Pada Zaman Dahulukala, tersebutlah seorang pemuda bernama Sampuraga, pemuda itu di
kenal sangat rajin dan tekun, karena tidak memiliki ladang sendiri Sampuraga berkerja sebagai
petani penggarap di sebuah ladang milik orang lain. Sampuraga hanya tinggal berdua dengan
ibunya, Ayahnya sudah lama meninggal ketika Sampuraga masih kecil. Mereka berdua tinggal di
sebuah gubuk yang sudah reot.
Siang itu, hari sangat terik. Seperti biasanya, pemilik ladang datang membawa makan
siang untuk Sampuraga.
DIALOG:
Pemilik Ladang : Sampuraga, aku lihat kamu ini anak yang sangat rajin, selain itu
kamu punya ketekunan dalam bekerja, kalau boleh aku saran kan kamu sebaiknya
merantau ke daerah yang penduduknya lebih makmur, apalagi usiamu saat ini masih
sangat muda.
Sampuraga : Emm tapi…. Apakah tuan tau, daerah mana yang penduduknya hidup
makmur?
Pemilik ladang : Tidak jauh dari sini, ada daerah yang bernama Mandailing, para
penduduknya memiliki sawah dan ladang yang subur, mereka juga bisa
mendapatkan emas dengan cara mendulang di sungai, selain subur, daerah itu juga
dikenal dengan banyak emas.
Sampuraga : Ibu, aku mendengar ada sebuah daerah yang penduduknya sangat
makmur, daerah tersebut bernama Mandailing, setiap penduduknya memiliki sawah
dan ladang, selain itu mereka juga bisa mendapatkan dengan cara mendulang emas
di sungai, tanah mereka selain subur juga mengandung emas yang berlimpah.
Ibu Sampuraga : Terus… apa rencana mu?
Sampuraga : Ibu… aku berencana untuk merantau ke daerah tersebut, siapa tau
nasib kita akan menjadi lebih baik, apakah ibu mengizinkannya?
Ibu Sampuraga : Baiklah Sampuraga, demi masadepan mu, ibu mengizinkan.
Meskipun ibu khawatir, tidak akan bisa bertemu lagi, karna ibu sudah sangat tua.
Orang Kaya : Hei anak muda, siapa engkau? Dan apa yang kamu lakukan di sini?
Sampuraga :
Orang Kaya : Hem.. baiklah kau ikut aku sekarang, akan ku tunjukkan negeri
Mandailing, kamu sekarang berada di pinggiran Mandailing, belum sampai ke
negerinya.
Sampuraga : Terimakasih tuan
Sampuraga : Sungguh negeri yang besar dan ramai, baru kali ini saya melihat negeri
yang segini besarnya.
Hingga akhirnya mereka berhenti di depan sebuah rumah yang besar dan mewah
Orang Kaya : Kau lihat lah rumah ini, bagaimana menurut mu?
Sampuraga : Sungguh rumah yang sangat besar, indah dan mewah. Rumah siapa ini
tuan?
Orang Kaya : ini adalah rumah ku.
Sampuraga : wahh luar biasa, pasti tuan adalah seorang saudagar yang kaya raya
Orang Kaya : ah, biasa saja, aku hanya pedagang kecil kecilan, dan memiliki
beberapa ladang sawah. Tempat kita berjumpa adalah sawah ku, kebetulan saja aku
sedang melihat hasil kerja para pembantuku, nah sekarang masuklah ke rumah ku,
tentunya kau lapar dan haus, aku punya makanan… semoga kamu menyukainya.
Sampuraga : i-iya tuan, terimakasih
Orang yang ditemui sampuraga di pinggir sawah itu ternyata seorang saudagar yang kaya
raya, sampuraga juga sangat heran, meskipun kaya raya, saudagar itu sangat baik dan mau
memberinya makan.
Orang Kaya : Nah.. sampuraga, bukankah kamu datang ke negeri ini untuk mencari
pekerjaan?
Sampuraga : Iya tuan, saya ingin bekerja untuk membahagiakan ibu saya di
kampong
Orang Kaya : Kamu sungguh anak yang berbakti, bagaimana kalau kamu bekerja di
tempat ku ini?
Sampuraga : Wahh benarkah tuan?
Orang Kaya : Tentu saja, ketika kamu rajin dan dapat di percaya, aku tidak segan
segan untuk menaikan gajimu
Mulai hari itu, sampuraga bekerja di rumah saudagar, dia mengerjakan apa saja yang
diperintahkan oleh saudagar, mulai dari membersihkan rumah, hingga mencangkul sawah,
sampuragar bekerja sangat rajin dan tekun.
Sampuraga : antarkan beberapa barang ini kepedagang langganan ke pasar, jangan
terlupaa kau meminta uangnya sekalian
Sampuraga : tuan, ini ada kiriman barang dari tuan saudagar
Pedagang pasar : oh iya terimakasih, ini sekalian aku titip uangnya, sampaikan
kepada saudagar ya
Sampuraga : ya tuan, akan saya sampaikan
Orang Kaya : sampuraga, apakah barang itu sudah kamu berikan
Sampuraga : sudah tuan, ini uang yang diberikan oleh pedagang di pasar
Orang kaya : baiklah terimakasih
Sampuraga : iya tuan
Orang kaya : hm… anak itu sepertinya bisa di percaya
Orang kaya : Sampuraga kamu benar benar pemuda yang sangat rajin dan teguh,
selain itu kamu juga bisa di percaya, nah bagaimana kalau aku memberimu sejumlah
uang untuk modal berdagang
Sampuraga : terimakasih banyak tuan
Sampuraga tidak melewatkan kesempatan itu, dia menggunakan uang untuk berdagang di
pasar, usaha sampuraga berkembang pesat, keuletannya dalam berdagang mampu
membuatnya jadi pedagang besar, dalam beberapa tahun saja, sampuraga sudah mampu
membeli rumah besar meskipun tidak sebesar milik saudagar.
Orang kaya : sampuraga, sungguh hasil kerja keras mu tidak sia sia, sekrang kamu
sudah memiliki rumah yang sangat bagus
Sampuraga : ini semua berkat tuan dan bimbingan dari tuan
Orang kaya : nah… ada hal penting yang harus aku sampaikan, anak ku hanya satu,
dia seorang perempuan bagaimana… jika aku menikahkan mu dengan anak ku?
Sampuraga : baiklah tuan, saya menyetujui permintaan tuan
Berita pernikahan itu tersebar luas, bahkan sampai ke kampung sampuraga, pemilik
ladang yang pernah menjadi majikan sampuraga itupun memberitahu sampuraga.
Ibu sampuraga : kalau benar sampuraga yang menikah, tentunya dia sudah
mengabari ku, tapi apakah dia sudah lupa pada ibunya? Sebaiknya besok aku datang
saja ke mandailing untuk memastikan
Keesokan harinya, hari pernikahan berlangsug dengan besar besaran dan sangat mewah.
Sementara itu, ibu saudagar telah sampai di mandailing, ia sudah terlihat sangat letih
karena sudah berjalan sangat jauh, ia pun bertanya ke pada semua orang tentang
pernikahan sampuraga. Akhirnya dia sampai di rumah saudagar dan memastikan apakah
benar itu saudagar.
Ibu sampuraga : sampuraga, kenapa tidak memberi tau ibu kalau engkau menikah
Sampuraga : kamu bukan ibuku, ibu ku sudah lama mati, pengawal bawa
perempuan tua itu pergi dari sini
Alangkah terkejutnya ibu sampuraga mendengar perkataan anaknya, ia benar benar tidak
menyangka anak nya mengatakan seperti itu.
Pengawal : nah perempuan tua, kamu tinggal di sini saja, jangan kembali ke pesta
pernikahan tuan saudagar, kalau masih keras kepala…. Kami tidak segan segan untuk
berbuat kasar kepada mu.
Dalam kesendirian di tempat yang sepi itu, ibu sampuraga hanya bisa menangis melihat
anaknya telah mengingkarinya, di tengah kesedihannya yang mengguncang, ibu
sampuraga pun berdoa
Ibu sampuraga : ya tuhan, kenapa anak ku bisa menjadi durhaka?, berilah pelajaran
kepadanya, karena sudah menjadi durhaka kepada ibunya.
Tidak lama ketika ibu nya berdoa, terjadi gempa yang dasyat di tempat pernikahan, semua
orang yang hadir di pesta pernikahan itu panic dan lari menyelamatkan diri. Sayangnya ,
tidak ada yang selamat dari gempa tersebut, bahkan… tempat pesta itu benar benar
hancur di landa gempa dan berubah menjadi kolam yang airnya panas. Kolam tersebut
kemudian di kenal menjadi KOLAM SAMPURAGA, sebagai pelajaran agar tidak durhaka
kepada ibunya. Sedangkan ibu sampuraga sedih dengan sikap anaknya, memilih pulang ke
kampungnya dan menghabisi sisa hidupnya di sana
TAMAT