Anda di halaman 1dari 50

SKRIPSI

TELAAH PUSTAKA AKTIVITAS ANTIBAKTERI DARI Virgin


Coconut Oil (VCO) TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI
Staphylococcus Aureus DAN Escherichia Coli

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar


Sarjana pada Program Studi S1

AFRI LASITA SARI


F1B017010

PROGRAM STUDI S1 KIMIA


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BENGKULU
2023
ii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto
❖ La Tahzan, innallaha Ma’ana, Don’t be sad. Allah is with Us. Maka jadilah manusia
yang kuat dan mampu bertahan ( Afri Lasita Sari ).
❖ Rasulullah bersabda “Barangsiapa menempuh jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah
mudahkan baginya jalan menuju Surga” (Shahih; HR. Muslim No. 2699).
Persembahan
❖ Ayahku dan Ibuku
Terima kasih ayah dan ibu, jasa mu tidak akan pernah terbayarkan oleh apapun. Doa
tulus, kesabaran, dukungan dan perjuangan yang luar biasa tiada tandingnya. kalianlah
yang membuat diriku hingga sekarang ini mampu bertahan, Teruntuk ibuku, semoga
setiap kesabaran, perjuangan dan setiap air mata yang jatuh dari matamu atas segala
kepentinganku menjadi sungai di Surga Nya nanti. Teruntuk ayahku, semoga seluruh
peluh keringat yang engkau keluarkan dalam perjuangan mu mencari nafkah untuk ku
senantiasa berkah dan dibalas dengan SurgaNYA nanti. Aku sangat bangga memiliki
mu ayah, ibu.
❖ Saudaraku
Abangku Afril Efan Pajri (soon M.Kom) Terima kasih telah banyak berperan
mendukung untuk bangkit serta memotivasi selama menyelesaikan s1 ini.
❖ Dosen Pembimbing ku
(Dyah Fitriani, S. Si., M.Sc dan Dr. Dra. Eni Widiyati, M.S) Terima kasih selalu
memberikan saran dan masukan yang sangat membantu dalam kelancaran skripsi ini.
❖ Biokimia group
Retmi, Yohana, Yeni dan Rinda terima kasih atas perjuangannya, saling mendukung,
saling mendoakan dan saling membantu selama proses skripsian.
❖ Sahabat Ukhuwah
Retmi, Fadila, Winda terima kasih atas pengorbanannya, perjuangan telah
membantuku disini untuk mencapai setetes embun ini dan teman-teman until jannah
yang tidak dapat disebutkan satu-satu.
❖ Teman-teman Aurum
Terimakasih teman-teman seperjuangan, see you on top guys!!
❖ Agama, Bangsa dan Almamaterku

iii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama : Afri Lasita Sari
NIM : F1B017010
Fakultas : MIPA
Program Studi : S1 Kimia
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Sains dari Program Studi S1 Kimia Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Bengkulu seluruhnya merupakan hasil
karya saya sendiri.
Bagian tertentu dalam penulisan Skripsi dikutip dari hasil karya orang lain yang
telah dicantumkan sumbernya secara jelas sesuai norma, etika, dan kaidah
penulisan ilmiah.
Apabila dikemudian hari ditemukan seluruh atau sebagian skripsi ini adanya plagiat
dalam bagian–bagian tertentu, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan
perundangan yang berlaku.

Bengkulu, 3 Februari 2023

Afri Lasita Sari

iv
v
ABSTRAK

TELAAH PUSTAKA AKTIVITAS ANTIBAKTERI DARI Virgin


Coconut Oil (VCO) TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI
Staphylococcus Aureus DAN Escherichia Coli

AFRI LASITA SARI


NIM F1B017010

Penelitian studi literatur aktivitas antibakteri dari Virgin Coconut Oil


(VCO) terhadap pertumbuhan bakteri S. Aureus dan E.Coli ini bertujuan untuk
mengkaji 10 referensi jurnal yang telah terindex di Sinta, dan Scimago. Dari studi
literatur ini yang telah dikaji membuktikan bahwa aktivitas antibakteri dari VCO
efektif terhadap pertumbuhan bakteri S. Aureus dan E. Coli zona hambat paling
kuat diperoleh pada penelitian Mayasari et al. (2020) yaitu sebesar 42 mm dengan
penicillin sebagai kontrol positif. Semakin tinggi konsentrasi VCO semakin besar
zona hambat antibakteri yang dihasilkan sedangkan katagori zona hambat yang di
hasilkan yaitu golongan lemah, sedang, dan kuat.

Kata Kunci: Antibakteri ,Virgin Coconut Oil (VCO), S.Aureus, E. Coli

vi
ABSTRACT

LITERATURE REVIEW OF ANTIBACTERIAL ACTIVITY OF VIRGIN


COCONUT OIL (VCO) ON THE GROWTH OF Staphylococcus Aureus AND
Escherichia Coli BACTERIA

AFRI LASITA SARI


NIM F1B017010

This literature study of the antibacterial activity of Virgin Coconut Oil


(VCO) against the growth of S. Aureus and E. Coli bacteria aims to review 10
journal references that have been indexed in Sinta, and Scimago. From this
literature study that has been reviewed, it proves that the antibacterial activity of
VCO is effective against the growth of bacteria S. Aureus and E. Coli, the strongest
inhibition zone was obtained in the research of Mayasari et al. (2020) which
amounted to 42 mm with penicillin as a positive control. The higher the
concentration of VCO, the greater the antibacterial inhibition zone produced while
the category of inhibition zone produced is weak, moderate, and strong.

Keyword: Antibacterial, Virgin Coconut Oil (VCO), S. Aureus, E.Coli

vii
KATA PENGANTAR

Alhamdullilah, puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah


SWT karena atas limpahan rahmat dan bimbingan-Nya penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul “Telaah Pustaka Aktivitas Antibakteri dari
Virgin Coconut Oil (VCO) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus
Aureus dan Escherichia Coli”. Shalawat dan salam semoga tetap senantiasa
dilimpahkan kepada junjungan uswatun hasanah kita, Nabi Muhammad SAW yang
telah menjadi suri tauladan bagi manusia di muka bumi ini serta keluarga dan para
sahabat beliau. Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada
Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Bengkulu. Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak lepas dari adanya bimbingan,
motivasi dan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis menghaturkan terima
kasih kepada:
1. Ibu Dyah Fitriani, S.Si., M.Sc selaku Pembimbing Utama dan Ketua Prodi
Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam yang telah sabar
menuntun dan membimbing dari awal penulisan skripsi hingga akhir. Terima
kasih atas kebaikan, kesabaran, bimbingan, ilmu dan waktunya.
2. Ibu Dr. Dra. Eni Widiyati, M.S selaku Pembimbing Pendamping. Terima
kasih kepada ibu yang telah sabar menuntun dan membimbing dari awal
penulisan skripsi hingga akhir sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini.
3. Bapak Dr. Eng. Asdim, S.Si., M.Si selaku Dosen Penguji I yang telah
memberikan saran, bantuan dan nasehat kepada penulis dalam penyusunan
skripsi ini.
4. Bapak Deni Agus Triawan, S.Si., M.Sc selaku Dosen Penguji II yang telah
memberikan saran, bantuan dan nasehat kepada penulis dalam penyusunan
skripsi ini.
5. Bapak Dr. Jarulis, S.Si., M.Si selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Bengkulu.

viii
6. Semua Dosen Kimia FMIPA yang tidak bisa disebutkan satu persatu terima
kasih atas ilmunya selama ini yang telah diberikan.
7. Mbak Esty yang telah banyak membantu proses surat menyurat dan lainnya.
8. Semua laboran kimia (Uni Devi, Kak Chandra dan Mbak Susi) yang telah
banyak membantu penulis selama praktikum di laboratorium jurusan Kimia.
9. Almamaterku Universitas Bengkulu.
Semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat kepada mereka semua yang
telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Kritik dan saran dari berbagai pihak
yang bersifat membangun sangat diharapkan karena terdapat ketidak sempurnaan
dalam penulisan skripsi ini. Harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat
untuk semua pembaca.

Bengkulu, 3 Februari 2023

Afri Lasita Sari

ix
DAFTAR ISI
Halaman
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ........................................................................ ii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ..................................... iv
ABSTRAK ..............................................................................................................v
ABSTRACT ......................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii
DAFTAR ISI ...........................................................................................................x
Halaman .................................................................................................................x
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................Error! Bookmark not defined.
BAB I .......................................................................................................................1
PENDAHULUAN ...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................. 3
1.3 Batasan Masalah ..................................................................................................... 3
1.4 Tujuan Penelitian .................................................................................................... 3
1.5 Manfaat Penelitian .................................................................................................. 3
BAB II .....................................................................................................................4
TINJAUAN PUSTAKA .........................................................................................4
2.1 Kelapa (cocos nucifera L) ................................................................................. 4
2.2 Buah Kelapa ...................................................................................................... 4
2.3 Minyak Kelapa Murni ...................................................................................... 5
2.4 Kualitas Minyak Kelapa Murni....................................................................... 7
2.5 Prinsip Pembuatan Minyak Kelapa Murni (VCO)........................................ 8
2.6 Pembuatan VCO Dengan Berbagai Metode ................................................... 9
2.6.1 Metode Fermentasi ................................................................................... 9
2.6.2 Metode Enzimatis ...................................................................................... 9
2.6.3 Metode Pengasaman ............................................................................... 10
2.6.4 Metode Pemanasan ................................................................................. 11
2.6.5 Metode Pancingan ................................................................................... 11
2.6.6 Metode Sentrifugasi ................................................................................ 12
2.7 Bakteri................................................................................................................... 12
2.8 Aktivitas Antibakteri ........................................................................................... 13

x
BAB III ..................................................................................................................15
METODE PENELITIAN ....................................................................................15
3.1 Waktu Dan Tempat Penelitian ........................................................................... 15
3.2 Prosedur Penelitian .............................................................................................. 15
BAB IV ..................................................................................................................17
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................17
4.1 Metode Pembuatan VCO ..................................................................................... 17
4.2 Metode Uji aktivitas Antibakteri ......................................................................... 19
4.3 Kontrol positif terhadap bakteri S.aureus dan E.coli ........................................ 21
BAB V....................................................................................................................28
KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................28
5.1 Kesimpulan ............................................................................................................ 28
5.2 Saran ...................................................................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................29

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Komposisi Kimia daging buah kelapa ..................................................... 5


Tabel 2. Komposisi Asam Lemak Minyak Kelapa Murni ...................................... 7
Tabel 3. Syarat mutu VCO sesuai Standar Nasional Indonesia ...................... 8
Tabel 4. Daftar referensi telaah pustaka tentang aktivitas antibakteri dari VCO.. 15
Tabel 5. Daftar referensi jurnal tentang metode pembuatan VCO yang ............... 19
Tabel 6. Daftar jurnal referensi berdasarkan metode uji aktivitas antibakteri. ..... 21
Tabel 7. Daftar referensi jurnal aktivitas antibakteri kontrol positif. .................... 25

xii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan negara beriklim tropis dengan garis pantai sepanjang
99.093 km dan memiliki wilayah pertanian dan perkebunan yang sangat luas. Salah
satu jenis tanaman komoditi unggulan yang banyak dibudidayakan adalah tanaman
kelapa (Cocos nucifera L.). Menurut Sekretaris Ditjen Perkebunan (2011), di
Indonesia total area perkebunan kelapa diperkirakan mencapai 3.8 juta hektar yang
tersebar di sepanjang pantai dan dataran rendah. Daging buah kelapa adalah salah
satu bagian dari kelapa yang sering digunakan oleh masyarakat maupun industri.
Dalam pemanfaatannya, daging buah kelapa dapat diolah menjadi kopra kemudian
diproses lebih lanjut menjadi minyak.

Daging buah kelapa dipergunakan juga dalam keadaan segar yaitu sebagai
santan, kelapa parut, maupun untuk pembuatan minyak (Palungkun, 2004). Buah
kelapa banyak dimanfaatkan sebagai bahan untuk membuat VCO produk ini
mempunyai nilai ekonomi yang lebih tinggi dari pada minyak goreng biasa atau
minyak klentik (Rindengan dan Novarianto, 2005). Kelapa (Cocos nucifera L.)
sangat populer di masyarakat karena memiliki banyak manfaat bagi kehidupan
manusia. Kelapa dikenal sebagai pohon kehidupan (tree of life) karena semua
bagian tanaman ini dapat digunakan untuk kehidupan (Tenda et al., 1999). Kelapa
sebagian besar (85-90%) diolah menjadi Virgin Coconut Oil (Mahmud dan Yulius,
2015).
Secara umum teknologi pembuatan VCO terdiri atas lima metode yakni:
pemanasan, fermentasi (peragian), pancingan, penambahan enzim, dan sentrifugal.
Menurut Rendingan (2005) masing-masing metode tersebut memiliki kekurangan
dan kelebihan. Pemanasan dapat menyebabkan bau tengik dan menguapnya asam
laurat dan kaprilat. Fermentasi sering mengalami kegagalan karena kualitas ragi
yang tidak sesuai. Pancingan memerlukan VCO awal yang relatif banyak (1/3
bagian dari hasil produksi) dan prosesnya relatif lebih lama. Penambahan enzim
tidak dapat dikomsumsi langsung karena enzim dari ketan belum diteliti apakah
baik untuk dikonsumsi untuk masyarakat dan yang terakhir metode sentrifugasi

1
2

merupakan metode yang relatif sempurna dan sederhana, kekurangannya relatif


tidak ditemukan. Dengan demikian keempat metoda di atas memiliki kecepatan
produksi yang masih rendah, hal ini disebabkan karena setiap tahap proses
pembuatan masih dilaksananakan secara terpisah sehingga membutuhkan waktu
jeda diantara tahap-tahap prosesnya. VCO merupakan salah satu produk yang
dibuat dari daging kelapa, biasanya disebut minyak kelapa murni yang diolah tanpa
pemanasan. VCO juga dikenal sebagai minyak kesehatan karena bersifat antivirus
anti bakteri dan anti protozoa karena adanya senyawa yang terkandung yaitu asam
laurat.
Asam laurat merupakan Medium Chain Fatty Acid (MCFA) yang memiliki
nilai nutrisi dan fungsional sangat baik. Jika dilihat dari segi ekonomi minyak
kelapa murni mempunyai harga jual yang lebih tinggi dibanding minyak kelapa
kopra (Diyah, 2010). Kandungan asam laurat pada VCO, yaitu sekitar 46,36 -
48,42% (Mansor et al., 2012). VCO mengandung asam-asam lemak jenuh
diantaranya Medium Chain Fatty Acid (MCFA) dan Medium Chain Trygliserida
(MCT). MCFA yang berupa asam laurat mempunyai sifat antivirus, antibakteri,
antiprotozoa dan kini sedang dikembangkan sebagai antivirus HIV (Human
Immunideficiency Virus). Beberapa jenis bakteri seperti Staphylococcus aureus,
Helicobacter pylori dilaporkan dapat dimatikan oleh senyawa asam laurat.
Penelitian sebelumnya yang dilakukan Sulastri dan Sari (2016) melaporkan
bahwa asam laurat pada konsentrasi 10%, 20%, dan 30% dapat menghambat
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus ATCC 25923 berturut-turut sebesar
10,479 mm, 14,8 mm, dan 21,589 mm. VCO juga mengandung MCT yang dapat
meningkatkan imunitas terhadap penyakit dan mempercepat penyembuhan dari
sakit, serta mencegah terjadinya obesitas. Selain asam lemak jenuh, beberapa
komponen kimia lain yang telah diketahui terkandung dalam VCO adalah sterol,
vitamin E, fraksi polifenol (asam fenolat), tokoferol dan betakaroten. Komponen
kimia tersebut dilaporkan mempunyai aktifitas antioksidan.
Menurut Silalahi (2014), VCO dengan menggunakan metode pemanasan
secara signifikan lebih baik menghambat pertumbuhan bakteri E.coli dibandingkan
dengan VCO fermentasi. Sebaliknya VCO fermentasi lebih baik dalam
menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. Berdasarkan penelitian
3

di atas mendorong penulis untuk melakukan telaah pustaka tentang aktivitas


antibakteri dari VCO terhadap pertumbuhan bakteri staphylococcus aureus dan
escherichia coli.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari penelitian ini adalah bagaimana telaah pustaka yang
dapat memperkuat kajian tentang aktivitas antibakteri dari VCO terhadap
pertumbuhan bakteri staphylococcus aureus dan escherichia coli.

1.3 Batasan Masalah


Telaah pustaka mengulas 10 jurnal penelitian yaitu 5 jurnal internasional dan 5
jurnal nasional tentang aktivitas antibakteri dari VCO terhadap pertumbuhan
bakteri staphylococcus aureus dan escherichia coli.

1.4 Tujuan Penelitian


Mempelajari aktivitas antibakteri dari VCO terhadap pertumbuhan bakteri
staphylococcus aureus dan escherichia coli berdasarkan 10 jurnal penelitian (5
jurnal nasional dan 5 jurnal Internasional).

1.5 Manfaat Penelitian


Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Menambah pengetahuan peneliti tentang aktivitas antibakteri dari VCO


terhadap pertumbuhan bakteri staphylococcus aureus dan escherichia coli.
Memberikan informasi kepada peneliti lain tentang pengaruh aktivitas
antibakteri dari VCO terhadap pertumbuhan bakteri staphylococcus aureus
dan escherichia coli.
2. Memberikan informasi kepada penelitian lain tentang pengaruh aktivitas
antibakteri dari VCO terhadap pertumbuhan bakteri staphylococcus aureus
dan escherichia coli.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kelapa (cocos nucifera L)


Kelapa merupakan tanaman yang memiliki batang yang keras, pada umumnya
tidak bercabang (monopodial) dan berakar serabut. Pertumbuhan kelapa biasanya
tegak namun pada daerah tepian pantai dan sungai batangnya tumbuh melengkung
ke arah matahari. Dalam Bahasa Inggris, kelapa dikenal dengan sebutan Coconut
palm, Coco palm atau Coconut tree.

Klasifikasi tata nama (Sistematika) dari tanaman kelapa sebagai berikut:


Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Sub Divisio : Angiospermae
Class : Monocotyledonae
Ordo : Palmales
Familia : Palmae
Genus : Cocos
Spesies : Cocos nucifera Linneaeus
Dalam jenis (species) kelapa (Cocos nucifera Linneaeus) dikenal dua varietas
utama yaitu varietas dalam (tall coconut) dan varietas genjah (dwarf coconut).
Dengan adanya penyerbukan silang yang terus menerus menyebabkan munculnya
varietas-varietas baru. Pada garis besarnya kelapa dapat dibedakan atas tiga
golongan, yaitu: golongan kelapa genjah (dwarf coconut), golongan kelapa dalam
(tall coconut), golongan kelapa hibrida (Madiatmoko dan Ariyanti, 2018).
2.2 Buah Kelapa
Buah kelapa berbentuk bulat panjang dengan ukuran kurang lebih sebesar
kepala manusia. Buah kelapa terdiri dari bagian-bagian : Epicarp (kulit luar) yaitu
kulit bagian luar yang berwarna hijau, kuning, atau jingga permukaannya licin, agak
keras dan tebalnya 0,14 mm. Mesocarp (sabut) yaitu kulit bagian tengah yang
disebut serabut terdiri dari bagian berserat tebalnya 3-5 mm. Endocarp
(Tempurung) yaitu bagian tempurung yang keras sekali tebalnya 3-5 mm, bagian

4
5

dalam melekat pada kulit luar biji. Testa ( kulit daging buah ) yaitu bagian dari
warna kuning sampai coklat.

Endosperm (daging buah ) yaitu bagian yang berwarna putih dan lunak, sering
disebut daging kelapa yang tebalnya 8-10 mm. Air kelapa yaitu bagian yang berasa
manis, mengandung mineral 4%, gula 2%, dan air. Lembaga yaitu bakal tanaman
setelah buah tua (Palungkun, 2004). Daging buah kelapa yang sudah matang dapat
dijadikan kopra, minyak kelapa, dan bahan makanan lainnya. Daging buah
merupakan sumber protein yang penting dan mudah dicerna. Komposisi kimia
daging buah kelapa ditentukan oleh umur buah (Tabel 1). Menurut Tabel 1, semakin
tua umur buah, kandungan lemaknya semakin tinggi.

Tabel 1.Komposisi Kimia daging buah kelapa pada berbagai tingkat kematangan

Komposisi Kimia Satuan Buah Muda Buah Buah Tua


(dalam 100 g) Setengah Tua
Kalori kal 68,0 180,0 359,0
Protein g 1,0 4,0 3,4
Lemak g 0,9 13,0 34,7
Karbohidrat g 14,0 10,0 14,0
Kalsium mg 17,0 8,0 21,0
Fosfor mg 30,0 35,0 21,0
Besi mg 1,0 1,3 2,0
Aktivitas Vitamin A Iu 0,0 10,0 0,0
Thiamin mg 0,0 0,5 0,1
Asam Askorbat mg 4,0 4,0 2,0
Air g 83,3 70,0 46,9
Bagian yang dapat g 53,0 53,0 53,0
dimakan
Sumber: Thieme, 1968
2.3 Minyak Kelapa Murni
Minyak kelapa murni merupakan salah satu hasil olahan dari buah kelapa.
Minyak kelapa secara fisik berwujud cairan yang berwarna bening sampai
kecoklatan. Minyak kelapa murni berbentuk cair pada suhu 26 – 35 ˚C. Pada saat
suhu turun maka minyak akan berubah menjadi lemak beku (Syah, 2005). Minyak
kelapa mengandung 90% asam lemak jenuh seperti asam kaproat, asam kaprilat,
asam miristat, asam palmitat dan asam laurat. Sedangkan 9% merupakan asam
6

lemak tidak jenuh seperti asam oleat, asam linoleat (Mardiatmoko dan Ariyanti,
2018).

VCO atau minyak kelapa murni terbuat dari daging kelapa segar. Proses
semuanya dilakukan dalam suhu relatif rendah. Daging buah diperas santannya.
Santan kelapa merupakan cairan hasil ekstraksi dari kelapa parut dengan
menggunakan air. Bila santan didiamkan, secara pelan-pelan akan terjadi
pemisahan bagian yang kaya dengan minyak dengan bagian yang miskin dengan
minyak. Bagian yang kaya dengan minyak disebut krim, dan bagian yang miskin
dengan minyak disebut dengan skim. Penambahan zat kimiawi anorganis dan
pelarut kimia tidak dipakai serta pemakaian suhu tinggi berlebihan juga tidak
diterapkan. Hasilnya berupa minyak kelapa murni yang rasanya lembut dan bau
khas kelapa yang unik. Apabila beku warnanya putih murni dan dalam keadaan cair
tidak berwarna atau bening. VCO telah dikenal secara luas, mempunyai banyak
manfaat baik untuk kesehatan, kebugaran, kecantikan, dan sebagainya. Pembuatan
VCO yang tidak melibatkan pemanasan tinggi yang menjadikan kandungan yang
ada di dalamnya masih tetap utuh (tidak ada yang hilang selama pemrosesan). Oleh
karena itu, VCO yang berkualitas mengandung banyak manfaat karena senyawa-
senyawa penyusunnya masih utuh. Minyak kelapa murni atau VCO adalah
modifikasi proses pembuatan minyak kelapa yang menghasilkan produk dengan
kadar air dan kadar asam lemak bebas yang rendah, serta mempunyai daya simpan
yang cukup lama.
Salah satu jenis minyak kelapa adalah minyak kelapa murni atau lebih dikenal
dengan sebutan VCO. VCO adalah salah satu produk olahan buah kelapa yang
memiliki banyak manfaat, karena komposisi penyusun terdiri dari asam lemak
dengan rantai sedang yang dapat menjaga kesehatan tubuh dan mencegah berbagai
penyakit (Sinaga et al., 2017). Minyak kelapa murni atau VCO terkenal akan
manfaatnya untuk kesehatan, seperti anti-bakteri, anti-virus, dan anti-fungi.
Hal itu diduga disebabkan oleh kandungan asam lemak rantai sedang pada
VCO. Krim yang mengandung 5-40% (w/w) VCO menunjukkan daya antibakteri
terhadap bakteri Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa, Proteus vulgaris, dan
Bacillus subtilis. Emulsi monogliserida dari asam kaprat, monocaprin, dapat
menurunkan viabilitas Salmonella sp. VCO mengandung asam kaprat, maka VCO
7

berpotensi untuk memiliki daya antibakteri terhadap Salmonella. Komposisi asam


lemak pada minyak kelapa dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini.
Tabel 2. Komposisi Asam Lemak Minyak Kelapa Murni

Asam Lemak Rumus Kimia Jumlah ( % )


Asam lemak jenuh
Asam Laurat C11H23COOH 43,0 – 53,0
Asam Miristat C13H27COOH 16,0 – 21,0
Asam Kaprat C9H19COOH 4,5 – 8,0
Asam Palmitat C15H31COOH 7,5 – 10,0
Asam Kaprilat C7H15COOH 5,0 - 10,0
Asam Kaproat C5H11COOH 0,4 – 0,6
Asam lemak tidak
jenuh
Asam Oleat C17H33COOH 5,0-8,0
Sumber : Setiaji et al., 2006.
2.4 Kualitas Minyak Kelapa Murni
Menurut Setiaji (2006), minyak kelapa murni tidak mudah tengik karena
mengandung asam lemak jenuh tinggi sehingga proses oksidasi tidak mudah terjadi.
Namun, bila kualitas minyak kelapa rendah, proses ketengikan akan berjalan lebih
awal. Hal ini disebabkan oleh pengaruh oksigen, keberadaan air, dan mikroba yang
akan menguraikan kandungan asam lemak yang berada di dalam komponen lain.
Minyak kelapa murni memiliki kualitas yang lebih baik dibandingkan dengan
minyak goreng. Dimana minyak kelapa murni, atau lebih dikenal dengan VCO,
adalah modifikasi proses pembuatan minyak kelapa sehingga dihasilkan produk
dengan kadar air dan kadar asam lemak bebas yang rendah, berwarna bening,
berbau harum, serta mempunyai daya simpan yang cukup lama yaitu lebih dari 12
bulan. Sedangkan minyak goreng akan berwarna kuning kecoklatan, berbau tidak
harum dan mudah tengik, sehingga daya simpannya tidak bertahan lama (kurang
dari dua bulan). Minyak kelapa murni mempunyai harga jual yang lebih tinggi
dibanding minyak goreng. Menurut Syah (2005), minyak kelapa murni secara fisik
berwujud cairan yang berwarna bening sampai kecoklatan dan memiliki
8

karakteristik bau yang khas. Standar mutu minyak kelapa murni berdasarkan
Standar Nasional Indonesia dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3.Syarat mutu VCO sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI)


7381:2008 (Standar Nasional Indonesia (SNI), 2008)

No Jenis Uji Satuan Persyaratan


1 Penampakan fisik minyak
(keadaan minyak)
1. Bau - 1. Khas kelapa
segar, tidak
tengik
2. Rasa - 2. Normal, khas
minyak kelapa
3. Warna - 3. Tidak
berwarna
hingga kuning
pucat
2 % FFA % Maksimal 0,2
(dihitung sebagai asam
laurat)
3 Bilangan iod g iod/100 g 4,1-1,1
minyak
4 Bilangan penyabunan mg-KOH/g 250-260
minyak
5 Densitas Kg/m3 915,0-920,0

2.5 Prinsip Pembuatan Minyak Kelapa Murni (VCO)


Membuat VCO tidak sesulit yang dibayangkan, bahkan teknologi pembuatan
VCO telah dilakukan oleh nenek moyang kita secara turun-temurun. Namun, cara
tradisional perlu dibenahi agar kualitas VCO yang dihasilkan lebih baik. Disamping
teknologi yang diterapkan sangat sederhana, bahan baku pun tersedia melimpah di
Indonesia. Oleh karenanya pembuatan VCO sangat memungkinkan untuk
diterapkan pada petani di pedesaan sekalipun.

Kandungan kimia yang paling utama (tinggi) dalam sebutir kelapa yaitu air,
protein, dan lemak. Ketiga senyawa tersebut merupakan jenis emulsi dengan
protein sebagai emulgatornya. Emulsi adalah cairan yang terbentuk dari campuran
dua zat atau lebih yang sama, di mana zat yang satu terdapat dalam keadaan terpisah
secara halus atau merata di dalam zat yang lain. Sementara yang dimaksud dengan
emulgator adalah zat yang berfungsi untuk mempererat emulsi tersebut. Dari ikatan
9

tersebut protein akan mengikat butir-butir minyak kelapa dengan suatu lapisan tipis,
sehingga butir-butir minyak tidak akan dapat bergabung, demikian juga dengan air.
Emulsi tersebut tidak akan pernah pecah karena masih ada tegangan muka protein
air yang lebih kecil dari protein minyak. Minyak kelapa murni (VCO) bisa keluar
jika ikatan emulsi dirusak. Untuk merusak emulsi tersebut banyak sekali cara
diantaranya, yaitu dengan sentrifugasi, pengasaman, enzimatis, pemanasan, dan
pancingan. Masing-masing cara tersebut memilki kelebihan dan kekurangan.
Secara umum teknologi tersebut sangat aplikatif (Setiaji, 2006).
2.6 Pembuatan VCO Dengan Berbagai Metode
2.6.1 Metode Fermentasi
Metode ekstraksi VCO secara fermentasi memiliki prinsip pemanfaatan
aktivitas proteolitik bakteri asam laktat (BAL) seperti pada L. plantarum. Bakteri
ini dapat menghasilkan enzim proteolitik sebagai pemecah emulgator protein dalam
sistem emulsi air dan minyak pada santan kelapa (Kullisaar et al., 2013). Enzim
dengan aktivitas proteolitik seperti bromelin dalam buah nanas juga dimanfaatkan
dalam metode ekstraksi VCO secara enzimatis, sehingga minyak dapat terekstrak
(Rindengan dan Novarianto, 2005).

Minyak kelapa murni fermentasi memiliki banyak kelebihan diantaranya


tahan lama, tidak mudah tengik dan hampir tanpa kandungan kolesterol. Kelebihan
proses ekstraksi secara fermentasi dibandingkan cara lain adalah hemat bahan
bakar, residu blondo lebih sedikit, tingkat ketenggikan rendah dengan daya simpan
lebih lama, aroma lebih harum dan bebas senyawa penginduksi kolestrol, dan
pengolahan sederhana dan tidak terlalu rumit (Soeka et al., 2008).
Proses ekstraksi minyak secara fermentasi melibatkan mikrobia yang
menghasilkan enzim - enzim pemecah emulsi santan. Aktivitas enzim dipengaruhi
oleh konsentrasi substrat, konsentrasi enzim, pH, suhu, dan lamanya reaksi
enzimatik (Pelezar dan Chan, 1986). Biakan mikrobia yang digunakan harus
memiliki aktivitas proteolitik, amilolitik, dan lipolitik yang berperan dalam
menghidrolisis protein, karbohidrat dan lemak (Ishwanto, 2001).
2.6.2 Metode Enzimatis
Saat ini sedang dicoba berbagai cara guna memperoleh hasil olahan minyak
kelapa yang dapat bersaing di pasaran. Untuk mendapatkan VCO, secara kimiawi
10

bisa digunakan metode enzimatis yaitu dengan cara merusak ikatan emulsi lemak
pada santan kelapa (Setiaji, 2006). Pemecahan ikatan emulsi lemak santan dapat
terjadi dengan adanya bantuan enzim proteolitik. Enzim proteolitik ini dapat
mengkatalisis reaksi pemecahan protein dengan menghidrolisis ikatan peptidanya
menjadi senyawa yang lebih sederhana seperti dipeptida dan asam amino (Winarti
dan Sri, 2007). Penggunaan metode enzimatis yang saat ini berkembang seperti
penggunaan getah papain, buah nanas dapat menghemat tenaga dan biaya yang
akan dikeluarkan dalam memproduksi VCO. Disisi lain dinilai belum maksimal
karena kadar air VCO yang dihasilkan masih tergolong cukup tinggi, sehingga
mempengaruhi kualitas dari minyak tersebut.

Pembuatan minyak secara enzimatis pada dasarnya meliputi pemecahan


selubung protein oleh enzim protease yaitu enzim yang mengkatalis reaksi
hidrolisis protein. Beberapa jenis enzim yang biasa digunakan untuk memecah
ikatan lipoprotein dalam emulsi lemak yaitu papain, bromelin dan enzim protease
yang berasal dari kepiting sungai. Minyak kelapa murni yang dibuat dengan metode
enzimatis mempunyai keunggulan diantaranya minyak yang dihasilkan berwarna
bening, seperti kristal karena memang tidak mengalami proses pemanasan,
kandungan asam lemak dan antioksidan di dalam VCO tidak banyak berubah
sehingga khasiatnya tetap tinggi, tidak mudah tengik karena komposisi asam
lemaknya tidak banyak berubah, tidak membutuhkan biaya tambahan yang terlalu
mahal karena umumnya pepaya atau nanas dijual dengan harga murah, dan
rendemen yang dihasilkan cukup tinggi, yaitu dari 10 butir kelapa akan diperoleh
sekitar 1.100 mL VCO. Sedangkan kekurangannya adalah membutuhkan waktu
yang sangat lama dalam proses denaturasi protein untuk memisahkan minyak dari
ikatan lipoprotein (Setiaji, 2006).
2.6.3 Metode Pengasaman
Pengasaman merupakan cara membuat suasana emulsi (santan) menjadi
asam. Karena asam memiliki kemampuan untuk memutus ikatan lemak - protein.
Asam akan mengikat senyawa yang berikatan dengan lemak. Asam yang
dicampurkan dalam santan hanya bisa bekerja maksimal, bila pH sesuai. Pada
proses pembuatan minyak kelapa, dengan pengaturan pH untuk mendapat kondisi
iso elektrik yaitu pada pH 4,3 yang dilakukan dengan penambahan asam asetat
11

(CH3COOH) karena dianggap paling aman untuk kesehatan bila dikonsumsi. Krim
santan yang dicampur dengan asam diukur pHnya menggunakan pH meter,
kemudian didiamkan selama 10 jam kemudian disaring. Minyak yang nantinya
dihasilkan akan berwarna bening dan kandungan antioksidannya pun tidak berubah
(Kuncoro, 2005).

Pembuatan VCO dengan pengasaman memiliki kelebihan yaitu warna VCO


yang didapatkan lebih bening, dan kandungan asam lemak dan antioksidannya tidak
banyak berubah karena proses hanya memutuskan ikatan protein - lemak saja.
Sedangkan kekurangannya yaitu tidak bisa diformulasikan secara pasti karena
untuk mendapatkan pH 4,3 banyak faktor yang berpengaruh sehingga harus
dilakukan pencampuran (santan dan asam) berulang-ulang, pH campuran santan
dan asam harus pas, yaitu 4,3. Apabila pH-nya kurang atau lebih kemungkinan
terjadi kegagalan dalam pembuatan VCO, dan waktu yang dibutuhkan untuk proses
pembuatan VCO cukup lama, sekitar 10 jam.
2.6.4 Metode Pemanasan
Pada prinsipnya pembuatan VCO dengan pemanasan sama seperti cara
tradisional. Pada tahap awal kelapa diparut lalu dibuat santan. Maka terbentuk krim
santan, krim yang diperoleh dipisahkan dari air, kemudian dipanaskan dengan suhu
95 °C sampai dihasilkan minyak. Selanjutnya, minyak dipisahkan dari air melalui
penguapan (dipanaskan di atas kompor dengan api kecil) sehingga dihasilkan
minyak kelapa murni (Sutami dan Hartin, 2005). Pembuatan minyak kelapa murni
dengan cara ini memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya
rendemen yang dihasilkan cukup banyak yaitu sekitar 35%. Sehingga dari 10 butir
kelapa, dapat dihasilkan cukup banyak yaitu sekitar 1.100 mL minyak kelapa.
Minyak kelapa murni yang dihasilkan berwarna agak kekuningan, kandungan
antioksidan juga menurun karena proses pemanasan. Minyak juga mudah tengik,
dan hanya bisa bertahan 2-3 minggu (Setiaji, 2006).

2.6.5 Metode Pancingan


Dengan teknik pancingan, molekul minyak dalam santan ditarik oleh
minyak pancing sampai akhirnya menjadi minyak seluruhnya. Untuk minyak
umpan yang digunakan adalah minyak goreng berkualitas baik. Penggunaan
minyak umpan akan sangat mempengaruhi hasil dari kualitas minyak. Apabila
12

minyak umpan yang digunakan adalah minyak umpan yang berkualitas baik, maka
hasil minyak yang didapati akan berkualitas baik. Minyak umpan berfungsi sebagai
pemecah atau memutus ikatan lemak dan protein dengan cara mengikat senyawa
yang berikatan dengan lemak serta untuk menarik minyak - minyak yang masih
berikatan pada blondo sampai akhirnya bersatu. Air dan minyak dapat bersatu
karena terdapat protein yang mengelilingi molekul minyak. Metode pancingan pada
dasarnya mengubah bentuk emulsi air - minyak menjadi minyak - minyak (Setiaji,
2006).

2.6.6 Metode Sentrifugasi


Sentrifugasi merupakan salah satu cara pembuatan minyak kelapa murni
secara mekanik. Upaya yang dilakukan untuk memutuskan ikatan lemak protein
pada santan dengan pemutaran, yaitu dengan cara sentrifugal. Karena berat jenis
minyak lebih ringan daripada air, maka setelah dilakuan sentrifugasi keduanya akan
terpisah dengan sendirinya. Kecepatan putaran yang digunakan 20.000 rpm.
Minyak yang dihasilkan sudah berwarna jernih dan berbau khas kelapa, proses
pembuatannya sangat cepat yaitu sekitar 15 menit. Selain itu kandungan asam
lemak rantai sedang serta antioksidannya tidak mengalami denaturasi. Namun
harga alat sentrifuge sangat mahal, selain itu biaya listrik yang digunakan juga
tinggi, sehingga menambah biaya produksi (Setiaji, 2006).

2.7 Bakteri
Bakteri adalah mikroorganisme bersel satu dan berkembang biak dengan
membelah diri (aseksual). Ukuran bakteri bervariasi baik penampang maupun
panjangnya, tetapi pada umumnya penampang bakteri adalah sekitar 0,7-1,5 µm
dan panjangnya sekitar 1-6 µm (Jawetz et al., 2001). Bakteri dibagi dalam golongan
Gram-positif dan Gram-negatif berdasarkan reaksinya terhadap pewarnaan Gram.
Perbedaan antara bakteri Gram-positif dan Gram-negatif, Staphylococcus aureus
dan Escherichia coli sebagian besar terdiri atas beberapa lapisan peptidoglikan
yang membentuk struktur yang tebal dan kaku. Kekakuan pada dinding sel bakteri
yang disebabkan karena lapisan peptidoglikan dan ketebalan peptidoglikan ini
membuat bakteri Gram-positif resisten terhadap lisis osmotik (Jawetz et al., 2001).
Dinding sel bakteri Gram-positif mengandung lapisan peptidoglikan yang tebal dan
asam teikoat. Dinding sel bakteri Gram-negatif mengandung lapisan peptidoglikan
13

yang tipis, membran luar yang terdiri dari protein, lipoprotein dan lipopolisakarida,
daerah periplasma dan membran dalam. Bakteri Gram-negatif Escherichia coli, dan
Pseudomonas sp terdiri atas satu atau sedikit lapisan peptidoglikan pada dinding
selnya (Jawetz et al., 2001).

2.8 Aktivitas Antibakteri


Antibakteri adalah senyawa yang digunakan untuk mengendalikan
pertumbuhan bakteri yang bersifat merugikan. Pengendalian pertumbuhan
mikroorganisme bertujuan untuk mencegah penyebaran penyakit dan infeksi,
membasmi mikroorganisme pada inang yang terinfeksi, dan mencegah
pembusukan serta perusakan bahan oleh mikroorganisme (Sulistyo, 1971).
Antimikrobia meliputi golongan antibakteri, antimikotik, dan antiviral (Ganiswara,
1995). Mekanisme penghambatan terhadap pertumbuhan bakteri oleh senyawa
antibakteri dapat berupa perusakan dinding sel dengan cara menghambat
pembentukannya atau mengubahnya setelah selesai terbentuk, perubahan
permeabilitas membran sitoplasma sehingga menyebabkan keluarnya bahan
makanan dari dalam sel, perubahan molekul protein dan asam nukleat,
penghambatan kerja enzim, dan penghambatan sintesis asam nukleat dan protein.
Di bidang farmasi, bahan antibakteri dikenal dengan nama antibiotik, yaitu suatu
substansi kimia yang dihasilkan oleh mikroba dan dapat menghambat pertumbuhan
mikroba lain. Senyawa antibakteri dapat bekerja secara bakteriostatik,
bakteriosidal, dan bakteriolitik (Pelczar dan Chan, 1988).

Menurut Madigan et al., (2000), berdasarkan sifat toksisitas selektifnya,


senyawa antimikrobia mempunyai 3 macam efek terhadap pertumbuhan mikrobia
yaitu:
1. Bakteriostatik memberikan efek dengan cara menghambat pertumbuhan
tetapi tidak membunuh. Senyawa bakterostatik seringkali menghambat
sintesis protein atau mengikat ribosom. Hal ini ditunjukkan dengan
penambahan antimikrobia pada kultur mikrobia yang berada pada fase
logaritmik. Setelah penambahan zat antimikrobia pada fase logaritmik
didapatkan jumlah sel total maupun jumlah sel hidup adalah tetap.
14

2. Bakteriosidal memberikan efek dengan cara membunuh sel tetapi tidak


terjadi lisis sel atau pecah sel. Hal ini ditunjukkan dengan penambahan
antimikrobia pada kultur mikrobia yang berada pada fase logaritmik.
Setelah penambahan zat antimikrobia pada fase logaritmik didapatkan
jumlah sel total tetap sedangkan jumlah sel hidup menurun.

3. Bakteriolitik menyebabkan sel menjadi lisis atau pecah sel sehingga jumlah
sel berkurang atau terjadi kekeruhan setelah penambahan antimikrobia. Hal
ini ditunjukkan dengan penambahan antimikrobia pada kultur mikrobia
yang berada pada fase logaritmik. Setelah penambahan zat antimikrobia
pada fase logaritmik, jumlah sel total maupun jumlah sel hidup menurun.
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Waktu Dan Tempat Penelitian


Telaah pustaka dilakukan pada bulan Maret 2021 sampai September 2022 di
rumah selama penerapan kebijakan Study From Home, karena adanya kasus
pandemi Corona Virus (Covid-19).

3.2 Prosedur Penelitian


Telaah pustaka dilakukan dengan menggunakan 5 jurnal Internasional dan 5
jurnal nasional yang bereputasi sinta dan Scimago yang masing-masing minimal 1
jurnal yaitu 2 jurnal nasional yang bereputasi jurnal sinta 2, 3 dan 1 jurnal
internasional yang bereputasi terindeks Scimago quartil 4 yang mengkaji tentang
aktivitas antibakteri dari VCO yang dibuat dengan berbagai metode. Tabel berikut
merupakan daftar referensi yang digunakan untuk telaah pustaka pada penelitian
ini.

Tabel 4. Daftar referensi telaah pustaka tentang aktivitas antibakteri dari VCO
yang dibuat dengan berbagai metode.

Nama
No Penulis Jurnal / Vol Judul Keterangan
/ No / Tahun
1 Octo Jurnal Gizi/ 9 / Perbedaan metode pembuatan VCO Jurnal nasional tidak
zulkarnain 1 / 2020 antibakteria terhadap sifat fisikokimia, dan terakreditasi
suci ferdiana uji organoleptik, antibakteria vco terhadap DOI: https://doi.org/
bakteri staphylococcus aureus 10.26714/jg.9.1.2020
.124-130

2 Maria Ludya Chem. Prog / 9 Potensi Antioksidan Dan Antibakteri Jurnal nasional tidak
Pulung / 2 / 2016 Virgin Coconut Oil Dari Tanaman Kelapa terakreditasi
Radite Asal Papua DOI: https://doi.org/
Yogaswara 10.35799/cp.9.2.201
Fajar Ria D.N 6.27992
Sianipar
3 Rahmadi J. Teknol. Karakteristik Fisikokimia Dan Antibakteri Jurnal nasional
Anton dan Industri Virgin Coconut Oil Hasil Fermentasi terakreditasi sinta 2
Ipnatul Abdiah Pangan / 24 / 2 Bakteri Asam Laktat DOI: https://doi.org/
Maya Dewi / 2013 10.6066/jtip.2013.24.
Sukarno 2.178
Titin
Purnaningsih

15
16

4 Ulfayani Klorofil / 4 / 2 / Uji Antibakteri Virgin Coconut Oil Dari Jurnal nasional tidak
Mayasari 2020 Berbagai Merek Terhadap Bakteri terakreditasi
Alfi Sapitri Staphylococcus Aureus Dan Enterococcus DOI: http://dx.doi.or
Sri Maulida Faecalis g/10.30821/kfl:jibt.v
Putri 4i2.8970
5 Yeyen Cendana Uji Aktivitas Anti Bakteri Minyak Kelapa Jurnal nasional tidak
Maromon, Medical Murni (Virgin Coconut Oil) Terhadap terakreditasi
Prisca Deviani Journal / 20 / 2/ Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus https://doi.org/10.355
Pakan, Maria 2020 Aureus Secara In Vitro 08/cmj.v8i3.3494
Agnes E. D.
6 Febri Odel Procedia Isolation and Antibacterial Activity Test of Jurnal Internasional
Nitbania Chemistry / 18/ Lauric Acid from Crude Coconut Oil terindeks
Juminaa 10 / 2016 (Cocos nucifera L.) scopus dan schimago
Dwi Siswantaa quartil 2
Eti Nurwening https://www.scienced
Solikhahb irect.com/science/arti
cle/pii
7 Olateru African journal Lactic acid bacteria fermentation of Jurnal Internasional
Comfort T of coconut milk and its effect on the terindek scopus dan
Popoola biotechnology nutritional, phytochemical, schimago
Bukola M /19/6 2020 antibacterial and sensory properties of Quartil 4
Alagbe virgin coconut oil produced https://academicjourn
Gbolahan O als.org/journal/AJB/a
Ajao rticle-
Omobayonle abstract/40EF7B663
912
8 Floriana Journal of Antibacterial activity of Enzymatic Jurnal Internasional
Sundari Loung PharmTech hydrolyzed of Virgin Coconut oil and Palm terindek scopus dan
Jansen Silalahi Research/ 6 / 2/ Kernel oil against Staphylococcus aureus, schimago
Dwi Suryanto 2014 Salmonella thypi and Escherichia coli https://www.cabdirec
t.org/cabdirect/abstra
ct/20143143802
9 Jansen Silalahi Asian J Pharm Antibacterial Activity Of Hydrolyzed Jurnal Internasional
Yademetriper Clin Res 7 / 2 / Virgin Coconut Oil terindek scopus dan
mata 2014 schimago
Effendy De https://www.research
Lux Putra gate.net/profile/Yade
-
Permata/publication/
327542654
10 Linda Margata, Rasayan j. The Antibacterial Effect Of Enzymatic Jurnal Internasional
Jansen chem / 12 / 2 / Hydrolyzed Virgin Coconut Oil On terindek scopus dan
Silalahi, 2019 Propionibacterium acne, Bacillus subtilis, schimago
Urip Harahap, Staphylococcus epidermidis And Quartil 2
Dwi Suryanto, Methicillin-Resistant https://www.research
Denny Satria, Staphylococcus aureus gate.net/profile/Dwi-
Suryanto/publication/
334110233
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Metode Pembuatan VCO


Metode pembuatan VCO yang digunakan pada setiap referensi berbeda-beda
yaitu metode fermentasi, enzimatik, pengasaman, pemancingan, dan sentrifugasi.
Jurnal referensi yang menggunakan metode enzimatik dilakukan oleh Silalahi et al.
(2014), Nitbani et al. (2016), Maromon et al (2020), dan Loung et al. (2014).
Menurut Margata et al. (2019) Pembuatan minyak secara enzimatis pada dasarnya
meliputi pemecahan selubung protein oleh enzim protease yaitu enzim yang
mengkatalis reaksi hidrolisis protein. Beberapa jenis enzim yang biasa digunakan
untuk memecah ikatan lipoprotein dalam emulsi lemak yaitu papain, bromelin dan
enzim protease yang berasal dari kepiting sungai.

Minyak kelapa murni yang dibuat dengan metode enzimatis mempunyai


keunggulan diantaranya minyak yang dihasilkan berwarna bening, seperti kristal
karena memang tidak mengalami proses pemanasan, kandungan asam lemak dan
antioksidan di dalam VCO tidak banyak berubah sehingga khasiatnya tetap tinggi,
tidak mudah tengik karena komposisi asam lemaknya tidak banyak berubah, tidak
membutuhkan biaya tambahan yang terlalu mahal karena umumnya pepaya atau
nanas dijual dengan harga murah, dan rendemen yang dihasilkan cukup tinggi, yaitu
dari 10 butir kelapa akan diperoleh sekitar 1.100 mL VCO. Sedangkan
kekurangannya adalah membutuhkan waktu yang sangat lama dalam proses
denaturasi protein untuk memisahkan minyak dari ikatan lipoprotein (Setiaji, 2006).
Penelitian yang dilakukan Pulung et al. (2016), menggunakan metode
pemanasan. Dimana pada prinsipnya pembuatan VCO dengan pemanasan sama
seperti cara tradisional. Pada tahap awal kelapa diparut lalu dibuat santan. Maka
terbentuk krim santan, krim yang diperoleh dipisahkan dari air, kemudian
dipanaskan dengan suhu 95 °C sampai dihasilkan minyak. Selanjutnya, minyak
dipisahkan dari air melalui penguapan (dipanaskan di atas kompor dengan api kecil)
sehingga dihasilkan minyak kelapa murni (Sutami dan Hartin, 2005). Pembuatan
minyak kelapa murni dengan cara ini memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan.
Kelebihannya rendemen yang dihasilkan cukup banyak yaitu sekitar 35%. Sehingga
dari 10 butir kelapa, dapat dihasilkan cukup banyak yaitu sekitar 1.100 mL minyak

17
18

kelapa. Namun minyak kelapa murni yang dihasilkan berwarna agak kekuningan,
kandungan antioksidan juga menurun karena proses pemanasan. Minyak juga
mudah tengik, dan hanya bisa bertahan 2-3 minggu (Setiaji, 2006).
Zulkarnain dan Ferdiana, (2020) melakukan penelitian menggunakan metode
pancingan, pemanasan, dan mixing. Dimana dengan teknik pancingan, molekul
minyak dalam santan ditarik oleh minyak pancing sampai akhirnya menjadi minyak
seluruhnya. Untuk minyak umpan yang digunakan adalah minyak goreng
berkualitas baik. Penggunaan minyak umpan akan sangat mempengaruhi hasil dari
kualitas minyak. Apabila minyak umpan yang digunakan adalah minyak umpan
yang berkualitas baik, maka hasil minyak yang didapati akan berkualitas baik.
Minyak umpan berfungsi sebagai pemecah atau memutus ikatan lemak dan
protein dengan cara mengikat senyawa yang berikatan dengan lemak serta untuk
menarik minyak - minyak yang masih berikatan pada blondo sampai akhirnya
bersatu. Air dan minyak dapat bersatu karena terdapat protein yang mengelilingi
molekul minyak. Metode pancingan pada dasarnya mengubah bentuk emulsi air -
minyak menjadi minyak - minyak (Setiaji, 2006). Pada metode pengadukan
(mixing), putaran kepala mixer menyebabkan emulsi santan terpecah. Pada
prinsipnya santan adalah campuran antara molekul minyak, molekul air dan
protein. Dengan adanya pengadukan terus-menerus, maka molekul protein yang
berfungsi sebagai emulsifier dapat rusak sehingga minyak dapat terpisah (Cahyana
dalam Koapaha, 2006).
Dalam penelitian yang dilakukan Comfort et al. (2020), dan Pulung et al.
(2016), metode pembuatan VCO secara fermentasi dengan mengunakan ragi roti.
dan Rahmadi et al. (2013) metode pembuatan VCO secara fermentasi dengan
menggunakan bakteri asam laktat. Metode ekstraksi VCO secara fermentasi
memiliki prinsip pemanfaatan aktivitas proteolitik bakteri asam laktat (BAL)
seperti pada L. plantarum. Bakteri ini dapat menghasilkan enzim proteolitik sebagai
pemecah emulgator protein dalam sistem emulsi air dan minyak pada santan kelapa
(Kullisaar et al., 2013). Minyak kelapa murni fermentasi memiliki banyak
kelebihan diantaranya tahan lama, tidak mudah tengik dan hampir tanpa kandungan
kolestrol. Kelebihan proses ekstraksi secara fermentasi dibandingkan cara lain
adalah hemat bahan bakar, residu blondo lebih sedikit, tingkat ketengikan rendah
19

dengan daya simpan lebih lama, aroma lebih harum dan bebas senyawa penginduksi
kolestrol, dan pengolahan sederhana dan tidak terlalu rumit. (Soeka et al., 2008).
Tabel 5 berikut ini berisi tentang metode pembuatan VCO yang dilakukan dengan
metode yang berbeda-beda.
Tabel 5. Daftar referensi jurnal tentang metode pembuatan VCO yang digunakan
sebagai antibakteri Staphylococcus Aureus dan Escherichia coli

Penulis Metode

Maromon et al, 2020 Enzimatik


Mayasari et al,2020 Fermentasi
Pulung et al, 2016 Pemanasan
Zulkarnain dan Ferdiana, Pancingan,
2020
Rahmadi et al, 2013 fermentasi
Silalahi et al, 2014 Hidrolisis enzim
Margata et al, 2019 Hidrolisis enzim
Nitbani, 2016 enzimatik
Comfort et al, 2020 fermentasi
Loung et al, 2014 Hidrolisis enzim lipase

4.2 Metode Uji aktivitas Antibakteri


Metode pengujian aktivitas antibakteri pada 10 jurnal penelitian ini yaitu
metode difusi agar dilakukan oleh penelitian Mayasari et al. (2020), Silalahi et al.
(2014), Margata et al. (2019), Nitbani et al. (2016), dan Loung et al. (2014). Metode
difusi digunakan untuk menentukan aktivitas agen antimikroba. Piringan yang
berisi agen antimikroba diletakkan pada media agar yang telah ditanami
mikroorganisme yang akan berdifusi pada media agar tersebut. Area jernih pada
permukaan media agar mengindikasikan adanya hambatan pertumbuhan
mikroorganisme oleh agen antimikroba (Pratiwi, 2008).

Maromon et al. (2020) pada penelitiannya menggunakan metode turbidimetri.


Metode turbidimetri merupakan cara yang cepat untuk menghitung
20

jumlah bakteri dalam suatu larutan dengan menggunakan alat spektrofotometer.


Digunakan untuk uji antibakteri, dimana jumlah bakteri nya dihitung dengan
membandingkan kekeruhan suspensi bakteri dengan menggunakan larutan standar
McFarland. Aktivitas antibakteri diuji dengan metode turbidimetri karena metode
ini memiliki beberapa keuntungan yaitu : (1) memungkinkan diperolehnya suatu
hasil kuantitatif, yang menunjukkan jumlah obat (senyawa uji) yang diperlukan
untuk menghambat (mematikan) mikroorganisme yang diuji, (2) metode ini
dikerjakan dengan peralatan yang otomatis dan memiliki tingkat presisi yang tinggi
sehingga kesalahan yang terjadi juga kecil, (3) tidak membutuhkan waktu inkubasi
yang lama (lebih cepat waktu pengerjaannya), (4) tidak memerlukan bahan uji
dalam jumlah yang banyak sehingga praktis untuk dilakukan (Jawetz et al., 2005).
Zulkarnain dan Ferdiana (2020) pada penelitiannya menggunakan metode disk
diffusion. Metode ini dilakukan untuk menentukan aktivitas agen antimikroba.
Piringan yang berisi agen antimikroba diletakkan pada media agar yang telah
ditanami mikroorganisme yang akan berdifusi pada media agar tersebut. Area jernih
mengindikasikan adanya hambatan pertumbuhan mikroorganisme oleh agen
antimikroba pada permukaan media agar (Pratiwi, 2008). Pulung et al. (2016 ) pada
penelitiannya menggunakan metode difusi sumuran. Difusi sumuran pada lempeng
agar yang telah diinokulasikan dengan bakteri uji dibuat suatu lubang yang
selanjutnya diisi dengan zat antimikroba uji. Kemudian setiap lubang itu diisi
dengan zat uji. Setelah diinkubasi pada suhu dan waktu yang sesuai dengan mikroba
uji, dilakukan pengamatan dengan melihat ada atau tidaknya zona hambat di
sekeliling lubang (Bonang, 1992).
Rahmadi et al. (2013) menggunakan metode analisis two sample T-test.
Metode two sample – T test ini digunakan untuk membandingkan jumlah lekosit
antara kelompok kontrol negatif dan kelompok terapi VCO per oral, antara
kelompok kontrol negatif dan kelompok terapi VCO topikal, serta antara VCO
peroral dan kelompok terapi VCO topikal. Data jumlah bakteri hasil swab dianalisis
dengan metode analisis two sample T-test. Metode ini membandingkan jumlah
bakteri hasil swab antara kelompok kontrol negatif dan kelompok terapi VCO per
oral, kelompok kontrol negatif dan kelompok terapi VCO topikal, serta antara
kelompok terapi VCO per oral dan kelompok terapi VCO topikal. Berikut daftar 10
21

jurnal refensi yang digunakan berkaitan dengan metode uji aktivitas antibakteri dari
VCO.
Tabel 6. Daftar jurnal referensi berdasarkan metode uji aktivitas antibakteri dari
VCO.

Penulis Metode Uji Aktivitas


Antibakteri
Maromon et al, 2020 Turbidimetri
Mayasari et al,2020 Difusi agar
Pulung et al, 2016 Difusi sumuran
Zulkarnain dan Disk diffusion
Ferdiana,2020
Rahmadi et al, 2013 analisis two sample T-
test
Silalahi et al, 2014 Difusi agar
Margata et al, 2019 Difusi agar
Nitbani, 2016 Difusi agar
Comfort et al, 2020 Tidak dijelaskan
Loung et al, 2014 Difusi agar

4.3 Kontrol positif terhadap bakteri S.aureus dan E.coli


Pada penelitian Maromon et al. (2020) konsentrasi minyak kelapa murni
terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus yang digunakan adalah
100%, 75%, 50%, 25%, 10%, 5%, dan 1% dihasilkan bahwa konsentrasi 100 %
ditetapkan sebagai Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) minyak kelapa murni
terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. Konsentrasi 100% minyak
kelapa murni secara visual mulai terlihat pada ketiga perlakuan jika dibandingan
dengan konsentrasi lainnya yang kekeruhannya mendekati cawan kontrol negative
yang berisi media NA, tween 80 dan suspensi bakteri Staphylococcus aureus. Hal
ini menunjukan bahwa pada konsentrasi 100%, pertumbuhan bakteri
Staphylococcus aureus mulai dihambat. Hal ini disebabkan karena larutan tidak
dapat menghambat pertumbuhan bakteri pada konsentrasi yang rendah karena
semakin rendah konsentrasi, jumlah senyawa aktif dalam larutan semakin sedikit
22

sehingga kemampuan larutan dalam menghambat bakteri berkurang.

Sebagai Kontrol positif digunakan antibiotik sefaleksin. Sefaleksin merupakan


antibiotik beta-laktam generasi pertama dari golongan sefalosporin. Antibiotik ini
bersifat bakterisida dan bekerja dengan menginhibisi sintesis lapisan peptidoglikan
dinding sel bakteri yaitu heterpolimer yang memberikan stabilitas mekanik pada
dinding sel bakteri. Karena sefaleksin sangat mirip d-alanil-d-alan yang merupakan
akhiran asam amino lapisan peptidoglikan dinding sel, ia dapat secara ireversibel
berikatan denga siklus PBP, yang penting untuk sintesis dinding sel. Aktif melawan
coccus gram positif dan beraktifitas sedang melawan beberapa basil gram negatif.
Pada penelitian Mayasari et al. (2020) dihasilkan zona hambat bakteri
Staphylococcus aureus dengan menggunakan kontrol positif penicillin sebesar 42
mm. Produk Virgin Coconut Oil dari berbagai merek dapat menghambat bakteri
Staphylococcus aureus dan bakteri Enterococcus faecalis, aktivitas bakteri dapat
disebabkan karena Virgin Coconut Oil yang mengandung asam lemak rantai
menengah yang mekanisme kerjanya yaitu merusak dinding –dinding sel bakteri.
Penelitian Pulung et al. (2016) dihasilkan zona hambat bakteri staphylococcus
aureus dengan kontrol positif klorampenikol sebesar 1,217±0,57 mm dan
escherichia coli sebesar 0,833±0,28 mm dan zona hambat terhadap S. Aureus
sebesar 0,500±0,50, 0,83±0,14 dan terhadap E.Coli sebesar 0,683±0,07,
0,650±0,08. Menurut volk dan Wheeler, (1998) kloramfenikol adalah antibiotik
yang mempunyai aktivitas bakteriostatik dan pada dosis tinggi bersifat bakterisisal.
Aktifitasnya menghambat sintesis protein dengan jalan mengikat ribosom yang
merupakan langkah penting dalam pembentukan ikatan peptida.
Penelitian Zulkarnain dan Ferdiana 2020 dihasilkan zona hambat bakteri
Staphylococcus aureus dengan kontrol positif klorampenikol sebesar 24,5±61 mm
dan zona hambat terhadap S. Aureus sebesar 0,00 mm . Dihambatya sintesis protein
pada sel bakteri merupakan kerja dari kloramfenikol. Kloramfenikol berikatan
secara reversible dengan unit ribosom 50 S, sehingga mencegah ikatan antara asam
amino dengan ribosom. Obat ini berikatan secara spesifik dengan akseptor yang
merupakan tempat ikatan kritis untuk perpanjangan rantai peptida (Katzung, 2004).
Pada penelitian Rahmadi et al, (2013) dihasilkan zona hambat bakteri
Staphylococcus aureus dengan kontrol positif klorampenikol sebesar 10,20±0,55
23

mm dan escherichia coli sebesar 11,10±0,53 mm. Zona hambat terhadap S. Aureus
sebesar 4,05±0,80 mm dan zona hambat terhadap E. Coli sebesar 4,95±0,65 mm.
Penelitian Silalahi et al. (2014) dihasilkan zona hambat bakteri Staphylococcus
aureus dengan konsentrasi VCO 500 mg/ml dan dengan dua kontrol positif yaitu
Tetracyclin dan Ampicillin sebesar 9.15±0.26 5 mm dan 11.45±0.5 22 mm. Zona
hambat terhadap S. Aureus sebesar 11,28±0,362 mm. Ampisilin merupakan
antibiotik golongan beta laktam yang menghambat pembentukan dinding sel bakteri
dengan menghambat penggabungan asam n-asetilmuramat ke dalam struktur
mukopeptida yang dapat memberikan struktur kaku pada dinding sel bakteri
(Pelczar dan Chan 2005). Tetrasiklin sebagai kontrol positif untuk uji aktivitas
antibakteri merupakan golongan antibiotik spektrum luas. Tetrasiklin memiliki
kemampuan melawan sejumlah besar patogen diantaranya adalah bakteri gram
positif (S. aureus) dan bakteri gram negatif (E. coli) ( Katzung, 2012). Penelitian
Margata et al. (2019) dihasilkan zona hambat bakteri Staphylococcus aureus
dengan konsentrasi VCO 50 % dan dengan menggunakan kontrol positif ampicillin
sebesar 6.00 ± 0.00 mm.
Penelitian Nitbani, (2016) dihasilkan zona hambat bakteri Staphylococcus
aureus dengan konsentrasi VCO 20 %, 15 %, 10%, 5 % dengan menggunakan
kontrol positif ciprofloxacin sebesar 30 mm dan escherichia coli 30 mm. zona
hambat terhadap S. Aureus sebesar 40 mm, 37 mm, 28 mm, 25 mm. dan zona
hambat terhadap E. Coli sebesar 41 mm, 36 mm, 28 mm, dan 26 mm. Menurut
Sofyan et al., (2014) Ciprofloxacin adalah antibiotik yang berguna untuk mengobati
sejumlah infeksi bakteri. Ciprofloxacin merupakan antibiotik kelas fluorokuinolon
generasi kedua, ciprofloxacin bersifat bakterisida atau membunuh bakteri serta
antibiotik berspektrum luas terhadap mikroorganisme gram posiif dan gram negatif.
Penelitian Comfort et al. (2020) dihasilkan zona hambat bakteri
Staphylococcus aureus dengan menggunakan kontrol positif Vancomycin sebesar 5
mm. zona hambat terhadap S. Aureus sebesar 4 mm. Vankomisin merupakan
antibiotik pilihan pertama untuk infeksi yang disebabkan oleh MRSA (Liu et al.,
2011) Oleh karena itu, keberadaan antibiotik dengan aktivitas anti-MRSA lain
dibutuhkan sebagai alternatif terapi untuk kasus yang tidak dapat teratasi oleh
beberapa antibiotik yang saat ini terdapat di Indonesia. Penelitian dihasilkan zona
24

hambat bakteri Staphylococcus aureus dengan konsentrasi VCO 10 % dan dengan


menggunakan kontrol positif monolaurin sebesar 5.33± 0.16 mm. Monolaurin
memiliki karakteristik anti-viral, antibakterial, dan anti-protozoal, sehingga dapat
digunakan untuk melindungi emulsi minyak-dalamair yang ajak diinjeksikan secara
intravenal dari pertumbuhan E. coli, P. aeruginaosa, Stahpylococcus aureus, dan
Candida albicans (Daftary, 2008). Penelitian Loung et al., (2014) dihasilkan zona
hambat bakteri Staphylococcus aureus dengan konsentrasi VCO 25 %, 50 %, 75 %,
100 % dengan menggunakan kontrol positif Tetracycline dan chloramphenicol
sebesar 26,42±0,16 mm dan escherichia coli 29,43±0,46 mm. zona hambat
terhadap S. Aureus sebesar 13,57±0,35, 14,57±0,15, 15,74±0,39, 17,17±0,13 mm.
Dan zona hambat terhadap E. Coli sebesar 9,13±0,40, 10,05±0,87, 11,93±0,51, dan
13,13±0,32 mm . Tabel 8 berikut ini tentang hasil zona hambat aktivitas antibakteri
kontrol positif terhadap bakteri staphylococcus aureus dan escherichia coli .
25

Tabel 7. Daftar referensi jurnal aktivitas antibakteri kontrol positif terhadap


bakteri staphylococcus aureus dan escherichia coli.
Penulis Konsentrasi Kontrol positif Zona Zona Zona Zona
VCO hambat hambat hambat hambat
terhadap terhadap terhadap terhadap
kontrol kontrol S. Aureus E.Coli
positif positif (mm) (mm)
S.Aureus E.Coli
(mm) (mm)
Maromon 100%, 75%, Sefaleksin 35,5 mm 38 mm 24,5±61 37,5
et al, 50%, 25%,
2020 10%, 5%,
dan 1%.
Mayasari Tidak Penicillin 42 mm 0,835±0,29 8 0,650±0,08
et al,2020 dijelaskan 0,5 g
Pulung et Tidak klorampenikol 1,217±0,5 0,833±0,28 0,500±0,50 0,683±0,07
al, 2016 dijelaskan 7 0,83±0,14 0,650±0,08
Zulkarnai Tidak Klorampenikol 24,5±61 Tidak 0,00 0,500±0,50
n dan dijelaskan mm dijelaskan
Ferdiana,
2020
Rahmadi Tidak klorampenikol 10,20±0,5 11,10±0,53 4,05±0,80 4,95±0,65
et al, dijelaskan 5
2013
Silalahi et 500 mg/ml Tetracyclin 9,15±0,26 0,683±0,07 11,28±0,36 0.583±0,14
al, 2014 0,1 2
Ampicillin
5 11.45±0.5
22
Margata 3,125 % Ampicillin 9,07±0,67 6.00 ± 0.00 9,13±0,40
et al, 6,25% 0,025 mg/ml 6.00 ± 6.00 ± 0.00
2019 12,5% 0,05 mg/ml 0.00 6.00 ± 0.00
25 % 2,5 mg/ml 6.00 ± 6.00 ± 0.00
50% 5 mg/ml 0.00
6.00 ±
0.00
26

6.00 ±
0.00
Nitbani, 20% Ciprofloxacin 30 30 40 41
2016 15 % 0,5 % 30 30 37 36
10 % 30 30 28 28
5% 30 30 25 26

Comfort Tidak Vancomycin 5 Tidak 4 11,93±0,51


et al, dijelaskan dijelaskan
2020
Loung et 100% chloramphenicol 26,42±0,1 29,43±0,46 17,17±0,13 13,13±0,32
al, 2014 75% 30 ig 6 15,74±0,39 11,93±0,51
50% Tetracycline 14,57±0,15 10,05±0,87
25% 30 ig 13,57±0,35 9,13±0,40

Pada tabel 7 dapat dilihat bahwa zona hambat kontrol positif yang paling kuat
terhadap bakteri S. Aureus dilakukan oleh Mayasari et al. (2020) sebesar 42 mm
dengan Penicillin sebagai kontrol positif. Zona hambat kontrol positif yang paling
kuat terhadap bakteri E. Coli dilakukan oleh Nitbani (2016) sebesar 30 mm. Zona
hambat yang paling kuat terhadap S. Aureus dilakukan oleh Loung et al. (2014)
sebesar 17,17±0,13 mm, dan zona hambat yang paling kuat terhadap bakteri E. Coli
dilakukan oleh Nitbani (2016) sebesar 41 mm. Dimana semakin besar zona
hambatannya, maka semakin besar kemampuan daya hambat VCO terhadap
bakteri. Diameter zona hambat (mm) < 5 aktivitas lemah, 5-10 sedang, 10-20 kuat,
dan 20-30 sangat kuat (Pulung et al., 2016). Menurut Pelczar dan Chan (1986)
dalam Rozlizawaty (2013), menyatakan semakin tinggi konsentrasi pada suatu
senyawa antibakteri, maka dapat dikatakan aktivitas bakterinya juga semakin kuat,
hal ini dapat dikarenakan tingginya konsentrasi pada senyawa bakteri yang terdapat
pada Virgin Coconut Oil mengandung bahan aktif yang dikandung oleh minyak
kelapa murni yaitu asam laurat.
Mekanisme kerja asam laurat dengan merusak lapisan peptidoglikan dinding
sel bakteri. Proses perakitan dinding sel bakteri diawali dengan pembentukan rantai
27

peptida yang menggabungkan antara rantai glikan dari peptidoglikan sehingga


menyebabkan dinding sel terakit sempurna. Jika ada hambatan dalam
pembentukannya, maka sel bakteri akan mengalami lisis yang kemudian diikuti
dengan kematian sel. Asam laurat bekerja dengan merusak rantai peptida yang
menyusun peptidoglikan sehingga dinding sel bakteri menjadi lemah dan
mengalami lisis. Tanpa dinding sel bakteri tidak dapat bertahan terhadap pengaruh
luar dan segera mengalami kematian
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan studi literatur 10 jurnal yang telah dikaji bahwa aktivitas
antibakteri dari VCO efektif terhadap pertumbuhan bakteri S. Aureus dan E. Coli.
zona hambat paling kuat dilakukan oleh Mayasari et al (2020) yaitu sebesar 42 mm
dengan penicillin sebagai kontrol positif. Semakin tinggi konsentrasi VCO semakin
besar zona hambat antibakteri yang dihasilkan sedangkan katagori zona hambat
yang di hasilkan yaitu golongan lemah, sedang, dan kuat.

5.2 Saran
Untuk penelitian selanjutnya mengenai uji aktivitas antibakteri dari VCO
perlu dilakukan review jurnal penelitian dengan bakteri yang berbeda seperti
Staphylococcus spp dan enterococcus faecalis.

28
DAFTAR PUSTAKA

Ananda M.K., dan Nia A.P. 2020. Asam Lemak Virgin Coconut Oil (VCO) dan
Manfaatnya untuk Kesehatan. Jurnal Agrinika, 4 (1), 93-170.

Bonang G. 1992. Mikrobiologi Untuk Profesi Kesehatan Edisi 16. Jakarta : Buku
Kedokteran EGC.

Diyah N.W., Purwanto., Yunita S., dan Yuliana K.D. 2010. Pembuatan Minyak
Kelapa Secara Enzimatis dengan memanfaatkan kulit buah dan biji papaya
serta analisis sifat fisiokimianya. Berk Penel Hayati, 15, 181– 185.

Ganiswarna S. 1995. Farmakologi dan Terapi edisi IV. Jakarta: Farmakologi


Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Iswanto. 2001. Bioproses Enzimatik dan Purifikasi Minyak kelapa Fermentasi


(Fermikel). Skripsi. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian Universitas
Djuanda.

Jawetz E., Melnick J.L., dan Adelberg E.A. 2001. Mikrobiologi Kedokteran, Edisi
XXII. Jakarta: Penerbit Salemba Medika.

Jawetz E., Melnick J.L., dan Adelberg E.A. 2013. Medical Microbiology 26 th
Edition. Jakarta: EGC.

Katzung. 2004. Farmakologi Dasar dan Klinik. Jakarta: Salemba Medika.

Kullisaar T., Songisepp, E., Mikelsaar, M., Zilmer, K., Vihalemm, T., and Zilmer,
M., 2013. Antioxidative probiotic fermented goat’s milk decreases oxidative
stressmediated atherogenicity in Human. J Nutr, 90, 449-456.

Kuncoro., dan Sitanggang. 2006. Gempur Penyakit dengan VCO. Jakarta:


Agromedia Pustaka.

Liu C., Bayer A., Cosgrove S., Daum R., Fridkin S., Gowritz R., and Karchmer A.
2011. Clinical practice guidelines by the Infectious Diseases Society of
America for the treatment of methicillin-resistant Staphylococcus aureus
infections in adults and children. Clin Infect Dis, 52(3), 18–55.

Loung F.S., Silalahi J., dan Suryanto D. 2014. Antibacterial activity of Enzymatic
hydrolyzed of Virgin Coconut oil and Palm Kernel oil against
Staphylococcus aureus, Salmonella thypi and Escherichia coli. Journal of
PharmTech Research, 6 (2), 628-633.

Mahmud Z., dan Yulius F. 2005. Prospek Pengolahan Hasil Samping Buah Kelapa.
Jurnal Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, 4 (2), 55- 63.

29
30

Madigan M.T., Martinko J.M., and Parker J. 2000. Brock Biology of


Microorganisms, Ninth Edition. London: Prentice-Hall.

Mansor T.S.T., Che Man Y. B., Shuhaimi M., Abdul A.M. J dan Ku Nurul F.K.M.
2012. Physicochemical properties of virgin coconut oil extracted from
different processing methods. International Food Research Journal, 19
(3), 837-845.

Mardiatmoko G., dan Ariyanti M. 2018. Produksi Tanaman Kelapa (Cocos


nucifera L). Ambon: Ata Jaya.

Margata L., Jansen S., Urip H., Dwi S., and Denny S. 2019. The Antibacterial Effect
Of Enzymatic Hydrolyzed Virgin Coconut Oil On Propionibacterium
acne, Bacillus subtilis, Staphylococcus epidermidis And Methicillin-
Resistant Staphylococcus aureus. Rasayan j. chem, 12 (2), 4-10.

Maromon Y., Prisca D.P., dan Maria A.E.D. 2020. Uji Aktivitas Anti Bakteri
Minyak Kelapa Murni (Virgin Coconut Oil) Terhadap Pertumbuhan
Bakteri Staphylococcus Aureus Secara In Vitro. Cendana Medical
Journal, 20 (2).

Mayasari U., Alfi S., dan Sri M.P. 2020. Uji Antibakteri Virgin Coconut Oil Dari
Berbagai Merek Terhadap Bakteri Staphylococcus Aureus Dan
Enterococcus Faecalis. Klorofil, 4 (2).

Nitbania F.D., Jumina., Siswantaa D., dan Solikhah E.N. 2016. Isolation and
Antibacterial Activity Test of Lauric Acid from Crude Coconut Oil (Cocos
nucifera L.). Procedia Chemistry, 18 (10), 132-140.

Olateru C.T., Popoola B.M., Alagbe G.O., dan Ajao O. 2020. Lactic acid bacteria
fermentation of coconut milk and its effect on the nutritional,
phytochemical, antibacterial and sensory properties of virgin coconut oil
produced. African journal of biotechnology, 19 (6), 362-366.

Pelczar M.J., dan Chan E.C.S. 1988. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta:


Universitas Indonesia Press.

Pelczar M.J., dan Chan. 2005. Dasar-dasar Mikrobiologi Jilid 1. Universitas


Indonesia Perss. Jakarta.

Pratiwi S.T. 2008. Mikrobilologi Farmasi. Jakarta: Erlangga.

Pulung M.L., Yogaswara R., dan Sianipar F.J.D.N. 2016. Potensi Antioksidan Dan
Antibakteri Virgin Coconut Oil Dari Tanaman Kelapa Asal Papua. Chem.
Prog, 9 (2).
31

Pussadee T., dan Prapaporn K. 2012. Activity Of Virgin Coconut Oil, Lauric Acid
Or Monolaurin In Combination With Lactic Acid Against Staphylococcus
Aureus. Southeast Asian J, 43 (4), 1-10.

Rahmadi A., Abdiah I., Sukarno M.D., dan Purnaningsih T. 2013. Karakteristik
Fisikokimia Dan Antibakteri Virgin Coconut Oil Hasil Fermentasi Bakteri
Asam Laktat. J. Teknol. dan Industri Pangan, 24 (2), 178.

Rindengan B., dan Novarianto H. 2005. Pembuatan Dan Pemanfaatan Minyak


Kelapa Murni (Virgin Coconut Oil). Jakarta : Penebar Swadaya.

Setiaji B., dan Prayugo S. 2006. Membuat VCO Berkualitas Tinggi. Jakarta:
Penebar Swadaya.

Silalahi J., Yademetripermata., and Effendy D.L.P. 2014. Antibacterial Activity Of


Hydrolyzed Virgin Coconut Oil. Asian J Pharm Clin Res,7 (2).

Siregar., dan Royhan. 2010. Proses Pengolahan Minyak Kelapa dengan


Penambahan Ragi Roti, Enzim Papain Kasar, Enzim Bromelin kasar dan
Starter Ragi Tape. Skripsi. Institut P ertanian Bogor. Fakultas Pertanian.

Soeka Y.S.J., Sulistyo E., dan Nabila. 2008. Analisis Biokimia Minyak Kelapa
Hasil Ekstraksi Secara Fermentasi. Jurnal, Bogor: Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia. 9, 91-95.

Sofyan M., Alvariono., Erikadius. 2014. Perbandingan Levofloxacin dengan


Cipofloxacin Peroral dalam Menurunkan Leukosituria Sebagai Profilaksis
Isk pada Kateterisasi di RSUP.Dr.M. Djamil Padang. Jurnal kesehatan
Andalas. 3 (1)

Suhirman S., dan Winarti C. 2013. Prospek dan Fungsi Tanaman Obat sebagai
Imunomodulator. Junal Penelitian Sains dan Teknologi, 1-8.

Sulastri E., Sari A., dan Mappiratu. 2016. Uji Aktivitas Antibakteri Krim Asam
Laurat Terhadap Staphylococcus aureus ATCC 25923 Dan Pseudomonas
aeruginosa ATCC 27853. Galenika Of Journal Of Pharmacy. 2 (2), 69-67.

Sulistyo. 1971. Farmakologi dan Terapi. Yogyakarta: EKG.

Sutami., dan Hartin. 2005. Taklukkan Penyakit dengan VCO (Virgin Coconut Oil).
Jakarta: Penebar Swadaya.

Standar Nasional Indonesia. 2008. SNI 7381: 2008. Minyak Kelapa Virgin coconut
oil (VCO). Jakarta: Badan Standar Nasional.

Syah A.N.A. 2005. Virgin Coconut Oil, Minyak penakhluk aneka penyakit. Jakarta:
PT Agromedia Pustaka.
32

Tenda E. T., Lengkey H. G., Miftahorrachman., dan Tampake H. 1999.


Produktivitas Sifat Kimia Daging dan Air Buah Enam Jenis Kelapa
Hibrida. Jurnal Penelitian Tanaman Industri. 5 (2), 39-45.

Thieme, J. G. 1968. Coconut Oil Processing FAO Agri Culture Develepment Paper.
Rome: FAO.

Volk dan Wheeler. 1998. Mikrobiologi Dasar. Edisi Kelima. Jilid 1. Penerbit
Erlangga. Jakarta

Wulan, I. G., & Agusni, I. (2015). Penggunaan Imunomodulator untuk Berbagai


Infeksi Virus pada Kulit. Berkala Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin, 63-
69.

Zulkarnain O., dan Suci F. 2020. Perbedaan metode pembuatan VCO antibakteria
terhadap sifat Fisikokimia, dan uji organoleptik, Antibakteri VCO terhadap
Bakteri Staphylococcus Aureus. Jurnal Gizi, 1 (9).
L
A
M
P
I
R
A
N

33
Lampiran 1. Tabel Studi Literatur
Zona hambat kontrol (+) Zona hambat
Metode Uji
Jurnal S. Aureus S. Aureus
No Metode Aktivitas Konsentrasi Kontrol Positif E.Coli E.Coli
Penelitian (mm) (mm)
Antibakteri (mm) (mm)
1 Maromon et al, 2020 Enzimatik Turbidimetri 100% Sefaleksin 35,5 38 24,5±61 37,5
75%
50%
25%
10%
5%
1%.
2 Mayasari et al,2020 Fermentasi Difusi agar Tidak Penicillin 42 0,835±0,29 8 0,650±0,08
dijelaskan
3 Pulung et al, 2016 Pemanasan Difusi Tidak klorampenikol 1,217±0,57 0,833±0,28 0,500±0,50 0,683±0,07
sumuran dijelaskan
0,83±0,14 0,650±0,08
4 Zulkarnain dan Pancingan, Disk diffusion Tidak Klorampenikol 24,5±61 Tidak 0,00 0,500±0,50
Ferdiana, 2020 dijelaskan dijelaskan
5 Rahmadi et al, 2013 fermentasi analisis two Tidak klorampenikol 10,20±0,55 11,10±0,53 4,05±0,80 4,95±0,65
sample T-test dijelaskan
6 Silalahi et al, 2014 Hidrolisis Difusi agar Tetracyclin 9,15±0,26 0,683±0,07 11,28±0,362 0.583±0,14
enzim
500 mg/ml Ampicillin
11.45±0.5
22
7 Margata et al, 2019 Hidrolisis Difusi agar 3,125 % Ampicillin 6.00 ± 0.00 9,07±0,67 6.00 ± 0.00 9,13±0,40
enzim
6,25% 6.00 ± 0.00 6.00 ± 0.00
12,5% 6.00 ± 0.00 6.00 ± 0.00
25 % 6.00 ± 0.00 6.00 ± 0.00
50%
8 Nitbani, 2016 enzimatik Difusi agar 20% Ciprofloxacin 30 30 40 41
15 % 30 30 37 36

34
35

10 % 30 30 28 28
5% 30 30 25 26

9 Comfort et al, 2020 fermentasi Tidak Tidak Vancomycin 5 Tidak 4 11,93±0,51


dijelaskan dijelaskan dijelaskan
10 Loung et al, 2014 Hidrolisis Difusi agar 100% chloramphenicol 26,42±0,16 29,43±0,46 17,17±0,13 13,13±0,32
enzim lipase 11,93±0,51
75% Tetracycline 15,74±0,39
10,05±0,87
50% 14,57±0,15 9,13±0,40
25% 13,57±0,35
36
37
38

Anda mungkin juga menyukai