Anda di halaman 1dari 4

ASAL USUL KOLAM SAMPURAGA

Asal usul kolam SAMPURAGA dari Provinsi Sumatra Utara.


Kolam SAMPURAGA merupakan tempat wisata yang terletak di Kabupaten MANDAILING
NATAL, Provinsi Sumatra Utara. Kolam sampuraga pun memiliki kisah asal usulnya.

Pada Zaman Dahulukala, tersebutlah seorang pemuda bernama Sampuraga, pemuda itu di
kenal sangat rajin dan tekun, karena tidak memiliki ladang sendiri Sampuraga berkerja sebagai
petani penggarap di sebuah ladang milik orang lain. Sampuraga hanya tinggal berdua dengan
ibunya, Ayahnya sudah lama meninggal ketika Sampuraga masih kecil. Mereka berdua tinggal di
sebuah gubuk yang sudah reot.

Siang itu, hari sangat terik. Seperti biasanya, pemilik ladang datang membawa makan
siang untuk Sampuraga.

DIALOG:

 Pemilik Ladang : Sampuraga, aku lihat kamu ini anak yang sangat rajin, selain itu
kamu punya ketekunan dalam bekerja, kalau boleh aku saran kan kamu sebaiknya
merantau ke daerah yang penduduknya lebih makmur, apalagi usiamu saat ini masih
sangat muda.
 Sampuraga : Emm tapi…. Apakah tuan tau, daerah mana yang penduduknya hidup
makmur?
 Pemilik ladang : Tidak jauh dari sini, ada daerah yang bernama Mandailing, para
penduduknya memiliki sawah dan ladang yang subur, mereka juga bisa
mendapatkan emas dengan cara mendulang di sungai, selain subur, daerah itu juga
dikenal dengan banyak emas.

Sepulangnya dari bekerja, Sampuraga berbicara dengan ibunya.

 Sampuraga : Ibu, aku mendengar ada sebuah daerah yang penduduknya sangat
makmur, daerah tersebut bernama Mandailing, setiap penduduknya memiliki sawah
dan ladang, selain itu mereka juga bisa mendapatkan dengan cara mendulang emas
di sungai, tanah mereka selain subur juga mengandung emas yang berlimpah.
 Ibu Sampuraga : Terus… apa rencana mu?
 Sampuraga : Ibu… aku berencana untuk merantau ke daerah tersebut, siapa tau
nasib kita akan menjadi lebih baik, apakah ibu mengizinkannya?
 Ibu Sampuraga : Baiklah Sampuraga, demi masadepan mu, ibu mengizinkan.
Meskipun ibu khawatir, tidak akan bisa bertemu lagi, karna ibu sudah sangat tua.

Beberapa hari kemudian , Sampuraga pun berangkat menuju Mandailing. Ibu


sampuraga melepas kepergian anak satu satunya, dengan hati yang cemas. Setelah berjalan
seharian penuh, Sampuraga akhirnya bertemu dengan daerah yang penuh dengan sawah
nan hijau dan air sunyai yang mengalir jernih.
Ketika sedang mengagumi sawah sawah nan hijau itu, tiba tiba sampuraga di kejutkan oleh
suara yang memanggilnya.

 Orang Kaya : Hei anak muda, siapa engkau? Dan apa yang kamu lakukan di sini?
 Sampuraga :
 Orang Kaya : Hem.. baiklah kau ikut aku sekarang, akan ku tunjukkan negeri
Mandailing, kamu sekarang berada di pinggiran Mandailing, belum sampai ke
negerinya.
 Sampuraga : Terimakasih tuan

Sesampai di negeri Mandailing

 Sampuraga : Sungguh negeri yang besar dan ramai, baru kali ini saya melihat negeri
yang segini besarnya.

Hingga akhirnya mereka berhenti di depan sebuah rumah yang besar dan mewah

 Orang Kaya : Kau lihat lah rumah ini, bagaimana menurut mu?
 Sampuraga : Sungguh rumah yang sangat besar, indah dan mewah. Rumah siapa ini
tuan?
 Orang Kaya : ini adalah rumah ku.
 Sampuraga : wahh luar biasa, pasti tuan adalah seorang saudagar yang kaya raya
 Orang Kaya : ah, biasa saja, aku hanya pedagang kecil kecilan, dan memiliki
beberapa ladang sawah. Tempat kita berjumpa adalah sawah ku, kebetulan saja aku
sedang melihat hasil kerja para pembantuku, nah sekarang masuklah ke rumah ku,
tentunya kau lapar dan haus, aku punya makanan… semoga kamu menyukainya.
 Sampuraga : i-iya tuan, terimakasih

Orang yang ditemui sampuraga di pinggir sawah itu ternyata seorang saudagar yang kaya
raya, sampuraga juga sangat heran, meskipun kaya raya, saudagar itu sangat baik dan mau
memberinya makan.

 Orang Kaya : Nah.. sampuraga, bukankah kamu datang ke negeri ini untuk mencari
pekerjaan?
 Sampuraga : Iya tuan, saya ingin bekerja untuk membahagiakan ibu saya di
kampong
 Orang Kaya : Kamu sungguh anak yang berbakti, bagaimana kalau kamu bekerja di
tempat ku ini?
 Sampuraga : Wahh benarkah tuan?
 Orang Kaya : Tentu saja, ketika kamu rajin dan dapat di percaya, aku tidak segan
segan untuk menaikan gajimu

Mulai hari itu, sampuraga bekerja di rumah saudagar, dia mengerjakan apa saja yang
diperintahkan oleh saudagar, mulai dari membersihkan rumah, hingga mencangkul sawah,
sampuragar bekerja sangat rajin dan tekun.
 Sampuraga : antarkan beberapa barang ini kepedagang langganan ke pasar, jangan
terlupaa kau meminta uangnya sekalian
 Sampuraga : tuan, ini ada kiriman barang dari tuan saudagar
 Pedagang pasar : oh iya terimakasih, ini sekalian aku titip uangnya, sampaikan
kepada saudagar ya
 Sampuraga : ya tuan, akan saya sampaikan
 Orang Kaya : sampuraga, apakah barang itu sudah kamu berikan
 Sampuraga : sudah tuan, ini uang yang diberikan oleh pedagang di pasar
 Orang kaya : baiklah terimakasih
 Sampuraga : iya tuan
 Orang kaya : hm… anak itu sepertinya bisa di percaya

Keesokan harinya, saudagar itu menyuruh sampuraga mengantarkan dagangan ke pasar.


Sampuraga saat itu bisa di percaya, sehingga sampuraga sering di beri tugas mengantarkan
dagangan ke pasar.

 Orang kaya : Sampuraga kamu benar benar pemuda yang sangat rajin dan teguh,
selain itu kamu juga bisa di percaya, nah bagaimana kalau aku memberimu sejumlah
uang untuk modal berdagang
 Sampuraga : terimakasih banyak tuan

Sampuraga tidak melewatkan kesempatan itu, dia menggunakan uang untuk berdagang di
pasar, usaha sampuraga berkembang pesat, keuletannya dalam berdagang mampu
membuatnya jadi pedagang besar, dalam beberapa tahun saja, sampuraga sudah mampu
membeli rumah besar meskipun tidak sebesar milik saudagar.

 Orang kaya : sampuraga, sungguh hasil kerja keras mu tidak sia sia, sekrang kamu
sudah memiliki rumah yang sangat bagus
 Sampuraga : ini semua berkat tuan dan bimbingan dari tuan
 Orang kaya : nah… ada hal penting yang harus aku sampaikan, anak ku hanya satu,
dia seorang perempuan bagaimana… jika aku menikahkan mu dengan anak ku?
 Sampuraga : baiklah tuan, saya menyetujui permintaan tuan

Tanggal pernikahan pun di tentukan, beberapa hari menjelang pernikahan, kesibukan


terlihat di rumah saudagar, rumah itu di hias sedemikian rupa untuk acara pesta
pernikahan putri ya dengan sampuraga.

Berita pernikahan itu tersebar luas, bahkan sampai ke kampung sampuraga, pemilik
ladang yang pernah menjadi majikan sampuraga itupun memberitahu sampuraga.

 Pemilik ladang : nenek.. apakah engkau sudah di hubungi oleh sampuraga,


bukankah dia akan menikah ddengan anak saudagar dari mandailing?
 Ibu sampuraga : benarkah? Aku bahkan tidak tau sama sekali, lagi pula.. apakah
benar yang kamu maksud itu sampuraga anak ku?
 Pemilik ladang : tentu saja nek, perempuan yang akan di nikahin itu adalah putri
dari saudagar kaya raya dan terkenal, sehingga hamper semua orang mengenalnya

Setelah kepergian pemilik ladang, ibunya termenung.

 Ibu sampuraga : kalau benar sampuraga yang menikah, tentunya dia sudah
mengabari ku, tapi apakah dia sudah lupa pada ibunya? Sebaiknya besok aku datang
saja ke mandailing untuk memastikan

Keesokan harinya, hari pernikahan berlangsug dengan besar besaran dan sangat mewah.
Sementara itu, ibu saudagar telah sampai di mandailing, ia sudah terlihat sangat letih
karena sudah berjalan sangat jauh, ia pun bertanya ke pada semua orang tentang
pernikahan sampuraga. Akhirnya dia sampai di rumah saudagar dan memastikan apakah
benar itu saudagar.

 Ibu sampuraga : sampuraga, kenapa tidak memberi tau ibu kalau engkau menikah

Semua terkejut ketika melihat nenek tua menghampiri sampuraga

 Sampuraga : kamu bukan ibuku, ibu ku sudah lama mati, pengawal bawa
perempuan tua itu pergi dari sini

Alangkah terkejutnya ibu sampuraga mendengar perkataan anaknya, ia benar benar tidak
menyangka anak nya mengatakan seperti itu.

 Pengawal : nah perempuan tua, kamu tinggal di sini saja, jangan kembali ke pesta
pernikahan tuan saudagar, kalau masih keras kepala…. Kami tidak segan segan untuk
berbuat kasar kepada mu.

Dalam kesendirian di tempat yang sepi itu, ibu sampuraga hanya bisa menangis melihat
anaknya telah mengingkarinya, di tengah kesedihannya yang mengguncang, ibu
sampuraga pun berdoa

 Ibu sampuraga : ya tuhan, kenapa anak ku bisa menjadi durhaka?, berilah pelajaran
kepadanya, karena sudah menjadi durhaka kepada ibunya.

Tidak lama ketika ibu nya berdoa, terjadi gempa yang dasyat di tempat pernikahan, semua
orang yang hadir di pesta pernikahan itu panic dan lari menyelamatkan diri. Sayangnya ,
tidak ada yang selamat dari gempa tersebut, bahkan… tempat pesta itu benar benar
hancur di landa gempa dan berubah menjadi kolam yang airnya panas. Kolam tersebut
kemudian di kenal menjadi KOLAM SAMPURAGA, sebagai pelajaran agar tidak durhaka
kepada ibunya. Sedangkan ibu sampuraga sedih dengan sikap anaknya, memilih pulang ke
kampungnya dan menghabisi sisa hidupnya di sana

TAMAT

Anda mungkin juga menyukai