Anda di halaman 1dari 15

Sejarah Rahasia Iluminati (1)

NWO adalah New World Order. Tatanan Dunia Baru. Dalam bahasa latin yang tercetak
di mata uang US Dollar dinamakan “Novus Ordo Seclorum”. Bahasa Inggrisnya: New
Order of the Ages. Dan banyak pula yang menyebutnya dengan “Novus Ordo Mundi”.

Di sini kita tidak bermain di tataran etimologis. Kita akan menyebutnya dengan satu
frasa singkat yang sudah populer di dunia yaitu “NWO”, yang memiliki arti sebagai:
“Satu Tatanan Dunia Baru yang dipimpin oleh satu kekuatan super power yang berada
di atas negara-negara lainnya.” Dan para futurolog lebih menyukai istilah: Globalisasi.
Dunia kita sekarang, kondisinya nyaris sudah seperti ini.

Terciptanya NWO tidak serta merta terjadi. Ada proses konspiratif yang panjang yang
melibatkan kekuatan-kekuatan di balik layar yang memiliki banyak nama namun punya
satu tujuan. Secara populer kita mengenal istilah Freemasonry, Illuminati, Kabbalah,
Zionisme, Bilderberger, Rockefeller Citizen, Trilateral Comission, Club of Rome,
Bohemian Grove, dan lain sebagainya.

Nah, masalahnya banyak di antara kita yang kurang memahami istilah-istilah ini dengan
baik. Bahkan banyak orang yang mengaku sebagai sejarawan, dan juga penulis, yang
secara ngawur menuding bahwa sesuatu itu adalah Illuminati atau sesuatu yang lain
adalah Freemasonry. Terlebih jika sudah berbicara mengenai bahasa simbol.

Agar kita semua memiliki wawasan yang benar tentang NWO, dan juga kaitannya
dengan sejarah Freemasonry dan Illuminaty serta yang lainnya, ada baiknya kita
menelusuri sejarahnya yang memang tidak akan pernah diberikan oleh lembaga-
lembaga pendidikan formal, namun diberikan oleh kitab-kitab suci seluruh agama langit.

Eramuslim akan menuliskan serial terbarunya ini untuk Anda semua. Salah satu buku
yang nantinya banyak dikutip adalah”Knights Templar Knights of Christ” (Rizki
Ridyasmara, 2006) yang sekarang sudah tidak lagi dipasaran. Semoga dengan
mengetahui sejarah panjang tentang konspirasi penguasaan dunia ini, kita bisa lebih
cermat dan cerdas dalam menyikapi dunia dengan segala isinya. Tugas manusia hanya
satu yakni tetap berada dalam ketauhidan selama jantung masih berdetak. Dan tugas
iblis juga cuma satu yaitu mengeluarkan manusia dari jalan ketauhidan. Selamat
menyimak.

Kisah Bermula

Semua agama langit di dalam kitab-kitab sucinya selalu memuat fragmen Adam dan
Hawa (atau Eva) yang terusir dari Surga (Eden) sebagai awal muasal keberadaan
manusia di bumi. Di dalam kitab suci Al-Qur’an surah Al-Baqarah dan beberapa surah
lainnya, kisah tentang Adam dan Siti Hawa ini dimuat. Bahkan Ibnu Abbas
meriwayatkan jika terusirnya Adam dan Hawa dari Surga diikuti oleh Iblis dan Ular.

Literatur Barat yang berpegangan pada Injil kitab Genesis (Kejadian), menyebutkan jika
Adam dan Hawa memakan buah Apel atas bujukan iblis sehingga diusir dari Eden.
Kelak di kemudian hari, simbol buah Apel yang tergigit akan menjadi salah satu simbol
terpopuler di dunia. Salah satunya dipopulerkan oleh Macintosh, di mana komputer
keluaran pertamanya dihargai sejumlah 666 dollar! Tentang sejarah simbol Apel dan
kisah Apple-Macintosh dengan harga 666 dollarnya akan dibahas kemudian dalam
rubrik baru eramuslim tentang Simbologi.

Di bumi, Adam dan Hawa beranak pinak, dan seiring jalannya waktu, akhirnya anak
cucunya menyebar ke berbagai permukaan bumi. Sebagai manusia beriman, Adam dan
Hawa berupaya agar anak cucunya menjalani hidup dengan lurus, mengikuti jalan
ketauhidan, dan hanya menyembah kepada Allah Swt. Namun di sisi lain, iblis juga tidak
tinggal diam. Sepanjang waktu iblis selalu mencari celah agar anak-cucu Adam bisa
menjauhi ketauhidan dan menjadi bagian dari kelompok pengikutnya.
Waktu terus bergulir, bumi terus berputar dan siang serta malam silih berganti. Dari
bulan, tahun, hingga bilangan abad. Akhirnya anak cucu Adam telah menyebar ke
berbagai belahan bumi. Dan selaras dengan sunnatullah, ada yang tetap dalam
keimanannya dan ada pula yang ingkar. Ada segolongan manusia yang tetap
memelihara ketauhidan di dalam hatinya, dan ada pula yang mencari tuhan-tuhan lain
selain Allah azza wa jalla. Yang terakhir ini adalah mereka yang tertipu oleh bujuk rayu
iblis sebagaimana Adam dan Hawa pernah tertipu di Surga.

Entah pada tahun keberapa sebelum masehi, dari berbagai peninggalan purba yang
diketemukan oleh para arkeolog di masa sekarang, diketemukan fakta jika pada suatu
massa manusia-manusia di bumi ini telah memiliki sistem kepercayaan yang nyaris
serupa yaitu melakukan penyembahan terhadap Ular dan Matahari. Ritual
penyembahan terhadap Ular bisa ditemui di Mesir Kuno seperti yang terdapat di bagian
depan mahkota para Firaun dan juga kisah di dalam Al-Quran tatkala Musa a.s. ketika
melawan pasukan penyihir Firaun.

Selain di Mesir Kuno, ritual penyembahan Ular juga ditemukan di Pompeii Italia, Suku
Aztec di Amerika tengah, di Yunani, dan juga Persia. Coba bayangkan, di zaman purba
ketika bumi masih gelap gulita, listrik belum diketemukan, alat transportasi massal
belum ada dan alat komunikasi yang bisa menghubungkan antar benua juga belum ada,
manusia-manusia di berbagai belahan dunia yang letak geografisnya saling berjauhan
bisa memiliki sistem kepercayaan yang sama terhadap Ular. Mereka menuhankan Ular,
binatang yang sampai sekarang dianggap sebagai personifikasi Iblis atau Setan.

High Priestess Maxine Dietrich di dalam artikel berjudul “Teaching of Ancient Egypt: The
Brotherhood of the Snake” (2002) menulis, “Setan membentuk kelompok persaudaraan
ular bagi para manusia pengikutnya agar mereka bisa merasakan kondisi kejiwaan dan
spiritual tingkat tertinggi”.

Oleh para ahli, Persaudaraan Ular atau Brotherhood of Snake ini diyakini berada di balik
rezim-rezim thagut seperti Para Pendeta Amon yang berada di belakang Firaun, yang
membunuhi para Nabi Allah Swt, yang menghasut King Harodes agar memburu Isa a.s.,
dan di dalam sejarah modern mereka pula yang diyakini menghasut Paus Urbanus II
agar mengibarkan bendera Salib untuk merebut Yerusalem.

Selain penuhanan terhadap Ular, Iblis juga menciptakan sistem penuhanan terhadap
Matahari. Sistem kepercayaan ini juga didapati di berbagai belahan dunia pada zaman
purba. Antara lain di Irak, Persia, Yunani Kuno, Roma Pagan, Mesir Kuno, Amerika
Selatan, Jepang, dan Syiria.
Sejarah Rahasia Iluminati (2)

Selain penyembahan terhadap ular yang merupakan simbolisme iblis, mereka ini juga memiliki
sistem kepercayaan penyembahan terhadap Dewa Matahari. Salah satu yang terkenal di dalam
sejarah yang memiliki kepercayaan terhadap Dewa Matahari adalah Raja Nimrod. Raja inilah yang
membangun Menara Babel dan juga mengawini ibunya sendiri yang bernama Semiramis. Kelahiran
Nimrod yang terjadi pada 25 Desember inilah yang sekarang dirayakan sebagai Hari Natal.

Selain Nimrod yang menguasai Babilonia dan menjadi induk dari sihir Kabbalah di kemudian hari,
orang-orang Majusi di Persia (Iran) juga menuhankan Ahumarazda, Tuhan Matahari. Lalu ada pula
Helios, sang Dewa Matahari bangsa Yunani kuno (Greek), yang secara khusus membangun sebuah
kota khusus untuk menyembah Helios yaitu Heliopolis atau kota Cahaya.

Di Roma Kuno, dikenal Dewa Mithra, Dewa Matahari yang dipengaruhi sistem kepercayaan Persia.
Pengikutnya disebut Mithraism. Kemudian yang tak kalah tekenalnya adalah Firaun di Mesir Kuno
yang menyembah Ra, Dewa Matahari. Firaun sendiri salah satu sebutannya adalah Raja Cahaya.

Jauh di pedalaman benua Amerika, di sebelah selatannya, Suka Inca, Maya, dan Aztec, juga
menyembah Dewa Matahari di mana didirikan kuil Matahari berbentuk pramida terpancung. Suku
Inca menyebut Tuhan Mataharinya dengan nama Inti; Aztec menyebutnya Virachocha, dan Suku
Maya menamakannya Dewa Kukulchan (Film “Apocalypto” karya Mel Gibson sedikit banyak memuat
ritual pemujaan suku Maya terhadap Dewa Mataharinya ini di piramida terpenggal).

Bangsa Jepang juga punya sistem kepercayaan serupa dengan Shintoisme-nya di mana Tuhan
Matahari Feminim disebut sebagai Amaterasu. Di Syiria, Tuhan Matahari disebut sebagai Adonis dan
Atis. India juga punya Btara Surya, Sang Dewa Matahari.

Tuhan Ular dan Tuhan Matahari merupakan dua tonggak penting dalam memetakan sistem
kepercayaan iblis dalam masa pra sejarah umat manusia di dunia ini. Walau para arkeolog sudah
berusaha dengan sekuat tenaga membuat batu dan fosil “bisa berbicara”, namun tetap saja asal dan
usul kelompok ini sangatlah gelap. Kita hanya dapat membuat rekaan dan menduga-duga. Dan
disinilah peran kitab suci agama-agama langit untuk menerangkannya.

Lebih dari kitab suci agama langit apa pun juga, kitab suci al-Qur’an merupakan satu-satunya kitab
suci yang sejak ditulis hingga sekarang tetap dalam keasliannya. Tidak ada satu titik pun yang
berubah, ditambah atau dihilangkan. Ini berbeda sekali dengan kitab suci lainnya semisal Alkitab.

Di dalam Al-Qur’an terdapat banyak sekali kisah, yang di antaranya menyebut kaum Yahudi sebagai
kaum yang telah berkali-kali mengingkari ketauhidan. Bahkan kaum ini dengan terang-terangan
memusuhi Taurat yang diturunkan Allah Swt kepada Musa a.s. dengan membuat sebuah ‘kitab suci‘
yang ditulisnya sendiri bernama Talmud. Kitab hitam inilah yang kelak melahirkan paham zionisme
yang sangat rasis dan semuanya sesuai dengan ajaran iblis.

Sejak kaum Yahudi mengingkari Musa a.s. dan lebih mematuhi Samiri dengan patung anak sapinya
yang bisa mengeluarkan suara, maka sejak itu Kaum Yahudi menjadi kaum satanik. Walau demikian
Allah swt masih menyayangi mereka dan berkali-kali diutus Nabi dari golongan mereka sendiri
dengan tugas mengembalikan kaum Yahudi dari kesesatan kepada ketauhidan, namun sejarah telah
menorehkan tinta hitamnya tentang kaum yang satu ini hingga dunia merasa muak dan memusuhi
mereka sepanjang sejarahnya.

Kabbalah dan Lahirnya Biarawan Sion

Tentang Biarawan Sion, atau Zion, kita akan mengutip buku Knights Templar Knight s of Christ (2006)
dalam bab yang juga berjudul “Biarawan Sion”. Berikut salinannya:

Di halaman pertama novel The Da Vinci Code (Dan Brown), tertulis: “FAKTA… Biarawan Sion adalah
organisasi nyata—sebuah masyarakat rahasia Eropa yang didirikan pada tahun 1099.

Pada tahun 1975, Perpustakaan Nasional di Paris menemukan sebuah perkamen yang dikenal
sebagai Les Dossiers Secrets , yang mengidentifikasi sejumlah anggota Biarawan Sion, yang
mencakup nama-nama seperti Sir Isaac Newton, Botticelli, Victor Hugo, dan Leonardo Da Vinci.”

Nama-nama seperti The Knights Templar, Freemasonry, dan Iluminati mungkin bagi banyak orang
sudah tidak asing lagi, seperti halnya ketika kita mendengar istilah Zionisme. Namun untuk Biarawan
Sion atau The Priory of Sion, istilah tersebut kuranglah popular. Sebutan Biarawan Sion baru
terdengar pada abad ke-20. Wajar saja, karena yang satu ini memang gelap dan misterius. Bagai
menyusur terowongan yang gelap, banyak cabang, dan tanpa ujung, makin kita masuk ke dalam,
makin gelap, makin sulit memastikan, dan makin banyak yang tidak diketahui. Di antara berbagai
rahasia dan misteri dunia, bisa jadi, Biarawan Sion merupakan salah satu rahasia dan misteri yang
paling gelap dan paling menggelitik keingintahuan para peneliti sejarah dunia.

Segala upaya untuk menyibak kemisteriusan Biara Sion telah dilakukan. Tidak ada seorang pun yang
berani memastikan apa dan bagaimana sesungguhnya organisasi purba itu bekerja dan berasal. Ada
yang yang menyatakan organisasi ini didirikan sembilan tahun sebelum pasukan Salib di bawah
komando Godfroi de Bouillon merebut Yerusalem dari tangan umat Islam. Ada pula yang
menyatakan didirikan bertepatan dengan hari takluknya Yerusalem ke tangan pasukan salib yang
pedang dan kaki-kaki kudanya masih berlumuran darah kaum Muslim dan Yahudi. Namun ada pula
yang merunut jauh berabad-abad sebelumnya tatkala para Pharaoh masih berkuasa di Mesir kuno,
sebelum datangnya Nabi Musa a.s.
Menurut peneliti kebanyakan, bisa jadi, Godfroi de Bouillon memang yang mendirikan ordo ini
sebelum atau saat takluknya Yerusalem ke tangan pasukan salib. Namun darimana dan siapa
sesungguhnya anggota ordo ini berasal? Mengapa mereka tiba-tiba muncul dan langsung tampil di
pentas sejarah dunia dan sangat berkuasa, padahal tanpa latar belakang yang jelas. Siapa mereka
sesungguhnya?

Kemisteriusan Biara Sion ini bertambah-tambah ketika banyak kalangan mencari tahu tentang
organisasi yang satu ini, namun tidak bisa menemukan sesuatu keterangan yang bisa dianggap
akurat. Sebab itu, ada pula orang yang menduga bahwa organisasi ini sebenarnya palsu dan tidak
pernah ada dalam sejarah.

Terhadap tuduhan seperti ini, Dan Brown sebagai penulis The Da Vinci Code berujar filosofis, “Kita
tidak akan pernah tahu apa yang terjadi di masa lampau. Hal ini sama seperti sejarah. Seperti yang
dinyatakan oleh Napoleon Bonaparte, sejarah merupakan sebuah kejadian di masa lalu yang
kisahnya disetujui oleh beberapa pihak. Dan pihak yang menang atau berkuasalah yang menentukan
sejarah ini. Lagi-lagi saya tekankan, seberapa akuratnya sejarah itu sendiri? Seberapa benar adalah
benar?”

Selain itu, kode P.S yang dipahat pada nisan Marie de Blanchefort diyakini sebagai singkatan dari
Priory of Sion. Beberapa perkamen yang ditemukan pendeta Bérenger Sauniére dari pilar Gereja di
Rennes-le-Château, selatan Perancis, juga mengisyaratkan hal ini. Lalu ada pula Puri Gisors dengan
menara penjagaan berbentuk segi delapan. Puri Gisors ini merupakan sebuah pusat Biara Sion
setelah tahun 1188. Tidak banyak memang. Tapi hal yang sedikit tentu tidak bisa menjadikan kita
mengenyahkan sama sekali ‘keberadaan’ dari organisasi misterius ini. Apalagi bagi beberapa peneliti,
seperti yang ditulis The Holy Blood and the Holy Grail, mereka meyakini terdapat benang merah
yang cukup kuat antara Ordo Sion atau yang kemudian dikenal sebagai Biara Sion dengan Ksatria Kuil
(Knights Templar), dan kemudian mereka berubah menjadi Freemasonry dan segala bentuk
organisasi sejenis lainnya.

Diyakini, hal tersebut tidak berhenti sampai di sini. Mereka terus menggunakan berbagai ‘topeng’
dengan berbagai ‘nama’ dalam bekerja.

Adakah Masonic Bible, Scofield Bible , Bilderberger, Judeo-Christian (atau yang juga populer dengan
sebutan Kristen Zionis) , kelompok Neo-Con yang kini berkuasa di Amerika Serikat, dan bahkan
kampanye gerakan liberal dunia serta feminisme merupakan buah karya mereka pada abad ke-21?
Agaknya sulit memastikan hal ini, tapi mengapa secara instinktif terasa sekali pertautannya.
Sejarah Rahasia Iluminati (3)

Sebelumnya, kita akan mencoba terlebih dahulu untuk mencari tahu, minimal bisa
mereka-reka dengan pengetahuan yang cukup, tentang keberadaan Biarawan Sion
(Priory Sion) dan hubungannya dengan Ksatria Templar, sebuah ordo militer legendaris
yang namanya mencuat dalam Perang Salib.

Banyak yang percaya jika organisasi ketentaraan modern dan juga organisasi pasukan
elit dunia, sesungguhnya berasal dari ordo militer ini. Bahkan sejarah meyakini sistem
perbankan konvensional yang ada sekarang ini berasal dari salah satu kegiatan ordo.
Siapa yang sesungguhnya berada di belakang para Ksatria Templar?

Henry Lincoln dan kawan-kawan, ketika menyusuri berbagai perkamen dan dokumen
untuk menyusun buku The Holy Blood and the Holy Grail juga masih berspekulasi tentang
siapa yang sebenarnya berada di belakang ordo militer ini. Namun agar pencarian tidak
berhenti, akhirnya mereka bertiga dengan berani mengambil hipotesis bahwa di
belakang Ksatria Templar ada sebuah organisasi yang tak kalah misteriusnya bernama
Biarawan Sion.

“Kami tak berhenti pada kesimpulan ini, sebaliknya kami menggunakan ini sebagai
pijakan untuk penelitian selanjutnya,” tulis mereka.
Salah satu dokumen yang dijadikan ‘sandaran’ Henry Lincoln cs, bernama Dossiers
Secrets (Dokumen Rahasia). Dokumen Rahasia ini tersimpan di Perpustakaan Nasional
Perancis di Paris dengan Referensi Bibliografi nomor 4-Lml 249. Menurut dokumen ini,
Ordo Sion didirikan oleh Godfroy de Bouillon pada tahun 1090, sembilan tahun sebelum
dirinya memimpin penaklukan Yerusalem dari tangan kaum Muslimin yang berakhir
dengan tragedi berdarah di kota suci tersebut.

Dokumen lainnya, yang diistilahkan oleh Henry Lincoln cs disebut sebagai ‘Dokumen
Biara’ (The Priory Document) malah menyatakan Ordo Sion didirikan tahun 1099,
bertepatan dengan jatuhnya Yerusalem ke tangan pasukan Salib. Dan menurut
dokumen ini, King Baldwin I yang juga kakak lelaki dari Godfroy ‘menghutangkan
tahtanya’ pada ordo tersebut. Naskah itu juga memberitahu kedudukan resmi ordo
(markas induk) ada di sebuah gereja khusus bernama Abbey of Notre Dame du Mont de
Sion (Gereja Biara Notre Dame di Gunung Sion) di Yerusalem, atau juga di luar
Yerusalem, sebuah bukit tinggi yang terkenal di selatan kota. .

Di selatan kota Yerusalem inilah, daerah di mana berdiri ‘bukit tinggi’ Gunung Sion,
pada tahun 1099, saat pasukan salib membantai seluruh penduduk Yerusalem—baik
kaum Muslimin dan Yahudi—dalam penaklukkannya, mereka menemukan sebuah
reruntuhan di bukit tersebut. Reruntuhan ini mengindikasikan secara kuat bahwa dahulu
kala di daerah tersebut telah berdiri sebuah basilika atau Gereja Byzantium kuno yang
diperkirakan sudah berdiri pada abad ke-4 dan sebab itu disebut sebagai Induk Seluruh
Gereja (The Mother of All Church). Di atas reruntuhan gereja induk tersebut, Godfroi
memerintahkan dibangun kembali sebuah gereja yang ternyata dipergunakan oleh
golongannya sendiri. Gereja itu lebih mirip dengan menara dan benteng, yang kemudian
diberi nama Abbey of Notre Dame du Mont de Sion (Gereja Biara Notre Dame di
Gunung Sion). Karena kelaziman penamaan ordo disamakan dengan nama gerejanya—
misal Ordo Holy Sepulchure ternyata menempati Gereja Holy Sepulchure, maka banyak
sejarahwan meyakini kelompok Godfroi yang menempati Gereja Abbey of Notre Dame
du Mont de Sion ini dikemudian hari disebut dengan istilah Ordo Sion dan para
pendetanya dipanggil dengan sebutan Biarawan Sion (Priory of Sion).

Walau demikian, banyak pula sejarahwan yang menolak premis ini. Ada yang
memaparkan bahwa gereja tersebut dihuni oleh persaudaraan anggota Ordo Agustinian
yang memiliki nama ganda seperti ‘Saint-Marie du Mont Syon et du Saint-Esprit’ (Santa
Maria dari Gunung Sion dan dari Santa Esprit) . Ada pula yang menyatakan bahwa
gereja tersebut selama Perang Salib di Yerusalem dihuni oleh para ksatria dengan
nama ‘Chevaliers do Odre de Notre Dame de Sion’ (Kavaleri Ordo Notre Dame di Sion).

Petunjuk yang mungkin lebih jelas akhirnya datang dari Gérard de Sède. Menurutnya,
para biarawan Calabria yang dipimpin oleh seorang tokoh bernama ‘Ursus’ yang
dikaitkan dengan garis keturunan Dinasti Merovingian sebelum berangkat dari Orval,
mereka memasukkan seorang lelaki yang dikenal sebagai Peter the Hermit (Peter si
Pertapa). Dikatakan pula bahwa Peter si Pertapa itu diyakini sebagai pembimbing
pribadi Godfroi de Bouillon.

Pada tahun 1095, bersama Paus Urban II, Peter membuat dirinya dikenal di seluruh
umat Kristen karena khotbahnya yang mengobarkan Perang Salib untuk merebut
kembali Tanah Suci Yerusalem dari tangan kaum Muslim. Peter adalah salah seorang
penyebab diakhirinya perdamaian antara dunia Kristen dengan Islam, dengan
menyerukan Perang Salib.

Setelah Yerusalem jatuh ke tangan pasukan salib di tahun 1099, sekelompok tokoh
bersidang dalam konklaf rahasia yang diduga berasal dari Gereja Yohanit. Dari
Guillaume de Tyre didapat keterangan bahwa seorang uskup dari Calabria
mendominasi sidang itu dan sangat dihormati seluruh peserta. Pertemuan itu digelar
untuk menobatkan seorang Raja Yerusalem. Konon, saat itu secara aklamasi peserta
menunjuk Godfroi de Bouillon sebagai Raja Yerusalem, namun dengan sikap
merendahkan hati yang dibuat-buat, Godfroi menolaknya dan memilih untuk memakai
gelar “Pembela Holy Sepulchure” yang sesungguhnya lebih berkuasa dalam segala hal,
walau tidak menyandang istilah Raja. Baldwin I akhirnya dinobatkan sebagai Raja
Yerusalem. Ketika Godfroi meninggal dunia di tahun 1100, King Baldwin I menerima
gelar tersebut dan menjadi tokoh dengan dua gelar di Kota Suci itu: King of Yerusalem
dan Pembela Holy Sepulchure.

Menurut Lynn Picknett dan Olivia Prince dalam karyanya The Templar Revelation,
Godfroi de Bouillon sebenarnya telah bertemu dengan para wali ‘Gereja Yohanes’ atau
Kaum Yohanit yang misterius dan juga sering disebut ‘Ormus’. Hasil pertemuan rahasia
tersebut, mereka sepakat untuk membentuk suatu ‘kelompok atau pemerintahan
rahasia’. Biarawan Sion dan Ksatria Templar diciptakan sebagai bagian dari rencana
besar Gereja Yohanes ini.

Dari berbagai temuan, The Holy Blood and the Holy Grail membuat hipotesa sementara
bahwa Ordo Biara Sion merupakan ordo yang sangat berpengaruh di Yerusalem ketika
itu dan bahkan memiliki kewenangan besar untuk mengangkat seorang raja. Untuk
memastikannya memang sangat sulit. Yang kemudian banyak diyakini para peneliti
berdasar temuan-temuan mereka adalah bahwa di kemudian hari untuk mengamankan
dan mengefektifkan misinya, para Biarawan Sion ini kemudian membentuk Ordo Ksatria
Kuil (Knights Templar), sebuah ordo khusus militer. Yang didirikan secara resmi 20
tahun setelah penaklukan Yerusalem. Berdasarkan informasi ini, jelas, temuan Picknett
dan Prince lebih maju selangkah.
Awalnya, dari literatur yang bisa dijumpai, seluruh anggota Ordo Sion ini hanya ada di
Tanah Suci Palestina, di gereja luar Yerusalem. Ini setidaknya berlangsung sampai
dengan saat King Louis VII (1137-1180) kembali ke Perancis dari Perang Salib di
Yerusalem yang membawa serta sembilan puluh lima anggota Ordo Templar. Ordo
Templar merupakan ordo militer Ordo Sion. Enampuluh dua orang dari mereka
ditempatkan di sebuah biara besar Saint-Samson di Orleans.

Saat itu Ordo Sion maupun Templar telah menjadi satu ordo yang sangat kaya raya
dengan menguasai banyak rumah, gedung, dan lahan-lahan yang sangat luas di
Perancis, Spanyol, Itali, dan juga di Palestina.

Pada Perang Salib ketiga di tahun 1187 di mana pasukan Islam berhasil merebut Tanah
Suci Yerusalem yang saat itu diperintah oleh Guy de Lusignan, Raja Yerusalem setelah
King Baldwin IV wafat, dengan sendirinya seluruh anggota dan tokoh Ordo Sion juga
meninggalkan Palestina. Guy Lussignan sendiri adalah salah seorang tokoh Templar.
Rekannya, Reynald de Cathillon tewas ditebas batang lehernya oleh Salahuddin al-
Ayyubi, pemimpin pasukan Islam, karena Reynald dikenal suka menghujat Rasulullah
SAW dan pernah menghimpun pasukan Salib untuk menyerang Mekkah.
Sejarah Rahasia Iluminati (4)

Kejatuhan Yerusalem tersebut ke tangan pasukan kaum Muslimin pimpinan Salahuddin


al-Ayyubi oleh pihak Kristen dikatakan sebagai akibat dari kecerobohan—bahkan ada
yang mengatakan pengkhianatan—Grand Master Ordo Templar bernama Gerard de
Ridefort. Kejatuhan Yerusalem ini membawa implikasi yang tidak mudah dalam dunia
Kristen. Ribuan orang-orang Perancis dan sekitarnya yang bermaksud pergi ke
Yerusalem untuk ‘melamar’ menjadi anggota Ordo Sion akhirnya berbalik arah dan
kembali ke kampung halamannya. Para tokoh Ordo Sion, dan Templar, juga
meninggalkan Palestina dan menemukan sebuah basis baru di Perancis. Basis yang
baru ini bisa saja di Orleans atau juga di daerah pegunungan Bezu di Selatan Perancis,
dekat Rennes-le-Château.

Akibat kejadian di tahun 1187 tersebut, hubungan antara Ordo Sion dengan Ordo
Ksatria Templar rusak. Setahun kemudian, ‘ayah dan anak’ ini secara resmi berpisah.
Perpecahan ini diperingati dengan sebuah ritual yang disebut ‘The Cutting of the Elm’
(Penebangan Pohon Elm). Banyak kisah manipulatif tentang penebangan pohon elm ini
yang dibuat secara harfiah. Padahal diyakini, istilah tersebut tidak bisa diartikan secara
harfiah melainkan sebuah simbolisasi. Namun hingga sekarang, para penelti masih
menyusuri apa sebenarnya yang tersimpan di dalam simbolisasi penebangan pohon
Elm tersebut?

Setelah peristiwa 1188, Ordo Biara Sion memilih Grand Masternya sendiri, lepas dari
Grand Master Knights Templar, dan memilih Jean de Gisors yang dilahirkan pada tahun
1133 dan meninggal dunia pada 1220. Orang ini juga diliputi kemisteriusan sejarah dan
jejak kehidupannya begitu kacau. Nama Ordo Sion pun kemudian diubah menjadi
Prieuré de Sion (Biara Sion). Dalam dokumen yang lain disebutkan juga bahwa mereka
memiliki sebuah nama lain: Ormus. Yang dipakai setahun sebelum penangkapan dan
pengejaran Ordo Templar di Perancis.

Tentang keberadaan Biarawan Sion, Lynn Picknett dan Clive Prince yang juga
melakukan penelitian langsung ke berbagai jantung heresy Eropa hingga menghasilkan
buku “The Templar Revelation: Secret Guardians of the True Identity of Christ” (1997),
juga sependapat dengan Michael Baigent dan kawan-kawan.

Mereka adalah kelompok kuasi-Masonik atau Ordo Ksatria yang memiliki ambisi-ambisi
politis tertentu dan, kelihatannya, juga kekuasaan “belakang layar” yang sangat besar.
Meski demikian, teramat sulit untuk memetakan posisi Biarawan Sion. Kesulitan ini
mungkin disebabkan oleh adanya sesuatu yang bersifat simeris (nyaris utopis) di
seputar aktivitasnya. Bahkan dalam penelitiannya, Picnett dan Prince mengaku telah
bertemu dan banyak dibantu seorang informan rahasia—yang dinamakan
‘Giovanni’(versi bahasa Italia untuk John atau Yohanes, sebuah nama yang banyak
dipilih oleh para petinggi Biarawan Sion karena mengacu pada sosok Yohanes Sang
Pembaptis yang sangat dihormati mereka ketimbang Yesus)—yang merupakan anggota
dari Biarawan Sion sendiri yang berasal dari Perancis.

Awalnya, kedua peneliti yang memiliki latar belakang sebagai pengajar di bidang
paranormal, okultisme, serta misteri sejarah dan agama di London ini merasa ragu
dengan Giovani. Namun setelah menjalani hubungan yang dekat dan intens, mereka
berdua akhirnya meyakini bahwa apa yang diakui Giovanni memiliki kebenaran.

“Perjumpaan dan hubungan kami dengan Giovanni meyakinkan kami bahwa ia, setidak-
tidaknya, bukanlah pembual dan bahkan informasinya dapat dipercaya. Ia tidak hanya
menyampaikan kepada kami berbagai fakta yang tidak ternilai harganya mengenai kain
kafan Turin, tetapi juga menyebutkan secara rinci orang-orang dari masa sekarang yang
menjadi anggota kelompok Biarawan Sion atau berbagai organisasi esoteris dan rahasia
lain, di Inggris maupun di Eropa daratan. Misalnya, ia menyebut seorang konsultan
penerbitan, yang pernah bekerjasama dengan kami pada 1970-an, sebagai anggota
kelompoknya. Sekilas, pernyataan Giovanni mengenai orang ini tampak sebagai rekaan
imajinasinya, tetapi beberapa bulan kemudian sesuatu yang sangat aneh terjadi,” tulis
Picknett.

Kisahnya terjadi saat sebuah pesta yang diselenggarakan seorang kenalan pada
November 1991 di sebuah restoran mewah yang letaknya berdekatan dengtan distrik
mereka. Konsultan itu hadir walau dia tinggal sangat jauh. Konsultan itu mengundang
Picknett dan Prince ke kediamannya. Setelah memenuhi undangan tersebut, peneliti ini
sampai pada kesimpulan bahwa konsultan tersebut memang anggota Biarawan Sion.
Apalagi konsultan itu yang taat menjalankan ritual okultisme, kemudian juga
mengadakan sebuah pesta amat mewah di rumahnya yang terletak di sebuah desa.
Namun tamu-tamunya bukanlah orang sembarangan, …semua yang hadir di sana
adalah pejabat perbankan internasional yang ternama.

Disebabkan pengalaman dan penelitian yang panjang itulah, mereka sampai pada
keyakinan bahwa Biarawan Sion modern—seperti yang dikatakaln Plantard kepada
Michael Baigent dan kawan-kawan—bukan sekadar ciptaan atau temuan segelintir
orang Perancis yang punya fantasi monarkis sebagaimana dituduhkan oleh sebagian
kritikus. “Berdasarkan pengalaman dan temuan kami, tidak ada keraguan sedikit pun di
benak kami untuk memercayai bahwa Biarawan Sion sungguh-sungguh ada pada masa
kini,” demikian tulis mereka.

DOSSIERS SECRETS DAN PIERRE PLANTARD

Sebelum kita menelusuri lebih jauh, ada baiknya kita berhenti sejenak untuk mencermati
kisah tentang Pierre Plantard yang dikatakan sebagai orang yang berada di belakang
penulisan Les Dossiers Secrets—dokumen rahasia—yang memuat nama sejumlah
tokoh Barat sebagai Grand Master Biara Sion.
Henry Lincoln dan dua penulis The Holy Blood and the Holy Grail lainnya menyatakan
kesulitan untuk menentukan sejak kapan awal mula Biara Sion diketahui berdiri.

Ada pula yang meyakini bahwa cikal bakal Biara Sion bermula pada tahun 43 Masehi, ketika
Raja Herod (King Herod Agrippa) bersama-sama dengan delapan pendeta Yahudi
merencanakan sebuah gerakan untuk memenangkan dunia. Namun catatan ini pun sulit
untuk menemukan pembuktian atau dokumen-dokumen pendukung yang lebih kuat.
Namun ketika mereka menemukan Les Dossiers Secrets, mereka akhirnya mengambil
sebuah pijakan sementara yang akan diuji kemudian. Salah satu temuan mereka
mengatakan bahwa di Annemasse, Perancis, pada tahun 1956 telah berdiri satu organisasi
resmi bernama Priory of Sion yang telah mendaftarkan diri—sesuai hukum Perancis—di
Sous-Prefecture of Saint Julien-en Genevois, pada 7 Mei 1956. Pendaftarannya sendiri
dicatat pada tanggal 20 Juli 1956 di ‘Journal Officiel de la République Française dengan
dewan pendiri empat orang: Pierre Plantard, André Bonhomme, Jean Delaval, dan Armand
Defago.

Priory the Sion juga memiliki nama lain yakni “Chevalerie d’Institutions et Régles
Catholiques d’Union Independence et Traditionaliste” (C.I.R.C.U.I.T) atau dalam bahasa
Inggris berbunyi: Chivalry of Catholic Rule and Institution and of Independent Traditionalist
Union. Organisasi dikabarkan bubar pada bulan Oktober 1956, lalu muncul kembali tahun
1962 dan 1993. Semuanya oleh Pierre Plantard .

Ada yang menyatakan bahwa Plantard pernah terlibat dalam tindakan kriminal, yaitu
perbuatan menipu, seperti yang dikatakan oleh sebuah dokumen di Sous-Prefecture of
Saint-Julien en Genevois. Di belakang hari, hal ini dijadikan salah satu landasan utama oleh
kalangan yang menganggap Priory of Sion tidak ada dan sekadar dusta dari Plantard.
Benarkah demikian? Kita simak dulu perjalanan keterangan ini.

Menurut pengakuan Plantard, Priory of Sion semula dimaksudkan sebagai sebuah


perkumpulan yang mampu mendudukan kembali pewaris Dinasti Merovingian, sebagai
keluarga besar yang memiliki darah suci keturunan Yesus, sebagai raja di Eropa. Untuk itu,
ini menurut kalangan yang menganggap Priory of Sion tidak ada, dengan dibantu oleh
rekannya bernama Philipe de Cherisey, Plantard membuat sebuah naskah dan perkamen
palsu yang dikatakannya ditemukan oleh Pendeta Saunière saat merenovasi gereja Magdala
di Rennes-le-Château. Dokumen-dokumen dan naskah ini selain berisi daftar nama Grand
Master Biara Sion, juga menyinggung tentang garis keturunan Merovingian yang masih
hidup.

Ada banyak yang dikerjakan Plantard untuk mengungkap keberadaan The Priory of Sion di
tahun 1961-1984. Ini dianggap mereka sebagai upaya manipulasi sejarah. The Dossiers
Secrets oleh Plantard disimpan di Bibliothèque nationale de France (BN) di Paris, yang
kemudian ditemukan oleh Henry Lincoln, dan mengantarkan Henry Lincoln ini kepada
Plantard. Menurut Dossiers Secrets, Suku Sicambrian-Frank, yaitu suku yang asal dari
Dinasti Merovingian, asli Yahudi. Mereka berasal dari Suku Benyamin, suku ke-13 bangsa
Yahudi yang hilang dan bermigrasi ke Yunani dan kemudian ke Jerman, satu wilayah yang
kemudian membuat mereka dikenal sebagai suku atau orang Sicambrian.

Dalam upayanya menelisik keabsahan dokumen rahasia tersebut, Henry Lincoln dan
kawan-kawan menemukan kejadian-kejadian aneh yang menimpa para penulis yang telah
menuliskan hal-hal terkait hal ini. Sekurangnya ada empat penulis yang diketemukan mati
secara misterius secara bersamaan, sama sekali bukan bunuh diri. Seolah ada pihak atau
kelompok yang tidak ingin sesuatu yang selama ini tertutup rapat, diketahui publik.
Beberapa kejadian juga dialami Lincoln sehingga membuat dirinya akhirnya harus merasa
yakin dengan kebenaran dokumen rahasia tersebut.

Dalam The Holy Blood and the Holy Grail, Henry Lincoln dan kawan-kawan untuk Biara
Sion sampai pada beberapa kesimpulan:

o Biara Sion berdiri di belakang Ksatria Templar dan dialah yang


membentuknya secara rahasia. Biara Sion dipimpin oleh para Grand Master
yang terdiri dari tokoh-tokoh Barat.
o Walau Ksatria Templar telah dihancurkan antara tahun 1307-1314, Biara
Sion tetap tidak terjamah dan terus berjalan selama berabad-abad dalam
bayangan gelap dan di balik layar, dan secara misterius berada di belakang
sejumlah peristiwa penting dalam sejarah Barat.
o Ordo Biara Sion masih ada hingga kini dan masih menjalankan
kegiatannya.

BERSAMBUNG KE PART 2 InsyaaAllah

Anda mungkin juga menyukai