Anda di halaman 1dari 26

REFLEKSI KASUS

ENDOMETRIOSIS

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik dan Melengkapi Salah


Satu Syarat Menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter Bagian Ilmu
Kandungan dan Kebidanan

Disusun oleh:
Nabila Syifaul Husna
30101700120

Pembimbing:
dr. Muslich Ashari, Sp. OG

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KANDUNGAN DAN KEBIDANAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2021
IDENTITAS
● Nama pasien : Ny. M

● Umur : 39 tahun

● Jenis kelamin : Perempuan

● No. RM : 014343xx

● Agama : Islam

● Pendidikan terakhir : SMA

● Pekerjaan : Ibu rumah tangga

● Alamat : RT 01/RW 04 Kota Kudus

● Status : Menikah

● Tanggal Masuk : 20 Oktober 2021

● Ruang : B. Nissa 2

A. ANAMNESA

● Keluhan Utama

Nyeri perut bagian bawah

● Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien wanita usia 39 tahun P2A0 datang ke poliklinik RSI Sultan Agung
dengan keluhan nyeri perut bagian bawah yang berlangsung sejak tiga tahun yang
lalu. Keluhan pasien dirasakan hilang timbul, keluhan lebih sering muncul dan
memberat ketika haid yang semakin lama semakin nyeri dan keluar darah dari
pusarnya. Awalnya pasien menganggap nyeri haid biasa namun sekitar ± 1 tahun
terakhir keluar darah dari pusarnya dan keluhan semakin lama semakin memberat
hingga 3 bulan terakhir pasien merasakan mudah lemas dan lelah. Keluhan sedikit
mambaik ketika dibuat istirahat. Pasien juga merasakan nyeri di daerah panggul
yang menjalar hingga ke pinggang. Sudah dilakukan pengobatan hormon 3 bulan
terakhir namun tidak mengalami perbaikan. Keluhan lain seperti mual (+), muntal
(+), demam (+), diare (+) 4-5 kali sehari, nyeri ketika senggama (-) namun
keesokan harinya keluar flek kecokelatan, pusing (-), sesak (-), muntah darah (-),
dan nyeri BAK (-).

● Riwayat Menstruasi

- Menarche : 13 tahun
- Siklus : 30 hari, teratur
- Lama : 5-8 hari (pada bulan September 2021 tidak haid dan pada
bulan Oktober haid 12 hari)
- Dismenorhea : Terdapat nyeri saat haid

● Riwayat Perkawinan

- Pasien menikah sebanyak 1 kali


- Usia pernikahan 18 tahun, menikah di usia 21 tahun

● Riwayat Obstetri

- P2A0
- G1 : Laki-laki, lahir di rumah sakit, spontan, BBL 3300 gram, PB 48 cm,
saat ini usia 17 tahun sehat
- G2 : Perempuan, lahir di rumah sakit, spontan, BB 3100 gram, PB 46 cm,
saat ini usia 5 tahun sehat
Nifas ± 12 hari, demam (-)

● Riwayat ANC

Rutin pemeriksaan ANC ke dokter sebanyak 8 kali, terdapat hipertensi saat


kehamilan, dokter menyatakan memperbaiki pola makan.

● Riwayat KB

Riwayat pengunaan KB suntik 1 bulan dan 3 bulan efek samping mengalami


peningkatan berat badan. Untuk 2 bulan terakhir sudah tidak menggunakan KB.
Riwayat Penyakit Dahulu
o Riwayat Hipertensi : Hipertensi (+)
o Riwayat DM : disangkal
o Riwayat alergi : disangkal
o Riwayat asma : disangkal
o Riwayat operasi : Riwayat operasi apendektomi (2011)

● Riwayat Penyakit Keluarga

o Riwayat Hipertensi : disangkal


o Riwayat Penyakit Jantung : disangkal
o Riwayat Penyakit Paru : disangkal
o Riwayat DM : disangkal

● Riwayat Sosial Ekonomi

Pasien adalah seorang ibu rumah tangga, suami pasien bekerja sebagai wiraswasta.
Biaya pengobatan ditanggung BPJS.

B. PEMERIKSAAN FISIK
a. STATUS GENERALIS

● Keadaan umum : Baik

● Kesadaran : Composmentis

● Tekanan darah : 116/73 mmHg

● Nadi : 84 x/menit

● Pernafasan : 20 x/menit

● Suhu : 36,7 oC

● BB : 76,5 kg

● TB : 150 cm

● BMI : 34 kg/m2
a. Status Internus
- Kepala : Mesocephale
- Mata : Conjungtiva palpebra anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
- Hidung : Discharge (-), septum deviasi (-), nafas cuping hidung (-)
- Telinga : Discharge (-)
- Mulut : Bibir sianosis (-), bibir kering (-)
- Leher : Simetris, pembesaran kelenjar limfe (-)
- Kulit : Turgor < 2 detik, ptekiae (-)
- Mamae : Simetris, membesar, hiperpigmentasi aerola mamae,
papila mamae menonjol
- Jantung

▪ Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak

▪ Palpasi : Ictus cordis teraba ICS 5, 2 cm ke arah medial, linea

midclavikularis sinistra

▪ Perkusi : Batas jantung dalam batas normal

▪ Auskultasi : Suara jantung I dan II reguler, suara tambahan (-)

- Paru

▪ Inspeksi : Hemithorax dextra dan sinistra simetris

▪ Palpasi : Nyeri tekan (-)

▪ Perkusi : Sonor seluruh lapang paru

▪ Auskultasi : Suara dasar vesikuler, suara tambahan (-)

- Abdomen

▪ Inspeksi : Perut cembung (+), sikatriks (+), striae (-), dilatasi vena

(-), massa (-), jejas (-)

▪ Auskultasi : Bising usus (+) normal


▪ Palpasi :Nyeri tekan abdomen (+) di perut bagian bawah, hepar

dan lien dalam batas normal

▪ Perkusi : Timpani seluruh lapang abdomen, tes undulasi (-), shifting

dullness (-)
- Extremitas
Superior Inferior
Oedem -/- -/-
Varises -/- -/-
Reflek fisiologis +/+ +/+
Reflek patologis -/- -/-
b. Status Ginekologi

● Genitalia

Eksterna
- Tidak dilakukan pemeriksaan
Interna
- Tidak dilakukan pemeriksaan
C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan Laboratorium Darah :

Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan

HEMATOLOGI

Darah Rutin 1

Hemoglobin 10.9 (L) 11.7 – 15.5 g/dL

Hematokrit 35.4 33.0 – 45.0 %

Leukosit 8.19 3.60 – 11.00 ribu/µL

Trombosit 401 150 – 440 ribu/µL

Golongan O/Positif
Darah/Rh

PPT
PT 9.3 9.3 – 11.4 Detik

PT (Kontrol) 12.1 9.3 – 12.7 detik

APTT

APTT 22.7 21.8 – 28.4 Detik

APTT (Kontrol) 27.0 21.2 – 28.6 Detik

Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan

KIMIA KLINIK

Glukosa Darah Sewaktu 120 (H) 75 – 110 mg/dL

Ureum 21 10 – 50 mg/dL

Creatinin 0.89 0.60 – 1.10 mg/dL

Elektrolit (Na, K, Cl)

Natrium (Na) 134.0 135 – 147 mmol/L

Kalium (K) 3.70 3.5 – 5.0 mmol/L

Klorida (Cl) 107.0 95 – 105 mmol/L

IMUNOLOGI

HbsAg (Kualitatif) 0.00 Non Reaktif <0.05 IU/mL


Reaktif >=0.05

b. Pemeriksaan X Foto Thorax

● Cor

- Bentuk dan letak normal


- Elangatio Aorta

● Pulmo

- Corakan bronkovascular normal


- Tak tampak bercak pada kedua lapang paru
- Hemidiafragma kanan setinggi costa 10 posterior
- Sinus costophrenicus kanan kiri baik
c. Pemeriksaan USG Abdomen

Umbilical
• Pada regio infraumbilical aspek lateral kanan tampak lesi hipoechoic bentuk
bulat dengan dinding tebal yang paralel dengan subcutis dinding perut (uk ±
3,29 x 4,84 cm) pada pemeriksaan CDS tampak vaskularisasi perilesi
• Tak tampak jelas track pada umbilical
Kesan : Massa kistik dinding tebal paralel dengan subcutis dinding perut pada
regio infraumbilical aspek lateral kanan (uk ± 3,29 x 4,84 cm) DD/ Endometriosis
dinding perut, nodul peritoneal
Vesika Urinaria
• Dinding tak menebal, permukaan rata, tak tampak batu, tak tampak massa
Kesan : dbn
Uterus
• Ukuran tak membesar, endometrial line tak menebal, tak tampak massa
Kesan : dbn

Vesika Felea
• Dinding tak menebal, tak tampak batu, tampak polip (uk ± 0,46 cm)
Kesan : Polip vesika fellea ( uk ± 0,46 cm)

Duktus biliaris
• Intra dan ekstrahepatal tak melebar
Lien
• Ukuran normal, struktur parekim homogen, tak tampak nodul, v. Lienalis tak
melebar.
Kesan : dbn

Ginjal Kanan dan Ginjal Kiri


• Bentuk dan ukuran normal, batas kortikomeduler jelas, tak tampak penipisan
korteks, tak tampak batu, PCS tak melebar. Ureter proksimal tak melebar
Kesan : dbn

Pankreas
• Ukuran normal, struktur parekim homogen, tak tampak massa, tak tampak
kalsifikasi
Aorta
• Tak tampak limfadenopati paraaorta
Kesan : dbn
Hepar
• Ukuran normal, struktur parekim homogen, ekogenesitas parenkim normal,
permukaan reguler, liver tip lancip, tak tampak nodul, v. Porta tak melebar, v.
hepatika tak melebar
Kesan : dbn
D. RESUME
Seorang wanita 39 tahun G2P2A0 dengan keluhan nyeri perut bagian bawah
sejak 3 tahun yang lalu disertai keluar darah dari pusar selama ± 1 tahun yang hilang
timbul. Keluhan muncul dan semakin memberat ketika haid. Selama 3 bulan terakhir
pasien merasa mudah lelah dan lemas. Selain itu pasien juga mengalami nyeri panggul
yang menjalar ke pinggang. Sudah dilakukan pengobatan selama 3 bulan tidak
mengalami perbaikan. Keluhan lain mual(+), muntah (+), diare (+), diare (+) 4-5 kali
sehari, dan keluar flek kecokekeltan setelah berhubungan suami istri.
- Px. Status General : Obesitas grade II
- Pf. Abdominen : Nyeri tekan abdomen (+)
- Pemeriksaan Penunjang : Anemia, Hiperglikemia
- Pemeriksaan X Foto Thorak : Elongatio aorta
- Pemeriksaan USG Abdomen :

● Umbilical : Massa kistik dinding tebal paralel dengan subcutis dinding perut

pada regio infraumbilical aspek lateral kanan (uk ± 3,29 x 4,84 cm) DD/
Endometriosis dinding perut, nodul peritoneal

● Vesika Felea : Polip vesika fellea ( uk ± 0,46 cm)


E. DIAGNOSA DEFINITIF
Wanita P2A0 usia 39 tahun dengan endometriosis sub umbilikalis, nodul peritoneal,
dan polip vesika fellea, elongatio aorta, disertai anemia, hiperglikemia, dan obesitas
grade II.

F. INITIAL PLAN

● Initial Plan of Monitoring

● Pengawasan : KU, TTV

● Cek Hb serial

● Laparotomy Eksplorasi (ooforektomi parsial dextra et sinistra dan Eksisi sub

umbilical

● Initial Plan of Therapy

● Pre Operasi

o Infus RL 20 tpm
o Injeksi cefotaxime 2 gr

● Post Operasi

o Infus RL 20 tpm
o Injeksi cefotaxime 2 x 1 gram
o Tranexamic acid 2 x 500 gram IV
o Injeksi Ketorolac 2 x 30 gram
o Pengawasan, Cek 1 x 2 jam post operasi
o Diet cairan

G. LAPORAN OPERASI

● Penderita tidur terlentang


● Aseptis dan antiseptik

● Pasang duek steril

● Insisi line mediana di plica diatas umbilicus

● Eksplorasi ; tampak jaringan sub umbilical endometriosis 🡪 eksisi 🡪 PA

● Insisi sampai cavum abdomen terbuka

● Eksplorasi ; uteri sebesar telur bebek tampak lesi endometriosis superfisial

● Ovarium dextra 🡪 kista endometriosis 🡪 ooforektomi🡪 PA

● Ovarium sinistra🡪 kista endometriosis sebesar telur bebek 🡪 ooforektomi parsial🡪

PA

● Rawat penderita

● Tindakan selesai

H. PEMERIKSAAN PATOLOGI ANATOMI


Makroskopis
I. Umbilikus, berupa keping-keping jaringan ± 1 cc, warna putih, konsistensi padat
II. Ovarium dextra, ukuran 2 x 0,5 x 0,5 cm, warna putih, konsistensi kenyal
III. Ovarium sinistra, ukuran 3 x 2 x 0,5 cm, warna putih, konsistensi kenyal
Mikroskopis
I. Umbilikus, jaringan lemak dan jaringan ikat mengandung granuloma tersusun
atas foamy histisoit.
Tak tampak tanda ganas.
Kesan sesuai dengan radang Xanthomatous Granulomatosa.
II. dan III. Ovarium dextra dan ovarium sinistra, stroma mengandung corpus albican
dan kista bersebukan hemosiderofag.
Kesan : sesuai dengan Kista Endometriosis Bilateral
I. DIAGNOSIS DEFINITIF POST OPERASI
Wanita P2A0 usia 39 tahun dengan Endometriosis sub umbilical terdapat radang
Xanthomatous Granulomatosa pada umbilikus dan Kista Endometriosis Bilateral,
disertai anemia, hiperglikemia, adanya nodul peritoneal, polip vesika fellea, elongatio
aorta, dan obesitas grade II

J. FOLLOW UP

S O A P

Nyeri luka operasi TD: 116/73 Pasca • Infus RL 20 tpm


mmHg Laparotomi • Cefotaxim 2 x 1
N: 84 x/menit (P2A0) post gram IV
RR: 20 x/menit laparotomy • Ketorolac 2 x 30
Suhu: 36.2ºC exici exterpasi gram IV
ooforektomy • Candesartan 1 x 16
dextra et sinistra mg PO
parsial di • Amlodipine 1 x 10
endometriosis PO
sub umbilical, • Ferrous sulfate 1 x1
kista PO
endometriosis • Vit B complex 1 x1
sinistra H.0 P
• Vit C 1 x1 PO
• Tranexamic acid 2
x 500 gram IV
• Ketoprofen Supp 2
x1
• Diet cair
S O A P

Nyeri luka operasi TD: Pasca • Infus RL 20 tpm


saat dibuat bergerak 165/103mmHg Laparotomi • Ketoprofen Supp
N: 100 x/menit (P2A0) post 2 x1
RR: 20 x/menit laparotomy exici • Cefotaxim 2x 500
Suhu: 36.8ºC exterpasi gram IV(06)
ooforektomy • Tranexamic acid
dextra et sinistra 2 x 500 gram IV
parsial di • Ketorolac 2 x 30
endometriosis gram (2 X20) IV
sub umbilical, (08)
kista • Ferrous sulfate 1
endometriosis x1 PO
sinistra H.1 • Amlodipine 1 x
10 PO
• Candesartan 1 x
16 mg PO
• Ferrous sulfate 1
x1 PO
• Vit B complex 1
x1 P
• Vit C 1 x1 PO
• Diet cair

S O A P

Pasien mengatakan TD: 133/78 mmHg Pasca • Infus RL 20 tpm


sudah membaik N: 80 x/menit Laparotomi • Ketoprofen Supp
RR: 20 x/menit (P2A0) post 2 x1
Suhu: 36.2ºC laparotomy exici • Amlodipine 1 x
exterpasi 10 PO
ooforektomy • Ferrous sulfate 1
dextra et sinistra x1 PO
parsial di • Vit B complex 1
endometriosis x1 P
sub umbilical, • Vit C 1 x1 PO
kista • Candesartan 1 x
endometriosis 16 mg PO
sinistra H.2 • Cefotaxim 2x 500
gram IV
• Tranexamic acid
2 x 500 gram IV
• Alinamin 2 x 1
IV
• Cefodroxyl 2 x1
PO
• Asam Mefenamat
2x1 PO
• Diet cair

S O A P

Pasien TD: 117/73 Pasca Laparotomi • Infus RL 20 tpm


mengatakan mmHg (P2A0) post • Amlodipine 1 x 10
sudah membaik N: 100 x/menit laparotomy exici PO
RR: 20 x/menit exterpasi • Ferrous sulfate 1
Suhu: 36.8ºC ooforektomy dextra x1 PO
et sinistra parsial di • Vit B complex 1
endometriosis sub x1 P
umbilical, kista • Vit C 1 x1 PO
endometriosis • Candesartan 1 x
sinistra H.3 16 mg PO
• Cefodroxyl 2 x1
PO
• Asam Mefenamat
2x1 PO
• Diet cair

ENDOMETRIOSIS
a. Definisi Endometriosis
Endometriosis adalah gangguan ginekologi jinak umum yang
didefinisikan sebagai adanya jaringan endometrium berupa kelenjar dan
stroma yang terdapat di luar kavum uteri. Endometriosis paling sering
ditemukan pada ovarium dan biasanya terdapat di kedua ovarium yang
berisi darah tua menyerupai coklat (kista coklat/ endometrioma).
Endometriosis juga dapat ditemukan pada rongga pelvik, kavum douglasi,
ligamentum sakrouterina, tuba fallopi, namun jarang ditemukan di vesika
urinaria, rektum, umbilikus, dan pleura (Sarwono, 2016)
b. Epidemiologi
Insidensi endometriosis sulit untuk diukur, sebagian besar wanita
dengan penyakit ini sering tidak bergejala, dan modalitas pencitraan
memiliki kepekaan rendah untuk diagnosis.

Kejadian endometriosis per tahun berdasarkan penggunaan tindakan pembedahan, y

c. Faktor resiko
- Menarche usia dini
- Siklus menstruasi yang pendek
- Alkohol
- Kafein
- Genetik
d. Patofisiologi Endometriosis
a. Teori Menstrual Retrograde
Endometriosis terjadi karena darah haid yang terdapat sel sel
endometrium yang masih hidup mengalir kembali (regurgitasi) melalui
tuba ke dalam rongga pelvis. Sel endometrium kemudian mengadakan
implantasi pada permukaan peritoneum dan merangsang metaplasia
peritoneum yang kemudian akan merangsang angiogenesis.
b. Teori Metaplasia
Terjadinya metaplasia pada sel-sel coelom yang berubah menjadi
endometrium. Menurut teori ini, perubahan tersebut terjadi akibat iritasi
dan infeksi atau pengaruh hormonal pada epitel coelom. Dari aspek
endokrin, hal ini bisa diterima karena epitel germinativum ovarium,
endometrium, dan peritoneum berasal dari epitel coeloem yang sama
c. Teori Hormonal
Mengemukakan bahwa pertumbuhan endometriosis sangat
tergantung pada kadar estrogen dalam tubuh. Rendahnya kadar FSH
(folicle stimulating hormone), LH (luteinizing hormone), dan estradiol
(E2) dapat menghilangkan endometriosis.
d. Teori Imunologik
Banyak peneliti yang berpendapat bahwa endometriosis merupakan
penyakit autoimun karena memiliki kriteria yang cenderung bersifat
familiar, menimbulkan gejala klinik yang melibatkan banyak organ, dan
menunjukkan aktivitas sel B poliklonal. Endometriosis merupakan
proses proliferasi sel yang bersifat destruktif dan akan meningkatkan
kadar CA-125. Oleh karena itu, antigen ini dipakai sebagai penanda
kimiawi.
e. Gejala dan Tanda
Terdapat dua keluhan utama perempuan dengan endometriosis :
Nyeri dan Infertilitas (kesulitan punya anak). Keluhan nyeri tersebut
berhubungan dengan siklus haid, tergantung lokasi lesi endometriosis tetapi
tidak stadium.
Keluhan endometriosis :
- Nyeri haid (dismenore)
- Nyeri panggul
- Nyeri senggma
- Nyeri saat ovulasi
- Nyeri berkemih
- Nyeri defekasi terutama saat haid
- Infertilitas/kesulitan punya anak
Lokasi endometriosis berpengaruh pada keluhan yang timbul, Deep
Infiltrating Endometriosis (DIE)

❑ Dipanggul posterior 🡪kesulitan defekasi(dyschezia)

❑ Di septum rektovagina 🡪 keparahan nyeri senggama dan dyshezia

❑ Walaupun jarang endometriosis berlokasi jauh dari panggul dapat

terjadi, misal endometriosis umbilikus, paru, thorak 🡪 keluhan perdarahan


umbilikus saat haid, batuk darah, nyeri dada
Kadang keluhan tidak spesifik karena tumpang tindih dengan
keadaan lain, misal penyakit radang panggul, irritablebowel syndrome,
interstitial cystitis dan gangguan otot tulang.
f. Klasifikais
Sistem ASRM klasifikasinya, yang dikenal dengan sistem skoring
revised-AFS (r-AFS). Dalam sistem ini dibagi menjadi empat
derajat, yakni:

● Stadium I (minimal) : 1-5

● Stadium II (ringan) : 6-15

● Stadium III (sedang) : 16-40

● Stadium IV (berat) : >40


● Berdasarkan Lokasi & Tipe Lesi
Lesi superfisial Kista endometriosis Deep infiltrating
atau endometrioma endometriosis
atau lesi infiltrasi
dalam
Lesi berlokasi di Lesi endometriosis Lesi endometriosis
peritoneum dan berbentuk kista berisi melakukan infiltrasi
permukaan cairan kecoklatan lebih dari 5 mm di
ovarium. Lesi dapat kental yang bawah permukaan
berbentuk blue- mengelompok pada peritoneum, dapat juga
black powder burn, permukaan peritoneum penetrasi atau melekat
subtle lesion: (fossa ovarium). pada struktur lain,
petechial, vesicular, Endometrioma misalnya kandung
polypoid dan terbentuk akibat kencing, usus, ureter
haemorrhagic lesion. invaginasi korteks dan vagina
ovarium setelah terjadi
akumulasi debris darah
haid.

g. Pemeriksaan penunjang

● Pemeriksaan serum CA–125

CA–125 digunakan sebagai penanda endometriosis pada derajat


lanjut, serta meningkatnya serum CA–125 dinyatakan sebagai penanda
kekambuhan pasca pembedahan, juga untuk membedakan endometriosis
dengan kista jinak lainnya. Namun perlu diperhatikan bahwa kadar CA–
125 yang normal tidak memastikan tidak adanya endometriosis maupun
tidak sepenuhnya menjadi adanya endometriosis.

● Pencitraan

Berguna untuk memeriksa penderita endometriosis terutama bila


dijumpai massa pelvis atau adnexa seperti endometrioma.
Ultrasonografi pelvis secara transabdomnial (USG-TA), transvaginal
(USG-TV) atau secara transrektal (TR), CT Scan dan MRI telah
digunakan secara nir-invasif untuk mengenali implan endometriosis
yang besar dan endometrioma. Tetapi hal ini tidak dapat menilai
luasnya endometriosis.

● Bedah Laparoscopy

Lesi aktif yang baru berwarna merah terang, sedangkan lesi aktif
yang sudah lama berwarna merah kehitaman. Lesi nonaktif terlihat
berwarna putih dengan jaringan parut.

● Pemeriksaan Patologi Anatomi

Pemeriksaan pasti dari lesi endometriosis adalah didapatkan adanya


kelenjar dan stroma endometrium.
h. Penegakan diagnosis
1. Anamnesis
- Tanyakan keluhan nyeri yang berhubungan dengan haid.
- Keluhan Klasik endometriosis, diantaranya:
1. Nyeri Panggul
2. Dismenore
3. Dispareuni
- Keluhan nyeri tergantung lokasi lesi endometriosis
- Berdasarkan tindakan diagnosis dengan laparoskopi, 100% keluhan
uterus nyeri kram, 67% nyeri siklik, 39% nyeri non sikilik, 67%
konstipasi/diare, 31% nyeri menjalar ke kaki atau punggung.
- Tanyakan juga keluhan infertilitas (sudah berapa lama usia
pernikahan tanpa anak)
2. Pemeriksaan fisik dan ginekologi

● Pemeriksaan klinis dengan kecurigaan endometriosis meliputi

pemerikaan fisik panggul serta inspeksi dan palpasi abdomen.

● Pemeriksaan vagina dilakukan dengan perabaan pembesaran

ovarium/ endometrioma/kista di adneksa.


● Pemeriksaan rektal atau colok dubur mengevaluasi nodul di

daerah kavum douglasi dan sakrouterina yang sering disertai rasa


nyeri.

● USG transvagina untuk diagnosis kista endometriosis

- Endometrioma dideteksi menggunakan USG transvagina


dengan gambaran ground-glass, homogen, internal echo difus
dengan latar belakang hipoechoic
- Penggunaan USG transvagina untuk deteksi endometrioma
mempunyai keuntungan, yaitu tidak tergantung pada operator
dan dapat digunakan secara lebih luas.

● Penggunaan Magnetic Resonance Imaging (MRI)

- Pemeriksaan MRI merupakan salah satu modalitas pencitraan


noninvasif untuk pemeriksaan patologi di panggul yang saat
ini mulai banyak digunakan.
- MRI merupakan alat diagnostik yang bagus untuk prediksi
deep endometriosis.
- penggunaan MRI membutuhkan biaya mahal sehingga tidak
dianggap sebagai alat diagnostik yang cost-effective.

● Penggunaan Penanda Tumor CA-125.

- CA-125 (cancer antigen-125 atau carbohydrate antigen-125)


adalah protein yang pada manusia disandi oleh gen
MUC(mucin)-16 yang merupakan anggota famili glikoprotein
mucin.
- CA-125 serum diaplikasikan sebagai penanda tumor (tumor
marker) untuk deteksi kanker ovarium atau penyakit jinak lain
- Penanda CA-125 serum sering dilakukan pada endometriosis,
tetapi bila dibandingkan dengan laparoskopi CA-125 tidak
mempunyai nilai diagnostik.
i. Penatalaksanaan
a. Konservatif
Beberapa obat telah dipakai untuk terapi medis untuk nyeri
endometriosis, yaitu obat-obat hormon antara lain:
• Pil kontrasepsi kombinasi 🡪 bekerja dengan menekan LH dan FSH
serta mencegah ovulasi. dipakai secara luas untuk mengatasi keluhan
dismenore dan nyeri panggul terkait dengan endometriosis
• Progestin 🡪 Mekanisme lain yang mendasari kerja progestogen
untuk terapi endometriosis, yaitu supresi Matrix metalioproteinase
(MMP), suatu enzim yang berguna untuk pertumbuhan dan
implantasi lesi endometriosis. Selain itu progestogen juga mampu
menekan proses angiogenesis.

• Aromatase Inhibitor🡪 sebagai obat untuk mengatasi nyeri


endometriosis yaitu dengan cara menekan ekspresi enzim aromatase
P450 yang berfungsi sebagai kalatalisator konversi androgen
menjadi estrogen. Efek samping pemberian aromatase inhibitor
adalah hipoestrogen. penggunaan aromatase inhibitor yang
dikombinasi dengan pil kontrasepsi kombinasi, progestogen dan
agonis GnRH mampu mengurangi keluhan nyeri secara bermakna.
• Danazol
Danazol adalah derivat 17-etiniltestosteron dan bekerja dengan cara
menghambat lonjakan LH dan steroidogenesis serta meningkatkan
kadar free testosteron. Pemakaian Danazol menimbulkan efek
samping hiperandrogen yang dapat berupa hirsutisme, jerawat,
peningkatan berat badan dan perubahan suara menjadi lebih berat
seperti suara laki-laki. Dalam mengatasi keluhan nyeri endometriosis
tersebut ternyata Danazol sama baik dengan GnRH agonis tetapi
karena efek samping hiperandrogen sehingga jarang digunakan.
• Analgetika🡪 Pada endometriosis kadar prostaglandin meningkat
pada zalir peritoneum. Karena itu obat antiprostaglandin, yaitu non-
steroid antiinflammation drug (NSAIDs) dipakai secara luas di
lapangan sebagai analgetika. Walaupun sebagai terapi lini pertama
nyeri endometriosis, namun tidak semua data mendukung
penggunaan NSAID untuk endometriosis. Terdapat satu bukti
mendukung NSAID mempunyai efek positif untuk mengatasi
dismenore primer.
b. Terapi Bedah
DAFTAR PUSTAKA

Delfi Luthan. Ilmu Kandungan.. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo, 2011.
Parveen Parasar. Endometriosis: Epidemiology, Diagnosis and Clinical
Management. HHS Public Access.2017
Samer sourial. Theories on the Pathogenesis of Endometriosis.Internatinal
Journal of Reproductive Medicine.2014

Anda mungkin juga menyukai