Anda di halaman 1dari 9

MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH TATA NEGARA

Dosen Mata Kuliah : RENDRA ALFONSO SITORUS S.H, M.H

Disusun Oleh :

SAOR PANGIHUTAN SITORUS


( 2203081001 )

FAKULTAS PROGRAM STUDI HUKUM


UNIVERSITAS AUDI INDONESIA
MEDAN
T.A 2023\2024
SOAL

1. Apa isi dekrit presiden 5 juli 1959 ada berapa dekrit


presiden mulai tanggal 5 juli 1959 sampai 2023 sejak
zaman kemerdrkaan
2. Apa isi dekrit presiden tersebut
3. Dari mana sumber iisi dekrit presiden tersebut
4. Latar belakang dekrit preside keluar kenapa
5. Apa isi dekrit presiden dan siapa nama presiden nya

JAWABAN

1. Atas kesimpulannya tersebut, Presiden Soekarno pada tanggal 5 Juli 1959,


dalam suatu acara resmi di Istana Merdeka mengumumkan Dekrit Presiden
mengenai pembubaran Konstituante dan berlakunya kembali UUD 1945
dalam kerangka sebuah sistem demokrasi yakni Demokrasi Terpimpin.
Maklumat Presiden Republik Indonesia 23 Juli 2001 adalah sebuah
maklumat yang dikeluarkan oleh Presiden Abdurrahman Wahid. Isi dari
maklumat ini adalah membekukan MPR dan DPR, mengembalikan
kedaulatan ke tangan rakyat, dan membekukan Partai Golkar. Maklumat
Presiden Gus Dur tertanggal 22 Juli 2001 pada hakikatnya adalah dekrit
sebagaimana dekrit Presiden Soekarno 5 Juli 1959. Kedua dekrit itu
dikeluarkan berdasar teori hukum darurat negara (staatsnoodrecht).

2. Menetapkan pembubaran Konstituante; Menetapkan Undang-Undang Dasar


1945 berlaku lagi bagi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia terhitung mulai hari tanggal
penetapan dekrit ini dan tidak berlakunja lagi Undang-Undang Dasar
Sementara.
Maklumat Presiden Gus Dur tertanggal 22 Juli 2001 pada hakikatnya
adalah dekrit sebagaimana dekrit Presiden Soekarno 5 Juli 1959. Kedua
dekrit itu dikeluarkan berdasar teori hukum darurat negara (staatsnoodrecht).
Lebih spesifik, keduanya berlandaskan teori hukum darurat negara yang
bersifat subyektif dan tidak tertulis (subjectieve
staatsnoodrechtatauongeschreven staatsnoodrecht). Artinya, klasifikasi
negara dalam keadaan darurat yang menjadi syarat keluarnya dekrit,
ditetapkan menurut pendapat subyektif presiden pribadi selaku kepala
negara, tanpa berdasar ketentuan hukum perundang-undangan. Karena itu,
dekrit adalah produk hukum yang istimewa dan merupakan penyimpangan
mendasar dari fungsi presiden yang melaksanakan hukum (eksekutif),
menjadi fungsi presiden selaku pembuat hukum (legislatif). Asas hukum
yang mendasari penyimpangan itu adalah: masa (situasi) yang tidak normal,
harus dihadapi dengan hukum yang tidak normal pula (abnormale recht voor
abnormale tijd).
3. Bagaimanakah latar belakang munculnya Dekrit Presiden tanggal 5 Juli
1959?
Latar belakangDekret Presiden 1959 dilatarbelakangi oleh kegagalan
Badan Konstituante untuk menetapkan UUD baru sebagai pengganti
UUDS 1950. Anggota Konstituante mulai bersidang pada 10 November
1956, tetapi pada kenyataannya hingga tahun 1958 belum berhasil
merumuskan UUD yang diharapkan.

Dampak keluarnya dekrit presiden 5 juli 1959

Dengan dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959, ada beberapa dampak


yang cukup luas pada sistem ketatanegaraan maupun peta politik yang berlaku
di Indonesia. Beberapa dampak dari Dekrit Presiden 5 Juli 1959 antara lain
adalah sebagai berikut:

 Keluarnya Dekrit Presiden pada 5 Juli 1959 mengakhiri tugas dari


parlemen, kabinet serta periode pada sistem parlementer itu sendiri.
 Dekrit Presiden pada 5 Juli tahun 1959 mengakhiri masa Demokrasi
Parlementer yang berlaku di Indonesia sekaligus memberikan dampak pada
periode pemerintahan oleh partai politik di Indonesia.
 Pemberlakuan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 membuat periode pemerintahan
oleh partai politik berakhir dan dengan adanya dekrit ini, maka menjadikan
peran dari parlemen perlahan-lahan dipegang secara langsung oleh Presiden
Soekarno dan membuat lahirnya sistem pemerintahan yaitu Demokrasi
Terpimpin.
Apabila dirinci lebih jauh, maka berikut dampak positif serta negatif dari
dikeluarkannya Dekrit Presiden pada 5 Juli 1959 oleh Presiden Soekarno:

Dampak Positif
 Menyelamatkan Negara Kesatuan Republik Indonesia dari perpecahan
sekaligus krisis politik yang terjadi dalam jangka panjang.
 Memberikan suatu pedoman yang jelas bagi NKRI berupa Undang-Undang
Dasar 1945 dan akan bermanfaat bagi kelangsung negara.
 Merintis pembentukan dari suatu lembaga paling tinggi negara berupa
MPRS serta lembaga tinggi negara yang berupa DPAS (dewan
pertimbangan agung semesntara ) yang selama masa Demokrasi Parlemen
pembentukannya terus tertunda.

Dampak Negatif

 UUD 1945 yang seharusnya menjadi pedoman negara tidak dilaksanakan


dengan murni serta konsekuen. Undang-Undang Tahun 1945 seharusnya
menjadi suatu dasar hukum konstitusional bagi penyelenggaraan
pemerintahan dan pelaksanaannya hanya menjadi slogan kosong belaka dan
tidak ada wujud nyata.
 Dekrit 5 Juli 1959 memberikan kekuasaan yang cukup besar pada presiden,
MPR maupun lembaga tinggi negara. Hal ini terlihat pada masa-masa
Demokrasi Terpimpin serta terus berlanjut hingga masa Orde Baru.
 Memberikan peluang untuk militer untuk dapat terjun di dunia politik.
Sejak diterbitkannya dekrit, militer terutama Angkatan Dasar menjadi salah
satu kekuatan politik yang disegani oleh masyarakat dan hal tersebut
semakin terlihat di masa Orde Baru bahkan hingga kini.
Demikianlah penjelasan mengenai Dekrit Presiden 5 Juli 1959, sejarah, latar
belakang dan dampak positif maupun negatif dari dikeluarkannya dekrit ini.
Semoga semua pembahasan di atas bermanfaat untuk kamu, Grameds.

Dekrit dikeluarkan adanya kegagalan dari Badan Konstituante menetapkan


Undang-Undang Dasar (UUD) baru pengganti UUD Sementara 1950. Dikutip
situs resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), dekrit
dikeluarkan karena ada desakan juga dari masyarakat untuk kembali ke UUD
1945. Dekrit dikeluarkan juga untuk menjaga dan menyelamatkan persatuan
dan keutuhan bangsa Indonesia. Karena adanya rentetan peristiwa politik yang
terjadi pada waktuitu. dikeluarkan hari Minggu, 5 Juli 1959 pukul 17.00 WIB
di Istana Merdeka Jakarta. Berikut ini adalah isi dekrit presiden 5 juli 1959:
Dibubarkannya Konstituante Diberlakukannya kembali UUD 1945 Tidak
berlakunya lagi UUDS 1950 Dibentuknya Majelis Permusyawaratan Rakyat
Sementara (MPRS) dan Dewan Pertimbangan Agung Sementara (DPAS) yang
diberlakuakan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya, Ada beberapa alasan
kenapa Presiden Soekarno mengeluarkan dekrit. Banyak peristiwa-peristiwa
yang terjadi sebelum dikeluarkannya dekrit presiden. Faktor utama penyebab
dikeluarkannya dekrit presiden, karena kegagalan Badan Konstituante untuk
menetapkan undang-undang baru untuk mengganti UUDS 1959. Badan
Konstituante adalah lembaga negara yang dibentuk lewat Pemilihan Umum
(Pemilu) 1955. Badan tersebut dibentuk untuk merumuskan UU baru, tapi
sejak di mulai persidangan pada 1956 hingga 1959 tidak berhasil
merumuskan. Kondisi itu membuat Indonesia semakin buruk dan kacau.
Banyak muncul pemberontakan di daerah-daerah, mereka tidak mengakui
keberadaan pemerintahan pusat dan membuat sistem pemerintahan sendiri.
Pada 22 April 1959 diadakan sidang lengkap Konstituante di Bandung. Pada
sidang tersebut Presiden Soekarno mengusulkan untuk kembali ke UUD 1945.
Dalam pidatonya, Soekarno mengkritik cara kerja Konstituante yang kurang
mengalami kemajuan selama dua tahun lima bulan dan 12 hari. Kemudian
meminta supaya usul pemerintah disetujui dengan segera. Usulan Presiden
Soekarno untuk kembali ke UUD 1945 terjadi pro dan kontra, ada yang
mendukung dan menolak. Dua partai besar, PNI dan PKI menerima usul
rencana pemerintah tentang UUD 1945, sedangkan Masjumi menolak. Di
kalangan yang menolak menjelaskan kekhwatirannya tentang akibat-akibat
pelaksanaan Demokrasi Terpimpin dengan pelaksanaan UUD 1945 Namun
dalam sidang Konstituante telah beberapa kali dilakukan pemungutan suara
tidak berhasil memecahkan usul pemerintah tersebut. Akhirnya pada 5 Juli
1959, di Istana Merdeka, Presiden Sekarno, membubarkan Konstituante dan
mengumumkan Dekrit Presiden tentang berlakunya kembali UUD yang
dipergunakan pada 1945 saat bangsa Indonesia mendirikan Negara Kesatuan
Republik Indonesia untuk kali pertama. Dikeluarkannya Dekrit Presiden
mendapat dukungan dari rakyat Indonesia. Karena dengan dekrit tersebut
membuat kondisi politik di Indonesia kembali stabil. Upaya yang dilakukan
Presiden ini dasarnya adalah hukum keselamatan negara dalam bahaya yang
luar biasa yang terpaksa dijalankan Adanya Dekrit Presiden, maka sistem
pemerintahan liberal dan kabinet parlementar berakhir Kemudian diganti
dengan sistem pemerintahan terpimpin dan kabinet diganti dengan
presidensial.

4. Di Indonesia dekrit terjadi 2 kali yaitu pada masa pemerintahan Soekarno dan
pada masa pemerintahan Abdurrahman Wahid. Adapun dekrit yang berhasil
dilakukan adalah pada masa Soekarno, dalam artian dekrit pada masa ini
membawa perubahan yang cukup drastis, pada Indonesia yaitu sebagai
pengakhir masa pemerintahan yang menggunakan sistem demokrasi
parlementer. Demokrasi parlementer ini sering dijadikan penyebab utama dari
adanya banyak peristiwa yang sekiranya membahayakan persatuan dan
kesatuan bangsa Indonesia, seperti gejala provisialisme, gerakan separatis,
jatuh bangunnya kabinet yang dimulai dari kabinet Natsir (1950) sampai
kabinet Juanda (1959), dan gagalnya Konstituante dalam merumuskan UUD
yang baru, Lebih dari itu isi dekrit-pun "wajib" bertentangan dengan
konstitusi atau dimaksudkan sebagai tindakan ekstra konstitusional. Bila
tidak, urgensi format dekrit menjadi tidak perlu dan presiden cukup
mengeluarkan hukum darurat semacam Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-undang (Perppu) sebagaimana diatur dalam Pasal 22 UUD 1945 dan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No. 23 Tahun 1959 tentang
Keadaan Bahaya yang memuat secara tertulis kriteria-kriteria obyektif hukum
darurat negara
5. > ( Presiden Soekarno ) di Istana Merdeka mengumumkan Dekrit Presiden
mengenai pembubaran Konstituante dan berlakunya kembali UUD 1945
dalam kerangka Demokrasi TerpimpinMenetapkan pembubaran
Konstituante; Menetapkan Undang-Undang Dasar 1945 berlaku lagi bagi
segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia terhitung mulai hari tanggal
penetapan dekrit ini dan tidak berlakunja lagi Undang-Undang Dasar
Sementara.
> Maklumat Presiden Republik Indonesia 23 Juli 2001 adalah sebuah
maklumat yang dikeluarkan oleh (Presiden Abdurrahman Wahid.) Isi dari
maklumat ini adalah membekukan MPR dan DPR, mengembalikan
kedaulatan ke tangan rakyat, dan membekukan Partai Golkar. Maklumat
Presiden Gus Dur tertanggal 22 Juli 2001 pada hakikatnya adalah dekrit
sebagaimana dekrit Presiden Soekarno 5 Juli 1959. Kedua dekrit itu
dikeluarkan berdasar teori hukum darurat negara (staatsnoodrecht).

Anda mungkin juga menyukai