu koloni. (SNI, 2009).

5. Tinjauan Tentang Angka Kapang Khamir (AKK)

a. Pengertian Angka Kapang Khamir

Angka Kapang Khamir adalah metode yang digunakan

untuk menetapkan angka kapang atau khamir dalam makanan dan

minuman (BPOM, 2006). Prinsip Uji AKK adalah pertumbuhan

kapang atau khamir setelah cuplikan diinokulasikan pada media

yang sesuai dan diinkubasi pada suhu 20-25ºC selama 3-5 hari

(BPOM, 1992).

Angka Kapang Khamir merupakan jumlah kelompok

mikroba yang tergolong ke dalam kelompok fungi multiseluler

maupun uniseluler. Jumlah kapang dan khamir menunjukkan kurang

baiknya mutu produk. Kapang dan khamir akan berkembang biak

bila tempat tumbuhnya cocok untuk pertumbuhan. Di samping itu

kapang tertentu akan menghasilkan aflatoksin.

b. Pengertian Kapang dan Khamir

Kapang adalah fungi multiseluler yang mempunyai

filamen, dan pertumbuhannya pada makanan mudah dilihat karena

penampakannya yang berserabut seperti kapas. Pertumbuhan mula-

mula berwarna putih, jika spora telah timbul akan terbentuk berbagai

warna tergantung dari jenis kapang (Fardiaz,1989).


21

Khamir adalah fungi sel tunggal tanpa filament. Khamir

tumbuh dan berkembang biak lebih cepat dibandingkan dengan

kapang yang tumbuh dengan kapang yang tumbuh dengan

pembentukan filamen (Fardiaz, 1989).

c. Metode Angka Kapang Khamir

Metode yang digunakan dalam Uji AKK yaitu metode

tuang (Pour Plate). Dari pengenceran yang dikehendaki, sebanyak 1

ml larutan dipipet ke dalam cawan petri steril kemudian dimasukkan

media sebanyak 10-20 ml, untuk menghindari kontaminasi luar

selama penuangan media, cawan petri tidak boleh dibuka lebar.

Setelah itu ratakan dengan hati-hati dengan gerakan melingkar.

Setelah padat diinkubasi dengan suhu dan waktu yang sesuai.

Kemudian hitung koloni yang didapat (Lay, 1994).

d. Perhitungan Angka Kapang Khamir

Dipilih cawan petri dari suatu pengenceran yang

menunjukkan jumlah koloni antara 40-60 koloni. Jumlah koloni dari

kedua cawan petri dihitung kemudian dikalikan faktor

pengencerannya. Bila pada cawan petri dua tingkat pengenceran dan

berurutan menunjukkan jumlah antara 40-60, maka dihitung jumlah

koloni dan dikalikan faktor pengenceran kemudian diambil rata-rata.

Hasil dinyatakan sebagai Angka Kapang Khamir dalam tiap gram


22

contoh. Untuk beberapa kemungkinan lain yang berbeda dari

pernyataan di atas, maka diikuti petunjuk sebagai berikut:

1) Bila hanya salah satu di antara kedua cawan petri dari

pengenceran yang sama menunjukkan jumlah antara 40-60

koloni, dihitung jumlah koloni dari kedua cawan dan dikalikan

dengan faktor pengenceran.

2) Bila pada tingkat pengenceran yang lebih tinggi didapat jumlah

koloni pada pengenceran dibawahnya, maka dipilih tingkat

pengenceran terendah (misalnya pada pengenceran 10-2

diperoleh 60 koloni dan pada pengenceran 10-3 diperoleh 20

koloni, maka dipilih jumlah koloni pada tingkat pengenceran

10-2 yaitu 60 koloni).

3) Bila dari seluruh cawan petri tidak ada satupun yang

menunjukkan jumlah antara 40-60 koloni, maka dicatat angka

sebenarnya dari tingkat pengenceran terendah dan dihitung

sebagai Angka Kapang Khamir.

4) Bila tidak ada pertumbuhan pada semua cawan petri dan bukan

disebabkan karena faktor inhibitor, maka Angka Kapang

Khamir dilaporkan sebagai kurang dari satu dilakukan faktor

pengenceran terendah (BPOM, 1992).


23

6. Tinjauan Tentang Most Probable Numbe (MPN)

a. Pengertian MPN

MPN Coliform adalah metode yang digunakan untuk

menghitung jumlah bakteri khususnya untuk mendeteksi adanya

bakteri Coliform ( BPOM, 2006).

b. Pengertian Bakteri Coliform

Coliform adalah bakteri indikator adanya polusi kotoran dan

kondisi sanitasi yang tidak baik terhadap air, makanan, susu, dan

produk susu. Hasil positif adanya bakteri Coliform dapat ditentukan

dari terbentuknya asam dan gas yang dapat dilihat dari kekeruhan

medium laktosa dan keberadaan gelembung udara. Asam yang

terbentuk disebabkan oleh fermentasi laktosa oleh bakteri golongan

koli, sedangkan jumlah tabung yang menunjukkan adanya gas yang

terbentuk di dalamnya, harus sesuai dengan tabel MPN yang telah

ditetapkan (Fardiaz, 2002).

7. Tinjauan tentang media

a. Pengertian media

Media adalah bahan nutrisi yang digunakan untuk

pertumbuhan mikroorganisme. Berdasarkan konsistennya,

media dikelompokkan menjadi dua macam yaitu media

dikelompokkan menjadi dua macam yaitu media cair (liquid

media) dan media padat (solid media). Apabila media cair


24

merupakan ekstrak kompleks material biologis, maka media

tersebut dinamakan rich media atau broth. Media padat

menggunakan bahan pembeku (solidifying agent), misalnya

Agar. Agar sebagai bahan pembeku akan mencair saat

dididihkan, kemudian didinginkan pada suhu 40-42ºC sebelum

dibekukan. Media agar ini tidak akan mencair lagi kecuali pada

suhu 80-90ºC. Agar merupakan agen pengeras yang bagus

sekali karena tidak dapat didegradasi oleh mikroorganisme

(Pratiwi, 2008).

b. Persyaratan media

Media yang baik untuk pertumbuhan mikroba yang sesuai

dengan lingkungan pertumbuhan mikroba diantaranya susunan

makananya, tekanan osmose, derajat keasaman (pH),

temperature, dan steril. Susunan makanan di mana media harus

mengandung air, sumber karbon, mineral, vitamin dan gas.

Tekanan osmose harus isotonic, derajat keasaman (pH)

umumnya netral. Temperature harus sesuai (Yusmaniar, 2017).

c. Media yang digunakan pada penelitian ini

1) Nutrient Agar (NA)

Media NA merupakan media yang mengandung

nitrogen dalam jumlah yang cukup yaitu ekstrak daging

ayam, pepton 0,1%, agar, NaCI, dan aquadest. Nutrient


25

Agar tidak mengandung sumber karbon, sehingga baik

untuk pertumbuhan bakteri.

2) Media Sabouraud Glucose Agar (SGA)

Media SGA dalam penambahan kloramfenikol

merupakan media selektif untuk penumbuhan fungi atau

jamur. Komposisi SGA terdiri dari agar 0,75 gram, glukosa

0,5 gram, pepton 0,5 gram, kloramphenikol 0,05 gram, dan

aquadest 50 ml.

3) Media Lactose Broth (LB)

Media Lactose Broth digunakan sebagai media

untuk mendeteksi kehadiran koliform dalam air, makanan,

dan produk susu. Lactose Broth menyediakan sumber

karbohidrat yang dapat difermentasi untuk organisme

koliform. Media ini biasanya digunakan dalam uji penduga

untuk bakteri Coliform (Kemendikbud, 2013).

4) Media Brilliant Green Lactose Bile Broth (BGLBB)

Media Brilliant Green Lactose Bile Broth

dikenalkan sebagai media deteksi dan konfirmasi anggota

grup aerogenes. Media BGLBB tidak menggunakan

indicator. Komponen utama media ini adalah laktosa

(fermenting agent), garam (selective agent), dan brilliant

green (Completely selective agent) (Kemendikbud, 2013).


26

d. Sterilisasi Media

Media disterilkan dengan alat autoclave dengan (suhu

121ºC selama 15 menit atau tyndalisasi pada suhu 100ºC

selama 30 menit dan diulang 3 kali interval waktu 24 jam)

(Harti, 2012).

8. Tinjauan Tentang Sterilisasi

Menurut Pratiwi 2008, sterilisasi merupakan proses

penghilangan semua jenis organisme hidup, dalam hal ini adalah

mikroorganisme (protozoa, fungi, bakteri, mycoplasma, dan virus)

yang terdapat pada atau di dalam suatu benda. Proses ini

melibatkan aplikasi biocidal agent atau proses fisik dengan tujuan

untuk membunuh atau menghilangkan mikroorganisme.

Metode-metode sterilisasi:

a. Metode sterilisasi fisik (metode sterilisasi panas)

Metode sterilisasi panas merupakan metode yang paling dapat

dipercaya dan banyak digunakan. Proses sterilisasi panas terdiri

atas tiga tahap, yaitu:

1) Tahap pemanasan (heating stage): peningkatan temperature

bahan yang disterilisasi.

2) Tahap sterilisasi (holding stage): waktu yang diperlukan

untuk proses sterilisasi.

3) Tahap pendinginan (cooling stage): waktu yang diperlukan

untuk penurunan temperature bahan yang disterilisasi.


27

Sterilisasi panas dapat dilakukan dengan cara panas kering

maupun panas basah.

a) Sterilisasi panas kering

Berfungsi untuk mematikan organisme dengan cara

mengoksidasi komponen sel ataupun mendenaturasi enzim.

Metode ini tidak dapat digunakan untuk bahan yang terbuat

dari karet atau plastik, waktu sterilisasi lama (sekitar 2-3

jam), dan berdaya penetrasi rendah. Metode sterilisasi

kering ini tidak memerlukan air sehingga tidak ada uap air

yang membasahi alat atau bahan yang disterilkan. Ada dua

metode sterilisasi panas kering yaitu dengan insinerasi

(incineration), yaitu pembakaran dengan menggunakan api

dari bunsen dengan temperature sekitar 35ºC, dan dengan

udara panas oven yang lebih sederhana dengan temperatur

sekitar 160-170ºC.

b) Sterilisasi panas basah

Perebusan dengan menggunakan air mendidih

100oC selama 10 menit efektif untuk sel-sel vegetative dan

spora eukariot, namun tidak efektif untuk endospora

bakteri. Sterilisasi panas basah menggunakan temperature

di atas 100oC dilakukan dengan uap yaitu pressure cooker

dengan peengatur tekanan dan klep pengaman. Prinsip kerja

autoklaf adalah terjadinya koagolasi yang lebih cepat dalam


28

keadaan basah dibangdingkan keadaan kering. Dengan

autoklaf ini dapat membunuh mikroorganisme dengan cara

mendenaturasi atau mengkoagulasi protein pada enzim dan

membrane sel mikroorganisme. Proses ini juga dapat

membunuh endospora bakteri.

b. Metode sterilisasi kimia

Dilakukan untuk bahan-bahan yang rusak bila disterilkan

pada suhu tinggi (misalnya bahan-bahan dari plastik). Kekuatan

agen antimikroba kimiawi diklasifikasikan atas dasar

efisiensinya dalam membunuh mikroorganisme. Dapat

dilakukan dengan menggunakan gas (dengan cara fumigasi atau

penguapan) atau radiasi dan penggunaan cairan desinfektan.

Contoh beberapa bahan yang dapat digunakan untuk sterilisasi

kimia adalah etilen dioksida, senyawa aldehid, dan alkohol.

Efisiensi metode sterilisasi dan aktivitas agen antimikroba

dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu: ukuran populasi,

komposisi populasi, konsentrasi atau intensitas agen

antimikroba, lama paparan, temperatur, lingkungan sekitar.

c. Sterilisasi Yang Digunakan Untuk Penelitian

Pada penelitian ini digunakan sterilisasi metode fisik yaitu

sterilisasi panas kering dan panas basah. Sterilisasi panas

kering digunakan untuk alat-alat yang digunakan


29

menggunakan oven pada suhu 160-170ºC selama 1 jam, hal ini

dikarenakan sterilisasi panas kering mudah dilakukan, efisiensi

waktu, dan dapat dilakukan untuk berbagai alat pada penelitian

ini. Sedangkan sterilisasi panas basah dilakukan dengan

menggunakan autoclave pada suhu 121ºC selama 15 menit

untuk sterilisasi media dan aquadest.

B. Penelitian Relevan

1. Atta, 2014. “Microbiological Studies on Fly Wings (Musca domestica)

Where Disease and Treat”. Metode yang digunakan dalam penelitian

tersebut adalah pemeriksaan mikrobiologis untuk mengetahui adanya

mikroba (bakteri atau jamur). Dari hasil penelitian tersebut dapat

disimpulkan bahwa tidak ada pertumbuhan bakteri atau jamur dalam

petridisk dan tabung uji yang mengandung ekstrak sayap kanan lalat

sedangkan untuk ekstrak sayap kiri lalat menunjukkan adanya

pertumbuhan bakteri ditandai dengan adanya kekeruhan terhadap

tabung uji dan adanya bakteri (basil dan kokus) serta jamur (Hyfa).

Adapun persamaan penelitian penulis dengan penelitian ini adalah

sama-sama menggunakan metode pemeriksaan mikrobiologis.

Sedangkan perbedaan dari penelitian penulis dengan penelitian diatas

adalah larutan untuk mengekstrak sayap lalat rumah tersebut.

2. Tivani, dkk. 2018. “Uji Angka Lempeng Total Pada Jamu Gendong

Kunyit Asem Di Beberapa Desa Kecamatan Talang Kabupaten

Tegal”. Metode yang digunakan adalah metode ALT. Dari hasil


30

penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa jamu kunyit yang asam

di kecamatan Talang belum memenuhi persyaratan mutu dilihat dari

nilai ALT nya. Adapun persamaan dari penelitian diatas dengan

penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah metode yang digunakan

yaitu ALT. Adapun perbedaan dari penelitian tersebut dengan

penelitian yang dilakukan adalah sampel yang digunakan pada

penelitian tersebut yaitu jamu gendong kunyit asem, sedangkan

sampel yang digunakan oleh penelitian penulis adalah aquadest steril

yang telah ditambahkan sayap lalat rumah.

3. Pawestri, 2016. “Uji Angka Kapang Khamir Dan Identifikasi

Salmonella Sp Pada Jamu Pahitan Brotowali Yang Di Produksi Oleh

Penjual Jamu Gendong Di Kelurahan Tonggalan Klaten Jawa Tengah

”. Metode yang digunakan adalah AKK. Dari hasil penelitian tersebut

dapat disimpulkan bahwa nilai AKK jamu pahitan brotowali

menunjukkan jumlah angka kapang khamir 0 koloni/gram dan tidak

mengandung bakteri Salmonella Sp. Adapun persamaan dari

penelitian diatas dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah

metode yang digunakan yaitu AKK (Angka Kapang Khamir). Adapun

perbedaan dari peneliti tersebut dengan penelitian yang dilakukan

adalah sampel yang digunakan yaitu aquadest yang ditambahkan

sayap lalat rumah.

4. Mursalim, dkk. 2018. “Analisis Most Probable Number (MPN)

Coliform Pada Es Puter Yang Beredar Di Kabupaten Gowa Dan


31

Makassar”. Metode yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah

metode MPN Coliform. Dari hasil penelitian tersebut dapat

disimpulkan bahwa berdasarkan uji MPN terhadap 15 Es Puter yang

beredar di kabupaten Gowa dan Makassar semua positif mengandung

Coliform dan tidak layak dikonsumsi. Adapun Persamaan penelitian

penulis dengan penelitian ini adalah sama-sama menggunakan metode

uji yaitu MPN Coliform. Sedangkan perbedaan dari penelitian penulis

dengan penelitian diatas adalah dalam penelitian diatas menggunakan

sampel Es Puter sedangkan penelitian penulis menggunakan sampel

aquadest steril yang telah ditambahkan sayap lalat rumah.


32

C. Kerangka Pikir Penelitian

Sayap Lalat Rumah

Aquadest steril yang telah Aquadest steril yang telah Aquadest steril yang telah
ditambahkan 7 sayap kiri ditambahkan 7 sayap kanan ditambahkan 7 sayap kanan
lalat rumah lalat rumah dan 7 kiri lalat rumah

Uji ALT pada aquadest steril Uji ALT pada aquadest steril Uji ALT pada aquadest steril
yang telah ditambahkan yang telah ditambahkan yang telah ditambahkan sayap
sayap kiri lalat rumah sayap kanan lalat rumah kanan dan kiri lalat rumah

Uji AKK pada aquadest steril Uji AKK pada aquadest steril Uji AKK pada aquadest steril
yang telah ditambahkan sayap yang telah ditambahkan sayap yang telah ditambahkan sayap
kiri lalat rumah kanan lalat rumah kanan dan kiri lalat rumah

Uji MPN Coliform pada Uji MPN Coliform pada Uji MPN Coliform pada
aquadest steril yang telah aquadest steril yang telah aquadest steril yang telah
ditambahkan sayap kiri lalat ditambahkan sayap kanan ditambahkan sayap kanan
rumah lalat rumah dan kiri lalat rumah

Perbandingan hasil uji sayap kanan, sayap


kiri dan sayap kanan kiri lalat rumah

Gambar 2.2 Kerangka Pikir Penelitian


33

D. Hipotesis penelitian

Hipotesis yang dapat dikemukakan pada penelitian ini adalah

diduga sayap kanan lalat rumah yang dimasukkan ke dalam aquadest steril,

sayap kiri lalat rumah yang dimasukkan ke dalam aquadest steril dan sayap

kanan dan kiri lalat rumah yang dimasukkan ke dalam aquadest steril

ketiga-tiganya mempunyai nilai Angka Lempeng Total, Angka Kapang

Khamir dan nilai MPN Coliform yang berbeda.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Lalat rumah yang ada di lingkungan


Populasi
pembuangan sampah kampus
Akafarma Sunan Giri Ponorogo

Jumlah lalat sebanyak 14 ekor dengan

Sampel masing-masing untuk sayap kanan 7,


sayap kiri 7 dan sayap kanan kiri 14
dimasukkan ke dalam Aquadest steril
yang berbeda

Prosedur analisa 1. Uji ALT pada pada sayap kanan


2. Uji ALT pada sayap kiri
3. Uji ALT pada sayap kanan dan kiri
4. Uji AKK pada sayap kanan
Hasil pengamatan 5. Uji AKK pada sayap kiri
6. Uji AKK pada sayap kanan dan kiri
7. Uji MPN Coliform pada sayap kanan
Analisa data 8. Uji MPN Coliform pada sayap kiri
9. Uji MPN Coliform pada sayap kanan
dan kiri

Kesimpulan 10. Dilihat perbandingan nilai ALT, AKK,


dan MPN Coliform pada aquadest steril
yang telah ditambahkan sayap kanan,
sayap kiri, dan sayap kanan kiri lalat rumah
(Musca Domestica).

Gambar 3.1 Desain Penelitian

34
35

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Akademi Analis Farmasi dan

Makanan (AKAFARMA) Sunan Giri Ponorogo meliputi uji Angka

Lempeng Total, Angka Kapang Khamir dan MPN Coliform.

2. Waktu

Table 3.1 Jadwal Penelitian

Program Maret April Mei Juni Juli


1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Konsultasi √ √ √
Judul
Penyusunan √ √ √ √ √ √
laporan
Ujian √
proposal
Praktikum √
Analisa √ √ √ √
data
Ujian KTI √

C. Polupasi Dan Sampel

1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas:

obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya (Sugiyono, 2013). Populasi dalam penelitian ini yaitu

sayap lalat rumah.


36

2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang

dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2013). Sampel dalam

penelitian ini adalah lalat rumah yang telah ditangkap dengan

menggunakan perekat lalat, dan masing-masing sayap yang akan

digunakan untuk penelitian ini diambil dari tubuh lalat itu sendiri

menggunakan forcep steril.

3. Teknik Pengambilan Sampel


Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel yaitu

Simple Random Sampling. Simple Random Sampling adalah

pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa

memperhatikan strata yang ada dalam populasi. Cara demikian

dilakukan bila anggota populasi dianggap homogen (Sugiyono, 2013).

Peneliti mengambil sampel sayap lalat rumah dari populasi.

Pengambilan sampel di lakukan di tempat pembuangan sampah

lingkungan kampus Akafarma Sunan Giri Ponorogo.

D. Pengumulan Data

Data penelitian ini diperoleh dari eksperimen laboratorium

pembuktian secara ilmiah perbedaan jumlah mikroorganisme yang

terdapat dalam aquadest steril setelah ditambahkan sayap lalat rumah

dengan parameter penelitian Angka Kapang Khamir, Angka Lempeng

Total dan MPN Coliform.


37

E. Instrumen Penelitian

1. Alat:

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Cawan petri l. Autoclave

b. Erlenmeyer m. Penjepit

c. Pipet volume n. Transpipet

d. Batang pengaduk o. Beaker glass

e. Timbangan p. Pipet tetes

f. Tabung reaksi q. Kaca arloji

g. Tabung durham r. Jarum ose

h. Rak tabung s. Oven

i. Lampu spirtus t. Koran

j. Inkas u. Kapas

k. Inkubator

2. Bahan:

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain adalah:

a. Sayap lalat rumah

b. Aquadest steril

c. Alkohol 95%

d. Pepton cair 0,1%

e. Media Nutrien Agar

f. Media SGA (Sabauroud Glucose Agar)


38

g. Media Lactose Broth (LB)

h. Media Brilliant Green Lactose Bile Broth ( BGLBB)

i. Spirtus

j. Formalin

F. Definisi Operasional

Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi

tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2013).

1. Untuk keseragaman penelitian, maka variabel didefinisikan sebagai

berikut:

a. Sayap Lalat Rumah

Sayap lalat rumah adalah sayap yang didapatkan dari lalat

rumah atau sering disebut housefly, yang merupakan salah satu

spesies serangga yang banyak terdapat di seluruh dunia. Sebagian

besar (95%) dari berbagai jenis lalat yang dijumpai di sekitar

rumah dan kandang, adalah lalat jenis ini. Di bidang kesehatan

Musca Domestica dianggap sebagai serangga pengganggu karena

merupakan vektor mekanis beberapa penyakit dan penyebab miasis

pada manusia dan hewan. Lalat ini juga mengganggu dari segi

kebersihan dan ketenangan.

b. Aquadest steril adalah air murni yang diperoleh dari proses

penyulingan atau destilasi. Dalam penelitian ini aquadest steril


39

yang digunakan adalah aquadest steril kemasan yang diperoleh

dari salah satu Apotek yang berada di Ponorogo.

c. Angka Lempeng Total (ALT) adalah metode yang di gunakan

untuk menghitung jumlah bakteri mesofil dalam tiap 1 ml atau 1

gram sampel yang akan diperiksa.

d. Angka Kapang Khamir (AKK) adalah metode yang di gunakan

untuk menghitung jumlah mikroba yang tergolong ke dalam

kelompok fungi multiseluler maupun uniseluler.

e. Most Probable Number (MPN) Coliform adalah metode yang di

gunakan untuk menghitung jumlah bakteri khususnya untuk

mendeteksi adanya bakteri Coliform.

f. Nilai ALT, AKK, dan MPN Coliform adalah nilai yang diperoleh

dari pengamatan jumlah mikroba dengan metode ALT, AKK, dan

MPN Coliform.

2. Untuk variabel bebas dan variabel terikatnya yaitu:

a. Variabel Bebas

Merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi

sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat (Sugiyono,

2013). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah ekstrak sayap

lalat rumah dan uji Angka Lempeng Total, uji Angka Kapang

Khamir, dan uji MPN Coliform.


40

b. Variabel Terikat

Merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi

akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2013). Pada

penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah nilai Angka

Lempeng Total (ALT), Angka Kapang Khamir (AKK), dan MPN

Coliform.

G. Prosedur Penelitian

1. Sterilisasi alat

Digunakan untuk mensterilkan alat-alat laboratorium dari gelas,

misalnya cawan petri, gelas ukur, tabung reaksi, erlenmeyer,dan beaker

glass, alat gelas ditempatkan dalam kaleng atau dibungkus kertas

dengan mulut ditutup kapas untuk mencegah kontaminasi oleh

mikroorganisme atmosfer. Sterilisasi dilakukan dengan oven pada suhu

160 oC- 170 oC selama 1-2 jam.

2. Sterilisasi media

Media yang digunakan untuk pengujian adalah, Nutrien Agar

(NA), dan Pepton 0,1%, Sabauroud Glucose Agar (SGA), Lactose

Broth (LB), Brilliant Green Lactose Bile Broth (BGLBB). Media

disterilkan dengan autoclave pada suhu 121oC selama 15 menit,

kemudian media disimpan dalam lemari pendingin (Harti, 2012).


41

3. Sterilisasi Inkas

a. Membersihkan bagian dalam inkas dari debu.

b. Mengusapnya dengan kapas yang dibasahi formalin (untuk

membersihkan inkas agar steril)

c. Meletakkan lampu spirtus dalam keadaan menyala di bagian dalam

inkas.

d. Menutup bagian dalam inkas yang berlubang dengan kertas

e. Membiarkan selama 15 menit (agar steril).

4. Preparasi sampel

a. Pembuatan ekstrak sayap kanan lalat rumah

1) Memasukkan 7 sayap kanan ke dalam 50 ml aquadest steril

selama 15 menit.

2) Ekstrak sayap siap untuk dilakukan uji ALT, AKK, dan MPN

Coliform.

b. Pembuatan ekstrap sayap kiri lalat rumah

1) Memasukkan 7 sayap kiri ke dalam 50 ml aquadest steril

selama 15 menit.

2) Ekstrak sayap siap untuk dilakukan uji ALT, AKK, dan MPN

Coliform.

3) Pembuatan ekstrap sayap kanan dan sayap kiri lalat rumah


42

a) Memasukkan 7 sayap kanan dan 7 sayap kiri ke dalam 50

ml aquadest steril selama 15 menit.

b) Ekstrak sayap siap untuk dilakukan uji ALT, AKK, dan

MPN Coliform.

5. Perlakuan blanko

a. Perlakuan blanko pada Angka Lempeng Total

1) Sterilitas inkas

a) Menuang media Nutrien Agar yang masih cair (suhu 45 ±

1oC) dibiarkan memadat dan dibiarkan terbuka di dalam

inkas selama proses pengerjaan sampel

b) Menutup cawan petri setelah pekerjaan selesai dan

membungkus dengan kertas dalam keadaan terbalik,

kemudian diinkubasi selama 24-48 jam pada suhu 35-37oC

(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2000).

2) Sterilitas media

a) Menuang media Nutrien Agar yang masih cair ( suhu

45 ± 1oC ) ke dalam cawan petri, dibiarkan memadat.

b) Membungkus dengan kertas perkamen dalam keadaan

terbalik, diinkubasi selama 24-48 jam pada suhu 35-37oC

(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2000).


43

b. Perlakuan blanko pada Angka Kapang Khamir

Pada uji Angka Kapang Khamir, dilakukan uji blanko yaitu

untuk mengetahui sterilitas inkas dan sterilitas media Sabouraud

Glucose Agar (SGA)

1) Sterilisasi inkas

a) Menuang media SGA yang masih cair (suhu 45 ± 1oC).

Dibiarkan memadat dan dibiarkan terbuka di dalam inkas

selama proses pengerjaan sampel.

b) Menutup cawan petri setelah pekerjaan selesai dan

membungkus dengan kertas perkamen, kemudian

diinkubasi selama 3-5 hari pada suhu 24-25oC

(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2000).

2) Sterilisasi media

a) Menuang media SGA yang masih cair (suhu 45 ± 1oC) ke

dalam cawan petri, dibiarkan memadat.

b) Membungkus dengan kertas perkamen, diinkubasi selama

3-5 hari pada suhu 24-25oC (Departemen Kesehatan

Republik Indonesia, 2000).

c. Perlakuan blanko pada Most Probable Number (MPN)

1) Letakkan 3 tabung reaksi yang telah diisi masing-masing 10ml

Lactose Broth (LB) dan tabung durham terbalik

2) Meletakkan dalam tabung reaksi dan diberi label


44

3) Blanko digunakan untuk kontrol kejernihan terhadap sampel

6. Prosedur Analisa

a. Pembuatan Air Pepton 0,1 %

1) Ditimbang pepton sebanyak 1 gram. Tambahkan aquadest

sampai batas 1000 ml, Panaskan sampai larut.

2) Dimasukkan ke dalam botol kemudian distrerilkan

menggunakan autoclave pada suhu 121oC selama 15 menit.

b. Pembuatan Media Nutrient Agar 1000 ml

1) Ditimbang daging sebanyak 500 gram, rebus daging dengan

aquadest 1000 ml sampai mendidih, kemudian ambil kaldunya

2) Ditimbang pepton sebanyak 5 gram

3) Ditimbang agar sebanyak 15 gram

4) Bahan-bahan dicampur jadi satu, kemudian panaskan sampai

larut

5) Dimasukkan ke dalam tabung reaksi ± 10 ml

6) Tutup tabung reaksi menggunakan kapas

7) Sterilkan menggunakan autoclave pada suhu 121oC selama 15

menit.

c. Pemeriksaan Angka Lempeng Total

1) Menyiapkan alat dan bahan yang telah disterilkan kemudian

dimasukkan ke dalam inkas


45

2) Merendam 7 sayap kanan lalat rumah pada aquadest steril 50

ml selama 15 menit.

3) Merendam 7 sayap kanan dan 7 sayap kiri pada aquadest steril

50 ml selama 15 menit

4) Merendam 7 sayap kiri lalat rumah pada aquadest steril 50 ml

selama 15 menit.

5) Homogenisasi sampel : Mengambil 10 ml sampel dan 90 ml

pepton cair masing-masing dimasukkan ke dalam Erlenmeyer

dan ini menjadi pengenceran 10-1.

6) Memipet 1 ml hasil pengenceran 10-1, dimasukkan ke dalam

tabung reaksi 10-2, mengocok sampai homogen dan ini menjadi

pengenceran 10-2

7) Memipet 1 ml dari hasil pengenceran 10-2, dimasukkan ke

dalam tabung reaksi 10-3, mengocok sampai homogen dan ini

menjadi pengenceran 10-3

8) Memipet 1 ml dari hasil pengenceran 10-3, dimasukkan ke

dalam tabung reaksi 10-4, mengocok sampai homogen dan ini

menjadi pengenceran 10-4

9) Memipet 1 ml dari pengenceran 10-4, dimasukkan ke dalam

tabung reaksi 10-5, mengocok sampai homogen dan ini menjadi

pengenceran 10-5

10) Memipet 1 ml dari setiap pengenceran ke dalam masing-

masing cawan petri dan dibuat duplo


46

11) Menuang media Nutrien Agar (NA) pada cawan petri yang

terisi sampel. Memutar cawan petri hingga suspensi tersebar

merata

12) Mendiamkan hingga memadat dan membungkus dengan

kertas perkamen

13) Diinkubasi pada suhu 35-37oC selama 24-48 jam

14) Diamati dan dihitung jumlah koloni yang tumbuh

(Berdasarkan SNI 7388:2009).


47

Prosedur Skematis :

10 ml ekstrak sayap lalat 10-1 1 ml sampel

+ 90 ml pepton 0,1%
Media NA

1 ml sampel

10-2 1 ml sampel

9 ml pepton Media NA

1 ml sampel

10-3 1 ml sampel

9 ml pepton Media NA

1 ml sampel 1 ml sampel

10-4 Media NA

9 ml pepton

1 ml sampel 1 ml sampel

10-5
Media NA
9 ml pepton

Gambar 3.2 Prosedur Analisa ALT


48

d. Pembuatan Media Sabouroud Glucose Agar (SGA) 500 ml

1) Ditimbang glukosa sebanyak 5 gram

2) Ditimbang agar sebanyak 7,5 gram

3) Ditimbang pepton sebanyak 5 gram

4) Ditimbang kloramfenikol sebanyak 0,5 gram

5) Ditambahkan aquadest ssampai batas 500 ml

6) Bahan-bahan dicampur jadi satu kemudian, panaskan sampai

larut

7) Dimasukkan ke dalam tabung reaksi ± 10 ml

8) Tutup tabung reaksi menggunakan kapas

9) Disterilisasi menggunakan autoclave pada suhu 121oC selama

15 menit.

e. Pemeriksaan Angka Kapang Khamir

1) Memasukkan semua alat yang telah disterilkan ke dalam inkas

2) Merendam 7 sayap kanan lalat rumah pada aquadest steril 50

ml selama 15 menit.

3) Merendam 7 sayap kiri lalat rumah pada aquadest steril 50 ml

selama 15 menit.

4) Merendam 7 sayap kanan dan 7 sayap kiri pada aquadest steril

50 ml selama 15 menit.

5) Homogenisasi sampel : Mengambil 10 ml sampel dan 90 ml

pepton cair masing-masing dimasukkan ke dalam erlenmeyer

dan ini menjadi pengenceran 10-1.


49

6) Memipet 1 ml hasil pengenceran 10-1, memasukkan ke dalam

tabung reaksi 10-2, mengocok sampai homogen dan ini menjadi

pengenceran 10-2

7) Memipet 1 ml sampel dari setiap pengenceran dimasukkan ke

dalam masing-masing cawan petri dan dibuat duplo

8) Menuang media Sabouraud Glucose Agar (SGA) pada cawan

petri yang terisi sampel. Memutar cawan petri hingga suspensi

tersebar merata

9) Mendiamkan hingga memadat dan membungkus dengan kertas

perkamen

10) Diinkubasi pada suhu 20-25oC selama 3-5 hari

11) Diamati dan dihitung jumlah koloni yang tumbuh

(Berdasarkan SNI 7388:2009).


50

Prosedur Skematis :

90 ml pepton 0,1%
10 ml ekstrak sayap

10-1 10-2
9 ml pepton 0,1%
1 ml sampel
1ml sampel 1ml sampel

Inkubasi pada suhu 25 2 C

Diamati dan di hitung jumlah koloni yang tumbuh pada hari ke tiga sampai lima

Gambar 3.3 Prosedur Analisa AKK


51

f. Uji MPN Coliform

1) Sterilisasi alat

Sterilisasi inkas. Diusapkan formalin menggunakan kapas

pada bagian dalam inkas. Kemudian ditutup menggunakan

kertas koran.

Sterilisasi alat. Alat di cuci bersih, dikeringkan kemudian di

bungkus dengan koran kemudian dioven dengan suhu 160-

1700C selama 1-2 jam. Sebagian alat diusapkan alkohol 70%

menggunakan kapas (Fardiaz, 1989).

2) Pembuatan media

a) Pembuatan media Lactose Broth (LB)

(1) Ditimbang Lactose Broth sebanyak 2,6 gram,

dimasukkan beker glass 500 ml

(2) Ditambahkan aquadest sampai batas 200 ml

(3) Dipanaskan sampai mendidih, larut dan homogen

(4) Dimasukkan ke dalam tabung reaksi

(5) Tutup tabung reaksi menggunakan kapas.

(6) Disterilisasi menggunakan autoclave pada suhu

1210C selama 15 menit.


52

b) Pembuatan media Brillian Green Lactose Bile Broth

(BGLBB)

(1) Ditimbang Brillian Green Lactose Bile Broth

(BGLBB) sebanyak 8 gram

(2) Ditambahkan aquadest sampai batas 200 ml

(3) Dipanaskan sampai mendidih, larut dan homogen.

(4) Dimasukkan ke dalam tabung reaksi masing-masing

sebanyak 10 ml

(5) Tutup tabung reaksi menggunakan kapas

(6) Disterilisasi menggunakan autoclave pada suhu 1210

C selama 15 menit.

3) Prosedur uji MPN

a) Uji Praduga ( Presumptive test).

(1) Disiapkan 9 tabung reaksi berisi 10 ml Lactose Broth

(LB) yang dilengkapi tabung durham terbalik.

(2) Dimasukkan sampel ke dalam 9 tabung dan pengisian

ini dibagi menjadi 3 kelompok:

Kelompok I, 3 tabung berisi 10 ml Lactose Broth

ditambah 10 ml sampel.

Kelompok II, 3 tabung berisi 5 ml Lactose Broth

ditambah 1 ml sampel.
53

Kelompok III, 3 tabung berisi 5 ml Lactose Broth

ditambah 0,1 ml sampel.

(3) Diinkubasi pada suhu 370 C selama 24-48 jam.

(4) Setelah 24 jam dicatat dan diamati adanya gas yang

terbentuk dalam tiap tabung.

(5) Kemudian inkubasi dilanjutkan hingga 48 jam dan

dicatat tabung-tabung yang menunjukkan uji positif.

(6) Jumlah tabung yang positif gas dicatat dan dirujuk ke

tabel MPN. Angka yang diperoleh pada tabel MPN

menyatakan jumlah bakteri Coliform dalam tiap gram

atau tiap ml sampel yang di uji.

b) Uji Penegasan (Comfirmative test).

(1) Biakan dari tabung yang menunjukkan uji praduga

positif dipindahkan 1 jarum ose ke dalam tabung

reaksi berisi 10 ml Brillian Green Lactose Bile broth

(BGLBB) yang telah dilengkapi tabung durham.

(2) Seluruh tabung diinkubasi pada suhu 37ᵒC selama 24-

48 jam. Dilakukan pengamatan adanya pembentukan

gas (BPOM, 2006).


54

Prosedur Skematis

Sampel (10 ml sampel + 90 ml air pepton 0,1 %)


(UJI PENDUGA) Inokulasi pada

Blanko (10 ml LB)


10 ml LB 5 ml LB 5 ml LB
+ 10 ml sp + 1 ml sp + 0,1 ml sp

Di inkubasi dengan suhu 35-37oC selama 24-48 jam.

Amati adanya perubahan warna menjadi keruh dan adanya gas pada tabung
durham.

(-) gas
(+) gas dan keruh
(UJI PENGUAT)
Inokulasi pada BGLBB 10 ml
(inkubasi pada suhu 37oC selama 24 jam)

(-) gas
(+) gas dan keruh
Gas positif dicocokkan pada tabel ,laporkan sebagai bakteri MPN
Coliform per ml.

Gambar 3.4 Prosedur Analisa MPN bakteri Coliform


55

Tabel 3.2 Daftar MPN Coliform menggunakan seri 3 tabung

Tabung yang positif MPN/100 ml

3 x 10 ml 3 x 1 ml 3 x 0,1 ml Nilai MPN

0 0 0 0
0 0 1 3
0 1 0 3
1 0 0 4
1 0 1 7
1 1 0 7
1 1 1 11
1 2 0 11
2 0 0 9
2 0 1 14
2 1 0 15
2 1 1 20
2 2 0 21
2 2 1 28
3 0 0 23
3 0 1 39
3 0 2 64
3 1 0 43
3 1 1 75
3 1 2 120
3 2 0 93
3 2 1 150
3 2 2 210
3 3 0 240
3 3 1 460
3 3 2 1100
3 3 3 >2400
56

H. Analisa Data

Teknik analisa data pada penelitian ini, data yang diolah adalah

data hasil perhitungan kualitatif uji Angka Kapang Khamir, Uji Angka

Lempeng Total, dan Uji MPN Coliform pada aquadest steril serta melihat

perbandingan antar rata-rata nilai ALT dan AKK secara visual dengan

standart deviasi dan menghitung nilai MPN Coliform pada sampel satu,

sampel dua dan sampel tiga dengan cara mencocokkan pada tabel MPN

yang telah ditetapkan.


BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Data

1. Deskripsi Sampel

Gambar 4.1 Lalat Rumah (Musca Domestica).

Pada penelitian digunakan sampel sayap lalat rumah (Musca

Domestica) yang diperoleh dari tempat pembuangan sampah

lingkungan kampus Akafarma Sunan Giri Ponorogo. Terdiri dari 7

sayap kanan,7 sayap kiri, serta 7 sayap kanan dan 7 sayap kiri lalat

rumah (Musca Domestica) yang dimasukkan ke dalam aquadest steril

selama 15 menit untuk selanjutnya di uji cemaran mikroba dengan

metode ALT, AKK, dan MPN Coliform.

2. Hasil Uji Cemaran Mikroba Pada Aquadest Steril Setelah Di

Tambahkan Sayap Lalat Rumah

a. Hasil Uji Cemaran Mikroba

1) Angka Lempeng Total (ALT)

Sampel I, II, dan III dilakukan Uji Angka Lempeng Total (ALT)

untuk mengetahui jumlah mikroba pada sampel. Masing-masing

57
58

sampel dilakukan replikasi tiga kali dan setiap pengenceran

dilakukan secara duplo atau dua kali pengulangan. Hasil ALT

(koloni/ml) dari pengulangan tersebut diambil nilai ALT rata-rata,

sehingga didapatkan hasil ALT dari masing-masing sampel.

Tabel 4.1 Hasil Uji Angka Lempeng Total persyaratan maksimum


1 x 105 koloni/ml
Hasil Rata- rata Hasil
Sampel Replikasi Pengenceran Pengamatan (koloni/ml) perhitunga
koloni
1 2
-1
10 61 60 60,5
10-2 56 51 53,5 60,5 x 10-1
A 10-3 34 18 26 koloni/ml
10-4 9 3 6
10-5 3 0 1,5
I 10-1 130 121 125,5
(7 sayap 10-2 157 75 116 125,5 x 10-1
kiri) B 10-3 121 98 109,5 Koloni/ml
10-4 59 55 57
10-5 44 29 36,5
10-1 198 188 193
10-2 114 78 96 193 x 10-1
C 10-3 30 27 28,5 Koloni/ml
10-4 15 5 10
10-5 0 0 0
59

Hasil perhitungan koloni sampel I

250
193
200
150
125.5
100 60.5 Hasil Perhitungan
50 koloni sampel 1

0
A. (Replik. 1) B. (Replik. 2) C. (Replik. 3)

Gambar 4.2 Kurva perhitungan koloni sampel 1

Cara Perhitungan Terletak Pada Lampiran I

Tabel 4.2 Hasil Uji Angka Lempeng Total persyaratan maksimum


1 x 105 koloni/ml
Hasil Rata- rata Hasil
Sampel Replikasi Pengenceran Pengamatan (koloni/ml) perhitungan
koloni
1 2
10-1 135 45 90
10-2 25 35 30
A 10-3 16 20 18 90 x 10-1
10-4 11 14 12,5 Koloni/ml
10-5 11 2 6,5
II 10-1 112 58 85
(7 sayap 10-2 96 72 84 85 x 10-1
kanan) B 10-3 65 57 61 Koloni/ml
10-4 23 20 21,5
10-5 16 0 8
10-1 133 79 106
10-2 67 21 44
C 10-3 2 21 11,5 106 x 10-1
10-4 1 0 0,5 Koloni/ml
10-5 3 0 1,5
60

Hasil perhitungan koloni sampel 2

120
106
100
90 85
80
60
Hasil Perhitungan
40 koloni sampel 2
20
0
A. (Replik. 1) B. (Replik. 2) C. (Replik. 3)

Gambar 4.3 kurva perhitungan koloni sampel 2

Cara Perhitungan Terletak Pada Lampiran I

Tabel 4.3 Hasil Uji Angka Lempeng Total persyaratan maksimum 1 x 105
koloni/ml
Hasil Rata- Hasil
Sampel Replikasi Pengenceran Pengamatan rata perhitung
(koloni/ koloni
ml)
1 2
10-1 Spreader spreader -
10-2 255 235 245
A 10-3 185 200 192,5 245 x 10-2
-4
10 109 144 126,5 Koloni/ml
10-5 39 13 26
III 10-1 Spreader Spreader -
(7 10-2 245 237 241
sayap B 10-3 215 203 209 241 x 10-2
kanan 7 10-4 90 59 74,5 Koloni/ml
-5
sayap 10 67 9 38
kiri) 10-1 Spreader spreader -
10-2 257 239 248
C 10-3 228 232 230 248 x 10-2
-4
10 187 145 166 Koloni/ml
-5
10 59 43 51
61

Hasil perhitungan koloni sampel 3

250 248
248
246 245
244
241
242 Hasil Perhitungan
240 koloni sampel 3
238
236
A. (Replik. 1) B. (Replik. 2) C. (Replik. 3)

Gambar 4.4 Kurva perhitungan koloni sampel 3

Cara Perhitungan Terletak Pada Lampiran I

300

245 241 248


250

200 193

150 SAMPEL 1
125,5
106 SAMPEL 2
100 90
SAMPEL 3
85
50
60,5

0
A. (Replik. 1) B. (Replik. 2) C. (Replik. 3)

Gambar 4.5 kurva perhitungan koloni SP 1. SP 2, SP 3

Keterangan :
=Sampel 1 (sayap kiri)

=Sampel 2 (sayap kanan)

=Sampel 3 (sayap kanan + sayap


kiri)
62

jumlah koloni/ml
300 246.5 x 10-2
250
200
150 93 x 10-1
100 87.5 x 10-1 jumlah koloni/ml
50
0
I (Sayap kiri) II (Sayap III (Sayap
kanan) kanan + kiri)

Gambar 4.6 Hasil ALT berdasarkan Perhitungan Standart Deviasi

2) Angka Kapang Khamir (AKK)

Sampel I, II, dan III dilakukan Uji Angka Kapang Khamir

(AKK) untuk mengetahui jumlah kapang dan khamir pada sampel.

Masing-masing sampel dilakukan replikasi tiga kali dan setiap

pengenceran dilakukan secara duplo atau dua kali pengulangan. Hasil

AKK (koloni/ml) dari pengulangan tersebut diambil nilai rata-rata,

sehingga didapatkan hasil AKK dari masing-masing sampel.

Tabel 4.4 Hasil Uji Angka Kapang Khamir persyaratan maksimum


1 x 102 koloni/ml
Hasil
Sampel Replikasi Pengenceran Hasil Rata-rata perhitungan
Pengamatan (koloni/ml) koloni
1 2
10-1 48 26 37 37 x 10-1
A
I 10-2 4 0 2 Koloni/ml
(7 sayap 10-1 114 2 58 58 x 10-1
B
kiri) 10-2 0 2 1 Koloni/ml
10-1 3 5 4 4 x 10-1
C
10-2 3 1 2 Koloni/ml
63

Hasil perhitungan koloni sampel 1


70 58
60
50 37
40
30 Hasil Perhitungan
20 koloni sampel 1
10 4
0
A. (Replik. 1) B. (Replik. 2) C. (Replik. 3)

Gambar 4.7 kurva perhitungan koloni sampel 1

Cara Perhitungan Terletak Pada Lampiran II

Tabel 4.5 Hasil Uji Angka Kapang Khamir persyaratan maksimum


1 x 102 koloni/ml
Hasil
Sampel Replikasi Pengenceran Hasil Jumlah perhitungan
Pengamatan (koloni/ml) koloni
1 2
10-1 2 2 2 2 x 10-1
A
II 10-2 2 1 1,5 Koloni/ml
(7 sayap 10-1 2 0 1 1 x 10-1
B
kanan) 10-2 1 2 1,5 Koloni/ml
10-1 6 1 3,5 3,5 x 10-1
C
10-2 0 0 0 Koloni/ml
64

Hasil perhitungan koloni sampel 2

4 4
3,5
3
2,5 2
2
1,5 1 Hasil Perhitungan
1 koloni sampel 2
0,5
0
A. (Replik. 1) B. (Replik. 2) C. (Replik. 3)

Gambar 4.8 kurva perhitungan koloni sampel 2

Cara Perhitungan Terletak Pada Lampiran II

Tabel 4.6 Hasil Uji Angka Kapang Khamir persyaratan maksimum


1 x 102 koloni/ml
Hasil Rata-rata Hasil
Sampel Replikasi Pengenceran Pengamatan (koloni/ml) perhitungan
koloni
1 2
III 10-1 22 17 19,5 19,5 x 10-1
A
(7sayap 10-2 0 0 0 Koloni/ml
kanan 7 10-1 51 48 49,5 49,5 x 10-1
B
sayap 10-2 6 4 5 Koloni/ml
kiri) 10-1 48 52 50 50 x 10-1
C
10-2 9 0 4,5 Koloni/ml
65

Hasil perhitungan koloni sampel 3

60
50
50
40 49,5

30
19,5 Hasil Perhitungan
20
koloni sampel 3
10
0
A. (Replik. 1) B. (Replik. 2) C. (Replik. 3)

Gambar 4.9 kurva perhitungan koloni sampel 3

70

60 58

50 50
49,5
40 37 SAMPEL 1
SAMPEL 2
30
SAMPEL 3
19,5
20

10 4
2 1 3,5
0
A. (Replik. 1) B. (Replik. 2) C. (Replik. 3)

Gambar 4.10 Hasil Perhitungan Jumlah Koloni SP 1, SP 2, SP 3

Keterangan :
=Sampel 1 (sayap kiri)

=Sampel 2 (sayap kanan)

=Sampel 3 (sayap kanan + sayap


kiri)
66

jumlah koloni/ml
60 47.5 x 10-1 49.75 x 10-1

40
jumlah
20 koloni/ml
6.75 x 10-1
0
I (Sayap kiri) II (Sayap III (Sayap
kanan) kanan + kiri)

Gambar 4.11 Hasil AKK berdasarkan perhitungan Standart Deviasi

3) Most Probable Number (MPN) Coliform

Sampel I, II, dan III dilakukan uji Most Probable Number

(MPN ) Coliform . untuk mengetahui jumlah Coliform pada sampel.

Masing-masing sampel dilakukan tiga kali pengulangan. Hasil MPN

Coliform (MPN/ml) dari pengulangan tersebut diambil nilai tertinggi,

sehingga didapatkan hasil MPN tertinggi Coliform masing-masing

sampel.

Tabel 4.7 Hasil Uji MPN Coliform sesuai tabel MPN seri 3 tabung

Data Hasil Uji MPN


Sampel Sampel + Sampel + Sampel + 0,1 ml Jumlah MPN/100
10 ml 1 ml ml
1 3 tabung 3 tabung 3 tabung (+) >2400MPN/100 ml
(+) (+)
2 3 tabung 3 tabung 3 tabung (+) >2400MPN/100 ml
(+) (+)
3 3 tabung 3 tabung 3 tabung (+) >2400MPN/100 ml
(+) (+)
67

Tabel 4.8 Hasil perbandingan jumlah ALT, AKK, dan MPN per sampel
berdasarkan perhitungan standart deviasi
HASIL UJI
SAMPEL ALT AKK MPN
Coliform
>2400
1 1
I 93 x 10 47,5 x 10 MPN/100ml
(7 sayap koloni/ml koloni/ml (Warna hijau
kiri) keruh)
II >2400
(7 sayap 1 1
87,5 x 10 6,75 x 10 MPN/100ml
kanan) koloni/ml koloni/ml (Warna Hijau
sedikit keruh)
III >2400
(7 sayap 246,5 x 102 49,75 x 101 MPN/100ml
kanan 7 koloni/ml koloni/ml (Warna hijau
sayap kiri ) sangat keruh)

B. Hasil Analisa Data

1. Analisa Data Cemaran Mikroba Pada Aquadest Steril Setelah

ditambahkan Sayap Lalat Rumah (Musca Domestica).

a. Angka Lempeng Total (ALT)

Berdasarkan hasil pengujian dan perhitungan pada setiap sampel,

maka sampel aquadest steril yang telah ditambahkan sayap lalat rumah

memiliki hasil uji Angka Lempeng Total (ALT) sebagai berikut. Pada

sampel I (Sayap kiri), 93 x 10-1 koloni/ml, sampel II (Sayap kanan),

87,5 x 10-1 koloni/ml, dan sampel III (Sayap kanan kiri), 246,5 x 10-2

koloni/ml. Ditinjau dari persyaratan SNI 7388 : 2009 untuk Air Minum

Dalam Kemasan batas maksimum cemaran Angka Lempeng Total adalah

1 x 105 koloni/ml. Nilai ALT pada setiap sampel tersebut menunjukkan


68

jumlah bakteri aerob mesofil yang terdapat pada masing-masing sayap

lalat rumah (Musca Domestica).

b. Angka Kapang Khamir (AKK)

Berdasarkan hasil pengujian dan perhitungan pada setiap sampel,

maka sampel aquadest steril yang telah ditambahkan sayap lalat rumah

memiliki hasil uji Angka Kapang Khamir (AKK) sebagai berikut. Pada

sampel I (Sayap kiri), 47,5 x 101 koloni/ml, sampel II (Sayap kanan),

6,75 x 101 koloni/ml, dan sampel III (Sayap kanan kiri), 49,75 x 101

koloni/ml. Ditinjau dari persyaratan SNI NO.7388 : 2009 untuk

Minuman Berkarbonat batas maksimum cemaran Angka Kapang Khamir

adalah 1 x 102 koloni/ml. Nilai AKK pada setiap sampel tersebut

menunjukkan bahwa pada setiap sayap lalat rumah selain mengandung

bakteri juga menunjukkan adanya pertumbuhan jamur.

c. Most Probable Number (MPN) Coliform

Berdasarkan hasil pengujian dan perhitungan pada setiap sampel,

maka sampel aquadest steril yang telah ditambahkan sayap lalat rumah

memiliki hasil uji MPN Coliform sebagai berikut. Pada sampel I (Sayap

kiri), >2400 MPN/100ml, sampel II (Sayap kanan), >2400 MPN/100ml,

Sampel III (Sayap kanan kiri), >2400 MPN/100ml. Persyaratan MPN

Coliform menurut SNI 7388 : 2009 untuk Air Minum Dalam Kemasan

batas maksimum nilai MPN adalah <2 MPN/100ml. Setelah dilakukan

pengamatan secara kualitatif kemudian di cocokkan dengan tabel MPN,


69

diperoleh hasil bahwa semua sampel Aquadest steril yang telah

ditambahkan sayap lalat rumah memiliki jumlah MPN Coliform melebihi

batas yang telah ditetapkan. Nilai MPN Coliform pada setiap sampel

menunjukkan bahwa pada setiap sayap lalat rumah terdapat bakteri

Coliform.

C. Interpretasi Hasil Analisis Data

Sampel Aquadest steril dengan perbedaan penambahan sayap lalat

rumah (Musca Domestica), masing – masing didapat hasil uji cemaran

mikroba yang berbeda. Uji cemaran mikroba pada aquadest steril sampel

I, II, dan III meliputi uji ALT, AKK, MPN Coliform.

Pada uji Angka Lempeng Total sampel aquadest steril dengan

penambahan sayap lalat rumah (Musca Domestica), berdasarkan SNI

No.7388:2009 untuk Air Minum Dalam Kemasan tidak boleh lebih dari

batas maksimal 1 x 105 koloni/ml. Aquadest steril Sampel I dengan

penambahan sayap kiri lalat rumah memiliki jumlah ALT 93 x 101

koloni/ml , Sampel II dengan penambahan sayap kanan lalat rumah

memiliki jumlah ALT 87,5 x 101 , Sampel III dengan penambahan sayap

kanan dan kiri memiliki jumlah ALT 246,5 x 102 koloni/ml. Berdasarkan

data tersebut adanya perbedaan jumlah ALT pada sampel membuktikan

bahwa pada setiap sayap kiri, sayap kanan dan sayap kanan kiri yang

terdapat pada lalat rumah (Musca Domestica) masing-masing memiliki

jumlah bakteri yang berbeda. Sumber mikroba dapat berasal dari sampel,
70

praktikan, air yang digunakan, alat yang digunakan, serta proses

pemanasan yang tidak sesuai dengan suhunya.

Pada uji Angka Kapang Khamir sampel aquadest steril dengan

penambahan sayap lalat rumah berdasarkan SNI No.7388:2009 untuk

Air Minum Dalam Kemasan tidak boleh lebih dari batas maksimal

1 x 102 koloni/ml. Aquadest steril Sampel I dengan penambahan sayap

kiri lalat rumah memiliki jumlah AKK 47,5 x 10-1 koloni/ml , Sampel II

dengan penambahan sayap kanan lalat rumah memiliki jumlah AKK

6,75 x 10-1 koloni/ml, dan Sampel III dengan penambahan sayap kanan

dan kiri lalat rumah memiliki jumlah AKK 49,75 x 10-1 koloni/ml.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh parveen (2014) adanya

kapang khamir dapat berasal dari sampel dan pada saat proses analisa.

Rendahnya AKK dapat disebakan karena pada proses preparasi sampel

dilakukan adanya proses pemanasan sehingga dapat menurunkan

cemaran kapang khamir (Risman, 2016).

Pada uji Most Probable Number (MPN) Coliform pada aquadest

steril yang telah ditambahkan sayap lalat rumah (Musca Domestica)

sampel I, II, III dilakukan dengan menghitung jumlah MPN Coliform

pada setiap sampel kemudian di cocokkan dengan tabel MPN. MPN

Coliform pada aquadest steril sampel I, II, III masing-masing melebihi

batas maksimal yang ditetapkan SNI No.7388:2009 untuk Minuman

Berkarbonat yaitu maksimal <2MPN/100ml. Hasil dari penelitian ini

adalah aquadest steril yang telah ditambahkan sayap kiri lalat rumah
71

memiliki jumlah MPN >2400/100ml, Aquadest steril yang telah

ditambahkan sayap kanan lalat rumah memiliki jumlah MPN

>2400/100ml, Aquadest steril yang telah ditambahkan sayap kanan dan

kiri lalat rumah memiliki jumlah MPN >2400/100ml.

Meskipun dari ketiga sampel memiliki jumlah nilai MPN Coliform

yang melebihi batas maksimal namun, ketika dilakukan pengamatan

secara visual ada perbedaan warna pada tabung uji yang menunjukkan

bahwa sampel II dengan penambahan sayap kanan lalat rumah (Musca

Domestica) memiliki warna yang lebih jernih dibandingkan dengan

sampel I dan sampel III. Adanya bakteri Coliform pada

makanan/minuman menunjukkan kemungkinan adanya mikroba yang

bersifat enteropatogenik dan toksigenik yang berbahaya bagi kesehatan.

Sehingga apabila suatu makanan atau minuman yang tercemar oleh

bakteri tersebut maka makanan atau minuman tersebut tidak layak untuk

di konsumsi.

D. Batasan Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yaitu diantaranya:

1. Penulis hanya menguji jenis lalat rumah (Musca Domestica) yang

digunakan sebagai populasi sampel.

2. Penelitian ini hanya terbatas pada perbedaan hasil uji cemaran mikroba

pada Aquadest steril setelah ditambahkan sayap kanan, sayap kiri dan

sayap kanan kiri lalat rumah dengan metode ALT, AKK dan MPN

coliform.
BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

1. Aquadest steril dengan penambahan sayap kiri lalat rumah, mempunyai

jumlah ALT 93 x 10-1 koloni/ml.

2. Aquadest steril dengan penambahan sayap kiri lalat rumah, mempunyai

jumlah AKK 47,5 x 10-1 koloni/ml.

3. Aquadest steril dengan penambahan sayap kiri lalat rumah, mempunyai nilai

MPN >2400/100ml.

4. Aquadest steril dengan penambahan sayap kanan lalat rumah, mempunyai

jumlah ALT 87,5 x 10-1 koloni/ml.

5. Aquadest steril dengan penambahan sayap kanan lalat rumah, mempunyai

jumlah AKK 6,75 x 10-1 koloni/ml.

6. Aquadest steril dengan penambahan sayap kanan lalat rumah, mempunyai

nilai MPN >2400/100ml.

7. Aquadest steril dengan penambahan sayap kanan dan kiri lalat rumah,

mempunyai jumlah ALT 246,5 x 10-2 koloni/ml.

8. Aquadest steril dengan penambahan sayap kanan dan kiri lalat rumah,

mempunyai jumlah AKK 49,75 x 10-1 koloni/ml.

9. Aquadest steril dengan penambahan sayap kanan dan kiri lalat rumah,

mempunyai nilai MPN >2400/100ml.

72
73

10. Dari penelitian yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwa aquadest steril

yang telah ditambahkan sayap kanan lalat rumah, mempunyai nilai ALT dan

AKK yang lebih rendah dibandingkan dengan aquadest steril yang telah

ditambahkan sayap kiri lalat rumah dan aquadest steril yang telah

ditambahkan sayap kanan dan kiri lalat rumah. Untuk uji MPN Coliform

ketiga sampel teridentifikasi mengandung bakteri Coliform yang melebihi

batas yang telah ditetapkan, namun ada perbedaan warna pada hasil uji,

di mana sampel 2 (sayap kanan) terlihat lebih jernih, dibandingkan dengan

sampel 1 (sayap kiri), dan sampel 3 (sayap kanan dan kiri) yang keduanya

berwarna sangat keruh. Berdasarkan hadist Al-Bukhary Muslim No. 3073 di

jelaskan bahwa apabila suatu makanan atau minuman ditambahkan kedua

sayap lalat rumah maka salah satu sayapnya dapat digunakan sebagai

penawar penyakit. Namun dari hasil penelitian yang telah dilakukan di

dapatkan hasil bahwa ketika aquadest steril yang telah ditambahkan kedua

sayap lalat rumah memiliki jumlah nilai ALT, AKK, dan MPN Coliform

yang tinggi. Sehingga apabila suatu makanan atau minuman yang telah

kemasukkan lalat maka minuman tersebut tidak dapat di konsumsi.


74

B. Saran

1. Perlu dilakukan kembali uji terhadap masing-masing sampel untuk

mengetahui jenis bakteri dan jamur apa yang tumbuh pada sayap kanan

maupun sayap kiri lalat rumah (Musca Domestica).

2. Perlu dilakukan uji lebih lanjut tentang senyawa-senyawa apa yang

terkandung di dalam kedua sayap lalat rumah (Musca Domestica) sehingga

mempengaruhi perbedaan pertumbuhan mikroba.


DAFTAR PUSTAKA

Atta, R.M. 2014. Microbiological Studies on Fly Wings (Musca domestica)


Where Disease and Treat. World Journal of Medical Sciences, 11 (4): 486-489.
DOSI Publications. DOI: 10.5829/idosi.wjms.2014.11.4.86131.

Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia. 1992. Prosedur


Operasional Baku Pengujian Mikrobiologi. Jakarta: Badan Pengawas Obat
Dan Makanan Republik Indonesia.

Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia. 2006. Metode Analisis
Microbiologi. Pusat Pengujian Obat dan Makanan Badan Pengawasan Obat
dan Makanan Republik Indonesia: Jakarta.

Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia. 2008. Pengujian


Mikrobiologi Pangan. Info POM Vol. 9, No. 2, Maret 2008. Jakarta: Badan
Pengawas Obat Dan Makanan.

Depkes RI., 2013. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). Jakarta: Badan Penelitian
dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan.

Dinata,Arda.2011.NamakuLalat.http://kesehatan.kompasiana.com/alternatif/2011/
11/05/namaku.lalat-407634.html

Fardiaz, S. 1989. Mikrobiologi Pangan. Bogor: Institut Pertanian Bogor (IPB


Press).

Fardiaz, Dedi, 2002. Panduan Pengolahan Pangan yang Baik bagi Industri
Rumah Tangga, Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan.

Harti, S.A. 2012. Dasar-Dasar Mikrobiologi Kesehatan. Yogyakarta: Nuha


Medika.

Intan T, Wilda A, Purgiyanti. 2018. Uji Angka Lempeng Total (ALT) pada
Jamu Gendong Kunyit Asem di Beberapa Desa Kecamatan Talang
Kabupaten Tegal. Pancasakti Science Education Journal. Hal 43-48

Irianto, K. 2006. Menguak Dunia Mikrobiologi Jilid 2. Bandung: Yrama widya.

Isnayanti. 2014. Hadis tentang ”Mencelupkan Lalat dalam Minuman” (Suatu


Kajian Tahli>li> dengan Analisis Kesehatan). Skripsi Tidak Diterbitkan.
Ilmu Hadis Fakultas Ushuluddin dan Filsafat.

Kalisch, J. 2008. University of Nebraska-Lincoln.


https://entomology.unl.edu/images/muscidflies/housefly_cycle.jpg.Diakses
pada tanggal 25 April 2020

75
76

Kemendikbud RI. Buku Mikrobiologi kurikulum 2013. Direktorat Pembinaan


Sekolah Menengah Kejuruan.

Kusnadi. 2006. Filosofi Pemberdayaan Pesisir , Bandung: Humaniora.

Lay. 1994. Analisis Mikroba Di Laboratorium. Jakarta: PT.Raja Gravindo


Persada.

Lehninger. 1982. Dasar-DasarBiokimia. Jilid 1. Jakarta: Erlangga.

Mokosuli, Y. S. 2001. Lalat Tungau dan Caplak Sebagai Vektor. Entomologi


Kesehatan. Laboratorium Bioaktivitas Dan Biologi Molekuler FMIPA
UNIMA

Pitojo, Setijo,. Purwantoyo, Eling. 2003. Deteksi Pencemar Air Minum.


Semarang: CV. Aneka Ilmu.

Pawestri BB. 2016. Uji Angka Kapang Khamir Dan Identifikasi Salmonella Spp
Pada Jamu Pahitan Brotowali Yang Di Produksi Oleh Penjual Jamu
Gendong Di Kelurahan Tonggalan Kkaten Jawa Tengah. Skripsi Tidak
Diterbitkan. Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Pratiwi, Sylvia.,T. 2008. Mikrobiologi Farmasi. Jakarta: Erlangga.

Parveen.dkk. 2014. Microbiological quality assessment of three selected spices in


Bangladesh. International Food Research Journal.

Santi DN. 2001. Manajemen pengendalian lalat. Fakultas Kedokteran Universitas


Sumatera Utara digitized by USU digital library. hal: 1-5.

Standar Nasional Indonesia. 2009. Batas Maksimum Cemaran Mikroba Dalam


Pangan. Nomor 7388-2009. Bogor: Badan Standarisasi Nasional Indonesia.

Standar Nasional Indonesia, 2015. Air Mineral. Nomor 3553-2015. Jakarta:


Badan Standarisasi Nasional Indonesia.

Sugiyono, 2013. Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D.


Bandung: ALFABETA.

Sa‟adah, Sumiyati. 2013. Zoologi Invertebrata. Bandung: Skripsi Tidak


Diterbitkan. Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan UIN Sunan Gunung Djati.

Simanjuntak, N.C.E. 2001. Potensi lalat sebagai vektor mekanik cacing parasit.
Skripsi Tidak Diterbitkan. Fakultas Kedokteran Hewan. Institute Pertanian
Bogor.
77

Safitri, V. Hastutiek, P., Arimbi. 2017. Identifikasi Bakteri pada Eksoskeleton


Lalat di Beberapa Pasar di Surabaya Identification of Bacteria on the Fly
Exoskeleton in Some Markets inSurabaya. Journal of Parasite Science. 1
(1):1-6.

Wahyudi, Puguh., S. Soviana. U. K. Hadi. 2015. Keragaman Jenis dan Prevalensi


Lalat Pasar Tradisional di Kota Bogor. Jurnal Veteriner. Vol. 16 (4): 474-
482.

Widyati, R dan Yuliarsih. 2002, Higiene dan Sanitasi Umum dan Perhotelan. PT
Gramedia Widiarsana Indonesia. Jakarta

Yuriatni. 2011. Keanekaragaman Lalat (Cyclorrapha: Diptera) Dan Parasit Usus


Yang Dibawanya Di Kabupaten Dan Kota Solok Sumatera Barat . Tesis Tidak
Diterbitkan. Padang: Program Pascasarjana Universitas Andalas.

Yusmaniar, Warhidah, Khairun Nida. 2017. Bahan Ajar Mikrobiologi dan


Parasitologi Farmasi.Jakarta : Kemenkes.RI. hal. 12-18.
Lampiran I
Uji Angka Lempeng Total (ALT)

A. Pembuatan media
1. Pembuatan air pepton 0,1% sebanyak 1000 ml
Perhitungan :
a) Pepton = x 1000 ml = 1 gram
b) Aquadest 1000 ml

Penimbangan pepton :
Kaca arloji + pepton = 14,99 gram
Kaca arloji kosong = 14,00 gram _
Pepton = 0,99 gram
2. Pembuatan media NA sebanyak 1000 ml
Perhitungan :
a) Daging = 500 gram
b) Pepton = x 1000 ml = 5 gram

c) Agar = x 1000 ml = 15 gram


d) Aquadest = Ad 1000 ml

Penimbangan :
a) Pepton
Kaca arloji + zat = 15,01 gram
Kaca arloji kosong = 10,00 gram _
Zat = 5,01 gram
b) Agar
Cawan petri + zat = 39,50 gram
Cawan petri kosong = 24,50 gram _
Zat = 15 gram

78
79

3. Analisa Data Angka Lempeng Total (ALT)

Sampel Replikasi Pengenceran Jumlah Rata-rata Koloni


Koloni
10-3 26
= 4,85 >2
10-2 53,5
A
= 4,85 >2
10-1 60,5

I 10-5 36,5
= 6,40 >2
(7 sayap 10-4 57
kiri)
10-3 109,5
B 10-2 116 = 5,20 >2

= 9,43 >2
10-1 125,5

= 9,24 >2

10-3 28,5
10-2 96 = 2,9 >2
C
= 4,9 >2
10-1 193

Data Yang Dihitung


Sampel I Data yang
Jumlah Koloni Selisih dicurigai
(sayap kiri)
A
A 605 koloni/ml B 650

B
B 1.255 koloni/ml 675 1.930 koloni/ml
C
C
C 1.930 koloni/ml 1.32
A
80

4. Standart Deviasi Sampel I

X Ẍ D ̃
605 325

930 325
1.255 325

2,5 d
̃
d= ̃ 3,075 > 2,5 (ditolak)
Syarat diterima jika
<2,5 d

Jumlah Ẍ = 605 + 1.255


2
= 930 koloni /ml atau 93 x 101 (sampel I)

Sampel Replikasi Pengenceran Jumlah Rata-rata Koloni


Koloni
A 10-2 30
= 3,33 >2
10-1 90
10-3 61
= 7,26 >2
10-2 84
II
( 7 sayap
B
kanan) = 9,88 >2
10-1 85

10-2 44
= 4,15 >2
C 10-1 106
81

Data Yang Dihitung


Sampel II Data yang
Jumlah Koloni Selisih
(sayap kanan) dicurigai
A
A 900 koloni/ml B 50

B 1.060 koloni/ml
B 850 koloni/ml 210
C
C
C 1060 koloni/ml 160
A

5. Standart Deviasi sampel II


X Ẍ D ̃
900 25

875 25
850 25

2,5 d
̃
d= ̃
7,4 > 2,5 (ditolak)
Syarat diterima jika
<2,5 d

Jumlah Ẍ = 900+850
2
= 875 atau 87,5 x 101 koloni/ ml (sampel II)
82

Sampel Replikasi Pengenceran Jumlah Rata-rata Koloni


Koloni
10-5 26
= 2,05 >2
10-4 126,5
A
10-3 192,5
= 6,57 >2

III 10-2 245


(7 Sayap = 7,85 >2
kanan 7
sayap 10-5 38
= 5,10 >2
kiri) 10-4 74,5

B 10-3 209
= 3,56 >2

10-2 241 209.000 = 8,67 >2


24.100

10-5 51
= 3,07 >2
10-4 166
C
10-3 230
= 7,21 >2

10-2 248
= 9,27 >2

Data Yang Dihitung


Sampel III Data yang
(sayap kanan + Jumlah Koloni Selisih
dicurigai
kiri)
A
A 24.500 koloni/ml B 400

B 24.100 koloni/ml
B 24.100 koloni/ml 700
C
C
C 24.800 koloni/ml 300
A
83

6. Standart Deviasi Sampel III

X Ẍ D ̃
24.500 150

24.650 150
24.800 150

2,5 d
̃
d= ̃
3,6 > 2,5 (ditolak)
Syarat diterima jika
< 2,5 d.

Ẍ = 24.500 + 24.800
2
=24.650 koloni /ml atau 246,5 x 102 (sampel III)
Lampiran II
Uji Angka Kapang Khamir

A. Pembuatan media SGA sebanyak 400 ml


1. Perhitungan :
a) Pepton = x 400 ml = 4 gram

b) Glukosa = x 400 ml = 4 gram

c) Agar = x 400 ml = 6 gram

d) Kloramfenikol = x 400 ml = 0,4 gram


e) Aquadest ad 400 ml

2. Penimbangan :
a) Glukosa
Kaca arloji + zat = 17,20 gram
Kaca arloji kosong = 13,20 gram _
Zat = 4,00gram
b) Pepton
Cawan petri + zat = 28,50 gram
Cawan petri kosong = 24,50 gram _
Zat = 4,00gram
c) Agar
Cawan petri + zat = 31,00 gram
Cawan petri kosong = 25,00 gram _
Zat = 6,00 gram
d) Kloramfenikol
Kaca arloji + zat = 14,05gram
Kaca arloji kosong = 13,65 gram _
Zat = 0,10gram

3. Analisa Data Angka Kapang Khamir

84
85

Sampel Replikasi Pengenceran Jumlah Rata-rata Koloni


Koloni

A 10-1 37 370
I
(7 sayap B 10-1 58 580
kiri)
C 10-1 4 40

Data Yang Dihitung


Sampel I Data yang
Jumlah Koloni Selisih dicurigai
(sayap kiri)
A
A 370 koloni/ml B 210

B 40 koloni/ml
B 580 koloni/ml 540
C
C
C 40 koloni/ml 330
A

4. Standart Deviasi sampel I


X Ẍ D ̃
105
370 475 105

580 105

2,5 d
̃
d= ̃ 4,14 > 2,5 (ditolak)
Syarat diterima jika
<2,5 d

Jumlah Ẍ = 370+580
2
= 475 atau 47,5 x 101 koloni/ ml (sampel I)
86

Sampel Replikasi Pengenceran Jumlah Rata-rata Koloni


Koloni

A 10-1 20 200
II
(7 sayap B 10-1 10 100
kanan)
C 10-1 3,5 35

Data Yang Dihitung


Sampel II Data yang
Jumlah Koloni Selisih dicurigai
(sayap kanan)
A
A 200 koloni/ml B 100

B 200 koloni/ml
B 100 koloni/ml 65
C
C
C 35 koloni/ml 165
A

5. Standart Deviasi sampel II


X Ẍ D ̃
100 32,5

67,5 32,5
35 32,5

2,5 d
̃
d= ̃ 4,07 > 2,5 (ditolak)
Syarat diterima jika
<2,5 d

Jumlah Ẍ = 100 + 35
2
= 67,5 atau 6,75 x 101 koloni/ ml (sampel II)
87

Sampel Replikasi Pengenceran Jumlah Rata-rata Koloni


Koloni

III A 10-1 19,5 195


(7 sayap
kanan 7 B 10-1 49,5 495
sayap
kiri) C 10-1 50 500

Data Yang Dihitung


Sampel III Data yang
(sayap kanan + Jumlah Koloni Selisih dicurigai
kiri)
A
A 195 koloni/ml B 300

B 5 195 koloni/ml
B 495 koloni/ml
C
C 305
C 500 koloni/ml
A

6. Standart Deviasi sampel III


X Ẍ D ̃
495 2,5
497,5 2,5

500 2,5

2,5 d
̃
d= ̃
121 > 2,5 (ditolak)
Syarat diterima jika
<2,5 d

Jumlah Ẍ = 495 + 500


2
= 497,5 atau 49,75 x 101 koloni/ ml (sampel III)
Lampiran III
Uji Most Probable Number (MPN) Coliform

A. Pembuatan media LB (Lactose Broth) sebanyak 200 ml


1. Perhitungan :
a) LB = x 200 ml = 2,6 gram
b) Aquadest ad 200 ml

2. Penimbangan :
a) LB
Kaca arloji + zat = 16,30 gram
Kaca arloji kosong = 13,70 gram _
Zat = 2,60 gram

B. Pembuatan media BGLBB sebanyak 150 ml


1. Perhitungan :
a) BGLBB = x 150 ml = 6 gram
b) Aquadest ad 150 ml

2. Penimbangan :
b) BGLBB
Kaca arloji + zat = 16,23 gram
Kaca arloji kosong = 10,23 gram _
Zat = 6,00 gram

88
89

C. Hasil Uji MPN Coliform

Data Hasil Uji MPN

Sampel + Sampel + 1 Sampel + 0,1 ml Jumlah MPN/100 ml


10 ml ml

3 tabung 3 tabung 3 tabung (+) >2400MPN/100 ml


(+) (+)

3 tabung 3 tabung 3 tabung (+) >2400MPN/100 ml


(+) (+)

3 tabung 3 tabung 3 tabung (+) >2400MPN/100 ml


(+) (+)
90

D. Tabel MPN seri 3 tabung

Tabung yang positif MPN/100 ml

3 x 10 ml 3 x 1 ml 3 x 0,1 ml Nilai MPN

0 0 0 0
0 0 1 3
0 1 0 3
1 0 0 4
1 0 1 7
1 1 0 7
1 1 1 11
1 2 0 11
2 0 0 9
2 0 1 14
2 1 0 15
2 1 1 20
2 2 0 21
2 2 1 28
3 0 0 23
3 0 1 39
3 0 2 64
3 1 0 43
3 1 1 75
3 1 2 120
3 2 0 93
3 2 1 150
3 2 2 210
3 3 0 240
3 3 1 460
3 3 2 1100
3 3 3 >2400
LAMPIRAN IV

DOKUMENTASI

A. Sampel Lalat Rumah (Musca Domestica)

Gambar 4.1 Sampel Lalat Rumah ( Musca Domestica)

B. Uji Angka Lempeng Total

1. Blanko

Gambar 4.2 Pengamatan Blanko Media dan Inkas

91
92

2. Sampel 1

Gambar 4.3 Pengamatan ALT sampel 1A pengenceran 10-1 dan 10-2


93

Gambar 4.4 Pengamatan ALT sampel 1A pengenceran 10-3,10-4, 10-5


94

Gambar 4.5 Pengamatan ALT sampel 1B pengenceran 10-1 dan 10-2


95

Gambar 4.6 Pengamatan ALT sampel 1B pengenceran 10-3, 10-4, 10-5


96

Gambar 4.7 Pengamatan ALT sampel 1C pengenceran 10-1 dan 10-2


97

Gambar 4.8 Pengamatan ALT sampel 1C pengenceran 10-3, 10-4, 10-5


98

3. Sampel 2

Gambar 4.9 Pengamatan ALT sampel 2A pengeceran 10-1 dan 10-2


99

Gambar 4.10 Pengamatan ALT sampel 2A pengenceran 10-3, 10-4, 10-5


100

Gambar 4.11 Pengamatan ALT 2B pengenceran 10-1 dan 10-2


101

Gambar 4.12 Pengamatan ALT sampel 2B pengenceran 10-3, 10-4, 10-5


102

Gambar 4.13 pengamatan ALT sampel 2C


103

3. Sampel 3

Gambar 4. 14 Pengamatan ALT sampel 3A 10-1 dan 10-2


104

Gambar 4.15 Pengamatan sampel 3A pengenceran 10-3, 10-4, 10-5


105

Gambar 4.16 Pengamatan sampel 3B pengenceran 10-1 dan 10-2


106

Gambar 4.17 Pengamatan sampel 3B pengenceran 10-3, 10-4, 10-5


107

Gambar 4.18 Pengamatan sampel 3C pengenceran 10-1 dan 10-2


108

Gambar 4.19 Pengamatan sampel 3C pengenceran 10-3, 10-4, 10-5


109

B. Angka Kapang Khamir

1. Blanko

Gambar 4.20 Pengamatan blanko Angka Kapang Khamir


110

2. Sampel 1

Gambar 4.21 Pengamatan sampel 1A 10-1 dan 10-2


111

Gambar 4.22 Pengamatan sampel 1B 10-1 dan 10-2


112

Gambar 4.23 Pengamatan sampel 1C 10-1 dan 10-2


113

3. Sampel 2

Gambar 4.24 Pengamatan sampel 2A 10-1 dan 10-2


114

Gambar 4.25 Pengamatan sampel 2B 10-1 dan 10-2


115

Gambar 4.26 Pengamatan sampel 2C 10-1 dan 10-2


116

4. Sampel 3

Gambar 4.27 Pengamatan sampel 3A 10-1 dan 10-2


117

Gambar 4.28 Pengamatan sampel 3B 10-1 dan 10-2


118

Gambar 4.29 Pengamatan sampel 3C 10-1 dan 10-2


119

C. Uji Most Probable Number (MPN) Coliform

1. Blanko Media Lactose Broth (LB)

Gambar 4.30 Pengamatan Blanko media LB


120

2. Sampel 1 ( Sayap Kanan Lalat Rumah)


121

Gambar 4.31 Pengamatan sampel 1 media LB 0,1 ml, 1 ml, dan 10 ml.

3. Sampel 2 ( Sayap Kiri Lalat Rumah)


122

Gambar 4.32 Pengamatan sampel 2 media LB 0,1 ml, 1 ml, dan 10 ml.

4. Sampel 3 ( Sayap Kanan dan Kiri Lalat Rumah)


123

Gambar 4.33 Pengamatan sampel 3 media LB 0,1 ml, 1 ml, dan 10 ml

Pengamatan Media Brilliant Green Bile Broth (BGLBB)

1. Blanko Media BGLBB


124

Gambar 4.34 Pengamatan Blanko media BGLBB

2. Sampel 1 (Sayap Kiri Lalat Rumah )


125

SAMPEL
1

Gambar 4.35 Pengamatan sampel 1 media BGLBB 0,1 ml, 1 ml, dan 10 ml

3. Sampel 2 (Sayap Kanan Lalat Rumah)


126

SAMPEL
2

Gambar 4.36 Pengamatan sampel 2 media BGLBB 0,1 ml, 1 ml, dan 10 ml

4. Sampel 3 (Sayap Kanan dan Kiri Lalat Rumah)


127

SAMPEL
3

Gambar 4.37 Pengamatan sampel 3 media BGLBB 0,1 ml, 1 ml, dan 10 ml
LAMPIRAN V

BIODATA PENULIS

1. Nama LINA SULIS SETYAWATI


2. Tempat, tanggal lahir Ponorogo, 25 November 1997
3. Alamat Dkh. Buyut, Desa. Ngadirojo, Kec. Sooko, Kab.
Ponorogo
4. Pendidikan SDN 4 NGADIROJO lulusan tahun 2010
SMPN 2 SOOKO lulusan tahun 2013
SMA MUHAMMADIYAH 3 PONOROGO
lulusan tahun 2016
5. Karya Ilmiah Judul ”Uji Angka Lempeng Total (ALT), Uji
Angka Kapang Khamir (AKK), Dan Uji MPN
Coliform Terhadap Sayap Lalat Rumah
(Musca Domestica) ”.
6. Pengalaman Organisasi Dewan Galang, Organisasi Siswa Intra Sekolah,
Senat Mahasiswa
7. Pengalaman Pekerjaan Pelayanan di APOTEK ULFA FARMA

128

Anda mungkin juga menyukai