KONSULTAN PERENCANA
DAFTAR ISI
2
Rencana Kerja & Syarat-Syarat
3
Rencana Kerja & Syarat-Syarat
I.1. PENGERTIAN
Kecuali ditentukan lain, yang didefinisikan di bawah ini mempunyai arti sebagai berikut:
1. Pemberi Tugas Berarti Pimpinan Proyek dalam hal ini adalah Pejabat Pembuat Komitmen.
2. Perencana Berarti perusahaan berbadan hukum yang ditunjuk oleh pemberi tugas untuk
melaksanakan pekerjaan perencanaan serta bertugas sebagai adviser berkala pada
saat pelaksanaan pekerjaan dalam hal ini PT. Delta Elok Lestari.
3. Pengawas Berarti perusahaan berbadan hukum yang ditunjuk pemberi tugas untuk
melaksanakan pekerjaan pengawasan, bertugas sebagai adviser pada saat melakukan
pekerjaan.
4. Pelaksana Berarti perusahaan berbadan hokum yang telah mengikat dirinya berdasarkan suatu
kontrak perjanjian dengan Pemberi tugas untuk melaksanakan pekerjaan sesuai
dengan gambar-gambar dan persyaratan-persyaratan sesuai yang tercantum dalam
dokumen kontrak.
5. Kontrak Berarti perjanjian yang telah dicapai, yang diatur secara tertulis dalam bentuk tertentu
dan meliputi semua yang tergambar dan tersebut di dalamnya.
6. Nilai Kontrak Berarti jumlah yang tersebut dalam kontrak, termasuk provit, pajak-pajak dan sesuai
dengan ketentuan-ketentuan dalam kontrak.
8. Jadwal Waktu Berarti waktu yang telah ditetapkan dalam kontrak dan menjadi dasar bagi pemberi
tugas dalam menilai prestasi pekerjaan.
4
Rencana Kerja & Syarat-Syarat
8. Perbaikan lantai di seluruh ruangan AHU di lantai 2,3 dan 5 (screeding ulang dan waterproofing ulang
dengan bahan sialastic.
9. Perapihan area kantin (pasang keramik dan cat ulang)
10. Perbaikan retakan dan cat ulang dinding pagar keliling.
11. Perbaikan bangunan pos jaga di gerbang masuk dan keluar.
2. Ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam kontrak dan lampiran kontrak, harus dianggap sebagai
penjelasan timbal balik antara satu terhadap lainnya.
3. Ketentuan-ketentuan dalam dokumen lampiran kontrak akan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari
kontrak dan mengikat kedua belah pihak sebagaimana bila ketentuan-ketentuan dalam dokumen
dicantumkan secara lengkap dalam kontrak.
4. Apabila terdapat hal-hal yang tidak jelas dalam ketentuan kontrak dan dokumen lampiran kontrak, maka
Pelaksana berkewajiban menanyakan dalam rapat penjelasan kepada pemberi tugas yang kemudian akan
memberikan penjelasan mengenai hal tersebut kepada Pelaksana. Segala akibat yang timbul karena
kelalaian Pelaksana melaksanakan kewajiban tersebut menjadi tanggung jawab Pelaksana.
I.5. PENGAWASAN
1. Sebagai Konsultan pengawas untuk pekerjaan ini akan dilaksanakan oleh Konsultan Pengawas yang akan
ditunjuk kemudian. Tugas-tugas dan perintah-perintah dapat diberikan secara Lisan dan tertulis dan dimuat
dalam buku harian yang dibubuhi tanda tangan/paraf.
2. Berdasarkan penjelasan wewenang secara tertulis dari Pemberi tugas, konsultan pengawasan bertugas
untuk mengawasi pelaksanaan pekerjaan serta kecakapan para pekerja yang melaksanakan pekerjaan.
- Membebaskan Pelaksana dari kewajiban yang ditentukan dalam surat perjanjian pekerjaan (Kontrak).
- Tidak menolak pelaksanaan suatu pekerjaan atau penggunaan bahan yang tidak memenuhi syarat-
syarat dalam dokumen kontrak, dan mengurangi kekuasaan Pemberi tugas untuk tidak memerintahkan
pembongkarannya.
2. Sebelum memasukkan surat penawaran, Pelaksana dianggap telah mengetahui dan memahami tentang
kelengkapan surat penawarannya. Harga-harga satuan yang dicantumkan dalam daftar harga penawaran
harus sudah mencakup semua kewajiban yang disebut dalam dokumen kontrak.
3. Apabila penawarannya disetujui, Pelaksana harus bersedia menandatangani suatu perjanjian kontrak sesuai
dengan bentuk yang telah ditentukan, dengan perubahan- perubahan yang dianggap perlu atas persetujuan
kedua belah pihak.
5
Rencana Kerja & Syarat-Syarat
a. Tenaga-tenaga teknik yang ahli dan berpengalaman dalam bidangnya dan mandor-mandor yang
mampu untuk melaksanakan pekerjaan yang ditugaskan.
b. Tenaga cakap (skilled), setengah cakap (semi skilled), dan tenaga kasar (unskilled) yang dianggap perlu
dalam pelaksanaan pekerjaan ini.
2. Pelaku pengawasan dapat mengajukan dan meminta Pelaksana untuk segera mengganti tenaga-tenaga
Pelaksana yang tidak cakap Pada Saat Pelaksanaan pekerjaan, apabila dianggap tidak sewajarnya
dipekerjakan. Orang-orang tersebut tidak boleh dipekerjakan lagi untuk keperluan lain yang bersangkutan
dengan pekerjaan ini tanpa ijin tertulis dari Konsultan pengawas.
2. Pelaksana wajib memberikan laporan periodic kepada pemberi tugas mengenai pelaksanaan ayat (1) di atas.
3. Kerja sama sehubungan dengan ayat (1) di atas, hanya untuk sebagian dari pekerjaan yang akan dilaksanakan,
tidak diperkenankan untuk menyerahkan seluruh pekerjaan pada sub kontraktor.
4. Dalam pelaksanaan ayat (1) di atas, segala biaya yang timbul dan hasil pekerjaan yang didapat dari
penyerahan sebagian pekerjaan kepada sub kontraktor, tetap menjadi tanggung jawab penuh Pelaksana.
1. Pekerjaan pelaksanaan konstruksi harus diselesaikan dalam waktu 90 (Sembilan Puluh) hari kalender,
terhitung sejak dikeluarkan Surat Perintah Kerja.
2. Apabila pekerjaan tidak dapat diselesaikan sesuai dengan rencana kerja dan atau menurut perkiraan
Pemberi tugas bahwa pekerjaan tidak dapat diselesaikan dalam jangka waktu yang dicantumkan dalam kontrak,
maka Pemberi tugas berhak memutuskan kontrak secara sepihak.
2. Apabila ternyata Pelaksana tidak dapat melaksanakan pekerjaan sebagai mana telah ditetapkan dan
berdasarkan schedule yang diajukan, maka pemberi tugas berhak untuk memutuskan kontrak secara sepihak.
Segala akibat yang ditimbulkan oleh keadaan tersebut di atas sepenuhnya tanggung jawab Pelaksana.
3. Apabila terlihat bahwa kemajuan pekerjaan mengalami hambatan dan mungkin akan mengakibatkan
pekerjaan tidak selesai pada waktu yang telah ditetapkan, maka Pelaksana harus segera memberitahukan
secara tertulis kepada pemberi tugas mengenai alasan dan penyebab hambatan tersebut serta
menyebutkan berapa hari diperkirakan terjadinya keterlambatan tersebut.
4. Atas keterlambatan pekerjaan tersebut, Pelaksana harus mengajukan permohonan tertulis untuk
perpanjangan waktu selambat-lambatnya 1 (satu) minggu sebelum waktu penyerahan pertama pekerjaan,
disertai alasan yang dapat diterima oleh pemberi tugas.
5. Apabila permohonan tersebut disetujui, maka pemberi tugas akan memberikan perpanjangan waktu
6
Rencana Kerja & Syarat-Syarat
yang layak berdasarkan rekomendasi konsultan pengawas untuk menyelesaikan pekerjaan, dengan catatan
bahwa Pelaksana harus berusaha untuk menyelesaikan pekerjaan.
- Jadwal waktu dan urutan pelaksanaan pekerjaan dan metoda yang akan digunakan dalam melaksanakan
pekerjaan, untuk dibicarakan dan disetujui oleh pemberi tugas.
- Keterangan lengkap mengenai struktur organisasi dan daftar personalia yang akan ditugaskan di
lapangan, untuk diketahui pemberi tugas.
- Jadwal personal yang disusun secara tabelaris serta dalam bentuk diagram.
- Jadwal pengadaan material.
- Jadwal pengadaan peralatan.
- Tata cara pelaksanaan baik secara teknis maupun secara administratif.
2. Dengan disetujuinya rencana kerja atau keterangan-keterangan lain oleh pemberi tugas, tidak berarti
membebaskan Pelaksana dari suatu tugas pertanggung jawaban yang tercantum dalam kontrak.
1. Sebelum penandatangan kontrak, Pelaksana harus menyerahkan Surat Jaminan Pelaksanaan Pekerjaan
berupa Garansi Bank dari Bank Pemerintah/Swasta sebesar 5% (lima persen) dari nilai kontrak. Dalam surat
jaminan pelaksanaan tersebut di atas harus ada ketentuan bahwa Garansi Bank akan menjadi milik Negara
dan dapat diuangkan oleh Pemberi Tugas tanpa persetujuan Pelaksana, apabila terjadi pemutusan
hubungan kerja dengan memperhitungkan prestasi pekerjaan yang telah dilaksanakan.
2. Garansi Bank tersebut harus dialamatkan kepada Pejabat Pembuat Komitmen -1 Komisi Yudisial.
Garansi Bank tersebut harus dapat diuangkan dalam waktu 3 (tiga) bulan setelah adanya permintaan
tertulis dari pemberi tugas, berlaku sampai dengan penyerahan pertama pekerjaan.
3. Apabila Pemberi Tugas memutuskan kontrak sebelum pelaksanaan pekerjaan selesai, sesuai dengan
wewenang tersebut dalam pasal 29 dari buku Syarat-syarat Umum ini, maka Pemberi Tugas menguangkan
Garansi Bank tersebut untuk dijadikan milik proyek.
4. Selama masa pelaksanaan pekerjaan, Pelaksana harus tetap mempertahankan agar Garansi Bank tersebut
tetap bernilai utuh sebagai mana ditentukan dalam ayat (1) di atas.
5. Garansi Bank tersebut akan segera dikembalikan kepada Pelaksana setelah seluruh pekerjaan yang
dinyatakan dalam kontrak selesai dikerjakan dan diserahkan kepada Pemberi tugas sesuai dengan
ketentuan dan syarat-syarat yang tercantum dalam kontrak dan dokumen lampiran kontrak.
I.13. ASURANSI
1. Dalam waktu paling lambat 2 (dua) minggu setelah kontrak ditanda tangani, Pelaksana sudah harus
mengasuransikan seluruh pekerjaan yang menimbulkan kerusakan atau kejadian/kecelakaan yang
menimbulkan kerusakan atau kerugian.
2. Selain itu Pelaksana juga harus menyelenggarakan Asuransi Sosial Tenaga Kerja (ASTEK) sesuai dengan
peraturan pemerintah yang berlaku dan mengadakan asuransi kecelakaan untuk wakil/staf pemberi tugas,
Konsultan pengawas dan stafnya, staf lain dan tamu-tamu khusus yang akan ditentukan kemudian oleh
7
Rencana Kerja & Syarat-Syarat
3. Apabila Pelaksana tidak mengadakan asuransi tersebut dalam ayat (1) dan (2) di atas atau tidak
memperpanjang sedangkan pekerjaan belum selesai, maka pemberi tugas akan mengadakan atau
memperpanjang asuransi tersebut menggunakan dana yang seharusnya dibayarkan kepada Pelaksana.
I.14. PERBURUHAN
1. Dalam mengatur segala sesuatu yang berhubungan dengan pengerahan tenaga kerja dan tenaga Pelaksana,
maka Pelaksana harus memenuhi undang-undang dan peraturan perburuhan yang berlaku di Indonesia.
2. Berdasarkan ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam bidang pemeliharaan kesehatan tenaga kerja,
Pelaksana harus menjamin pemeliharaan kesehatan di tempat pekerjaan, mencegah dan mengatasi
penyakit menular dan menyediakan perlengkapan PPPK yang memadai.
3. Pelaksana harus bertanggung jawab atas pemenuhan segala ketentuan yang termasuk dalam pasal ini,
terhadap sub kontraktor dan semua orang yang dipekerjakan untuk keperluan atau yang berhubungan
dengan kontrak.
4. Pelaksana harus menghormati dan memberikan perhatian terhadap hari besar resmi dan hari-hari libur
serta menyusun rencana kerja tersebut secara khusus apabila menghendaki melaksanakan pekerjaan pada
hari- hari tersebut.
2. Pelaksana tidak diperkenankan memindahkan barang-barang tersebut setelah ditemukan dan harus segera
memberitahukan kepada Konsultan pengawas serta melaksanakan perintah-perintah dari Konsultan
pengawas untuk mengangkut barang-barang tersebut ke tempat yang telah ditentukan atas biaya Negara.
2. Pelaksana harus bertanggung jawab dan mengganti kerugian yang ditimbulkan akibat pelaksanaan
pekerjaan yang disebabkan kelalaian Pelaksana, pekerja Pelaksana, agen atau sub kontraktor yang
berhubungan.
2. Semua royalti atau biaya lain yang harus dibayarkan sehubungan dengan hal tersebut di atas dianggap telah
termasuk dalam harga penawaran.
8
Rencana Kerja & Syarat-Syarat
2. Atas permintaan konsultan pengawas atau pemberi tugas, Pelaksana harus bersedia mengirimkan contoh
bahan yang akan digunakan, untuk selanjutnya diuji mutunya. Setiap saat mutu pekerjaan harus siap diuji
oleh Konsultan pengawas/pemberi tugas atau pihak ketiga yang ditentukan kemudian. Untuk memenuhi hal
pengujian tersebut, Pelaksana tidak berhak mengajukan tuntutan (klaim) tambahan biaya.
2. Konsultan pengawas dan Pemberi tugas mempunyai wewenang memerintahkan Pelaksana secara
tertulis untuk:
- Mengganti bahan-bahan yang tidak memenuhi syarat dan ketentuan-ketentuan dalam kontrak dan
dokumen lampiran kontrak dengan bahan-bahan yang sesuai dengan ketentuan dan syarat tersebut.
- Membongkar dan melaksanakan kembali sesuatu pekerjaan yang bahan-bahan, cara pelaksanaan atau
hasil pekerjaannya tidak memenuhi syarat dan ketentuan dalam dokumen kontrak dan dokumen lampiran
kontrak sampai didapat hasil pekerjaan, cara pelaksanaan dan bahan yang sesuai dengan syarat dan
ketentuan tersebut. Semua hal tersebut di atas menjadi tanggung jawab Pelaksana tanpa hak untuk
menuntut (klaim) tambahan biaya.
3. Pelaksana harus memperhatikan dan mengindahkan perintah/peringatan yang diberikan tersebut ayat (2) di
atas dan harus segera melakukan tindakan untuk memperbaiki hal- hal yang disebut dalam
perintah/peringatan tersebut.
I.20. LAPORAN
1. Pelaksana wajib membuat dan menyampaikan laporan mengenai perkembangan pelaksanaan pekerjaan
secara tertulis kepada konsultan pengawas, dan membuat buku harian yang mencatat semua instruksi,
keputusan dan hal-hal lain yang penting dan dapat mempengaruhi pelaksanaan pekerjaan-pekerjaan
tersebut.
- Kemajuan pekerjaan setiap hari, bahan-bahan dan peralatan yang datang, jumlah tenaga kerja yang
bekerja, dan kondisi cuaca pada hari itu.
- Perubahan pekerjaan yang dilaksanakan, baik pekerjaan tambahan atau pekerjaan kurang.
3. Laporan tersebut harus dilengkapi dengan foto-foto bertanggal dan dibuat dalam rangkap 5 (lima).
9
Rencana Kerja & Syarat-Syarat
permohonan peninjauan dan perhitungan tambahan harga atau menuntut tambahan biaya. Pelaksana
dianggap telah memperhitungkan faktor-faktor tersebut di atas pada saat mengajukan harga penawaran.
2. Kenaikan harga tidak boleh menjadi alasan untuk merendahkan atau mengurangi kualitas pekerjaan,
mengurangi volume pekejaan, dan/atau memperlambat waktu penyelesaian pekerjaan sebagai mana yang
telah ditetapkan dalam kontrak.
3. Apabila terjadi kenaikan harga akibat adanya kebijaksanaan pemerintah dalam bidang moneter atau
lainnya, akan ditentukan kemudian oleh pemberi tugas.
2. Segala perselisihan yang mungkin timbul antara pemberi tugas dan Pelaksana, pada prinsipnya akan
diselesaikan secara musyawarah. Alternatif penyelesaian diatur kemudian dalam kontrak.
a. Bencana Alam: Gempa bumi, angin topan, letusan gunung berapi, dan banjir besar (yang dinyatakan
oleh penjabat pemerintah yang berwenang sebagai bencana alam);
2. Bila selama berlakunya kontrak timbul peperangan (diumumkan atau tidak) di bagian dunia yang
mempengaruhi pelaksanaan kontrak, maka Pelaksana harus tetap melaksanakan kontrak, kecuali bila
pemberi tugas menyatakan bahwa kontrak dihentikan dan memberitahukan secara tertulis kepada
Pelaksana, tanpa merugikan salah satu pihak.
3. Apabila kontrak sebagai mana tersebut dalam ayat (2) di atas, maka Pelaksana harus memindahkan alat
konstruksi dari daerah kerja.
4. Apabila kontrak sebagai mana tersebut dalam ayat (2) di atas, maka pemberi tugas akan membayar kepada
Pelaksana semua pekerjaan yang telah dilaksanakan sebelum tanggal penghetian kontrak, menurut ukuran-
ukuran dan harga yang tercantum dalam kontrak dengan ketentuan tambahan sebagai berikut:
1
Rencana Kerja & Syarat-Syarat
a. Jumlah yang akan dibayarkan adalah untuk pekerjaan yang telah dilaksanakan dan telah disyahkan
oleh pelaku pengawas;
b. Biaya-biaya bahan yang telah dipesan untuk keperluan pelaksanaan, baik yang sudah dikirim maupun
yang belum, dan sudah disyahkan oleh konsultan pengawas akan menjadi milik pemberi tugas setelah
dilakukan pembayaran.
I.25. PEMBAYARAN
1. Pembayaran hasil pekerjaan akan dilakukan secara bertahap berdasarkan kemajuan pekerjaan.
2. Konsultan pengawas berhak mengeluarkan perintah perubahan pekerjaan dan Pelaksana harus
melaksanakannya tanpa dianggap melanggar ketentuan-ketentuan dalam kontrak. Perintah perubahan
tersebut harus dicatat dalam buku harian yang ditanda tangani/diparaf oleh konsultan pengawas.
Pelaksana dilarang mengadakan perubahan- perubahan dalam pekerjaan kecuali sesuai dengan perintah
perubahan yang diberikan.
3. Dengan persetujuan tertulis dari pemberi tugas, konsultan pengawas dapat mengadakan perubahan
dalam segi kualitas atau besaran lingkup pekerjaan yang dianggap perlu, dengan memberikan perintah
perubahan pekerjaan tertulis kepada Pelaksana.
4. Perintah perubahan pekerjaan tidak boleh merubah pekerjaan pokok dalam kontrak dan perubahan akan
dihitung sesuai dengan harga yang ditentukan dalam kontrak.
5. Pelaksana tidak diperkenankan mengajukan tuntutan tambahan biaya karena adanya perintah perubahan
pekerjaan tersebut di atas, kecuali apabila hal itu memakan biaya yang secara kumulatif dapat
dipertanggung jawabkan sesuai dengan ketentuan-ketetuan yang berlaku.
6. Besarnya biaya perubahan pekerjaan yang dilakukan akan dihitung dengan menggunakan keterangan-
keterangan yang dicantumkan di dalam daftar harga satuan bahan, upah dan analisa pekerjaan yang
diajukan dalam dokumen penawaran.
7. Pemberi tugas akan mengadakan penyesuaian (bila ada) terhadap harga kontrak akibat suatu perubahan
pada pekerjaan yang telah dilaksanakan sesuai dengan surat perintah perubahan pekerjaan.
2. Pemeriksaan hasil pekerjaan akan segera dilaksanakan bersama antara konsultan pengawas dengan
Pelaksana setelah diterimanya pemberitahuan tertulis dari Pelaksana mengenai selesainya pekerjaan.
3. Hasil pemeriksaan akan dituangkan dalam suatu berita acara pemeriksaan yang berisikan data mengenai
kondisi hasil pekerjaan yang telah diperiksa.
1
Rencana Kerja & Syarat-Syarat
4. Jika hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa hasil pekerjaan belum dapat diterima, maka Pelaksana wajib
segera melaksanakan/menyempurnakan bagian-bagian pekerjaan sesuai dengan berita acara hasil
pemeriksaan pekerjaan.
5. Jika hasil pemeriksaan sudah menunjukkan bahwa pekerjaan sudah memenuhi segala persyaratan dan
ketentuan dalam kontrak dan dokumen lampiran kontrak, maka konsultan pengawas akan membuat
berita acara penyerahan pekerjaan pertama yang akan ditanda tangani oleh pemberi tugas dan Pelaksana,
disertai dengan syarat-syarat pemeliharaan yang harus dilaksanakan oleh Pelaksana.
2. Selama masa pemeliharaan, Pelaksana harus melakukan pekerjaan perbaikan yang diminta secara tertulis
oleh konsultan pengawas sesuai dengan hasil pemeriksaan. Apabila perbaikan yang dilakukan tersebut
melampaui masa pemeliharaan, maka masa pemeliharaan tersebut dihitung sampai berakhirnya
perbaikan yang dilakukan.
3. Perbaikan harus dilaksanakan oleh Pelaksana atas biaya sendiri, apabila perbaikan itu merupakan akibat
dari kesalahan Pelaksana dalam penggunaan bahan atau cara pelaksanaan yang tidak sesuai dengan
persyaratan dalam kontrak atau akibat kelalaian Pelaksana untuk memenuhi kewajaibannya sebagaimana
yang tercatum dalam kontrak. Apabila perbaikan itu disebabkan oleh sebab-sebab lain diluar tanggung
jawab Pelaksana, maka biaya perbaikan akan dihitung sebagai kerja tambahan.
4. Apabila terjadi kerusakan selama masa pemeliharaan dan diminta secara tertulis oleh konsultan
pengawas, maka Pelaksana harus mengadakan penyelidikan mengenai sebab- sebab terjadinya kerusakan
sesuai dengan petunjuk konsultan pengawas. Apabila kerusakan-kerusakan tersebut merupakan tanggung
jawab Pelaksana sesuai dengan kontrak, maka biaya perbaikan dan hal-hal lain yang berhubungan dengan
itu akan menjadi tanggung jawab Pelaksana.
5. Apabila dalam jangka waktu 7 x 24 jam yang ditetapkan dalam surat pemberitahuan pertama, Pelaksana
belum melakukan pekerjaan perbaikan yang diperlukan, maka pemberi tugas berhak menunjuk pihak
ketiga untuk melakukan pekerjaan tersebut diatas dengan biaya Pelaksana.
a. Pelaksana tanpa alasan yang dapat diterima oleh pemberi tugas lalai dan gagal untuk menyelesaikan
seluruh pekerjaannya sebagaimana yang telah ditentukan dalam rencana kerja dan jadwal waktu
penyelesaian pekerjaan yang telah disepakati dalam kontrak;
b. Pelaksana dinyatakan pailit serta tidak dapat lagi memenuhi kewajibannya terhadap para kreditor atau
menyatakan dirinya dalam keadaan likuidasi (bukan likuidasi untuk mengadakan peleburan atau
pembangunan kembali);
c. Pelaksana dengan sengaja melalaikan dan tidak mengindakan petunjuk-petunjuk dan peringatan-
peringatan dari pemberi tugas sehingga merugikan pelaksanaan pekerjaan;
2. Apabila pemberi tugas memutuskan kontrak sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam
ayat (1) di atas, maka pemberi tugas berhak menguangkan garansi Bank yang merupakan jaminan
1
Rencana Kerja & Syarat-Syarat
pelaksanaan, serta berhak menunjuk perusahaan lain sebagai Pelaksana pengganti yang ditugaskan untuk
melanjutkan pekerjaan dan pemberi tugas berhak untuk menguasai semua barang yang sudah berada di
daerah kerja.
3. Setelah adanya pemutusan kontrak dan penguasaan oleh pemberi tugas seperti ditentukan dalam ayat (1)
dan (2) di atas, maka pemberi tugas hanya berkewajiban untuk membayar kepada Pelaksana jumlah uang
(setelah dikurangi dengan jumlah yang telah dibayarkan dalam angsuran pembayaran sebelumnya) yang
menurut konsultan pengawas layak diterima oleh Pelaksana sebagai pembayaran terhadap pekerjaan
yang telah dapat diselesaikannya sesuai dengan persyaratan dan ketentuan kontrak.
2. Berdasarkan berita acara pemeriksaan pekerjaan, dapat dilakukan penyerahan pekerjaan kedua dari
Pelaksana kepada pemberi tugas dan dituangkan dalam berita acara penyerahan pekerjaan kedua yang
ditanda tangani oleh Pelaksana dan pemberi tugas.
2. Selain ketentuan hukum tersebut dalam ayat (1) di atas, maka Pelaksana harus mematuhi semua
peraturan dari badan hukum dan perusahaan-perusahaan yang milik atau haknya terganggu dalam
pelaksanaan pekerjaan. Selain hal tersebut di atas, Pelaksana juga harus membayar semua ongkos/biaya
yang timbul karenanya dan membebaskan pemberi tugas dari semua denda dan petanggung jawaban.
I.33. PAJAK-PAJAK
Pelaksana harus bertanggung jawab atas pembayaran pajak-pajak, sesuai dengan Undang-undang perpajakan
yang berlaku di Indonesia, termasuk Pajak Pertambahan Nilai (PPN).
I.34. TAMBAHAN
1. Pelaksana dalam segala hal diartikan sebagai Pelaksana dari Indonesia yang tunduk kepada hukum-hukum
yang berlaku di Indonesia.
1
Rencana Kerja & Syarat-Syarat
2. Sebagai akibat diterbitkannya kontrak pelaksanaan ini, pemberi tugas akan mengambil tempat kedudukan
(domisili) di Kota Jakarta.
a. Melaksanakan pekerjaan pembersihan lokasi, sesuai tertera dalam gambar teknis dan bill of quantity.
b. Pengadaan, pengamanan dan pengawasan segala macam alat dan bahan yang digunakan dalam
pelaksanaan.
c. Pemasangan, pengetesan dan pemeliharaan semua bahan dan peralatan sesuai batas waktu yang
telah ditentukan.
a. Semua ukuran dalam gambar arsitektur, struktur, mekanikal dan elektrikal adalah ukuran jadi/
finishing, kecuali ada ketentuan lain yang akan dijelaskan kemudian.
b. Apabila ada perbedaan atau penyimpangan ukuran dan notasi, maka harus dikonfirmasikan kepada
konsultan perencana, atau cukup hanya dengan memperbandingkan dengan skala gambar.
3. Gambar – Gambar
b. Pelaksana wajib meneliti dan memahami seluruh proses dan teknis pekerjaan ini sehingga dapat
menyesuaikan program dan bekerja secara integral dan simultan.
c. Pelaksana wajib membuat gambar kerja pelaksanaan (shopdrawing) dibuat dalam rangkap 3 (tiga); 1
(satu) set untuk Pelaksana, 1 (satu) set untuk pengguna jasa dan 1 (satu) set untuk pengawas
lapangan.
d. Selama pelaksanaan pekerjaan, Pelaksana wajib membubuhkan tanda dengan warna tertentu pada
gambar atas bagian-bagian bangunan yang sudah dilaksanakan, termasuk apabila ada perubahan
dari gambar semula.
e. Sebelum setiap bagian pekerjaan dilaksanakan, Pelaksana wajib mengajukan shop drawing dan harus
mendapatkan persetujuan pengguna jasa dibantu oleh konsultan pengawas.
f. Apabila ada perbedaan antara gambar kerja dan syarat-syarat teknis/spesifikasi, maka yang berlaku
adalah syarat-syarat teknis dan spesifikasi, kecuali ditentukan lain oleh Pengguna Jasa/Konsultan
Perencana/Pengawas lapangan.
g. Apabila ada keraguan-raguan gambar, maka Pelaksana harus menyampaikan kepada pengguna
jasa/pengawas lapangan paling lambat 1 (satu) minggu sebelum dilaksanakan. Perbedaan tersebut
tidak dapat dijadikan alasan oleh Pelaksana untuk mengadakan claim atas waktu pelaksanaan.
1
Rencana Kerja & Syarat-Syarat
e. Pedoman SMK3 Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum, Permen PU No. 5/PRT/M/2014 dan diperbaharui
Permen PUPR No. 2/PRT/M/2018;
2. Jika ternyata pada rencana kerja dan syarat-syarat ini terdapat kelainan/penyimpangan dari peraturan-
peraturan sebagaimana dinyatakan dalam ayat (1) di atas, maka rencana kerja dan syarat-syarat ini yang
mengikat.
2. Pelaksana wajib memeriksa kebenaran dari ukuran-ukuran keseluruhan maupun bagiannya dan segera
memberitahukan pengawas tentang setiap perbedaan yang ditemukannya di dalam rencana kerja dan
syarat-syarat dan gambar kerja maupun dalam persetujuan tertulis dari pengawas.
3. Pengambilan ukuran-ukuran yang keliru dalam pelaksanaan, di dalam hal apapun menjadi tanggung jawab
Pelaksana, oleh karena itu Pelaksana diwajibkan mengadakan pemeriksaan secara menyeluruh terhadap
gambar- gambar dan dokumen yang ada.
1. Sebelum memulai pekerjaan, Pelaksana harus benar-benar memahami kondisi/ keadaan site atau hal-hal
lain yang mungkin akan mempengaruhi pelaksanaan pekerjaan dan harus sudah memperhitungkan segala
akibatnya.
2. Pelaksana harus memperhatikan secara khusus mengenai peraturan lokasi tempat kerja, penempatan
material, pengamanan dan kelangsungan operasi selama pekerjaan berlangsung.
3. Pelaksana harus mempelajari dengan seksama seluruh bagian gambar, RKS dan agenda dalam dokumen
lelang, guna penyesuaian dengan kondisi lapangan sehingga pekerjaan dapat diselesaikan dengan baik.
1
Rencana Kerja & Syarat-Syarat
memudahkan jalannya pemeriksaan dan penelitian bahan-bahan oleh pengawas maupun pemberi tugas.
2. Pelaksana wajib membuat urinoir dan WC untuk pekerja pada tempat-tempat tertentu yang disetujui oleh
pengawas demi terjaminnya kebersihan dan kesehatan dalam proyek.
c. Membawa masuk penjual-penjual makanan, minuman, rokok dan sebagainya di tempat pekerjaan.
4. Peraturan lain mengenai ketertiban akan dikeluarkan oleh pengawas atau pemberi tugas pada waktu
pelaksanaan.
2. Setiap penggatian nama dan pabrik pembuat dari suatu bahan dan barang harus disetujui oleh
perencana/pemberi tugas dan bila tidak ditentukan dalam RKS serta gambar kerja maka bahan dan barang
tersebut diusahakan dan disediakan oleh Pelaksana yang harus mendapat persetujuan dahulu dari
pengawas atau pemberi tugas.
3. Contoh bahan dan barang yang akan digunakan dalam pekerjaan harus segera disediakan atas biaya
Pelaksana, setelah disetujui oleh pengawas atau pemberi tugas, harus dianggap bahwa bahan dan barang
tersebut yang akan dipakai dalam pelaksanaan pekerjaan nanti.
4. Contoh bahan dan barang tersebut, disimpan oleh pengawas atau pemberi tugas untuk dijadikan dasar
penolakan bila ternyata bahan dan barang yang dipakai tidak sesuai tidak sesuai kualitas maupun sifatnya.
5. Dalam mengajukan harga penawaran, Pelaksana harus sudah memasukkan seluruh keperluan biaya untuk
pengujian berbagai bahan dan barang. Tanpa biya itupun, Pelaksana tetap bertanggung jawab atas biaya
pengujian bahan dan barang yang tidak memenuhi syarat atas perintah pengawas atau pemberi tugas.
2. Ukuran-ukuran yang terdapat dalam gambar yang terbesar dan terakhirlah yang berlaku dan ukuran dengan
angka adalah yang harus diikuti dari pada ukuran dengan skala dari gambar-gambar, tetapi jika mungkin
ukuran ini harus diambil dari pekerjaan yang telah selesai.
3. Apabila ada hal-hal yang disebut pada gambar kerja, RKS atau dokumen, yang berlainan atau
bertentangan, maka ini harus diartikan bukan untuk menghilangkan satu terhadap lainnya. Tetapi untuk
menegaskan masalahnya. Kalau terjadi hal ini maka diambil sebagai patokan adalah yang mempunyai
bobot teknis atau yang mempunyai bobot biaya yang tinggi.
a. Gambar arsitektur dengan gambar struktur, maka yang dipakai sebagai pegangan dalam ukuran
fungsional adalah gambar arsitektur, sedangkan untuk jenis dan kualitas bahan dan barang adalah
gambar struktur.
1
Rencana Kerja & Syarat-Syarat
b. Gambar struktur dengan gambar mekanikal, maka yang dipakai sebagai pegangan dalam ukuran
kualitas dan jenis bahan adalah gambar mekanikal.
c. Gambar arsitektur dengan gambar elektrikal, maka yang dipakai sebagai pegangan dalam ukuran
fungsional adalah gambar arsitektur, sedangkan untuk ukuran dan kualitas bahan adalah gambar
elektrikal.
2. Gambar kerja hanya berubah apabila diperintahkan secara tertulis oleh pemberi tugas, dengan mengikuti
penjelasan dan pertimbangan dari perencana.
3. Perubahan rencana ini harus dibuat gambarnya yang sesuai dengan apa yang diperintahkan oleh pemberi
tugas, yang jelas memperlihatkan perbedaan antara gambar kerja dan gambar perubahan rencana.
4. Gambar tersebut harus diserahkan kepada pengawas untuk disetujui sebelum dilaksanakan.
2. Gambar tersebut harus diserahkan dalam rangkap 3 (tiga) berikut (gambar asli) yang biaya pembuatan
ditanggung oleh Pelaksana.
1
Rencana Kerja & Syarat-Syarat
1.1. Pekerjaan Persiapan, meliputi mobilisasi peralatan, pengadaan sarana komunikasi, pengadaan air dan
listrik untuk bekerja dan pembongkaran bangunan existing, penyediaan, pendayagunaan tenaga kerja,
bahan-bahan dan peralatan. Bagian ini juga meliputi pekerjaan pembuatan Gudang material,
pembersihan lantai site area pekerjaan, sewa scafolding, system manajemen Kesehatan dan Kesehatan
kerja (SMK3) Konstruksi.
Sebelum memulai pekerjaan Renovasi Gedung Kantor Komisi Yudisial, Pelaksana wajib menyiapkan
administrasi dan dokumentasi yang meliputi foto proyek 5 phase (0%, 25%, 50%, 75%, !00%) berwarna
ukuran 3R, shop drawing dan as built drawing sebagai pelaporan progres selama pekerjaan tersebut
berlangsung.
1) Pekerjaan ini meliputi perlindungan instalasi eksisting yang berada di dalam Tapak Proyek dan
dinyatakan oleh Pengguna Jasa/Perencana masih berfungsi. Dalam hal ini Kontraktor harus menjaga
dan memeliharanya dari gangguan/cacat.
2) Apabila jalur instalasi eksisting yang masih berfungsi harus dipindahkan, maka Kontraktor harus
melakukan pekerjaan ini sesuai dengan putusan tertulis dari Pengguna Jasa/Perencana.
3) Instalasi yang sudah ada dan masih berfungsi harus diberi tanda yang jelas dan dilindungi dari
kerusakan-kerusakan yang mungkin terjadi akibat pekerjaan proyek ini, untuk itu harus dicantumkan
dalam gambar pengukuran.
4) Kontraktor bertanggungjawab atas segala kerusakan akibat pekerjaan yang sudah dilaksanakannya.
1) Letak pagar pengaman banner proteksi diletakkan pada setiap lantai pada ruangan kerja yang
mengalami renovasi.
2) Pagar pengaman banner proteksidiberi tanda yang jelas dan dijaga keutuhannya sampai pekerjaan
renovasi di area tersebut selesai dan ada instruksi tertulis dari pengguna jasa untuk membongkarnya.
1) Peil ±0.00 finishing Arsitektur adalah peil lantai ruang utama dengan acuan bench mark yang telah
dibuat oleh konsultan perencana pada tahap pengukuran tapak.
2) Papan patok ukur/bouwplank dibuat dari kayu dengan ukuran tebal 3 cm dan lebar 15 cm, lurus dan
diserut rata pada sisi atasnya. Papan patok ukur dipasang pada patok kayu 5/7 yang jarak satu sama
lain
1
Rencana Kerja & Syarat-Syarat
adalah 1.50 m tertancap di tanah sehingga tidak dapat digerakkan atau diubah.
3) Tinggi sisi atas papan patok ukur harus sama dengan lainnya dan/atau rata waterpass, kecuali
dikehendaki lain oleh Pengguna Jasa/Perencana.
4) Setelah selesai pemasangan papan patok ukur, Kontraktor harus melaporkan kepada Pengguna Jasa
untuk mendapatkan persetujuan.
2) Ketidakcocokan yang mungkin terjadi antara gambar dan keadaan di lapangan yang sebenarnya harus
segera dilaporkan kepada Pengguna Jasa/Pengawas Lapangan untuk dimintakan keputusannya.
3) Penentuan titik ketinggian dan sudut-sudut hanya dilakukan dengan alat-alat waterpass/ theodolit.
5) Pengukuran sudut siku-siku dengan prisma atau benang secara azas segitiga phytagoras hanya
diperkenankan untuk bagian-bagian kecil yang telah disetujui oleh Pengguna Jasa/Pengawas Lapangan.
Peil setiap titik simpul koordinat dan transisi dengan interval ketinggian 25 cm;
Rencana lokasi barak kerja, tempat menyimpan bahan terbuka, tempat menyimpan bahan
tertutup, sumber air, dan MCK.
1) Pelaksana harus mempersiapkan dan mengadakan peralatan-peralatan kerja dan peralatan bantu yang
akan digunakan di lokasi proyek sesuai dengan lingkup pekerjaan serta memperhitungkan segala biaya
pengangkutan.
2) Pelaksana harus menjaga ketertiban dan kelancaran selama perjalanan alat-alat berat yang
menggunakan jalanan umum agar tidak mengganggu lalu-lintas.
3) Pengawas atau pemberi tugas berhak memerintahkan untuk menambah peralatan atau menolak
peralatan yang tidak sesuai atau tidak memenuhi persyaratan.
4) Bila pekerjaan telah selesai, Pelaksana diwajibkan untuk segera menyingkirkan alat-alat tersebut,
memperbaiki kerusakan yang diakibatkannya dan membersihkan bekas-bekasnya.
5) Disamping untuk menyediakan alat-alat yang diperlukan seperti dimaksudkan pada ayat (1), Pelaksana
harus menyediakan alat-alat bantu sehingga dapat bekerja pada kondisi apapun, seperti: tenda-tenda
untuk bekerja pada waktu hari hujan, perancah (scafolding) pada sisi luar bangunan atau tempat lain
yang memerlukan, juga peralatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) serta lainnya.
1
Rencana Kerja & Syarat-Syarat
1.8. Pengukuran
1) Pelaksana harus sudah memperhitungkan biaya untuk pengukuran dan penelitian ukuran tata
letak atau ketinggian bangunan (Bouwplank), termasuk penyediaan Back Mark atau Line Offset Mark,
pada masing-masing lantai bangunan.
2) Hasil pengukuran harus dilaporkan kepada pengawas agar dapat ditentukan sebagai pedoman atau
referensi dalam melaksanakan pekerjaan sesuai dengan gambar rencana dan persyaratan teknis.
2) Air yang dimaksud adalah bersih, baik yang berasal dari PAM atau sumber air, serta pengadaan dan
pemasangan pipa distribusi air tersebut bagi keperluan pelaksanaan pekerjaan dan untuk keperluan
direksi keet, kantor Pelaksana, kamar mandi/WC atau tempat-tempat lain yang dianggap perlu.
3) Pelaksana juga harus menyediakan sumber tenaga listrik untuk keperluan pelaksanaan pekerjaan,
kebutuhan direksi keet dan penerangan proyek pada malam hari sebagai keamanan selama proyek
berlangsung selama 24 jam penuh dalam sehari.
4) Pengadaan penerangan dapat diperoleh dari sambungan PLN atau dengan pengadaan Generator Set,
dan semua perijinan untuk pekerjaan tersebut menjadi tanggung jawab Pelaksana. Pengadaan fasilitas
penerangan tersebut termasuk pengadaan dan pemasangan instalasi dan armatur, stop kontak serta
saklar/panel.
1) Pelaksana harus membuat los kerja dan bangunan tempat untuk istirahat dan tempat shalat bagi pekerja
Pelaksana.
2) Los kerja merupakan bangunan dengan luas yang cukup untuk tempat bekerja bagi tukang/pekerja
Pelaksana dan mempunyai kondisi yang cukup baik, terlindung dari pengaruh cuaca yang dapat
menghambat kelancaran pekerjaan.
1) Kantor proyek/Direksi Keet cukup representatif untuk bekerja dan aman untuk menyimpan dokumen
proyek selama pelaksanaan proyek.
2) Pelaksana harus menyediakan kantor pengelola proyek lengkap dengan peralatan / perabotan serta
fasilitas-fasilitas kerja lainnya yang dibutuhkan untuk pelaksanaan proyek sebagai berikut:
3) Pelaksana juga harus menyediakan alat-alat kerja pengelola proyek di lapangan, sebagai berikut:
Sepatu yang tahan terhadap paku, helm pengaman dan jas hujan masing-masing 5 set;
2 (Dua) buah roll meter tape ukuran 5 meter;
Caliper/schuifmaat dan penyiku besi.
2
Rencana Kerja & Syarat-Syarat
4) Direksi keet/kantor pengelola proyek, kantor dan gudang Pelaksana, pompa air kerja adalah
merupakan sarana penunjang dalam pelaksanaan proyek dan merupakan yang dipakai habis pada saat
selesai pekerjaan.
1) Pelaksana harus membuat kantor di lokasi proyek untuk tempat bagi wakil Pelaksana bekerja,
dilengkapi dengan peralatan kantor yang dibutuhkan.
2) Pelaksana juga harus menyediakan gudang dengan luas yang cukup untuk menyimpan bahan-bahan
bangunan dan peralatan-peralatan agar terhindar dari gangguan cuaca dan pencurian.
3) Penempatan kantor dan gedung Pelaksana harus diatur sedemikian rupa, agar mudah dijangkau dan
tidak menghalangi pelaksanaan pekerjaan.
4) Ukuran luas kantor dan gudang Kontraktor terserah kepada Kontraktor dengan tidak mengabaikan
keamanan dan kebersihan dan bahaya kebakaran, serta memperhatikan tempat yang tersedia sehingga
tidak menganggu kelancaran pekerjaan.
5) Khusus untuk tempat menyimpan bahan-bahan seperti pasir, kerikil harus dibuatkan kotak simpan,
dipagar dengan dinding papan, sehingga masing-masing bahan tidak tercampur dengan lainnya.
6) Kontraktor tidak diperkenankan menyimpan alat/bahan bangunan di luar lokasi proyek, dan
menyimpan bahan-bahan yang ditolak Pengguna Jasa/Pengawas Lapangan karena tidak memenuhi
syarat.
1) Pelaksana harus menjamin keamanan proyek baik untuk barang-barang milik Pelaksana, pengawas
atau pengelola proyek, serta menjaga keutuhan bangunan-bangunan yang ada dari gangguan para
pekerja Pelaksana ataupun kerusakan akibat pelaksanaan pekerjaan.
2) Pelaksana harus menempatkan petugas-petugas keamanan selama 24 jam penuh setiap hari, yang dibagi
dalam 3 (tiga) shift, dan harus selalu mengadakan pemeriksaan pengamanan setiap hari setelah selesai
pekerjaan.
3) Untuk menguasai dan menjaga ketertiban bekerja para pekerjanya, setiap pekerja Pelaksana
diharuskan mengenakan tanda pengenal khusus yang harus dipakai pada bagian badan yang mudah
terlihat oleh petugas keamanan.
4) Pekerja Pelaksana tidak diijinkan menginap di lokasi kecuali petugas keamanan yang sedang bertugas
pada malam hari.
1) Selama pelaksanaan pekerjaan, Pelaksana harus menyediakan alat pemadam kebakaran berupa tabung
pemadam kebakaran yang dapat digunakan untuk memadamkan api akibat listrik, minyak dan gas
dengan kapasitas 7 kg.
2) Unit tabung pemadam kebakaran harus ditempatkan pada setiap lantai bangunan dengan radius
kurang lebih 50 meter, di dalam direksi keet dan tempat-tempat lain yang memerlukan.
2
Rencana Kerja & Syarat-Syarat
1) Apabila dianggap perlu, sesuai dengan kondisi dan situasi lokasi, Pelaksana harus sudah
memperhitungkan pembuatan jalan masuk sementara dan/atau jembatan kerja sementara yang
disetujui oleh pengawas.
2) Pembuatan jalan masuk atau jembatan sementara harus mengikuti peraturan dan semua perijinan
sehubungan dengan pekerjaan tersebut menjadi tanggung jawab Pelaksana.
3) Pelaksana harus menghindari kerusakan pada fasilitas jalan masuk yang ada dengan mengatur trayek
kenderaan yang digunakan serta membatasi/membagi beban muatan.
4) Kerusakan pada jalan atau benda-benda lain yang diakibatkan oleh pekerjaan Pelaksana, mobilisasi
peralatan serta pemasukan bahan akan menjadi tanggung jawab Pelaksana dan harus segera
diperbaiki.
1.17. Ijin-Ijin
1) Pelaksana harus mengurus dan memperhitungkan biaya untuk membuat ijin-ijin yang diperlukan dan
berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan, antara lain: ijin penerangan, ijin pengambilan material,
ijin pembuangan, ijin pengurugan, ijin trayek dan pemakaian jalan, ijin penggunaan bangunan serta ijin-
ijin lain yang diperlukan sesuai dengan ketentuan/peraturan daerah setempat.
2) Biaya Ijin Mendirikan Bangunan (IMB), menjadi tanggung jawab pemilik proyek, dengan pengurusan
dibantu konsultan perencana dan konsultan pengawas serta Pelaksana.
3) Keterlambatan pelaksanaan pekerjaan yang diakibatkan oleh hal tersebut ayat (1) di atas menjadi
tanggung jawab Pelaksana.
1.18. Dokumentasi
2) Yang dimaksudkan dengan pekerjaan dokumentasi adalah foto-foto proyek, berwarna, minimal ukuran
postcard, untuk keperluan laporan bulanan yang dibuat oleh konsultan pengawas, dan 3 (tiga) set
album yang harus diserahkan pada serah terima pekerjaan untuk pertama kalinya.
- Pondasi seperti pondasi batukali, pondasi tapak, pondasi Bored Pile dan pilecapnya;
- Tie beam / Sloof
- Saluran, ground tank, septick tank;
- Perataan tanah berupa cut & fill;
- Galian untuk perkerasan jalan / halaman;
- Galian pipa/kabel listrik/pipa gas, dsb.
Semua pekerjaan galian harus dikerjakan sesuai dengan spesifikasi antara lain:
1. Pekerjaan galian baru boleh dilaksanakan setelah papan Patok Ukur terpasang lengkap dengan
penandaan sumbu, ketinggian dan bentuk telah diperiksa seta disetujui Konsultan Pengawas.
2
Rencana Kerja & Syarat-Syarat
2. Galian untuk konstruksi harus sesuai dengan Gambar Kerja dan bersih dari tanah urug bekas serta sisa
bahan bangunan.
3. Urutan penggalian harus diatur sedemikian rupa dengan mengikuti petunjuk-petunjuk Konsultan
Pengawas sehingga tidak menimbulkan gangguan pada lingkungan tapak/site atau menyebabkan
timbulnya genangan air untuk waktu lebih dari 24 jam.
4. Jika pada galian terdapat akar kayu, kotoran dan bagian tanah yang tidak padat atau longgar, maka
bagian ini harus dikeluarkan seluruhnya, kemudian lubang yang tejadi harus ditutup urugan pasir yang
dipadatkan dan disirami air setiap ketebalan 20 cm lapis demi lapis sampai penuh sehingga mencapai
ketinggian yang diinginkan. Biaya pekerjaan ini menjadi tanggungan Kontraktor dan tidak dapat diklaim
sebagai pekerjaan tambah.
5. Bila Kontraktor melakukan penggalian yang melebihi kedalaman yang ditentukan dalam Gambar Kerja,
maka Kontraktor wajib untuk menutupi kelebihan galian tersebut dengan urugan pasir yang dipadatkan
dan disirami air setiap ketebalan 20 cm lapis demi lapis sampai penuh sehingga mencapai ketinggian
yang diinginkan. Biaya pekerjaan ini menjadi tanggungan Kontraktor / Pemborong dan tidak dapat di-
klaim sebagai pekerjaan tambah.
6. Dasar galian harus dikerjakan dengan teliti, datar/rata sesuai dengan Gambar Kerja dan harus
dibersihkan dari segala macam kotoran.
7. Galian pondasi harus dilakukan sesuai dengan lebar lantai kerja pondasi atau seperti tercantum dalam
Gambar Kerja, dengan penampang lereng galian kiri dan kanan dimiringkan 10o ke arah luar pondasi
dari As, ketinggian serta bentuk selesai sesuai Gambar Kerja, diperiksa serta disetujui Konsultan
Pengawas.
8. Kelebihan tanah galian harus dibuang keluar dari dalam tapak/site konstruksi. Area antara papan Patok
Ukur dengan galian harus bebas dari timbunan tanah.
9. Untuk menjaga lereng-lereng lubang galian agar tidak longsor/runtuh, maka apabila dianggap perlu
oleh Konsultan Pengawas, Kontraktor harus memasang konstruksi penahan (casing) sementara dari
bahan seng gelombang BJLS 50 atau setara, atau dari papan-papan tebal 3cm diperkuat dengan kayu-
kayu dolken minimal diameter 8cm sehingga konstruksi tersebut dapat menjamin kestabilan lereng
galian. Segala biaya untuk memasang konstruksi penahan ini ditanggung oleh Kontraktor dan tidak dapat
diklaim sebagai pekerjaan tambah.
10. Apabila dan atau karena permukaan air tanah tinggi, Kontraktor harus menyediakan pompa air
secukupnya untuk menyedot air yang menggenangi galian. Disyaratkan bahwa seluruh permukaan
galian terutama lantai galian, harus kering untuk pekerjaan-pekerjaan selanjutnya, khususnya untuk
pekerjaan:
Biaya untuk menyediakan pompa air ditanggung Kontraktor dan tidak dapat diklaim sebagai pekerjaan
tambah.
- Semua galian sampai permukaan yang ditentukan dengan kepadatan CBR 2% atau sesuai Gambar Kerja.
- Semua tanah lantai bangunan sampai permukaan yang ditentukan dengan kepadatan CBR 3% atau
sesuai Gambar Kerja.
2
Rencana Kerja & Syarat-Syarat
- Terkecuali untuk tempat tertentu / khusus, yang kepadatan tanahnya tercantum dalam Gambar Kerja
atau petunjuk Konsultan Pengawas / Konsultan Perencana.
1. Bahan urugan yang dipakai adalah tanah merah atau pasir urug darat yang memenuhi persyaratan
sebagai bahan urugan.
2. Tanah bekas galian pada umumnya tidak boleh dipakai lagi untuk bahan urugan, kecuali apabila tanah
tersebut memenuhi persyaratan sebagai bahan urugan dan mendapat persetujuan dari Konsultan
Pengawas.
3. Sumber bahan urugan ini harus mempunyai jumlah yang cukup untuk menjamin penyediaan bahan
urugan yang bisa mencukupi kebutuhan seluruh proyek.
4. Semua bahan urugan harus mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas, baik mengenai kualitas
bahan maupun sumber bahan itu sendiri sebelum dibawa atau digunakan di dalam lokasi pekerjaan.
5. Bahan urugan yang mengandung tanah organis, akar-akaran, sampah dan lain-lain, tidak boleh
dipergunakan untuk urugan. Bahan-bahan seperti ini harus dipindahkan dan ditempatkan pada daerah
pembuangan yang disetujui atau ditunjuk oleh Konsultan Pengawas.
6. Daerah yang akan diurug harus dibersihkan dari humus dengan cara stripping setebal ±30 cm.
7. Bahan-bahan urugan yang sudah ditempatkan di lokasi pengurugan tetapi tidak memenuhi standar,
harus dibuang dan diganti oleh Kontraktor atas biaya sendiri.
1. Sebelum pelaksanaan pengurugan, seluruh area pembangunan harus sudah bersih dari humus, akar
tanaman, benda-benda organis, sisa-sisa bongkaran dan bahan lain yang dapat mengurangi kualitas
pekerjaan ini.
2. Penghamparan tanah urugan dilakukan lapis demi lapis dan langsung dipadatkan sampai mencapai
permukaan/peil yang diinginkan. Ketebalan perlapis setelah dipadatkan tidak boleh melebihi 20 cm.
3. Setiap kali penghamparan harus mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas yang menyatakan
bahwa lapisan di bawahnya telah memenuhi kepadatan yang disyaratkan, dan seluruh prosedur
pemadatan ini harus ditulis dalam Berita Acara yang disetujui Konsultan Pengawas.
4. Lapisan tanah lunak (lumpur) yang ada harus dihilangkan dengan dikeruk, sebelum pekerjaan
pengurugan dimulai. Pada saat pengerukan dan pengurugan, daerah ini harus dikeringkan.
5. Tidak boleh dilakukan pengurugan atau pemadatan selama hujan deras. Jika permukaan lapisan yang
sudah dipadatkan tergenang oleh air, Kontraktor harus membuat alur-alur pada bagian teratas untuk
mengeringkannya sampai mencapai kadar air yang benar dan dipadatkan kembali.
6. Ketinggian pengurugan setelah dipadatkan harus mencapai elevasi sesuai yang tercantum dalam Gambar
Kerja.
7. Pengurugan untuk halaman yang tidak dibangun, jalan dan perkerasan, tidak perlu dipadatkan dengan
mesin pemadat (stamper).
1. Sebelum pelaksanaan pemadatan, seluruh area pembangunan harus dikeringkan terlebih dahulu.
2. Kontraktor bertanggung jawab atas ketepatan penempatan dan pemadatan bahan-bahan urugan dan
juga memperbaiki kekurangan-kekurangan akibat pemadatan yang tidak cukup.
2
Rencana Kerja & Syarat-Syarat
3. Kontraktor harus menetukan jenis ukuran dan berat dari alat yang paling sesuai untuk pemadatan
bahan urugan yang ada. Alat-alat pemadatan ini harus mendapat persetujuan Konsultan Pengawas.
4. Tidak boleh dilakukan pemadatan selama hujan deras.
5. Pemadatan tanah harus dilakukan lapis demi lapis dengan ketebalan tiap lapisan maksimum 20 cm dan
dipadatkan sampai mencapai 95% kepadatan kering maksimum sesuai SNI 03-1743-1989.
6. Pelaksanaan pemadatan harus dilakukan dalam cuaca baik. Apabila hari hujan, pemadatan harus
dihentikan. Selama pekerjaan ini, kadar air harus dijaga agar tidak lebih besar dari 2% kadar air
optimum.
7. Kontraktor diwajibkan melakukan tes kepadatan tanah apabila diminta oleh Direksi/Konsultan
Pengawas, sebanyak titik yang ditentukan oleh Konsultan Pengawas, yang harus disaksikan oleh
Konsultan Pengawas dan dibuatkan laporan tertulis untuk tiap titik meliputi area 150 m2.
Bila terdapat bagian-bagian yang lebih tinggi dari permukaan tanah yang direncanakan, perataan pada
bagian ini harus dilakukan sedemikian rupa sehingga kelebihan tanah tersebut dapat diangkut ke tempat
lain yang ditentukan oleh Konsultan Pengawas.
1) Persyaratan-persyaratan konstruksi beton, istilah teknik dan syarat pelaksanaan beton secara umum
menjadi kesatuan dalam bagian buku persyaratan teknis ini. Kecuali ditentukan lain dalam buku persyaratan
teknis ini, maka semua pekerjaan beton harus sesuai dengan standar di bawah ini:
b. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung, SNI 03-2847-2002
d. Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Bangunan Gedung Dan Non Gedung, SNI
1726: 2019.
e. Beban Desain Minimum Dan Kriteria Untuk Gedung, SNI 1727: 2020.
2) Pelaksana harus melaksanakan pekerjaan ini dengan ketepatan dan kesesuaian yang tinggi menurut
persyaratan teknis ini, gambar rencana dan instruksi- instruksi yang tidak memenuhi syarat harus
dibongkar dan diganti atas biaya Pelaksana sendiri.
3) Semua material harus baru dengan kualitas yang terbaik sesuai dengan persyaratan dan disetujui oleh
pengawas, dan pengawas berhak meminta diadakan pengujian bahan-bahan tersebut dan Pelaksana
bertanggung jawab atas segala biayanya. Semua material yang tidak disetujui oleh pengawas harus segera
dikeluarkan dari lokasi proyek.
1) Pekerjaan ini meliputi penyediaan dan pendayagunaan semua tenaga kerja, bahan-bahan, upah dan
perlengkapan-perlengkapan untuk semua pekerjaan beton/beton bertulang yang terdapat di dalam
gambar rencana.
2
Rencana Kerja & Syarat-Syarat
2) Pengadaan, detail, fabrikasi dan pemasangan semua penulangan dan bagian- bagian dari pekerjaan lain
yang tertanam dalam beton.
3) Perancangan, pelaksanaan dan pembongkaran acuan beton, penyelesaian dan pemeliharaan beton dan
semua jenis pekerjaan yang menunjang pekerjaan beton.
1) Pengendalian mutu pelaksanaan proyek apapun pada dasarnya dilakukan disemua tahapan. Hal ini
dilakukan secara terus menerus dan sistematis untuk menghindari kegagalan konstruksi (failure).
2) Pelaksana harus bertanggung jawab atas instalasi semua alat yang terpasang, selubung-selubung dan
sebagainya yang tertanam dalam beton.
3) Ukuran-ukuran (dimensi) dari bagian-bagian beton bertulang yang tercantum dalam gambar-gambar
rencana pelaksanaan arsitektur adalah ukuran-ukuran dalam garis besar. Ukuran-ukuran yang tepat,
begitu pula besi penulangannya ditetapkan dalam gambar-gambar struktur konstruksi beton bertulang.
Jika terdapat selisih dalam ukuran antara kedua macam gambar itu, maka ukuran yang berlaku harus
dikonsultasikan terlebih dahulu dengan Pengawas untuk mendapatkan ukuran sesungguhnya.
4) Jika karena keadaan pasaran penulangan perlu diganti guna kelangsungan pelaksanaan, maka jumlah
luas penampang tidak boleh berkurang dengan memperhatikan syarat-syarat lainnya yang termuat
dalam SNI 2847: 2019. Dalam hal ini harus mendapatkan persetujuan Pengawas.
3.4. Bahan-Bahan
1) Semen Portland
a. Semen Portland harus memenuhi persyaratan Standard Nasional Indonesia atau SNI 15-2049-2004
untuk butir pengikat awal, kekekalan bentuk, kekuatan tekan aduk dan susunan kimia.
Semen yang cepat mengeras hanya boleh digunakan jika atas petunjuk Pengawas. Semen yang
digunakan untuk seluruh pekerjaan pondasi dan beton harus dari satu merk saja yang disetujui
Pengawas.
b. Pelaksana harus mengirim surat pernyataan pabrik yang menyebutkan type, kualitas dari semen yang
digunakan.
c. Penyimpanan semen harus dilaksanakan dalam tempat penyimpanan dan dijaga agar semen tidak
lembab, dengan lantai terangkat bebas dari tanah dan ditumpuk sesuai dengan syarat penumpukan
semen dan menurut urutan pengiriman. Semen yang telah rusak karena terlalu lama disimpan sehingga
mengeras atau tercampur bahan lain, tidak boleh digunakan dan harus disingkirkan dari tempat
pekerjaan. Semen harus dalam zak-zak yang utuh dan terlindung baik dari pengaruh cuaca, dengan
ventilasi secukupnya dan dipergunakan sesuai dengan urutan pengiriman.
2) Agregat
Agregat untuk beton harus memenuhi salah satu dari ketentuan berikut:
SNI 7656: 2012, Tata Cara Pemilihan Campuran untuk Beton Normal, beton brat dan beton massa.
2
Rencana Kerja & Syarat-Syarat
3/4 jarak bersih minimum antara tulangan-tulangan atau kawat-kawat, bundel tulangan atau tendon-
tendon prategang atau selongsong-selongsong.
3) Air
a. Air untuk pembuatan dan perawatan beton tidak boleh mengandung minyak, asam, alkali, garam-
garam, bahan organis atau bahan lain yang dapat merusak beton serta baja tulangan atau jaringan
kawat baja. Dalam hal ini sebaiknya dipakai air bersih yang dapat diminum.
b. Air pencampur yang digunakan pada beton prategang atau pada beton yang di dalamnya tertanam logam
aluminium, termasuk air bebas yang terkandung dalam agregat, tidak boleh mengandung ion klorida
dalam jumlah yang membahayakan.
c. Pengawas dapat memerintahkan untuk diadakan pengujian contoh air di lembaga pemeriksaan bahan-
bahan yang diakui apabila terdapat keragu-raguan mengenai mutu air tersebut. Biaya pengujian contoh
air tersebut untuk keperluan pelaksanaan proyek ini adalah sepenuhnya menjadi tanggungan
Pelaksana.
4) Pembesian/Penulangan
b. Besi penulangan beton harus disimpan dengan cara-cara sedemikian rupa sehingga bebas dari
hubungan langsung dengan tanah lembab ataupun basah.
c. Besi yang akan digunakan harus bebas dari karat dan kotoran lain. Apabila terdapat karat pada bagian
permukaan besi, maka besi harus di bersihkan dengan cara disikat atau digosok tanpa mengurangi
diameter penampang besi, atau menggunakan bahan cairan sejenis “Vikaoxy off” produksi yang telah
memenuhi SII atau yang setaraf dan disetujui Pengawas.
d. Apabila besi tulangan yang digunakan telah distel di pabrik dan perlu penyambungan yang berbeda
antara penulangan di lapangan dengan ketentuan dari pabrik pembuat, maka harus atas persetujuan
Pengawas.
2
Rencana Kerja & Syarat-Syarat
b) ASTM A 615M, tentang “Spesifikasi untuk batang baja billet ulir dan polos untuk penulangan beton”
c) ASTM A 617M, tentang “Spesifikasi untuk batang baja axle ulir dan polos untuk penulangan beton”
d) ASTM A 706M; tentang “Spesifikasi untuk baja ulir dan polos low-alloy untuk penulangan beton”
b. Baja tulangan ulir dengan spesifikasi kuat leleh fy melebihi 400 MPa boleh digunakan, selama fy adalah
nilai tegangan pada regangan 0,35%.
c. Anyaman batang baja (wiremesh) untuk penulangan beton harus memenuhi “Spesifikasi untuk anyaman
batang baja ulir yang difabrikasi untuk tulangan beton bertulang” (ASTM A 184M).
d. Jaring kawat polos las (wiremesh) untuk penulangan beton harus memenuhi “Spesifikasi untuk jaring
kawat baja polos untuk penulangan beton” (ASTM A 185), kecuali bahwa untuk tulangan dengan
spesifikasi kuat leleh melebihi 400 MPa, maka fy diambil sama dengan nilai tegangan pada regangan
0,35%, bilamana kuat leleh yang disyaratkan dalam perencanaan melampaui 400 MPa. Jarak antara
titik- titik persilangan yang dilas tidak boleh lebih dari 300 mm pada arah tegangan yang ditinjau,
kecuali untuk jaring kawat yang digunakan sebagai sengkang.
5) Kawat Pengikat
a. Kawat pengikat harus berukuran minimal diameter 1 mm seperti yang disyaratkan dalam SNI 2847-2002.
b. Kawat polos untuk tulangan harus memenuhi "Spesifikasi untuk kawat tulanganpolos untuk
penulangan beton” (ASTM A-82), kecuali bahwa untuk kawat dengan spesifikasi kuat leleh fy yang
melebihi 400 MPa, maka fy harus diambil sama dengan nilai tegangan pada regangan 0,35%, bilamana
kuat leleh yang disyaratkan dalam perencanaan melampaui 400 MPa.
6) Bahan Additive
b. Bila diperlukan untuk mempercepat pengerasan beton atau bila slump yang disyaratkan tinggi, beton
dapat digunakan bahan additive yang disetujui Pengawas.
c. Semua perubahan Mix Design atau penambahan bahan additive, sepenuhnya menjadi tanggungan
Pelaksana dan tidak ada biaya tambahan untuk hal tersebut.
1) Sebelumnya, harus diadakan adukan beton percobaan “Trial Mix” yang sesuai dengan yang dibutuhkan
pada setiap bagian konstruksi. Pekerjaan tidak boleh dimulai sebelum diperiksa dan disetujui Pengawas
mengenai kekuatan/kebersihannya. Semua biaya pengujian tersebut menjadi beban Pelaksana.
2) Pencampuran bahan dasar beton harus menggunakan takaran yang telah dikalibrasi. Penakaran bahan
dasar harus memenuhi ketelitian untuk semen dan air 1%, agregat 2% dan bahan aditive 3%.
Ada dua cara pencampuran bahan dasar, yaitu berdasarkan volume dan berat:
- Mutu beton kurang dari fc’ 20,75 pencampuran dapat dilakukan berdasarkan volume bahan dasar.
- Untuk beton mutu tinggi bahan dasarnya ditakar berdasarkan berat.
3) Pencampuran harus dilakukan dengan alat pencampur mekanis agar didapatkan mortal yang homogen.
Modifikasi campuran di lapangan berupa kebutuhan penambahan air untuk meningkatkan konsistensi
campuran harus selalu disertai dengan penambahan semen setara dengan faktor air semen yang telah
ditetapkan.
2
Rencana Kerja & Syarat-Syarat
1) Pelaksana harus terlebih dahulu mengajukan gambar-gambar rencana cetakan dan acuan untuk
mendapatkan persetujuan Pengawas, sebelum pekerjaan tersebut dilaksanakan. Dalam gambar-gambar
tersebut harus secara jelas terlihat konstruksi cetakan atau acuan, sambungan-sabungan dan kedudukan
serta sistem rangkanya.
2) Cetakan dan acuan untuk pekerjaan beton harus memenuhi persyaratan dalam SNI 03-2847-2002
3) Acuan harus direncanakan agar dapat memikul beban-beban konstruksi dan getaran-getaran yang
ditimbulkan oleh peralatan penggetar. Defleksi maksimal dari cetakan dan acuan antara tumpuannya harus
dibatasi sampai 1/400 bentang antara tumpuan tersebut.
4) Pembongkaran cetakan dan acuan harus dilaksanakan sedemikian agar keamanan konstruksi tetap terjamin
dan disesuaikan dengan persyaratan SNI 03-2847-2002.
5) Cetakan beton dapat dibongkar dengan persetujuan tertulis dari pengawas, atau jika umur beton telah
melampaui waktu sebagai berikut:
6) Pembongkaran cetakan harus dilaksanakan dengan hati-hati sehingga tidak menyebabkan cacat pada
permukaan beton. Dalam hal terjadi bentuk beton yang tidak sesuai dengan gambar rencana, Pelaksana
wajib mengadakan perbaikan atau pembetulan kembali.
7) Cetakan untuk pekerjaan kolom dan pekerjaan beton lainnya harus menggunakan multliptek 9 mm, balok
5/7, 6/10, 8/10 dari kayu kelas III dan dolken Ø 8-12 cm.
3.7. Pelaksanaan
1) Slump.
Nilai yang diijinkan untuk beton dalam keadaan mix yang normal adalah 7,5 - 10 cm dan disesuaikan
terhadap mutu beton yang disyaratkan. Slump yang terjadi diluar batas tersebut harus mendapatkan
persetujuan Pengawas.
3) Peralatan Pengadukan.
Dalam pelaksanaan pembuatan beton harus digunakan alat pengaduk “Beton Molen”.
2
Rencana Kerja & Syarat-Syarat
1) Bila tidak disebutkan lain, tebal penutup beton menurut SNI 2847:2019 sebagai berikut:
Ketebalan
Paparan Komponen struktur Tulangan
Selimut
Dicor dan secara Semua Semua 75 mm
permanen kontak
dengan tanah
Terpapar cuaca atau Semua Batang D19 hingga D57 50 mm
kontak dengan tanah Batang D16, Kawat Ø13 atau 40 mm
D13 dan yang lebih kecil
Tidak terpapar cuaca Pelat, pelat berusuk Batang D43 dan D57 40 mm
atau kontak dengan dan dinding Batang D36 dan yang lebih 20 mm
tanah kecil
Balok, kolom, pedestal Tulangan utama, sengkang, 40 mm
dan batang tarik sengkang ikat, spiral dan
sengkang pengekang
2) Perhatian khusus perlu dicurahkan terhadap ketepatan tebal penutup beton, untuk itu tulangan harus
dipasang dengan penahan jarak yang terbuat dari beton dengan mutu paling sedikit sama dengan mutu
beton yang akan dicor.
3) Penahan-penahan jarak dapat berbentuk blok-blok persegi atau gelang-gelang yang harus dipasang
sebanyak minimal 4 (empat) buah setiap meter persegi cetakan atau lantai kerja. Penahan-penahan jarak
tersebar merata.
1) Pelaksana harus memberitahukan pengawas selambat-lambatnya 2 (Dua) hari sebelum pengecoran beton
dilaksanakan. Persetujuan untuk melaksanakan pengecoran beton berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan
cetakan dan pemasangan baja tulangan serta bukti bahwa Pelaksana akan dapat melaksanakan pengecoran
tanpa gangguan.
2) Beton harus dicor sesuai dengan persyaratan dalam SNI 03-2847-2002. Bila tidak disebutkan lain atau
persetujuan Pengawas, tinggi jatuh dari beton yang dicor jangan melebihi 1,5 m.
3) Sebelum pengecoran dimulai, semua bagian-bagian yang akan dicor harus bersih dan bebas dari kotoran
dan bagian beton yang lepas. Bagian-bagian yang akan ditanam dalam beton sudah harus terpasang (pipa-
pipa untuk instalasi listrik, Plumbing dan pekerjaan lainya serta besi stick dan penyambungannya).
4) Cetakan atau pasangan dinding yang akan berhubungan dengan beton harus sudah dibasahi dengan air
sampai jenuh dan tulangan harus sudah terpasang dengan baik. Bidang-bidang beton lama yang akan dicor
harus dibuat kasar terlebih dahulu dan kemudian dibersihkan dari segala kotoran yang lepas.
5) Waktu pengangkutan harus diperhitungkan dengan cermat, sehingga waktu antara pengadukan dan
pengecoran tidak lebih dari 1 (satu) jam dan tidak terjadi perbedaan pengikatan yang mencolok antara
beton yang sudah dicor dan akan dicor.
6) Apabila waktu yang dibutuhkan untuk pengangkutan melebihi waktu yang telah ditentukan, maka harus
dipakai bahan-bahan penghambat pengikatan (Retarder) dengan persetujuan pengawas.
7) Adukan tidak boleh dituang bila waktu sejak dicampur air pada semen dan agregat telah melampaui 1,5
jam; dan waktu ini dapat berkurang, bila pengawas menganggap perlu berdasarkan kondisi tertentu.
3
Rencana Kerja & Syarat-Syarat
8) Pengecoran harus dilakukan sedemikian rupa untuk menghindarkan terjadinya pemisahan material (Segresi)
dan perubahan letak tulangan. Cara penuangan dengan alat-alat bantu seperti talang, pipa, chute dan
sebagainya harus mendapat persetujuan pengawas dan alat-alat tersebut harus bersih dan bebas dari sisa-
sisa beton yang mengeras.
1) Pelaksana bertanggung jawab untuk menyediakan peralatan guna pengangkutan dan penuangan beton
dengan kekentalan secukupnya agar didapat beton yang padat tanpa perlu penggetaran secara berlebihan.
2) Pemadatan beton seluruhnya hars dilaksanakan dengan Mechanical Vibrator dan dioperasikan oleh orang
yang berpengalaman. Penggetaran dilakukan secukupnya agar tidak terjadi Over Vibration dan tidak
diperkenankan melakukan penggetaran dengan maksud untuk mengalirkan beton. Hasil beton harus
merupakan massa yang utuh, bebas dari lubang-lubang segresi atau keropos.
3) Pada daerah penulangan yang rapat, penggetaran dilakukan dengan alat penggetar yang mempunyai
frekuensi tinggi untuk menjamin pengisian beton dan pemadatan beton yang baik. Alat penggetar tidak
boleh disentuh pada tulangan yang telah masuk pada beton yang telah mulai mengeras.
4) Jika terjadi keropos pada struktur beton bisa melakukan “Core Drill” dan tes kuat tekan ke Laboratorium
Teknologi Beton. Untuk metode perbaikan beton yang menyangkut besarnya kropos berikut ini ada
beberapa tip perbaikannya:
(1) Pelaksana wajib memperbaiki dengan biaya sendiri dan tidak dapat diperhitungkan sebagai pekerjaan
tambah keropos-keropos yang terjadi pada beton yang baru dibuka begistingnya.
(2) Berikut ini pembagian type-type keropos, type keropos dapat dibagi menjadi 4 type:
Type I Keropos hanya pada kulit beton saja, aggregat-aggregat beton tersebut masih
melekat dengan baik.
Type II Bila keropos yang terjadi sampai besi tulangan sebelah luar sudah terlihat
dengan kedalaman 3 s/d 5 cm.
Type III Bila keropos yang terjadi sampai besi tulangan sebelah dalam sudah terlihat
dengan kedalaman 5 s/d 7 cm.
Type IV Bila keropos sudah lebih besar 7 cm hingga setengah bagian yang dicor.
(3) Bila hal ini terjadi, Pelaksana harus mengadakan usaha perbaikan dengan biaya sendiri. Perbaikan-
perbaikan yang harus dilakukan dalam menanggulangi keempat jenis keropos tersebut adalah sebagai
berikut:
Type II Mempersiapkan permukaan beton yang akan diperbaiki, Beton yang keropos,
harus di kerik dengan pahat kecil dan runcing. Lubang keropos dibentuk supaya
dukan beton bisa masuk dengan baik kedalamnya dan tidak mudah terlepas
lagi. Permukaan beton dibersihkan dari semua kotoran debu, pasir lepas dan
lain-lain dengan memakai sikat kawat baja, kemudian dibersihkan/dicuci
dengan air. Permukaan beton dibiarkan sampai hampir kering. Gunakan epoxy,
permukaan beton harus benar-benar kering, baru ditaburkan epoxy secara baik
dan merata.
Type III & IV Dibongkar dan dilakukan pengecoran Kembali.
3
Rencana Kerja & Syarat-Syarat
5) Perbaikan Pembesian.
Pembesian yang ada dibersihkan dari semua kotoran, karat dan lain-lain dengan memakai sikat baja.
6) Pengawasan.
Sebelum perbaikan / diplester / dicor, maka Pelaksana harus minta izin pengawas dan minta agar pekerjaan
yang akan diperbaiki, diperiksa terlebih dahulu.
1) Tidak diperkenankan untuk menanam pipa dan lain-lain dalam bagian-bagian struktur beton bila tidak
ditunjukkan secara detail dalam gambar. Dalam beton perlu dipasang selongsong pada tempat-tempat yang
dilewati pipa.
2) Bila tidak ditentukan secara detail atau ditunjukkan dalam gambar/petunjuk pengawas tidak dibenarkan
untuk menanam saluran listrik dalam struktur beton.
3) Semua bagian atau peralatan yang ditanam dalam beton seperti angkur-angkur, kait dan pekerjaan lain
yang ada hubungannya dengan pekerjaan beton, harus sudah di pasang sebelum pengecoran beton
dilaksanakan.
4) Bagian-bagian atau peralatan tersebut harus dipasang dengan tepat pada posisinya dan diusahakan agar tidak
bergeser selama pengecoran beton dilakukan.
5) Pelaksana utama harus memberitahukan serta memberi kesempatan kepada pihak lain untuk memasang
bagian/peralatan tersebut sebelum pengecoran beton dilaksanakan.
6) Rongga-rongga kosong atau bagian-bagian yang harus tetap kosong pada benda atau peralatan yang akan
ditanam dalam beton, yang mana rongga tersebut harus tidak terisi beton, harus ditutupi bahan lain yang
mudah dilepas nantinya setelah pelaksanaan pengecoran beton.
1) Pengujian mutu beton ditentukan melalui sejumlah benda uji sesuai standar SNI 1974:2011 tentang Cara uji
kuat tekan beton dengan benda uji silinder.
2) Bila tidak ada ketentuan lain konversi kuat tekan beton dari bentuk kubus ke bentuk silinder, maka gunakan
angka perbandingan kuat tekan seperti berikut:
Kubus 15 cm x 15 cm x 15 cm 1,00
Kubus 20 cm x 20 cm x 20 cm 0,95
Silinder Ø 15 cm x h 30 cm 0,83
3) Pemeriksaan kekuatan tekan beton biasanya pada umur 3 hari, 7 hari, dan 28 hari. Hasil pemeriksaan
diambil nilai rata-rata dari minimum 2 buah benda uji.
Apabila pengadukan dilakukan dengan tangan isi bak pengaduk maksimum 0,70 m3 dan pengadukan tidak
boleh dilakukan untuk campuran beton slump 0.
3
Rencana Kerja & Syarat-Syarat
4) Pelaksana bertanggung jawab sepenuhnya terhadap biaya pengujian beton dan biaya yang ditimbulkan
akibat tidak dapat diterimanya mutu beton tersebut.
5) Pemeriksaan Lanjutan.
Pengawas dapat meminta pemeriksaan lanjutan yang dilakukan dengan menggunakan Hammer test untuk
meyakinkan penilaian terhadap kualitas beton yang sudah ada. Biaya pekerjaan serupa ini sepenuhnya
menjadi tanggungan Pelaksana.
2) Beton setelah dicor harus dilindungi terhadap preoses pengeringan yang belum saatnya dengan cara
mempretahankan kondisi dimana kehilangan kelembaban adalah minimal dan suhu yang konstan dalam
jangka waktu yang diperlukan untuk preoses hydrasi semen serta pengerasan beton.
3) Perawatan beton segera dimulai setelah pengecoran beton selesai dilaksanakan dan harus berlangsung
terus menerus selama paling sedikit 2 (dua) minggu jika tidak ditentukan lain. Suhu beton pada awal
pengecoran harus dipertahankan supaya tidak melebihi 30o C.
4) Dalam jangka waktu tersebut cetakan dan acuan beton pun harus tetap dalam keadaan basah. Apabila
cetakan dan acuan beton dibuka sebelum selesai masa perawatan maka selama sisa waktu tersebut
pelaksanaan perawatan tetap dilakukan dengan membasahi permukaan beton terus menerus dengan
menutupinya dengan karung-karung basah atau dengan cara lain yang disetujui Pengawas.
5) Cara pelaksanaan perawatan serta alat dipergunakan harus mendapat persetujuan dulu dari Pengawas.
1) Bila penyelesaian pekerjaan, bahan yang digunakan atau keahlian dalam pengerjaan setiap bagian
pekerjaan tidak memenuhi persyaratan-persyaratan yang tercantum dalam Persyaratan Teknis, maka
bagian pekerjaan tersebut harus digolongkan sebagai cacat pekerjaan.
2) Semua pekerjaan yang digolongkan demikian harus dibongkar dan diganti sesuai dengan yang dikehendaki
oleh Pengawas. Seluruh pembongkaran dan pemulihan pekerjaan yang digolongkan cacat tersebut serta
semua biaya yang timbul akibat hal itu menjadi tanggungan Pelaksana.
1) Semen.
Semen Portland harus memenuhi persyaratan Standard Nasional Indonesia atau SNI 15-2049-2004 untuk butir
pengikat awal, kekekalan bentuk, kekuatan tekan aduk dan susunan kimia.
3
Rencana Kerja & Syarat-Syarat
2) Pasir.
Pasir yang digunakan adalah jenis pasir pasang dengan butir-butir yang tajam, bersih dari tanah dan lumpur
dan tidak mengandung bahan-bahan organis.
3) Air.
Air yang dipakai harus bebas dari lumpur, minyak, asam, basa, garam, bahan organik dan kotoran lainnya
dalam jumlah yang dapat merusak.
1) Campuran adukan yang dimaksud adalah campuran dalam volume. Cara pembuatannya menggunakan mixer
selama 3 (tiga) menit.
2) Jenis adukan.
a. Adukan biasa adalah campuran 1pc: 4ps dan 1pc: 5ps.
Adukan ini untuk pasangan batu bata dan batu tempel serta untuk menutup semua permukaan dinding
pasangan bagian dalam bangunan, yang dinyatakan tidak kedap air seperti tercantum dalam Gambar
Kerja.
b. Adukan kedap air adalah campuran 1pc : 3ps.
Aduk plesteran ini untuk:
- Menutup semua permukaan dinding pasangan pada bagian luar / tepi luar bangunan.
- Semua bagian dan keseluruhan permukaan dinding pasangan yang disyaratkan harus kedap air seperti
tercantum dalam Gambar Kerja hingga ketinggian 150 cm. dari permukaan lantai.
- Semua pasangan bata di bawah permukaan tanah hingga ketinggian sampai 20 cm. dari permukaan
lantai, kecuali ditentukan lain dalam Gambar Kerja.
1) Semua jenis adukan tersebut di atas harus disiapkan sedemikian rupa sehingga selalu dalam keadaan masih
segar dan belum mengering pada waktu pelaksanaan pemasangan.
2) Kontraktor harus mengusahakan agar tenggang waktu antara waktu pencampuran adukan dengan
pemasangan tidak melebihi 30 menit, terutama untuk adukan kedap air.
3
Rencana Kerja & Syarat-Syarat
4) Air.
Air yang dipakai harus bebas dari lumpur, minyak, asam, basa, garam, bahan organik dan kotoran lainnya
dalam jumlah yang dapat merusak.
3
Rencana Kerja & Syarat-Syarat
3) Pasir Pasang.
Bahan yang digunakan sama dengan pasir yang digunakan untuk konstruksi beton. Pasir yang dimaksud
harus bersih, pasir asli yang bebas dari segala macam kotoran dan bahan-bahan kimia, satu dan lain hal
sesuai dengan NI-3 pasal 14 ayat 2. Bilamana pasir yang dipakai tidak memenuhi syarat-syarat tersebut di
atas, Pengawas Lapangan berhak memerintahkan untuk mencuci pasirnya, melihat hasilnya sampai didapat
persetujuan. Khusus untuk plester, harus dicarikan pasir yang lebih halus.
Batu bata merah yang digunakan batu bata setempat dengan kualitas terbaik yang disetujui Pengawas, yaitu
siku dan sama ukurannya.
2) Adukan pasangan harus dibuat secara hati-hati, diaduk di dalam bak kayu yang besarnya memenuhi syarat.
Dalam mencampur semen dan pasir harus di dalam keadaan kering yang kemudian diberi air sampai
didapat campuran plastis. Adukan yang sudah mengering /kering tidak boleh dicampur dengan adukan yang
baru.
3) Dalam satu hari pemasangan bata tidak boleh lebih tinggi dari 1 (satu) meter dan diikuti dengan cor kolom
praktis. Pasangan terakhir satu hari tersebut harus dibuat bertangga menurun dan tidak tegak berdiri untuk
menghindari retak dikemudian hari.
4) Tebalnya siar batu bata tidak boleh kurang dari 1 (satu) cm dan siarnya dikerok sedalam 0,5 cm sehingga
adukannya akan cukup mengikat plesteran yang akan dipasang nantinya.
5) Pasangan batu bata merah untuk dinding ½ (setengah) batu harus menghasilkan dinding finished setebal 15
cm dan untuk dinding 1 (satu) batu finished adalah 25 cm. Pelaksanaan pasangan harus cermat, rapi dan
benar-benar tegak lurus.
6) Pada tiap-tiap pertemuan tegak lurus dinding pasangan bata, di atas setiap lubang pintu dan jendela atau
lubang lain, pada bidang dinding bata yang luasnya lebih besar dari 12 m 2 harus ditambah kolom praktis dan
balok dengan ukuran 12x12 cm dan tulangan pokok 4.Ø10 mm, beugel Ø8 – 150 mm. Jarak antara kolom
praktis maksimal 4 m.
7) Bagian pasangan bata yang berhubungan dengan setiap bagian pekerjaan beton (kolom) harus diberi
penguat stek-stek besi beton diameter 8 mm berjarak 40 cm, yang terlebih dahulu ditanam dalam pasangan
bata minimal 30 cm, kecuali ditentukan lain.
8) Semua pasangan bata harus rata (horizontal) dan diukur dari lantai, dengan menggunakan benang.
Pemasangan benang tidak boleh lebih dari 30 cm di atas pasangan di bawahnya. Pemasangan bata harus zig
zag antara setiap lapis agar terdapat pengikatan yang sempurna. Tidak dibenarkan menggunakan batu bata
pecahan separuh panjang, kecuali sesuai peraturannya (di sudut).
a) Dimana akan dipasang pipa-pipa dan atau alat-alat yang ditanam dalam dinding, maka harus dibuat
pahatan secukupnya pada pasangan bata sebelum diplester.
b) Pahatan tersebut setelah dipasang pipa/alat, harus ditutup dengan adukan plesteran yang dilaksanakan
secara sempurna, dikerjakan bersama-sama dengan plesteran seluruhnya di bidang tembok.
3
Rencana Kerja & Syarat-Syarat
a. Pembuatan dinding.
b. Pekerjaan pasangan lainnya seperti tercantum dalam Gambar Kerja.
3
Rencana Kerja & Syarat-Syarat
12) Pasangan bata untuk dinding 1/2 batu harus menghasilkan dinding finish setebal 13 cm dan untuk dinding 1
batu finish adalah 25 cm. Pelaksanaan pasangan harus cermat, rapi dan benar-benar tegak lurus.
7.4. Pemeliharaan
Selama pasangan dinding bata belum di-finish, Kontraktor wajib untuk memelihara dan menjaga atas kerusakan
atau pengotoran oleh bahan lain. Apabila pada saat di-finished terdapat kerusakan, berlubang dan lain
sebagainya, Kontraktor harus memperbaiki sampai dinyatakan dapat diterima oleh Konsultan Pengawas. Biaya
ini ditanggung oleh Kontraktor dan tidak dapat di-klaim sebagai pekerjaan tambah.
Plesteran aci halus untuk dinding pasangan bata ringan dan permukaan beton.
Plesteran biasa.
1) Semen.
Semen Portland harus memenuhi persyaratan Standard Nasional Indonesia atau SNI 15-2049-2004 untuk
butir pengikat awal, kekekalan bentuk, kekuatan tekan aduk dan susunan kimia.
2) Pasir.
Pasir yang digunakan adalah jenis pasir pasang dengan butir-butir yang tajam, bersih dari tanah dan lumpur
dan tidak mengandung bahan-bahan organis.
1) Plesteran kasar.
Plesteran dengan permukaan tidak dihaluskan. Campuan plesteran kasar adalah campuran aduk kedap air,
yaitu dipakai untuk:
- Menutup permukaan dinding pasangan yang tertanam di dalam tanah hingga ke permukaan tanah dan
atau lantai.
2) Plesteran biasa.
Plesteran untuk pasangan batu bata dan batu tempel serta untuk menutup semua permukaan dinding
pasangan bagian dalam bangunan, yang dinyatakan tidak kedap air. Plesteran biasa adalah campuran 1 PC :
4 Pasir
- Menutup semua permukaan dinding pasangan pada bagian luar / tepi luar bangunan.
- Semua bagian dan keseluruhan permukaan dinding pasangan yang disyaratkan harus kedap air seperti
3
Rencana Kerja & Syarat-Syarat
tercantum dalam Gambar Kerja hingga ketinggian 150 cm. dari permukaan lantai.
- Semua pasangan bata di bawah permukaan tanah hingga ketinggian sampai 20cm dari permukaan
lantai, kecuali ditentukan lain dalam Gambar Kerja.
1) Persiapan Plesteran
a. Bersihkan permukaan dasar dinding batu bata atau permukaan beton dari noda debu, minyak cat,
bahan- bahan lain yang dapat mengurangi daya ikat plesteran sampai benar-benar siap dilakukan
plesteran.
b. Untuk daerah yang luas, dibuat pola dasar plesteran (kepala plesteran) dengan jarak 1 m arah vertikal
sebagai dasar plesteran untuk menjamin adanya ketebalan yang sama, permukaan yang datar/rata,
contour dan profil-profil akurat.
c. Basahi seluruh permukaan bidang yang akan diplester untuk peresapan. Plesteran dapat dimulai setelah
bidang tersebut kering.
d. Pelaksanakan plesteran menunjukkan hasil yang tidak memuaskan seperti tidak rata, tidak tegak lurus
atau bergelombang, adanya pecah atau retak, keropos, maka bagian tersebut harus dibongkar kembali
untuk diperbaiki atas biaya Pelaksana.
a. Sebelum pelaksanaan plesteran pada permukaan pasangan batu bata dan beton, permukaan beton
harus dibersihkan dari sisa-sisa bekisting kemudian diketrek/scratched. Semua lubang-lubang bekas
pengikat bekisting atau formtie harus tertutup adukan plesteran.
b. Basahi permukaan beton untuk air hingga jenuh, tunggu sampai aliran air berhenti.
c. Pasangkan lapisan plesteran setebal yang disyaratkan (15-20mm) dan diratakan dengan roskam kayu/
besi dari kayu halus terserut dan rata permukaannya ataupun dengan profil aluminium dengan panjang
minimal 1,5 m. Jika ketebalan melebihi 30 mm, maka diharuskan menggunakan kawat strimin yang
diikatkan ke pemukaan pasangan batu bata atau beton yang bersangkutan untuk memperkuat daya lekat
plesteran.
d. Kelembaban plesteran harus dijaga dengan membasahi terus lapisan plesteran selama 3 (tiga) hari agar
pengeringan berlangsung dengan wajar untuk menghindari terjadinya retak-retak akibat penyusutan yang
mendadak.
e. Untuk plesteran pada permukaan beton, mula-mula permukaan beton harus dikasarkan dengan pahat
besi untuk mendapatkan daya ikat yang kuat antara permukaan beton dengan plesteran. Bilamana perlu
permukaan beton yang telah dikasarkan diberi bahan additive, misalnya “Calbon”.
f. Dalam pelaksanaan plesteran permukaan beton dengan ketebalan minimal 20mm, tidak diperbolehkan
melakukan plesteran sekaligus, tetapi harus dilakukan secara bertahap yaitu dengan cara menempelkan
adukan semen pada bagian yang akan diplester, kemudian setelah mengering, lakukan plesteran
berikutnya dengan adukan semen pasir hingga mencapai ketebalan yang dikehendaki.
g. Apabila terdapat bagian plesteran pada permukaan beton dengan ketebalan lebih dari 30mm, sebagai
akibat dari kesalahan pada waktu pengecoran atau yang lainnya, maka plesteran tersebut harus dilapis
dengan kawat ayam yang ditempelkan pada permukaan beton yang akan diplester. Biaya penambahan
3
Rencana Kerja & Syarat-Syarat
4
Rencana Kerja & Syarat-Syarat
h. Apabila ada pekerjaan plesteran yang harus dibongkar atau diperbaiki, maka hasil akhir (finishing) dari
pekerjaan tersebut harus dapat menyamai pekerjaan yang telah disetujui oleh Pengawas.
i. Pekerjaan plesteran halus / acian adalah untuk semua permukaan pasangan batu bata dan beton yang
akan di-finishing dengan cat. Pembasahan acian dilakukan dengan selalu menyiram air sekurang-
kurangnya 2 (dua) kali sehari sampai jenuh selama 7 (tujuh) hari setelah pengacian selesai.
j. Hindari benda-benda ataupun bahan-bahan lain yang dapat merusak permukaan acian.
k. Semua permukaan yang akan menerima bahan finishing, misalnya ubin keramik dan lainnya, maka
permukaan plesterannya harus diberi alur-alur garis horizontal untuk memberi ikatan yang lebih baik
terhadap bahan finishing tersebut. Pekerjaan ini tidak berlaku apabila bahan finishing tersebut cat.
l. Untuk permukaan yang datar, batas toleransi pelengkungan atau pencembungan bidang tidak boleh
melebihi 2 mm untuk setiap jarak 2 m.
m. Tidak dibenarkan pekerjaan finishing permukaan plesteran /acian dilakukan sebelum plesteran/acian
berumur lebih dari 14 hari.
Pemasangan waterprofing pada daerah basah dalam bangunan / toilet, tempat wudhu.
Pemasangan waterprofing pada daerah treatment, trench yang dinyatakan dalam gambar
1) Bahan harus sesuai dengan standar yang ditentukan oleh pabrik dan standar lainnya, seperti NI-3, ASTM D,
ASTM E, UNI, UEAtc.
2) Bahan adalah waterproofing type membrane yang terbuat dari Acrylic, Zat Pewarna dan Filler Komposisi
pemakaian adalah 0,6 – 1,0 Kg bahan untuk 1 m2.
3) Jenis bahan yang digunakan produk CRONFLEX, FOSROC, SIKA, atau setara lainnya.
5) Dak beton atap dan topi plat beton menggunakan waterprofing type membrane.
6) Waterproofing yang digunakan harus bergaransi 5 tahun, dengan kualitas yang baik, tahan lama dan tidak
bocor.
1) Persiapan Permukaan
a) Permukan plat beton yang akan diberi lapisan waterproofing harus benar-benar bersih, bebas dari
minyak, debu serta tonjolan-tonjolan tajam yang permanen dari tumpahan atau cipratan adukan dan
dalam kondisi kering (baik dalam arti kata kering leveling screed maupun kering permukaan).
b) Semua pertemuan 90° atau sudut yang lebih tajam harus dibuat tumpul, yaitu penutup sepanjang sudut
4
Rencana Kerja & Syarat-Syarat
tersebut dengan aduk kedap air 1 Pc : 3 Psr atau seperti tercantum dalam gambar kerja.
c) Dalam leveling screed digunakan campuran kedap air 1 Pc : 3 Psr, dibentuk menggunakan benang
waterpas arah kemiringannya (arah kemiringan menuju ke lubang-lubang talang dan floordrain ± 1%)
d) Khusus lapisan screed di bagian atap dan talang beton harus menggunakan kawat anyam yang terpasang
di tengah ketebalan screed dan sebelum dipasang harus didatarkan dulu sehingga tidak melengkung.
e) Screed dipasang mengikuti pola-pola yang sudah ditentukan dan diratakan permukaannya (dihaluskan)
dengan menggunakan raskam, digosok sedemikian rupa dengan raskam tadi sehingga gelembung-
gelembung udara yang terperangkap di dalam adukan screed dapat keluar.
f) Dalam kondisi setengah kering, screed tadi langsung ditaburi semen sambil digosok lagi dengan roskam
besi sehingga merata. Setelah lapisan screed kering tidak boleh diaci.
g) Setelah kering udara ±24 jam, screed baru ini harus dilindungi dari kemungkinan pecah-pecah rambut
dengan jalan menutupi permukaan atasnya dengan karung goni yang sudah dibasahi air terlebih dahulu
dan dijaga kondisi basahnya.
h) Waktu yang diperlukan untuk keringnya screed ini minimal 7 (tujuh) hari dalam kondisi cuaca cerah. Untuk
cuaca buruk (hujan) tidak termasuk dalam perhitungan waktu pengeringan screed.
2) Lapisan Waterprofing
a) Permukaan beton yang akan dipasang waterproofing harus dalam keadaan kering, bebas dari kotoran
dan debu.
b) Perkerjaan undercoat (coating I) sebagai lapisan pertama dengan komposisi 0,2 Kg/m2.
c) Pekerjaan coating yang ke dua dilakukan setelah tenggang waktu ± 1 (satu) jam dari pekerjaan pertama
dengan komposisi 0,3 Kg/m2.
d) Pekerjaan coating yang ke tiga dilakukan setelah tenggang waktu ± 1 (satu) jam dari pekerjaan ke dua
dengan komposisi 0,3 Kg/m2.
e) Pelaksanaan waterproofing pada daerah talang (roof drain) masuk ke dalam talang ± 10 cm.
f) Pada pelaksanaan waterproofing ini, harus dilindungi dari sengatan matahari dengan menggunakan
tenda-tenda.
g) Waterproofing yang sudah terpasang tidak boleh terinjak-injak apalagi oleh sepatu atau alas kaki yang
tajam. Kontraktor harus melindungi dan melokalisir daerah yang sudah terpasang waterproofing ini.
Pada daerah listplank beton, waterproofing harus dipasang mengikuti bentuk lisplang.
h) Kontraktor harus menghentikan pekerjaan apabila terjadi hujan dan melanjutkan kembali setelah lokasi
benar-benar kering.
3) Lapisan Pelindung
a) Setelah waterproofing terpasang, maka di atas permukaannya diberi lapisan perlindungan screed
(perbandingan 1 Pc dan 3 Pasir), setebal 3 cm dengan menggunakan tulangan susut wiremesh yang
terletak di tengah-tengah adukan screed.
b) Untuk mengatur jarak/ketebalan screed, harus digunakan beton decking setebal 1,5 cm tiap jarak 0.5 m.
c) Permukaan screed ini dihaluskan dengan roskam pada saat kondisi screed setengah kering dengan jalan
menaburkan semen dan menggosoknya hingga licin.
d) Setelah semua pemasangan lapisan waterproofing dan sebelum palaksanaan lapisan pelindung,
4
Rencana Kerja & Syarat-Syarat
Kontraktor harus melaksanakan pengujian kebocoran terutama untuk permukaan horizontal plat atap.
e) Kontraktor wajib melakukan pengamanan dan perlindungan pada lapisan waterproofing yang telah
dikerjakan terhadap kemungkinan pergeseran, lecet permukaan atau kerusakan lainnya. Bila terdapat
kerusakan yang disebabkan kelalaian Kontraktor baik pada waktu pekerjaan ini dilaksanakan maupun
pada saat pekerjaan telah selesai, maka Kontraktor harus memperbaiki/mengganti bagian yang rusak
tersebut sampai dinyatakan dapat diterima oleh Konsultan Pengawas tanpa ada klaim tambahan biaya.
1) Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat- alat bantu yang
dibutuhkan dalam terlaksananya pekerjaan plafond untuk mendapatkan hasil yang baik.
2) Pekerjaan ini juga meliputi seluruh detail pekerjaan plafond seperti yang disebutkan/ditunjukkan dalam
gambar atau sesuai petunjuk Pengawas.
10.2. Bahan-Bahan
1) Spesifikasi Bahan
Penutup Plafond Gypsumbord t=9 mm (interior) dan GRC board t=4 mm (eksterior/toilet)
2) Bahan-bahan yang dipakai, sebelum dipasang terlebih dahulu harus diserahkan contoh-contohnya untuk
mendapatkan persetujuan Pengawas.
3) Pelaksana harus menyerahkan 2 (dua) copy ketentuan dan persyaratan teknis operatif dari pabrik/
produsen sebagai informasi bagi Pengawas.
4) Bahan lain yang tidak terdapat pada daftar di atas, tetapi diperlukan dalam penyelesaian/ penggantian
pekerjaan, harus baru kualitas dan harus disetujui Pengawas.
5) Sebelum pelaksanaan pekerjaan, Pelaksana harus memberikan contoh bahan untuk mendapatkan
persetujuan Pengawas. Contoh-contoh yang telah disetujui oleh Pengawas akan digunakan sebagai
standard/pedoman untuk memeriksa/menerima bahan yang dikirim oleh Pelaksana ke lapangan.
10.3. Pelaksaaan
1) Pada pekerjaan plafond ini diperlukan adanya pekerjaan lain yang mempunyai hubungan erat dalam
pelaksanaannya. Sebelum pemasangan plafond dilaksanakan, pekerjaan lain yang terletak di atas plafond
harus sudah terpasang.
2) Bila pekerjaan tersebut tidak tercantum pada gambar rencana plafond harus diteliti dahulu pada gambar-
gambar instalasi yang lain (EL, PL, AC dan lain- lain). Untuk pemasangan harus konsultasi Pengawas.
4) Pada pertemuan bidang plafond dengan dinding harus diperhatikan dan pelaksanaannya harus sesuai
dengan gambar.
4
Rencana Kerja & Syarat-Syarat
5) Rangka plafond terbuat dari Baka Hollow dilakukan sistem kelos dan mur.
7) Pelaksana harus memperhatikan serta menjaga pekerjaan yang berhubungan dengan pekerjaan lain, jika
terjadi kerusakan akibat kelalaiannya, maka Pelaksana tersebut harus mengganti tanpa biaya tambahan.
1) Sebelum dilaksanakan pemasangan, Pelaksana wajib memberikan Pengawas “Certificate Test” bahan-bahan
plafond dari produsen.
2) Bila tidak ada sertifikat tersebut, Pelaksana harus melakukan pengujian atas bahan-bahan di laboratorium
yang akan ditunjuk kemudian.
4) Seluruh biaya yang berhubungan dengan pengujian bahan tersebut menjadi tanggung jawab Pelaksana.
1) Pekerjaan ini meliputi pengadaan tenaga, bahan cat, peralatan, dan perlengkapan lainnya untuk
menerjakan pekerjaan pengecatan pada seluruh detail yang disebutkan dalam gambar dan sesuai petunjuk
Pengawas.
2) Pekerjaan ini juga termasuk perbaikan semua retak-retak pada dinding existing sebelum dilakukan
pengecatan ulang.
- SNI 2407-2008 Tata cara pengecatan kayu untuk rumah dan gedung.
- SNI ISO 12944-5:2012, Cat dan pernis - Perlindungan dari korosi pada struktur baja dengan sistem
pengecatan pelindung.
2) Pelaksana wajib membuktikan keaslian cat dari pabrik tersebut mengenai hal- hal yang menunjukkan
kemurnian cat yang digunakan, antara lain:
- segel kaleng
- test laboratorium
- hasil akhir pengecatan
3) Hasil dari test kemurnian ini harus mendapat rekomendasi tertulis dari produsen untuk diketahui
Pengawas. Biaya test tersebut menjadi tanggungan Pelaksana.
4) Bahan cat yang digunakan adalah type “Weather Shield” untuk pemakaian cat untuk dinding bagian luar
sesuai dengan petunjuk Pengawas.
4
Rencana Kerja dan
6) Penukaran/penggantian bahan harus dari mutu sesuai contoh yang disetujui serta harus dengan
persetujuan pihak Pengawas, penukaran dan penggantian bahan menjadi tanggung jawab Kontraktor
sepenuhnya tanpa adanya tambahan biaya.
1) Umum
a. Seluruh pelaksanaan dan bahan untuk pekerjaan ini harus sesuai standar dan/atau spesifikasi pabrik.
b. Pabrik dan kontraktor harus memberi jaminan minimal selama 5 (lima) tahun terhitung waktu
penyerahan atas semua pekerjaan ini terhadap kemungkinan cacat, warna yang berubah dan kerusakan
cat lainnya.
c. Hasil pekerjaan yang tidak disetujui Pengguna Jasa harus diulang dan diganti. Kontraktor harus
melakukan pengecatan kembali bila ada cat dasar atau cat finish yang kurang menutupi atau lepas
sebagaimana ditunjukkan oleh Pengguna Jasa.
d. Selama pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor harus diawasi Tenaga Ahli / Supervisi dari pabrik pembuat.
e. Bahan didatangkan langsung dari pabrik, tiba di lokasi kerja harus masih disegel baik dalam kemasannya
dan tidak cacat. Kontraktor wajib membuktikan keaslian cat dari produk tersebut mengenai kemurnian
cat tersebut. Pembuktian berupa segel kaleng, test BD, test Laboratorium dan hasil akhir pengecatan.
2) Persyaratan Teknis
a. Sebelum pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor wajib melakukan percobaan pengecatan (mock up). Biaya
percobaan ini ditanggung Penyedia Jasa. Hasil percobaan tersebut harus diserahkan kepada Pengguna
Jasa untuk mendapatkan persetujuan bagi pelaksanaan pekerjaan.
b. Pengecatan harus rata, tidak bertumpuk, tidak bercucuran atau ada bekas yang menunjukkan tanda
sapuan, roller maupun semprotan. Tebal minimum dari tiap lapisan jadi/finish minimum sama dengan
syarat yang dispesifikasikan pabrik.
c. Apabila dari cat yang dipakai ada mengandung bahan dasar beracun atau membahayakan keselamatan
manusia, maka Kontraktor harus menyediakan peralatan pelindung misalnya masker, sarung tangan dan
sebagainya yang harus dipakai pada waktu pelaksanaan pekerjaan.
d. Tidak diperkenankan melaksanakan pekerjaan ini dalam keadaan cuaca yang lembab/hujan, berdebu.
Terutama untuk pelaksanaan di dalam ruangan bagi cat dengan bahan dasar beracun atau
membahayakan manusia, maka ruangan tersebut harus mempunyai ventilasi yang cukup atau
pergantian udara berlangsung lancar. Di dalam keadaan tertentu, misalnya untuk ruangan tertutup,
Kontraktor harus memakai kipas angin/fan untuk memperlancar pergantian/aliran udara.
e. Peralatan seperti kuas, roller, sikat kawat, kape, pompa udara tekan/vacuum cleaner, semprotan dan
sebagainya harus tersedia dari kualitas/mutu terbaik.
f. Khusus untuk semua cat dasar harus disapukan dengan kuas. Penyemprotan hanya boleh dilakukan
apabila disetujui Pengguna Jasa.
g. Pemakaian amplas, pencucian dengan air maupun pembersihan dengan kain kering harus mendapatkan
persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas terkecuali disyaratkan lain dalam spesifikasi ini.
h. Pelaksanaan pekerjaan ini khususnya pengecatan dasar untuk komponen bahan/material metal, harus
dilakukan sebelum komponen tersebut terpasang.
4
Rencana Kerja dan
b. Permukaan plesteran telah diberi lapisan aci dengan hasil yang rata dan halus.
2) Setelah permukaan dinding siap untuk dicat, lakukan pengecatan menurut petunjuk dari pabrik cat.
3) Pemakaian kuas hanya untuk permukaan dimana tidak mungkin menggunakan roller.
4) Setiap kali lapisan pada cat akhir dilakukan harus dihindarkan terjadinya sentuhan-sentuhan selama
1,5 sampai 1 jam.
5) Pengecatan akhir harus dilakukan secara ulang paling sedikit selama 2 (dua) jam kemudian.
6) Lapisan cat untuk dinding Interior dan Exterior dengan ketentuan berikut:
Lapisan berikut (lapisan - Cat jenis Vinyl Acrylic Emulsion untuk interior, sedangkan
ke-2 dan ke-3) sampai exterior dari jenis weathershield.
didapatkan permukaan - Pelaksanaan pekerjaan dengan roller.
rata - Tebal perlapis 25 - 40micron atau daya sebar 11-17 m2/liter.
- Tenggang waktu antara pelapisan minimum 12 jam.
- Warna ditentukan kemudian.
Syarat-syarat Pelaksanaan
2) Bidang permukaan pengecatan dibersihkan dari debu, serbuk gergaji, benar-benar bebas dari
minyak, dan sebagainya serta kering betul.
4) Pengecatan dilakukan minimal 3 (tiga) lapis (1 lapis cat dasar sealer dan 2 lapis cat finishing) atau
hingga dicapai hasil pengecatan yang tebal, rata dan sama warnanya. Lapis pengulangan
dilaksanakan setelah 2 hari dari pengecatan awal.
Syarat-syarat Pelaksanaan
1) Bersihkan permukaan dari kulit giling (kerak/mill), karat, minyak, lemak serta kotoran lain secara
teliti dan menyeluruh sehingga permukaan yang dimaksud menampilkan tampak metal yang halus
4
Rencana Kerja dan
dan
4
Rencana Kerja dan
mengkilap. Pekerjaan ini dilaksanakan dengan sikat kawat mekanik. Akhirnya permukaan dibersihkan
dengan vacuum cleaner atau sikat yang bersih.
2) Semua metal seperti yang tercantum dalam gambar kerja dengan ketentuan sebagai berikut:
Lapisan Pertama 1. Cat primer jenis QD Metal Primer Red Lead setara ICI Dulux QD Universal
Primer Green.
2. Pelaksanaan pekerjaan dengan kuas. Ketebalan 45micron atau daya
sebar 9 - 12 m2/liter.
3. Tunggu minimum 6 jam sebelum pelaksanaan pelapisan berikutnya.
Lapisan Kedua 1. Cat dasar jenis Undercoat setara ICI Dulux Undercoat.
2. Pelaksanaan pekerjaan dengan kuas. Ketebalan 35micron atau daya
sebar 17m2/liter.
3. Tunggu minimum 6 jam sebelum pelaksanaan pelapisan berikutnya.
Lapisan Ketiga 1. Cat akhir/finish jenis syntetic Super Gloss, setara ICI Dulux Super Gloss.
2. Pelaksanaan pekerjaan dengan kuas. Ketebalan 30micron atau daya
sebar 11–14 m2/liter.
5) Pengecatan kembali dilakukan bila ada cat dasar atau cat akhir yang kurang menutupi, atau lepas.
Pengulangan pengecatan dilakukan sebagaimana ditunjukkan oleh Pengawas, serta harus mengikuti
petunjuk dan spesifikasi yang dikeluarkan pabrik yang bersangkutan.
7) Kerapian pekerjaan cat ini dituntut untuk tidak mengotori dan mengganggu pekerjaan finishing lain,
atau pekerjaan lain yang sudah terpasang. Pekerjaan yang tidak sempurna diulang dan diperbaiki
atas tanggungan Pelaksana.
1) Sebelum melaksanakan pekerjaan, Pelaksana wajib melakukan percobaan atas semua pekerjaan yang
akan dilaksanakan atas biaya sendiri. Pengecatan yang tidak disetujui Pengawas harus diulangi/diganti,
atas biaya Pelaksana.
2) Pada waktu penyerahan, Pelaksana harus memberi jaminan selama minimal 2 tahun atas semua
pekerjaan pengecatan, terhadap kemungkinan cacat karena cuaca warna dan kerusakan cat lainnya.
3) Pengawas wajib menguji semua hasil berdasarkan syarat-syarat yang telah diberikan baik oleh pabrik
maupun atas petunjuk Pengawas. Peralatan untuk pengujian disediakan oleh Pelaksana.
5) Dalam hal pengujian yang telah dilakukan dengan baik atau kurang memuaskan, maka biaya pengujian/
pengulangan pengujian adalah termasuk tanggung jawab Pelaksana.
4
Rencana Kerja dan
1) Daerah-daerah yang sedang dicat agar ditutup dari pekerjaan-pekerjaan lain, maupun kegiatan lain dan
juga daerah tersebut terlindung dari debu dan kotoran lainnya sampai cat tersebut kering.
2) Lindungi pekerjaan ini dan juga pekerjaan atau bahan lain yang dekat dengan pekerjaan ini seperti fitting-
fitting, kosen-kosen dan sebagainya dengan cara menutup/melindungi bagian tersebut selama pekerjaan
pengecatan berlangsung.
3) Pelaksana bertanggung jawab memperbaiki atau mengganti bahan yang rusak akibat pekerjaan
pengecatan tersebut.
1) Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat- alat bantu yang
dibutuhkan dalam terlaksananya pekerjaan canopi untuk mendapatkan hasil yang baik.
2) Pekerjaan ini juga meliputi seluruh detail pekerjaan canopi seperti yang disebutkan/ditunjukkan dalam
gambar atau sesuai petunjuk Pengawas.
2) Pelaksana harus menyerahkan 2 (dua) copy ketentuan dan persyaratan teknis operatif dari pabrik/
produsen sebagai informasi bagi Pengawas.
3) Bahan lain yang tidak terdapat pada daftar di atas, tetapi diperlukan dalam penyelesaian/penggantian
pekerjaan, harus baru, kualitas terbaik dan harus disetujui Pengawas.
4) Semua material besi harus bersih dari karat, lubang-lubang serta bebas dari tekukan, puntiran dan
kerusakan lainnya.
5) Pengawas berhak menolak material-material yang tidak memenuhi syarat tersebut di atas dan tidak
diperkenan untuk difabrikasi.
a. Sebelum fabrifikasi dimulai, Pelaksana harus membuat gambar-gambar kerja yang diperlukan dan
mengirim 4 set copy gambar kerja untuk disetujui oleh pengawas. Bila mana disetujui, 2 set gambar
kerja akan dikembalikan kepada Pelaksana untuk dapat dimulai pekerjaan fabrikasinya.
b. Pemeriksaan dan persetujuan pengawas atas gambar kerja tersebut hanyalah menyangkut segi
kekuatan struktur seperti ukuran-ukuran/dimensi profil, ketebalan plat, ukuran/jumlah baut/las, tebal
pengelasan.
c. Ketepatan ukuran-ukuran, panjang lebar, tinggi dari elemen konstruksi yang berhubungan dengan
erection menjadi tanggung jawab Pelaksana. Dengan kata lain walaupun semua gambar kerja telah
4
Rencana Kerja dan
disetujui oleh pengawas, tidaklah berarti mengurangi atau membebaskan Pelaksana dari tanggung
jawab ketidak-tepatan.
2) Fabrikasi
a. Pelaksana harus memberikan Manual Prosedur Fabrikasi termasuk prosedur quality control kepada
pengawas.
b. Fabrikasi dari elemen-elemen konstruksi harus dilaksanakan oleh tukang-tukang yang berpengalaman
dan diawasi oleh mandor-mandor yang ahli dalam konstruksi.
1) Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat- alat bantu yang
dibutuhkan dalam terlaksananya pekerjaan façade berupa Aluminium Composite Panels (ACP) untuk
mendapatkan hasil yang baik.
2) Pekerjaan ini juga meliputi seluruh detail pekerjaan facade seperti yang disebutkan/ditunjukkan dalam
gambar atau sesuai petunjuk Pengawas.
a. Rangka : Hollow Galvanis tebal 1 mm ukuran 40x40 mm dan 20x40mm, berikut bracket besi
siku L.50.50.5 mm dan stiffner.
Jenis ACP adalah PVDF (Poly Vinyl De Flouride) khusus untuk eksterior bangunan.
c. Sealant : Pakai sealant yang bersifat netral dengan warna yang sesuai dengan warna nat.
d. Lakban kertas : Lakban kertas ini berguna sebagai marking pembatas pada tepian nat supaya sealant
tidak meluber.
e. Backup/Karet busa spons : Fungsinya untuk mengganjal dasar nat agar sealant tak terlalu boros.
Pilihlah warna backup yang tidak mempengaruhi warna sealant.
2) Pelaksana harus menyerahkan 2 (dua) copy ketentuan dan persyaratan teknis operatif dari pabrik/
produsen sebagai informasi bagi Pengawas.
3) Bahan lain yang tidak terdapat pada daftar di atas, tetapi diperlukan dalam penyelesaian/penggantian
pekerjaan, harus baru, kualitas terbaik dan harus disetujui Pengawas.
4) Semua material besi harus bersih dari karat, lubang-lubang serta bebas dari tekukan, puntiran dan
kerusakan lainnya.
5) Pengawas berhak menolak material-material yang tidak memenuhi syarat tersebut di atas dan tidak
diperkenan untuk difabrikasi.
5
Rencana Kerja dan
1) ACP (Aluminium Composite Panel) dipasang pada rangka yang telah dipersiapkan secara khusus. Dalam
pembuatan rangkanya, Pelaksana harus memperhatikan struktur yang dibutuhkan sesuai kondisi lokasi
proyek pekerjaan atau spesifikasi yang sudah ditentukan.
2) Rangka untuk ACP terdiri dari bracket berupa besi siku L.50.50.5 mm, besi hollow galvanis ukuran 40x40
dan 20x40mm tebal 1 mm berikut dengan stiffner. Semua bahan tersebut harus bersih dari kotoran dan
karat. Untuk siku terlebih dahulu di zinkromat.
3) Pemasangan hollow bisa dilakukan melalui pengelasan atau skrup baja ringan. Hollow 40x40 mm
berfungsi sebagai penyangga dan hollow berukuran 20x40 mm dipakai untuk ambangan.
4) Braket siku sebagai pemegang/dudukan rangka hollow dipotong setiap 20 cm. Braket siku ini dipasang
memakai dynabolt ke permukaan dinding atau kolom beton. Sedangkan braket yang menempel di
rangka ACP dapat dipasang memakai sekrup atau melalui proses pengelasan.
5) Perakitan rangka untuk pemasangan ACP harus dilaksanakan dengan akurat sesuai ukuran modul ACP
menurut spesifikasi dan gambar teknis.
1) Buka lapisan proteksi ACP sedikit di sekitar nat dan ganjal dasar nat antar acp dengan backup.
2) Pasang lakban kertas pada tiap tepian nat sebagai marking lalu kucurkan sealent pada celah permukaan
nat yang telah diganjal backup tersebut.
3) Tarik dan ratakan sealent dengan sekali tarikan agar mendapatkan hasil yang bagus dan selanjutnya
langsung copot lakban kertasnya sebelum sealentnya mengering.
4) Buka proteksi ACP setelah selesai dikerjakan semuanya/sebidang. Pastikan setelah proteksi ACP dilepas
jangan memegang lagi permukaan ACP karena akan terlihat kotor bekas tangan atau ceceran sealent.
5
Rencana Kerja dan
1. PP 50 tahun 2012, Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan & Kesehatan Kerja (SMK3). PP ini berisi tentang
Kebijakan nasional tentang SMK3 yang tertuang dalam Lampiran I, Lampiran II, dan Lampiran III sebagai bagian
yang tidak terpisahkan dari Peraturan Pemerintah Nomor 50 tahun 2012.
2. Permen PU No. 05/2014, Pedoman Sistem Manajemen K3 Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum.
Berbagai penyebab utama kecelakaan kerja pada proyek konstruksi adalah hal-hal yang berhubungan dengan
karakteristik proyek konstruksi yang bersifat unik, lokasi kerja yang berbeda-beda, terbuka dan dipengaruhi
cuaca, waktu pelaksanaan yang terbatas, dinamis dan menuntut ketahanan isik yang tinggi, serta banyak
menggunakan tenaga kerja yang tidak terlatih.
Ditambah dengan manajemen keselamatan kerja yang sangat lemah, akibatnya para pekerja bekerja dengan
metoda pelaksanaan konstruksi yang berisiko tinggi. Masalah keselamatan dan kesehatan kerja berdampak
ekonomis yang cukup signi ikan. Dari berbagai kegiatan dalam pelaksanaan proyek konstruksi, pekerjaan-
pekerjaan yang paling berbahaya adalah pekerjaan yang dilakukan pada ketinggian dan pekerjaan galian.
Pada ke dua jenis pekerjaan ini kecelakaan kerja yang terjadi cenderung serius bahkan sering kali
mengakibatkan cacat tetap dan kematian. Jatuh dari ketinggian adalah risiko yang sangat besar dapat terjadi
pada pekerja yang melaksanakan kegiatan konstruksi pada elevasi tinggi. Biasanya kejadian ini akan
mengakibat kecelakaan yang fatal. Sementara risiko tersebut kurang dihayati oleh para pelaku konstruksi,
dengan sering kali mengabaikan penggunaan peralatan pelindung yang sebenarnya telah diatur dalam
pedoman K3 konstruksi
2. Melakukan substitusi /mengganti dengan bahan atau proses yang lebih aman.
4. Administrasi; Pengendalian risiko melalui penyusunan peraturan /standar untuk mengajak melakukan cara
kerja yang aman (menyangkut tentang prosedur kerja, ijin kerja, instruksi kerja, papan
peringatan/larangan, pengawasan/inspeksi, dan sebagainya).
5
Rencana Kerja dan
5
Rencana Kerja dan
Sesuai dengan maksud dan tujuan diterbitkannya Permen PU No. 05/2014 adalah untuk memberikan acuan
bagi pengguna dan Kontraktor dalam penyelenggaraaan SMK3 konstruksi bidang pekekerjaan umum, yang
dilalaksanakan secara sistematatisis, tererencana, terpadu dan terkoordinasi serta semua pemangku
kepentingan agar mengetahui dan memahami tugas dan kewajibannya dalam penerapan SMK3.