Anda di halaman 1dari 1

Hati mu layaknya sebuah ruangan tanpa pintu, tanpa sela.

Aku ingin menyelinap namun takkan


pernah bisa.

Aku ingin menyanyi. Dengan nama mu terselip di setiap bait lirik nya. Bernyanyi dengan kerasnya
namun tak ada suara yang terdengar. Mengucap nama mu selayaknya mantra magis yang tak nyata.
Aku ingin menyanyikan perasaan yang tak dapat ku ucap dalam kata, kepada mu.

Kamu bagai kumpulan melodi dari bait-bait lirik yang tak dapat ku utarakan. Bibirku kelu, namun
hendak. Aku ingin mengutarakan isi hatiku dengan indahnya lagu. Menjadi penyanyi akan rasa dalam
kalbu. Dengan kamu sebagai satu-satunya audiens. Hanya kamu.

Aku ingin menatap mu selayaknya bintang terang dalam gelapnya malam. Bersinar bersama
bintang-bintang lain namun tetap kamu yang paling bersinar. Aku tak perlu melihat cahaya mu untuk
menemukan mu, karena aku bisa merasakan eksistensi mu. Aku tak butuh mata ku, maupun pikiran ku
untuk menemukan kamu, aku hanya butuh hati ku.

Aku ingin menatap mu seraya tersenyum. Namun aku tak mampu. Hatiku takkan pernah mampu
untuk memandangmu dengan berani. Terakhir kali aku melakukan nya, aku dirundung akan rasa sesal
di kemudian hari.

Aku tak mampu untuk memandangmu, bahkan di detik paling pendek yang tak bisa ku hitung. Aku
selalu melihat manik mata mu baik dulu maupun hari ini; teringat akan bagaimana aku dulu begitu
menyukai mereka.

Aku jatuh cinta bahkan tanpa menyadari. Tanpa mengetahui apa yang ku rasa.

Aku selalu berharap akan kebahagiaan mu. Akan senyum manis yang selalu menghiasi indahnya
wajah mu, dengan kedua manik itu yang akhirnya membentuk sebuah lengkung sebagai akhir dari
bentuk rasa senang. Aku selalu berada di sisi mu, dari jauh. Aku selalu memandang punggung mu.
Menyedihkan. Itulah aku. Namun aku akan disini, hingga waktu membuat ku pergi dengan sendirinya.
Bersabarlah. Aku pun tak ingin berlama-lama.

Anda mungkin juga menyukai