KELOMPOK PENYELENGGARA
PEMUNGUTAN SUARA (KPPS)
i
Modul Pengantar, Harapan, dan Komitmen Belajar
Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS)
Penulis:
Yenly El Manoferi
Sayyid Al Bahr Maulana
Sekarlinasti
Andi Tenri Sompa
Editor:
Wahyu Yudi Wijayanti
Rochani
Theodorus Kossay
Rusman Sudarsono
Andika Pranata Jaya
Abdullah Sapi’i
Mey Nurlela
Muhammad Tarmizi
I Gede John Darmawan
Penerbit :
KOMISI PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA
Ukuran Buku :
ISBN :
ii
PEMBINA
Ketua KPU
Hasyim Asy’ari
Anggota KPU
Parsadaan Harahap
Yulianto Sudrajat
Betty Epsilon Idroos
Mochammad Afifuddin
Idham Holik
August Mellaz
PENGARAH
Bernad Dermawan Sutrisno
PENANGGUNG JAWAB
Wahyu Yudi Wijayanti
TIM PENYUSUN
Yenly El Manoferi
Sayyid Al Bahr
Sekarlinasti
Andi Tenri Sompa
TIM EDITOR
Wahyu Yudi Wijayanti
Rochani
Theodorus Kossay
Rusman Sudarsono
Andika Pranata Jaya
Abdullah Sapi’i
Mey Nurlela
Muhammad Tarmizi
I Gede John Darmawan
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, atas
nikmat sehat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan modul
pelatihan KPPS dengan Materi “Pengantar, Harapan, dan Komitmen Belajar”. Modul ini
disusun sebagai bahan pelatihan bagi Fasilitator di lingkungan Komisi Pemilihan Umum,
Komisi Pemilihan Umum Provinsi, Komisi Pemilihan Umum Kabupaten/Kota, Panitia
Pemilihan Kecamatan, Panitia Pemungutan Suara, dalam mengikuti Pelatihan Modul
Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara, sehingga Fasilitator akan mempunyai
kemampuan pengetahuan, ketrampilan, dan sikap yang terstandar dalam memfasilitasi
pelatihan.
Modul ini mencakup perkenalan kegiatan, fasilitator, dan lingkungan, serta bina
suasana dan motivasi belajar, juga harapan peserta dan komitmen pembelajaran. Kami
berharap modul ini dapat menjadi acuan yang berguna dan dapat membantu para fasilitator
di setiap tingkatan, dalam mengelola proses belajar mengajar.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasa bahkan dari segi materinya.
Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami mengharapkan segala saran dan kritik agar dapat
memberikan masukan terhadap modul ini. Akhir kata, kami berharap semoga modul ini dapat
memberikan manfaat maupun inspirasi dalam proses pelatihan bagi Kelompok Penyelenggara
Pemungutan Suara.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dalam penyusunan modul ini. Semoga modul ini dapat menjadi panduan yang bermanfaat
dan dapat meningkatkan kompetensi para fasilitator dan penyelenggara Pemilu di
lingkungan Komisi Pemilihan Umum.
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
C. TUJUAN PEMBELAJARAN................................................................................. 2
A. IDENTITAS ............................................................................................................ 3
C. TUJUAN PEMBELAJARAN................................................................................. 3
E. PERKENALAN ...................................................................................................... 4
J. LATIHAN ............................................................................................................... 8
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Keberhasilan penyelenggaraan Pemilu 2024 tidak terlepas dari keberhasilan kerja
Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) sehingga persiapan sumber daya
manusia yang berperan menjadi KPPS harus melewati proses pelatihan untuk
menyamakan standar pemahaman dan kinerja akan tugas dan tanggung jawabnya selama
Pemilu 2024. Pelatihan KPPS harus didukung oleh proses pembelajaran yang berjalan
dengan tertib dan lancar, hubungan antar peserta yang akrab, hubungan antara peserta
dengan panitia dan fasilitator juga harus terjalin dengan baik. Situasi seperti ini merupakan
syarat mutlak bagi terciptanya proses pembelajaran yang kondusif, yang pada akhirnya
setelah pelatihan selesai para peserta yaitu KPPS diharapkan dapat menerapkan ilmu
pengetahuan yang diperoleh selama pelatihan, keterampilan dan sikap yang diperoleh
dalam pelaksanaan tugas sebagai KPPS.
Keberhasilan pelatihan secara keseluruhan ditentukan oleh tingkat kesiapan peserta
dalam proses belajar mengajar baik kesiapan secara fisik maupun kesiapan secara mental
emosional. Kondisi seperti ini baru akan dapat tercapai apabila seluruh peserta saling
mengenal dengan baik, dengan siapa mereka akan bekerja sama serta siapa sebenarnya
dirinya dan siapa orang lain yang berada di luar dirinya. Di samping itu perlu juga aturan
main dalam bekerja sama dan berperilaku yang seharusnya dan memahami materi-materi
yang akan diikuti selama pelatihan.
Membangun komitmen Pembelajaran (Building Learning Commitment) pada
prinsipnya adalah menyiapkan peserta pelatihan agar saling membangun kepercayaan
sesama peserta (trust), memiliki sikap keterbukaan (openness), memiliki rasa tanggung
jawab (responsibility) dan merasa dirinya merupakan bagian tidak terpisahkan dari yang
lainnya (interdependency). Sehingga, sesi awal sebelum peserta menerima materi inti dari
pelatihan menjadi sesi yang penting agar suasana kelas saat menerima materi kondusif dan
manfaat yang diterima oleh peserta menjadi maksimal.
1
B. DESKRIPSI SINGKAT
Pokok bahasan sesi Pengantar, Harapan, dan Komitmen Belajar dimaksudkan agar
semua peserta pelatihan mampu menciptakan komitmen yang positif dan mampu menciptakan
suasana pelatihan yang kondusif agar semua pihak dapat memperoleh manfaat yang maksimal
dari proses pelatihan yang sedang berlangsung. Penguasaan tentang belajar dan bekerja
berkelompok dengan komitmen tinggi merupakan langkah pertama dan utama dalam proses
pelatihan yang berkualitas. Oleh karena itu untuk dapat mencapai maksud tersebut diperlukan
upaya dari fasilitator untuk menyediakan sarana dan media pelatihan yang menyenangkan, dan
para peserta pelatihan dituntut untuk secara sadar dan sungguh-sungguh untuk dapat
menetapkan dan melaksanakan komitmen yang mereka rumuskan dan sepakati secara bersama.
Materi harapan dan komitmen belajar ini ditujukan agar tercipta dan terbangunnya
komitmen sehingga hadirnya suasana pelatihan yang kondusif, munculnya motivasi yang tinggi
dari peserta pelatihan dan ditunjang dengan fasilitator yang mampu memfasilitasi motivasi
tersebut, akan membawa pada keberhasilan pencapaian target belajar.
C. TUJUAN PEMBELAJARAN
Adapun Tujuan Pembelajaran ini adalah :
1. Untuk mencairkan suasana yang kaku karena antar peserta pelatihan belum saling
mengenal;
2. Menyiapkan peserta agar dapat berkomunikasi, dan bertukar pengalaman secara
terbuka;
3. Menciptakan suasana belajar yang menggembirakan dan menyenangkan;
4. Menetapkan harapan dan kedisiplinan yang disepakati bersama.
2
BAB II
PENGANTAR, HARAPAN, DAN KOMITMEN BELAJAR
A. IDENTITAS
Materi : Pengantar, Harapan dan Komitmen Belajar
Alokasi Waktu : 15 Menit/1 Pertemuan
Media Pembelajaran : Modul, Power Point dan Video
B. DESKRIPSI SINGKAT
Pokok bahasan ini dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada peserta
pelatihan (fasilitator) dalam membina suasana kelas termasuk didalamnya perkenalan
kegiatan, perkenalan fasilitator, dan pengenalan lingkungan, juga memberikan
pemahaman kepada peserta tentang bina suasana dan motivasi belajar, serta harapan dan
komitmen belajar.
C. TUJUAN PEMBELAJARAN
Materi pembelajaran ini diberikan dengan tujuan :
1. Peserta memahami cara membina suasana kelas termasuk di dalamnya perkenalan
kegiatan dan perkenalan fasilitator;
2. Peserta memahami pengenalan lingkungan, juga memberikan pemahaman kepada
peserta tentang bina suasana dan motivasi belajar, serta harapan dan komitmen
belajar.
3
E. PERKENALAN
1. Perkenalan Kegiatan
Fasilitator membuka pelatihan dengan menyapa peserta dan menyampaikan
tujuan dari pelatihan yang sedang diselenggarakan. Sesi pembukaan pelatihan dimulai
dengan kedatangan peserta ke ruang pelatihan, di mana mereka disambut dengan hangat
oleh fasilitator. Fasilitator, sebagai pengarah acara, memulai sesi dengan sapaan ramah
dan menyampaikan ucapan terima kasih atas partisipasi peserta. Setelah itu, fasilitator
menyampaikan tujuan dari pelatihan yang akan diikuti peserta. Hal ini mencakup
penyajian gambaran umum mengenai apa yang diharapkan dicapai oleh peserta pada
akhir pelatihan. Dalam proses ini, fasilitator dapat menekankan manfaat pelatihan serta
relevansinya dengan kebutuhan peserta.
2. Perkenalan Fasilitator
Sesi perkenalan fasilitator dan tim merupakan langkah krusial dalam membuka
pelatihan. Dalam waktu singkat, sekitar satu menit, fasilitator memperkenalkan diri
secara singkat, menyampaikan latar belakang dan pengalaman yang relevan yang
mendukung keahlian mereka sebagai pemimpin pelatihan.
3. Pengenalan Lingkungan
Fasilitator memandu peserta melalui ruang kelas sambil memberikan
pengenalan singkat tentang fasilitas-fasilitas penting. Ini termasuk mushola, toilet, dan
area umum lainnya. Peserta diinformasikan secara singkat tentang lokasi dan cara
mengakses fasilitas-fasilitas tersebut. Tujuan dari sesi ini adalah memastikan peserta
4
merasa nyaman dan terinformasi tentang lingkungan pelatihan. Fasilitator juga
membuka kesempatan untuk pertanyaan peserta terkait dengan fasilitas yang
disediakan.
2. Motivasi Belajar
Sesi "Motivasi Belajar" bertujuan untuk meningkatkan semangat peserta dan
memotivasi mereka untuk mengambil peran aktif dalam pembelajaran mereka sendiri.
Mengikuti pendekatan andragogi, fasilitator memulai dengan menyampaikan pesan
motivasional dan menekankan pentingnya keterlibatan pribadi dalam proses belajar.
Peserta diundang untuk merenung, menetapkan tujuan pribadi, dan membangun
komitmen terhadap pencapaian tujuan tersebut.
5
b. Aktivitas Peningkatan Semangat: Melibatkan peserta dalam kegiatan yang
meningkatkan semangat dan membangun kebersamaan, seperti permainan
pendek atau latihan energizer.
c. Perencanaan Tujuan Pribadi: Fasilitator membimbing peserta dalam merumuskan
tujuan pribadi mereka untuk pelatihan ini, mendorong rasa kepemilikan dan
fokus. Dengan menggabungkan elemen-elemen ini, sesi "Motivasi Belajar"
bertujuan untuk menciptakan dorongan internal peserta sehingga mereka terlibat
secara aktif dalam proses pembelajaran.
H. KOMITMEN PEMBELAJARAN
Membangun Kesepakatan Kontrak Belajar:
a. Menyiapkan daftar ketentuan kontrak belajar yang akan dibahas.
b. Memastikan peserta memiliki pemahaman yang jelas tentang setiap ketentuan.
c. Fasilitator menjelaskan setiap poin kontrak belajar.
d. Peserta diberikan kesempatan untuk memberikan masukan atau klarifikasi.
e. Peserta menandatangani kontrak sebagai bentuk komitmen.
6
I. REFERENSI POIN PERATURAN KELAS PELATIHAN
a. Peserta diharapkan hadir tepat waktu setiap hari pelatihan. Keterlambatan lebih dari
15 menit perlu diinformasikan sebelumnya kepada fasilitator.
b. Peserta diminta untuk mengenakan pakaian sesuai aturan yang diinformasikan.
c. Selama sesi pelatihan, peserta diminta untuk menonaktifkan atau mematikan ponsel
seluler atau alat komunikasi lainnya.
d. Pengecualian dapat dibuat untuk keadaan darurat, namun, harus mendapat
persetujuan dari fasilitator serta memang diperbolehkan oleh fasilitator/ pemateri.
e. Peserta diperbolehkan meninggalkan ruangan hanya untuk keperluan toilet atau
kebutuhan pribadi mendesak dengan izin fasilitator.
f. Peserta dapat merokok di area yang telah ditentukan di luar ruangan dengan
memperhatikan aturan dan tata tertib setempat.
g. Peserta diharapkan aktif berpartisipasi dalam diskusi, kegiatan, dan latihan selama
pelatihan dengan tetap menjaga kesopanan dan mengangkat tangan sebagai tanda
ingin berbicara.
h. Peserta yang diminta maju oleh fasilitator diharapkan bersedia dan siap untuk berbagi
pengalaman atau pandangan di depan kelompok.
7
J. LATIHAN
1. Dalam sesi perkenalan, Fasilitator memperkenalkan seluruh tim fasilitator yang terlibat
dalam penyelenggaraan pelatihan dengan menyebutkan:
a. Nama
b. Peran
c. Latar belakang
d. Semua benar
3. Aktivitas yang dapat mendukung motivasi belajar melibatkan hal berikut, kecuali
a. Ceramah Pendek Inspiratif
b. Aktivitas Peningkatan Semangat
c. Perencanaan Tujuan Pribadi
d. Memberikan masukan atau klarifikasi.
8
BAB III
PENUTUP
9
DAFTAR PUSTAKA
Asep Iwa Hidayat, Udin Syaefudin Sa’ud. 2015. Model Pendidikan dan Pelatihan Berbasis
Kompetensi bagi Widyaiswara Muda. Jurnal Administrasi Pendidikan 22(2).
Lembaga Administrasi Negara. 2009. Bahan Diklat Bagi Pengelola Diklat: Building Learning
Commitment (BLC), Cetakan 2, Jakarta.
Pahmi, Zul. 2013. Dinamika Kelompok dan Building Learning Commitment. Badan
Pendidikan dan Pelatihan Provinsi Sumatera Utara.
10
MODUL PELATIHAN
KELOMPOK PENYELENGGARA
PEMUNGUTAN SUARA (KPPS)
Modul Tata Kerja, Kode Etik dan Kode Perilaku
Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS)
Penulis:
M. Khuwailid
Yenli Elmanoferi
Sekarlinasti
Ratna Yuniarti
Andi Tenri Sompa
Editor:
Wahyu Yudi Wijayanti
Rochani
Theodorus Kossay
Rusman Sudarsono
Abdullah Sapi’i
Andika Pranata Jaya
Mey Nurlela
Muhammad Tarmizi
I Gede John Darmawan
Penerbit:
KOMISI PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA
– Jakarta, Januari 2024 Ukuran Buku :
ISBN :
Hak cipta dilindungi undang-undang
Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan cara apapun tanpa izin
tertulis dari penerbit.
PEMBINA
Ketua KPU
Hasyim Asy’ari
Anggota KPU
Parsadaan Harahap
Yulianto Sudrajat
Betty Epsilon Idroos
Mochammad Afifuddin
Idham Holik
August Mellaz
PENGARAH
Bernad Dermawan Sutrisno
PENANGGUNG JAWAB
Wahyu Yudi Wijayanti
TIM PENYUSUN
M. Khuwailid
Yenli Elmanoferi
Sekarlinasti
Ratna Yuniarti
Andi Tenri Sompa
TIM EDITOR
Rochani
Theodorus Kossay
Rusman Sudarsono
Abdullah Sapi’i
Andika Pranata Jaya
Mey Nurlela
Muhammad Tarmizi
I Gede John Darmawan
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan
karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan penyusunan modul ini. Modul ini disusun sebagai
bahan pelatihan bagi Fasilitator di lingkungan Komisi Pemilihan Umum, Komisi Pemilihan
Umum Provinsi, Komisi Pemilihan Umum Kabupaten/Kota, Panitia Pemilihan Kecamatan,
Panitia Pemungutan Suara, serta Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara dalam
mengikuti Pelatihan Modul Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara, sehingga baik
Fasilitator maupun Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) akan mempunyai
kemampuan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang terstandar dalam menjalankan
tugasnya.
Kami menyadari betapa pentingnya kompetensi Fasilitator dalam menjalankan
tugasnya untuk berbagi pengetahuan, keterampilan, dan sikap secara berjenjang pada
pelatihan Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara ini. Melalui modul ini, diharapkan
para fasilitator KPU, KPU Provinsi, KPU Kabupaten/Kota, Panitia Pemilihan Kecamatan,
Panitia Pemungutan Suara, bahkan Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara dapat
memahami substansi Tata Kerja, dan Kode Etik serta Kode Perilaku KPPS dengan baik,
sehingga dapat menjalankan tugas dan fungsi penyelenggaraan pemilu secara mandiri,
transparan, dan profesional.
Modul ini mencakup Tata Kerja, Kode Etik dan Kode Perilaku Kelompok
Penyelenggara Pemungutan Suara sehingga akan sangat relevan dengan pemahaman yang
harus dimiliki oleh setiap fasilitator di setiap tingkatan, serta khususnya KPPS. Kami
berharap modul ini dapat menjadi acuan yang berguna dan dapat membantu para fasilitator
pada umumnya serta KPPS pada khususnya untuk penyelenggara pemilihan umum dalam
melaksanakan tugasnya secara efektif.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasa bahkan dari segi materinya.
Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami mengharapkan segala saran dan kritik agar dapat
memberikan masukan terhadap modul ini. Akhir kata, kami berharap semoga modul ini dapat
memberikan manfaat maupun inspirasi dalam proses pelatihan bagi Kelompok
Penyelenggara Pemungutan Suara.
i
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
penyusunan modul ini. Semoga modul ini dapat menjadi panduan yang bermanfaat dan dapat
meningkatkan kompetensi para fasilitator dan penyelenggara Pemilu di lingkungan Komisi
Pemilihan Umum.
Akhir kata, kami menyampaikan apresiasi dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada seluruh pimpinan komisi pemilihan Umum, yang telah memberikan kesempatan
kepada tim penulis untuk mencurahkan pengetahuan dalam bentuk karya pelatihan Kelompok
Penyelenggara Pemungutan Suara melalui modul Tata Kerja, Kode Etik dan Kode Perilaku
KPPS.
Tim Penyusun
ii
DAFTAR ISI
BAB V PENUTUP................................................................................................................... 13
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. DESKRIPSI SINGKAT
1
C. TUJUAN PEMBELAJARAN
Materi pokok dan sub materi pokok pada modul pelatihan ini, sebagai berikut:
2
BAB II
TATA KERJA KELOMPOK PENYELENGGARA PEMUNGUTAN SUARA
A. IDENTITAS
B. DESKRIPSI SINGKAT
Pokok bahasan ini memberikan pemahaman kepada peserta mengenai Tata Kerja
KPPS termasuk di dalamnya kedudukan, susunan, tugas wewenang dan kewajiban,
hubungan kerja, evaluasi kinerja, pemberhentian, dan pengambilalihan KPPS pada
pelaksanaan Pemilihan Umum.
C. TUJUAN PEMBELAJARAN
3
E. PENDAHULUAN
F. KEDUDUKAN
Dalam hal terjadi pemungutan dan/atau penghitungan suara ulang, Pemilu susulan
atau Pemilu lanjutan, masa kerja KPPS diperpanjang dan KPPS dibubarkan paling lambat
2 (dua) bulan setelah pemungutan dan/atau penghitungan suara ulang, Pemilu susulan atau
Pemilu lanjutan. Apabila terjadi pemungutan dan penghitungan suara Pemilu Presiden dan
Wakil Presiden putaran kedua, masa kerja KPPS diperpanjang, dan KPPS dibubarkan
paling lambat 1 (satu) bulan setelah pemungutan suara putaran kedua.
4
G. SUSUNAN
1. Anggota KPPS berjumlah 7 (tujuh) orang yang terdiri dari 1 (satu) orang ketua
merangkap anggota dan 6 (enam) orang anggota.
2. Ketua KPPS dipilih dari dan oleh anggota KPPS.
5
3. Menjaga dan mengamankan keutuhan kotak suara setelah penghitungan suara dan
setelah kotak suara disegel;
4. Menyerahkan hasil penghitungan suara kepada PPS dan Panwaslu Kelurahan/Desa;
5. Menyerahkan kotak suara tersegel yang berisi surat suara dan sertifikat hasil
penghitungan suara kepada PPK melalui PPS pada hari yang sama;
6. Melaksanakan kewajiban lain yang diberikan oleh KPU, KPU Provinsi, KPU
Kabupaten/Kota, PPK, dan PPS sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan; dan
7. Melaksanakan kewajiban lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Tugas, wewenang, dan kewajiban Ketua KPPS dalam rapat pemungutan suara di
TPS meliputi:
1. Memimpin kegiatan KPPS;
2. Memimpin pelaksanaan kegiatan pemungutan suara;
3. Membuka rapat pemungutan suara tepat waktu;
4. Memandu pengucapan sumpah/janji para anggota KPPS dan saksi yang hadir;
5. Menandatangani berita acara bersama-sama paling sedikit 2 (dua) orang anggota
KPPS;
6. Menandatangani tiap lembar surat suara;
7. Memberikan penjelasan terkait dengan ketersediaan dan tata cara penggunaan alat
bantu tunanetra (template); dan
6
8. Mengakhiri kegiatan pemungutan suara tepat waktu.
Tugas, wewenang, dan kewajiban Ketua KPPS dalam rapat penghitungan suara di
TPS meliputi:
1. Memimpin pelaksanaan penghitungan suara;
2. Menandatangani berita acara dan sertifikat hasil penghitungan suara bersama-sama
paling sedikit 2 (dua) orang anggota KPPS, dan dapat ditandatangani oleh saksi yang
memiliki surat mandat dari peserta Pemilu atau Pemilihan;
3. Memberikan 1 (satu) rangkap salinan berita acara dan sertifikat hasil penghitungan
suara kepada saksi peserta Pemilu atau Pemilihan, Panwaslu Kelurahan/Desa dan PPK
melalui PPS;
4. Menyerahkan hasil penghitungan suara kepada PPS dan Panwaslu Kelurahan/Desa;
dan
5. Menyerahkan kotak suara tersegel yang berisi surat suara, sertifikat hasil penghitungan
suara dan alat kelengkapan pemungutan suara kepada PPK melalui PPS pada hari yang
sama, dengan mendapat pengawalan dari Petugas Ketertiban TPS.
I. HUBUNGAN KERJA
J. EVALUASI KINERJA
7
pertimbangan bagi KPU Kabupaten/Kota dalam melakukan pengangkatan kembali KPPS.
Komponen evaluasi kinerja KPPS digunakan untuk pelaksanaan tahapan Pemilu,
kesesuaian penggunaan anggaran; dan koordinasi pada tiap tingkatan.
Berdasarkan Keputusan KPU Nomor 534 Tahun 2022 tentang Perubahan atas
Keputusan Komisi Pemilihan Umum Nomor 476 Tahun 2022 tentang Pedoman Teknis
Pembentukan Badan Adhoc Penyelenggara Pemilihan Umum, Pemilihan Gubernur dan
Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, dan Walikota dan Wakil Walikota, KPPS
wajib melaporkan pelaksanaan tahapan Pemilu atau Pemilihan dan kinerja kepada PPS
paling sedikit 1 (satu) kali dalam masa kerjanya. Pada akhir masa jabatan KPPS, dilakukan
penilaian kinerja dengan mempertimbangkan aspek:
1. Pelaksanaan tahapan Pemilu atau Pemilihan pada tingkatan KPPS;
2. Penegakan kode etik, kode perilaku, sumpah/janji, dan pakta integritas penyelenggara
Pemilu; dan
3. Hasil laporan.
Penilaian dilakukan dengan metode 180 derajat pada akhir masa jabatan yang
melibatkan PPS dan KPPS sesuai dengan wilayah kerja KPPS. Penghitungan nilai evaluasi
KPPS menjadi tanggung jawab PPS. PPS melaporkan hasil penilaian evaluasi KPPS
kepada KPU Kabupaten/Kota melalui PPK.
K. PEMBERHENTIAN
Anggota KPPS diberhentikan oleh PPS atas nama Ketua KPU Kabupaten/Kota,
karena:
1. Meninggal dunia;
2. Berhalangan tetap, meliputi keadaan tidak diketahui keberadaannya, dan tidak mampu
melaksanakan tugas secara permanen; atau
3. Mengundurkan diri dengan alasan yang dapat diterima.
Anggota KPPS diberhentikan dengan tidak hormat oleh KPU Kabupaten/Kota,
apabila:
1. Tidak lagi memenuhi syarat sebagai anggota KPPS;
2. Melanggar sumpah/janji jabatan dan/atau kode etik;
3. Tidak dapat melaksanakan tugas dan kewajiban tanpa alasan yang sah;
8
4. Dipidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan
hukum tetap karena melakukan tindak pidana Pemilu dan/atau tindak pidana lainnya;
atau
5. Melakukan perbuatan yang terbukti menghambat KPU kabupaten/Kota, PPK, PPS, dan
KPPS dalam mengambil keputusan dan penetapan sebagaimana ketentuan peraturan
perundang-undangan.
L. PENGAMBILALIHAN TUGAS
Berdasarkan ketentuan Pasal 78 ayat (3) Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor
8 Tahun 2022 tentang Pembentukan dan Tata Kerja badan Adhoc Penyelenggara Pemilihan
Umum dan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, dan
Walikota dan Wakil Walikota, apabila terjadi hal-hal yang mengakibatkan KPPS tidak
dapat menjalankan tugasnya, tahapan penyelenggaraan Pemilu dilaksanakan oleh PPS.
9
BAB III
KODE ETIK DAN KODE PERILAKU
KELOMPOK PENYELENGGARA PEMUNGUTAN SUARA
A. IDENTITAS
B. DESKRIPSI SINGKAT
Pokok bahasan ini memberikan pemahaman kepada peserta mengenai Kode Etik
Penyelenggara Pemilu dan Kode Perilaku Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara.
C. TUJUAN PEMBELAJARAN
E. PENDAHULUAN
Selain daripada itu, dalam melaksanakan tugas wewenang dan tanggung jawab,
10
Penyelenggara pemilu selain harus patuh dan taat asas Penyelenggara Pemilu juga harus
mematuhi Kode Etik Penyelenggara Pemilu. Kode etik penyelenggara pemilu wajib
dipatuhi oleh seluruh anggota KPU pusat, provinsi, maupun kabupaten/kota. Kewajiban
serupa berlaku untuk para panitia Ad Hoc dari tingkat kecamatan hingga tempat
pemungutan suara (PPK, PPS, KPPS, PPLN, KPPSLN). Untuk menindak apabila ada
pelanggaran kode etik penyelenggara pemilu yang dilakukan oleh penyelenggara ad hoc,
Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu sudah mengeluarkan Peraturan Dewan
Kehormatan Penyelenggara Pemilihan Umum Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2017
tentang Kode Etik dan Pedoman Perilaku Penyelenggara Pemilihan Umum yang bertujuan
untuk menjaga integritas, kehormatan, kemandirian,dan kredibilitas anggota KPU, KPU
Provinsi, KPU Kabupaten/Kota, PPK, PPS, KPPS, PPLN, KPPSLN serta anggota
Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu Kabupaten/Kota, Panwaslu Kecamatan, Panwaslu
Kelurahan/Desa, Panwaslu LN, dan Pengawas TPS.
Untuk menjaga integritas dan profesionalitas, KPPS wajib berpedoman pada kode
perilaku, sebagaimana Peraturan KPU Nomor 8 Tahun 2019 tentang Tata Kerja Komisi
11
Pemilihan Umum, Komisi Pemilihan Umum Provinsi, dan Komisi Pemilihan Umum
Kabupaten/Kota sebagaimana beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan KPU
Nomor 12 Tahun 2023.
Kode Perilaku bagi KPPS sebagaimana dimaksud, meliputi:
1. Netral atau tidak memihak salah satu Peserta Pemilu dan/atau tim kampanye;
2. Menghindari intervensi dari pihak lain dalam pengambilan keputusan sebagai
Penyelenggara Pemilu;
3. Tidak memakai, membawa, atau mengenakan simbol, lambang atau atribut yang secara
jelas menunjukkan keberpihakan kepada Peserta Pemilu;
4. Tidak memberitahukan dan menanyakan pilihan politiknya kepada orang lain;
5. Menyampaikan informasi yang benar kepada publik sesuai dengan data dan/atau fakta;
6. Melayani pemilih dalam memenuhi hak konstitusionalnya;
7. Memperlakukan dan memberi kesempatan yang sama setiap Peserta Pemilu;
8. Menaati aturan dan prosedur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan;
9. Tidak memberikan tafsiran pribadi terhadap suatu aturan yang sudah ditetapkan;
10. Memberikan akses dan pelayanan kepada Pemilih, Peserta Pemilu, dan para pemangku
kepentingan lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
11. Memanfaatkan teknologi informasi dalam rangka sosialisasi dan penyebarluasan
informasi Pemilu;
12. Menjamin kualitas pelayanan kepada pemilih, Peserta Pemilu dan para pemangku
kepentingan sesuai dengan standar profesional administrasi Penyelenggaraan Pemilu;
13. Bertindak berdasarkan standar operasional prosedur dan substansi profesi administrasi
Pemilu dan Pemilihan;
14. Berani menghadapi dan menerima konsekuensi keputusan;
15. Menciptakan kondisi yang kondusif dalam Penyelenggaraan Pemilu;
16. Menyampaikan informasi terkait kepemiluan kepada penyandang disabilitas,
minoritas, dan kelompok marginal;
17. Memberikan pelayanan kepada penyandang disabilitas, minoritas, dan kelompok
marginal untuk menggunakan hak pilihnya; dan
18. Memberikan kesempatan yang sama kepada penyandang disabilitas, minoritas dan
kelompok marginal untuk berpartisipasi dalam penyelenggaraan Pemilu.
12
BAB V
PENUTUP
Badan Adhoc merupakan perwakilan KPU di tingkat paling bawah penyelenggara
Pemilu/Pemilihan. Panitia Pemilihan Kecamatan merupakan panitia yang dibentuk oleh KPU
Kabupaten/Kota untuk melaksanakan Pemilu di tingkat Kecamatan atau nama lain. Panitia
Pemungutan Suara merupakan panitia yang dibentuk oleh KPU Kabupaten/Kota untuk
melaksanakan Pemilu di tingkat kelurahan/desa atau nama lain. Kelompok Penyelenggara
Pemungutan Suara merupakan kelompok yang dibentuk oleh Panitia Pemungutan Suara
untuk melaksanakan pemungutan suara di tempat pemungutan suara. Kemampuan dan
kondisi anggota Badan Adhoc sangat beragam. Kondisi ini mengakibatkan adanya perbedaan
kualitas dari tiap wilayah kerja dengan begitu perlu adanya penyampaian informasi dan
pengetahuan teknis yang detail pada kegiatan Peningkatan Kapasitasnya. Modul pelatihan
KPPS pada setiap tahapan, akan didapat Badan Adhoc yang berkompeten sesuai dengan tugas
dan fungsinya.
Agar penyelenggaraan Pemilu dan Pemilihan serentak dapat memenuhi asas
langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil, sumber daya manusia yang terlibat sebagai
penyelenggara Pemilu dan Pemilihan haruslah merupakan sumber daya manusia
professional, berkompeten, berdedikasi tinggi, dan berintegritas harus diberikan pelatihan
yang terstandarisasi. Pemberian materi tentang Tata Kerja, Hubungan Kelembagaan, dan
Kode Etik Penyelenggara Pemilu yang komprehensif, jelas, dan padat dapat menjadi jawaban
untuk terwujudnya sukses Penyelenggaraan Pemilu Tahun 2024.
Modul ini menjelaskan tentang Tata Kerja KPPS meliputi kedudukan, susunan, tugas
wewenang dan kewajiban, hubungan kerja, evaluasi kinerja, pemberhentian, penggantian,
dan pengambilalihan, juga memberikan pemahaman kepada peserta tentang Kode Etik dan
Kode Perilaku KPPS yang meliputi asas dan kode etik, kode perilaku, sumpah/janji, pakta
integritas dan mekanisme penanganan pelanggarannya, serta pedoman perilaku dan pada
pelaksanaan Pemilihan Umum. Dengan disusunnya modul pelatihan Kelompok
Penyelenggara Pemungutan Suara ini diharapkan terwujud penyelenggara pemilu dalam hal
ini Kelompok Penyelenggara Pemilu yang berkompeten, akuntabel, dan transparan.
13
DAFTAR PUSTAKA
Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 8 Tahun 2019 tentang Tata kerja Komisi Pemilihan
Umum, Komisi Pemilihan Umum Provinsi, dan Komisi Pemilihan Umum
Kabupaten/Kota.
Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 3 Tahun 2020 tentang Perubahan Atas Peraturan
Komisi Pemilihan Umum Nomor 8 Tahun 2019 tentang Tata kerja Komisi Pemilihan
Umum, Komisi Pemilihan Umum Provinsi, dan Komisi Pemilihan Umum
Kabupaten/Kota. Jakarta: Komisi Pemilihan Umum.
Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 21 Tahun 2020 tentang Perubahan Kedua Atas
Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 8 Tahun 2019 Tentang Tata kerja Komisi
Pemilihan Umum, Komisi Pemilihan Umum Provinsi, dan Komisi Pemilihan Umum
Kabupaten/Kota.
Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 4 Tahun 2021 tentang Perubahan Ketiga Atas
Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 8 Tahun 2019 Tentang Tata kerja Komisi
Pemilihan Umum, Komisi Pemilihan Umum Provinsi, dan Komisi Pemilihan Umum
Kabupaten/Kota.
Keputusan Komisi Pemilihan Umum Nomor 472 Tahun 2022 tentang Pedoman Teknis
Pembentukan Badan Adhoc Penyelenggara Pemilihan Umum dan Pemilihan Gubernur,
Bupati dan Wakil Bupati, dan Walikota dan Wakil Walikota.
Keputusan Komisi Pemilihan Umum Nomor 534 Tahun 2022 tentang Perubahan atas
Keputusan Komisi Pemilihan Umum Nomor 476 Tahun 2022 tentang Pedoman Teknis
14
Pembentukan Badan Adhoc Penyelenggara Pemilihan Umum, Pemilihan Gubernur dan
Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, dan Walikota dan Wakil Walikota
Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 12 Tahun 2023 tentang Perubahan Ketiga Atas
Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 8 Tahun 2019 Tentang Tata kerja Komisi
Pemilihan Umum, Komisi Pemilihan Umum Provinsi, dan Komisi Pemilihan Umum
Kabupaten/Kota.
Keputusan Komisi Pemilihan Umum Nomor 1669 Tahun 2023 tentang Perubahan ketiga atas
Keputusan Komisi Pemilihan Umum Nomor 476 Tahun 2022 tentang Pedoman Teknis
Pembentukan Badan Adhoc Penyelenggara Pemilihan Umum dan Pemilihan Gubernur
dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, Dan Walikota dan Wakil Walikota.
15
MODUL PELATIHAN
KELOMPOK PENYELENGGARA
PEMUNGUTAN SUARA (KPPS)
Penulis:
M.Khuwailid
Rochani
Andi Bagus Makawaru
Moh Sakir
Nanang Indra
Andi Tenri Sompa
Editor:
Wahyu Yudi Wijayanti
Theodorus Kossay
Mey Nurlela
Rusman Sudarsono
Muhammad Tarmizi
Abdullah Sapi’i
Andika Pranata Jaya
I Gede John Darmawan
Penerbit :
KOMISI PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA
Ukuran Buku :
ISBN :
Anggota KPU
Parsadaan Harahap
Yulianto Sudrajat
Betty Epsilon Idroos
Mochammad Afifuddin
Idham Holik
August Mellaz
PENGARAH
Bernad Dermawan Sutrisno
PENANGGUNG JAWAB
Wahyu Yudi Wijayanti
TIM PENYUSUN
M.Khuwailid
Rochani
Andi Bagus Makawaru
Moh Sakir
Nanang Indra
Andi Tenri Sompa
EDITOR
Wahyu Yudi Wijayanti
Theodorus Kossay
Mey Nurlela
Rusman Sudarsono
Muhammad Tarmizi
Abdullah Sapi’i
Andika Pranata Jaya
I Gede John Darmawan
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas nikmat sehat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan modul pelatihan KPPS dengan
Materi “Tahapan Pemungutan Suara”. Modul ini disusun sebagai bahan pelatihan bagi
Fasilitator di lingkungan Komisi Pemilihan Umum, Komisi Pemilihan Umum Provinsi, Komisi
Pemilihan Umum Kabupaten/Kota, Panitia Pemilihan Kecamatan, Panitia Pemungutan Suara,
dalam mengikuti Pelatihan Modul Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara, sehingga
Fasilitator akan mempunyai kemampuan pengetahuan, ketrampilan, dan sikap yang terstandar
dalam memfasilitasi pelatihan. Selain itu, modul ini akan diberikan kepada KPPS sebagai
pedoman dan petunjuk dalam melaksanakan Pemungutan Suara agar berjalan sesuai dengan
prinsip prinsip penyelenggaraan Pemilu.
Modul ini mencakup persiapan pemungutan suara, pelaksanaan rapat pemungutan suara,
pemberian suara di TPS lokasi khusus, pemungutan suara ulang, susulan dan lanjutan serta
pemberian suara dengan sistem noken/ikat di Provinsi Papua Tengah dan Papua Pegunungan.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
penyusunan modul ini. Semoga modul ini dapat menjadi panduan yang bermanfaat dan dapat
meningkatkan kompetensi para fasilitator dan penyelenggara Pemilu di lingkungan Komisi
Pemilihan Umum. Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasa bahkan dari segi materinya. Oleh karena itu dengan
tangan terbuka kami mengharapkan segala saran dan kritik agar dapat memberikan masukan
terhadap modul ini. Akhir kata, kami berharap semoga modul ini dapat memberikan manfaat
maupun inspirasi dalam proses pelatihan bagi Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara.
Terima kasih. Tim Penyusun
Terima kasih.
Tim Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. DESKRIPSI SINGKAT
1
C. TUJUAN PEMBELAJARAN
2
BAB II
PERSIAPAN PEMUNGUTAN SUARA
3
B. PEMBERITAHUAN PEMUNGUTAN SUARA
4
C.PEMBERITAHUAN-KPU) disampaikan kepada keluarganya dan meminta
tanda tangan pada tanda terima;
e. KPPS yang tidak bertemu dengan pemilih dan/atau keluarga pemilih karena tidak
berada di tempat tinggalnya, surat pemberitahuan untuk menggunakan hak pilih
(Formulir C.PEMBERITAHUAN-KPU) disampaikan melalui pesan elektronik
dalam format messenger/surel atau media internet lainnya yang bersifat
private/personal.
f. KPPS mengambil tangkapan layar dari hasil pengiriman pesan tersebut sebagai
bukti telah menyampaikan surat pemberitahuan untuk menggunakan hak pilih
(Formulir C.PEMBERITAHUAN-KPU)
g. KPPS sebelum menyampaikan surat pemberitahuan untuk menggunakan hak pilih
kepada pemilih (Formulir C.PEMBERITAHUAN-KPU), harus memastikan
bahwa isi surat telah menerangkan:
1) Nama Pemilih sesuai DPT;
2) NIK Pemilih/Nomor urut dalam DPT;
3) Lokasi TPS tempat menggunakan hak pilih;
4) Jam/waktu menggunakan hak pilih; dan
5) Kemudahan bagi pemilih disabilitas.
5
C. PENERIMAAN KELENGKAPAN PEMUNGUTAN SUARA
6
12) Menyimpan logistik yang telah diterima, menjaga keutuhan dan keamanan
logistik sampai pelaksanaan pemungutan suara di TPS.
b. Penyimpanan Logistik
Hal yang harus diperhatikan dalam menyimpan logistik oleh KPPS:
1) Menyiapkan tempat penyimpanan yang representatif dan aman baik dari
gangguan manusia, hewan maupun gangguan alam seperti banjir, genangan
air, hujan lebat, angin kencang,kebakaran dan gangguan alam lainnya.
2) Berkoordinasi dengan panitia pengawas Pemilu di tingkat TPS dan petugas
ketertiban TPS.
3) Menata logistik di tempat penyimpanan dengan rapi, utuh dan aman.
4) KPPS dilarang membuka kotak suara yang berisi logistik dan kantong plastik
tempat logistik di luar kotak suara sebelum proses pemungutan dan
penghitungan suara di TPS dilakukan.
7
b. Kotak Suara
KPPS menerima logistik pemilu berupa Kotak Suara masing-masing jenis
Pemilu paling lambat 1 (satu) hari sebelum hari pemungutan suara sejumlah 5
(lima) buah:
1) Kotak Suara Pemilu Presiden dan Wakil Presiden dengan label warna abu-
abu;
2) Kotak Suara Pemilu Anggota DPR dengan label warna kuning;
3) Kotak Suara Pemilu Anggota DPD dengan label warna merah;
4) Kotak Suara Pemilu Anggota DPRD Provinsi dengan label warna biru; dan
5) Kotak Suara Pemilu Anggota DPRD Kabupaten/Kota dengan label hijau
c. Bilik Pemungutan Suara
Bilik pemungutan suara yang diterima sebanyak 4 (empat) buah.
D. PENYIAPAN TPS
8
a) daftar Pasangan Calon, DCT anggota DPR, DCT anggota DPD, DCT
anggota DPRD Provinsi dan DCT anggota DPRD Kabupaten/Kota, serta
salinan DPT dan salinan DPTb pada saat Pemungutan Suara;
b) Formulir Model C.Hasil-PPWP, Model C.Hasil-DPR, Model C.Hasil-
DPD, Model C.Hasil-DPRD-Prov, dan Model C.Hasil-DPRD-Kab/Kota
pada saat Penghitungan Suara;
c) Pengumuman hasil penghitungan suara di TPS menggunakan formulir
Model C.Hasil Salinan-PPWP, C.Hasil Salinan-DPR, C.Hasil Salinan-
DPD, C.Hasil Salinan-DPRD-Prov dan C.Hasil Salinan-DPRD-
Kab/Kota pada saat Pemungutan dan Penghitungan Suara di TPS selesai.
4) tempat duduk dan meja untuk Ketua dan anggota KPPS;
5) meja untuk menempatkan kotak suara dan bilik suara;
6) tempat duduk Pemilih, Saksi, dan Pengawas TPS; dan
7) alat penerangan.
b. Bentuk TPS
1) TPS dibuat dalam bentuk persegi panjang dengan ukuran minimal paling
kurang panjang 10 (sepuluh) meter dan lebar 8 (delapan) meter atau dapat
disesuaikan dengan kondisi setempat.
2) TPS diberi tanda batas.
3) Pintu masuk dan keluar TPS dibuat dengan standar memudahkan bagi
pemilih disabilitas yang menggunakan kursi roda.
4) TPS yang didirikan pada tempat terbuka, KPPS harus memperhatikan tempat
duduk ketua KPPS dan anggota KPPS, Pemilih, dan Saksi dapat diberi
pelindung terhadap panas cahaya matahari, hujan, dan tidak memungkinkan
orang lalu lalang di belakang Pemilih pada saat memberikan suara di bilik
suara.
5) TPS yang didirikan dalam ruangan, KPPS memperhatikan luas TPS harus
mampu menampung pelaksanaan rapat Pemungutan dan Penghitungan Suara
di TPS, dan posisi Pemilih membelakangi tembok/dinding pada saat
memberikan suara di bilik suara.
9
c. Tata Letak TPS
KPPS menyiapkan dan mengatur:
1) tempat duduk Pemilih yang menampung paling sedikit 25 (dua puluh lima)
orang, yang ditempatkan di dalam TPS di dekat pintu masuk TPS;
2) terdapat 5 (lima) tempat duduk dari 25 tempat duduk pemilih merupakan
tempat duduk prioritas yang diperuntukkan bagi:
a) pemilih disabilitas;
b) pemilih hamil;
c) pemilih yang membawa balita;
d) pemilih lanjut usia; dan
e) pemilih yang membutuhkan perlakuan khusus;
3) meja dan tempat duduk untuk ketua KPPS, anggota KPPS Kedua dan
anggota KPPS Ketiga;
4) meja dan tempat duduk anggota KPPS Keempat dan anggota KPPS Kelima,
di dekat pintu masuk TPS;
5) tempat duduk anggota KPPS Keenam di dekat kotak suara;
6) tempat duduk anggota KPPS Ketujuh di dekat pintu keluar TPS;
7) tempat duduk untuk Saksi dan Pengawas TPS yang ditempatkan di dalam
TPS;
8) tempat duduk (jika masih tersedia) untuk Pemantau Pemilu dan/atau pewarta
yang ditempatkan di luar TPS;
9) meja untuk tempat kotak suara yang ditempatkan di dekat pintu keluar TPS,
dengan jarak kurang lebih 3 (tiga) meter dari tempat duduk ketua KPPS dan
berhadapan dengan tempat duduk Pemilih;
10) meja kotak suara tidak terlalu tinggi sehingga kotak suara bisa dicapai oleh
umumnya Pemilih, dan Pemilih yang menggunakan kursi roda;
11) bilik suara ditempatkan pada posisi berhadapan dengan tempat duduk ketua
KPPS dan Saksi;
12) Jarak antara bilik suara dengan batas lebar TPS paling sedikit 1 (satu) meter;
13) meja tempat bilik suara yang memiliki kolong sehingga memungkinkan
Pemilih berkursi roda dapat melakukan pemberian suara dengan mudah;
10
14) papan diletakkan di dekat pintu masuk TPS untuk memasang:
a) Daftar Pasangan Calon;
b) DCT anggota DPR;
c) DCT anggota DPD;
d) DCT anggota DPRD Provinsi/DPR Aceh/DPR Papua/DPR Papua
Barat/DPR Papua Selatan/DPR Papua Tengah/DPR Papua
Pegunungan/DPR Papua Barat Daya.;
e) DCT anggota DPRD Kabupaten/Kota / DPR Kabupaten/Kota;
f) salinan DPT dan DPTb; dan
g) pengumuman lainnya.
15) papan nama TPS ditempatkan di dekat pintu masuk TPS di sebelah luar TPS;
16) tambang, tali, kayu atau bambu untuk membuat batas TPS; dan
17) tempat untuk 2 (dua) orang Petugas Ketertiban TPS bertugas untuk
menangani ketenteraman, ketertiban, dan keamanan TPS.
11
12
BAB III
PELAKSANAAN RAPAT PEMUNGUTAN SUARA
13
mendukung atau menolak Peserta Pemilu tertentu; dan
f. saksi berjumlah paling banyak 2 (dua) orang untuk masing-masing Pasangan
Calon, Partai Politik, atau calon anggota DPD, dengan ketentuan yang dapat
memasuki TPS berjumlah 1 (satu) orang dalam satu waktu.
5. Ketua KPPS menyampaikan tanda pengenal kepada masing-masing saksi.
6. Ketua KPPS dibantu oleh anggota KPPS untuk memberikan Salinan DPT, DPTb
kepada saksi dan Pengawas TPS.
B. PELAKSANAAN RAPAT PEMUNGUTAN SUARA
1. Pengucapan Sumpah atau Janji Anggota KPPS dan Petugas Ketertiban TPS
Naskah Sumpah/Janji Anggota KPPS dan Petugas Ketertiban TPS sebagai berikut :
14
2. Penjelasan tentang Pembagian Tugas Anggota KPPS
Ketua KPPS membagi tugas masing-masing anggota KPPS yang terdiri dari:
15
dengan yang tercantum dalam salinan DPTb, serta memberi tanda pada kolom
nomor urut Pemilih dalam salinan DPTb yang terdapat dalam formulir A-
Daftar Pemilih Pindahan;
5) Pemilih DPTb yang belum sempat melapor kepada PPS atau KPU/KIP
Kabupaten/Kota tempat tujuan memilih dan melapor kepada KPPS, pemilih
DPTb tersebut dapat dilayani sepanjang telah didata dalam SIDALIH, dan
telah diterbitkan formulir Model A.Surat Pindah Memilih;
6) pelayanan terhadap Pemilih DPTb tersebut dilakukan dengan cara:
a) anggota KPPS Keempat memeriksa kesesuaian antara formulir Model
A.Surat Pindah Memilih dengan KTP-el atau Suket; dan
b) mencatat ke dalam salinan DPTb sesuai nomor urut berikutnya;
7) Pemilih yang tidak terdaftar dalam DPT dan DPTb, pemilih tersebut dapat
dilayani sepanjang identitas yang bersangkutan sebagaimana tercantum dalam
KTP-el atau suket yang ditunjukkan oleh Pemilih, tidak ditemukan dalam DPT
atau DPTb berdasarkan pengecekan dalam cekdptonline.kpu.go.id.
a) Pelayanan terhadap pemilih tersebut dilakukan dengan cara KPPS
mencatat identitas yang bersangkutan ke dalam formulir A.DPK-KPU
sesuai nomor urut berikutnya;
b) mencatat asal Dapil pemilih pindah dan menyampaikan kepada Ketua
KPPS guna menentukan jumlah dan jenis surat suara yang akan diberikan.
e. Anggota KPPS Kelima bertugas:
1) menulis nama lengkap sesuai KTP el atau meminta pemilih untuk mengisi dan
menandatangani formulir Model C.DAFTAR HADIR DPT-KPU, bagi Pemilih
yang terdaftar dalam formulir Model A-KabKo Daftar Pemilih;
2) menulis nama lengkap sesuai KTP el atau Meminta Pemilih untuk mengisi dan
menandatangani formulir Model C. DAFTAR HADIR DPTb-KPU, bagi
Pemilih yang terdaftar dalam formulir Model A.Daftar Pemilih Pindahan dan
namanya tercantum dalam formulir Model C. DAFTAR HADIR DPTb-KPU;
3) menulis status disabilitas pemilih sesuai KTPel atau Suket dan melengkapi
pada kolom jenis disabilitas pada formulir Model C. DAFTAR HADIR DPT-
KPU atau formulir Model C. DAFTAR HADIR DPTb-KPU; dan
4) mempersilakan Pemilih menempati tempat duduk yang telah disediakan;
16
f. Anggota KPPS Keenam bertugas mengatur Pemilih yang akan memasukkan Surat
Suara ke dalam kotak suara.
g. Anggota KPPS Ketujuh bertugas mengatur Pemilih yang akan keluar TPS dan
memberikan tanda khusus berupa tinta yang disediakan di salah satu jari Pemilih
sebagai bukti bahwa Pemilih yang bersangkutan telah memberikan hak pilihnya;
h. Petugas Ketertiban TPS bertugas menjaga ketenteraman, ketertiban, dan keamanan
di TPS.
3. Penjelasan Tentang Pemilih yang Berhak Menggunakan Hak Pilih dan Tata Cara
Pemberian Suara
Ketua KPPS menyampaikan penjelasan tentang Pemilih yang berhak menggunakan hak
pilih.
a. KPPS menjelaskan kategori pemilih yang berhak menggunakan hak pilih dan tata
urutannya:
1) Pemilih yang memiliki KTP-el dan tercatat pada DPT, dilayani pertama
sampai berakhirnya rapat pemungutan suara;
2) Pemilih yang terdaftar dalam Pemilih DPTb (A-Daftar Pemilih Pindahan)
dapat memberikan suara di TPS paling cepat 2 (dua) jam sebelum pemungutan
suara selesai, dengan ketentuan surat suara masih tersedia; dan
3) Pemilik KTP-el yang tidak terdaftar pada DPT, DPTb dan telah mendaftarkan
diri sebagai Pemilih Khusus, dilayani 1 (satu) jam sebelum rapat pemungutan
suara ditutup, dengan ketentuan surat suara masih tersedia;
b. Pelayanan Pemilih Disabilitas rungu (sensorik) dan halangan fisik.
Tata cara pelayanan Pemilih disabilitas sensorik.
1) Untuk menarik perhatian Pemilih Disabilitas Rungu, KPPS Keenam atau
KPPS Ketujuh menepuk bahunya atau melambaikan tangan, menatap secara
langsung serta berbicara dengan gerak mulut yang jelas dan pelan, serta tidak
perlu berteriak, sehingga Pemilih dapat membaca gerak bibir KPPS.
2) Apabila KPPS Keenam atau KPPS Ketujuh menggunakan masker, KPPS
Keenam atau KPPS Ketujuh menurunkan masker agar gerakan bibir dapat
diketahui oleh Pemilih Disabilitas tersebut.
17
3) KPPS Keenam atau KPPS Ketujuh dapat menggunakan bahasa tubuh dan
ekspresi wajah untuk membantu berkomunikasi.
4) KPPS Keenam atau KPPS Ketujuh menggunakan perbendaharaan kata yang
baku dan sederhana, serta menjelaskan arti dari istilah yang tidak dikenal
secara tertulis.
5) KPPS Keenam atau KPPS Ketujuh berkomunikasi secara tertulis dan/atau
melalui gambar untuk membantu kelancaran komunikasi.
6) KPPS Keenam atau KPPS Ketujuh dapat berbicara secara langsung dengan
Pemilih Disabilitas dan tidak meminta penerjemah bahasa isyarat atau anggota
keluarga/rekan Pemilih untuk menjawab pertanyaan Pemilih tersebut.
7) Dalam hal KPPS Keenam atau KPPS Ketujuh tidak dapat memahami bahasa
isyarat dari Pemilih Disabilitas, KPPS Keenam atau KPPS Ketujuh dapat
meminta bantuan kepada anggota KPPS lainnya atau Pemilih yang memiliki
kemampuan menerjemahkan bahasa isyarat.
18
6) Apabila Pemilih Disabilitas Fisik mengalami hambatan atau kesulitan dalam
menggerakkan kursi roda secara mandiri, KPPS Keenam atau KPPS Ketujuh
dapat membantu dengan cara menekan pegangan belakang kursi roda agar
roda depan sedikit terangkat. Tetapi sebaliknya, apabila Pemilih Disabilitas
dapat melakukannya secara mandiri, KPPS Keenam atau KPPS Ketujuh cukup
menjaga di bagian belakang kursi roda tersebut.
7) Apabila KPPS Keenam atau KPPS Ketujuh membantu melipat kursi roda,
KPPS tersebut dapat menanyakan cara melipat kursi tersebut.
8) Saat KPPS Keenam atau KPPS Ketujuh membantu mendorong kursi roda,
KPPS tersebut menghindari jalan berbatu dan berlobang.
9) Jika Pemilih disabilitas fisik akan berpindah tempat duduk secara mandiri,
KPPS Keenam atau KPPS Ketujuh memastikan kursi yang akan diduduki oleh
Pemilih tersebut dalam kondisi baik.
19
7) KPPS Keenam atau KPPS Ketujuh menghindari kata-kata yang samar seperti:
ini, itu, di sana, di sini.
c. Pelayanan Pemilih yang tidak dapat hadir di TPS karena keadaan tertentu dilayani
dengan cara:
1) KPPS mendatangi Pemilih tersebut dengan diketahui para Saksi dan Panwaslu
Kelurahan/Desa atau Pengawas TPS, dengan tetap mengutamakan kerahasiaan
Pemilih.
2) Pemilih yang bersangkutan atau keluarga Pemilih melapor kepada KPPS pada
saat KPPS menyampaikan formulir C.PEMBERITAHUAN-KPU atau
sebelum pemungutan suara berakhir.
3) dilakukan oleh KPPS Keempat dan KPPS Keenam serta dapat didampingi oleh
Saksi dan/atau Panwaslu Kelurahan/Desa atau Pengawas TPS.
4) Waktu pelayanan pengguna hak pilih sebagaimana dimaksud pada huruf a
dilaksanakan pukul 12.00 sampai dengan pukul 13.00 waktu setempat dengan
memperhatikan pelayanan Pemilih yang hadir di TPS dan mempertimbangkan
ketersediaan Surat Suara.
5) Perlengkapan yang harus disediakan berupa kantong plastik sedang berwarna
gelap, surat suara sesuai dengan jenis Pemilu, daftar hadir sesuai dengan jenis
Pemilih, dan tinta serta alat coblos.
6) Pelayanan kepada Pemilih yang tidak dapat hadir secara langsung tersebut
dicatat dalam formulir C.KEJADIAN KHUSUS DAN/ATAU KEBERATAN
SAKSI-KPU.
20
4. Penjelasan tentang Tata Cara Pemberian Suara
Ketua KPPS memberikan penjelasan kepada Pemilih tentang cara pemberian suara,
meliputi:
a. Surat Suara Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden dicoblos pada kolom yang
memuat nomor, nama, foto Pasangan Calon, dan tanda gambar Partai Politik
Pengusul;
b. Surat Suara DPR, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota dicoblos pada kolom
yang memuat nomor urut Partai Politik, tanda gambar Partai Politik, nama Partai
Politik, nomor urut dan nama calon anggota DPR, DPRD Provinsi dan DPRD
Kabupaten/Kota;
c. Surat Suara DPD dicoblos pada kolom yang memuat nomor urut calon, nama calon,
dan foto calon anggota DPD;
d. Pemilih memberikan suara di bilik suara;
e. Surat Suara diterima oleh Pemilih dalam keadaan rusak atau keliru dicoblos, Pemilih
dapat meminta Surat Suara pengganti kepada ketua KPPS, dan hanya mendapat 1
(satu) kali penggantian.
21
NO. NAMA BARANG JUMLAH PERUNTUKAN KETERANGAN
5 Surat suara untuk pemilu DPRD Jml DPT + 2% digunakan untuk pemberian Masing-masing
Kab/Kota suara kotak
6 Tinta 2 buah untuk memberi tanda pada Kotak Pilpres
jari pemilih
7 Segel
8 Paku dan bantalan 4 buah Untuk alat dan alas coblos Kotak Pilpres
9 Tali pengikat pengikat paku Kotak Pilpres
10 Karet pengikat surat suara Kotak Pilpres
22
NO. NAMA BARANG JUMLAH PERUNTUKAN KETERANGAN
Formulir Model A-
Kabko Daftar Pemilih-
KPU, dan
Fomulir Model A-
Daftar Pemilih
Pindahan-KPU
25 Sampul kertas untuk Kotak Pilpres
Formulir Model
C.Pendamping-KPU,
Formulir Model C.
Pemberitahuan-KPU, dan
Tanda Terima
26 Sampul kertas/ kantong plastik untuk membungkus Masing-masing
selongsong Formulir Model C. HASIL- Kotak
PPWP,
27 Sampul kertas / kantong plastik untuk membungkus Masing-masing
selongsong Formulir Formulir Model C. Kotak
HASIL-DPR
28 Sampul kertas/ kantong plastik untuk membungkus Masing-masing
selongsong Formulir Model C. HASIL- Kotak
DPD
29 Sampul kertas/ kantong plastik untuk membungkus Masing-masing
selongsong Formulir Model C. HASIL- Kotak
DPRD Provinsi
30 Sampul kertas/ kantong plastik untuk membungkus Masing-masing
selongsong Formulir Model C. HASIL- Kotak
DPRD Kabupaten/Kota
31 Formulir dan Berita Acara Formulir untuk keperluan
pemungutan dan
penghitungan suara
6. Pelaksanaan Pemberian Suara.
a. Pemberian Suara dilaksanakan untuk memilih:
1) Pasangan Calon;
2) calon anggota DPR;
3) calon anggota DPD;
4) calon anggota DPRD Provinsi; dan
5) calon anggota DPRD Kabupaten/Kota.
b. Pelayanan dalam pemberian suara
Pelaksanaan pemberian suara dilaksanakan dengan langkah-langkah:
1) Mempersilakan pemilih untuk menempati kursi yang telah disediakan setelah
menyerahkan formulir C.PEMBERITAHUAN-KPU dan mengisi daftar hadir;
2) Ketua KPPS dibantu Anggota KPPS kedua memanggil pemilih berdasarkan
daftar kehadiran;
3) Ketua KPPS dibantu anggota KPPS memberikan surat suara yang telah
ditandatangani oleh ketua KPPS;
23
4) Pemilih menggunakan hak pilih dengan memberikan tanda pada surat suara
dengan mencoblos di bilik suara;
5) Anggota KPPS keenam mengarahkan pemilih untuk memasukkan surat suara
yang telah dicoblos kedalam kotak suara sesuai dengan jenis pemilu;
6) Anggota KPPS ketujuh memberikan tanda pada jari pemilih yang telah
menggunakan hak pilih;
7) Anggota KPPS ketujuh mengarahkan pemilih untuk keluar TPS;
8) Petugas Ketertiban TPS mempersilakan pemilih yang telah selesai
menggunakan hak pilih untuk keluar dari dalam TPS; dan
9) Ketua KPPS menutup rapat pemungutan suara pada pukul 13.00 waktu
setempat.
Pemilih DPTb:
1. Surat Suara DPR, apabila pindah memilih ke kabupaten/kota lain dalam satu
provinsi dan di dapilnya;
2. Surat Suara DPD, apabila pindah memilih ke kabupaten/kota lain dalam satu
provinsi;
3. Surat Suara Pasangan Calon, apabila pindah memilih ke provinsi lain atau pindah
memilih ke suatu Negara;
4. Surat Suara DPRD Provinsi, apabila pindah memilih ke kabupaten/kota lain
dalam satu provinsi dan di Dapilnya; dan
5. Surat Suara DPRD Kabupaten/Kota, apabila pindah memilih ke kecamatan lain
dalam satu kabupaten/kota dan di Dapilnya.
24
Pemilih DPK dapat menggunakan hak pilihnya dengan cara:
1. mendaftarkan diri ke TPS sesuai dengan alamat desa/kelurahan, rukun
tetangga/rukun warga atau sebutan lain sesuai dengan alamat yang tertera dalam
KTPel atau Suket dengan menunjukan KTP-el atau Suket kepada KPPS.
2. memberikan suara pada 1 (satu) jam sebelum waktu Pemungutan Suara di TPS
berakhir.
3. KPPS memberikan kesempatan dengan mempertimbangan ketersediaan Surat
Suara di TPS.
4. Dalam hal surat suara telah habis, Pemilih yang bersangkutan diarahkan untuk
memberikan suara di TPS lain yang terdekat dengan membawa surat keterangan
yang ditandatangani oleh Ketua KPPS dan Saksi dan/atau Pengawas TPS yang
hadir.
5. TPS lain yang terdekat masih dalam satu wilayah kerja PPS sesuai alamat yang
tercantum dalam KTP-el.
6. Kegiatan pelayanan Pemilih sebagaimana dimaksud pada angka 4 dan 5 dicatat
dalam formulir C.KEJADIAN KHUSUS DAN ATAU KEBERATAN SAKSI-
KPU.
25
Penggunaan Surat Suara Cadangan:
1. Surat Suara cadangan di setiap TPS digunakan untuk:
a. Pengganti surat suara rusak dan/atau keliru dicoblos;
b. Pemilih pemilik KTP-el yang terdaftar dalam DPTb; dan
c. Pemilih pemilik KTP-el yang tidak terdaftar dalam DPT atau DPTb yang
memiliki hak pilih.
2. Dalam hal surat suara cadangan tidak mencukupi dapat menggunakan surat
suara yang masih tersedia.
3. Penggunaan surat suara pengganti dan surat suara cadangan dicatat dalam berita
acara.
26
BAB IV
PEMBERIAN SUARA DI TPS LOKASI KHUSUS
27
5. Penyerahan Salinan DPT Lokasi Khusus kepada Saksi dan Pengawas TPS pada TPS
di lokasi khusus.
Pelaksanaan pemungutan suara di TPS Lokasi Khusus berlaku sama dengan pelaksanaan
pemungutan suara di TPS, dengan ketentuan tambahan sebagai berikut:
1. Penggunaan hak pilih setiap Pemilih di TPS Lokasi Khusus didasarkan pada domisili
yang bersangkutan sesuai dengan KTP-el.
2. Sebelum melaksanakan pemungutan suara, PPS dan KPPS berkoordinasi dengan
Pejabat yang berwenang di Lokasi Khusus.
3. Pemilih dalam DPTb dan Pemilih dalam DPK di TPS Lokasi Khusus dapat
menggunakan hak pilihnya sepanjang telah terdaftar dalam Daftar Pemilih di Lokasi
khusus dan Surat Suara masih tersedia.
4. Dalam hal Pemilih tidak dapat menunjukan KTP-el atau Suket namun menunjukan
fotokopi KTP-el, foto KTP-el atau KTP-el digital, KPPS wajib memeriksa data
Pemilih dalam laman cekdptonline.kpu.go.id untuk memastikan kebenaran Pemilih.
5. Daftar Hadir Pemilih menggunakan C.DAFTAR HADIR/DPT-KPU lokasi khusus
Daftar Hadir yang memuat nomor urut, nama pemilih, NIK, jenis kelamin, alamat,
jenis disabilitas, tanda tangan pemilih dan keterangan/ceklist pemilih dapat
menggunakan hak pilih untuk jenis pemilu.
6. Dalam hal terdapat TPS Lokasi Khusus yang:
a. tidak dapat melayani Pemilih DPTb karena tidak lagi terdapat sisa surat suara yang
dapat digunakan oleh Pemilih DPTb; dan
b. Pemilih DPTb tersebut tidak diperbolehkan meninggalkan TPS Lokasi Khusus
yang meliputi:
1) rumah tahanan atau lembaga pemasyarakatan;
2) panti sosial atau panti rehabilitasi; dan
3) menjalani rawat inap di fasilitas pelayanan kesehatan, KPPS dari TPS terdekat
yang ditunjuk oleh PPS mendatangi Pemilih yang bersangkutan disaksikan
oleh Saksi dan diawasi oleh Pengawas TPS.
7. Penunjukan TPS terdekat sebagaimana dimaksud pada angka 6 dilakukan setelah
pukul 11.00 waktu setempat.
28
8. Tata cara pelayanan pemilih sebagaimana dimaksud pada angka 7 yaitu:
a. Waktu pelayanan pengguna hak pilih dilaksanakan pukul 12.00 sampai dengan
pukul 13.00 waktu setempat dengan memperhatikan pelayanan Pemilih yang hadir
di TPS dan mempertimbangkan ketersediaan Surat Suara.
b. Perlengkapan yang harus disediakan berupa kantong plastik sedang berwarna
gelap, surat suara sesuai dengan jenis Pemilu, daftar hadir sesuai dengan jenis
Pemilih, dan tinta serta alat coblos.
c. Pelayanan kepada Pemilih dicatat dalam formulir Modul C.KEJADIAN KHUSUS
DAN/ATAU KEBERATAN SAKSI-KPU.
29
BAB V
PEMUNGUTAN SUARA ULANG, SUSULAN DAN LANJUTAN
1. Dalam hal di sebagian atau seluruh Dapil terjadi Kerusuhan, gangguan keamanan,
bencana alam, atau gangguan lainnya yang mengakibatkan seluruh tahapan
pemungutan suara tidak dapat dilaksanakan, dilakukan pemungutan suara susulan.
2. Dalam hal di sebagian atau seluruh Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
terjadi kerusuhan, gangguan keamanan, bencana alam, atau gangguan lainnya yang
mengakibatkan sebagian tahapan Penyelenggaraan Pemilu tidak dapat dilaksanakan,
dilakukan Pemilu lanjutan.
30
C. PERSIAPAN PEMUNGUTAN SUARA ULANG, SUSULAN DAN LANJUTAN
31
D. PELAKSANAAN PEMUNGUTAN SUARA ULANG, SUSULAN DAN LANJUTAN
Pelaksanaan pemungutan suara ulang di TPS yang disebabkan oleh bencana alam dan/atau
penyebab lainnya, dilakukan dengan langkah langkah sebagai berikut:
1. Sebelum pemilih melakukan pemberian suara, Ketua KPPS:
a. menandatangani dan memberikan tanda stempel yang diberi tanda khusus untuk
masing-masing Surat Suara sesuai dengan jenis Pemilu; dan
b. memanggil Pemilih yang telah mengisi daftar hadir untuk memberikan suara
berdasarkan prinsip urutan kehadiran pemilih;
2. Ketua KPPS memberikan Surat Suara kepada pemilih yang terdaftar dalam salinan
DPT, DPTb, DPK, serta pemilih yang mempunyai formulir Model A-Surat Pindah
Memilih, dengan ketentuan:
a. Surat Suara Pasangan Calon, apabila pindah memilih ke provinsi lain yang
melaksanakan pemungutan suara ulang;
b. Surat Suara DPR, apabila pindah memilih ke kabupaten/kota lain dalam satu
provinsi dan di Dapilnya, serta melaksanakan pemungutan suara ulang di TPS
tersebut;
c. Surat Suara DPD, apabila pindah memilih ke kabupaten/kota lain dalam satu
provinsi, serta melaksanakan pemungutan suara ulang di TPS tersebut;
d. Surat Suara DPRD Provinsi, apabila pindah memilih ke kabupaten/kota lain dalam
satu provinsi dan di Dapilnya, serta melaksanakan pemungutan suara ulang di TPS
tersebut; dan
e. Surat Suara DPRD Kabupaten/Kota, apabila pindah memilih ke kecamatan lain
dalam satu kabupaten/kota dan di Dapilnya, serta melaksanakan pemungutan suara
ulang di TPS tersebut.
32
BAB VI
PEMUNGUTAN SUARA DENGAN SISTEM NOKEN/IKAT DI PROVINSI PAPUA
TENGAH DAN PAPUA PEGUNUNGAN
1. KPPS
KPPS dalam melaksanakan pemungutan suara dengan menggunakan sistem
noken/ikat berpedoman pada ketentuan sebagaimana diatur dalam Peraturan Komisi
Pemilihan Umum Nomor 25 Tahun 2023 tentang Pemungutan dan Penghitungan
Suara dalam Pemilihan Umum dan Keputusan Komisi Pemilihan Umum Nomor 66
Tahun 2024 tentang Pedoman Teknis Pemungutan dan Penghitungan Suara Pemilihan
Umum.
2. Perlengkapan
Perlengkapan pemungutan dan penghitungan suara di TPS berpedoman pada
Keputusan Komisi Pemilihan Umum Nomor 66 Tahun 2024 tentang Pedoman Teknis
33
Pemungutan dan Penghitungan Suara Pemilihan Umum atau perlengkapan lain sesuai
dengan kelaziman atau kebiasaan di wilayah tersebut.
3. Waktu Pelaksanaan
Pemungutan suara dimulai pada pukul 07.00 s.d. pukul 13.00 Waktu Indonesia Timur
(WIT).
34
b. peran kepala suku sebagaimana dimaksud dalam huruf a dalam proses
pemungutan dengan menggunakan sitem noken/ikat;
c. jumlah kelompok masyarakat yang bersedia diwakilinya; dan
d. pelaksanaan musyawarah.
8. Dalam hal terdapat kelompok Pemilih yang bersepakat untuk menyalurkan suaranya
kepada Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden dan/atau Partai Politik atau
Calon Anggota DPR, DPD, DPRPP atau DPRPT dan DPRD Kabupaten, maka KPPS:
a. menyerahkan Surat Suara Presiden dan Wakil Presiden, Surat Suara DPR, Surat
Suara DPD, Surat Suara Dewan Perwakilan Rakyat Papua Pegunungan atau Surat
Suara Dewan Perwakilan Rakyat Papua Tengah, dan Surat Suara DPRD
Kabupaten/Kota kepada Pemilih dan/atau kepala suku sesuai dengan jumlah
pemilih yang diwakili berdasarkan daftar hadir sebagaimana dimaksud pada
angka 3 untuk dilakukan pencoblosan sesuai dengan tata cara dan kearifan lokal
wilayah TPS tersebut; dan
b. mencatat ke dalam formulir pada saat pelaksanaan penghitungan suara.
9. KPPS, PPS, PPK dan KPU Kabupaten dilarang mewakili Pemilih untuk mencoblos.
10. Surat Suara yang tidak digunakan wajib diberi tanda silang dan dicatat dalam formulir
Model C.HASIL-PPWP, Model C.HASIL-DPR, Model C.HASIL-DPD, Model
C.HASIL-DPRPP untuk Pemilu DPR Papua Pegunungan atau Model C.HASIL-
DPRPT untuk Pemilu DPR Papua Tengah, dan Model C.HASIL-DPRD-KAB/KOTA.
11. Pencatatan surat suara yang tidak digunakan sebagaimana dimaksud pada angka 10
disalin ke dalam formulir Model C.HASIL SALINANPPWP, Model C.HASIL
SALINAN-DPR, Model C.HASIL SALINAN-DPD, Model C.HASIL SALINAN-
DPRPT untuk Pemilu DPR Papua Tengah, Model C.HASIL SALINAN-DPRPP untuk
Pemilu DPR Papua Pegunungan, dan MODEL C.HASIL SALINAN-DPRD-
KAB/KOTA.
12. Apabila terdapat kejadian khusus selain sebagaimana dimaksud pada angka 4 dan/atau
terdapat keberatan dari saksi, KPPS mencatat dalam formulir Model C.KEJADIAN
KHUSUS DAN/ATAU KEBERATAN SAKSI-KPU
35
BAB VII
PENUTUP
36
DAFTAR PUSTAKA
2. Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 8 Tahun 2019 tentang Tata Kerja Komisi
Pemilihan Umum, Komisi Pemilihan Umum Provinsi, dan Komisi Pemilihan Umum
Kabupaten/Kota sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan
Komisi Pemilihan Umum Nomor 12 Tahun 2023 tentang Perubahan Kelima atas
Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 8 Tahun 2019 tentang Tata Kerja Komisi
Pemilihan Umum, Komisi Pemilihan Umum Provinsi, dan Komisi Pemilihan Umum
Kabupaten/Kota.
4. Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 25 Tahun 2023 tentang Pemungutan dan
Penghitungan Suara dalam Pemilihan Umum.
5. Keputusan Komisi Pemilihan Umum Nomor 1281 Tahun 2023 Tentang Kebutuhan
Perlengkapan Pemungutan Suara, Dukungan Perlengkapan Lainnya, dan Perlengkapan
Pemungutan Suara Lainnya dalam Pemilihan Umum.
6. Keputusan Komisi Pemilihan Umum Nomor 1395 Tahun 2023 tentang Pedoman Teknis
Tata Kelola Logistik Pemilihan Umum.
7. Keputusan Komisi Pemilihan Umum Nomor 66 Tahun 2024 tentang Pedoman Teknis
Pemungutan dan Penghitungan Suara Pemilihan Umum.
37
MODUL PELATIHAN
PENGHITUNGAN SUARA
Penulis:
Andi Tenri Sompa
Arief Noorman Nasir
Anna Marisi
Adi Putra
M. Fadlillah
Editor:
Wahyu Yudi Wijayanti
M. Khuwailid
Rusman Sudarsono
Andika Pranata Jaya
Mey Nurlela
Rochani
Theodorus Kossay
Muhammad Tarmizi
Abdullah Sapi’i
I Gede John Darmawan
Penerbit :
KOMISI PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA
Ukuran Buku :
ISBN :
Ketua KPU
Hasyim Asy’ari
Anggota KPU
Parsadaan Harahap
Yulianto Sudrajat
Betty Epsilon Idroos
Mochammad Afifuddin
Idham Holik
August Mellaz
PENGARAH
Bernad Dermawan Sutrisno
PENANGGUNG JAWAB
Wahyu Yudi Wijayanti
TIM PENYUSUN
Andi Tenri Sompa
Arief Noorman Nasir
Anna Marisi
Adi Putra
M. Fadlillah
TIM EDITOR
Wahyu Yudi Wijayanti
M. Khuwailid
Rusman Sudarsono
Andika Pranata Jaya
Mey Nurlela
Rochani
Theodorus Kossay
Muhammad Tarmizi
Abdullah Sapi’i
I Gede John Darmawan
Puji Syukur senantiasa kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
nikmat dan karunia yang telah dilimpahkan kepada kita semua. Dalam rangka mensukseskan
pelaksanaan pemilu tahun 2024 Komisi Pemilihan Umum (KPU) menyiapkan modul
penghitungan suara bagi KPPS. Modul ini akan diberikan kepada KPPS sebagai pedoman dan
petunjuk dalam melaksanakan Penghitungan Suara yang langsung, umum, bebas, rahasia, jujur
dan adil.
Modul ini membekali peserta dengan kemampuan memahami alur, mekanisme, dan
konsep pelaksanaan penghitungan suara yang di mulai dari tahapan persiapan hingga tahapan
pelaksanaan Penghitungan Suara di Tempat Pemungutan Suara. Secara lebih teknis modul ini
mencakup Materi Pokok terkait Pengantar Penghitungan Suara, Persiapan Penghitungan Suara,
Pelaksanaan Penghitungan Suara serta Evaluasi Pembelajaran.
Kami menyadari betapa pentingnya kompetensi Fasilitator dalam menjalankan
tugasnya untuk berbagi pengetahuan, ketrampilan, dan sikap secara berjenjang pada pelatihan
Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara ini. Melalui modul ini, diharapkan para fasilitator
KPU, KPU Provinsi, KPU Kabupaten/Kota, Panitia Pemilihan Kecamatan, Panitia
Pemungutan Suara, bahkan Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara dapat memahami
substansi Persiapan Penghitungan Suara serta Pelaksanaan Penghitungan Suara secara mandiri,
transparan, dan profesional.
Kami berharap modul ini dapat menjadi acuan yang berguna dan membantu para
fasilitator serta KPPS pada khususnya untuk penyelenggara pemilihan umum dalam
melaksanakan tugasnya secara efektif. Kami menyampaikan apresiasi dan penghargaan yang
setinggi-tingginya kepada seluruh pimpinan komisi pemilihan Umum, yang telah memberikan
kesempatan kepada tim penulis untuk mencurahkan pengetahuan dalam bentuk karya modul
ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dalam penyusunan modul ini. Semoga modul ini dapat menjadi panduan yang bermanfaat dan
dapat meningkatkan kompetensi para fasilitator dan penyelenggara Pemilu di lingkungan
Komisi Pemilihan Umum.
Terima kasih.
Tim Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
DAFTAR ISTILAH
1. Pemilihan Umum yang selanjutnya disebut Pemilu adalah sarana kedaulatan rakyat
untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat anggota Dewan Perwakilan Daerah,
Presiden dan Wakil Presiden, dan untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah, yang dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil dalam
Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
2. Penyelenggara Pemilu adalah lembaga yang menyelenggarakan Pemilu yang terdiri atas
Komisi Pemilihan Umum, Badan Pengawas Pemilu, dan Dewan Kehormatan
Penyelenggara Pemilu sebagai satu kesatuan fungsi penyelenggaraan Pemilu untuk
memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat, anggota Dewan Perwakilan Daerah,
Presiden dan Wakil Presiden, dan untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah secara langsung oleh rakyat.
3. Komisi Pemilihan Umum yang selanjutnya disingkat KPU adalah lembaga
Penyelenggara Pemilu yang bersifat nasional, tetap, dan mandiri dalam melaksanakan
Pemilu.
4. Komisi Pemilihan Umum Provinsi yang selanjutnya disebut KPU Provinsi adalah
Penyelenggara Pemilu di provinsi.
5. Komisi Pemilihan Umum Kabupaten/Kota yang selanjutnya disebut KPU
Kabupaten/Kota adalah Penyelenggara Pemilu di kabupaten/kota.
6. Panitia Pemilihan Kecamatan yang selanjutnya disingkat PPK adalah panitia yang
dibentuk oleh KPU Kabupaten/Kota untuk melaksanakan Pemilu di tingkat kecamatan
atau yang disebut dengan nama lain.
7. Panitia Pemungutan Suara yang selanjutnya disingkat PPS adalah panitia yang
dibentuk oleh KPU Kabupaten/Kota untuk menyelenggarakan Pemilu di tingkat
kelurahan/desa atau yang disebut dengan nama lain.
8. Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara yang selanjutnya disingkat KPPS
adalah kelompok yang dibentuk oleh PPS untuk melaksanakan pemungutan suara di
tempat pemungutan suara.
9. Petugas Ketertiban Tempat Pemungutan Suara yang selanjutnya disebut Petugas
Ketertiban TPS adalah petugas yang dibentuk oleh PPS untuk menangani ketenteraman,
ketertiban, dan keamanan di setiap tempat pemungutan suara.
iii
10. Badan Pengawas Pemilu yang selanjutnya disebut Bawaslu adalah lembaga
Penyelenggara Pemilu yang mengawasi penyelenggaraan Pemilu di seluruh wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
11. Badan Pengawas Pemilu Provinsi yang selanjutnya disebut Bawaslu Provinsi adalah
badan yang mengawasi penyelenggaraan Pemilu di wilayah provinsi.
12. Badan Pengawas Pemilu Kabupaten/Kota yang selanjutnya disebut Bawaslu
Kabupaten/Kota adalah badan untuk mengawasi Penyelenggaraan Pemilu di wilayah
kabupaten/kota.
13. Panitia Pengawas Pemilu Kecamatan yang selanjutnya disebut Panwaslu Kecamatan
adalah panitia yang dibentuk oleh Bawaslu Kabupaten/Kota untuk mengawasi
penyelenggaraan Pemilu di wilayah kecamatan atau nama lain.
14. Panitia Pengawas Pemilu Kelurahan/Desa yang selanjutnya disebut Panwaslu
Kelurahan/Desa adalah petugas untuk mengawasi penyelenggaraan Pemilu di
kelurahan/desa atau nama lain.
15. Pengawas Tempat Pemungutan Suara yang selanjutnya disebut Pengawas TPS adalah
petugas yang dibentuk oleh Panwaslu Kecamatan untuk membantu Panwaslu
Kelurahan/Desa.
16. Tempat Pemungutan Suara yang selanjutnya disingkat TPS adalah tempat
dilaksanakannya pemungutan suara.
17. Kotak Suara Keliling yang selanjutnya disingkat KSK adalah pelayanan pemungutan
suara bagi Pemilih dengan cara mendatangi tempat-tempat Pemilih berkumpul, bekerja,
dan/atau bertempat tinggal dalam satu kawasan.
18. Peserta Pemilu adalah Partai Politik untuk Pemilu anggota DPR, anggota DPRD
Provinsi, anggota DPRD Kabupaten/Kota, perseorangan untuk Pemilu anggota DPD, dan
Pasangan Calon yang diusulkan oleh Partai Politik atau Gabungan Partai Politik untuk
Pemilu Presiden dan Wakil Presiden.
19. Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden yang selanjutnya disebut Pasangan
Calon adalah Pasangan Calon Peserta Pemilu Presiden dan Wakil Presiden yang
diusulkan oleh Partai Politik atau Gabungan Partai Politik yang telah memenuhi
persyaratan.
20. Partai Politik Peserta Pemilu yang selanjutnya disebut Partai Politik adalah Peserta
Pemilu anggota DPR, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota sebagaimana telah
ditetapkan oleh KPU dan Partai Politik lokal Peserta Pemilu Anggota Dewan Perwakilan
Rakyat Aceh dan Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten/Kota di Aceh.
iv
21. Gabungan Partai Politik adalah gabungan 2 (dua) Partai Politik atau lebih yang
bersama-sama bersepakat mencalonkan 1 (satu) Pasangan Calon.
22. Saksi Peserta Pemilu yang selanjutnya disebut Saksi adalah orang yang mendapat surat
mandat tertulis dari tim kampanye atau Pasangan Calon yang diusulkan oleh Partai
Politik atau Gabungan Partai Politik untuk Pemilu Presiden dan Wakil Presiden,
pengurus Partai Politik tingkat kabupaten/kota atau tingkat di atasnya untuk Pemilu
anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota, dan calon perseorangan
untuk Pemilu anggota DPD.
23. Daerah Pemilihan Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota yang
selanjutnya disebut Dapil adalah satu atau gabungan atau bagian wilayah administrasi
pemerintahan yang dibentuk sebagai kesatuan wilayah/daerah berdasarkan jumlah
penduduk untuk menentukan alokasi kursi sebagai dasar pengajuan calon oleh pimpinan
Partai Politik dan penetapan calon terpilih anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD
Kabupaten/Kota.
24. Daerah Pemilihan Anggota DPD adalah provinsi yang ditetapkan sebagai satu daerah
pemilihan anggota DPD.
25. Pemilih adalah Warga Negara Indonesia yang sudah genap berumur 17 (tujuh belas)
tahun atau lebih, sudah kawin, atau sudah pernah kawin.
26. Surat Suara Presiden dan Wakil Presiden adalah salah satu jenis perlengkapan
pemungutan suara yang berbentuk lembaran kertas dengan desain khusus yang
digunakan oleh Pemilih untuk memberikan suara pada Pemilu Presiden dan Wakil
Presiden yang memuat nomor, nama, foto Pasangan Calon, dan tanda gambar Partai
Politik pengusul.
27. Surat Suara DPR adalah salah satu jenis perlengkapan pemungutan suara yang
berbentuk lembaran kertas dengan desain khusus yang digunakan oleh Pemilih untuk
memberikan suara pada Pemilu anggota DPR yang memuat nomor urut Partai Politik,
tanda gambar Partai Politik, nama Partai Politik, nomor urut, dan nama calon anggota
DPR, yang dibuat untuk setiap Dapil.
28. Surat Suara DPRD Provinsi adalah salah satu jenis perlengkapan pemungutan suara
yang berbentuk lembaran kertas dengan desain khusus yang digunakan oleh Pemilih
untuk memberikan suara pada Pemilu anggota DPRD Provinsi yang memuat nomor urut
Partai Politik, tanda gambar Partai Politik, nama Partai Politik, nomor urut, dan nama
calon anggota DPRD Provinsi, yang dibuat untuk setiap Dapil.
v
29. Surat Suara DPRD Kabupaten/Kota adalah salah satu jenis perlengkapan pemungutan
suara yang berbentuk lembaran kertas dengan desain khusus yang digunakan oleh
Pemilih untuk memberikan suara pada Pemilu anggota DPRD Kabupaten/Kota yang
memuat nomor urut Partai Politik, tanda gambar Partai Politik, nama Partai Politik,
nomor urut, dan nama calon anggota DPRD Kabupaten/Kota, yang dibuat untuk setiap
Dapil.
30. Surat Suara DPD adalah salah satu jenis perlengkapan pemungutan suara yang
berbentuk lembaran kertas dengan desain khusus yang digunakan oleh Pemilih untuk
memberikan suara pada Pemilu anggota DPD yang memuat nomor urut calon, nama
calon, dan foto calon anggota DPD yang dibuat untuk setiap Daerah Pemilihan Anggota
DPD.
31. Daftar Pemilih Tetap yang selanjutnya disingkat DPT adalah daftar Pemilih sementara
hasil perbaikan akhir yang telah diperbaiki oleh PPS, direkapitulasi oleh PPK, dan
ditetapkan oleh KPU Kabupaten/Kota.
32. Daftar Pemilih Tambahan yang selanjutnya disebut DPTb adalah daftar Pemilih yang
telah terdaftar dalam DPT di suatu TPS yang karena keadaan tertentu Pemilih tidak dapat
menggunakan haknya untuk memilih di TPS tempat yang bersangkutan terdaftar dan
memberikan suara di TPS lain.
33. Daftar Pemilih Khusus yang selanjutnya disingkat DPK adalah daftar Pemilih yang
memiliki identitas kependudukan tetapi belum terdaftar dalam DPT dan DPTb.
34. Daftar Pasangan Calon adalah daftar nama Pasangan Calon Presiden dan Wakil
Presiden yang ditetapkan oleh KPU yang memuat nomor urut, foto Pasangan Calon,
nama Pasangan Calon, tanda gambar Partai Politik pengusul, visi, dan misi Pasangan
Calon.
35. Daftar Calon Tetap Anggota DPR, Daftar Calon Tetap Anggota DPRD provinsi, dan
Daftar Calon Tetap Anggota DPRD kabupaten/kota yang selanjutnya disebut DCT
adalah daftar calon tetap yang memuat nomor urut Partai Politik, nama Partai Politik,
tanda gambar Partai Politik, nomor urut calon, foto diri terbaru calon, nama lengkap.
36. Daftar Calon Tetap Anggota DPD yang selanjutnya disebut DCT Anggota DPD adalah
daftar calon tetap yang memuat nomor, calon, nama lengkap calon yang disusun
berdasarkan abjad, pas foto diri terbaru calon, jenis kelamin, dan kabupaten/kota tempat
tinggal calon.
37. Kartu Tanda Penduduk Elektronik yang selanjutnya disebut KTP-el adalah kartu
tanda penduduk yang dilengkapi cip yang merupakan identitas resmi penduduk sebagai
vi
bukti diri yang diterbitkan oleh dinas yang membidangi urusan di bidang administrasi
kependudukan dan pencatatan sipil kabupaten/kota.
38. Surat Keterangan yang selanjutnya disebut Suket adalah surat keterangan telah
dilakukan perekaman KTP-el yang diterbitkan oleh perangkat daerah yang
menyelenggarakan urusan di bidang kependudukan dan catatan sipil.
39. Sistem Informasi Rekapitulasi Elektronik yang selanjutnya disebut Sirekap adalah
perangkat aplikasi berbasis teknologi informasi sebagai sarana publikasi hasil
penghitungan suara dan proses rekapitulasi hasil penghitungan suara serta alat bantu
dalam pelaksanaan rekapitulasi hasil Penghitungan Suara Pemilu.
40. Dokumen Elektronik adalah setiap informasi elektronik yang dibuat, diteruskan,
dikirimkan, diterima, atau disimpan dalam bentuk analog, digital, elektromagnetik,
optikal, atau sejenisnya, yang dapat dilihat, ditampilkan, dan/atau didengar melalui
komputer atau sistem elektronik, termasuk tidak terbatas pada tulisan, suara, gambar,
peta, rancangan, foto atau sejenisnya, huruf, tanda, angka, kode akses, atau simbol.
vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Modul pelatihan KPPS ini didesain dengan 2 (dua) indikator hasil belajar yaitu:
1. Peserta mampu menjelaskan persiapan dan pelaksanaan penghitungan suara di TPS.
2. Peserta mampu mempraktekkan persiapan dan pelaksanaan penghitungan suara di TPS.
2
E. MATERI POKOK DAN SUB MATERI POKOK
Materi pokok dan sub materi pokok pada modul pelatihan ini, sebagai berikut:
1. Materi Pokok: Pengantar Penghitungan Suara dengan sub materi, yaitu:
A. Jenis Formulir yang digunakan
B. Persiapan Penghitungan Suara
2. Materi Pokok: Persiapan Penghitungan Suara dengan sub materi, yaitu:
A. Menyiapkan Sarana dan Prasarana Penghitungan Suara
B. Menyiapkan Dokumen Penghitungan Suara
C. Pembagian Tugas Anggota KPPS untuk Penghitungan Suara
3. Materi Pokok: Pelaksanaan Penghitungan Suara dengan sub materi, yaitu:
A. Tata Cara Penghitungan Suara untuk Setiap Jenis Pemilu
B. Surat Suara Sah dan Surat Suara Tidak Sah
C. Pengumuman dan Penyampaian Formulir C Hasil-Salinan
D. Penyelesaian Keberatan
E. Penghitungan Suara Ulang di Tempat Pemungutan Suara
F. Tata Cara Penghitungan Suara Dengan Sistem Noken/Ikat
G. Sirekap
H. Penyusunan Formulir dan Surat Suara Hasil Penghitungan Suara
4. Materi Pokok: Evaluasi Pembelajaran dengan sub materi, yaitu:
A. Tes/ujian
B. Kuis-kuis interaktif
3
BAB II
A. IDENTITAS
Materi : Pengantar Penghitungan Suara
Alokasi Waktu : 30 Menit/1 Pertemuan
Media Pembelajaran : Modul, Power Point dan Lembar Penugasan
B. DESKRIPSI SINGKAT
Modul ini membekali peserta dengan kemampuan memahami proses
penghitungan suara termasuk formulir yang digunakan.
C. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mengikuti pembelajaran diharapkan:
1. Peserta dapat memahami proses Penghitungan Suara.
2. Peserta dapat memahami jenis formulir yang akan digunakan oleh KPPS dalam
pelaksanaan Penghitungan Suara.
E. PENDAHULUAN
Tahap penghitungan suara merupakan puncak kegiatan dalam proses
penyelenggaraan pemilu. Integritas dan profesionalitas dalam proses penghitungan suara
sangat penting diwujudkan untuk menjamin legitimasi hasil pemilu.
4
F. JENIS FORMULIR YANG DIGUNAKAN
1. Waktu penghitungan suara dimulai setelah Pemungutan Suara selesai dan berakhir pada
hari yang sama dengan hari pemungutan suara.
2. Dalam hal penghitungan suara belum selesai pada hari yang sama dengan hari
pemungutan suara, penghitungan suara dapat diperpanjang tanpa jeda paling lama 12
(dua belas) jam sejak berakhirnya hari pemungutan suara.
3. Rapat penghitungan suara dipimpin oleh Ketua KPPS.
4. Rapat Penghitungan Suara dapat dihadiri oleh Saksi dan/atau Pengawas TPS.
5. KPPS memastikan bahwa Saksi yang hadir dalam rapat Penghitungan Suara telah
menyerahkan Surat Mandat.
6. Sebelum dan saat rapat Penghitungan Suara di TPS, KPPS dapat mengambil waktu
untuk beristirahat yang diatur oleh Ketua KPPS dengan tetap memperhatikan waktu
penyelesaian Penghitungan Suara.
5
BAB III
A. IDENTITAS
Materi : Persiapan Penghitungan Suara
Alokasi Waktu : 50 Menit/1 Pertemuan
Media Pembelajaran : Modul, Power Point, Lembar Penugasan, Video dan Simulasi
B. DESKRIPSI SINGKAT
Modul ini membekali peserta dengan kemampuan memahami persiapan
penghitungan suara termasuk memahami sarana dan prasarana penghitungan suara, mampu
menyiapkan dokumen penghitungan suara, dan memahami pembagian tugas anggota
KPPS untuk penghitungan suara.
C. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mengikuti pembelajaran diharapkan:
1. Peserta dapat memahami sarana dan prasarana penghitungan suara.
2. Peserta dapat menyiapkan dokumen penghitungan suara.
3. Peserta dapat memahami pembagian tugas anggota KPPS untuk penghitungan suara.
E. PENDAHULUAN
Persiapan penghitungan suara merupakan tahapan penting bagi KPPS agar
pelaksanaan penghitungan suara dapat terlaksana dengan baik. Kegiatan ini dilakukan
setelah pemungutan suara selesai.
Pemberian materi tentang sarana dan prasarana penghitungan suara, dokumen
penghitungan suara serta pembagian tugas anggota KPPS untuk penghitungan suara sangat
penting dalam terwujudnya kesuksesan penyelenggaraan Pemilu tahun 2024.
6
F. MENYIAPKAN SARANA DAN PRASARANA PENGHITUNGAN SUARA
1. Sebelum rapat Penghitungan Suara di TPS, anggota KPPS mengatur sarana dan
prasarana yang diperlukan agar mudah digunakan dan rapat Penghitungan Suara dapat
diikuti oleh semua peserta rapat yang hadir dengan jelas, meliputi:
a. pengaturan tempat rapat Penghitungan Suara di TPS, termasuk pangaturan papan
atau tempat untuk memasang formulir:
1) Model C.Hasil-PPWP;
2) Model C.Hasil-DPR;
3) Model C.Hasil-DPD;
4) Model C.Hasil-DPRD-Prov untuk Pemilu DPRD Provinsi , Model C.Hasil-
DPRA untuk Pemilu DPR Aceh , Model C.Hasil-DPRP untuk Pemilu DPR
Papua, Model C.Hasil-DPRPB untuk Pemilu DPR Papua Barat , Model
C.Hasil-DPRPT untuk Pemilu DPR Papua Tengah , Model C.Hasil-DPRPS
untuk Pemilu DPR Papua Selatan, Model C.Hasil-DPRPP untuk Pemilu DPR
Papua Pegunungan, atau Model C.Hasil-DPRPBD untuk Pemilu DPR Papua
Barat Daya;
5) Model C.HASIL-DPRD-KAB/KOTA atau Model C.Hasil-DPRK untuk
Pemilu DPR Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh.
b. tempat duduk KPPS, Saksi, Pengawas TPS, Pemilih, Pemantau Pemilu, dan
Masyarakat di atur sebagai berikut:
1) Saksi dan Pengawas TPS ditempatkan di dalam TPS;
2) Pemilih, Pemantau Pemilu, Pewarta dan Masyarakat ditempatkan di luar TPS.
c. alat keperluan administrasi;
d. formulir Penghitungan Suara di TPS;
e. sampul kertas/kantong plastik pembungkus;
f. alat tulis kantor yang berupa:
1) spidol kecil berwarna biru;
2) alat pengganda;
3) bolpoin;
4) alat penghapus tulisan cair/correction pen;
5) alat penjepit kertas; dan
6) pembatas halaman (page marker)
g. segel;
7
h. kotak suara yang ditempatkan di dekat meja ketua KPPS; dan
i. peralatan lainnya.
2. Setelah menyiapkan sarana dan prasarana, KPPS memasang formulir Model C.Hasil
(sesuai dengan jenis Pemilu) pada papan yang tersedia dengan memperhatikan
beberapa hal sebagai berikut:
a. dapat disusun dalam 1 (satu) tumpukan.
b. terhadap formulir Model C.Hasil yang memiliki jumlah halaman lebih dari 3 (tiga),
pemasangan formulir model C.Hasil dapat dilakukan dengan cara membagi lebih
dari 1 (satu) tumpukan dengan memperhatikan ketebalan masing-masing tumpukan
dan mempertimbangkan luas papan yang tersedia.
c. formulir yang dipasang sebagaimana dimaksud pada huruf b kurang lebih berjarak
3 (tiga) jari antar susunan formulir.
3. KPPS melakukan pencatatan ke dalam formulir:
a. Hari, tanggal, bulan dan tahun pelaksanaan Pemungutan dan penghitungan Suara
(ditulis dengan huruf yang jelas).
b. Tempat pelaksanaan pemungutan dan penghitungan suara yang meliputi Provinsi,
Kabupaten/Kota, Kecamatan, Kelurahan/Desa dan Nomor TPS (ditulis pada
seluruh halaman).
c. Waktu pemungutan suara dan waktu berakhirnya pemungutan suara.
d. Waktu pelaksanaan penghitungan suara untuk masing-masing jenis Pemilu.
G. MENYIAPKAN DOKUMEN PENGHITUNGAN SUARA
1. Data Pemilih yang berupa jumlah Pemilih terdaftar dalam DPT atau salinan DPT (A-
Kab/Ko Daftar Pemilih).
2. Data pengguna hak pilih meliputi:
a. jumlah Pemilih terdaftar dalam DPT yang memberikan suara untuk masing-masing
jenis Pemilu yang tercantum dalam C.DAFTAR HADIR-DPT KPU;
b. jumlah Pemilih terdaftar dalam DPTb yang memberikan suara untuk masing-
masing jenis Pemilu yang tercantum dalam C.DAFTAR HADIR-DPTb KPU;
c. jumlah Pemilih terdaftar dalam DPK yang memberikan suara untuk masing-masing
jenis Pemilu yang tercantum dalam C.DAFTAR HADIR-DPK KPU; dan
d. Pemilih disabilitas yang menggunakan hak pilihnya untuk masing- masing jenis
pemilu.
8
3. Ketua KPPS dibantu anggota KPPS memberikan tanda silang pada Surat Suara yang
tidak digunakan termasuk sisa Surat Suara cadangan, dan Surat Suara yang rusak atau
keliru dicoblos diberi tanda silang pada bagaian luar surat suara, yang memuat nomor
dan alamat TPS serta tanda tangan ketua KPPS, dalam keadaan terlipat dengan
menggunakan spidol/bolpoin.
4. Menghitung jumlah surat suara yang terdapat di luar kotak suara, meliputi:
a. jumlah Surat Suara yang tidak digunakan/tidak terpakai termasuk sisa Surat Suara
cadangan untuk masing-masing jenis Pemilu.
b. jumlah surat suara yang dikembalikan oleh Pemilih karena rusak atau keliru coblos
pada saat pelaksanaan Pemungutan Suara masing-masing jenis Pemilu.
jumlah surat suara yang dikembalikan oleh Pemilih karena rusak atau keliru
coblos bukan merupakan surat suara tidak sah
9
Pemilu DPR Papua Pegunungan atau Model C.HASIL-DPRPBD untuk Pemilu
DPR Papua Barat Daya; dan
5) Model C.HASIL-DPRD-KAB/KOTA untuk Pemilu DPRD Kabupaten/Kota
atau Model C.HASIL-DPRK untuk Pemilu DPR Kabupaten/Kota di Provinsi
Aceh.
b. Memeriksa dan memastikan hasil pencatatan formulir telah sesuai dengan hasil
penelitian yang diumumkan oleh ketua KPPS.
4. Anggota KPPS Kelima bertugas melipat Surat Suara yang telah diteliti dan diumumkan
oleh ketua KPPS untuk masing-masing jenis Pemilu.
5. Anggota KPPS Keenam dan anggota KPPS Ketujuh bertugas menyusun Surat Suara
yang telah diteliti dan diumumkan oleh ketua KPPS dalam susunan sesuai suara yang
diperoleh masing-masing Pasangan Calon, Partai Politik, atau calon anggota DPD
setelah diumumkan dan diikat dengan karet pengikat dengan rincian:
a. Surat Suara Presiden dan Wakil Presiden diikat per 25 (dua puluh lima) lembar
Surat Suara; dan
b. Surat Suara DPR, Surat Suara DPD, Surat Suara DPRD Provinsi, dan Surat Suara
DPRD Kabupaten/Kota diikat per 10 (sepuluh) lembar Surat Suara.
6. Petugas Ketertiban TPS bertugas menjaga ketenteraman, ketertiban dan keamanan di
TPS yang dalam melaksanakan tugasnya 1 (satu) orang berada di depan pintu masuk
TPS, dan 1 (satu) orang di depan pintu keluar TPS.
10
Pemilu; dan
d. Anggota KPPS yang bertugas menyusun Surat Suara yang telah diteliti dan diumumkan oleh
ketua KPPS dalam susunan sesuai suara yang diperoleh masing-masing Pasangan Calon,
Partai Politik, atau calon anggota DPD setelah diumumkan dan diikat dengan karet pengikat
per 25 (dua puluh lima) lembar Surat Suara.
11
BAB IV
A. IDENTITAS
Materi : Pelaksanaan Penghitungan Suara
Alokasi Waktu : 50 Menit/1 Pertemuan
Media Pembelajaran : Modul, Power Point, Lembar Penugasan, Video dan Simulasi
B. DESKRIPSI SINGKAT
Modul ini membekali peserta dengan kemampuan memahami Pelaksanaan
Penghitungan Suara meliputi Tata Cara Penghitungan Suara untuk setiap Jenis Pemilu,
Tata Cara Penghitungan Suara Dengan Sistem Noken/Ikat, Surat Suara Sah dan Surat
Suara Tidak Sah, Pencatatan Hasil Penghitungan Suara, Formulir Model C Hasil-
PPWP/DPR/DPD/DPRD Prov/DPRD Kab/Kota, Pembuatan Formulir C Hasil-Salinan,
Formulir Model C Hasil Salinan PPWP/DPR/DPD/DPRD Prov/DPRD Kab/Kota,
Sirekap, Pengumuman & Penyampaian Formulir C Hasil-Salinan, Penyusunan formulir
dan Surat Suara hasil Penghitungan Suara, serta Penyampaian Kotak Suara hasil
Penghitungan Suara kepada PPK melalui PPS.
C. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mengikuti pembelajaran diharapkan:
1. Peserta dapat memahami Tata Cara Penghitungan Suara untuk setiap Jenis Pemilu
2. Peserta dapat memahami Tata Cara Penghitungan Suara Dengan Sistem Noken/Ikat
3. Peserta dapat memahami Surat Suara Sah dan Surat Suara Tidak Sah
4. Peserta dapat memahami Pencatatan Hasil Penghitungan Suara
5. Peserta dapat memahami Formulir Model C Hasil
6. Peserta dapat memahami Formulir Model C Hasil Salinan
7. Peserta dapat memahami Sirekap
8. Peserta dapat memahami proses Pengumuman & Penyampaian Formulir C Hasil-
Salinan
9. Peserta dapat memahami Penyusunan formulir dan Surat Suara hasil Penghitungan
Suara
10. Peserta dapat memahami proses Penyampaian Kotak Suara hasil Penghitungan Suara
kepada PPK melalui PPS
12
D. INDIKATOR HASIL BELAJAR
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta diharapkan:
1. Mampu menjelaskan Tata Cara Penghitungan Suara untuk setiap Jenis Pemilu
2. Mampu menjelaskan Tata Cara Penghitungan Suara Dengan Sistem Noken/Ikat
3. Mampu menjelaskan Surat Suara Sah dan Surat Suara Tidak Sah
4. Mampu menjelaskan Pencatatan Hasil Penghitungan Suara
5. Mampu menjelaskan Formulir Model C Hasil
6. Mampu menjelaskan Pembuatan Formulir C Hasil-Salinan
7. Mampu menjelaskan penggunaan Sirekap
8. Mampu menjelaskan proses Pengumuman & Penyampaian Formulir C Hasil-Salinan
9. Mampu menjelaskan Penyusunan formulir dan Surat Suara hasil Penghitungan Suara
10. Mampu menjelaskan proses Penyampaian Kotak Suara hasil Penghitungan Suara
kepada PPK melalui PPS
E. PENDAHULUAN
Pelaksanaan penghitungan suara merupakan tahapan penting bagi KPPS agar
pelaksanaan penghitungan suara dapat terlaksana dengan baik. Kegiatan ini dilakukan
setelah pemungutan suara selesai. Pemberian materi pelaksanaan penghitungan suara
sangat penting dalam terwujudnya kesuksesan penyelenggaraan Pemilu tahun 2024.
13
4. Ketua KPPS dibantu oleh anggota KPPS Keenam dan/atau KPPS Ketujuh melakukan
pembukaan kotak dan menghitung jumlah Surat Suara yang berada di dalam kotak
suara dengan cara:
a. Membuka kunci dan tutup kotak suara dengan disaksikan oleh semua pihak yang
hadir;
b. Mengeluarkan Surat Suara dari kotak suara dan diletakkan di meja ketua KPPS;
c. Menghitung jumlah Surat Suara dan memberitahukan jumlah tersebut kepada Saksi,
Pengawas TPS, anggota KPPS, pemantau Pemilu atau masyarakat/Pemilih yang
hadir serta mencatat jumlahnya.
5. Setelah menghitung jumlah Surat Suara, Ketua KPPS dibantu oleh anggota KPPS
Ketiga dan anggota KPPS Keempat melakukan pencatatan pada halaman pertama
formulir Model C.HASIL masing-masing jenis Pemilu berupa:
a. Data Pemilih dan Pengguna Hak Pilih meliputi:
1) Data Pemilih yang berupa jumlah Pemilih terdaftar dalam DPT (terdapat dalam
formulir Model A-KabKota Daftar Pemilih);
2) Data pengguna hak pilih meliputi:
a) Jumlah pengguna hak pilih dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT) yang
memberikan suara untuk masing-masing jenis Pemilu (terdapat dalam
formulir Model C.DAFTAR HADIR DPT-KPU);
b) Jumlah pengguna hak pilih dalam Daftar Pemilih Tambahan (DPTb) yang
memberikan suara untuk masing-masing jenis Pemilu (terdapat dalam
formulir Model C.DAFTAR HADIR DPTb-KPU);
c) Jumlah pengguna hak pilih dalam Daftar Pemilih Khusus (DPK) yang
memberikan suara untuk masing-masing jenis Pemilu (terdapat dalam
formulir Model C.DAFTAR HADIR DPK-KPU); dan
d) Penjumlahan seluruh pengguna hak pilih dalam DPT, DPTb dan DPK
untuk masing-masing jenis Pemilu.
b. Data penggunaan Surat Suara meliputi:
1) Jumlah Surat Suara yang diterima termasuk Surat Suara cadangan 2% dari DPT
untuk masing-masing jenis Pemilu;
2) Jumlah Surat Suara yang digunakan untuk masing-masing jenis Pemilu;
3) Jumlah Surat Suara yang dikembalikan oleh Pemilih karena rusak atau keliru
coblos, pada saat pelaksanaan Pemungutan Suara untuk masing-masing jenis
Pemilu (bukan Surat Suara tidak sah);
14
4) Jumlah Surat Suara yang tidak digunakan/tidak terpakai termasuk sisa Surat
Suara cadangan untuk masing-masing jenis Pemilu; dan
5) Pemilih disabilitas yang menggunakan hak pilihnya untuk masing-masing jenis
Pemilu.
6. KPPS menghitung dan mengisi data rincian, perolehan suara setiap Peserta Pemilu,
dengan langkah sebagai berikut:
a. Anggota KPPS Kedua membuka Surat Suara lembar demi lembar dan memberikan
Surat Suara tersebut kepada Ketua KPPS.
b. Ketua KPPS:
1) Memeriksa dan meneliti pemberian tanda coblos pada Surat Suara, sebagaimana
pembahasan mengenai kriteria Surat Suara Sah dan Surat Suara Tidak Sah.
2) Menunjukkan kepada Saksi, Pengawas TPS, anggota KPPS, Pemantau Pemilu
atau masyarakat / Pemilih yang hadir dengan ketentuan 1 (satu) surat suara
dihitung 1 (satu) suara dan dinyatakan sah atau tidak sah;
PENJELASAN MENGENAI SURAT SUARA SAH DAN SURAT SUARA TIDAK SAH DAPAT DILIHAT
PADA BAB IV POIN G SURAT SUARA SAH DAN SURAT SUARA TIDAK SAH
15
1. Dalam hal penghitungan suara terhadap surat suara belum
dilaksanakan, KPPS memasukkan surat suara tersebut ke dalam kotak
suara sesuai dengan jenis Pemilu; atau
2. Dalam hal penghitungan suara terhadap surat suara telah
dilaksanakan, KPPS membuka surat suara dan memeriksa pemberian tanda
coblos pada surat suara sesuai dengan jenis Pemilu, dan mencatat ke
dalam formulir Model C.HASIL sesuai dengan jenis Pemilu; dan
3. Mencatat ke dalam formulir Model C.KEJADIAN KHUSUS DAN/ATAU
KEBERATAN SAKSI-KPU.
7. Setelah rapat Penghitungan Suara, ketua KPPS dibantu oleh anggota KPPS Keenam
dan anggota KPPS Ketujuh menyusun, menghitung, dan memisahkan:
a. Surat Suara yang sudah diperiksa dan suaranya dinyatakan sah untuk masing-
masing:
1) Pasangan Calon, diikat dengan karet per 25 (dua puluh lima) lembar;
2) Partai Politik dan calon anggota DPR, diikat dengan karet per 10 (sepuluh)
lembar;
3) Partai Politik dan calon anggota DPRD Provinsi, diikat dengan karet per 10
(sepuluh) lembar;
4) Partai Politik dan calon anggota DPRD Kabupaten/Kota, atau
5) Calon perseorangan anggota DPD, diikat dengan karet per 10 (sepuluh) lembar;
dan dimasukkan ke dalam masing-masing sampul kertas sesuai jenis Pemilu; dan
b. Surat Suara yang sudah diperiksa dan suaranya dinyatakan tidak sah untuk masing-
masing jenis Pemilu, diikat dengan rincian:
1) Pemilu Presiden dan Wakil Presiden, diikat dengan karet per 25 (dua puluh
lima) lembar Surat Suara; dan
2) Pemilu anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota, diikat
dengan karet per 10 (sepuluh) lembar Surat Suara.
dan dimasukkan ke dalam masing-masing sampul kertas sesuai jenis Pemilu.
8. Hasil penyusunan dan penghitungan Surat Suara dicocokkan dengan hasil
Penghitungan Suara berdasarkan pencatatan pada formulir Model C.HASIL sesuai jenis
Pemilu.
Alur pengisian formulir Model C.Hasil dapat dilakukan dengan urutan:
1. melakukan pengisian administrasi, lalu mencatat perolehan suara dan
seterusnya; atau dilakukan sebaliknya.
2. beberapa ketentuan dalam pengisian dalam formulir Model C.Hasil:
16
a. jumlah surat suara yang digunakan harus sama dengan jumlah
pengguna hak pilih dan jumlah suara sah dan tidak sah;
b. Penjumlahan terhadap Surat Suara yang digunakan, Surat Suara yang
rusak atau keliru dicoblos, dan Surat Suara yang tidak digunakan
termasuk sisa Surat Suara cadangan, harus sama dengan jumlah
Surat Suara yang diterima termasuk Surat Suara cadangan 2% dari
DPT oleh KPPS untuk masing-masing jenis Pemilu.
3. Khusus untuk pengisian formulir Model C.Hasil untuk TPS di Lokasi
Khusus:
a. DPT pada pengguna hak pilih merupakan DPT pada Pemilih di TPS di
Lokasi Khusus walaupun penggunaan hak pilihnya sama dengan DPTb;
dan
b. Pencatatan penggunaan Surat Suara oleh Pemilih oleh TPS Lokasi
Khusus menggunakan formulir Model C.HASIL masing-masing jenis
pemilu.
9. Apabila hasil pencocokan telah sesuai, Ketua KPPS mengesahkan hasil penghitungan
suara di TPS kemudian menandatangani formulir Model C.HASIL masing-masing jenis
Pemilu diikuti oleh seluruh Anggota KPPS serta Saksi yang hadir dan bersedia
menandatangani.
10. Ketua KPPS dibantu anggota KPPS Keenam atau Ketujuh atau anggota KPPS yang
memiliki kemampuan menulis dengan baik, membuat dan menggandakan formulir
model C.HASIL SALINAN masing-masing jenis Pemilu dengan cara:
a. mengisi formulir Model C.HASIL SALINAN untuk masing-masing jenis Pemilu
mengacu pada data dan informasi yang tercantum pada formulir Model C.HASIL
masing-masing jenis Pemilu yang telah disahkan oleh Ketua KPPS;
b. menggandakan formulir model C.HASIL SALINAN menggunakan alat atau mesin
penggandaan dokumen yang disediakan di TPS; dan
c. menandatangani formulir model C.HASIL SALINAN, baik terhadap formulir
model C.HASIL SALINAN maupun terhadap formulir model C.HASIL SALINAN
hasil penggandaan, diikuti oleh anggota KPPS serta Saksi yang hadir dan bersedia
menandatangani.
11. Ketua KPPS dibantu oleh anggota KPPS Keempat atau KPPS Kelima memasukkan
formulir Model C.HASIL SALINAN yang telah ditandatangani ke dalam Kantong
Plastik Ziplock untuk disampaikan kepada KPU Kabupaten/Kota.
12. Ketua KPPS dibantu anggota KPPS Keenam dan KPPS Ketujuh menyusun dan
memasukkan:
17
a. Surat Suara Sah ke dalam sampul Surat Suara Sah;
b. Surat Suara Tidak Sah ke dalam sampul Surat Suara Tidak Sah;
c. Surat Suara tidak digunakan ke dalam sampul Surat Suara tidak digunakan;
d. Surat Suara rusak/keliru coblos ke dalam sampul Surat Suara rusak/keliru coblos.
masing-masing untuk semua jenis Pemilu
13. Ketua KPPS dibantu anggota KPPS Keenam dan KPPS Ketujuh menyusun dan
memasukkan:
a. Formulir ke dalam Sampul Formulir Salinan Berita Acara dan Sertifikat Hasil
Pemungutan dan Penghitungan Suara sebanyak 3 (tiga) buah sampul untuk PPS,
PPK dan KPU Kabupaten/Kota, yaitu formulir:
1) Model C.HASIL SALINAN-PPWP;
2) Model C.HASIL SALINAN-DPR;
3) Model C.HASIL SALINAN-DPD;
4) Model C.HASIL SALINAN-DPRD-PROV, Model C.HASIL SALINAN-
DPRA, Model C.HASIL SALINAN-DPRP, Model C.HASIL SALINAN-
DPRPB, Model C.HASIL SALINAN-DPRPS, Model C.HASIL SALINAN-
DPRPT, Model C.HASIL SALINAN-DPRPP atau Model C.HASIL
SALINAN-DPRPBD; dan
5) Model C.HASIL SALINAN-DPRD-KAB/KOTA atau C.HASIL SALINAN-
DPRK.
b. Formulir ke dalam sampul Formulir Kejadian Khusus Dan/Atau Keberatan Saksi
Di TPS, Formulir Model A-Surat Pindah Memilih, Daftar Hadir Pemilih, dan
Formulir Model A-Daftar Pemilih, yaitu formulir:
1) Model C.KEJADIAN KHUSUS DAN/ATAU KEBERATAN SAKSI-KPU di
TPS;
2) Daftar Hadir Pemilih (C.DAFTAR HADIR DPT-KPU, C.DAFTAR HADIR
DPTb-KPU dan C.DAFTAR HADIR DPK-KPU);
3) Model A-Surat Pindah Memilih; dan
4) Model A-Kabko Daftar Pemilih.
c. Formulir ke dalam Sampul Formulir Pernyataan Pendamping Pemilih,
Pemberitahuan Pemilih, dan Tanda Terima Penyampaian Salianan Hasil
Penghitungan Suara, yaitu:
1) Formulir Model C.PENDAMPING-KPU;
2) Formulir Model C.PEMBERITAHUAN-KPU; dan
18
3) Tanda Terima.
d. Formulir ke dalam Sampul Formulir Berita Acara dan Sertifikat Hasil Pemungutan
dan Penghitungan Suara di TPS dengan cara dibungkus dan dimasukkan ke dalam
kantong plastik selongsong, untuk masing-masing formulir:
1) Model C.HASIL-PPWP;
2) Model C.HASIL-DPD;
3) Model C.HASIL-DPR;
4) Model C.HASIL-DPRD-PROV, Model C.HASIL-DPRA, Model C.HASIL-
DPRP, Model C.HASIL-DPRPB, Model C.HASIL-DPRPT, Model C.HASIL-
DPRPS, Model C.HASIL-DPRPP atau Model C.HASIL-DPRPBD; dan
5) C.HASIL-DPRD-KAB/KOTA atau Model C.HASIL-DPRK, kecuali untuk
Provinsi DKI Jakarta tidak disediakan.
14. Ketua KPPS dibantu anggota KPPS Keenam atau Ketujuh menempelkan segel pada
masing-masing sampul.
15. Ketua KPPS dibantu anggota KPPS Keenam atau Ketujuh memasukkan sampul yang
telah berisi surat suara ke dalam Kotak Suara sesuai dengan jenis Pemilu, dengan
rincian sebagai berikut:
a. Surat Suara Sah ke dalam sampul Surat Suara Sah;
b. Surat Suara Tidak Sah ke dalam sampul Surat Suara Tidak Sah;
c. Surat Suara tidak digunakan ke dalam sampul Surat Suara tidak digunakan;
d. Surat Suara rusak/keliru coblos ke dalam sampul Surat Suara rusak/keliru coblos.
masing-masing untuk semua jenis Pemilu: Presiden dan Wakil Presiden, DPR, DPD,
DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten/Kota.
16. Ketua KPPS dibantu anggota KPPS Keenam dan KPPS Ketujuh memasukkan Sampul
ke dalam Kotak Suara Presiden dan Wakil Presiden, dengan rincian sebagai berikut:
a. Sampul yang berisi C.HASIL SALINAN masing-masing jenis Pemilu yang telah
disahkan oleh Ketua KPPS, untuk PPK dan KPU Kabupaten/Kota.
b. Sampul Formulir Kejadian Khusus dan/atau Keberatan Saksi di TPS, Formulir
Model A-Surat Pindah Memilih, Daftar Hadir Pemilih, dan Formulir Model A-
Daftar Pemilih, yang berisi Formulir:
1) Model C.KEJADIAN KHUSUS DAN/ATAU KEBERATAN SAKSI- KPU di
TPS;
19
2) Model C.DAFTAR HADIR DPT-KPU, C.DAFTAR HADIR DPTb-KPU dan
C.DAFTAR HADIR DPK-KPU;
3) Model A-Surat Pindah Memilih; dan
4) Model A-Kabko Daftar Memilih.
c. Sampul Formulir Pernyataan Pendamping Pemilih, Pemberitahuan Pemilih, dan
Tanda Terima Penyampaian Salinan Hasil Penghitungan Suara, yang berisi
Formulir:
1) Formulir Model C.PENDAMPING-KPU;
2) Formulir Model C.PEMBERITAHUAN-KPU; dan
3) Tanda Terima.
d. Sampul Formulir Berita Acara dan Sertifikat Hasil Pemungutan dan Penghitungan
Suara di TPS, yang berisi Formulir Model C.HASIL untuk masing-masing jenis
Pemilu.
Sampul sebagaimana angka 16 terdiri dari:
1. Sampul yang berisi C.HASIL SALINAN untuk PPK dan KPU Kabupaten/Kota.
2. Sampul (Model C.KEJADIAN KHUSUS DAN/ATAU KEBERATAN SAKSI-KPU di TPS, daftar
hadir Pemilih (C.DAFTAR HADIR DPT-KPU, C.DAFTAR HADIR DPTb-KPU dan C.DAFTAR
HADIR DPK-KPU), Model A-Surat Pindah Memilih, dan Model A-Kabko Daftar
Pemilih)
3. Sampul (Formulir Model C.PENDAMPING-KPU, Formulir Model C.PEMBERITAHUAN-KPU
dan TANDA TERIMA).
4. Sampul (Model C.HASIL-PPWP; Model C.HASIL-DPD, Model C.HASIL-DPR, Model
C.HASIL-DPRD-PROV, Model C.HASIL-DPRA, Model C.HASIL-DPRP, Model C.HASIL-
DPRPB, Model C.HASIL-DPRPT, Model C.HASIL-DPRPS, Model C.HASIL-DPRPP atau
Model C.HASIL-DPRPBD; dan C.HASIL-DPRD-KAB/KOTA atau Model C.HASIL-DPRK,
kecuali untuk Provinsi DKI Jakarta tidak disediakan).
17. Ketua KPPS dibantu anggota KPPS Keenam atau Ketujuh memasukkan perlengkapan
di TPS ke dalam kotak suara Pemilu anggota DPR, terdiri dari:
a. alat untuk mencoblos pilihan;
b. tinta;
c. lem/perekat;
d. bolpoin;
e. spidol berwarna biru;
f. tali pengikat alat pemberi tanda pilihan;
g. alat bantu tunanetra Pemilu Presiden dan Wakil Presiden dan Pemilu anggota DPD;
h. daftar Pasangan Calon;
i. daftar calon tetap anggota DPR;
20
j. daftar calon tetap anggota DPD;
k. daftar calon tetap anggota DPRD provinsi;
l. daftar calon tetap anggota DPRD kabupaten/kota;
m. alat penghapus tulisan cair;
n. pembatas halaman;
o. penjepit kertas berukuran sedang sampai dengan besar;
p. pita perekat kertas.
Ketua KPPS memastikan Sampul Formulir Salinan Berita Acara dan Sertifikat
Hasil Pemungutan dan Penghitungan yang disampaikan kepada PPS tidak
dimasukkan ke dalam Kotak Suara.
18. Ketua KPPS dibantu anggota KPPS Keenam atau Ketujuh mengunci Kotak Suara
menggunakan segel plastik sebagai alat pengaman lainnya pengganti gembok kotak
suara dan ditempel segel pada segel plastik sebagai alat pengaman lainnya pengganti
gembok.
19. Ketua KPPS dibantu anggota KPPS Keenam atau Ketujuh menempelkan masing-
masing 1 (satu) keping segel pada lubang kotak suara untuk setiap jenis pemilu setelah
penghitungan suara.
21
a. surat suara ditandatangani oleh ketua KPPS; dan
b. tanda coblos terdapat pada kolom 1 (satu) calon perseorangan.
4. Tanda coblos sebagaimana dimaksud pada angka 1) huruf b yaitu sebagai
berikut:
a. tanda coblos pada 1 (satu) kolom Pasangan Calon yang memuat nomor
urut, foto Pasangan Calon, nama Pasangan Calon, atau tanda gambar
Partai Politik, dinyatakan sah untuk Pasangan Calon yang bersangkutan;
b. tanda coblos lebih dari 1 (satu) kali pada 1 (satu) kolom Pasangan Calon
yang memuat nomor urut, foto Pasangan Calon, nama Pasangan Calon,
atau tanda gambar Partai Politik, dinyatakan sah untuk Pasangan Calon
yang bersangkutan;
c. tanda coblos tepat pada garis 1 (satu) kolom Pasangan Calon yang
nomor urut, foto Pasangan Calon, nama Pasangan Calon, atau tanda
gambar Partai Politik, dinyatakan sah untuk Pasangan Calon yang
bersangkutan; atau
d. dalam hal terdapat tanda coblos pada 1 (satu) kolom Pasangan Calon
yang tembus secara garis lurus sehingga terdapat dua atau lebih hasil
pencoblosan yang simetris dari lipatan surat suara, dan tidak mengenai
kolom Pasangan Calon lain, dinyatakan sah untuk Pasangan Calon yang
bersangkutan.
5. Tanda coblos sebagaimana dimaksud pada angka 2) huruf b, diatur sebagai
berikut:
a. tanda coblos pada kolom yang memuat nomor urut Partai Politik, tanda
gambar Partai Politik, atau nama Partai Politik, dinyatakan sah untuk
Partai Politik;
b. tanda coblos pada kolom yang memuat nomor urut calon, atau nama
calon, dinyatakan sah untuk nama calon yang bersangkutan dari Partai
Politik yang mencalonkan;
c. tanda coblos pada kolom yang memuat nomor urut Partai Politik, tanda
gambar Partai Politik, atau nama Partai Politik, serta tanda coblos pada
kolom yang memuat nomor urut calon, atau nama calon dari Partai
Politik yang bersangkutan, dinyatakan sah untuk nama calon yang
bersangkutan dari Partai Politik yang mencalonkan;
d. tanda coblos pada kolom yang memuat nomor urut Partai Politik, tanda
22
gambar Partai Politik, atau nama Partai Politik, serta tanda coblos lebih
dari 1 (satu) calon pada kolom yang memuat nomor urut calon, atau nama
calon dari Partai Politik yang sama, dinyatakan sah untuk Partai Politik;
e. tanda coblos lebih dari 1 (satu) calon pada kolom yang memuat nomor
urut calon, atau nama calon dari Partai Politik yang sama, dinyatakan
sah untuk Partai Politik;
f. tanda coblos lebih dari 1 (satu) kali pada kolomyang memuat nomor urut
Partai Politik, tanda gambar Partai Politik, atau nama Partai Politik, tanpa
mencoblos salah satu calon pada kolom yang memuat nomor urut calon,
atau nama calon dari Partai Politik yang sama, dinyatakan sah untuk
Partai Politik;
g. tanda coblos pada kolom di bawah nomor urut calon, atau nama calon
terakhir yang masih di dalam satu kotak partai politik, dinyatakan sah
untuk Partai Politik;
h. tanda coblos tepat pada garis kolom yang memuat nomor urut Partai
Politik, tanda gambar Partai Politik, atau nama Partai Politik tanpa
mencoblos salah satu calon pada kolom yang memuat nomor urut calon,
atau nama calon dari Partai Politik yang sama, dinyatakan sah untuk
Partai Politik;
i. tanda coblos tepat pada garis kolom yang memuat 1 (satu) nomor urut
calon, atau nama calon, dinyatakan sah untuk nama calon
yangbersangkutan;
j. tanda coblos tepat pada garis yang memisahkan antara nomor urut calon,
atau nama calon dengan nomor urut calon, atau nama calon lain dari
Partai Politik yang sama, sehingga tidak dapat dipastikan tanda coblos
tersebut mengarah pada 1 (satu) nomor urut dan nama calon, dinyatakan
sah untuk Partai Politik;
k. tanda coblos pada 1 (satu) kolom yang memuat nomor urut calon, nama
calon atau tanpa nama calon disebabkan calon tersebut meninggal dunia
atau tidak lagi memenuhi syarat sebagai calon, dinyatakan sah untuk
Partai Politik;
l. tanda coblos pada 1 (satu) kolom yang memuat nomor urut Partai
Politik, tanda gambar Partai Politik, atau nama Partai Politik, serta tanda
coblos pada 1 (satu) kolom yang memuat nomor urut calon, nama calon
23
atau tanpa nama calon disebabkan calon tersebut meninggal dunia atau
tidak lagi memenuhi syarat sebagai calon, dinyatakan sah untuk Partai
Politik;
m. tanda coblos pada 1 (satu) kolom yang memuat nomor urut calon, atau
nama calon, atau tanpa nama calon yang disebabkan calon tersebut
meninggal dunia atau tidak lagi memenuhi syarat serta tanda coblos
pada 1 (satu) kolom yang memuat nomor urut calon, atau nama calon
dari Partai Politik yang sama, dinyatakan sah untuk calon yang masih
memenuhi syarat;
n. tanda coblos lebih dari 1 (satu) kali pada kolom yang memuat nomor
urut calon, atau nama calon, dinyatakan sah untuk calon yang
bersangkutan;
o. tanda coblos pada 1 (satu) kolom yang memuat nomor urut calon, atau
nama calon serta tanda coblos pada kolom di bawah nomor urut calon,
atau nama calon terakhir yang masih di dalam satu kotak partai politik,
dinyatakan sah untuk 1 (satu) calon yang memenuhi syarat; atau
p. tanda coblos pada kolom yang memuat nomor urut Partai Politik, nama
Partai Politik, atau gambar Partai Politik yang tidak mempunyai daftar
calon, dinyatakan sah untuk Partai Politik.
6. Tanda coblos sebagaimana dimaksud pada angka 3) huruf b, berupa:
a. tanda coblos pada kolom 1 (satu) calon yang memuat nomor urut calon,
nama calon, atau foto calon anggota DPD, dinyatakan sah untuk calon
anggota DPD yang bersangkutan;
b. tanda coblos lebih dari 1 (satu) kali pada kolom 1 (satu) calon yang
memuat nomor urut calon, nama calon, atau foto calon anggota DPD,
dinyatakan sah untuk Calon anggota DPD yang bersangkutan; atau
c. tanda coblos tepat pada garis kolom 1 (satu) calon yang memuat nomor
urut calon, nama calon, atau foto calon anggota DPD, dinyatakan sah
untuk Calon anggota DPD yang bersangkutan.
7. Pada saat penghitungan suara, didapati surat suara yang robek atau rusak
yang tidak sampai menghilangkan bagian surat suara dan tidak mengenai
kolom kecuali karena lipatan tetapi pemberian suara oleh Pemilih sesuai
dengan kategori surat suara sah, maka suara dinyatakan sah dan dicatat
dalam formulir Model C.KEJADIAN KHUSUS DAN/ATAU
24
KEBERATAN SAKSI-KPU.
1. Ketua KPPS mengumumkan hasil penghitungan suara di TPS berupa formulir Model
C.HASIL SALINAN masing-masing jenis Pemilu dapat ditempel di lingkungan TPS
dan disampaikan kepada PPS untuk diumumkan di kelurahan/desa atau yang disebut
dengan nama lain.
2. Ketua KPPS menyampaikan hasil Penghitungan Suara kepada Saksi dan Pengawas TPS
dalam bentuk hardcopy.
3. Dalam hal hasil Penghitungan Suara dalam bentuk hardcopy tidak dapat dihasilkan oleh
KPPS, Ketua KPPS menyampaikan hasil Penghitungan Suara kepada Saksi dan
Pengawas TPS dalam bentuk Dokumen Elektronik dengan format Portable Document
Format (PDF).
4. Ketua KPPS menyampaikan Hasil Penghitungan Suara kepada PPK melalui PPS
dengan ketentuan:
a. Ketua KPPS menyampaikan Kotak Suara tersegel kepada PPK melalui PPS.
b. Ketua KPPS menyampaikan C.HASIL SALINAN dalam Sampul Formulir Salinan
Berita Acara dan Sertifikat Hasil Pemungutan dan Penghitungan yang berada di
luar kotak kepada PPS untuk diumumkan di wilayah kerjanya.
c. C.HASIL SALINAN disampaikan juga dengan dalam bentuk Dokumen Elektronik
dengan format Portable Document Format (PDF) diberikan kepada PPS dan PPK
melalui Sirekap Mobile.
KPPS yang secara sengaja tidak menyampaikan Hasil Penghitungan Suara
sebagaimana dimaksud pada angka 3, dipidana sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku
I. PENYELESAIAN KEBERATAN
25
2. Selisih penghitungan perolehan suara dapat berupa:
a. Kesalahan penulisan hasil perolehan suara pada saat pencatatan hasil perolehan
suara di formulir Model C.HASIL masing-masing jenis Pemilu sedang
berlangsung; dan/atau
b. Perbedaan hasil perolehan suara antara formulir Model C.HASIL masing-masing
jenis Pemilu dengan catatan Saksi dan/atau Panwaslu Kelurahan/Desa/Pengawas
TPS atau dengan formulir Model C.HASIL SALINAN yang diterima oleh Saksi
dan Panwaslu Kelurahan/Desa/Pengawas TPS.
3. Dalam hal terdapat keberatan Saksi dan/atau Panwaslu Kelurahan/Desa/Pengawas TPS,
KPPS wajib menjelaskan prosedur dan/atau memeriksa selisih perolehan suara.
4. Penjelasan prosedur memedomani Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 25
Tahun 2023 tentang Pemungutan dan Penghitungan Suara Dalam Pemilihan Umum.
5. Pemeriksaan selisih perolehan suara dilakukan dengan cara:
a. Memeriksa kembali surat suara yang telah dinyatakan Sah atau Tidak Sah, apabila
Saksi dan/atau Panwaslu Kelurahan/Desa/Pengawas TPS mengajukan keberatan.
b. Memeriksa hasil perolehan suara yang tercantum dalam formulir Model C.HASIL
masing-masing jenis Pemilu, apabila Saksi dan/atau Panwaslu
Kelurahan/Desa/Pengawas TPS mengajukan keberatan.
6. Dalam hal keberatan yang diajukan Saksi, Panwaslu Kelurahan/Desa/Pengawas TPS,
KPPS seketika melakukan pembetulan.
7. Pembetulan dilakukan dengan cara mencoret angka yang salah dan menuliskan angka
yang benar.
8. Pencoretan dilakukan dengan cara:
a. Menimpa angka yang salah tersebut menggunakan alat penghapus tulisan
cair/correction pen, jika pembetulan dilakukan terhadap formulir Model C.HASIL;
b. Mencoret angka yang salah dengan 2 (dua) garis horisontal pada kesalahan
penulisan tersebut, jika pembetulan dilakukan terhadap formulir Model C.HASIL
SALINAN.
c. Pada tulisan angka atau kata, dituliskan angka hasil pembetulan.
9. Ketua KPPS membubuhkan paraf pada angka hasil pembetulan dan dapat diikuti oleh
Saksi yang hadir.
10. Dalam hal Saksi masih keberatan terhadap hasil pembetulan, KPPS meminta pendapat
dan/atau saran perbaikan dari Pengawas TPS yang hadir.
11. KPPS wajib menindaklanjuti saran perbaikan dari Pengawas TPS.
26
12. KPPS wajib mencatat keberatan Saksi yang diterima sebagai kejadian khusus dan
mencatat seluruh kejadian khusus selama pelaksanaan pemungutan dan penghitungan
suara di TPS pada formulir Model C. KEJADIAN KHUSUS DAN/ATAU
KEBERATAN-KPU dan ditandatangani oleh ketua KPPS.
13. Keberatan Saksi yang belum atau tidak dapat diterima, dicatat pada formulir Model
C.KEJADIAN KHUSUS DAN/ATAU KEBERATAN-KPU sebagai keberatan Saksi
dan ditandatangani oleh Saksi serta ketua KPPS.
14. Dalam hal tidak terdapat kejadian khusus dan/atau keberatan Saksi dalam pelaksanaan
pemungutan dan penghitungan suara di TPS, KPPS wajib menulis kata NIHIL pada
formulir Model C.KEJADIAN KHUSUS DAN/ATAU KEBERATAN-KPU dan
ditandatangani oleh ketua KPPS.
J. PENGHITUNGAN SUARA ULANG DI TEMPAT PEMUNGUTAN SUARA
Penghitungan suara ulang dilakukan untuk penghitungan ulang surat suara di TPS.
Penghitungan ulang surat suara dapat diulang jika terjadi hal sebagai berikut:
1. Kerusuhan yang mengakibatkan penghitungan suara tidak dapat dilanjutkan;
2. Penghitungan suara dilakukan secara tertutup;
3. Penghitungan suara dilakukan di tempat yang kurang terang atau yang kurang mendapat
penerangan cahaya;
4. Penghitungan suara dilakukan dengan suara yang kurang jelas;
5. Penghitungan suara dicatat dengan tulisan yang kurang jelas;
6. Saksi, Pengawas TPS, dan warga masyarakat tidak dapat menyaksikan proses
Penghitungan suara secara jelas;
7. Penghitungan suara dilakukan di tempat lain di luar tempat dan waktu yang telah
ditentukan; dan/atau
8. ketidaksesuaian jumlah hasil penghitungan surat suara yang sah dan surat suara yang
tidak sah dengan jumlah Pemilih yang menggunakan hak pilih.
Penghitungan suara untuk pemungutan suara dengan sistem noken/ikat di Provinsi Papua
Tengah dan Papua Pegunungan dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Tata cara penghitungan suara untuk pemungutan suara dengan sistem noken/ikat di
Provinsi Papua Tengah dan Papua Pegunungan pada pelaksanaan Pemilu serentak
27
Tahun 2024 berlaku sama dengan pelaksanaan penghitungan suara di TPS yang tidak
menggunakan sistem noken/ikat.
2. Kotak suara hasil penghitungan suara wajib disampaikan kepada PPD melalui PPS
oleh KPPS.
A. SIREKAP
1. Setelah rapat Penghitungan Suara, ketua KPPS dibantu oleh anggota KPPS Keenam
dan anggota KPPS Ketujuh menyusun, menghitung, dan memisahkan:
a. Surat Suara yang sudah diperiksa dan suaranya dinyatakan sah untuk masing-
masing:
1) Pasangan Calon;
2) Partai Politik dan calon anggota DPR;
3) Partai Politik dan calon anggota DPRD Provinsi;
4) Partai Politik dan calon anggota DPRD Kabupaten/Kota; atau
5) calon perseorangan anggota DPD;
diikat dengan karet per 25 (dua puluh lima) lembar Surat Suara dan dimasukkan
ke dalam masing-masing sampul kertas sesuai jenis Pemilu; dan
b. Surat Suara yang sudah diperiksa dan suaranya dinyatakan tidak sah untuk masing-
masing jenis Pemilu, diikat dengan karet per 25 (dua puluh lima) lembar Surat Suara
dan dimasukkan ke dalam masing-masing sampul kertas sesuai jenis Pemilu.
2. Hasil penyusunan dan penghitungan Surat Suara dicocokkan dengan hasil
Penghitungan Suara berdasarkan pencatatan pada formulir Model C.HASIL sesuai jenis
Pemilu.
3. Apabila hasil pencocokan telah sesuai, Ketua KPPS mengesahkan hasil penghitungan
suara di TPS kemudian menandatangani formulir Model C.HASIL masing-masing jenis
Pemilu diikuti oleh seluruh Anggota KPPS serta Saksi yang hadir dan bersedia
menandatangani.
28
4. Ketua KPPS dibantu oleh anggota KPPS Keempat atau KPPS Kelima memasukkan
formulir Model C.HASIL SALINAN yang telah ditandatangani ke dalam Kantong
Plastik Ziplock untuk disampaikan kepada KPU Kabupaten/Kota:
a. Untuk Pemilu Presiden dan Wakil Presiden, DPR, DPD, DPRD Provinsi, DPRD
Kabupaten/Kota:
1) Surat Suara Sah ke dalam sampul Surat Suara Sah;
2) Surat Suara Tidak Sah ke dalam sampul Surat Suara Tidak Sah;
3) Surat Suara tidak digunakan ke dalam sampul Surat Suara tidak digunakan;
4) Surat Suara rusak/keliru coblos ke dalam sampul Surat Suara rusak/keliru
coblos
5. Formulir ke dalam Sampul Formulir Salinan Berita Acara dan Sertifikat Hasil
Pemungutan dan Penghitungan Suara sebanyak 3 (tiga) buah sampul untuk PPS, PPK
dan KPU Kabupaten/Kota, yaitu formulir: Model C.HASIL SALINAN-PPWP, Model
C.HASIL SALINAN-DPR, Model C.HASIL SALINAN-DPD, Model C.HASIL
SALINAN-DPRD-PROV/Model C.HASIL SALINAN-DPRA/Model C.HASIL
SALINAN-DPRP/Model C.HASIL SALINAN-DPRPB/Model C.HASIL SALINAN-
DPRPS/Model C.HASIL SALINAN-DPRPT/Model C.HASIL SALINAN-DPRPP
/Model C.HASIL SALINAN-DPRPBD/ Model, C.HASIL SALINAN-DPRD-
KAB/KOTA C.HASIL SALINAN-DPRK.
29
BAB V
EVALUASI PEMBELAJARAN
A. IDENTITAS
Materi : Evaluasi Pembelajaran
Alokasi Waktu : 20 Menit/1 Pertemuan
Media Pembelajaran : Lembar Penugasan
B. DESKRIPSI SINGKAT
Materi pokok ini meliputi evaluasi pembelajaran, terdiri dari soal-soal terkait
kumpulan-kumpulan materi mengenai Persiapan dan Pelaksanaan Penghitungan Suara,
dapat diketahui perlunya evaluasi pembelajaran ini guna melakukan review pengetahuan
/ knowledge dan penilaian seberapa besarnya pemahaman yang telah diterima oleh
Peserta pada kegiatan pembelajaran modul ini. Pelaksanaan review
pengetahuan/knowledge dan penilaian evaluasi pembelajaran dijabar lebih lanjut melalui
sub materi pokok sebagai berikut:
C. Tes/Ujian Materi Persiapan Dan Pelaksanaan Penghitungan Suara
30
2. Rapat penghitungan suara dipimpin oleh:
a. Ketua KPPS b. PPK
c. PPS d. KPPS
3. KPPS mengatur sarana dan prasarana penghitungan suara yang meliputi berikut ini,
Kecuali :
a. Alat keperluan b. Poster
administrasi
c. Segel d. Sampul kertas/kantong plastik
pembungkus;
4. Berikut ini yang Bukan tugas Ketua KPPS dalam proses penghitungan suara adalah:
a. Memeriksa pemberian b. Mengatur pembagian tugas anggota
tanda coblos pada setiap KPPS
Surat Suara yang telah
dibuka
c. Memimpin pelaksanaan d. Mencatat hasil penelitian
Penghitungan Suara di terhadap tiap lembar Surat
TPS Suara
5. Tugas Anggota KPPS Kedua dalam menghitung dan mengisi data rincian perolehan
suara setiap Peserta Pemilu adalah:
a. Membuka Surat Suara b. Menunjukkan kepada Saksi, Pengawas
lembar demi lembar dan TPS, anggota KPPS, Pemantau Pemilu
memberikan Surat Suara atau masyarakat/Pemilih yang hadir
tersebut kepada Ketua
KPPS.
c. Meneliti pemberian d. Menyampaikan hasil penelitian
tanda coblos pada Surat dan mengumumkan dengan suara yang
Suara terdengar jelas suara sah/tidak
sah.
31
BAB VI
PENUTUP
Dapat diketahui rancangan modul ini terdiri dari 4 materi pokok dengan rincian alokasi
waktu pada sebagai berikut:
1. Materi pokok pengantar penghitungan suara dengan alokasi waktu = 30 Menit
2. Materi pokok persiapan penghitungan suara dengan alokasi waktu = 50 Menit
3. Materi pokok pelaksanaan penghitungan suara dengan alokasi waktu = 50 Menit
4. Materi pokok evaluasi pembelajaran dengan alokasi waktu = 20 Menit
Berdasarkan rincian sebagaimana disebut diatas bahwa total akumulasi waktu
pelaksanaan kegiatan pelatihan modul ini sebanyak 2 Jam 30 Menit (150 menit) apabila
kegiatan pelatihan ini dilaksanakan secara tatap muka maka setidaknya dilaksanakan selama 1
(satu) hari agar pelaksanaan pelatihan ini dapat berjalan dengan optimal, hal tersebut diatas
hanya sebatas rancangan dan dapat dilakukan penyesuaian dan perubahan berdasarkan
kebutuhan.
Demikian modul pelatihan ini dibuat agar dapat bermanfaat serta dipergunakan
sebagaimana mestinya.
32