Anda di halaman 1dari 6

Nama : Dinda Tri Ananda Kardiwan

NIM : 2313033
Mata Kuliah : Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan
Tugas 1. Definisi PKB, landasan hukum PKB, Guru BK sebagai guru penggerak.
1. Konsep Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan
Pengembangan keprofesian berkelanjutan adalah proses dan kegiatan yang dirancang
untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap profesional guru yang
dilaksanakan berjenjang, bertahap, dan berkesinambungan dalam rangka
meningkatkan manajemen dan mutu pendidikan. Tujuan PKB adalah: (1) membantu
seseorang secara lebih efektif untuk mencapai standar yang lebih tinggi dalam
pekerjaannya bagi yang bekerja dan lebih tinggi hasil belajarnya bagi yang belajar, (2)
meningkatkan retensi (tidak minta berhenti bekerja) dan rekrutmen, (3) memberikan
konstribusi positif terhadap etos kerja dan mampu memotivasi, (4) menciptakan
masyarakat untuk belajar sepanjang hayat, (5) mewujudkan tanggung jawab seorang
profesional untuk selalu meningkatkan keprofesiannya, (6) menghemat uang karena
biaya merekrut dan menginduksi guru baru relatif mahal.
2. Landasan hukum PKB
Berdasarkan Buku 1 Pedoman Pengelolaan PKB (Pengembangan Keprofesian
Berkelanjutan) tahun 2012 yang diterbitkan oleh Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan akan melisting dasar hukum pelaksanaan PKB. Berikut dasar hukum
(perundangan) yang dimaksud:
a. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional;
b. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen;
c. Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 tentang Pendidikan dan
Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil;
d. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan;
e. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru;
f. Keputusan Presiden Nomor 87 Tahun l999 tentang Rumpun Jabatan
Fungsional Pegawai Negeri Sipil;
g. Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka
Kreditnya;
h. Peraturan Bersama Menteri Pendidikan Nasional dan Kepala Badan
Kepegawaian Negara Nomor Nomor 14 Tahun 2010 dan Nomor
03/V/PB/2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional dan Angka
Kreditnya;
i. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 12 Tahun 2007 tentang Standar
Kualifikasi dan Kompetensi Pengawas Sekolah;
j. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar
Kualifikasi dan Kompetensi Kepala Sekolah;
k. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar
Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru;
l. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 27 Tahun 2008 tentang Standar
Kualifikasi dan Kompetensi Konselor;
m. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 63 Tahun 2009 tentang Sistem
Penjaminan Mutu Pendidikan;
n. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 35 Tahun 2010 tentang
Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya.
3. Guru BK Sebagai Guru Penggerak
Guru penggerak adalah guru yang mampu menumbuhkembangkan inovasi dan
kreativitasnya serta menjadi inspirasi bagi siswa dan juga guru-guru lainnya. Salah
satu tantangan guru BK yang paling “abadi” adalah menghapus mitos guru BK
sebagai polisi sekolah yang hanya difungsikan jika ada siswa bermasalah. Seiring
dengan semakin berkembangnya keilmuan di bidang bimbingan dan konseling, maka
sebetulnya sudah cukup banyak wawasan kekinian yang memperjelas peran guru BK
bagi siswa di sekolah.
Guru BK yang sudah dibekali ilmu bimbingan dan konseling tidaklah harus
merasa terikat kaku dalam melaksanakan programnya di lapangan. Dalam beberapa
jenis layanan bisa saja memodifikasi bimbingan yang inovatif dengan melompat dari
kejenuhan tuntutan kurikulum. Dimulai dari penataan ruangan bimbingan dan
konseling sedapat mungkin menyajikan kesan yang benar-benar menarik minat siswa.
Selanjutnya, gerakan perubahan dapat juga diimplementasikan dalam penataan
administrasi BK yang praktis, kekinian dan mengikuti kebutuhan zaman namun tidak
terlepas dari prinsip-prinsip dasar layanan bimbingan dan konseling.
Dilema di lapangan biasanya terjadi jika langkah-langkah inovatif dan kreatif
guru BK yang di luar kebiasaan membentur aturan birokrasi sehingga menjadi
hambatan dalam melangsungkan program secara konsisten. Guru BK hendaknya bisa
jeli dalam melihat peluang dan potensi yang ada sesuai dengan kebutuhan dan kondisi
sekolah masing-masing. Guru BK juga harus berani keluar dari zona “kaku” yang
hanya “kelihatan bekerja” jika diberi suguhan siswa bermasalah atas “pemberian”
wali kelas dan guru bidang studi. Apalagi jika guru BK saat datang ke sekolah dan ke
ruang merasa “gaje” alias ga jelas mau ngapain. Berpikir kritis sangatlah diperlukan
agar guru BK dapat berperan menjadi guru penggerak dengan menciptakan dan
menyusun program bimbingan sesuai tuntutan zaman.
Membangun rasa bangga dan percaya diri adalah awal yang baik saat guru BK
akan terjun ke dalam “dunia bimbingan dan konseling”. Selanjutnya memahami
potensi diri atau mengenal passion dalam menjalani peran guru BK professional juga
menjadi modal utama. Kedua hal tersebut – percaya diri dan memahami potensi - jika
dipadupadankan akan melejitkan pergerakan guru BK dalam menjalankan profesinya.
Rasa percaya diri berawal dari bekal ilmu yang memadai dan selalu diupgrade,
sedangkan memahami potensi berasal dari latihan praktek terus menerus. Dengan
berlatih dan mencoba mempraktekkan berbagai teknik layanan maka guru BK akan
merasakan “gaya” atau “pembawaan seperti apa yang memungkinkan untuk terus
dikembangkan dalam pelaksanaan layanan BK.
Sebagai contoh, guru BK hendaknya bisa senantiasa tampil prima saat
berkolaborasi dengan berbagai personil sekolah. Tetaplah mewujudkan ide-ide
program dan memodifikasinya setiap saat sambil mengevaluasi mana yang harus
dilanjutkan dan mana yang harus diubah. Tampillah percaya diri dalam bertukar
pikiran terutama saat diperlukan sharing keilmuan BK dengan guru atau walikelas.
Fokuslah pada membangun kepercayaan pihak-pihak terkait dan hindari konflik
dengan mengeluhkan banyak hambatan.
Dalam hal lain, jika guru BK memiliki potensi dalam kemampuan IT maka
dapat mengasah keahliannya dengan menciptakan aplikasi layanan BK sesuai
kebutuhan. Dengan adanya inovasi di bidang teknologi yang digagas oleh guru BK
ahli IT maka akan menjadi inspirasi bagi guru BK lain untuk selalu menemukan
solusi dalam kesulitan atau hambatan dalam pengembangan program BK.
Bisa saja guru BK ada yang memiliki potensi dalam “publik speaking”
sehingga bisa menjadi instruktur dalam pelatihan-pelatihan BK. Atau potensi dalam
implementasi teknik-teknik konseling, pengembangan perangkat assessment BK dan
sebagainya. Dengan menemukan potensi dan passionnya maka guru BK akan menjadi
“trendsetter” yang melahirkan inspirasi bagi guru BK lainnya.
Pada prinsipnya menjadi guru BK penggerak setidaknya dapat diawali dengan
kemampuan menggali potensi diri dan dapat menjadi inspirasi. Guru BK harus
mampu melahirkan inovasi-inovasi yang ditunjang oleh kompetensi yang memadai
guna tercapainya tujuan layanan bimbingan konseling yang optimal dan efektif.
Tugas 2. Isu Profesi Bimbingan dan Konseling dan Solusi
1. Guru Bimbingan dan Konseling (BK) sering dianggap sebagai polisi siswa, yang
dimana guru BK selalu ditakuti oleh siswa.
Solusi :
a. Guru BK harus membangun citra yang baik kepada siswa, agar siswa tidak merasa
takut
b. Interaksi yang tepat dengan siswa dan tidak terlalu membatasi antara guru dan
siswa hal tersebut akan membantu memaksimalkan peran guru BK di sekolah
c. Memberikan layanan informasi kepada pihak sekolah dan siswa mengenai tugas
dan peran guru BK di sekolah
2. Guru BK hanya dikenal oleh siswa-siswa tertentu, hanya siswa yang sering dianggap
“nakal” yang dapat kenal dengan guru BK
Solusi :
a. Guru BK harus mampu tampil mandiri dan kemampuan pengetahuannya harus
lebih ditingkatkan
b. Memberikan layanan informasi kepada pihak sekolah dan siswa mengenai tugas
dan peran guru BK di sekolah
c. Membangun citra yang positif kepada siswa dan pihak sekolah
3. Guru BK dianggap tidak penting dan hal yang terpisah dari Pendidikan
Solusi :
a. Perlu adanya guru BK yang professional dan menguasai segala esensi layanan
bimbingan dan konseling dalam jalur, dan jenjang Pendidikan
b. Memberikan layanan yang variatif sehingga memunculkan eksistensi BK di
sekolah
c. Layanan informasi kepada pihak sekolah mengenai tugas dan peran BK di sekolah
4. Bimbingan dan konseling adalah pekerjaan yang dapat dikerjakan oleh siapapun
Solusi :
a. Guru BK di sekolah harus memiliki latar belakang BK dan kompeten terhadap BK
di lingkungan pendidikan
b. Guru BK harus memiliki kesadaran dan komitmen etika profesional
c. Mengikuti kegiatan seminar dan pelatihan-pelatihan yang dapat mengembangkan
pengetahuan mengenai peran dan tugas guru BK di sekolah
5. Guru BK hanya memiliki tugas memberikan nasihat dan hukuman saja
Solusi :
a. Memberikan layanan yang variatif agar dapat memunculkan eksistensi BK di
sekolah
b. Membangun citra diri yang positif dan menunjukkan pribadi yang professional
c. Membangun hubungan yang baik kepada siswa dan pihak sekolah
Tugas 3. Melakukan self evaluation terhadap standar kompetensi guru dan rencana
PKB
Standar kompetensi yang harus dimiliki oleh guru adalah kompetensi pedagogik, kepribadian,
social dan professional.
1. Pedagogik, kompetensi ini merupakan kemampuan atau keterampilan guru dalam
mengelola proses pembelajaran atau interaksi belajar mengajar dengan peserta didik.
Dalam kompetensi ini terdapat 7 aspek yang wajib dikuasai, diantaranya :
a. Karakteristik para peserta didik
b. Teori belajar serta prinsip pembelajaran yang mendidik
c. Pengembangan kurikulum
d. Pembelajaran yang mendidik
e. Pengembangan potensi para peserta didik
f. Cara berkomunikasi
g. Penilaian dan evaluasi belajar
2. Kepribadian, kompetensi kepribadian berkaitan dengan karakter guru dan wajib dimiliki
agar menjadi teladan bagi para peserta didik. Selain itu, para guru juga harus mampu
mendidik para muridnya agar membantu mereka memiliki kepribadian yang baik Terdapat
beberapa kepribadian yang harus dimiliki guru antara lain :
a. Kepribadian yang stabil, bertindak sesuai dengan norma sosial dan bangga menjadi
guru.
b. Kepribadian yang dewasa menampilkan kemandirian dalam bertindak sebagai
pendidik dan memiliki etos kerja sebagai guru.
c. Kepribadian yang arif menampilkan tindakan yang didasarkan pada kemanfaatan
peserta didik, sekolah dan masyarakat dan menunjukkan keterbukaan dalam berpikir
serta bertindak.
d. Kepribadian yang berwibawa meliputi perilaku yang berpengaruh positif terhadap
peserta didik dan memiliki perilaku yang disegani.
e. Berakhlak mulia meliputi bertindak sesuai dengan norma religius dan memiliki
perilaku yang diteladani peserta didik.
3. Sosial, kompetensi kemampuan guru dalam berkomunikasi secara efektif dengan peserta
didik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.
Kemampuan ini meliputi :
a. Bertindak objektif, tidak diskriminatif berdasarkan jenis kelamin, agama, ras, kondisi
fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial keluarga.
b. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun kepada sesama pendidik, tenaga
kependidikan, orang tua atau wali peserta didik dan masyarakat sekitar.
c. Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah RI yang memiliki keragaman sosial
budaya.
d. Berkomunikasi dengan lisan maupun tulisan.
4. Profesional, kompetensi kemampuan guru dalam berkomunikasi secara efektif dengan
peserta didik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.
Kemampuan ini meliputi;
a. Bertindak objektif, tidak diskriminatif berdasarkan jenis kelamin, agama, ras, kondisi
fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial keluarga.
b. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun kepada sesama pendidik, tenaga
kependidikan, orang tua atau wali peserta didik dan masyarakat sekitar.
c. Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah RI yang memiliki keragaman sosial
budaya.
d. Berkomunikasi dengan lisan maupun tulisan.

Dari ke-4 kompetensi tersebut, saya sebagai lulusan S1 Pendidikan Bimbingan dan Konseling
hanya menguasai 2 kompetensi, yaitu kompetensi kepribadian dan sosial. Untuk kompetensi
pedagogik dan profesional, masih harus dikembangkan lagi karena pengetahuan pedagogik
dan profesional saya masih 60% belum sepenuhnya profesional. Maka dari itu, saya
mengikuti program PPG Prajabatan ini agar ke empat kompetensi dapat terpenuhi dengan
baik dan optimal. Tentunya, tidak mudah untuk mengembangkan kompetensi tersebut maka
dari itu peran dosen dan teman sejawat sangat berpengaruh yang dapat membantu
mengembangkan ke empat kompetensi yang harus dimiliki.

Anda mungkin juga menyukai