Anda di halaman 1dari 10

Laporan

Evaluasi Kualitas Udara Perkotaan (EKUP)


Kota Gorontalo

Pendekatan dan Metodologi

3.1. Dasar Pelaksanaan EKUP


Kualitas udara ambien di suatu kota ditentukan oleh berbagai faktor, yaitu: 1)
jumlah dan ketinggian zat-zat pencemar yang dikeluarkan dari sumber-sumber
pencemar; 2) meteorologi, seperti kecepatan dan arah angin, temperatur, radiasi
matahari, tutupan awan, dan lain-lain; 3) tata letak (topografi) kota, misalnya dataran
rendah, dataran tinggi, daerah datar, berbukit atau lembah; dan 4) keterbukaan
lingkungan kota, yaitu apakah kota dipenuhi bangunan-bangunan tinggi yang rapat
atau bangunan-bangunan rendah dengan kepadatan rendah atau apakah kota memiliki
ruang terbuka.
Dari faktor-faktor tersebut di atas, faktor yang pertama dan keempat adalah
yang dapat dikelola atau dikontrol oleh manusia sehingga upaya-upaya pengelolaan
kualitas udara diarahkan pada pengendalian emisi zat-zat pencemar dan ketinggian
tempat dikeluarkannya zat-zat pencemar serta penataan ruang kota. Semakin
berkurangnya emisi, semakin baik kualitas udara. Semakin tinggi tempat
diemisikannya zat-zat pencemar udara, semakin membantu berkurangnya konsentrasi
zat-zat pencemar udara pada ketinggian yang dihirup manusia. Semakin terbuka
lingkungan kota, semakin baik kualitas udaranya. Misalnya, kota yang dipenuhi dengan
bangunan-bangunan bertingkat tinggi yang rapat akan meningkatkan konsentrasi zat-
zat pencemar

Dalam melaksanakan EKUP, pendekatan yang dilakukan adalah dengan


mengembangkan aspek-aspek pengendalian seperti tertera pada Gambar berikut:

Penentu
Dapat Sasaran Aspek
kualitas
dikelola pengendalian pengendalian
udara
III-1

Teknologi
kendaraan

Bahan bakar
Emisi dari Sumber
sumber bergerak di
Jumlah dan pencemar jalan raya
ketinggian zat- Perilaku
zat pencemar berkendara
Ketinggian
emisi
Meteorologi Penggunaan
kendaraan
Kualitas udara
Dinas Lingkungan Hidup
Kota Gorontalo, 2018 Topografi

Keterbukaan Pengembangan
Tata ruang
lingkungan kota
Laporan
Evaluasi Kualitas Udara Perkotaan (EKUP)
Kota Gorontalo

Gambar 3.1. Pendekatan evaluasi kualitas udara

Dalam melaksanakan EKUP, pendekatan yang dilakukan adalah dengan


mengembangkan aspek-aspek pengendalian seperti tertera pada Gambar 3.1 di atas
ke dalam unsur-unsur EST lihat Gambar 3.2. Namun, tidak semua unsur-unsur EST
tersebut digunakan sebagai kriteria yang diukur karena adanya keterbatasan sumber
daya dalam pelaksanaan evaluasi, sehingga dilakukan prioritasi kriteria. KLH
menetapkan kriteria EKUP dari segi fisik dan non-fisik. Yang dimaksud dengan segi
fisik adalah evaluasi berdasarkan hasil pengukuran dengan menggunakan peralatan,
sedangkan segi non-fisik adalah evaluasi berdasarkan pengamatan persepsi dan data
sekunder terkait dengan pengelolaan kualitas udara yang dilakukan oleh para
pemangku kepentingan di kota. Yang terakhir ini penting mengingat keberhasilan
tercapainya kualitas udara yang bersih dan sehat sangat ditentukan oleh sebagai
berikut:
1. Motivasi dan komitmen kepala daerah
2. Kompetensi dan komitmen penyelenggara institusi publik
3. Efektivitas kelembagaan
4. Kapasitas dan kinerja sumber daya manusia
5. Kebijakan yang akan datang
6. Koordinasi dengan para pemangku kepentingan di daerah
7. Partisipasi aktif masyarakat
8. Sistem pertanggungjawaban yang jelas
9. Pelaksanaan yang transparan
10. Perencanaan terpadu, termasuk pengembangan tata ruang kota

Kesetaraan Pemantauan
Kesehatan kualitas Pengelolaan
masyarakat sosial dan
jender udara di kebisingan
jalan

Pengendalian
Pengetahuan, emisi, penetapan
kesadaran, baku mutu,
partisipasi publik pemeriksaan &
perawatan
Strategi
EST
Keselamatan &
pemeliharaan Bahan bakar lebih
jalan bersih
III-2

Infrastruktur Transportasi
transportasi yang Transportasi umum &
Perencanaan
berorientasi tidak pengelolaan
tata ruang
'orang' & bermotor kebutuhan
berkelanjutan transportasi

Dinas Lingkungan Hidup


Kota Gorontalo, 2018
Laporan
Evaluasi Kualitas Udara Perkotaan (EKUP)
Kota Gorontalo

Gambar 3.2. Unsur-unsur Environmentally Sustainable Transportation (EST)

3.2. Metode Pemantauan dan Evaluasi


Proses evaluasi terdiri atas 3 tahap, yaitu:
a. Pengembangan dan penetapan kriteria yang diukur;

Komitmen Karakteristik
dan kapasitas kota

b. Pemantauan di lapangan;
c. Penilaian dan rekomendasi tindak lanjut.

3.2.1. Pengembangan dan penetapan kriteria yang diukur


Secara keseluruhan, tidak terdapat perbedaan yang mendasar untuk kriteria
dan faktor EKUP yang digunakan pada tahun 2007, 2008, dan 2011, kecuali untuk
faktor kualitas bahan bakar minyak (BBM).

Gambar 3.3. Kriteria Evaluasi Kualitas Udara Perkotaan

Walaupun pemantauan kualitas BBM dilaksanakan di semua kota yang


dievaluasi, namun hasilnya tidak menjadi indikator EKUP karena kurang relevan
ditinjau dari kewenangan pemerintah kota. Kewenangan utama pengelolaan kualitas
BBM terletak pada pemerintah pusat sehingga pemerintah kota memiliki keterbatasan
dalam melakukan intervensi terkait hal ini. Namun demikian, pemantauan kualitas BBM
tetap penting untuk memberikan informasi mengenai apakah kualitas BBM telah
memenuhi standar yang ditetapkan oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Alam
dan bagaimana kecenderungan kualitas BBM dari tahun ke tahun.
Khusus untuk penilaian kota sedang dan kecil, kriteria penilaian hanya
mencakup kriteria karakteristik kota (segi fisik) saja, yaitu uji emisi, pengukuran kinerja
lalu lintas dan kualitas udara. Hal ini dikarenakan penilaian Program Adipura untuk
kota-kota sedang dan kecil belum mewajibkan penilaian pengendalian pencemaran III-3
udara. Berdasarkan Permen LH No. 7/2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Program
Adipura, penilaian EKUP (pengendalian pencemaran udara) dalam Program Adipura
saat ini hanya berlaku untuk kota metropolitan dan kota besar.
Penetapan kriterian pengukuran kualitas udara adalah terdiri dari:
1. Kriteria komitmen dan kapasitas

Dinas Lingkungan Hidup


Kota Gorontalo, 2018
Laporan
Evaluasi Kualitas Udara Perkotaan (EKUP)
Kota Gorontalo

Kriteria ini dibagi atas 3 faktor, yaitu upaya yang dilakukan pemerintah kota
dalam:
1) pemantauan kualitas udara,
2) pengurangan tingkat pencemaran udara dari sumber bergerak, dan
3) peningkatan kesadaran masyarakat terhadap pencemaran udara.
Untuk setiap faktor tersebut, indikator-indikatornya adalah seperti terlihat
pada Tabel berikut:

Tabel 3.1. Komposisi kriteria komitmen dan kapasitas


Kriteria Komitmen dan kapasitas
Faktor 1 Upaya pemantauan kualitas udara
Indikator 1 Jumlah titik pemantauan dalam 1 tahun
Indikator 2 Jumlah lokasi pemantauan bukan di jalan raya
Indikator 3 Jumlah lokasi pemantauan di jalan raya
Indikator 4 Frekuensi pemantauan dalam 1 tahun
Indikator 5 Jumlah parameter kualitas udara yang diukur
Indikator 6 Pelaporan data hasil pemantauan
Indikator 7 Pengarsipan data hasil pemantauan
Faktor 2 Upaya pengurangan tingkat pencemaran udara dari sumber
bergerak
Indikator 1 Manajemen kebutuhan transportasi
Indikator 2 Pengembangan angkutan umum (bis)
Indikator 3 Pengelolaan transportasi tidak bermotor
Faktor 3 Upaya peningkatan kesadaran masyarakat terhadap pencemaran
udara
Indikator 1 Frekuensi penerapan kawasan bebas kendaraan bermotor
Indikator 2 Frekuensi uji emisi

2. Kriteria karakteristik kota


Kriteria ini terdiri atas 3 faktor, yaitu:
1) kualitas emisi kendaraan bermotor di jalan raya,
2) kinerja lalu lintas, dan
3) kualitas udara di jalan raya.
Untuk setiap faktor tersebut indikator-indikatornya adalah seperti terlihat
pada Error! Reference source not found..1. Sumber data indikator-indikator
berasal dari pengukuran/pemantauan langsung di lapangan.

1) Kualitas emisi kendaraan bermotor di jalan raya


Kualitas emisi kendaraan diperoleh dengan melakukan uji emisi
terhadap sejumlah kendaraan penumpang pribadi berbahan bakar
minyak solar dan bensin. Hasil uji emisi dibandingkan dengan ambang
batas emisi gas buang berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan III-4
Hidup No. 5 tahun 2006 tentang Ambang Batas Emisi Gas Buang
Kendaraan Bermotor Lama untuk melihat tingkat ketaatan masyarakat
terhadap peraturan tersebut. Tata cara uji emisi dan ambang batas
emisi gas buang dijelaskan sebagai berikut:

a. Tata cara uji emisi

Dinas Lingkungan Hidup


Kota Gorontalo, 2018
Laporan
Evaluasi Kualitas Udara Perkotaan (EKUP)
Kota Gorontalo

a. Koordinator pelaksana uji emisi: Instansi Lingkungan Hidup daerah,


Dinas Perhubungan daerah, dan Polisi Lalu Lintas.
b. Jumlah target kendaraan yang diuji: 1.500 per kota.
c. Lokasi uji emisi: 3 titik; 1 titik per hari.
d. Penentuan titik/lokasi uji emisi yg representatif; tidak menimbulkan
kemacetan; sedapat mungkin di dalam satu kawasan (boleh di jalan
berbeda); memperhatikan arah mata angin agar tidak mengganggu
kegiatan uji lainnya.
e. Lokasi yang sudah ditentukan akan dijadikan titik permanen pemantauan
evaluasi kualitas udara untuk tahun-tahun selanjutnya.
f. Perijinan lokasi dan aliran listrik untuk alat uji harus diperoleh sebelum
kegiatan dimulai.
g. Peralatan: alat uji emisi (minimum 7 buah: 3 untuk kendaraan bensin dan
2 untuk kendaraan solar ditambah 2 cadangan alat uji masing-masing
untuk kendaraan bensin dan solar); dan kalibrasi alat uji.
h. Ketentuan alat uji harus memenuhi standar internasional:
i. Alat ukur emisi gas buang kendaraan bermotor: Mesin Bensin: OIML
R 99 Class 1 (ISO3930-2000) dan Mesin Diesel: ISO11614-1999 (EG
72/306/EWG dan ECE No. 24).
ii. Kalibrasi: alat ukur emisi gas buang harus terkalibrasi dengan
dibuktikan Surat Keterangan Kalibrasi/Tera yang masih berlaku (Tera
dikeluarkan oleh Balai Meteorologi); surat keterangan kalibrasi
dikeluarkan oleh pemasok/penyedia jasa alat uji.
iii. Spesifikasi alat:
a) Alat ukur emisi gas buang kendaraan bermotor bensin dapat
mengukur parameter-parameter berikut:
 Gas karbon monoksida (CO) ** 0 ~ 10.00 (% vol.)
 Gas hidrokarbon (HC) ** 0 ~ 10.000 (% ppm.)
 Gas karbon dioksida (CO2) ** 0 ~ 20.0 (% vol.)
 Gas Oksigen (O2) ** 0 ~ 25.00 (% vol.)
 Lambda – (λ) ** 0.500 ~ 2.000
 Putaran mesin (RPM) ** BILA ADA
 Temperatur pelumas mesin ** BILA ADA
b) Alat ukur emisi gas buang kendaraan bermotor mesin diesel
dapat mengukur parameter-parameter berikut:
 Opasitas (opacity) ** 0 ~ 100.0 (% HSU)
 Putaran mesin (RPM) ** BILA ADA
 Temperatur pelumas mesin ** BILA ADA
i. Petugas uji dan petugas tambahan utk pencatat/perekap data dan
pembagi souvenir: 10 orang/tenda.
j. Ketentuan teknisi/operator uji emisi: mampu melaksanakan uji emisi
sesuai dengan SNI Uji Emisi
i. SNI 09-7118.1-2005 Kategori: M, N & O; idle test
ii. SNI 09-7118.2-2005 Kategori: M, N & O; percepatan bebas;
lebih diutamakan teknisi yang telah mengikuti pelatihan uji emisi; memiliki
sertifikat sebagai teknisi pelaksana uji emisi (untuk DKI Jakarta); dan
mempunyai tugas melakukan uji emisi di bengkel.
k. Jumlah teknisi: minimum 1 teknisi untuk setiap alat dan 1 teknisi untuk
sosialisasi. III-5
l. Penyiapan souvenir, spanduk, traffic cone, papan tanda uji emisi, bahan-
bahan sosialisasi dan safety kit (masker dan sarung tangan) dilakukan.
m. Pengisian formulir uji emisi oleh petugas.
n. Penandatangan berita acara pelaksanaan.

b. Ambang batas emisi gas buang untuk kendaraan bermotor

Dinas Lingkungan Hidup


Kota Gorontalo, 2018
Laporan
Evaluasi Kualitas Udara Perkotaan (EKUP)
Kota Gorontalo

Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 5 tahun 2006 tentang


Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Lama

A. Kendaraan bermotor Kategori L

Kategori Tahun Parameter Metode


Pembuatan CO (%) HC (ppm) uji
Sepeda motor 2 langkah < 2010 4.5 12000 Idle
Sepeda motor 4 langkah < 2010 5.5 2400 Idle
Sepeda motor (2 langkah ≥ 2010 4.5 2000 Idle
dan 4 langkah)

B. Kendaraan bermotor Kategori M, N, dan O

Kategori Tahun Parameter Metode uji


Pembuatan CO HC Opasitas
(%) (ppm) (% HSU*)
Berpenggerak motor < 2007 4.5 1200 Idle
bakar cetus api ≥ 2007 1.5 200
(bensin)
Berpenggerak motor 5.5 2400 Percepatan
bakar penyalaan Bebas
kompresi (diesel)
- GVW ≤ 3.5 ton < 2010 70
≥ 2010 40
- GVW > 3.5 ton < 2010 70
≥ 2010 50
Catatan:
Untuk kendaraan bermotor berpenggerak motor bakar cetus api
kategori M, N, dan O
- < 2007: berlaku sampai dengan 31 Desember 2006
- ≥ 2007: berlaku mulai tanggal 1 Januari 2007

Untuk kendaraan bermotor kategori L dan kendaraan bermotor


penggerak motor bakar penyalaan kompresi
- < 2010: berlaku sampai dengan 31 Desember 2009
- ≥ 2010: berlaku mulai tanggal 1 Januari 2010
* atau ekivalen % bosch

c. Tata Cara Pengukuran Kinerja Lalu Lintas


a. Penghitungan traffic counting di 3 ruas jalan arteri; pada saat jam
puncak dengan 3 x waktu pengukuran (06.00-08.00; 11.00-13.00;
16.00-18.00)
b. Penentuan titik lolasi penghitungan traffic counting
c. Penghitungan dilakukan manual atau menggunakan alat bantu digital.
Kecepatan kendaraan dihitung dengan menggunakan alat radar speed
gun yang menghantarkan gelombang mikro frekuensi tinggi ke arah III-6
kendaraan yang dituju. Gelombang tersebut dipantulkan kembali oleh
kendaraan ke alat tersebut, sehingga alat mencatat perubahan
frekuensi antara gelombang hantar dan gelombang pancar sebagai
kecepatan relatif terhadap radar meter.
d. Kapasitas jalan masing-masing ruas jalan dihitung dengan rumus:
C = Co x FCw x FCsp x FCsf x FCcs

Dinas Lingkungan Hidup


Kota Gorontalo, 2018
Laporan
Evaluasi Kualitas Udara Perkotaan (EKUP)
Kota Gorontalo

C = kapasitas jalan atau jumlah lalu lintas kendaraan maksimum


yang dapat ditampung pada ruas jalan selama kondisi tertentu
Co = kapasitas dasar
FCw = faktor penyesuaian lebar jalur
FCsp = faktor penyesuaian pemisahan arah
FCsf = faktor penyesuaian hambatan samping
FCcs = faktor penyesuaian ukuran kota
e. Volume lalu lintas, yaitu jumlah kendaraan yang melewati suatu
penampang tertentu pada suatu ruas jalan tertentu dalam satuan
tertentu diperoleh dari traffic counting dalam satuan SMP (satuan mobil
penumpang) per jam.
f. Traffic counting dilakukan secara manual dengan menggunakan
counter.
g. Selanjutnya, VCR dihitung dengan membagi volume lalu lintas dengan
kapasitas jalan.
h. VCR maksimum untuk setiap ruas jalan dihitung dari nilai maksimum
diantara VCR rata-rata periode waktu pagi, siang, dan sore.
i. Data kecepatan lalu lintas diperoleh dari pengukuran di lokasi yang
diverifikasi dengan hasil pemantauan yang dilakukan oleh instansi
terkait di kota.

Dengan diketahuinya kecepatan dan kepadatan lalu lintas, nilai LOS kota
dapat ditentukan. Nilai LOS ini yang menentukan kinerja lalu lintas.

d. Tata cara pengukuran kualitas udara Jalan Raya


a. Koordinator pelaksana pengukuran: Instansi Lingkungan Hidup daerah.
b. Dilakukan selama 24 jam masing-masing di 3 ruas jalan; titik
pemantauan yang representatif, sedapat mungkin jauh dari lokasi uji
emisi.
c. Pemantauan bersifat sesaat (pada waktu tertentu), dilakukan pada hari
kerja.
d. Parameter yang diukur dan waktu pengukuran di setiap ruas jalan: SO2
(24 jam), CO (24 jam), NO2 (24 jam), O3 (1 jam), HC (3 jam), TSP (24
jam).
e. Metode analisis dan peralatan yang digunakan (sesuai dengan Peraturan
Pemerintah No. 41/1999):
i. SO2: Pararosanilin; Spektrofotometer
ii. CO: NDIR; NDIR Analyzer
iii. NO2: Saltzman; Spektrofotometer
iv. O3: Chemiluminescent; Spektrofotometer
v. HC: Flame Ionization; Gas Chromatografi
vi. TSP: Gravimetri; Hi-vol

e. Baku mutu udara ambien (Peraturan Pemerintah No. 41/1999)

Waktu
No. Parameter Baku Mutu III-7
Pengukuran
1. Sulfur Dioksida (SO2) 1 jam 900 ug/Nm3
24 jam 365 ug/Nm3
1 tahun 60 ug/Nm3
2. Karbon Monoksida (CO) 1 jam 30 000 ug/Nm3
24 jam 10 000 ug/Nm3
1 tahun -

Dinas Lingkungan Hidup


Kota Gorontalo, 2018
Laporan
Evaluasi Kualitas Udara Perkotaan (EKUP)
Kota Gorontalo

Waktu
No. Parameter Baku Mutu
Pengukuran
3. Nitrogen Dioksida (NO2) 1 jam 400 ug/Nm3
24 jam 150 ug/Nm3
1 tahun 100 ug/Nm3
4. Oksidan (O3) 1 jam 235 ug/Nm3
24 jam -
1 tahun 50 ug/Nm3
5. Hidro Karbon (HC) 3 jam 160 ug/Nm3
6. Partikulat < 10 µm (PM10) 1 jam -
24 jam 150 ug/Nm3
1 tahun -
Partikulat < 2,5 µm 1 jam -
(PM2,5) 24 jam 66 ug/Nm3
1 tahun 15 ug/Nm3
7. Debu (TSP) 1 jam -
24 jam 230 ug/Nm3
1 tahun 90 ug/Nm3
8. Timah Hitam (Pb) 1 jam -
24 jam 2 ug/Nm3
1 tahun 1 ug/Nm3
9. Dustfall (debu jatuh) 30 hari 10
ton/km2/bulan
(Pemukiman)
20
ton/km2/bulan
(Industri)
10. Total Fluorides (sebagai F) 24 jam 3 ug/Nm3
90 hari 0,5 ug/Nm3
11. Fluor Indeks 30 hari 40 ug/100 cm2
dari kertas lime filter
12. Klorin dan Klorin Dioksida 24 jam 150 ug/Nm3
13. Sulphat Indeks 30 hari 1 mg SO2/100 cm2
dari lead peroksida
Catatan:
Nomor 10 sampai dengan 13 hanya diberlakukan untuk
daerah/kawasan Industri kimia dasar
Contoh: Industri petrokimia dan industri pembuatan asam sulfat HC
yang dimaksud adalah Non Methane HC

Tabel 3.2. Komposisi kriteria karakteristik kota


Kriteria Karateristik kota
Faktor 1 Kualitas emisi kendaraan bermotor di jalan raya III-8
Indikator 1 Kualitas emisi kendaraan berbahan bakar minyak solar
Indikator 2 Kualitas emisi kendaraan berbahan bakar bensin
Faktor 2 Kinerja lalu lintas
Indikator 1 Kecepatan lalu lintas
Indikator 2 Kepadatan lalu lintas
Faktor 3 Kualitas udara di jalan raya
Indikator 1 Konsentrasi karbon monoksida (CO)

Dinas Lingkungan Hidup


Kota Gorontalo, 2018
Laporan
Evaluasi Kualitas Udara Perkotaan (EKUP)
Kota Gorontalo

Indikator 2 Konsentrasi hidrokarbon (HC)


Indikator 3 Konsentrasi sulfur dioksida (SO2)
Indikator 4 Konsentrasi ozon (O3)
Indikator 5 Konsentrasi Total Suspended Particulate (TSP)
Indikator 6 Konsentrasi nitrogen dioksida (NO2)

2) Kinerja lalu lintas


Kinerja lalu lintas diukur dari kepadatan lalu lintas dan kecepatan
operasi lalu lintas. Kepadatan lalu lintas adalah rasio antara volume lalu
lintas dan kapasitas jalan (Volume Capacity Ratio - VCR). Hasil
pengukuran dan perhitungan indikator kepadatan lalu lintas dan kecepatan
lalu lintas dibandingkan dengan klasifikasi kualitas pelayanan jalan untuk
memperoleh tingkat pelayanan jalan atau Level of Service (LOS).
Klasifikasi LOS terdiri atas 6 tingkat (lihat Error! Reference source not found.).

Tabel 3.3. Klasifikasi kualitas pelayanan jalan


Kecepatan VCR Tingkat Keterangan
(km/jam) pelayanan
> 56 < 0,60 A Arus lancar, volume rendah, kecepatan
tinggi
46 - 56 0,6 - 0,7 B Arus stabil, volume sesuai untuk jalan luar
kota, kecepatan terbatas
36 - 46 0,7 - 0,8 C Arus stabil, volume sesuai untuk jalan kota,
kecepatan dipengaruhi oleh lalu lintas
26 - 36 0,8 - 0,9 D Mendekati arus tidak stabil, kecepatan
rendah
18 - 26 0,9 - 1,0 E Mendekati arus tidak stabil, volume padat
mendekati kapasitas, kecepatan rendah
< 18 > 1,00 F Arus terhambat, kecepatan rendah, volume
di atas kapasitas, banyak berhenti
Sumber: Matthew and Rao, 2006.

3) Kualitas udara di jalan raya


Parameter yang dipertimbangkan dalam penilaian EKUP 2012 adalah
CO dan NO2, sedangkan pada tahun 2011 parameter yang diukur meliputi
CO, HC, NO2, O3, TSP dan SO2.
Pengukuran kualitas udara mengikuti ketentuan dalam Peraturan
Pemerintah No. 41 tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara.
Hasil pengukuran parameter-parameter tersebut dibandingkan dengan baku
mutu udara ambien yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah dimaksud.
Standar baku mutu yang digunakan untuk mengukur parameter CO dengan III-9

durasi pengukuran 24 jam adalah 10.000 µg/m 3 dan untuk parameter NO2
adalah 150 µg/m3. Konsentrasi parameter melebihi ambang batas tersebut
menunjukkan kualitas udara buruk.

3.2.2. Pelaksanaan Kegiatan Pemantauan di Lapangan

Dinas Lingkungan Hidup


Kota Gorontalo, 2018
Laporan
Evaluasi Kualitas Udara Perkotaan (EKUP)
Kota Gorontalo

Kegiatan EKUP dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Gorontalo dalam hal


ini adalah Dinas Lingkungan Hidup Kota Gorontalo dengan anggaran yang di
alokasikan pada Dana Alokasi Umum (DAU) Kota Gorontalo. Dalam pelaksanaan
kegiatan Pemerintah Kota Gorontalo dalam hal ini adalah Dinas Lingkungan Hidup
Kota Gorontalo berkoordinasi dengan KLH Cq. Asisten Deputi Urusan
Pengendalian Pencemaran Udara Sumber Bergerak (Asdep PPU Sumber
Bergerak), selian itu Dinas Lingkungan Hidup Kota Gorontalo juga melakukan
koordinasi dengan Instansi Terkait dalam penentuan lokasi, dan hal-hal teknis
lainnya terkait dengan pelaksanaan. Pemerintah Kota Gorontalo dalam hal ini
adalah Dinas Lingkungan Hidup Kota Gorontalo melaporkan pelaksanaan EKUP
kepada Deputi Menteri II KLH bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan Cq.
Asdep PPU Sumber Bergerak; selanjutnya Deputi Menteri melaporkan kepada
Menteri Lingkungan Hidup. Berikut ini adalah struktur organisasi pelaksanaan
kegiatan

DeputiMenteri
II KLH

Asdep PPU
Sumber Bergerak
Tim Pemantau
Tim Pakar
(KLH)

Pemerintah
Instansi Teknis
Kota Gorontalo

konsultansi substansi
pelaporan pekerjaan
saran masukan
Gambar 3.4.koordinasi
Strukturpelaksanaan
Organisasi pelaksanaan kegiatan EKUP
pelaporan struktural

III-10

Dinas Lingkungan Hidup


Kota Gorontalo, 2018

Anda mungkin juga menyukai