Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PENGEMBANGAN KURIKULUM DI SEKOLAH


PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Inklusi

DOSEN PENGAMPU :

Dr. Jon Efendi,M.Pd

Fitri Dwi Ariani, M. Pd

DISUSUN OLEH KELOMPOK 4 :


Rizky Wardana 22004092
Maisyarah 22004076
Muhammad Ardi Fajar 22004079
Nora Nazira 22004084
Indah Furwati 22004071
Raisa Vio Nabila 22004088

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pengembangan Kurikulum di
Sekolah Penyelenggara Pendidikan Inklusif” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas kelompok mata
kuliah Pendidikan Inklusi. Kami mengucapkan terima kasih kepada bapak Dr. Jon Efendi,M.Pd
yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan. Kami
juga mengucapkan terima kasih atas segala bantuan dari pihak yang telah bekerja sama dengan
memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.

Kami menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, saran dan kritik dari semua pihak yang bersifat membangun sangat dibutuhkan guna
kelengkapan dan kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi
para pembaca.

Padang, 14 Mei 2024

Kelompok 4

ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ............................................................................................................................... ii

Daftar Isi........................................................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1

A. Latar Belakang ................................................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah .............................................................................................................. 2
C. Tujuan Penulisan ................................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................................. 3

A. Pengertian Kurikulum ........................................................................................................ 3


B. Tujuan Pengembangan Kurikulum di Sekolah Penyelenggara Pendidikan Inklusif .......... 5
C. Prinsip Pengembangan Kurikulum di Sekolah Penyelenggara Pendidikan Inklusif .......... 5
D. Model Pengembangan Kurikulum di Sekolah Penyelenggara Pendidikan Inklusif........... 6

BAB III PENUTUP ...................................................................................................................... 9

A. Kesimpulan......................................................................................................................... 9
B. Saran................................................................................................................................. 10

Daftar Pustaka ............................................................................................................................ 10

iii
BAB I
PENDAHULUA
A. Latar Belakang

Pendidikan Inklusif adalah suatu filosofi pendidikan dan sosial. Dalam


pendidikan inklusif, semua orang adalah bagian yang berharga dalam kebersamaan,
apapun perbedaan mereka. Pendidikan inklusif berarti bahwa semua anak, terlepas dari
kemampuan maupun ketidakmampuan mereka, jenis kelamin, status sosial-ekonomi,
suku, latar belakang budaya atau bahasa dan agama menyatu dalam komunitas sekolah
yang sama. Pendidikan inklusif merupakan pendekatan yang memerhatikan cara
mentransformasikan sistem pendidikan, sehingga dapat merespon keanekaragaman
peserta didik yang memungkinkan guru dan peserta didik merasa nyaman dengan
keanekaragaman tersebut, serta melihatnya lebih sebagai suatu tantangan dan pengayaan
dalam lingkungan belajar dari pada melihatnya sebagai suatu problem.

Pendidikan inklusif dalam Permendiknas No. 70 tahun 2009 didefinisikan


sebagai sistem penyelenggaraan pendidikan yang memberikan kesempatan kepada
semua peserta didik berkelainan dan memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat
istimewa untuk mengikuti pendidikan atau pembelajaran dalam lingkungan pendidikan
secara bersamasama dengan peserta didik pada umumnya. Dalam pelaksanaannya,
pendidikan inklusif bertujuan untuk memberikan kesempatan yang seluas-luasnya
kepada peserta didik berkebutuhan khusus dan mewujudkan penyelenggaraan
pendidikan yang menghargai keanekaragaman, tidak diskriminatif kepada semua
peserta didik yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, dan sosial, atau memiliki
potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa untuk memperoleh Pendidikan yang
bermutu sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya.

Kurikulum pada kelas inklusif dikembangkan dengan mengikuti kebutuhan dan


kondisi masing-masing anak. Dengan demikian kurikulum yang digunakan adalah
kurikulum modifikasi dan sebagai perwujudan sekolah ramah anak.

1
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari penulisan makalah ini yaitu :
1. Apa itu kurikulum?
2. Apa saja tujuan pengembangan kurikulum di sekolah penyelenggara pendidikan
inklusif?
3. Bagaimanakah prinsip-prinsip pengembangan kurikulum di sekolah penyelenggara
pendidikan inklusif?
4. Apa saja model pengembangan kurikulum di sekolah penyelenggara pendidikan
inklusif?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu :
1. Untuk mengetahui pengertian kurikulum
2. Untuk mengetahui tujuan pengembangan kurikulum di sekolah penyelenggara
pendidikan inklusif
3. Untuk mengetahui prinsip-prinsip pengembangan kurikulum di sekolah
penyelenggara pendidikan inklusif
4. Untuk mengetahui model pengembangan kurikulum di sekolah penyelenggara
pendidikan inklusif

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kurikulum

Dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 dikemukakan bahwa kurikulum


adalah seperangkat rencana dan peraturan maengenai isi dan bahan pelajaran serta cara
yang digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan proses belajar mengajar. Secara
etimologi kurikulum berasal dari bahsa Yunani yaitu curir dan currere yang merupakan
istilah bagi tempat berpacu dan berlari dari sebuah perlombaan yang telah dibentuk
semacam rute pacuan dan harus dilalui oleh para competitor. Dengan kata lain, rute
tersebut harus dipatuhi dan dilalui oleh para kompetitor sebuah perlombaan. Setelah
dipaparkan pengertian kurikulum secara etimologi, akan disebutkan pengertian secara
terminology atau biasa disebut dengan pengertian secara istilah.
Adapun pengertian kurikulum menurut para ahli inilah pengertian kurikulum
secara terminology antara lain sebagai berikut:
1. Pengertian Kurikulum Menurut Kerr, J. F (1968): Kurikulum adalah semua
pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan secara individu ataupun secara
kelompok, baik di sekolah maupun di luar sekolah.
2. Pengertian Kurikulum Menurut Inlow (1966): Kurikulum adalah usaha
menyeluruh yang dirancang oleh pihak sekolah untuk membimbing murid
memperoleh hasil pembelajaran yang sudah ditentukan.
3. Pengertian Kurikulum Menurut Neagley dan Evans (1967): kurikulum adalah
semua pengalaman yang dirancang dan dikemukakan oleh pihak sekolah.
4. Pengertian Kurikulum Menurut Beauchamp (1968): Kurikulum adalah
dokumen tertulis yang mengandung isi mata pelajaran yang diajar kepada
peserta didik melalui berbagai mata pelajaran, pilihan disiplin ilmu, rumusan
masalah dalam kehidupan sehari hari.
5. Pengertian Kurikulum Menurut Good V. Carter (1973): Kurikulum adalah
kumpulan kursus ataupun urutan pelajaran yang sistematik.
6. Pengertian Kurikulum Menurut UU No. 20 Tahun 2003: Kurikulum adalah
seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran
serta cara yang digunakan sebagai pedoman.

3
Kurikulum merupakan salah satu bagian penting terjadinya suatu proses
pendidikan. Karena suatu pendidikan tanpa adanya kurikulum akan kelihatan
berantakan dan tidak teratur. Hal ini akan menimbulkan perubahan dalam
perkembangan kurikulum, khususnya di Indonesia. Kurikulum merupakan sebuah alat
yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan, dan sekaligus digunakan sebagai
pedoman dalam pelaksanaan proses belajar mengajar pada berbagai jenis dan tingkat
sekolah.

Kurikulum menjadi dasar dan cermin falsafah pandangan hidup suatu bangsa,
akan diarahkan kemana dan bagaimana bentuk kehidupan bangsa ini di masa depan,
Semua itu ditentukan dan digambarkan dalam suatu kurikulum pendidikan. Kurikulum
haruslah dinamis dan terus berkembang untuk menyesuaikan berbagai perkembangan
yang terjadi pada masyarakat dunia dan haruslah menetapkan hasilnya sesuai dengan
yang diharapkan. Kurikulum dapat diartikan secara sempit dan secara luas. Secara
sempit kurikulum diartikan sejumlah mata pelajaran yang harus diikuti atau diambil
siswa untuk dapat menamatkan pendidikannya, Pada lembaga tertentu, sedangkan
secara luas kurikulum diartikan dengan semua pengalaman belajar yang diberikan
sekolah kepada siswa selama mengikuti pendidikan pada jenjang pendidikan tertentu.
Usaha-usaha untuk memberikan pengalaman belajar kepada siswa dapat berlangsung
di dalam kelas maupun di luar kelas baik yang dirancang secara tertulis maupun tidak,
asal ditujukan untuk membentuk lulusan yang berkualitas. (Pd, Sri Astuti M : 2018).

Kurikulum merupakan suetu komponen yang sangat penting dan menentukan


penyelenggaraan pendidikan. Kurikulum berfungsi sebai alat untuk pencapaian tujuan
pendidikan, Apabila tujuan pendidikan berubah maka maka secara otomatis kurikulum
juga harus dirubah. Bagi peserta didik, kurikulum berguna sebagai alat untuk
mengembangkan segenap potensi-potensi yang dimilikinya ke arah yang lebih baik di
bawah bimbingan guru di sekolah. Dan bagi guru, kurikulum berfungsi sebagai
pedoman dan acuan dalam penyelenggaraan pembelajaran di sekolah. Kualitas proses
pendidikan antara lain ditentukan oleh kurikulum dan efektifitas
pelaksanaannya.kurikulum itu harus sesuai dengan filsafat dan cita-cita bangsa,
perkembangan siswa, perkembangan ilmu dan teknologi, serta kemajuan dan tuntutan
masyarakat terhadap kualitas lulusan Lembaga pendidikan itu. Jadi dapat disimpulkan
bahwa kurikulum adalah seperangkat bahan pengalaman belajar siswa dengan segala

4
pedoman pelaksanaannya yang tersusun secara sistematik dan dipedomani oleh sekolah
dalam kegiatan mendidik siswa.

B. Tujuan Pengembangan Kurikulum di Sekolah Penyelenggara Pendidikan Inklusif


Tujuan pengembangan kurikulum di sekolah penyelenggara pendidikan inklusif
adalah untuk mengakomodasi kebutuhan individu siswa, termasuk anak berkebutuhan
khusus (ABK), dalam pembelajaran di sekolah. Kurikulum pada sekolah inklusi ini
diharapkan dapat menjadi masukan khususnya pada sekolah reguler, serta membantu
mengatasi kendala penerapan Pendidikan inklusi di Indonesia. Dalam kurikulum
pengembangan, perlu mempertimbangkan perbedaan-perbedaan peserta didik,
termasuk karakteristik dan kebiasaan ABK dalam pendidikan inklusif, serta hambatan
yang dialami ABK dalam pendidikan inklusif.
Tujuan pengembangan kurikulum pendidikan:
1. Membantu anak dalam mengembangkan potensi dan mengatasi hambatan
belajar yang dialami semaksimal mungkin dalam setting sekolah inklusif
2. Membantu guru dan orangtua dalam mengembangkan dan program pendidikan
bagi ABK baik yang diselenggarakan dirumah atau disekolah
3. Menjadi pedoman bagi sekolah dan masyarakat dalam mengembangkan dan
menilai dan menyempurnakan program pendidikan inklusif.

C. Prinsip Pengembangan Kurikulum di Sekolah Penyelenggara Pendidikan Inklusif


Prinsip-Prinsip Penyelenggaraan Pendidikan Inklusi, Penyelenggaraan
pendidikan inklusif didasarkan pada beberapa prinsip sebagai berikut:
1. Prinsip pemerataan dan peningkatan mutu
Pendidikan inklusif merupakan filosofi dan strategi dalam upaya
pemerataan kesempatan memperoleh layanan pendidikan dan peningkatan mutu
Pendidikan yang memungkinkan dapat memberikan akses pada semua anak dan
menghargai perbedaan.
2. Prinsip keberagaman
Adanya perbedaan individual dari sisi kemampuan, bakat, minat, serta
kebutuhan perserta didik, sehingga pendidikan hendaknya diupayakan untuk
menyesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik individual peserta didik.

5
3. Prinsip kebermaknaan
Pendidikan inklusif harus menciptakan dan menjaga komunitas kelas
yang ramah, menerima, keragaman dan menghargai perbedaan, serta bermakna
bagi kemandirian peserta didik
4. Prinsip keberlanjutan
Pendidikan inklusif diselenggarakan secara berkelanjutan pada semua
jenis, jalur dan jenjang pendidikan
5. Prinsip keterlibatan
Penyelenggaraan pendidikan inklusif harus melibatkan seluruh
komponen pendidikan terkait.

D. Model Pengembangan Kurikulum di Sekolah Penyelenggara Pendidikan Inklusif


Untuk memilih suatu model pengembangan kurikulum bukan saja didasarkan
pada kelebihan dan kemungkinan pencapaian hasil yang optimal. Tetapi juga
disesuaikan dengan sistem pendidikan dan sistem pengelolaan pendidikan yang dianut.
Model merupakan abstrak dunia nyata atau representasi peristiwa kompleks atau sistem
dalam bentuk naratif, matematis, grafis, serta lambang-lambang lainnya. Lebih lanjut
ditegaskan model bukanlah realitas, akan tetapi merupakan representasi realitas yang
dikembangkan dari keadaan. Dengan demikian, model pada dasarnya berkaitan dengan
rancangan yang dapat menerjemahkan sesuatu ke dalam realitas, yang sifatnya lebih
praktis.
Model berfungsi sebagai sarana untuk mempermudah berkomunikasi, atau
sebagai petunjuk yang bersifat perspektif untuk mengambil keputusan atau sebagai
petunjuk perencanaan untuk kegiatan pengelolaan.
Supriyanto (2012: 31) menyebutkan bahwa model pengembangan kurikulum
pendidikan khusus di sekolah inklusi dapat berupa model kurikulum reguler penuh,
model kurikulum reguler dengan modifikasi, dan model kurikulum Penyelenggara
Pendidikan Inklusif.
1. Model Kurikulum Reguler Penuh
Pada model ini anak yang berkebutuhan khusus mengikuti kurikulum
reguler sama seperti anak yang lainnya di dalam kelas yang sama. Program
layanan khususnya lebih diarahkan kepada proses pembimbingan belajar,
motivasi dan ketekunan belajarnya.

6
2. Model Kurikulum Reguler Dengan Modifikasi.
Pada model ini kurikulum guru melakukan modifikasi pada strategi,
media pembelajaran, jenis penilaian dan pelaporan, maupun pada program
tambahan lainnya dengan tetap mengacu pada substansi kurikulum reguler.
Modifikasi tersebut dimaksudkan untuk mengatasi kesulitan ABK yang
dikarenakan dari akibat langsung kelainannya. Dengan modifikasi diharapkan
ABK mampu mengikuti pembelajaran dengan kurikulum reguler.

3. Model Kurikulum PPI


Pada model kurikulum ini guru mempersiapkan program Pendidikan
individual (PPI) yang dikembangkan bersama tim pengembang yang melibatkan
guru pembimbing khusus, kepala sekolah, orang tua, dan tenaga ahli yang
terkait. Model ini diperuntukan pada anak yang mempunyai hambatan belajar
yang tidak memungkinkan untuk mengikuti proses belajar (sekalipun telah
dimodifikasi) berdasarkan kurikulum reguler dan atau anak dengan kecerdasan
serta bakat istimewa. ABK seperti ini dapat dikembangkan potensi belajarnya
dengan menggunakan PPI dalam setting kelas reguler, sehingga mereka bisa
mengikuti belajar sesuai dengan fase perkembangan, potensi/ bakat yang
dimiliki, serta kebutuhannya.

Adapun secara teknik, model pengembangan kurikulum di sekolah


penyelenggara inklusi menurut Munawir Yusuf (2011, dalam Supriyanto, 2012:33)
meliputi model-model di bawah ini:

1. Model Duplikasi
ABK menggunakan kurikulum yang tingkat kesulitannya sama dengan
siswa rata-rata/reguler. Model kurikulum ini cocok untuk anak tunanetra,
tunarungu wicara, tunadaksa, dan tunalaras. Alasannya anak tersebut tidak
mengalami hambatan intelegensi. Namun demikian perlu penyesuaian proses,
yakni anak tunanetra menggunakan huruf Braille, dan tunarungu wicara
menggunakan Bahasa isyarat dalam penyampaiannya.

7
2. Model Substansi
Beberapa bagian kurikulum anak rata-rata ditiadakan dan diganti dengan
yang kurang lebih setara. Model kurikulum ini untuk ABK dengan melihat
situasi dan kondisinya.
3. Model Emosi
Bagian dari kurikulum umum untuk mata pelajaran tertentu ditiadakan
total, karena tidak memungkinkan bagi ABK untuk dapat berpikir setara dengan
anak rata-rata
4. Model Modifikasi
Kurikulum siswa rata-rata/regular disesuaikan dengan kebutuhan dan
kemampuan/potensi ABK. Modifikasi kurikulum ke bawah diberikan kepada
anak tunagrahita dan modifikasi kurikulum ke atas (eskalasi) untuk anak gifted
and talented. Menurut Ifdali (2010, dalam Supriyanto, 2012: 33)
Modifikasi/pengembangan kurikulum pendidikan inklusi dapat dilakukan oleh
Tim Pengembang Kurikulum yang terdiri atas guru-guru yang mengajar di kelas
inklusi bekerja sama dengan berbagai pihak yang terkait, terutama guru
pembimbing khusus (guru Pendidikan Luar Biasa) yang sudah berpengalaman
mengajar di Sekolah Luar Biasa,

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kurikulum merupakan rancangan pembelajaran yang berguna sebagai pedoman
ketercapaian guru terhadap tujuan yang telah ditentukan lewat proses belajar mengajar.
Adapun jenis kurikulum yang digunakan adalah kurikulum reguler yang harus
disesuaikan pada program pembelajaran, dikarenakan pada anak berkebutuhan khusus
memiliki hambatan yang cukup variatif.
Proses pengembangan kurikulum dari reguler, sangatlah berguna membantu
peserta didik dalam mengembangkan potensi dan mengatasi hambatan belajar yang
dialami siswa semaksimal mungkin dalam latar inklusi.Pembelajaran inklusif
menekankan pada siswa, agar memiliki kesempatan yang sama dengan siswa non
inklusif.

B. Saran

Demikianlah makalah ini dibuat agar bermanfaat untuk semua. Diharapkan


setelah membaca makalah ini pembaca dapat memahami mengenai materi ini. Namun
dalam penulisan makalah ini ternyata banyak terdapat kekurangan yang dikarenakan
penulis masih dalam tahap belajar. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca agar dalam penulisan makalah selanjutnya dapat lebih baik lagi.

9
DAFTAR PUSTAKA

Elisa, E. (2018). “Pengertian, Peranan dan Fungsi Kuirkulum”. Jurnal Curere, 1(2), 35.

Garnida, Dadang. (2015). Pengantar Pendidikan Inklusif. Bandung: PTRefiha Aditama.

Handayani, T., & Rahadian, A. S. (2013). “Peraturan perundangan dan implementasi


pendidikan inklusif”. Jurnal Masyarakat Indonesia, 39(1), 149

Jeflin, H., & Afriansyah, H. (2020). Pengertian Kurikulum, Proses Administrasi


Kurikulum dan Peran Guru Dalam Administrasi Kurikulum..

Kemendihbud. (2011). Pedoman Umum Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif. Jakarta:


Kemendihbud

Sailor, M. J. G., Alexander, W. M., & Galen, M. A. Pengertian Kurikulum.

Sebrina, A.A & Sukirman, D. ( 2018 ). Implementasi kurikulum pada sekolah penyelenggara
pendidikan inklusif.

Suci, R. (2012). Pedoman Umum Inklusif. Jakarta: Adi Jaya.

10

Anda mungkin juga menyukai