Anda di halaman 1dari 36

DISTINGSI PRODI ILMU HADIS DI INDONESIA:

STUDI KASUS PRODI ILHA UIN JAKARTA, UIN


BANDUNG, UIN YOGYAKARTA, UIN SURABAYA
DAN UIN MAKASSAR

ORASI ILMIAH
Profesor Dr. Fuad Thohari, M.A

Guru Besar Ilmu Hadis dan Syariah Fakultas Syariah


dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Kamis, 23 November 2023

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH


JAKARTA
2023 M / 1444 H

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pasca pemisahan jurusan Tafsir Hadis (TH) menjadi jurusan
Ilmu Alquran dan Tafsir (IAT) dan Ilmu Hadis (IH) pada tahun
2012,1 muncul tanggapan yang bernada skeptis. Salah satunya,
kesimpulan riset Prof. Suryadi yang melakukan penelitian pada
tahun 2014, dimana ia menyatakan bahwa pemisahan tersebut
berdampak pada kecilnya peluang untuk berkembang bagi jurusan
Ilmu Hadis (has a little prospect to develop in the future).2
Sekalipun dibayangi skeptisisme, mendekati satu dekade
setelah pemisahan jurusan tersebut, muncul sinyal positif. Ramli
Abdul Wahid dan Dedi Masri mengemukakan hal itu pada tahun
2018 dalam penelitian keduanya.3 Dalam sejumlah data mutakhir,
memang perkembangan Prodi Ilmu Hadis tumbuh cukup
signifikan, baik dari segi peminat maupun pembukaan jurusan baru
di berbagai perguruan tinggi Islam di Indonesia. Lebih detail,
pertumbuhan signifikan itu setidaknya dibuktikan dengan tiga hal.
Pertama, semakin bertambahnya perguruan tinggi yang membuka
jurusan Ilmu Hadis. Berdasarkan data dari Forlap Kemendikbud,

1
Pemisahan jurusan didasarkan pada Peraturan Menteri Agama (PMA) nomor
1429 tahun 2012 tentang Penataan Program Studi di Perguruan Tinggi Agama Islam.
2
Suryadi, “Prospek Studi Hadis Di Indonesia (Telaah Atas Kajian Hadis Di UIN,
IAIN, Dan STAIN)”, Jurnal Studi Ilmu-Ilmu al-Qur’an dan Hadis, Vol. 16, No. 1, Januari
2014.
3
Ramli Abdul Wahid & Dedi Masri, “Perkembangan Terkini Studi Hadis di
Indonesia”, MIQOT Vol. XLII No. 2 Juli-Desember 2018.

2
pada awal 2022, telah dibuka sebanyak 52 Prodi Ilmu Hadis di
perguruan tinggi Islam.4
Kedua, berdirinya asosiasi akademisi dan praktisi Ilmu Hadis
sebagai instrumen pendukung pengembangan Prodi. Asosiasi Ilmu
Hadis Indonesia (ASILHA) yang telah berdiri sejak 2016, memiliki
tidak kurang 250 orang akademisi dan praktisi ilmu hadis.5
Ketiga, jumlah mahasiswa Ilmu Hadis semakin bertambah pada
tiap tahunnya. Sebagai contoh adalah Prodi Ilmu Hadis UIN
Jakarta. Pada tahun pertama dibuka 2016, ditemukan sebanyak 65
orang mahasiswa. Data mahasiswa pada tahun 2021, menyebut
angka 425 orang mahasiswa.6 Jumlah lebih tinggi ditemukan pada
Prodi Ilmu Hadis UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta. Pada tahun
pertama dibuka, terdapat 65 mahasiswa. Pada tahun 2021,
ditemukan 534 orang mahasiswa.7 Data ini cukup menggembirakan
sekalipun tidak seperti jurusan lain, khususnya jurusan ilmu umum
di lingkungan perguruan tinggi Islam. Dengan demikian, Prodi
Ilmu Hadis sebenarnya memiliki sejumlah variabel yang dapat
dijadikan landasan pengembangan.
Secara normatif, 52 Prodi Ilmu Hadis di Indonesia mengikuti
aturan yang berlaku dalam perundang-undangan, peraturan
menteri, dan kebijakan turunannya. Selain bahwa setiap Prodi Ilmu

4
Forlap Kemendikbud, Profil Prodi Ilmu Hadis, sumber:
https://forlap.kemdikbud.go.id/prodi/search/40. Diakses pada 22 Januari 2022.
5
Asosiasi Ilmu Hadis Indonesia, sumber: https://www.asilha.com/tentang/.
Diakses pada 22 Januari 2022.
6
Forlap Kemendikbud, Sumber:
https://forlap.kemdikbud.go.id/prodi/detail/OUE2NEIx N0UtQTYxQy
00RkVBLUI5RUEtMzM4N0RDRTYzM0U0. Diakses pada 22 Januari 2022.
7
https://forlap.kemdikbud.go.id/prodi/detail/OUE2NEIxN0 UtQTYxQy00RkV
BLUI5RUEtMzM4N0RDRTYzM0U0. Diakses pada 22 Januari 2022

3
Hadis juga mengadopsi kebijakan universitas tempatnya
menginduk. Karenanya, tidak mengherankan jika acuan
penyusunan kurikulum suatu Prodi adalah nilai-nilai universitas
dan fakultas, selain nilai-nilai yang dikembangkan oleh Prodi itu
sendiri sebagai ciri khasnya. Ketiganya adalah bentuk penjabaran
kebijakan pemerintah yang mengacu pada kerangka kualifikasi
nasional (KKNI) dan standar nasional pendidikan tinggi (SNPT).
Konstruksi kurikulum ini mengharuskan setiap Prodi
mengadopsi sejumlah mata kuliah yang mencerminkan ‘kebijakan
pemerintah pusat’ (matakuliah penciri nasional), ‘kebijakan
universitas’ (matakuliah penciri universitas), ‘kebijakan fakultas’
(matakuliah penciri fakultas), dan matakuliah yang secara khusus
menjadi ciri khas Prodi (matakuliah penciri Prodi).8 Dengan
demikian, sejatinya ada kesamaan di antara semua Prodi Ilmu Hadis
yang berkembang di Indonesia pada level adopsi nilai-kebijakan
pemerintah pusat. Di sisi lain, seluruh Prodi Ilmu Hadis itu
kemungkinan besar akan memiliki perbedaan pada level penciri
universitas, fakultas dan prodi. Perbedaan itu terjadi karena setiap
universitas memiliki visi, misi dan tujuan yang berbeda dengan visi,
misi dan tujuan universitas lainnya. Karena itu, setiap prodi pada
tiap-tiap fakultas dan kampus, tentunya memiliki karakteristik,
distingsi, dan keunikannya sendiri. Karakteristik dan distingsi Prodi
penting untuk melihat sejumlah hal seperti apakah para stakeholder
di lingkungan Prodi Ilmu Hadis benar-benar memikirkan masa
depan Prodi Ilmu Hadisnya sehingga potensi perkembangan Ilmu

8
“Laporan Evaluasi Diri Akreditas Program Studi Ilmu Hadis”, Fakultas
Ushuluddin UIN Jakarta, 2020, hlm. 9.

4
Hadis di masa depan dapat terjamin. Sebagaimana disinggung di
awal, ada pesimisme pada awal pembentukan Prodi Ilmu Hadis.
Riset yang muncul kemudian membangun tesis yang cukup positif
terhadap perkembangan Prodi Ilmu Hadis. Penelitian ini penting
untuk mengkonfirmasi kembali tesis terakhir, apakah Prodi Ilmu
Hadis masih menunjukkan trend perkembangannya dilihat dari
konstruksi ciri khas dan keunikan Prodi.
Di sini, peneliti ingin mengetahui bagaimana peta distingsi,
keunikan dan kekhasan Prodi-Prodi Ilmu Hadis di Indonesia. Apa
yang membedakan satu dengan lainnya? Bagaimana struktur
kurikulum Prodi-Prodi Ilmu Hadis di Indonesia? Bagaimana latar
belakang keilmuan dan keahlian para dosen di masing-masing
Prodi Ilmu Hadis? Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas,
penulis akan melakukan penelitian mengenai Peta Keunikan Prodi
Ilmu Hadis di Indonesia. Dalam penelitian ini, peneliti akan
mengangkat lima Prodi Ilmu Hadis sebagai objek studi kasus.
Kelimanya meliputi Ilmu Hadis UIN Jakarta, Ilmu Hadis UIN
Yogyakarta, Ilmu Hadis UIN Bandung, Ilmu Hadis UIN Surabaya
dan Ilmu Hadis UIN Makassar. Kelimanya mewakili lima
wilayah/provinsi di Indonesia. Lima Prodi di lima provinsi ini
tersebut adalah setara 10 % dari sekitar 50 buah Prodi Ilmu Hadis
yang ada di Indonesia. Mengingat Prodi Ilmu Hadis pada umumnya
berdiri pada rentang tahun 2014-2020, maka penelitian ini juga
dibatasi pada tahun tersebut.

B. Rumusan Masalah
Berangkat dari latar belakang di atas, penelitian ini dirumuskan
dalam satu pertanyaan utama dan tiga pertanyaan operasional.

5
Pertanyaan utama dalam penelitian ini adalah “Bagaimana distingsi
Prodi-Prodi Ilmu Hadis di Indonesia 2014-2020?” Untuk menjawab
pertanyaan ini, kami akan mengajukan tiga pertanyaan lain sebagai
berikut:
1. Bagaimana konstruksi visi-misi Prodi-Prodi Ilmu Hadis di
Indonesia 2014-2020?
2. Bagaimana konstruksi kurikulum Prodi-Prodi Ilmu Hadis di
Indonesia 2014-2020?
3. Bagaimana konstruksi tujuan/profil lulusan di Prodi-Prodi Ilmu
Hadis di Indonesia 2014-2020?
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui konstruksi visi-misi Prodi-Prodi Ilmu Hadis di
Indonesia 2014-2020.
2. Mengetahui konstruksi kurikulum Prodi-Prodi Ilmu Hadis di
Indonesia 2014-2020.
3. Mengetahui konstruksi tujuan/profil lulusan di Prodi-Prodi
Ilmu Hadis di Indonesia 2014-2020
D. Manfaat Penelitian
1. Membantu para peneliti hadis untuk memetakan konstruksi
distingsi prodi studi ilmu hadis di beberapa Universitas Islam di
Indonesia 2014-2020.
2. Melihat karakteristik masing-masing prodi ilmu hadis yang ada
di beberapa Universitas Negeri Islam Indonesia kisaran tahun
2014-2020 sehingga bisa memperkaya wawasan studi hadis di
Indonesia.

6
BAB II
PEMBENTUKAN PROGRAM STUDI ILMU HADIS
A. Peta Global Program Studi Ilmu Hadis
Pengkajian hadis telah berlangsung ribuan tahun di dunia Islam,
mulai dari era individu hingga lembaga pendidikan khusus. Lembaga
seperti Dar al-Hadith al-Nuriyyah dan Dar al-Hadith Al-Ashrafiyyah di
Damaskus menjadi pusat pengajaran hadis. Selain itu, banyak lembaga
pendidikan Islam, seperti Haramain, Al-Azhar, Dar al-Uloom, dan
pesantren di Indonesia, selalu mengajarkan hadis secara tradisional.
Pada abad ke-20, negara-negara Muslim mulai mengembangkan
sistem perguruan tinggi dengan fokus pada studi hadis. Universitas Al-
Azhar dan beberapa universitas lain mendirikan jurusan-jurusan terkait.
Pengaruh kuat Al-Azhar juga terasa di Indonesia.
Perguruan tinggi Islam modern umumnya muncul setelah era
kolonialisme, dengan pemikiran bahwa mereka penting untuk
memajukan masyarakat. Pengiriman dosen dan alumni ke Barat
memungkinkan pertemuan antara kurikulum tradisional dan modern.
Namun, perbedaan epistemologi kadang-kadang menciptakan
ketegangan.
Kurikulum dan arah pengembangan universitas sangat dipengaruhi
oleh pemegang kebijakan dan alumni, yang mungkin berasal dari Barat,
Timur Tengah, atau dalam negeri. Ini menciptakan keragaman dalam
program studi dan pendekatan.
B. Pendidikan Tinggi Islam di Indonesia
Pendirian perguruan tinggi Islam di Indonesia terkait dengan
sejarah Republik Indonesia. Tujuannya adalah untuk membangun
tenaga ahli dalam ilmu keagamaan Islam, terutama untuk posisi seperti

7
hakim pengadilan agama dan jawatan agama daerah. Pemerintah
mengatur pendidikan tinggi keagamaan Islam melalui berbagai
peraturan, termasuk pendirian Universitas Islam Indonesia di
Yogyakarta. Pembentukan perguruan tinggi ini merupakan
penghargaan kepada golongan Islam yang berperan dalam
kemerdekaan Indonesia.
Perguruan tinggi Islam di Indonesia awalnya mengadopsi model
Universitas Al-Azhar di Mesir, tetapi kemudian mengalami
transformasi menjadi universitas yang lebih terkait dengan perguruan
tinggi di Barat. Perkembangan ini berdampak pada studi hadis di
perguruan tinggi, yang awalnya terkait dengan studi tafsir Al-Quran.
Perguruan tinggi Islam di Indonesia juga menghadapi tantangan
dari perguruan tinggi Islam transnasional yang memiliki pengaruh dan
referensi agama yang berbeda. Transformasi PTKI menjadi UIN
membawa tantangan baru dalam konteks globalisasi dan kebutuhan
untuk mengembangkan kelembagaan yang kuat.
Pembacaan visi-misi, kurikulum, dan tujuan pembelajaran sebuah
program studi merupakan hasil konstruksi yang melibatkan unsur
global, nasional, dan lokal. Perguruan tinggi Islam di Indonesia
menghadapi dilema dalam menentukan tujuan praktis dari pendidikan,
baik untuk melahirkan pendakwah, akademisi kritis, atau lulusan yang
dapat memasuki dunia kerja.
C. Kebijakan Mutakhir dan Implikasinya
Peraturan Menteri Agama tahun 2012 mengharuskan perguruan
tinggi Islam memilih antara Program Studi Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir
atau Program Studi Ilmu Hadis. Prodi Ilmu Hadis semakin banyak
dibuka, dan jumlah mahasiswa meningkat setiap tahun. Sebagai contoh,

8
Prodi Ilmu Hadis di UIN Jakarta pada 2016 memiliki 65 mahasiswa,
yang meningkat menjadi 425 pada tahun 2021. Demikian pula, Prodi
Ilmu Hadis di UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, awalnya memiliki 65
mahasiswa dan meningkat menjadi 534 pada tahun 2021.
D. Data Prodi Ilmu Hadis Mei 20229
Program Studi Ilmu Hadis merupakan program studi tingkat S1
yang tersedia di beberapa perguruan tinggi di Indonesia. Beberapa
perguruan tinggi yang menawarkan program studi ini termasuk
Universitas Islam Negeri Ar-Raniry di Banda Aceh dan STAIN
Zawiyah Cot Kala di Langsa, yang keduanya memiliki status aktif.
Sementara itu, IAIN Kendari pernah memiliki program studi Ilmu
Hadist, tetapi saat ini telah ditutup.
Perguruan tinggi lain yang juga menawarkan Program Studi Ilmu
Hadis adalah Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, IAIN
Bukittinggi, Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang,
Sekolah Tinggi Ilmu Ushuluddin Darussalam di Bangkalan, Jawa
Timur, Institut Daarul Qur'an Jakarta, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah, IAIN Salatiga, dan lain sebagainya.
Beberapa dari program studi tersebut telah mengalami perubahan
status, seperti menjadi program studi yang aktif, ditutup, atau
mengalami alih bentuk. Program studi ini berperan dalam pendidikan
dan produksi pengetahuan tentang Ilmu Hadis di Indonesia.
Pada Mei 2022, jumlah Program Studi Ilmu Hadis di Indonesia
meningkat menjadi 59. Namun, saat ini hanya ada 39 Program Studi
Ilmu Hadis yang masih aktif, sementara 3 dalam status pembinaan dan
15 mengalami alih bentuk. Dari 39 Prodi yang aktif, hanya satu yang

9
https://forlap.kemdikbud.go.id/prodi/search/40.

9
mendapat akreditasi A, sedangkan yang lain sebagian besar memiliki
akreditasi B, C, atau belum melakukan akreditasi. Sebanyak 7 Prodi
berstatus "Baik" menurut standar akreditasi baru, dengan satu di
antaranya berstatus "Baik Sekali." Tingkat kebertahanan Program Studi
Ilmu Hadis cukup tinggi, tetapi masalah utama adalah kualitas yang
masih lemah, terutama dalam hal akreditasi.

Status Prodi Ilmu Hadis 2022


Tutup Aktif Pembinaan Alih bentuk

3%

26%

5%
66%

DATA TENTANG PRODI ILMU HADIS YANG AKTIF10


Program Studi Ilmu Hadis di Indonesia memiliki beragam tingkat
akreditasi yang mencerminkan kualitas pendidikan mereka. Sebagian
besar Program Studi Ilmu Hadis belum memiliki akreditasi, sementara
beberapa lainnya telah menerima penilaian baik hingga baik sekali.
Program Studi Ilmu Hadis di berbagai universitas dan institusi di
Indonesia, seperti Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang
(Akreditasi A), IAIN Salatiga (Akreditasi B), Universitas Islam Negeri

10
https://pddikti.kemdikbud.go.id/search_prodi/Ilmu%20Hadis/-/-/-/-.

10
Fatmawati Sukarno Bengkulu (Akreditasi B), dan IAIN Sultan Amai
Gorontalo (Akreditasi C), menunjukkan variasi dalam tingkat
persiapan dan standar pendidikan yang ditawarkan. Baik dan baik
sekali dalam hal akreditasi, seperti yang diterima oleh beberapa institusi
seperti Sekolah Tinggi Ilmu Al Qur'an Ar-Rahman dan Institut Agama
Islam Negeri Kudus, menunjukkan komitmen mereka terhadap kualitas
pendidikan Ilmu Hadis. Meskipun ada perbedaan dalam tingkat
akreditasi, Program Studi Ilmu Hadis ini memainkan peran penting
dalam pemeliharaan dan pengembangan ilmu Hadis di Indonesia.
E. Pengetahuan, Prodi Ilmu Hadis, dan Konteks Sosiologis
Program Studi Ilmu Hadis memainkan peran penting dalam
produksi pengetahuan dan pengembangan kurikulum serta transfer
pengetahuan ke generasi muda. Pendirian program studi ini adalah
tindakan sosial yang dipengaruhi oleh berbagai alasan, seperti tradisi,
emosi, atau pertimbangan rasional. Hal ini mencerminkan peran
strategis program studi ini dalam membentuk generasi yang relevan
dengan kebutuhan masa depan. Dalam konteks ini, penting untuk
memahami motif dan niat di balik pendirian program studi, serta
bagaimana program studi ini merespons perubahan sosial dalam
konteks visi, misi, dan kurikulum yang dikembangkan oleh para pelaku
di dalamnya. Pendirian program studi adalah bagian dari siklus
dialektika kenyataan sosial yang terkonstruksi, melibatkan proses
eksternalisasi, objektivasi, dan internalisasi. Program studi ini juga
merupakan produk dari dialektika ini, yang berperan dalam
institusionalisasi dan memiliki otoritas legitimasi yang diterima dalam
masyarakat.

11
Dalam konteks global dan nasional perguruan tinggi Islam,
Program Studi Ilmu Hadis merupakan hasil internalisasi dari
lingkungan perguruan tinggi Islam baik yang berasal dari Timur
Tengah maupun Barat. Proses pendirian program studi ini melibatkan
visi, misi, dan kurikulum sebagai bagian dari struktur pendidikan.
Lebih jauh, visi misi tak hanya sekadar teks, tetapi juga mengandung
ideologi dan unsur utopia yang berkaitan dengan kepentingan dan
orientasi masyarakat. Pengetahuan yang dikembangkan dalam program
studi ini terkait erat dengan konteks sosiologisnya dan merupakan hasil
dari sejumlah tindakan sosial. Proses pendirian dan pengembangan
program studi mengikuti aturan yang dibuat oleh pihak berwenang
dalam lingkungan perguruan tinggi.
F. Definisi Distingsi dalam Sosiologi
Dalam sosiologi, distingsi adalah cara orang membuat perbedaan
dan memberikan nilai diri mereka terhadap kelompok sosial lainnya.
Pierre Bourdieu menjelaskan distingsi melalui konsep estetik dan
budaya. Distingsi melibatkan kompetisi dalam berbagai aspek, seperti
mode pakaian. Orang dengan modal budaya tinggi lebih mampu
menciptakan "rasa" di masyarakat, sementara yang modalnya rendah
menerima "rasa" tersebut. Ini menciptakan ketidaksetaraan dan
kekerasan simbolik. Orang dengan modal rendah sulit menciptakan
rasa mereka sendiri dan terjebak dalam cita rasa dominan yang sudah
ada.

12
BAB III
METODE PENELITIAN DALAM DISTINGSI PRODI ILMU
HADIS DI INDONESIA

A. Metode Penelitian
1. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam rentang waktu dua bulan, mulai
dari tanggal 01 Mei 2022 sampai 30 Juni 2022. Dilakukan di
beberapa tempat yang menjadi sampel penelitian yaitu Universitas
Islam Negeri yang ada di lima kota di Indonesia yakni: UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, UIN Sunan Gunung Djati Bandung, UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta, UIN Sunan Ampel Surabaya dan UIN
Alauddin Makassar.
2. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini merupakan penelitian pustaka dan lapangan.
Sumber primer penelitian ini adalah dokumen yang berasal dari
Prodi Ilmu Hadis yang menjadi obyek penelitian. Data primer
lapangan adalah hasil wawancara dengan para stakeholder seperti
ketua program studi, sekretaris prodi, dan pada dosen Prodi Ilmu
Hadis. Sedangkan sumber sekunder laporan hasil penelitian, buku,
jurnal, dan dokumen lain yang terkait dengan Prodi-Prodi Ilmu
Hadis di Indonesia.
Data-data yang diperoleh kemudian diklasifikasi dalam tiga
klaster; visi-misi, kurikulum, dan profil lulusan. Setelah
diklasifikasi, akan dilakukan komparasi antara data dari satu Prodi
Ilmu Hadis dengan data dari Prodi Ilmu Hadis lainnya. Komparasi
ini dengan disertai pengamatan terhadap konteks sosial yang
tercermin dalam kebijakan universitas/fakultas tempat suatu Prodi

13
Ilmu Hadis bernaung. Dokumen-dokumen pendirian, penyusunan
kurikulum, dan deskripsi lulusan merupakan eksemplar-eksemplar
penting yang patut diamati dalam perspektif sosiologi pengetahuan.
3. Teknik Analisis Data
Data diklasifikasi berdasarkan tiga klaster; visi-misi prodi,
kurikulum dan profil lulusan. Ketiga klaster dianalisis dengan
menggunakan pendekatan sosiologi pengetahuan dengan cara
menghubungkan konteks sosial prodi dan dokumen-dokumen
kurikulum dan profil lulusan. Hal ini untuk menemukan
determinasi sosial, paradigma dan eksemplar masing-masing prodi.
Kemudian untuk penulisan hasil penelitian menggunakan
metode deskriptif-analitis. Deskripsi berarti mendeskripsikan data-
data yang sudah dikumpulkan dari sumber primer dan sekunder.
Sedangkan analisis berarti proses klasifikasi, pengelompokan,
perbandingan antara satu fakta dengan fakta yang lain. Dalam
penelitian ini seperti disebut sebelumnya, pengkategorian meliputi
visi-misi, kurikulum, dan profil lulusan. Langkah berikutnya adalah
mendeskripsikannya dalam bentuk tulisan sehingga terbangun
konstruksi konsep dan teori. Penarikan kesimpulan sebagai hasil
akhir dari analisis data menjadi suatu kenyataan empiris yang
didapat dalam penelitian ini.

14
BAB IV

ANALISIS DISTINGSI PRODI ILMU HADIS

A. Distingsi Visi Program Studi Hadis di Indonesia


Pembukaan program Ilmu Hadis di beberapa PTKIN menghadapi
berbagai masalah. Meskipun sekitar 66% program berjalan dengan
baik, sekitar 40% lainnya mengalami kendala, menggarisbawahi
permasalahan pengelolaan program studi keagamaan. Angka 40% ini
merupakan tantangan yang signifikan. Salah satu faktor yang
memengaruhi masalah ini adalah kurangnya visi dan misi yang kuat
dalam institusi-institusi tersebut. Visi dan misi ini memiliki peran
penting dalam memberikan arah, dasar perencanaan strategis, serta
panduan untuk kebijakan organisasi. Kelemahan dalam visi dan misi
dapat merusak citra lembaga dan menyebabkan kebingungan dalam
pengelolaan. Rencana strategis pendidikan yang berasaskan pada visi
lembaga berhubungan dengan misi, kurikulum, dan sumber daya
manusia yang mendukung pencapaian tujuan pendidikan. Program
Studi Ilmu Hadis adalah bagian integral dari PTKIN, dan visi serta misi
PTKIN mempengaruhi visi dan misi masing-masing Program Studi
Ilmu Hadis. Keselarasan ini sangat penting dalam mengembangkan
program studi yang efektif.Perbandingan Visi Prodi Ilmu Hadis, Antara
Perguruan Tinggi dan Program Studi.
Program Studi Ilmu Hadis (PSIH) di beberapa PTKIN memiliki
visi yang mencerminkan tujuan dan pencapaian yang mereka harapkan
dalam mengembangkan ilmu hadis. Berikut adalah penjelasan visi
PSIH di PTKIN yang menjadi objek penelitian:

15
1. UIN Makassar (2011): Visi PSIH di UIN Makassar adalah menjadi
pusat pencerahan dan transformasi ilmu pengetahuan berbasis
peradaban Islam. Mereka berusaha untuk unggul dalam
transformasi ilmu hadis berdasarkan nilai-nilai peradaban Islam.
Kata kunci yang mencirikan visi ini adalah unggul, transformasi,
dan peradaban.
2. UIN Surabaya (2014): PSIH di UIN Surabaya bertujuan untuk
menjadi institusi yang unggul, inovatif, dekat dengan masyarakat,
dan bertaraf internasional. Mereka berkomitmen untuk menjadi
program studi Ilmu Hadis yang unggul dan kompetitif dalam
pengembangan kajian Ilmu Hadis yang berbasis riset, teknologi,
dan pengembangan masyarakat. Kata kunci yang mencirikan visi
ini adalah unggul, inovatif, kompetitif, dan dekat dengan
masyarakat.
3. UIN Yogyakarta (2014): Visi PSIH di UIN Yogyakarta adalah
unggul dan terkemuka dalam pemaduan dan pengembangan
keislaman dan keilmuan bagi peradaban. Mereka berusaha untuk
unggul dan terkemuka dalam pemaduan studi hadis dengan
berbagai disiplin ilmu untuk peradaban. Kata kunci yang
mencirikan visi ini adalah pemaduan ilmu dan pengembangan ilmu.
4. UIN Bandung (2015): PSIH di UIN Bandung bertujuan untuk
menjadi program studi yang unggul dan kompetitif dalam
mengembangkan sumber daya manusia (mahasiswa) di bidang
kajian ilmu hadis berbasis wahyu memandu ilmu dalam bingkai
akhlak karimah di Asean tahun 2025. Kata kunci yang mencirikan
visi ini adalah unggul, kompetitif di Asean, dan wahyu memandu
ilmu.

16
5. UIN Jakarta (2016): PSIH di UIN Jakarta berusaha untuk membuat
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menjadi universitas kelas dunia
dengan keunggulan integrasi keilmuan, keislaman, dan
keindonesiaan. Mereka ingin unggul dan terkemuka dalam bidang
Hadis dengan dimensi kemanusiaan, keindonesiaan, dan keislaman
di seluruh Indonesia pada tahun 2025. Kata kunci yang mencirikan
visi ini adalah unggul, integrasi keilmuan, dimensi kemanusiaan,
keindonesiaan, dan keislaman.
Visi-visi ini mencerminkan tekad setiap PSIH untuk menjadi
unggul dalam pengembangan ilmu hadis dan berkontribusi dalam
pemahaman keislaman, peradaban, dan pengembangan masyarakat.
Pemikiran strategis dalam visi program studi Ilmu Hadis (PSIH) di
berbagai Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN)
menunjukkan diversitas. Setiap PSIH menampilkan visi dengan elemen
kunci seperti 'unggul,' 'integrasi,' dan 'kedekatan masyarakat.' Terlihat
pula adopsi sistem penilaian nasional yang menggambarkan keinginan
untuk mendapat kualifikasi tertinggi menurut standar penilaian baru
dari Badan Akreditas Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT).
Di antara lima PSIH, terlihat variasi dalam penekanan terhadap
integrasi keilmuan. Beberapa program studi menekankan pemanduan
keilmuan melalui riset dan teknologi, sementara yang lain merujuk
kepada integrasi keilmuan dengan disiplin ilmu lainnya. Selain itu,
aspek kedekatan dengan masyarakat menjadi poin penting dalam
beberapa visi PSIH.
Penekanan ini juga menunjukkan perbedaan distingsi antara
masing-masing PSIH, menunjukkan betapa beragamnya visi dan fokus

17
program studi dalam mengembangkan ilmu Hadis, serta menariknya,
bagaimana pengelolaannya mengacu pada visi dan misi yang berbeda.
B. `Distingsi Kurikulum Program Studi Hadis di Indonesia
Kurikulum adalah elemen penting dalam pendidikan, dan dalam
perspektif sosiologi pendidikan, itu tidak sekadar daftar mata kuliah,
tetapi juga sebuah entitas sosial yang mencerminkan kepentingan dan
kekuasaan. Perguruan tinggi saat ini diwajibkan menyusun kurikulum
berdasarkan standar nasional, seperti Kerangka Kualifikasi Nasional
Indonesia (KKNI). Mata kuliah dalam kurikulum mengikuti kebijakan
universitas dan mencerminkan karakteristik program studi.
Struktur kurikulum, yang terdiri dari tiga kelompok mata kuliah,
mendukung gagasan bahwa kurikulum adalah alat negara untuk
menciptakan kepatuhan terhadap nilai dan pandangan dunia yang
sesuai dengan negara. Di samping itu, kurikulum juga menjadi medan
persaingan antara berbagai pihak dengan kepentingan yang berbeda
dalam memperebutkan posisi dan pengaruhnya.
Dengan menganalisis mata kuliah dalam kurikulum program
studi, kita dapat memahami orientasi dominan yang dikembangkan
oleh program studi tersebut. Menurut sumber website resmi dan
pedoman kurikulum Program Studi, Berikut penjelasan Distingsi PSIH
berdasarkan Kurikulum:
Program Studi Ilmu Hadis (PSIH) di berbagai UIN memiliki
beragam mata kuliah dalam kurikulum mereka. Mata kuliah ini
mencakup berbagai aspek, termasuk ilmu agama, bahasa, dan berbagai
disiplin ilmu lainnya. Setiap PSIH memiliki porsi yang berbeda dalam
kurikulum nasional, kurikulum universitas/fakultas, dan kurikulum
program studi.

18
1. PSIH UIN Makassar memberikan porsi besar pada kurikulum
program studi mereka, dengan lebih dari 73% dari mata kuliah
dalam kurikulum program studi.
2. PSIH UIN Yogyakarta memiliki 79% mata kuliah dalam kurikulum
program studi mereka.
3. PSIH UIN Jakarta memberikan 80% porsi untuk mata kuliah
program studi.
4. PSIH UIN Surabaya memiliki 69% dari mata kuliah dalam
kurikulum program studi mereka.
5. PSIH UIN Bandung memberikan porsi besar pada kurikulum
universitas/fakultas mereka, dengan lebih dari 62% dari mata kuliah
dalam kategori ini.
Rata-rata dari semua PSIH adalah 4,6% untuk kurikulum
nasional, 28,4% untuk kurikulum universitas/fakultas, dan 67% untuk
kurikulum program studi. Ini mencerminkan perbedaan pendekatan dan
fokus antara PSIH di berbagai UIN. Dari data tersebut, terlihat bahwa
program studi memiliki porsi terbesar dalam pengaruh terhadap
kurikulum dengan 67% mata kuliah, sedangkan kurikulum Nasional
hanya mencakup rata-rata 4,6% mata kuliah, dan kurikulum
Universitas/Fakultas memiliki porsi 28,4% mata kuliah.
Kurikulum PSIH mencakup mata kuliah ilmu hadis klasik dengan
fokus pada Ahlus Sunnah wa al-Jamaah. Selain itu, PSIH
mengintegrasikan berbagai bidang ilmu seperti kesehatan, lingkungan
hidup, teknologi, dan sains dalam kurikulum. Respon terhadap
teknologi tercermin dalam integrasi antara hadis dan teknologi di
beberapa PSIH. Beberapa PSIH juga menjadikan sains sebagai fokus

19
dalam kajian hadis. Selain itu, isu-isu seperti kearifan lokal, Indonesia,
Studi Hadis Nusantara, kesehatan, lingkungan hidup, gender,
disabilitas, dan ekonomi juga diintegrasikan dalam beberapa mata
kuliah di PSIH UIN.
C. Distingsi Kualifikasi Dosen Program Studi Hadis di Indonesia
Dalam penyelenggaraan Program Studi (prodi) di Perguruan
Tinggi, dosen memiliki peran penting. Aturan BAN-PT menetapkan
bahwa setiap prodi harus memiliki minimal 5 calon dosen, termasuk 3
dosen tetap dari PTKI pengusul. Pemerintah juga menilai dosen melalui
sistem Jabatan Fungsional (Japfung) berdasarkan kualitas, pendidikan,
publikasi, dan pengalaman mengajar.
Dosen yang kompeten, atau "outstanding lecturer," memiliki
expertise dalam bidang studi, pendekatan holistik dalam pembelajaran,
interaksi aktif dengan mahasiswa, ambisi untuk memajukan
mahasiswa, dan visi yang jelas. Profil dosen di PTKIN di Indonesia,
seperti PTKIN UIN Sunan Kalijaga, UIN Alauddin Makassar, UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, UIN Sunan Gunung Djati Bandung, dan
UIN Sunan Ampel Surabaya, menjadi bahan perbandingan dalam
menganalisis kualitas dosen dan latar belakang mereka. Distingsi
Dosen Berdasarkan Kualifikasi menurut Sumber Pangkalan Data
Pendidikan Tinggi (PDDikti) 2021.
Program Studi Ilmu Hadis (PSIH) pada beberapa universitas
Islam Negeri (UIN) memiliki perbedaan dalam jumlah dosen homebase
dan pendidikan terakhir mereka. Di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta,
jumlah dosen homebase mencapai 11, dengan mayoritas memiliki gelar
S2. Di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, jumlah dosen homebase lebih
banyak, 14, dengan mayoritas memiliki gelar S2 dan S3. UIN Alauddin

20
Makassar memiliki 9 dosen homebase, mayoritas memiliki gelar S2.
UIN Sunan Gunung Djati Bandung memiliki 10 dosen homebase,
mayoritas memiliki gelar S3. UIN Sunan Ampel Surabaya memiliki 9
dosen homebase, dengan kebanyakan memiliki gelar S2.
Sementara dalam jabatan fungsional dosen, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta menjadi yang paling banyak memiliki guru besar,
sedangkan UIN Sunan Ampel Surabaya memiliki lebih banyak asisten
ahli. UIN Sunan Gunung Djati Bandung memiliki mayoritas dosen
dengan jabatan lektor kepala dan lektor. Dari data ini, terlihat
perbedaan profil dosen PSIH di masing-masing universitas,
menunjukkan variasi dalam keahlian dan pengalaman dosen.
Data di atas menggambarkan perbedaan dalam jumlah dan
kualifikasi dosen di PSIH UIN Jakarta, yang memiliki jumlah dosen
homebase terbanyak (14) dan satu-satunya guru besar. PSIH UIN
Bandung juga memiliki sejumlah besar dosen dengan jabatan lektor
kepala dan lektor.
Di sisi lain, PSIH UIN Makassar dan UIN Surabaya memiliki
jumlah dosen homebase yang lebih sedikit, dengan mayoritas dosen
memiliki gelar S2. PSIH UIN Bandung memiliki 8 dosen dengan
jabatan lektor kepala dan lektor serta 2 dosen asisten ahli.
Selanjutnya, perbedaan kualifikasi dosen juga terlihat dalam latar
belakang pendidikan mereka, dari S1 hingga S3. Distingsi Dosen
Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan dari Semua Jenjang
(S1/S2/S3) menurut sumber Pangkalan Data Pendidikan Tinggi
(PDDikti) 2021.

21
Sebagian besar alumni PSIH UIN memperoleh gelar S1, S2, dan
S3 dari kampus mereka sendiri. Namun, ada juga alumni dari kampus
dalam negeri di luar homebase dan dari luar negeri.
1. PSIH UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta memimpin dalam jumlah
alumni dengan gelar S1 (6), S2 (6), dan S3 (3) dari kampus mereka,
juga memiliki beberapa alumni dari kampus dalam negeri di luar
homebase, terutama dengan gelar S1 (3) dan S2 (3).
2. Di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, mayoritas alumni memiliki
gelar S1 (7), S2 (6), dan S3 (3) dari kampus mereka. Mereka juga
memiliki alumni dari kampus dalam negeri di luar homebase,
terutama dengan gelar S2 (4) dan S1 (2).
3. UIN Alauddin Makassar memiliki alumni dengan gelar S1 (2), S2
(5), dan S3 (1) dari kampus mereka. Mereka juga memiliki
beberapa alumni dari kampus dalam negeri di luar homebase dan
luar negeri.
Secara keseluruhan, sebagian besar alumni PSIH UIN
memperoleh gelar mereka dari homebase. Sementara ada porsi yang
signifikan dari kampus dalam negeri di luar homebase dan luar negeri,
menunjukkan keragaman pendidikan mereka.
Data menunjukkan bahwa sebagian besar Program Studi Ilmu
Hadis (PSIH) di Universitas Islam Negeri (UIN) cenderung
menggunakan alumni almamater mereka sebagai dosen daripada
merekrut dosen dari luar universitas. Sebanyak 58,55% dari dosen
PSIH memperoleh gelar S1/S2/S3 dari kampus homebase mereka.
Hanya 21,62% dosen yang mengambil pendidikan di luar kampus
mereka di dalam negeri. Lebih sedikit, sekitar 19,81%, lulusan luar
negeri digunakan sebagai dosen. Mayoritas lulusan luar negeri berasal

22
dari Timur Tengah dan Malaysia, dengan hanya satu dosen yang lulus
dari Universitas Barat (Leiden University). Universitas luar negeri yang
paling banyak latar belakang dosen-dosen homebase adalah Universitas
Al-Azhar, Kairo.
D. Analisis Distingsi Program Studi Hadis di Indonesia
Berdasarkan temuan di atas, Program Studi Ilmu Hadis (PSIH) di
Indonesia memiliki beberapa ciri khas yang membedakannya dari
program studi lainnya. Sebagian besar dosen berasal dari lulusan dalam
negeri (80%), sementara hanya sebagian kecil dari lulusan luar negeri
(20%). Visi program studi ini mencakup kata kunci seperti unggul,
transformasi, integrasi, kompetitif, keindonesiaan, kemanusiaan, dan
keislaman. Kurikulum PSIH lebih didominasi oleh program studi
(67%) daripada kurikulum nasional (4,6%). Kurikulum ini
menggabungkan berbagai perspektif pengetahuan, termasuk sains,
digital-programming, gender-disabilitas, bisnis, kearifan lokal,
kedokteran, lingkungan hidup, ke-nusantaraan, serta kajian turats
seperti matan dan sanad hadis. Meskipun demikian, kajian hadis dari
Barat dan Timur juga dimasukkan dalam kurikulum.
Dosen-dosen lulusan dalam negeri membentuk pola kajian yang
berbeda, yang berfokus pada integrasi dan perkembangan keilmuan.
Mereka juga menerima pengaruh dari kajian hadis Barat dan Timur,
tetapi tetap mempertahankan nilai-nilai keindonesiaan, kemanusiaan,
dan keislaman dalam kajian mereka. Keseluruhan, PSIH memiliki ciri
khas berupa dosen lulusan dalam negeri yang membentuk kajian hadis
yang beragam dan terintegrasi dengan pengetahuan lain, namun tetap
mempertahankan nilai-nilai lokal dan agama. modal budaya dan
menciptakan distingsi.

23
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Distingsi yang muncul dari 5 PSIH yang dikaji tidak begitu
kentara jika diperbandingkan dengan antara PSIH yang satu dengan
PSIH yang lain sebagai sub-ordinat. Hal ini disebabkan karena
kelimanya memiliki kesamaan aset budaya (cultural capital) dan
banyak aset lainnya yang memiliki kesamaan. Sama-sama di dominasi
oleh dosen-dosen lulusan dalam negeri. Distingsi tersebut akan muncul
jika dilihat dalam skala yang lebih luas, ketika diperbandingkan dengan
kajian hadis di Barat dan di Timur. Maka 5 PSIH UIN ini memiliki
distingsi yang cukup kuat dengan mengangkat integrasi atau pemaduan
ilmu hadis dengan cabang ilmu dan nilai-nilai lainnya.
B. Rekomendasi
Penelitian ini hanya mengkaji lima Prodi Ilmu Hadis di Indonesia
yang diwakilia oleh UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, UIN Sunan
Gunung Djati Bandung, UIN Sunan Ampel Surabaya, UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta, dan UIN Alauddin Makassar. Kajian ini lebih
terfokus pada visi-misi prodi, kurikulum dan kualifikasi dosennya
dengan memperhatikan distingsi yang dimiliki oleh masing-masing
PSIH. Oleh karena itu masih ada celah untuk mengembangkan,
melanjutkan penelitian ini dan dilanjutkan atau dilihat dari sudut
pandang yang berbeda selain dari pada sudut pandang distingsi.

24
Daftar Pustaka

Jurnal dan Buku

A. Wardani, “Masa Depan Kajian Tafsir Antara Harapan Di Fakultas


Ushuluddin: Harapan Dan Tantangan” dalam buku Setengah Abad
Fakultas Ushuluddin IAIN Antasari 1961-2011, (Banjarmasin:
Kufasari Press, 2011).
Abd Hamid Wahid, “Anti-Radicalism Education; Amplification of Islamic
Thought and Revitalization of the Higher Education, in Indonesia”,
Proceedings of the 5th NA International Conference on Industrial
Engineering and Operations Management Detroit, Michigan, USA,
August 10 - 14, 2020.
Abdurrahman bin Khaldun, Muqaddimah Ibn Khaldun, (Beirut: Dar Al-
Kutub Al-‘Ilmiyyah, 2003).
Agus Moh. Nadjib, dkk, “Pemaduan Keislaman dan Keilmuan Upaya
Integrasi-Interkoneksi Ilmu Agama Dan Ilmu Umum di Fakultas
Syari’ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga”, Laporan Hasil
Penelitian, Lembaga Penelitian UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta,
2011, h. 34
Ahmad, Arifuddin. “Korelasi Linearitas Ilmu Dosen Terhadap Hasil
Belajar Mahasiswa Studi atas Pembelajaran Ilmu Hadis pada UIN
Alauddin Makassar.” Tahdis: Jurnal Kajian Ilmu Al-Hadis 6.1
(2015).
Akdon, Strategis Managemen for Educational Management, (Bandung:
Alfabeta, 2006).
Alexander Thurston, “Islamic University and Their Global Outreach”,
Oxford Islamic Studies Online,

25
Auda, Jasser & Bernasek, Lisa & Bunt, Gary & Canning, John & Gilbert,
Jon & Hussain, Amjad & Kelly, Michael & McLoughlin, Sean &
Muhammad, Abu & Smith, Simon. “International approaches to
Islamic studies in higher education.” A report to HEFCE, 2008.
https://www.researchgate.net/publication/313156032_Internationa
l_approaches_to_Islamic_studies_in_higher_education.
Ayers, David Franklin. “Neoliberal ideology in community college mission
statements: A critical discourse analysis.” The review of higher
education 28.4 (2005): 527-549. Baxter, Aryn. “Higher education
mission and vision in Rwanda: A comparative and critical discourse
analysis.” Reconsidering Development 2.2 (2012).
BAN-PT, Instrumen Pemenuhan Syarat Minimum Akreditasi Program
Studi Program Sarjana Perguruan Tinggi Keagamaan Islam, 2021.
“Laporan Evaluasi Diri Akreditas Program Studi Ilmu Hadis”, Fakultas
Ushuluddin UIN Jakarta, 2020.
Bryan S. Turner, Teori Sosial Dari Klasik Sampai Postmodern,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012).
Charles Kurzman and Carl W. Ernst, “Islamic Studies in U.S.
Universities”, Review of Middle East Studies, Summer 2012, Vol.
46, No. 1 (Summer 2012), pp. 24-46.
https://www.jstor.org/stable/41762480. This content downloaded
from 114.124.236.6 on Thu, 24 Mar 2022 15:58:44 UTC.
Choirul Mahfud, “A Policy Analysis of Islamic Education Budget in
Indonesia,” EDUKASIA ISLAMIKA Jurnal Pendidikan Islam, Vol.
4 No. 1, Juni 2019, hlm. 1-17. DOI:
https://doi.org/10.28918/jei.v4i1.2253.

26
Darmalaksana, Wahyudin. “Pemetaan Penelitian Hadis: Analisis Skripsi
UIN Sunan Gunung Djati Bandung.” Riwayah: Jurnal Studi Hadis
(2020): 191-210.
Darmalaksana, Wahyudin. “Rencana Implementasi Penelitian Hadis pada
Pendidikan Tinggi Indonesia: Sebuah Analisis Kebijakan.” Jurnal
Hadis Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung
(2020).
Dharma FA “Konstruksi Realitas Sosial: Pemikiran Peter L. Berger
Tentang Kenyataan Sosial”, Kanal: Jurnal Ilmu Komunikasi, 7:1
(2018). Doi: 10.21070/kanal.v%vi%i.3024.
Dickinson, Eerik. “Ibn Al-Ṣalāḥ al-Shahrazūrī and the Isnād.” Journal of
the American Oriental Society 122, no. 3 (2002): 481–505.
https://doi.org/10.2307/3087517.
Dunkin, M & R. Precians. (1992). Award Winning University Teacher’s
Concept of Teaching. Higher Education, 24, 483-502.
Efe, Ibrahim, and Omer Ozer. "A corpus-based discourse analysis of the
vision and mission statements of universities in Turkey." Higher
Education Research & Development 34.6 (2015): 1110-1122.
Erika Setyanti Kusumaputri, “Positioning Indonesian Islamic Higher-
Education Vis-A-Vis Globalisation: Organisational–Resilience
Dynamics”, Cakrawala Pendidikan, Vol. 40, No. 2, June 2021.
doi:10.21831/cp.v40i2.39357.
Gharaibeh, Mohammad. “Social and Intellectual Rivalries and Their
Narrative Representations in Biographical Dictionaries: The
Representation of Ibn al-Ṣalāḥ-A Case Study.” In New Readings in
Arabic Historiography from Late Medieval Egypt and Syria:
Proceedings of the Themed Day of the Fifth Conference of the

27
School of Mamluk Studies, edited by Jo Van Steenbergen and Maya
Termonia, 253–90. Brill, 2021.
http://www.jstor.org/stable/10.1163/j.ctv1v7zbbh.12.
Gilbert, Joan E. “Institutionalization of Muslim Scholarship and
Professionalization of the ‘Ulamā’ in Medieval Damascus.” Studia
Islamica, no. 52 (1980): 105–34. https://doi.org/10.2307/1595364.
Hayadin, “Analisa Kebijakan Pengelolaan Program Studi Pada Perguruan
Tinggi Keagamaan Islam (PTKI)”, Puslitbang Pendidikan Agama
dan Keagamaan.
Hiroko Kinoshita, “Islamic higher education in contemporary Indonesia:
Throught the Islamic Intellectuals of Al-Azharite Alumni”, Kyoto
Working Paper on Area Studies No. 79, 2009.
Ibrahim Hatiboğlu, “Transmission of Western Hadīth Critique to Turkey:
on the Past and the Future of Academic Hadīth Studies”, Hadis
Tetkikleri Dergisi (HTD), IV/2, 2006, ss.37-53.
Julián David Cortés-Sánchez, Mission and Vision Statements of
Universities Worldwide - A Content Analysis, (Bogota: Universidad
del Rosario, 2017).
Karl Mannheim, Ideologi dan Utopia Menyingkap Kaitan Pikiran dan
Politik, (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1993).
Karl Mannheim, Ideologi dan Utopia Menyingkap Kaitan Pikiran dan
Politik, (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1993), cet. Ke-2.
Keskin, Zuleyha, and Mehmet Ozalp. “Islamic Studies in Australia’s
Universities. Religions, 2021 .12: 99.
https://doi.org/10.3390/rel12020099.
https://www.mdpi.com/journal/religions. 09-05-2022 jam 07.53.

28
Maddalena della Volpe & Francesca Esposito “Discursive practices about
third mission. A survey from Italian universities official websites”,
Quality in Higher Education, (2020). DOI:
10.1080/13538322.2020.1742954.
Mahmuddin. “Respon Masyarakat Kota Makassar Terhadap Program Studi
Ilmu Hadis Di UIN Alauddin Makassar.” Jurnal Ushuluddin:
Media Dialog Pemikiran Islam 20.2 (2016): 331-344.
Muhammad al-Bahi, al-Azhar Tarikhuhu wa Tathawwuruhu, (Kairo:
Wizarah al-Auqaf, 1964).
Muhammad Muthi’ al-Hafizh, Dur al-Hadith al-Sharif bi Dimashq, (Dar
al-Maktabi, 2010), cet. Ke-1.
Muhyar Fanani, Metode Studi Islam, Aplikasi Sosiologi Pengetahuan
sebagai Cara Pandang, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hlm.
60
Muslim, “Respon Civitas Akademika Fakultas Ushuluddin Iain Imam
Bonjol Terhadap Peraturan Dirjen Pendis No. 1429/2012
(Perubahan Nama Program Studi dari “Tafsir Hadis” Ke “Ilmu
Alquran dan Tafsir” dan “Ilmu Hadis”).” Majalah Ilmu
Pengetahuan dan Pemikiran Keagamaan Tajdid 20.1 (2017): 30-
38.
N. Kholis and F. Syarifuddin, “Produktivitas karya ilmiah pada Perguruan
Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) Indonesia,” Publ. Lett., vol. 1, no.
1, hal. 26–34, 2021.
Peraturan Menteri Agama (PMA) nomor 1429 tahun 2012 tentang
Penataan Program Studi di Perguruan Tinggi Agama Islam.
Rakhmat Hidayat, “Perspektif Sosiologi Terhadap Kurikulum”, Jurnal
Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 17, Nomor 2, Maret 2011.

29
Ramli Abdul Wahid & Dedi Masri, “Perkembangan Terkini Studi Hadis di
Indonesia”, MIQOT Vol. XLII No. 2 Juli-Desember 2018.
Ronald Lukens-Bull, “Negotiating Continuity And Change In Indonesian
Islamic Higher Education,” EDUKASI, Volume 11, Nomor 2, Mei-
Agustus 2013.
Sa.adi, “A survey on the development of Islamic higher education in
Indonesia: an epistemological review” IJIMS, Indonesian Journal
of Islam and Muslim Societies, Volume 1, Number 1, June 2011:
151-169.
Saleh Farghizadeh, Sociology of Sociology, (Tehran: The Souroush Press,
1982), hlm. 11
Shams al-Din al-Dhahabi, al-Amsar Dhawat al-Athar, muhaqqiq Mahmud
al-Arna’uth (Beirut: Dar Ibn Kathir, 1985), cet. Ke-1.
Sharon Lierse. “Outstanding University Lecturers: Ambitious Altruists or
Mavericks of Academy?” Australian Journal of Teacher Education.
(2016). Vol. 4, issue 12. Hlm. 10.
Silviantoro, Noor Ikhsan. “Minat Generasi Muda Terhadap Ilmu Hadis
(Kendala dan Solusinya Dalam Rencana Strategi Pengembangan
Prodi Ilmu Hadis).” Al-Majaalis: Jurnal Dirasat Islamiyah 5.2
(2018): 28-48.
Suheri, “Rekfleksi Historis Konversi STI ke UIN Implikasi Kebijakan
Pemerintah di Perguruan Tinggi Islam”, Tarbiyatuna, Vol. 8 No. 1
Pebruari 2014.
Sukidin dan Pudjo Suharso, Pemikiran Sosiologi Kontemporer, (Jember:
Jember University Press, 2015), cet. Ke-1, h. 22.
Supraja, Muhammad. “Alfred Schutz: Rekonstruksi Teori Tindakan Max
Weber.” Jurnal Pemikiran Sosiologi 1.2 (2012): 81-90. Muhlis,

30
Alis, and Norkholis Norkholis. “Analisis Tindakan Sosial Max
Weber dalam Tradisi Pembacaan Kitab Mukhtashar Al-bukhari
(Studi Living Hadis).” Jurnal Living Hadis 1.2 (2016): 242-258.
Suryadi, “Prospek Studi Hadis Di Indonesia (Telaah Atas Kajian Hadis Di
UIN, IAIN, Dan STAIN)”, Jurnal Studi Ilmu-Ilmu al-Qur’an dan
Hadis, Vol. 16, No. 1, Januari 2014.
Suryadilaga, Muhammad Alfatih. "Ragam Studi Hadis di PTKIN Indonesia
dan Karakteristiknya: Studi atas Kurikulum IAIN Bukittinggi,
IAIN Batusangkar, UIN Sunan Kalijaga, dan IAIN Jember."
JOURNAL OF QUR'AN AND HADITH STUDIES 4.2 (2015): 215-
247.
Suryadilaga, Muhammad Alfatih. “Profil Prodi Ilmu Hadis di Era
Globalisasi Teknologi Informasi.: Riwayah 2.1 (2016): 114-131.
Syamsun Ni’am, “Challenge and Prospect of Indonesian Islamic Higher
Education (PTKI) in the Modern Era”, International Journal of
Management and Administrative Sciences (IJMAS), Vol. 5, No. 11,
(01-07)
Syukri dan Abdul Halim. "Minat Masyarakat Kota Medan Terhadap Prodi
Ilmu Hadis Fakultas Ushuluddin dan Studi Islam UIN Sumatera
Utara." SHAHIH (Jurnal Kewahyuan Islam) 2.1 (2019).
Van Dijk, Teun A. “Ideology and discourse analysis.” Journal of political
ideologies 11.2 (2006): 115-140.
Van Dijk, Teun A. “Principles of critical discourse analysis.” Discourse &
society 4.2 (1993): 249-283.
Wahidul Anam, “Paradigms of Hadith Science Study Program: The
Comparison between UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta and Kolej

31
Universiti Islam Antarabangsa Selangor (KUIS) Malaysia”, ICIIS,
2020. DOI 10.4108/eai.27-10-2020.2304181.
Website:
https://uin-alauddin.ac.id/profil/visi-misi-dan-tujuan. Diakses pada 30 Mei
2022. Jam 14.23 WIB.
https://uinsby.ac.id/pages/164/visi-misi. Diakses pada 30 Mei 2022. Jam
14.23 WIB.
https://uin-suka.ac.id/id/page/universitas/60-Visi-misi-tujuan. Diakses
pada 30 Mei 2022. Jam 14.23 WIB.
https://uinsgd.ac.id/visi-misi/. Diakses pada 30 Mei 2022. Jam 14.23 WIB.
https://www.uinjkt.ac.id/visi-misi-dan-tujuan/. Diakses pada 30 Mei 2022.
Jam 14.23 WIB.
https://uin-alauddin.ac.id/profil/visi-misi-dan-tujuan. Diakses pada 30 Mei
2022. Jam 14.23 WIB.
https://uinsby.ac.id/pages/164/visi-misi. Diakses pada 30 Mei 2022. Jam
14.23 WIB.
https://uin-suka.ac.id/id/page/universitas/60-Visi-misi-tujuan. Diakses
pada 30 Mei 2022. Jam 14.23 WIB.
https://uinsgd.ac.id/visi-misi/. Diakses pada 30 Mei 2022. Jam 14.23 WIB.
https://www.uinjkt.ac.id/visi-misi-dan-tujuan/. Diakses pada 30 Mei 2022.
Jam 14.23 WIB.
https://www.banpt.or.id/wp-content/uploads/2019/09/Lampiran-02-
PerBAN-PT-3-2019-Kriteria-dan-Prosedur-IAPT-3_0.pdf.
Diakses pada 30 Mei 2022.
https://www.asilha.com/tentang/. Diakses pada 22 Januari 2022.
https://forlap.kemdikbud.go.id/prodi/search/40. Diakses pada 22 Januari
2022.

32
https://forlap.kemdikbud.go.id/prodi/search/40.
https://pddikti.kemdikbud.go.id/search_prodi/Ilmu%20Hadis/-/-/-/-.
https://pddikti.kemdikbud.go.id/search_prodi/Ilmu%20Hadis/-/-/-/-.
https://pddikti.kemdikbud.go.id/data_prodi/N0Q1RDBFMDktQzQ5MS00
NUY2LTkxRkQtQzdEMjc1MDUwNTA5/20211 diakses pada
Rabu, 01 Juni 2022 pada pukul 10.23.
https://pddikti.kemdikbud.go.id/data_prodi/NDVGQ0VDQUItNzEyMS0
0NDAxLTkzMkUtMTM3RkExRjBBNUE5/20211 diakses pada
Rabu, 01 Juni 2022 pada pukul 11.14.

33
PROFIL FUAD THOHARI
Ass. Profesor, Dr. KH. Fuad Thohari, M.A, dilahirkan di Ngawi,
Jawa Timur, alumnus Pesantren "Darun Naja", Jalen, Ponorogo (1983-
1989), Pesantren MTs-A “Al-Islam”, Joresan, Ponorogo (1983-1989),
Pesantren Al-Falah, Ploso, di Kediri (1989-1992), Pendidikan Kader
Ulama MUI Jakarta (1994-1996), dan Pendidikan Kader Ulama (PKU)
MUI Pusat (1997).
Menyelesaikan pendidikan S1 Jurusan Tafsir-Hadis Fakultas
Ushuluddin IAIN Jakarta (1997), menyelesaikan S2 Kosentrasi Tafsir-
Hadis IAIN Jakarta (1999), dan Program Doktor Islamic Studies
(Konsentrasi Hadis dan Ulum al-Hadis) di Pascasarjana (S3) UIN Jakarta
(2001-2007).
Pernah mengikuti Postdoctoral (Daurah Tarbiyah fi al-Lughah wa
al-Tsaqafah, di Al-Azhar, Cairo, Mesir, (2010); mengikuti Postdoctoral
Fellowship Program For Islamic Higher Education (POSFI) di Tunisia,
(2014), dan penelitian di berbagai Negara; Arab Saudi (2007; 2014, 2018),
China (Beijing 2015), Hongkong (2016), Shanghai (2017), Singapore
(2015-2016-2019), Malaysia (2015-2016-2019), Thailand (Patani,
Shankla, 2015-2016; Puket, 2017; Bangkok-Pataya, (2018) India Selatan
(Kochin, Chane, Haidar Abad, (2018), Mesir (2010, 2017) Israel (2017,
Palestina (2017), Yordania (2017), Iran (2018), Turki (2018), China
(Hainan Island, 2020), dan Kazakhstan (2022) dll.
Sehari-hari sebagai dosen tetap (PNS) Fakultas Syari’ah dan
Hukum UIN Jakarta (sejak 2000), pengajar di Pascasarjana Fakultas
Ushuluddin, UIN Jakarta, Pascasarjana Fakultas Syari’ah dan Hukum, UIN
Jakarta, Dosen Sekolah Pascasarjana (SPS) UIN Jakarta, Pendidikan Kader
Ulama (PKU) MUI, dosen beberapa kampus di Jakarta, dan sekitarnya.

34
Menjadi narasumber di berbagai kajian keilmuan, seminar, halaqah,
talkshow di beberapa radio (Cbb, Bens Radio, Music City, Hrad Rock,
Mstri, RRI, Elshinta Fm, DLL.) dan stasiun Televisi Nasional (TVRI,
MNC-TV, AN-TV, BERITA SATU. R-TV, ELSHINTA TV, METRO TV,
MORE TV, dll.) dan aktif menjadi peneliti nasional dan internasional,
menulis di berbagai Jurnal Ilmiah, Media Massa, Buku, serta Media
Elektronik berbasis WEB (Internet).
Buku-buku yang ditulis/disusun antara lain: (1) Kumpulan Fatwa
MUI DKI Jakarta tahun 1975-2010 (2012); (2) Pedoman Penetapan Fatwa
Bagi Da’I (2012); (3) Kumpulan Fatwa dan Taushiah MUI DKI Jakarta
tahun 2016 (2016); (4) Hadis Ahkam; Kajian hadis Hukum Pidana Islam
(Hudud, Qishash, dan Ta'zir), (Jogjakarta: Deepublish, 2016); (5)
Kumpulan Fatwa Dan Tausiyah MUI DKI tahun 2017; (6) Hukum dan
Pedoman Penanganan Jenazah terinfeksi Covid-19 (2020); (7) Mengetuk
Pintu Langit di Bulan Ramadhan (Jejak Pustaka, 2023), (8) Pedoman
Ibadah Kurban di Era Pandemi Covid-19 (2020); (9) Zakat Fitrah Dengan
Uang (2020); (10) Respon Al-Qur'an terhadap Umar bin Khattab (Jejak
Pustaka, 2022), (11) Islam Dalam Berbagai Perspektif terdiri dari 3 Jilid
(Jejak Pustaka, 2022), (12) Fatwa-Fatwa di Indonesia (Jejak Pustaka,
2022), (13) Perjalanan religi haji dan Umrah (Jejak Pustaka, 2022), (14)
Fatwa-Fatwa di Dunia (Jejak Pustaka, 2022), (15) Mushtholah Hadits Wa
Takhrij (Jejak Pustaka, 2023), dan yang akan terbit Tahqiq Fath al-Mu'in;
Ulum al-Hadis bi al-Laughat..
Selain itu, menjadi Kontributor/Tim Penyusun penulisan buku,
antara lain: (1) Makna Dan Nilai Utama Dalam Ibadah Haji, (Biro Haji DKI
Jakarta 2002); (2) Problematika Ibadah Haji dan Solusinya, Tim Penyusun,
(Biro Haji DKI Jakarta 2002); (3) Fiqh Progresif; Menjawab Tantangan

35
Modernitas (November, 2003); (4) Khutbah Jum'at: Islam dan Terorisme,
(2009); (5) Deradikalisasi Pemahaman Al-Qur'an dan Hadis, (2009); (6)
“Mbah Priok” Studi Bayani Wa Tahqiq Terjadap Masalah Makam Eks TPU
Dobo. ISBN 978-979-98256-7-4, tahun 2010; (7) Mozaik Pemikiran Islam
Bunga Rampai Pemikiran Islam Indonesia “Al-Tatharruf al-Diny”, (2011);
(8) Fiqih Zakat On Sdgs (2018); dan (9) Demokratisasi Fatwa (ICIP)
(2018), (10) Modul Pelatihan Dakwah (LD-PBNU), (11) Fatwa dan
Pandemi Covid-19 (ICIP) (2021), Respon Al-Qur’an terhadap Umar bin
Khattab, dll.
Dalam MUSDA MUI DKI Jakarta tahun 2018, diamanahi sebagai
Ketua Bidang FATWA MUI DKI Jakarta (2018-2023), Wakil Ketua LD-
PBNU, Pengurus PPSDM (Pusat Pengkajian Sumber Daya Manusia), UIN
Jakarta, LPH UIN Jakarta, Dewan Pertimbangan Ikaluni-UIN Ciputat,
Wakil Rois Syuri’ah dan Pembina LBM PWNU DKI Jakarta, Pembina
LBM PCNU Tang-Sel, dan sebagai Mudir Ma'had Ali "Manba’ Al-Falah",
di Pamulang Tang-Sel.

36

Anda mungkin juga menyukai