Anda di halaman 1dari 119

MODUL PELATIHAN

PENGANTAR, HARAPAN, DAN


KOMITMEN BELAJAR

KELOMPOK PENYELENGGARA
PEMUNGUTAN SUARA (KPPS)

i
Modul Pengantar, Harapan, dan Komitmen Belajar
Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS)

Penulis:
Yenly El Manoferi
Sayyid Al Bahr Maulana
Sekarlinasti
Andi Tenri Sompa

Editor:
Wahyu Yudi Wijayanti
Rochani
Theodorus Kossay
Rusman Sudarsono
Andika Pranata Jaya
Abdullah Sapi’i
Mey Nurlela
Muhammad Tarmizi
I Gede John Darmawan

Desain Sampul dan Tata Letak:


Insan Fadhl Nugroho
Muhammad Arfa Saldy

Penerbit :
KOMISI PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

– Jakarta, Januari 2024

Ukuran Buku :
ISBN :

Hak cipta dilindungi undang-undang


Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan cara apapun tanpa ijin
tertulis dari penerbit.

ii
PEMBINA
Ketua KPU
Hasyim Asy’ari

Anggota KPU
Parsadaan Harahap
Yulianto Sudrajat
Betty Epsilon Idroos
Mochammad Afifuddin
Idham Holik
August Mellaz

PENGARAH
Bernad Dermawan Sutrisno

PENANGGUNG JAWAB
Wahyu Yudi Wijayanti

TIM PENYUSUN
Yenly El Manoferi
Sayyid Al Bahr
Sekarlinasti
Andi Tenri Sompa

TIM EDITOR
Wahyu Yudi Wijayanti
Rochani
Theodorus Kossay
Rusman Sudarsono
Andika Pranata Jaya
Abdullah Sapi’i
Mey Nurlela
Muhammad Tarmizi
I Gede John Darmawan

DESAIN SAMPUL DAN TATA LETAK


Insan Fadhl Nugroho
Muhammad Arfa Saldy

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, atas
nikmat sehat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan modul
pelatihan KPPS dengan Materi “Pengantar, Harapan, dan Komitmen Belajar”. Modul ini
disusun sebagai bahan pelatihan bagi Fasilitator di lingkungan Komisi Pemilihan Umum,
Komisi Pemilihan Umum Provinsi, Komisi Pemilihan Umum Kabupaten/Kota, Panitia
Pemilihan Kecamatan, Panitia Pemungutan Suara, dalam mengikuti Pelatihan Modul
Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara, sehingga Fasilitator akan mempunyai
kemampuan pengetahuan, ketrampilan, dan sikap yang terstandar dalam memfasilitasi
pelatihan.
Modul ini mencakup perkenalan kegiatan, fasilitator, dan lingkungan, serta bina
suasana dan motivasi belajar, juga harapan peserta dan komitmen pembelajaran. Kami
berharap modul ini dapat menjadi acuan yang berguna dan dapat membantu para fasilitator
di setiap tingkatan, dalam mengelola proses belajar mengajar.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasa bahkan dari segi materinya.
Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami mengharapkan segala saran dan kritik agar dapat
memberikan masukan terhadap modul ini. Akhir kata, kami berharap semoga modul ini dapat
memberikan manfaat maupun inspirasi dalam proses pelatihan bagi Kelompok Penyelenggara
Pemungutan Suara.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dalam penyusunan modul ini. Semoga modul ini dapat menjadi panduan yang bermanfaat
dan dapat meningkatkan kompetensi para fasilitator dan penyelenggara Pemilu di
lingkungan Komisi Pemilihan Umum.

Jakarta, Januari 2024


Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i

DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1

A. LATAR BELAKANG ............................................................................................ 1

B. DESKRIPSI SINGKAT .......................................................................................... 2

C. TUJUAN PEMBELAJARAN................................................................................. 2

D. INDIKATOR HASIL BELAJAR ........................................................................... 2

E. MATERI POKOK DAN SUB-MATERI POKOK................................................. 2

BAB II PENGANTAR, HARAPAN, DAN KOMITMEN BELAJAR .................................... 3

A. IDENTITAS ............................................................................................................ 3

B. DESKRIPSI SINGKAT .......................................................................................... 3

C. TUJUAN PEMBELAJARAN................................................................................. 3

D. INDIKATOR HASIL BELAJAR ........................................................................... 3

E. PERKENALAN ...................................................................................................... 4

F. BINA SUASANA DAN MOTIVASI BELAJAR .................................................. 5

G. PENGANTAR HARAPAN PESERTA .................................................................. 6

H. KOMITMEN PEMBELAJARAN .......................................................................... 6

I. REFERENSI POIN PERATURAN KELAS PELATIHAN ................................... 7

J. LATIHAN ............................................................................................................... 8

BAB III PENUTUP .................................................................................................................. 9

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Keberhasilan penyelenggaraan Pemilu 2024 tidak terlepas dari keberhasilan kerja
Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) sehingga persiapan sumber daya
manusia yang berperan menjadi KPPS harus melewati proses pelatihan untuk
menyamakan standar pemahaman dan kinerja akan tugas dan tanggung jawabnya selama
Pemilu 2024. Pelatihan KPPS harus didukung oleh proses pembelajaran yang berjalan
dengan tertib dan lancar, hubungan antar peserta yang akrab, hubungan antara peserta
dengan panitia dan fasilitator juga harus terjalin dengan baik. Situasi seperti ini merupakan
syarat mutlak bagi terciptanya proses pembelajaran yang kondusif, yang pada akhirnya
setelah pelatihan selesai para peserta yaitu KPPS diharapkan dapat menerapkan ilmu
pengetahuan yang diperoleh selama pelatihan, keterampilan dan sikap yang diperoleh
dalam pelaksanaan tugas sebagai KPPS.
Keberhasilan pelatihan secara keseluruhan ditentukan oleh tingkat kesiapan peserta
dalam proses belajar mengajar baik kesiapan secara fisik maupun kesiapan secara mental
emosional. Kondisi seperti ini baru akan dapat tercapai apabila seluruh peserta saling
mengenal dengan baik, dengan siapa mereka akan bekerja sama serta siapa sebenarnya
dirinya dan siapa orang lain yang berada di luar dirinya. Di samping itu perlu juga aturan
main dalam bekerja sama dan berperilaku yang seharusnya dan memahami materi-materi
yang akan diikuti selama pelatihan.
Membangun komitmen Pembelajaran (Building Learning Commitment) pada
prinsipnya adalah menyiapkan peserta pelatihan agar saling membangun kepercayaan
sesama peserta (trust), memiliki sikap keterbukaan (openness), memiliki rasa tanggung
jawab (responsibility) dan merasa dirinya merupakan bagian tidak terpisahkan dari yang
lainnya (interdependency). Sehingga, sesi awal sebelum peserta menerima materi inti dari
pelatihan menjadi sesi yang penting agar suasana kelas saat menerima materi kondusif dan
manfaat yang diterima oleh peserta menjadi maksimal.

1
B. DESKRIPSI SINGKAT
Pokok bahasan sesi Pengantar, Harapan, dan Komitmen Belajar dimaksudkan agar
semua peserta pelatihan mampu menciptakan komitmen yang positif dan mampu menciptakan
suasana pelatihan yang kondusif agar semua pihak dapat memperoleh manfaat yang maksimal
dari proses pelatihan yang sedang berlangsung. Penguasaan tentang belajar dan bekerja
berkelompok dengan komitmen tinggi merupakan langkah pertama dan utama dalam proses
pelatihan yang berkualitas. Oleh karena itu untuk dapat mencapai maksud tersebut diperlukan
upaya dari fasilitator untuk menyediakan sarana dan media pelatihan yang menyenangkan, dan
para peserta pelatihan dituntut untuk secara sadar dan sungguh-sungguh untuk dapat
menetapkan dan melaksanakan komitmen yang mereka rumuskan dan sepakati secara bersama.
Materi harapan dan komitmen belajar ini ditujukan agar tercipta dan terbangunnya
komitmen sehingga hadirnya suasana pelatihan yang kondusif, munculnya motivasi yang tinggi
dari peserta pelatihan dan ditunjang dengan fasilitator yang mampu memfasilitasi motivasi
tersebut, akan membawa pada keberhasilan pencapaian target belajar.

C. TUJUAN PEMBELAJARAN
Adapun Tujuan Pembelajaran ini adalah :
1. Untuk mencairkan suasana yang kaku karena antar peserta pelatihan belum saling
mengenal;
2. Menyiapkan peserta agar dapat berkomunikasi, dan bertukar pengalaman secara
terbuka;
3. Menciptakan suasana belajar yang menggembirakan dan menyenangkan;
4. Menetapkan harapan dan kedisiplinan yang disepakati bersama.

D. INDIKATOR HASIL BELAJAR


Setelah mengikuti Pembelajaran ini peserta diharapkan :
1. Saling mengenal, tercipta suasana akrab diantara peserta;
2. Diketahui dan dipahami harapan para peserta;
3. Terbangunnya komitmen dan kedisiplinan peserta selama Pelatihan.

E. MATERI POKOK DAN SUB-MATERI POKOK


Dalam pembelajaran ini materi pokok yang disampaikan adalah sebagai berikut :
1. Perkenalan kegiatan, fasilitator, peserta, dan lingkungan
2. Bina suasana dan motivasi belajar
3. Pengantar harapan peserta
4. Komitmen pembelajaran

2
BAB II
PENGANTAR, HARAPAN, DAN KOMITMEN BELAJAR

A. IDENTITAS
Materi : Pengantar, Harapan dan Komitmen Belajar
Alokasi Waktu : 15 Menit/1 Pertemuan
Media Pembelajaran : Modul, Power Point dan Video

B. DESKRIPSI SINGKAT
Pokok bahasan ini dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada peserta
pelatihan (fasilitator) dalam membina suasana kelas termasuk didalamnya perkenalan
kegiatan, perkenalan fasilitator, dan pengenalan lingkungan, juga memberikan
pemahaman kepada peserta tentang bina suasana dan motivasi belajar, serta harapan dan
komitmen belajar.

C. TUJUAN PEMBELAJARAN
Materi pembelajaran ini diberikan dengan tujuan :
1. Peserta memahami cara membina suasana kelas termasuk di dalamnya perkenalan
kegiatan dan perkenalan fasilitator;
2. Peserta memahami pengenalan lingkungan, juga memberikan pemahaman kepada
peserta tentang bina suasana dan motivasi belajar, serta harapan dan komitmen
belajar.

D. INDIKATOR HASIL BELAJAR


1. Peserta mengenal konteks pelatihan, fasilitator, serta lingkungan pelatihan;
2. Suasana di kelas tercermin melalui tingginya tingkat interaksi positif antara peserta
dengan fasilitator serta antar peserta;
3. Peserta mengutarakan harapan terhadap pelatihan ini dari aspek materi serta
peningkatan pemahaman akan materi yang diterima;
4. Peserta menunjukkan komitmen dengan mengikuti seluruh sesi pelatihan dan
berpartisipasi aktif dalam kegiatan.

3
E. PERKENALAN
1. Perkenalan Kegiatan
Fasilitator membuka pelatihan dengan menyapa peserta dan menyampaikan
tujuan dari pelatihan yang sedang diselenggarakan. Sesi pembukaan pelatihan dimulai
dengan kedatangan peserta ke ruang pelatihan, di mana mereka disambut dengan hangat
oleh fasilitator. Fasilitator, sebagai pengarah acara, memulai sesi dengan sapaan ramah
dan menyampaikan ucapan terima kasih atas partisipasi peserta. Setelah itu, fasilitator
menyampaikan tujuan dari pelatihan yang akan diikuti peserta. Hal ini mencakup
penyajian gambaran umum mengenai apa yang diharapkan dicapai oleh peserta pada
akhir pelatihan. Dalam proses ini, fasilitator dapat menekankan manfaat pelatihan serta
relevansinya dengan kebutuhan peserta.

2. Perkenalan Fasilitator
Sesi perkenalan fasilitator dan tim merupakan langkah krusial dalam membuka
pelatihan. Dalam waktu singkat, sekitar satu menit, fasilitator memperkenalkan diri
secara singkat, menyampaikan latar belakang dan pengalaman yang relevan yang
mendukung keahlian mereka sebagai pemimpin pelatihan.

Fasilitator juga memperkenalkan seluruh tim fasilitator yang terlibat dalam


penyelenggaraan pelatihan. Mereka mungkin menyebutkan nama, peran, dan latar
belakang masing-masing anggota tim. Hal ini bertujuan untuk memberikan gambaran
kepada peserta bahwa mereka akan mendapatkan panduan dan dukungan penuh dari
tim yang berkompeten selama pelatihan.

Setelah perkenalan selesai, fasilitator memberikan ruang bagi perwakilan


peserta untuk memperkenalkan diri dengan menyebutkan nama dan asal satuan
kerjanya. Kesempatan ini menciptakan hubungan yang lebih akrab dan membuka pintu
bagi interaksi lebih lanjut selama pelatihan. Sesi perkenalan ini bertujuan untuk
membangun kepercayaan, menunjukkan kredibilitas tim fasilitator, dan membuka
saluran komunikasi yang efektif antara peserta dan tim pelatihan.

3. Pengenalan Lingkungan
Fasilitator memandu peserta melalui ruang kelas sambil memberikan
pengenalan singkat tentang fasilitas-fasilitas penting. Ini termasuk mushola, toilet, dan
area umum lainnya. Peserta diinformasikan secara singkat tentang lokasi dan cara
mengakses fasilitas-fasilitas tersebut. Tujuan dari sesi ini adalah memastikan peserta

4
merasa nyaman dan terinformasi tentang lingkungan pelatihan. Fasilitator juga
membuka kesempatan untuk pertanyaan peserta terkait dengan fasilitas yang
disediakan.

F. BINA SUASANA DAN MOTIVASI BELAJAR


1. Bina Suasana
Sesi "Bina Suasana" ini ditekankan pada pendekatan andragogi untuk
membangun hubungan positif antara peserta, peserta dengan panitia, dan peserta
dengan fasilitator. Fasilitator memiliki peran penting dalam menciptakan atmosfer yang
mendukung pertukaran ide dan pengalaman. Untuk mencapai ini, beberapa aktivitas
dapat diintegrasikan dalam sesi ini.

Fasilitator dapat merancang kegiatan yang melibatkan:

 Pertanyaan Pembuka Interaktif: Fasilitator dapat memulai sesi dengan pertanyaan


yang mengundang diskusi dan pengenalan antar peserta, seperti pertanyaan
tentang harapan atau pengalaman terkait pelatihan.
 Pertukaran Pengalaman: Peserta dapat diundang untuk berbagi pengalaman
mereka sendiri, memungkinkan terciptanya kedekatan dan keterlibatan awal.

Selain itu, fasilitator dapat memanfaatkan teknik fasilitasi yang mempromosikan


partisipasi aktif, seperti memberikan ruang untuk tanggapan terbuka dan
menyelenggarakan sesi tanya jawab. Keberhasilan sesi "Bina Suasana" akan tercermin
dalam hubungan yang terjalin antara peserta, panitia, dan fasilitator, membentuk
fondasi yang kuat untuk proses pembelajaran yang optimal.

2. Motivasi Belajar
Sesi "Motivasi Belajar" bertujuan untuk meningkatkan semangat peserta dan
memotivasi mereka untuk mengambil peran aktif dalam pembelajaran mereka sendiri.
Mengikuti pendekatan andragogi, fasilitator memulai dengan menyampaikan pesan
motivasional dan menekankan pentingnya keterlibatan pribadi dalam proses belajar.
Peserta diundang untuk merenung, menetapkan tujuan pribadi, dan membangun
komitmen terhadap pencapaian tujuan tersebut.

Aktivitas yang dapat mendukung motivasi belajar melibatkan:

a. Ceramah Pendek Inspiratif: Fasilitator memberikan ceramah singkat yang


membangkitkan semangat dan mengaitkan pelatihan dengan dampak positif.

5
b. Aktivitas Peningkatan Semangat: Melibatkan peserta dalam kegiatan yang
meningkatkan semangat dan membangun kebersamaan, seperti permainan
pendek atau latihan energizer.
c. Perencanaan Tujuan Pribadi: Fasilitator membimbing peserta dalam merumuskan
tujuan pribadi mereka untuk pelatihan ini, mendorong rasa kepemilikan dan
fokus. Dengan menggabungkan elemen-elemen ini, sesi "Motivasi Belajar"
bertujuan untuk menciptakan dorongan internal peserta sehingga mereka terlibat
secara aktif dalam proses pembelajaran.

G. PENGANTAR HARAPAN PESERTA


1. Pengumpulan Harapan dan Fokus Materi
a. Menyiapkan kertas metaplan berwarna (2 warna berbeda) untuk setiap peserta.
b. Memastikan tersedia pena atau spidol.
c. Fasilitator membagikan kertas metaplan dan menyampaikan instruksi:
d. Peserta menuliskan harapan terhadap Pelatihan di satu kertas metaplan.
e. Peserta menuliskan materi yang paling ingin diperkuat di kertas metaplan lainnya.
f. Peserta menempelkan metaplan pada tempat yang telah disediakan.
2. Sharing Harapan
a. Memastikan metaplan terpasang dengan rapi.
b. Menyediakan waktu yang cukup untuk kegiatan berikutnya.
c. Fasilitator meminta beberapa peserta untuk berbagi harapan mereka secara singkat.
d. Membacakan beberapa metaplan secara cepat untuk memberikan gambaran umum.
3. Refleksi Singkat
a. Mendorong peserta untuk membahas kesamaan harapan atau fokus materi.
b. Mengidentifikasi pola atau tren umum dari kesamaan harapan peserta.
c. Fasilitator mencatat poin-poin kunci yang muncul dari pembagian harapan dan
fokus materi.

H. KOMITMEN PEMBELAJARAN
Membangun Kesepakatan Kontrak Belajar:
a. Menyiapkan daftar ketentuan kontrak belajar yang akan dibahas.
b. Memastikan peserta memiliki pemahaman yang jelas tentang setiap ketentuan.
c. Fasilitator menjelaskan setiap poin kontrak belajar.
d. Peserta diberikan kesempatan untuk memberikan masukan atau klarifikasi.
e. Peserta menandatangani kontrak sebagai bentuk komitmen.

6
I. REFERENSI POIN PERATURAN KELAS PELATIHAN
a. Peserta diharapkan hadir tepat waktu setiap hari pelatihan. Keterlambatan lebih dari
15 menit perlu diinformasikan sebelumnya kepada fasilitator.
b. Peserta diminta untuk mengenakan pakaian sesuai aturan yang diinformasikan.
c. Selama sesi pelatihan, peserta diminta untuk menonaktifkan atau mematikan ponsel
seluler atau alat komunikasi lainnya.
d. Pengecualian dapat dibuat untuk keadaan darurat, namun, harus mendapat
persetujuan dari fasilitator serta memang diperbolehkan oleh fasilitator/ pemateri.
e. Peserta diperbolehkan meninggalkan ruangan hanya untuk keperluan toilet atau
kebutuhan pribadi mendesak dengan izin fasilitator.
f. Peserta dapat merokok di area yang telah ditentukan di luar ruangan dengan
memperhatikan aturan dan tata tertib setempat.
g. Peserta diharapkan aktif berpartisipasi dalam diskusi, kegiatan, dan latihan selama
pelatihan dengan tetap menjaga kesopanan dan mengangkat tangan sebagai tanda
ingin berbicara.
h. Peserta yang diminta maju oleh fasilitator diharapkan bersedia dan siap untuk berbagi
pengalaman atau pandangan di depan kelompok.

7
J. LATIHAN
1. Dalam sesi perkenalan, Fasilitator memperkenalkan seluruh tim fasilitator yang terlibat
dalam penyelenggaraan pelatihan dengan menyebutkan:
a. Nama
b. Peran
c. Latar belakang
d. Semua benar

2. Pendekatan andragogi untuk membangun hubungan positif antara peserta, peserta


dengan panitia, dan peserta dengan fasilitator, disebut dengan istilah:
a. Motivasi belajar
b. Bina suasana
c. Pengantar harapan
d. Refleksi singkat

3. Aktivitas yang dapat mendukung motivasi belajar melibatkan hal berikut, kecuali
a. Ceramah Pendek Inspiratif
b. Aktivitas Peningkatan Semangat
c. Perencanaan Tujuan Pribadi
d. Memberikan masukan atau klarifikasi.

4. Pengantar harapan peserta melibatkan kegiatan berikut ini:


a. Pengumpulan Harapan dan Fokus Materi
b. Sharing Harapan
c. Refleksi Singkat
d. Semua benar

5. Membangun Kesepakatan Kontrak Belajar melalui kegiatan berikut, kecuali


a. Fasilitator menjelaskan setiap poin kontrak belajar.
b. Peserta diberikan kesempatan untuk memberikan masukan atau klarifikasi.
c. Peserta menandatangani kontrak sebagai bentuk komitmen.
d. Fasilitator membagikan kertas metaplan dan menyampaikan instruksi

8
BAB III
PENUTUP

Melalui serangkaian aktivitas yang dirancang dengan cermat, berhasil menciptakan


suasana yang memotivasi partisipasi peserta, mengukuhkan kontrak belajar sebagai dasar
keberhasilan, dan membentuk lingkungan pembelajaran yang penuh inspirasi. Dalam bab
penutup ini, kami memberikan kesempatan untuk merenungi bersama pencapaian-pencapaian
yang telah dicapai sepanjang awal sesi pelatihan. Dengan kontrak belajar yang kini menjadi
landasan, peserta dapat memandang masa depan pelatihan dengan keyakinan dan tekad yang
diperbaharui. Mari kita bersama-sama merayakan perjalanan ini, mengevaluasi dampak positif
yang telah tercipta, dan menatap masa depan dengan semangat yang tinggi.

9
DAFTAR PUSTAKA

Asep Iwa Hidayat, Udin Syaefudin Sa’ud. 2015. Model Pendidikan dan Pelatihan Berbasis
Kompetensi bagi Widyaiswara Muda. Jurnal Administrasi Pendidikan 22(2).

Endranto, Agung Jaya. 2013. Building Learning Commitment (BLC).

Hildegard Wenzler-Cremer, Maria Fischer-Siregar. 1999. Permainan Dan Latihan Dinamika


Kelompok : Proses Pengembangan Diri. Jakarta: Gramedia Widia Sarana Indonesia.

Lembaga Administrasi Negara. 2009. Bahan Diklat Bagi Pengelola Diklat: Building Learning
Commitment (BLC), Cetakan 2, Jakarta.

Pahmi, Zul. 2013. Dinamika Kelompok dan Building Learning Commitment. Badan
Pendidikan dan Pelatihan Provinsi Sumatera Utara.

10
MODUL PELATIHAN

TATA KERJA, KODE ETIK DAN


KODE PERILAKU

KELOMPOK PENYELENGGARA
PEMUNGUTAN SUARA (KPPS)
Modul Tata Kerja, Kode Etik dan Kode Perilaku
Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS)

Penulis:
M. Khuwailid
Yenli Elmanoferi
Sekarlinasti
Ratna Yuniarti
Andi Tenri Sompa

Editor:
Wahyu Yudi Wijayanti
Rochani
Theodorus Kossay
Rusman Sudarsono
Abdullah Sapi’i
Andika Pranata Jaya
Mey Nurlela
Muhammad Tarmizi
I Gede John Darmawan

Desain Sampul dan Tata Letak:


Insan Fadhl Nugroho
Muhammad Arfa Saldy

Penerbit:
KOMISI PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA
– Jakarta, Januari 2024 Ukuran Buku :
ISBN :
Hak cipta dilindungi undang-undang
Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan cara apapun tanpa izin
tertulis dari penerbit.
PEMBINA
Ketua KPU
Hasyim Asy’ari

Anggota KPU
Parsadaan Harahap
Yulianto Sudrajat
Betty Epsilon Idroos
Mochammad Afifuddin
Idham Holik
August Mellaz

PENGARAH
Bernad Dermawan Sutrisno

PENANGGUNG JAWAB
Wahyu Yudi Wijayanti

TIM PENYUSUN
M. Khuwailid
Yenli Elmanoferi
Sekarlinasti
Ratna Yuniarti
Andi Tenri Sompa

TIM EDITOR
Rochani
Theodorus Kossay
Rusman Sudarsono
Abdullah Sapi’i
Andika Pranata Jaya
Mey Nurlela
Muhammad Tarmizi
I Gede John Darmawan

DESAIN SAMPUL DAN TATA LETAK


Insan Fadhl Nugroho
Muhammad Arfa Saldy
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan
karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan penyusunan modul ini. Modul ini disusun sebagai
bahan pelatihan bagi Fasilitator di lingkungan Komisi Pemilihan Umum, Komisi Pemilihan
Umum Provinsi, Komisi Pemilihan Umum Kabupaten/Kota, Panitia Pemilihan Kecamatan,
Panitia Pemungutan Suara, serta Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara dalam
mengikuti Pelatihan Modul Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara, sehingga baik
Fasilitator maupun Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) akan mempunyai
kemampuan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang terstandar dalam menjalankan
tugasnya.
Kami menyadari betapa pentingnya kompetensi Fasilitator dalam menjalankan
tugasnya untuk berbagi pengetahuan, keterampilan, dan sikap secara berjenjang pada
pelatihan Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara ini. Melalui modul ini, diharapkan
para fasilitator KPU, KPU Provinsi, KPU Kabupaten/Kota, Panitia Pemilihan Kecamatan,
Panitia Pemungutan Suara, bahkan Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara dapat
memahami substansi Tata Kerja, dan Kode Etik serta Kode Perilaku KPPS dengan baik,
sehingga dapat menjalankan tugas dan fungsi penyelenggaraan pemilu secara mandiri,
transparan, dan profesional.
Modul ini mencakup Tata Kerja, Kode Etik dan Kode Perilaku Kelompok
Penyelenggara Pemungutan Suara sehingga akan sangat relevan dengan pemahaman yang
harus dimiliki oleh setiap fasilitator di setiap tingkatan, serta khususnya KPPS. Kami
berharap modul ini dapat menjadi acuan yang berguna dan dapat membantu para fasilitator
pada umumnya serta KPPS pada khususnya untuk penyelenggara pemilihan umum dalam
melaksanakan tugasnya secara efektif.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasa bahkan dari segi materinya.
Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami mengharapkan segala saran dan kritik agar dapat
memberikan masukan terhadap modul ini. Akhir kata, kami berharap semoga modul ini dapat
memberikan manfaat maupun inspirasi dalam proses pelatihan bagi Kelompok
Penyelenggara Pemungutan Suara.

i
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
penyusunan modul ini. Semoga modul ini dapat menjadi panduan yang bermanfaat dan dapat
meningkatkan kompetensi para fasilitator dan penyelenggara Pemilu di lingkungan Komisi
Pemilihan Umum.
Akhir kata, kami menyampaikan apresiasi dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada seluruh pimpinan komisi pemilihan Umum, yang telah memberikan kesempatan
kepada tim penulis untuk mencurahkan pengetahuan dalam bentuk karya pelatihan Kelompok
Penyelenggara Pemungutan Suara melalui modul Tata Kerja, Kode Etik dan Kode Perilaku
KPPS.

Jakarta, Januari 2024

Tim Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................i

DAFTAR ISI ........................................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................... 1


A. LATAR BELAKANG ................................................................................................ 1
B. DESKRIPSI SINGKAT ............................................................................................. 1
C. TUJUAN PEMBELAJARAN ................................................................................... 2
D. INDIKATOR HASIL BELAJAR ............................................................................... 2
E. MATERI POKOK DAN SUB MATERI POKOK ..................................................... 2

BAB II TATA KERJA KELOMPOK PENYELENGGARA PEMUNGUTAN SUARA .......... 3


A. PENDAHULUAN ..................................................................................................... 4
B. KEDUDUKAN .......................................................................................................... 4
C. SUSUNAN ................................................................................................................. 5
D. TUGAS, WEWENANG, DAN KEWAJIBAN .......................................................... 5
E. HUBUNGAN KERJA ............................................................................................... 7
F. EVALUASI KINERJA .............................................................................................. 7
G. PEMBERHENTIAN KPPS ....................................................................................... 8
H. PENGAMBILALIHAN TUGAS ............................................................................... 9

BAB III KODE ETIK DAN KODE PERILAKU KELOMPOK PENYELENGGARA


PEMUNGUTAN SUARA ....................................................................................................... 10
A. PENDAHULUAN ................................................................................................... 10
B. KODE ETIK PENYELENGGARA PEMILU ......................................................... 11
C. KODE PERILAKU KPPS ....................................................................................... 11

BAB V PENUTUP................................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... 14

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Penyelenggaraan Pemilihan Umum (Pemilu) dan Pemilihan Gubernur dan Wakil


Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, dan Wali Kota dan Wakil Wali Kota akan
dilaksanakan secara serentak pada Tahun 2024. Pelaksanaan Pemilu dan Pemilihan
tersebut untuk pertama kalinya dilaksanakan pada tahun yang sama dengan model
keserentakan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden, Pemilu Anggota DPR, DPD, DPRD
Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota, serta Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur,
Bupati dan Wakil Bupati, Wali Kota dan Wakil Wali Kota. Komisi Pemilihan Umum
(KPU) dalam menyelenggarakan Pemilu dan Pemilihan serentak, dibantu oleh struktur
kelembagaan di bawahnya yang bersifat hierarkis, yaitu KPU Provinsi dan KPU
Kabupaten/Kota.

Amanat Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu, KPU


Kabupaten/Kota diberi kewenangan untuk membentuk Badan Adhoc, yang terdiri dari
Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK), Panitia Pemungutan Suara (PPS), Kelompok
Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS), dan Petugas Pemutakhiran Data Pemilih
(Pantarlih) yang masing-masing memiliki tugas, wewenang, dan kewajiban.

Penyelenggaraan Pemilu dan Pemilihan serentak agar dapat memenuhi asas


langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil, sumber daya manusia yang terlibat sebagai
penyelenggara Pemilu dan Pemilihan harus professional, berkompeten, berdedikasi tinggi,
dan berintegritas. Oleh karena itu, diperlukan penguatan kepada KPPS dengan membekali
pengetahuan tentang Tata Kerja, Kode Etik, dan Kode Perilaku.

B. DESKRIPSI SINGKAT

Pokok bahasan ini dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada peserta


mengenai Tata Kerja KPPS termasuk di dalamnya kedudukan, susunan, tugas wewenang
dan kewajiban, hubungan kerja, evaluasi kinerja, pemberhentian, dan pengambilalihan,
juga memberikan pemahaman kepada peserta tentang Kode Etik dan Kode Perilaku KPPS.

1
C. TUJUAN PEMBELAJARAN

Materi pembelajaran ini diberikan dengan tujuan:

1. Peserta memahami Kedudukan, Susunan, Tugas, Wewenang, Kewajiban, Hubungan


Kerja, Evaluasi Kinerja, Pemberhentian, dan Pengambilalihan Tugas Kelompok
Penyelenggara Pemungutan Suara.
2. Peserta memahami Kode Etik dan Kode Perilaku Kelompok Penyelenggara
Pemungutan Suara, sehingga menjadikan Kelompok Penyelenggara Pemungutan
Suara yang profesional, berintegritas dan mandiri.

D. INDIKATOR HASIL BELAJAR

Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta diharapkan:

1. Mampu menjelaskan Kedudukan, Susunan, Tugas, Wewenang, Kewajiban, Hubungan


Kerja, Evaluasi Kinerja, Pemberhentian, dan Pengambilalihan Tugas Kelompok
Penyelenggara Pemungutan Suara.
2. Mampu menjelaskan Kode Etik dan Kode Perilaku Kelompok Penyelenggara
Pemungutan Suara, sehingga menjadikan Kelompok Penyelenggara Pemungutan
Suara yang profesional, berintegritas dan mandiri.

E. MATERI POKOK DAN SUB MATERI POKOK

Materi pokok dan sub materi pokok pada modul pelatihan ini, sebagai berikut:

1. Tata Kerja Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara


a. Kedudukan
b. Tugas, Wewenang, dan Kewajiban
c. Hubungan Kerja
d. Evaluasi Kinerja
e. Pemberhentian
f. Pengambil Alihan Tugas
2. Kode Etik Dan Kode Perilaku Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara
a. Kode Etik Penyelenggara Pemilu
b. Kode Perilaku

2
BAB II
TATA KERJA KELOMPOK PENYELENGGARA PEMUNGUTAN SUARA

A. IDENTITAS

Materi : Tata Kerja Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara


Alokasi Waktu : 1 x 20 Menit/1 Pertemuan
Media Pembelajaran : Modul, Power Point, Lembar Penugasan

B. DESKRIPSI SINGKAT

Pokok bahasan ini memberikan pemahaman kepada peserta mengenai Tata Kerja
KPPS termasuk di dalamnya kedudukan, susunan, tugas wewenang dan kewajiban,
hubungan kerja, evaluasi kinerja, pemberhentian, dan pengambilalihan KPPS pada
pelaksanaan Pemilihan Umum.
C. TUJUAN PEMBELAJARAN

Materi pembelajaran ini diberikan dengan tujuan:


1. Peserta memahami Kedudukan KPPS;
2. Peserta memahami Susunan KPPS;
3. Peserta memahami Tugas, Wewenang dan Kewajiban KPPS;
4. Peserta memahami Hubungan Kerja KPPS;
5. Peserta memahami Evaluasi Kinerja KPPS;
6. Peserta memahami Pemberhentian KPPS; dan
7. Peserta memahami Pengambilalihan Tugas KPPS.

D. INDIKATOR HASIL BELAJAR

Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta diharapkan:


1. Mampu menjelaskan Kedudukan KPPS;
2. Mampu menjelaskan Susunan KPPS;
3. Mampu menjelaskan Tugas, Wewenang dan Kewajiban KPPS;
4. Mampu menjelaskan Hubungan Kerja KPPS;
5. Mampu menjelaskan Evaluasi Kinerja KPPS;
6. Mampu menjelaskan Pemberhentian KPPS; dan
7. Mampu menjelaskan Pengambilalihan Tugas KPPS.

3
E. PENDAHULUAN

Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) dibentuk untuk


menyelenggarakan Pemungutan dan Penghitungan Suara di TPS berdasarkan ketentuan
Pasal 26 ayat (2) PKPU Nomor 8 Tahun 2022 tentang Pembentukan dan Tata Kerja Badan
Adhoc Penyelenggara Pemilihan Umum dan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur dan
Bupati dan Wakil Bupati, dan Wali Kota dan Wakil Wali Kota, yang menyebutkan bahwa
KPPS berkedudukan di Tempat Pemungutan Suara (TPS). KPPS dibentuk oleh Panitia
Pemungutan Suara (PPS) untuk melaksanakan pemungutan dan penghitungan suara di
Tempat Pemungutan Suara (TPS).

Pasal 61 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu menyebutkan


bahwa tugas KPPS adalah melakukan pemungutan suara, penghitungan suara, dan
rekapitulasi hasil suara di TPS. KPPS bertanggung jawab atas proses pemungutan suara
dari awal hingga akhir, mulai dari persiapan, pelaksanaan, hingga penghitungan suara.
KPPS harus merapikan berkas penghitungan suara dan mengirimkan hasilnya ke tingkat
selanjutnya untuk rekapitulasi. Tugas utama KPPS adalah memastikan bahwa proses
pemilu dan pemilihan berjalan dengan lancar, transparan dan akuntabel.

F. KEDUDUKAN

Berdasarkan ketentuan Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 8 Tahun 2022


tentang Pembentukan dan Tata Kerja badan Adhoc Penyelenggara Pemilihan Umum dan
Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, dan Walikota dan
Wakil Walikota, KPPS dibentuk oleh PPS untuk menyelenggarakan pemungutan dan
penghitungan suara dalam Pemilu dan Pemilihan di TPS dan berkedudukan di TPS. KPPS
dibentuk paling lambat 14 (empat belas) hari sebelum pelaksanaan pemungutan suara dan
dibubarkan paling lambat 1 (satu) bulan setelah pemungutan suara selesai.

Dalam hal terjadi pemungutan dan/atau penghitungan suara ulang, Pemilu susulan
atau Pemilu lanjutan, masa kerja KPPS diperpanjang dan KPPS dibubarkan paling lambat
2 (dua) bulan setelah pemungutan dan/atau penghitungan suara ulang, Pemilu susulan atau
Pemilu lanjutan. Apabila terjadi pemungutan dan penghitungan suara Pemilu Presiden dan
Wakil Presiden putaran kedua, masa kerja KPPS diperpanjang, dan KPPS dibubarkan
paling lambat 1 (satu) bulan setelah pemungutan suara putaran kedua.

4
G. SUSUNAN

1. Anggota KPPS berjumlah 7 (tujuh) orang yang terdiri dari 1 (satu) orang ketua
merangkap anggota dan 6 (enam) orang anggota.
2. Ketua KPPS dipilih dari dan oleh anggota KPPS.

H. TUGAS, WEWENANG, DAN KEWAJIBAN

Dalam penyelenggaraan Pemilu, KPPS bertugas:


1. Mengumumkan daftar Pemilih tetap di TPS;
2. Menyerahkan daftar Pemilih tetap kepada saksi peserta Pemilu yang hadir dan
Pengawas TPS dan dalam hal peserta Pemilu tidak memiliki saksi, daftar pemilih tetap
diserahkan kepada peserta Pemilu;
3. Melaksanakan pemungutan dan penghitungan suara di TPS;
4. Membuat berita acara dan sertifikat hasil pemungutan dan penghitungan suara dan
wajib menyerahkannya kepada saksi peserta Pemilu, Pengawas TPS, PPS, dan PPK
melalui PPS;
5. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh KPU, KPU Provinsi, KPU
Kabupaten/Kota, PPK, dan PPS sesuai dengan peraturan perundang-undangan;
6. Menyampaikan surat pemberitahuan kepada Pemilih sesuai dengan daftar Pemilih
tetap untuk menggunakan hak pilihnya di TPS; dan
7. Melaksanakan tugas lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Dalam melaksanakan tugas-tugas tersebut, KPPS mempunyai wewenang:


1. Mengumumkan hasil penghitungan suara di TPS;
2. Melaksanakan wewenang lain yang diberikan oleh KPU, KPU Provinsi, KPU
Kabupaten/Kota, PPK, dan PPS sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan; dan
3. Melaksanakan wewenang lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Dalam melaksanakan wewenang tersebut, KPPS mempunyai kewajiban:


1. Menempelkan Daftar Pemilih Tetap di TPS;
2. Menindaklanjuti dengan segera temuan dan laporan yang disampaikan oleh saksi,
Pengawas TPS, Panwaslu Kelurahan/Desa, peserta Pemilu, dan masyarakat pada hari
pemungutan suara;

5
3. Menjaga dan mengamankan keutuhan kotak suara setelah penghitungan suara dan
setelah kotak suara disegel;
4. Menyerahkan hasil penghitungan suara kepada PPS dan Panwaslu Kelurahan/Desa;
5. Menyerahkan kotak suara tersegel yang berisi surat suara dan sertifikat hasil
penghitungan suara kepada PPK melalui PPS pada hari yang sama;
6. Melaksanakan kewajiban lain yang diberikan oleh KPU, KPU Provinsi, KPU
Kabupaten/Kota, PPK, dan PPS sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan; dan
7. Melaksanakan kewajiban lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Tugas, wewenang, dan kewajiban Ketua KPPS dalam persiapan penyelenggaraan


pemungutan suara dan penghitungan suara meliputi:
1. Memberi penjelasan tentang tugas yang harus dilaksanakan kepada anggota KPPS dan
Petugas Ketertiban TPS;
2. Mengumumkan tempat dan waktu pelaksanaan pemungutan suara;
3. Menandatangani surat pemberitahuan untuk memberikan suara kepada Pemilih pada
Daftar Pemilih Tetap;
4. Menyampaikan salinan daftar Pemilih sementara kepada saksi yang mewakili peserta
Pemilu atau Pemilihan di tingkat kelurahan/desa atau yang disebut dengan nama lain;
5. Memimpin kegiatan penyiapan TPS; dan
6. Menerima saksi yang memiliki surat mandat yang ditandatangani oleh peserta Pemilu
atau Pemilihan.

Tugas, wewenang, dan kewajiban Ketua KPPS dalam rapat pemungutan suara di
TPS meliputi:
1. Memimpin kegiatan KPPS;
2. Memimpin pelaksanaan kegiatan pemungutan suara;
3. Membuka rapat pemungutan suara tepat waktu;
4. Memandu pengucapan sumpah/janji para anggota KPPS dan saksi yang hadir;
5. Menandatangani berita acara bersama-sama paling sedikit 2 (dua) orang anggota
KPPS;
6. Menandatangani tiap lembar surat suara;
7. Memberikan penjelasan terkait dengan ketersediaan dan tata cara penggunaan alat
bantu tunanetra (template); dan

6
8. Mengakhiri kegiatan pemungutan suara tepat waktu.

Tugas, wewenang, dan kewajiban Ketua KPPS dalam rapat penghitungan suara di
TPS meliputi:
1. Memimpin pelaksanaan penghitungan suara;
2. Menandatangani berita acara dan sertifikat hasil penghitungan suara bersama-sama
paling sedikit 2 (dua) orang anggota KPPS, dan dapat ditandatangani oleh saksi yang
memiliki surat mandat dari peserta Pemilu atau Pemilihan;
3. Memberikan 1 (satu) rangkap salinan berita acara dan sertifikat hasil penghitungan
suara kepada saksi peserta Pemilu atau Pemilihan, Panwaslu Kelurahan/Desa dan PPK
melalui PPS;
4. Menyerahkan hasil penghitungan suara kepada PPS dan Panwaslu Kelurahan/Desa;
dan
5. Menyerahkan kotak suara tersegel yang berisi surat suara, sertifikat hasil penghitungan
suara dan alat kelengkapan pemungutan suara kepada PPK melalui PPS pada hari yang
sama, dengan mendapat pengawalan dari Petugas Ketertiban TPS.

Dalam melaksanakan tugas, wewenang, dan kewajiban, Ketua KPPS bertanggung


jawab kepada PPS melalui Ketua PPS. Anggota KPPS bertanggung jawab kepada Ketua
KPPS, dan bertugas membantu melaksanakan tugas Ketua KPPS.

I. HUBUNGAN KERJA

KPPS bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan tahapan Pemilu kepada KPU


Kabupaten/Kota melalui PPS. Pada penyelenggaraan tahapan tersebut, KPPS
berkoordinasi dengan perangkat Rukun Tetangga atau yang disebut dengan nama lain,
Rukun Warga atau yang disebut dengan nama lain, Pengawas TPS, peserta Pemilu,
Pemilih, dan pihak terkait lain pada tingkat TPS. KPPS wajib melaporkan kinerja
penyelenggaraan tahapan Pemilu kepada PPS paling sedikit 1 (satu) kali dalam masa
kerjanya.

J. EVALUASI KINERJA

Evaluasi kinerja KPPS digunakan untuk mengetahui pelaksanaan tahapan yang


dilakukan oleh KPPS, sebagai bentuk akuntabilitas penggunaan anggaran untuk
mendukung kegiatan tahapan Pemilu yang dilakukan oleh KPPS dan menjadi dasar

7
pertimbangan bagi KPU Kabupaten/Kota dalam melakukan pengangkatan kembali KPPS.
Komponen evaluasi kinerja KPPS digunakan untuk pelaksanaan tahapan Pemilu,
kesesuaian penggunaan anggaran; dan koordinasi pada tiap tingkatan.

Berdasarkan Keputusan KPU Nomor 534 Tahun 2022 tentang Perubahan atas
Keputusan Komisi Pemilihan Umum Nomor 476 Tahun 2022 tentang Pedoman Teknis
Pembentukan Badan Adhoc Penyelenggara Pemilihan Umum, Pemilihan Gubernur dan
Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, dan Walikota dan Wakil Walikota, KPPS
wajib melaporkan pelaksanaan tahapan Pemilu atau Pemilihan dan kinerja kepada PPS
paling sedikit 1 (satu) kali dalam masa kerjanya. Pada akhir masa jabatan KPPS, dilakukan
penilaian kinerja dengan mempertimbangkan aspek:
1. Pelaksanaan tahapan Pemilu atau Pemilihan pada tingkatan KPPS;
2. Penegakan kode etik, kode perilaku, sumpah/janji, dan pakta integritas penyelenggara
Pemilu; dan
3. Hasil laporan.

Penilaian dilakukan dengan metode 180 derajat pada akhir masa jabatan yang
melibatkan PPS dan KPPS sesuai dengan wilayah kerja KPPS. Penghitungan nilai evaluasi
KPPS menjadi tanggung jawab PPS. PPS melaporkan hasil penilaian evaluasi KPPS
kepada KPU Kabupaten/Kota melalui PPK.

K. PEMBERHENTIAN

Anggota KPPS diberhentikan oleh PPS atas nama Ketua KPU Kabupaten/Kota,
karena:
1. Meninggal dunia;
2. Berhalangan tetap, meliputi keadaan tidak diketahui keberadaannya, dan tidak mampu
melaksanakan tugas secara permanen; atau
3. Mengundurkan diri dengan alasan yang dapat diterima.
Anggota KPPS diberhentikan dengan tidak hormat oleh KPU Kabupaten/Kota,
apabila:
1. Tidak lagi memenuhi syarat sebagai anggota KPPS;
2. Melanggar sumpah/janji jabatan dan/atau kode etik;
3. Tidak dapat melaksanakan tugas dan kewajiban tanpa alasan yang sah;

8
4. Dipidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan
hukum tetap karena melakukan tindak pidana Pemilu dan/atau tindak pidana lainnya;
atau
5. Melakukan perbuatan yang terbukti menghambat KPU kabupaten/Kota, PPK, PPS, dan
KPPS dalam mengambil keputusan dan penetapan sebagaimana ketentuan peraturan
perundang-undangan.

L. PENGAMBILALIHAN TUGAS

Berdasarkan ketentuan Pasal 78 ayat (3) Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor
8 Tahun 2022 tentang Pembentukan dan Tata Kerja badan Adhoc Penyelenggara Pemilihan
Umum dan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, dan
Walikota dan Wakil Walikota, apabila terjadi hal-hal yang mengakibatkan KPPS tidak
dapat menjalankan tugasnya, tahapan penyelenggaraan Pemilu dilaksanakan oleh PPS.

9
BAB III
KODE ETIK DAN KODE PERILAKU
KELOMPOK PENYELENGGARA PEMUNGUTAN SUARA

A. IDENTITAS

Materi : Kode Etik dan Kode Perilaku Kelompok Penyelenggara


Pemungutan Suara
Alokasi Waktu : 1 x 20 Menit/1 Pertemuan
Media Pembelajaran : Modul, Power Point, Video

B. DESKRIPSI SINGKAT

Pokok bahasan ini memberikan pemahaman kepada peserta mengenai Kode Etik
Penyelenggara Pemilu dan Kode Perilaku Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara.

C. TUJUAN PEMBELAJARAN

Materi pembelajaran ini diberikan dengan tujuan:


1. Peserta memahami Kode Etik Penyelenggara Pemilu; dan
2. Peserta memahami Kode Perilaku KPPS.

D. INDIKATOR HASIL BELAJAR

Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta diharapkan:


1. Mampu memahami Kode Etik Penyelenggara Pemilu; dan
2. Mampu memahami Kode Perilaku KPPS.

E. PENDAHULUAN

Setiap penyelenggara Pemilu wajib bekerja, bertindak, menjalankan tugas,


wewenang dan kewajiban sebagai penyelenggara Pemilu dengan berdasarkan Kode Etik
dan pedoman perilaku Penyelenggara Pemilu, serta sumpah/janji jabatan. Kode etik dan
pedoman perilaku bagi penyelenggara pemilihan umum diperlukan untuk menjaga
integritas, kehormatan, kemandirian, dan kredibilitas penyelenggara pemilihan Umum.

Selain daripada itu, dalam melaksanakan tugas wewenang dan tanggung jawab,

10
Penyelenggara pemilu selain harus patuh dan taat asas Penyelenggara Pemilu juga harus
mematuhi Kode Etik Penyelenggara Pemilu. Kode etik penyelenggara pemilu wajib
dipatuhi oleh seluruh anggota KPU pusat, provinsi, maupun kabupaten/kota. Kewajiban
serupa berlaku untuk para panitia Ad Hoc dari tingkat kecamatan hingga tempat
pemungutan suara (PPK, PPS, KPPS, PPLN, KPPSLN). Untuk menindak apabila ada
pelanggaran kode etik penyelenggara pemilu yang dilakukan oleh penyelenggara ad hoc,
Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu sudah mengeluarkan Peraturan Dewan
Kehormatan Penyelenggara Pemilihan Umum Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2017
tentang Kode Etik dan Pedoman Perilaku Penyelenggara Pemilihan Umum yang bertujuan
untuk menjaga integritas, kehormatan, kemandirian,dan kredibilitas anggota KPU, KPU
Provinsi, KPU Kabupaten/Kota, PPK, PPS, KPPS, PPLN, KPPSLN serta anggota
Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu Kabupaten/Kota, Panwaslu Kecamatan, Panwaslu
Kelurahan/Desa, Panwaslu LN, dan Pengawas TPS.

Komisi Pemilihan Umum juga telah mengeluarkan Keputusan KPU nomor


337/HK.06.2-Kpt/01/KPU/VII/2020 Tentang Pedoman Teknis Pelanggaran Kode Etik,
Kode Perilaku, Sumpah/Janji, dan/atau Pakta Integritas Anggota Panitia Pemilihan
Kecamatan (PPK), Panitia Pemungutan Suara (PPS) dan KPPS. Dalam Pasal 73 sampai
dengan Pasal 90 Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 8 Tahun 2019 tentang Tata
Kerja Komisi Pemilihan Umum, Komisi Pemilihan Umum Provinsi dan Komisi Pemilihan
Umum Kabupaten/Kota, sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 12 Tahun 2023 juga diatur terkait Kode
Perilaku, Sumpah/Janji, dan Fakta Integritas Anggota KPU, KPU Provinsi, KPU
Kabupaten/Kota, PPK, PPLN, PPS, KPPS, dan KPPSLN.

F. KODE ETIK PENYELENGGARA PEMILU

Setiap Penyelenggara Pemilu wajib bekerja, bertindak, menjalankan tugas,


wewenang dan kewajiban sebagai Penyelenggara Pemilu dengan berdasarkan Peraturan
DKPP Nomor 2 Tahun 2017 tentang Kode Etik dan Pedoman Perilaku Penyelenggara
Pemilu.

G. KODE PERILAKU KPPS

Untuk menjaga integritas dan profesionalitas, KPPS wajib berpedoman pada kode
perilaku, sebagaimana Peraturan KPU Nomor 8 Tahun 2019 tentang Tata Kerja Komisi

11
Pemilihan Umum, Komisi Pemilihan Umum Provinsi, dan Komisi Pemilihan Umum
Kabupaten/Kota sebagaimana beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan KPU
Nomor 12 Tahun 2023.
Kode Perilaku bagi KPPS sebagaimana dimaksud, meliputi:

1. Netral atau tidak memihak salah satu Peserta Pemilu dan/atau tim kampanye;
2. Menghindari intervensi dari pihak lain dalam pengambilan keputusan sebagai
Penyelenggara Pemilu;
3. Tidak memakai, membawa, atau mengenakan simbol, lambang atau atribut yang secara
jelas menunjukkan keberpihakan kepada Peserta Pemilu;
4. Tidak memberitahukan dan menanyakan pilihan politiknya kepada orang lain;
5. Menyampaikan informasi yang benar kepada publik sesuai dengan data dan/atau fakta;
6. Melayani pemilih dalam memenuhi hak konstitusionalnya;
7. Memperlakukan dan memberi kesempatan yang sama setiap Peserta Pemilu;
8. Menaati aturan dan prosedur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan;
9. Tidak memberikan tafsiran pribadi terhadap suatu aturan yang sudah ditetapkan;
10. Memberikan akses dan pelayanan kepada Pemilih, Peserta Pemilu, dan para pemangku
kepentingan lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
11. Memanfaatkan teknologi informasi dalam rangka sosialisasi dan penyebarluasan
informasi Pemilu;
12. Menjamin kualitas pelayanan kepada pemilih, Peserta Pemilu dan para pemangku
kepentingan sesuai dengan standar profesional administrasi Penyelenggaraan Pemilu;
13. Bertindak berdasarkan standar operasional prosedur dan substansi profesi administrasi
Pemilu dan Pemilihan;
14. Berani menghadapi dan menerima konsekuensi keputusan;
15. Menciptakan kondisi yang kondusif dalam Penyelenggaraan Pemilu;
16. Menyampaikan informasi terkait kepemiluan kepada penyandang disabilitas,
minoritas, dan kelompok marginal;
17. Memberikan pelayanan kepada penyandang disabilitas, minoritas, dan kelompok
marginal untuk menggunakan hak pilihnya; dan
18. Memberikan kesempatan yang sama kepada penyandang disabilitas, minoritas dan
kelompok marginal untuk berpartisipasi dalam penyelenggaraan Pemilu.

12
BAB V
PENUTUP
Badan Adhoc merupakan perwakilan KPU di tingkat paling bawah penyelenggara
Pemilu/Pemilihan. Panitia Pemilihan Kecamatan merupakan panitia yang dibentuk oleh KPU
Kabupaten/Kota untuk melaksanakan Pemilu di tingkat Kecamatan atau nama lain. Panitia
Pemungutan Suara merupakan panitia yang dibentuk oleh KPU Kabupaten/Kota untuk
melaksanakan Pemilu di tingkat kelurahan/desa atau nama lain. Kelompok Penyelenggara
Pemungutan Suara merupakan kelompok yang dibentuk oleh Panitia Pemungutan Suara
untuk melaksanakan pemungutan suara di tempat pemungutan suara. Kemampuan dan
kondisi anggota Badan Adhoc sangat beragam. Kondisi ini mengakibatkan adanya perbedaan
kualitas dari tiap wilayah kerja dengan begitu perlu adanya penyampaian informasi dan
pengetahuan teknis yang detail pada kegiatan Peningkatan Kapasitasnya. Modul pelatihan
KPPS pada setiap tahapan, akan didapat Badan Adhoc yang berkompeten sesuai dengan tugas
dan fungsinya.
Agar penyelenggaraan Pemilu dan Pemilihan serentak dapat memenuhi asas
langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil, sumber daya manusia yang terlibat sebagai
penyelenggara Pemilu dan Pemilihan haruslah merupakan sumber daya manusia
professional, berkompeten, berdedikasi tinggi, dan berintegritas harus diberikan pelatihan
yang terstandarisasi. Pemberian materi tentang Tata Kerja, Hubungan Kelembagaan, dan
Kode Etik Penyelenggara Pemilu yang komprehensif, jelas, dan padat dapat menjadi jawaban
untuk terwujudnya sukses Penyelenggaraan Pemilu Tahun 2024.
Modul ini menjelaskan tentang Tata Kerja KPPS meliputi kedudukan, susunan, tugas
wewenang dan kewajiban, hubungan kerja, evaluasi kinerja, pemberhentian, penggantian,
dan pengambilalihan, juga memberikan pemahaman kepada peserta tentang Kode Etik dan
Kode Perilaku KPPS yang meliputi asas dan kode etik, kode perilaku, sumpah/janji, pakta
integritas dan mekanisme penanganan pelanggarannya, serta pedoman perilaku dan pada
pelaksanaan Pemilihan Umum. Dengan disusunnya modul pelatihan Kelompok
Penyelenggara Pemungutan Suara ini diharapkan terwujud penyelenggara pemilu dalam hal
ini Kelompok Penyelenggara Pemilu yang berkompeten, akuntabel, dan transparan.

13
DAFTAR PUSTAKA

Peraturan Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilihan Umum Republik Indonesia (DKPP)


Nomor 2 Tahun 2017 tentang Kode Etik dan Pedoman Perilaku Penyelenggara
Pemilihan Umum. Jakarta: Komisi Pemilihan Umum.

Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 8 Tahun 2019 tentang Tata kerja Komisi Pemilihan
Umum, Komisi Pemilihan Umum Provinsi, dan Komisi Pemilihan Umum
Kabupaten/Kota.

Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 3 Tahun 2020 tentang Perubahan Atas Peraturan
Komisi Pemilihan Umum Nomor 8 Tahun 2019 tentang Tata kerja Komisi Pemilihan
Umum, Komisi Pemilihan Umum Provinsi, dan Komisi Pemilihan Umum
Kabupaten/Kota. Jakarta: Komisi Pemilihan Umum.

Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 21 Tahun 2020 tentang Perubahan Kedua Atas
Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 8 Tahun 2019 Tentang Tata kerja Komisi
Pemilihan Umum, Komisi Pemilihan Umum Provinsi, dan Komisi Pemilihan Umum
Kabupaten/Kota.

Keputusan Komisi Pemilihan Umum Nomor 337/HK.06.2-Kpt/01/KPU/VII/2020. 2020.


Pedoman Teknis Penanganan Pelanggaran Kode Etik, Kode Perilaku, Sumpah/Janji,
dan/atau Pakta Integritas Anggota Panitia Pemilihan Kecamatan, Panitia Pemungutan
Suara, dan Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara.

Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 4 Tahun 2021 tentang Perubahan Ketiga Atas
Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 8 Tahun 2019 Tentang Tata kerja Komisi
Pemilihan Umum, Komisi Pemilihan Umum Provinsi, dan Komisi Pemilihan Umum
Kabupaten/Kota.

Keputusan Komisi Pemilihan Umum Nomor 472 Tahun 2022 tentang Pedoman Teknis
Pembentukan Badan Adhoc Penyelenggara Pemilihan Umum dan Pemilihan Gubernur,
Bupati dan Wakil Bupati, dan Walikota dan Wakil Walikota.

Keputusan Komisi Pemilihan Umum Nomor 534 Tahun 2022 tentang Perubahan atas
Keputusan Komisi Pemilihan Umum Nomor 476 Tahun 2022 tentang Pedoman Teknis

14
Pembentukan Badan Adhoc Penyelenggara Pemilihan Umum, Pemilihan Gubernur dan
Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, dan Walikota dan Wakil Walikota

Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 12 Tahun 2023 tentang Perubahan Ketiga Atas
Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 8 Tahun 2019 Tentang Tata kerja Komisi
Pemilihan Umum, Komisi Pemilihan Umum Provinsi, dan Komisi Pemilihan Umum
Kabupaten/Kota.

Keputusan Komisi Pemilihan Umum Nomor 1669 Tahun 2023 tentang Perubahan ketiga atas
Keputusan Komisi Pemilihan Umum Nomor 476 Tahun 2022 tentang Pedoman Teknis
Pembentukan Badan Adhoc Penyelenggara Pemilihan Umum dan Pemilihan Gubernur
dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, Dan Walikota dan Wakil Walikota.

15
MODUL PELATIHAN
KELOMPOK PENYELENGGARA
PEMUNGUTAN SUARA (KPPS)

TAHAPAN PEMUNGUTAN SUARA


Modul Pelatihan
Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS)
Tahapan Pemungutan Suara

Penulis:
M.Khuwailid
Rochani
Andi Bagus Makawaru
Moh Sakir
Nanang Indra
Andi Tenri Sompa

Editor:
Wahyu Yudi Wijayanti
Theodorus Kossay
Mey Nurlela
Rusman Sudarsono
Muhammad Tarmizi
Abdullah Sapi’i
Andika Pranata Jaya
I Gede John Darmawan

Desain Sampul dan Tata Letak:


Insan Fadhl Nugroho
Muhammad Arfa Saldy

Penerbit :
KOMISI PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

– Jakarta, Januari 2024

Ukuran Buku :
ISBN :

Hak cipta dilindungi undang-undang


Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan cara apapun tanpa ijin tertulis
dari penerbit.
PEMBINA
Ketua KPU
Hasyim Asy’ari

Anggota KPU
Parsadaan Harahap
Yulianto Sudrajat
Betty Epsilon Idroos
Mochammad Afifuddin
Idham Holik
August Mellaz

PENGARAH
Bernad Dermawan Sutrisno

PENANGGUNG JAWAB
Wahyu Yudi Wijayanti

TIM PENYUSUN
M.Khuwailid
Rochani
Andi Bagus Makawaru
Moh Sakir
Nanang Indra
Andi Tenri Sompa

EDITOR
Wahyu Yudi Wijayanti
Theodorus Kossay
Mey Nurlela
Rusman Sudarsono
Muhammad Tarmizi
Abdullah Sapi’i
Andika Pranata Jaya
I Gede John Darmawan

DESAIN SAMPUL DAN TATA LETAK


Insan Fadhl Nugroho
Muhammad Arfa Saldy

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas nikmat sehat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan modul pelatihan KPPS dengan
Materi “Tahapan Pemungutan Suara”. Modul ini disusun sebagai bahan pelatihan bagi
Fasilitator di lingkungan Komisi Pemilihan Umum, Komisi Pemilihan Umum Provinsi, Komisi
Pemilihan Umum Kabupaten/Kota, Panitia Pemilihan Kecamatan, Panitia Pemungutan Suara,
dalam mengikuti Pelatihan Modul Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara, sehingga
Fasilitator akan mempunyai kemampuan pengetahuan, ketrampilan, dan sikap yang terstandar
dalam memfasilitasi pelatihan. Selain itu, modul ini akan diberikan kepada KPPS sebagai
pedoman dan petunjuk dalam melaksanakan Pemungutan Suara agar berjalan sesuai dengan
prinsip prinsip penyelenggaraan Pemilu.
Modul ini mencakup persiapan pemungutan suara, pelaksanaan rapat pemungutan suara,
pemberian suara di TPS lokasi khusus, pemungutan suara ulang, susulan dan lanjutan serta
pemberian suara dengan sistem noken/ikat di Provinsi Papua Tengah dan Papua Pegunungan.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
penyusunan modul ini. Semoga modul ini dapat menjadi panduan yang bermanfaat dan dapat
meningkatkan kompetensi para fasilitator dan penyelenggara Pemilu di lingkungan Komisi
Pemilihan Umum. Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasa bahkan dari segi materinya. Oleh karena itu dengan
tangan terbuka kami mengharapkan segala saran dan kritik agar dapat memberikan masukan
terhadap modul ini. Akhir kata, kami berharap semoga modul ini dapat memberikan manfaat
maupun inspirasi dalam proses pelatihan bagi Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara.
Terima kasih. Tim Penyusun

Terima kasih.

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1


A. LATAR BELAKANG .......................................................................................................................... 1
B. DESKRIPSI SINGKAT ....................................................................................................................... 1
C. TUJUAN PEMBELAJARAN ............................................................................................................. 2
D. INDIKATOR HASIL PEMBELAJARAN........................................................................................... 2
BAB II PERSIAPAN PEMUNGUTAN SUARA ..................................................................... 3
A. PENCERMATAN DAFTAR PEMILIH .............................................................................................. 3
B. PEMBERITAHUAN PEMUNGUTAN SUARA ................................................................................ 4
C. PENERIMAAN KELENGKAPAN PEMUNGUTAN SUARA .......................................................... 6
D. PENYIAPAN TPS ............................................................................................................................... 8
BAB III PELAKSANAAN RAPAT PEMUNGUTAN SUARA ............................................. 13
A. PERSIAPAN PELAKSANAAN RAPAT PEMUNGUTAN SUARA ............................................... 13
B. PELAKSANAAN RAPAT PEMUNGUTAN SUARA...................................................................... 14
BAB IV PEMBERIAN SUARA DI TPS LOKASI KHUSUS ............................................... 27
A. PERSIAPAN PEMUNGUTAN SUARA DI TPS LOKASI KHUSUS .............................................. 27
B. PELAKSANAAN RAPAT PEMUNGUTAN SUARA DI TPS LOKASI KHUSUS ........................ 28
BAB V PEMUNGUTAN SUARA ULANG, SUSULAN DAN LANJUTAN ....................... 30
A. PEMUNGUTAN SUARA ULANG DI TPS ..................................................................................... 30
B. PEMUNGUTAN SUARA SUSULAN DAN LANJUTAN ............................................................... 30
C. PERSIAPAN PEMUNGUTAN SUARA ULANG, SUSULAN DAN LANJUTAN ......................... 31
D. PELAKSANAAN PEMUNGUTAN SUARA ULANG, SUSULAN DAN LANJUTAN ................. 32
BAB VI PEMUNGUTAN SUARA DENGAN SISTEM NOKEN/IKAT DI PROVINSI
PAPUA TENGAH DAN PAPUA PEGUNUNGAN ................................................................ 33
A. PRINSIP PRINSIP PENGGUNAAN SISTEM NOKEN/IKAT ........................................................ 33
B. PERSIAPAN PEMBERIAN SUARA DENGAN SISTEM NOKEN/IKAT ...................................... 33
C. TATA CARA PELAKSANAAN PEMUNGUTAN SUARA ............................................................. 34
BAB VII PENUTUP ............................................................................................................... 36

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dalam rangka pelaksanaan tahapan pemungutan dan penghitungan suara Pemilu di


dalam negeri sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang
Pemilihan Umum sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun
2023 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun
2022 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan
Umum menjadi Undang-Undang dan Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 25
Tahun 2023 tentang Pemungutan dan Penghitungan Suara dalam Pemilihan Umum, maka
dipandang perlu untuk menjabarkan tahapan pemungutan suara di Tempat Pemungutan
Suara, meliputi persiapan pemungutan suara, pelaksanaan rapat pemungutan suara,
pemberian suara di TPS lokasi khusus, pemungutan suara ulang, susulan dan lanjutan,
serta pemberian suara dengan sistem noken/ikat dalam bentuk modul pembelajaran.
Modul pembelajaran ini menguraikan tahapan pemungutan suara di Tempat
Pemungutan Suara, meliputi persiapan pemungutan suara, pelaksanaan rapat pemungutan
suara, pemberian suara di TPS lokasi khusus, pemungutan suara ulang, susulan dan
lanjutan, serta pemberian suara dengan sistem noken/ikat agar peserta juga dapat
memahami, dan mampu melakukan pengecekan perlengkapan pemungutan suara,
dukungan perlengkapan lainnya, dan perlengkapan pemungutan suara lainnya sesuai
dengan jenis, jumlah dan peruntukannya. Dengan demikian diharapkan pelaksanaan
pemungutan suara dapat berjalan sesuai dengan prinsip prinsip penyelenggaraan Pemilu.

B. DESKRIPSI SINGKAT

Modul pembelajaran ini menguraikan tahapan pemungutan suara di Tempat


Pemungutan Suara, meliputi persiapan pemungutan suara, pelaksanaan rapat pemungutan
suara, pemberian suara di TPS lokasi khusus, pemungutan suara ulang, susulan dan
lanjutan, serta pemberian suara dengan sistem noken/ikat.

1
C. TUJUAN PEMBELAJARAN

Tujuan Pembelajaran dari modul ini adalah:


1. Peserta memahami tahapan persiapan pemungutan suara, pelaksanaan rapat
pemungutan suara, pemberian suara di TPS lokasi khusus, pemungutan suara ulang,
susulan dan lanjutan, serta pemberian suara dengan sistem noken/ikat.
2. Peserta mengetahui perlengkapan pemungutan suara, dukungan perlengkapan
lainnya, dan perlengkapan pemungutan suara lainnya serta peruntukannya.

D. INDIKATOR HASIL PEMBELAJARAN

1. Peserta mampu menjelaskan tahapan persiapan pemungutan suara, pelaksanaan rapat


pemungutan suara, pemberian suara di TPS lokasi khusus, pemungutan suara ulang,
susulan dan lanjutan, serta pemberian suara dengan sistem noken/ikat.
2. Peserta mampu menjelaskan pengecekan perlengkapan pemungutan suara, dukungan
perlengkapan lainnya, dan perlengkapan pemungutan suara lainnya sesuai dengan
jenis, jumlah dan peruntukkannya.

2
BAB II
PERSIAPAN PEMUNGUTAN SUARA

Pelaksanaan pemungutan suara Pemilu di dalam negeri diselenggarakan secara serentak


pada hari, tanggal dan waktu pemungutan suara yang ditetapkan dengan Keputusan KPU.
Pelaksanaan pemungutan dan penghitungan suara di TPS dilaksanakan oleh KPPS melalui
persiapan pemungutan suara dan pelaksanaan pemungutan suara. Setelah dilakukan pelantikan
dan pengambilan sumpah/janji anggota KPPS melakukan persiapan pemungutan suara.
Persiapan pemungutan suara oleh KPPS dilakukan dengan kegiatan pencermatan daftar
pemilih, menyampaikan pemberitahuan pemungutan suara, menerima dan melakukan
pengecekan perlengkapan pemungutan suara, dukungan perlengkapan lainnya, dan
perlengkapan pemungutan suara lainnya serta melakukan penyiapan TPS. Kegiatan persiapan
pemungutan suara oleh KPPS dimaksud dilakukan dengan uraian sebagai berikut:

A. PENCERMATAN DAFTAR PEMILIH

Sebelum melaksanakan tugas, kewajiban dan kewenangannya, KPPS melakukan


musyawarah untuk menentukan posisi anggota KPPS dalam pelaksanaan tugas pasca
pelantikan KPPS pada 25 Januari 2024. Ketua KPPS dibantu oleh anggota KPPS
melakukan pencermatan daftar pemilih sejak tanggal 26 Januari sampai dengan tanggal 13
Februari 2024 dengan cara berkoordinasi dengan RT/RW, anggota masyarakat atau pihak
lainnya untuk mencatat pemilih yang berpotensi tidak akan menggunakan hak pilihnya
pada tanggal 14 Februari 2024 di TPS yang terdiri dari:
1. meninggal dunia;
2. pindah alamat domisili;
3. pindah memilih;
4. tidak dikenal (bukan warga setempat atau bahkan tidak pernah tinggal di wilayah
tersebut); dan/atau
5. tidak berada di tempat dan tidak terdapat keluarga/orang terpercaya yang dapat
dititipkan serta KPPS tidak memiliki kontak personal yang bersangkutan, termasuk
potensi Pemilih DPK.
Hasil pencermatan daftar pemilih selanjutnya direkap sebagai bahan untuk
menyampaikan surat pemberitahuan memilih atau formulir Model C.Pemberitahuan.

3
B. PEMBERITAHUAN PEMUNGUTAN SUARA

Pemberitahuan pemungutan suara dilaksanakan oleh KPPS dalam dua kegiatan,


yaitu Pengumuman hari pemungutan suara dan penyampaian surat pemberitahuan
memilih. Masing masing kegiatan dimaksud dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Pengumuman Hari Pemungutan Suara
Ketua KPPS dibantu anggota KPPS mengumumkan hari, tanggal, dan waktu
pemungutan suara, serta nama TPS kepada Pemilih di wilayah kerjanya, paling lambat
pada 9 Februari 2024 atau 5 (lima) Hari sebelum hari dan tanggal Pemungutan Suara
dengan tata cara:
a. Dilakukan menurut tata cara yang lazim digunakan di kelurahan/desa atau yang
disebut dengan nama lain yang bersangkutan melalui tempat pengumuman
RT/RW atau menempel pada tempat-tempat umum.
b. Mengumumkan melalui pengeras suara milik masyarakat.

2. Penyampaian Surat Pemberitahuan Memilih


a. Penyampaian surat pemberitahuan untuk memberikan suara kepada pemilih
dilaksanakan oleh Ketua KPPS yang dibantu oleh anggota KPPS paling lambat
tanggal 11 Februari 2024 atau paling lambat 3 (tiga) hari sebelum hari dan tanggal
Pemungutan Suara menggunakan Formulir C.PEMBERITAHUAN-KPU, paling
lambat tanggal 13 Februari 2024 atau Pemilih yang bersangkutan dapat meminta
Formulir C.PEMBERITAHUAN-KPU kepada ketua KPPS paling lambat 1 (satu)
Hari sebelum hari Pemungutan Suara dengan menunjukkan KTP-el atau Suket 1
(satu) hari sebelum hari pemungutan suara.
b. Ketua KPPS dibantu anggota KPPS mendokumentasikan penyampaian surat
pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada angka 2) berupa foto atau video yang
disimpan sebagai arsip dan disampaikan kepada PPS bersamaan dengan
rekapitulasi pengembalian formulir Model C.PEMBERITAHUAN-KPU.
c. KPPS setelah menyampaikan Formulir C.PEMBERITAHUAN-KPU kepada
Pemilih dan selanjutnya meminta Pemilih untuk menandatangani tanda terima
penyerahan Formulir C.PEMBERITAHUAN-KPU;
d. KPPS yang tidak bertemu dengan Pemilih karena tidak berada ditempat
tinggalnya, surat pemberitahuan untuk menggunakan hak pilih (Formulir

4
C.PEMBERITAHUAN-KPU) disampaikan kepada keluarganya dan meminta
tanda tangan pada tanda terima;
e. KPPS yang tidak bertemu dengan pemilih dan/atau keluarga pemilih karena tidak
berada di tempat tinggalnya, surat pemberitahuan untuk menggunakan hak pilih
(Formulir C.PEMBERITAHUAN-KPU) disampaikan melalui pesan elektronik
dalam format messenger/surel atau media internet lainnya yang bersifat
private/personal.
f. KPPS mengambil tangkapan layar dari hasil pengiriman pesan tersebut sebagai
bukti telah menyampaikan surat pemberitahuan untuk menggunakan hak pilih
(Formulir C.PEMBERITAHUAN-KPU)
g. KPPS sebelum menyampaikan surat pemberitahuan untuk menggunakan hak pilih
kepada pemilih (Formulir C.PEMBERITAHUAN-KPU), harus memastikan
bahwa isi surat telah menerangkan:
1) Nama Pemilih sesuai DPT;
2) NIK Pemilih/Nomor urut dalam DPT;
3) Lokasi TPS tempat menggunakan hak pilih;
4) Jam/waktu menggunakan hak pilih; dan
5) Kemudahan bagi pemilih disabilitas.

Hal-hal yang perlu diperhatikan KPPS dalam penyampaian Formulir Model C-


PEMBERITAHUAN-KPU :
1. KPPS dapat melayani Pemilih yang meminta surat pemberitahuan untuk
menggunakan hak pilih karena belum menerima surat pemberitahuan (formulir
C.PEMBERITAHUAN-KPU) sampai deengan tanggal 13 Februari 2024, dengan
tata cara:
a. Ketua KPPS melakukan pengecekan terhadap nama Pemilih yang belum
menerima Formulir C-PEMBERITAHUAN-KPU dalam Formulir Model A-
Kabko Daftar Pemilih dan/atau melalui teknologi informasi
cekdptonline.kpu.go.id dengan KTP-el atau Suket yang diserahkan oleh pemilih
yang bersangkutan.
b. Ketua KPPS memberikan Formulir C-PEMBERITAHUAN-KPU apabila
berdasarkan hasil penelitian dan pencocokan nama Pemilih tersebut terdaftar
dalam DPT.
2. Ketua KPPS melaporkan kepada PPS terkait rekapitulasi Formulir
C.PEMBERITAHUAN-KPU yang terdistribusi dan yang tidak terdistribusi sampai
dengan 1 (satu) hari sebelum hari dan tanggal pemungutan suara kepada Pemilih
karena:
a. meninggal dunia;
b. pindah alamat domisili;
c. pindah memilih;
d. tidak dikenal; dan/atau
e. tidak berada di tempat dan tidak terdapat keluarga/orang terpercaya yang dapat
dititipkan serta KPPS tidak memiliki kontak personal yang bersangkutan.

5
C. PENERIMAAN KELENGKAPAN PEMUNGUTAN SUARA

Ketua KPPS memastikan perlengkapan pemungutan suara, dukungan perlengkapan


lainnya, dan perlengkapan pemungutan suara lainnya sudah diterima oleh KPPS dari PPS,
paling lambat 1 (satu) Hari sebelum hari dan tanggal Pemungutan Suara. Kegiatan
pengelolaan logistik di tingkat TPS dilakukan dengan prinsip tepat prosedur, tepat jumlah,
tepat jenis, dan tepat fungsi atau peruntukan yang terdiri dari kegiatan penerimaan,
pengecekan dan pendistribusian. Penerimaan logistik oleh KPPS secara umum
diklasifikasikan adalah sebagai berikut:
1. Penerimaan Logistik Pemilu di TPS oleh KPPS
Ketua KPPS memastikan perlengkapan pemungutan suara, dukungan perlengkapan
lainnya, dan perlengkapan pemungutan suara lainnya sudah diterima oleh KPPS dari
PPS, paling lambat 1 (satu) Hari sebelum hari dan tanggal Pemungutan Suara.
a. Penerimaan Logistik
Penerimaan logistik, KPPS melakukan kegiatan sebagai berikut:
1) Berkoordinasi dengan Pengawas Pemilu tingkat TPS dan petugas ketertiban
TPS.
2) Mencatat identitas petugas yang menyerahkan logistik.
3) Meminta surat pengantar pengiriman logistik.
4) Meminta bukti tanda terima barang.
5) Memeriksa keutuhan segel kotak suara dan menurunkan logistik yang
diterima.
6) Menempatkan logistik yang telah diterima dengan rapi dan terjaga
keamanannya.
7) Mencocokkan hasil penghitungan logistik yang telah diperiksa dan dihitung
dengan Bukti Tanda Terima Barang (BTTB) dan surat jalan yang telah
diterima.
8) KPPS dilarang membuka kotak suara dan segel harus tetap utuh.
9) Menandatangani BTTB dan surat jalan serta mengarsipkan dokumen
tersebut.
10) Mendokumentasikan proses penerimaan logistik.
11) Melaporkan penerimaan logistik ke PPK melalui PPS masing-masing.

6
12) Menyimpan logistik yang telah diterima, menjaga keutuhan dan keamanan
logistik sampai pelaksanaan pemungutan suara di TPS.
b. Penyimpanan Logistik
Hal yang harus diperhatikan dalam menyimpan logistik oleh KPPS:
1) Menyiapkan tempat penyimpanan yang representatif dan aman baik dari
gangguan manusia, hewan maupun gangguan alam seperti banjir, genangan
air, hujan lebat, angin kencang,kebakaran dan gangguan alam lainnya.
2) Berkoordinasi dengan panitia pengawas Pemilu di tingkat TPS dan petugas
ketertiban TPS.
3) Menata logistik di tempat penyimpanan dengan rapi, utuh dan aman.
4) KPPS dilarang membuka kotak suara yang berisi logistik dan kantong plastik
tempat logistik di luar kotak suara sebelum proses pemungutan dan
penghitungan suara di TPS dilakukan.

2. Jenis Jenis Logistik yang Diterima


a. Kantong Plastik
Kantong plastik berisi:
WKT
NO NAMA BARANG KET
PENERIMAAN
1. formulir Model C.PEMBERITAHUAN-KPU Paling lambat
H-6
2. Tanda pengenal KPPS, petugas ketertiban H-1
TPS, dan Tanda Pengenal Saksi
3. Bolpoin H-1
4. Spidol besar dan kecil H-1
5. Formulir Model C.Daftar Hadir Pemilih H-1
Tetap-KPU
6. Formulir Model C.Daftar Hadir Pemilih H-1
Tambahan-KPU
7. Formulir Model C.Daftar Hadir Pemilih H-1
Khusus-KPU
8. Daftar Pasangan Calon H-1
9. Daftar Calon Tetap Anggota DPR, DPD, H-1
DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota
10. Salinan DPTdan DPTb H-1

7
b. Kotak Suara
KPPS menerima logistik pemilu berupa Kotak Suara masing-masing jenis
Pemilu paling lambat 1 (satu) hari sebelum hari pemungutan suara sejumlah 5
(lima) buah:
1) Kotak Suara Pemilu Presiden dan Wakil Presiden dengan label warna abu-
abu;
2) Kotak Suara Pemilu Anggota DPR dengan label warna kuning;
3) Kotak Suara Pemilu Anggota DPD dengan label warna merah;
4) Kotak Suara Pemilu Anggota DPRD Provinsi dengan label warna biru; dan
5) Kotak Suara Pemilu Anggota DPRD Kabupaten/Kota dengan label hijau
c. Bilik Pemungutan Suara
Bilik pemungutan suara yang diterima sebanyak 4 (empat) buah.

D. PENYIAPAN TPS

1. Penyiapan Lokasi TPS


a. Ketua dan anggota KPPS melaksanakan penyiapan lokasi TPS paling lambat
tanggal 13 Februari 2024 atau harus sudah selesai paling lambat 1 (satu) Hari
sebelum hari dan tanggal Pemungutan Suara.
b. Dalam menyiapkan lokasi untuk TPS dapat ditentukan pada ruang terbuka seperti
halaman kantor/Gedung, halaman rumah, tanah kosong, dan diruang tertutup
seperti ruangan/gedung sekolah, balai pertemuan masyarakat, ruangan/gedung
tempat pendidikan lainnya, gedung atau kantor milik pemerintah dan non
pemerintah termasuk halamannya.
c. Dalam menentukan lokasi TPS KPPS harus mendapat izin dari
pengurus/pimpinan atau pihak yang berwenang atas gedung/kantor tersebut
mendapat persetujuan dari pemilik lokasi.
d. Dilarang dibuat di dalam ruangan tempat ibadah.
2. Pembuatan TPS
a. Sarana Prasarana
1) ruangan atau tenda;
2) alat dan/atau bahan yang digunakan sebagai pembatas;
3) papan yang akan digunakan untuk menempel:

8
a) daftar Pasangan Calon, DCT anggota DPR, DCT anggota DPD, DCT
anggota DPRD Provinsi dan DCT anggota DPRD Kabupaten/Kota, serta
salinan DPT dan salinan DPTb pada saat Pemungutan Suara;
b) Formulir Model C.Hasil-PPWP, Model C.Hasil-DPR, Model C.Hasil-
DPD, Model C.Hasil-DPRD-Prov, dan Model C.Hasil-DPRD-Kab/Kota
pada saat Penghitungan Suara;
c) Pengumuman hasil penghitungan suara di TPS menggunakan formulir
Model C.Hasil Salinan-PPWP, C.Hasil Salinan-DPR, C.Hasil Salinan-
DPD, C.Hasil Salinan-DPRD-Prov dan C.Hasil Salinan-DPRD-
Kab/Kota pada saat Pemungutan dan Penghitungan Suara di TPS selesai.
4) tempat duduk dan meja untuk Ketua dan anggota KPPS;
5) meja untuk menempatkan kotak suara dan bilik suara;
6) tempat duduk Pemilih, Saksi, dan Pengawas TPS; dan
7) alat penerangan.

b. Bentuk TPS
1) TPS dibuat dalam bentuk persegi panjang dengan ukuran minimal paling
kurang panjang 10 (sepuluh) meter dan lebar 8 (delapan) meter atau dapat
disesuaikan dengan kondisi setempat.
2) TPS diberi tanda batas.
3) Pintu masuk dan keluar TPS dibuat dengan standar memudahkan bagi
pemilih disabilitas yang menggunakan kursi roda.
4) TPS yang didirikan pada tempat terbuka, KPPS harus memperhatikan tempat
duduk ketua KPPS dan anggota KPPS, Pemilih, dan Saksi dapat diberi
pelindung terhadap panas cahaya matahari, hujan, dan tidak memungkinkan
orang lalu lalang di belakang Pemilih pada saat memberikan suara di bilik
suara.
5) TPS yang didirikan dalam ruangan, KPPS memperhatikan luas TPS harus
mampu menampung pelaksanaan rapat Pemungutan dan Penghitungan Suara
di TPS, dan posisi Pemilih membelakangi tembok/dinding pada saat
memberikan suara di bilik suara.

9
c. Tata Letak TPS
KPPS menyiapkan dan mengatur:
1) tempat duduk Pemilih yang menampung paling sedikit 25 (dua puluh lima)
orang, yang ditempatkan di dalam TPS di dekat pintu masuk TPS;
2) terdapat 5 (lima) tempat duduk dari 25 tempat duduk pemilih merupakan
tempat duduk prioritas yang diperuntukkan bagi:
a) pemilih disabilitas;
b) pemilih hamil;
c) pemilih yang membawa balita;
d) pemilih lanjut usia; dan
e) pemilih yang membutuhkan perlakuan khusus;
3) meja dan tempat duduk untuk ketua KPPS, anggota KPPS Kedua dan
anggota KPPS Ketiga;
4) meja dan tempat duduk anggota KPPS Keempat dan anggota KPPS Kelima,
di dekat pintu masuk TPS;
5) tempat duduk anggota KPPS Keenam di dekat kotak suara;
6) tempat duduk anggota KPPS Ketujuh di dekat pintu keluar TPS;
7) tempat duduk untuk Saksi dan Pengawas TPS yang ditempatkan di dalam
TPS;
8) tempat duduk (jika masih tersedia) untuk Pemantau Pemilu dan/atau pewarta
yang ditempatkan di luar TPS;
9) meja untuk tempat kotak suara yang ditempatkan di dekat pintu keluar TPS,
dengan jarak kurang lebih 3 (tiga) meter dari tempat duduk ketua KPPS dan
berhadapan dengan tempat duduk Pemilih;
10) meja kotak suara tidak terlalu tinggi sehingga kotak suara bisa dicapai oleh
umumnya Pemilih, dan Pemilih yang menggunakan kursi roda;
11) bilik suara ditempatkan pada posisi berhadapan dengan tempat duduk ketua
KPPS dan Saksi;
12) Jarak antara bilik suara dengan batas lebar TPS paling sedikit 1 (satu) meter;
13) meja tempat bilik suara yang memiliki kolong sehingga memungkinkan
Pemilih berkursi roda dapat melakukan pemberian suara dengan mudah;

10
14) papan diletakkan di dekat pintu masuk TPS untuk memasang:
a) Daftar Pasangan Calon;
b) DCT anggota DPR;
c) DCT anggota DPD;
d) DCT anggota DPRD Provinsi/DPR Aceh/DPR Papua/DPR Papua
Barat/DPR Papua Selatan/DPR Papua Tengah/DPR Papua
Pegunungan/DPR Papua Barat Daya.;
e) DCT anggota DPRD Kabupaten/Kota / DPR Kabupaten/Kota;
f) salinan DPT dan DPTb; dan
g) pengumuman lainnya.
15) papan nama TPS ditempatkan di dekat pintu masuk TPS di sebelah luar TPS;
16) tambang, tali, kayu atau bambu untuk membuat batas TPS; dan
17) tempat untuk 2 (dua) orang Petugas Ketertiban TPS bertugas untuk
menangani ketenteraman, ketertiban, dan keamanan TPS.

11
12
BAB III
PELAKSANAAN RAPAT PEMUNGUTAN SUARA

A. PERSIAPAN PELAKSANAAN RAPAT PEMUNGUTAN SUARA

Kegiatan Persiapan Pelaksanaan Rapat Pemungutan Suara, dilakukan sebagai berikut:


1. Ketua dan anggota KPPS, serta Petugas Ketertiban TPS telah hadir di TPS hadir
sebelum Rapat Pemungutan Suara di mulai untuk melakukan persiapan pelaksanaan
rapat pemungutan suara.
2. Ketua KPPS dibantu oleh anggota KPPS dan Petugas Ketertiban TPS melakukan
persiapan akhir TPS dengan memeriksa kembali tata letak TPS.
3. Ketua KPPS dibantu oleh anggota KPPS dan Petugas Ketertiban TPS meletakkan
kotak dan bilik suara pada tempatnya.
4. Ketua KPPS dibantu oleh anggota KPPS menerima surat mandat saksi dengan
ketentuan:
a. hanya dapat menjadi Saksi untuk 1 (satu) Peserta Pemilu;
b. dalam hal terdapat saksi yang mewakili lebih dari 1 (satu) Peserta Pemilu, Saksi
dapat diterima sepanjang merupakan Saksi dari Pasangan Calon dan Partai Politik
Peserta Pemilu yang mengusulkan Pasangan Calon tersebut, yang dibuktikan
dengan surat mandat dari masing-masing Peserta Pemilu;
c. surat mandat ditandatangani oleh:
1) Pasangan Calon atau tim kampanye tingkat kabupaten/kota atau tingkat di
atasnya untuk Pemilu Presiden dan Wakil Presiden;
2) pimpinan Partai Politik tingkat kabupaten/kota atau tingkat di atasnya untuk
Pemilu anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota; atau
3) calon anggota DPD untuk Pemilu anggota DPD
d. dalam hal terdapat lebih dari 1 (satu) surat mandat maka yang berlaku adalah
mandat dari kepengurusan tingkat kabupaten/kota kecuali mandat dari
kepengurusan tingkat kabupaten/kota dinyatakan tidak berlaku oleh tingkat di
atasnya,
e. saksi di TPS tidak boleh mengenakan atau membawa atribut kampanye yang
memuat nomor, nama, foto calon/Pasangan Calon, simbol/gambar Partai Politik,
atau mengenakan seragam dan/atau atribut lain yang memberikan kesan

13
mendukung atau menolak Peserta Pemilu tertentu; dan
f. saksi berjumlah paling banyak 2 (dua) orang untuk masing-masing Pasangan
Calon, Partai Politik, atau calon anggota DPD, dengan ketentuan yang dapat
memasuki TPS berjumlah 1 (satu) orang dalam satu waktu.
5. Ketua KPPS menyampaikan tanda pengenal kepada masing-masing saksi.
6. Ketua KPPS dibantu oleh anggota KPPS untuk memberikan Salinan DPT, DPTb
kepada saksi dan Pengawas TPS.
B. PELAKSANAAN RAPAT PEMUNGUTAN SUARA

 Rapat pemungutan suara dipimpin oleh Ketua KPPS


 Rapat pemungutan suara dimulai pada pukul 07.00 waktu setempat;
 Ketua KPPS menunda dimulainya selama 30 (tiga puluh) menit rapat pemungutan
suara dalam hal pemilih, saksi, pengawas TPS belum hadir;

1. Pengucapan Sumpah atau Janji Anggota KPPS dan Petugas Ketertiban TPS

Ketua KPPS setelah membuka rapat pemungutan suara memipin pengucapan


sumpah atau janji anggota KPPS dan Petugas Ketertiban TPS.

Naskah Sumpah/Janji Anggota KPPS dan Petugas Ketertiban TPS sebagai berikut :

“Demi Allah (Tuhan), saya bersumpah/berjanji:


Bahwa saya akan memenuhi tugas dan kewajiban saya sebagai anggota Kelompok
Penyelenggara Pemungutan Suara dengan sebaik-baiknya sesuai dengan peraturan
perundang-undangan dengan berpedoman pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Bahwa saya dalam menjalankan tugas dan
wewenang akan bekerja dengan sungguh-sungguh, jujur, adil, dan cermat demi
suksesnya Pemilihan Umum anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan
Daerah, Presiden dan Wakil Presiden serta Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, tegaknya
demokrasi dan keadilan, serta mengutamakan kepentingan Negara Kesatuan Republik
Indonesia daripada kepentingan pribadi atau golongan.”

14
2. Penjelasan tentang Pembagian Tugas Anggota KPPS

Ketua KPPS membagi tugas masing-masing anggota KPPS yang terdiri dari:

a. KPPS Kesatu atau Ketua KPPS bertugas:


1) memimpin rapat Pemungutan Suara;
2) memberikan penjelasan mengenai tata cara pemberian suara;
3) menyiapkan dan menandatangani Surat Suara; dan
4) memeriksa kategori pemilih untuk disesuaikan dengan jumlah surat suara yang
akan diberikan kepada pemilih.
b. Anggota KPPS Kedua bertugas:
menerima surat pemberitahuan formulir Model C.pemberitahuan-KPU, Model
A.Surat Pindah Memilih, dan KTP-el atau Suket bagi Pemilih terdaftar dalam DPT,
DPTb, dan DPK sebagai dasar Pemilih mendapatkan Surat Suara sesuai jenis
Pemilu yang akan diberikan berdasarkan urutan kehadiran, dan/atau tugas lain yang
diberikan oleh ketua KPPS.
c. Anggota KPPS Ketiga bertugas :
mengumpulkan surat pemberitahuan formulir Model C.PEMBERITAHUAN-
KPU, dan/atau Model A.Surat Pindah Memilih setelah Pemilih mendapatkan Surat
Suara yang akan dicoblos, dan/atau tugas lain yang diberikan oleh ketua KPPS.
d. Anggota KPPS Keempat bertugas:
1) meminta kepada Pemilih untuk menunjukkan seluruh jari tangan Pemilih dan
memastikan bahwa belum terdapat tanda khusus berupa tinta yang tersedia di
TPS pada seluruh jari tangan Pemilih;
2) meminta kepada Pemilih untuk menunjukkan KTP-el atau Suket beserta
Formulir C.PEMBERITAHUAN-KPU atau Model A-Surat Pindah Memilih;
3) memeriksa kesesuaian nama dalam formulir C.PEMBERITAHUAN-KPU
Pemilih yang bersangkutan dengan KTP-el atau Suket yang ditunjukkan oleh
Pemilih dengan nama yang tercantum dalam Salinan DPT (formulir model A-
Kabko daftar Pemilih), serta memberi tanda pada kolom nomor urut Pemilih
dalam salinan DPT dengan menggunakan formulir Model A-KabKo Daftar
Pemilih;
4) memeriksa kesesuaian nama Pemilih antara formulir Model A-Surat Pindah
Memilih dengan KTP-el atau Suket, dan memeriksa kesesuaian nama Pemilih

15
dengan yang tercantum dalam salinan DPTb, serta memberi tanda pada kolom
nomor urut Pemilih dalam salinan DPTb yang terdapat dalam formulir A-
Daftar Pemilih Pindahan;
5) Pemilih DPTb yang belum sempat melapor kepada PPS atau KPU/KIP
Kabupaten/Kota tempat tujuan memilih dan melapor kepada KPPS, pemilih
DPTb tersebut dapat dilayani sepanjang telah didata dalam SIDALIH, dan
telah diterbitkan formulir Model A.Surat Pindah Memilih;
6) pelayanan terhadap Pemilih DPTb tersebut dilakukan dengan cara:
a) anggota KPPS Keempat memeriksa kesesuaian antara formulir Model
A.Surat Pindah Memilih dengan KTP-el atau Suket; dan
b) mencatat ke dalam salinan DPTb sesuai nomor urut berikutnya;
7) Pemilih yang tidak terdaftar dalam DPT dan DPTb, pemilih tersebut dapat
dilayani sepanjang identitas yang bersangkutan sebagaimana tercantum dalam
KTP-el atau suket yang ditunjukkan oleh Pemilih, tidak ditemukan dalam DPT
atau DPTb berdasarkan pengecekan dalam cekdptonline.kpu.go.id.
a) Pelayanan terhadap pemilih tersebut dilakukan dengan cara KPPS
mencatat identitas yang bersangkutan ke dalam formulir A.DPK-KPU
sesuai nomor urut berikutnya;
b) mencatat asal Dapil pemilih pindah dan menyampaikan kepada Ketua
KPPS guna menentukan jumlah dan jenis surat suara yang akan diberikan.
e. Anggota KPPS Kelima bertugas:
1) menulis nama lengkap sesuai KTP el atau meminta pemilih untuk mengisi dan
menandatangani formulir Model C.DAFTAR HADIR DPT-KPU, bagi Pemilih
yang terdaftar dalam formulir Model A-KabKo Daftar Pemilih;
2) menulis nama lengkap sesuai KTP el atau Meminta Pemilih untuk mengisi dan
menandatangani formulir Model C. DAFTAR HADIR DPTb-KPU, bagi
Pemilih yang terdaftar dalam formulir Model A.Daftar Pemilih Pindahan dan
namanya tercantum dalam formulir Model C. DAFTAR HADIR DPTb-KPU;
3) menulis status disabilitas pemilih sesuai KTPel atau Suket dan melengkapi
pada kolom jenis disabilitas pada formulir Model C. DAFTAR HADIR DPT-
KPU atau formulir Model C. DAFTAR HADIR DPTb-KPU; dan
4) mempersilakan Pemilih menempati tempat duduk yang telah disediakan;

16
f. Anggota KPPS Keenam bertugas mengatur Pemilih yang akan memasukkan Surat
Suara ke dalam kotak suara.
g. Anggota KPPS Ketujuh bertugas mengatur Pemilih yang akan keluar TPS dan
memberikan tanda khusus berupa tinta yang disediakan di salah satu jari Pemilih
sebagai bukti bahwa Pemilih yang bersangkutan telah memberikan hak pilihnya;
h. Petugas Ketertiban TPS bertugas menjaga ketenteraman, ketertiban, dan keamanan
di TPS.

3. Penjelasan Tentang Pemilih yang Berhak Menggunakan Hak Pilih dan Tata Cara
Pemberian Suara

Ketua KPPS menyampaikan penjelasan tentang Pemilih yang berhak menggunakan hak
pilih.

a. KPPS menjelaskan kategori pemilih yang berhak menggunakan hak pilih dan tata
urutannya:
1) Pemilih yang memiliki KTP-el dan tercatat pada DPT, dilayani pertama
sampai berakhirnya rapat pemungutan suara;
2) Pemilih yang terdaftar dalam Pemilih DPTb (A-Daftar Pemilih Pindahan)
dapat memberikan suara di TPS paling cepat 2 (dua) jam sebelum pemungutan
suara selesai, dengan ketentuan surat suara masih tersedia; dan
3) Pemilik KTP-el yang tidak terdaftar pada DPT, DPTb dan telah mendaftarkan
diri sebagai Pemilih Khusus, dilayani 1 (satu) jam sebelum rapat pemungutan
suara ditutup, dengan ketentuan surat suara masih tersedia;
b. Pelayanan Pemilih Disabilitas rungu (sensorik) dan halangan fisik.
Tata cara pelayanan Pemilih disabilitas sensorik.
1) Untuk menarik perhatian Pemilih Disabilitas Rungu, KPPS Keenam atau
KPPS Ketujuh menepuk bahunya atau melambaikan tangan, menatap secara
langsung serta berbicara dengan gerak mulut yang jelas dan pelan, serta tidak
perlu berteriak, sehingga Pemilih dapat membaca gerak bibir KPPS.
2) Apabila KPPS Keenam atau KPPS Ketujuh menggunakan masker, KPPS
Keenam atau KPPS Ketujuh menurunkan masker agar gerakan bibir dapat
diketahui oleh Pemilih Disabilitas tersebut.

17
3) KPPS Keenam atau KPPS Ketujuh dapat menggunakan bahasa tubuh dan
ekspresi wajah untuk membantu berkomunikasi.
4) KPPS Keenam atau KPPS Ketujuh menggunakan perbendaharaan kata yang
baku dan sederhana, serta menjelaskan arti dari istilah yang tidak dikenal
secara tertulis.
5) KPPS Keenam atau KPPS Ketujuh berkomunikasi secara tertulis dan/atau
melalui gambar untuk membantu kelancaran komunikasi.
6) KPPS Keenam atau KPPS Ketujuh dapat berbicara secara langsung dengan
Pemilih Disabilitas dan tidak meminta penerjemah bahasa isyarat atau anggota
keluarga/rekan Pemilih untuk menjawab pertanyaan Pemilih tersebut.
7) Dalam hal KPPS Keenam atau KPPS Ketujuh tidak dapat memahami bahasa
isyarat dari Pemilih Disabilitas, KPPS Keenam atau KPPS Ketujuh dapat
meminta bantuan kepada anggota KPPS lainnya atau Pemilih yang memiliki
kemampuan menerjemahkan bahasa isyarat.

Tata cara pelayanan Pemilih disabilitas fisik.

1) KPPS Keenam atau KPPS Ketujuh menanyakan kepada Pemilih apakah


mereka memerlukan bantuan untuk mencoblos.
2) KPPS Keenam atau KPPS Ketujuh membantu memegang Pemilih apabila fisik
Pemilih Disabilitas tidak memungkinkan untuk memberikan suara secara
mandiri.
3) Jika pada saat berbicara dengan Pemilih Disabilitas pengguna kursi roda dalam
waktu yang cukup lama (misalnya, lebih dari satu menit), KPPS Keenam atau
KPPS Ketujuh harus merundukkan badan atau jongkok agar dapat
berkomunikasi tatap muka dengan Pemilih Disabilitas.
4) KPPS Keenam atau KPPS Ketujuh menempatkan Pemilih Disabilitas pada
posisi duduk di pinggir barisan atau dekat pintu bagi pengguna kursi roda agar
dapat bergerak secara leluasa.
5) KPPS Keenam atau KPPS Ketujuh memastikan kursi roda dalam posisi
mundur, apabila menuruni bidang miring. Apabila Pemilih Disabilitas
menggerakkan kursi rodanya sendiri, KPPS menjaga posisi di ujung bawah
bidang miring.

18
6) Apabila Pemilih Disabilitas Fisik mengalami hambatan atau kesulitan dalam
menggerakkan kursi roda secara mandiri, KPPS Keenam atau KPPS Ketujuh
dapat membantu dengan cara menekan pegangan belakang kursi roda agar
roda depan sedikit terangkat. Tetapi sebaliknya, apabila Pemilih Disabilitas
dapat melakukannya secara mandiri, KPPS Keenam atau KPPS Ketujuh cukup
menjaga di bagian belakang kursi roda tersebut.
7) Apabila KPPS Keenam atau KPPS Ketujuh membantu melipat kursi roda,
KPPS tersebut dapat menanyakan cara melipat kursi tersebut.
8) Saat KPPS Keenam atau KPPS Ketujuh membantu mendorong kursi roda,
KPPS tersebut menghindari jalan berbatu dan berlobang.
9) Jika Pemilih disabilitas fisik akan berpindah tempat duduk secara mandiri,
KPPS Keenam atau KPPS Ketujuh memastikan kursi yang akan diduduki oleh
Pemilih tersebut dalam kondisi baik.

Tata cara pelayanan Pemilih disabilitas netra.

Pelayanan terhadap Pemilih Disabilitas Netra KPPS memperhatikan hal-hal


sebagai berikut:
1) KPPS menyentuh pundak atau tangan Pemilih saat hendak memulai
pembicaraan.
2) Saat mempersilahkan Pemilih untuk duduk, KPPS membimbing tangan
Pemilih ke sandaran atau lengan kursi, sehingga Pemilih tersebut dapat duduk
sendiri.
3) KPPS menanyakan kepada Pemilih apakah mereka memerlukan bantuan
untuk mencoblos.
4) Apabila Pemilih memerlukan bantuan KPPS, KPPS memperkenankan pemilih
disabilitas netra untuk memegang lengan tangan KPPS dan menentukan
apakah mereka lebih nyaman berada di sebelah kiri atau kanan KPPS.
5) KPPS Keenam atau KPPS Ketujuh memberikan penjelasan berbagai benda
dengan kata-kata yang lugas dan tepat.
6) KPPS Keenam atau KPPS Ketujuh menggunakan istilah arah-arah sesuai
jarum jam untuk menunjukkan posisi benda-benda, misalnya jam 12 berarti
lurus di hadapan, jam 3 berarti tepat di sebelah kanan, jam 9 berarti tepat di
sebelah kiri.

19
7) KPPS Keenam atau KPPS Ketujuh menghindari kata-kata yang samar seperti:
ini, itu, di sana, di sini.
c. Pelayanan Pemilih yang tidak dapat hadir di TPS karena keadaan tertentu dilayani
dengan cara:
1) KPPS mendatangi Pemilih tersebut dengan diketahui para Saksi dan Panwaslu
Kelurahan/Desa atau Pengawas TPS, dengan tetap mengutamakan kerahasiaan
Pemilih.
2) Pemilih yang bersangkutan atau keluarga Pemilih melapor kepada KPPS pada
saat KPPS menyampaikan formulir C.PEMBERITAHUAN-KPU atau
sebelum pemungutan suara berakhir.
3) dilakukan oleh KPPS Keempat dan KPPS Keenam serta dapat didampingi oleh
Saksi dan/atau Panwaslu Kelurahan/Desa atau Pengawas TPS.
4) Waktu pelayanan pengguna hak pilih sebagaimana dimaksud pada huruf a
dilaksanakan pukul 12.00 sampai dengan pukul 13.00 waktu setempat dengan
memperhatikan pelayanan Pemilih yang hadir di TPS dan mempertimbangkan
ketersediaan Surat Suara.
5) Perlengkapan yang harus disediakan berupa kantong plastik sedang berwarna
gelap, surat suara sesuai dengan jenis Pemilu, daftar hadir sesuai dengan jenis
Pemilih, dan tinta serta alat coblos.
6) Pelayanan kepada Pemilih yang tidak dapat hadir secara langsung tersebut
dicatat dalam formulir C.KEJADIAN KHUSUS DAN/ATAU KEBERATAN
SAKSI-KPU.

Pemilih dalam kondisi tertentu meliputi:


1. Bagi Pemilih yang sakit di rumah dan dipastikan tidak dapat mendatangi TPS
untuk memberikan hak pilihnya.
2. Pemilih yang menjadi tahanan sementara, keluarga pemilih yang
bersangkutan melapor kepada KPPS pada saat KPPS menyampaikan formulir
C.PEMBERITAHUAN-KPU atau sebelum pemungutan suara berakhir.
3. Pemilih yang sedang berada di rumah sakit jiwa yang mengalami gangguan
jiwa dan telah mendapatkan keterangan dari profesional bidang kesehatan
jiwa bahwa yang bersangkutan telah memiliki kemampuan untuk memilih
dalam Pemilu.

20
4. Penjelasan tentang Tata Cara Pemberian Suara
Ketua KPPS memberikan penjelasan kepada Pemilih tentang cara pemberian suara,
meliputi:
a. Surat Suara Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden dicoblos pada kolom yang
memuat nomor, nama, foto Pasangan Calon, dan tanda gambar Partai Politik
Pengusul;
b. Surat Suara DPR, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota dicoblos pada kolom
yang memuat nomor urut Partai Politik, tanda gambar Partai Politik, nama Partai
Politik, nomor urut dan nama calon anggota DPR, DPRD Provinsi dan DPRD
Kabupaten/Kota;
c. Surat Suara DPD dicoblos pada kolom yang memuat nomor urut calon, nama calon,
dan foto calon anggota DPD;
d. Pemilih memberikan suara di bilik suara;
e. Surat Suara diterima oleh Pemilih dalam keadaan rusak atau keliru dicoblos, Pemilih
dapat meminta Surat Suara pengganti kepada ketua KPPS, dan hanya mendapat 1
(satu) kali penggantian.

HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN OLEH KPPS


1. Pemilih dalam memberikan suara, diberikan kesempatan berdasarkan prinsip urutan
kehadiran.
2. Pemilih yang telah mengisi daftar hadir di TPS akan tetap dilayani walaupun telah
melewati Pukul 13.00 waktu setempat.

5. Membuka Kotak Suara dan Memeriksa Kelengkapan Logistik Pemungutan


Suara
Setelah membuka kota suara masing-masing jenis pemilu, KPPS memeriksa
kelengkapan, Jenis, jumlah logistik yang terdiri dari:

NO. NAMA BARANG JUMLAH PERUNTUKAN KETERANGAN


1 Surat suara untuk pemilu Presiden Jml DPT + 2% digunakan untuk pemberian Masing-masing
dan wakil Presiden suara kotak
2 Surat suara untuk pemilu DPR RI Jml DPT + 2% digunakan untuk pemberian Masing-masing
suara kotak
3 Surat suara untuk pemilu DPD Jml DPT + 2% digunakan untuk pemberian Masing-masing
suara kotak
4 Surat suara untuk pemilu DPRD Jml DPT + 2% digunakan untuk pemberian Masing-masing
Provinsi suara kotak

21
NO. NAMA BARANG JUMLAH PERUNTUKAN KETERANGAN
5 Surat suara untuk pemilu DPRD Jml DPT + 2% digunakan untuk pemberian Masing-masing
Kab/Kota suara kotak
6 Tinta 2 buah untuk memberi tanda pada Kotak Pilpres
jari pemilih
7 Segel
8 Paku dan bantalan 4 buah Untuk alat dan alas coblos Kotak Pilpres
9 Tali pengikat pengikat paku Kotak Pilpres
10 Karet pengikat surat suara Kotak Pilpres

11 Kantong plastik ziplock Kotak Pilpres Kotak Pilpres

12 Alat bantu tuna netra Pemilu Presiden dan Wakil Masing-masing


Presiden, DPD kotak
13 Segel plastik sebagai alat pengaman Kotak Pilpres
lainnya pengganti gembok
14 Sampul kertas meliputi:
15 Sampul kertas Untuk membungkus Surat Kotak Pilpres
suara sah
16 Sampul kertas yang digunakan untuk surat Kotak Pilpres
suara yang tidak digunakan
17 Sampul kertas yang digunakan untuk surat Kotak Pilpres
suara tidak sah
18 Sampul kertas yang digunakan untuk surat Kotak Pilpres
suara rusak/keliru coblos
19 Sampul kertas untuk Formulir Model Kotak Pilpres
C.HASIL SALINAN-
PPWP,
20 Sampul kertas untuk Formulir Model Masing-masing
C.HASIL SALINAN-DPR Kotak
21 Sampul kertas untuk Formulir Model Masing-masing
C.HASIL SALINAN-DPD Kotak
22 Sampul kertas untuk Formulir Model Masing-masing
C.HASIL SALINAN- Kotak
DPRD Provinsi
23 Sampul kertas untuk Formulir Model Masing-masing
C.HASIL SALINAN- Kotak
DPRD Kabupaten/Kota
24 Sampul kertas untuk Kotak Pilpres
 Formulir Model
C.Kejadian Khusus
dan/atau Keberatan
Saksi-KPU,
 Formulir Model A-Surat
Pindah Memilih,
 Formulir Model
C.Daftar Hadir Pemilih
Tetap-KPU, Formulir
Model C.Daftar Hadir
Pemilih Tambahan-
KPU,
 Formulir Model
C.Daftar Hadir Pemilih
Khusus-KPU,

22
NO. NAMA BARANG JUMLAH PERUNTUKAN KETERANGAN
 Formulir Model A-
Kabko Daftar Pemilih-
KPU, dan
 Fomulir Model A-
Daftar Pemilih
Pindahan-KPU
25 Sampul kertas untuk Kotak Pilpres
 Formulir Model
C.Pendamping-KPU,
 Formulir Model C.
Pemberitahuan-KPU, dan
 Tanda Terima
26 Sampul kertas/ kantong plastik untuk membungkus Masing-masing
selongsong Formulir Model C. HASIL- Kotak
PPWP,
27 Sampul kertas / kantong plastik untuk membungkus Masing-masing
selongsong Formulir Formulir Model C. Kotak
HASIL-DPR
28 Sampul kertas/ kantong plastik untuk membungkus Masing-masing
selongsong Formulir Model C. HASIL- Kotak
DPD
29 Sampul kertas/ kantong plastik untuk membungkus Masing-masing
selongsong Formulir Model C. HASIL- Kotak
DPRD Provinsi
30 Sampul kertas/ kantong plastik untuk membungkus Masing-masing
selongsong Formulir Model C. HASIL- Kotak
DPRD Kabupaten/Kota
31 Formulir dan Berita Acara Formulir untuk keperluan
pemungutan dan
penghitungan suara
6. Pelaksanaan Pemberian Suara.
a. Pemberian Suara dilaksanakan untuk memilih:
1) Pasangan Calon;
2) calon anggota DPR;
3) calon anggota DPD;
4) calon anggota DPRD Provinsi; dan
5) calon anggota DPRD Kabupaten/Kota.
b. Pelayanan dalam pemberian suara
Pelaksanaan pemberian suara dilaksanakan dengan langkah-langkah:
1) Mempersilakan pemilih untuk menempati kursi yang telah disediakan setelah
menyerahkan formulir C.PEMBERITAHUAN-KPU dan mengisi daftar hadir;
2) Ketua KPPS dibantu Anggota KPPS kedua memanggil pemilih berdasarkan
daftar kehadiran;
3) Ketua KPPS dibantu anggota KPPS memberikan surat suara yang telah
ditandatangani oleh ketua KPPS;

23
4) Pemilih menggunakan hak pilih dengan memberikan tanda pada surat suara
dengan mencoblos di bilik suara;
5) Anggota KPPS keenam mengarahkan pemilih untuk memasukkan surat suara
yang telah dicoblos kedalam kotak suara sesuai dengan jenis pemilu;
6) Anggota KPPS ketujuh memberikan tanda pada jari pemilih yang telah
menggunakan hak pilih;
7) Anggota KPPS ketujuh mengarahkan pemilih untuk keluar TPS;
8) Petugas Ketertiban TPS mempersilakan pemilih yang telah selesai
menggunakan hak pilih untuk keluar dari dalam TPS; dan
9) Ketua KPPS menutup rapat pemungutan suara pada pukul 13.00 waktu
setempat.

Jenis Surat Suara Yang Diterima Pemilih


Pemilih DPT:
Menerima 5 (lima) jenis Surat Suara, terdiri dari Surat Suara Presiden dan Wakil
Presiden, Surat Suara DPR, Surat Suara DPD, Surat Suara DPRD Provinsi, dan Surat
Suara DPRD Kabupaten/Kota.

Pemilih DPTb:
1. Surat Suara DPR, apabila pindah memilih ke kabupaten/kota lain dalam satu
provinsi dan di dapilnya;
2. Surat Suara DPD, apabila pindah memilih ke kabupaten/kota lain dalam satu
provinsi;
3. Surat Suara Pasangan Calon, apabila pindah memilih ke provinsi lain atau pindah
memilih ke suatu Negara;
4. Surat Suara DPRD Provinsi, apabila pindah memilih ke kabupaten/kota lain
dalam satu provinsi dan di Dapilnya; dan
5. Surat Suara DPRD Kabupaten/Kota, apabila pindah memilih ke kecamatan lain
dalam satu kabupaten/kota dan di Dapilnya.

24
Pemilih DPK dapat menggunakan hak pilihnya dengan cara:
1. mendaftarkan diri ke TPS sesuai dengan alamat desa/kelurahan, rukun
tetangga/rukun warga atau sebutan lain sesuai dengan alamat yang tertera dalam
KTPel atau Suket dengan menunjukan KTP-el atau Suket kepada KPPS.
2. memberikan suara pada 1 (satu) jam sebelum waktu Pemungutan Suara di TPS
berakhir.
3. KPPS memberikan kesempatan dengan mempertimbangan ketersediaan Surat
Suara di TPS.
4. Dalam hal surat suara telah habis, Pemilih yang bersangkutan diarahkan untuk
memberikan suara di TPS lain yang terdekat dengan membawa surat keterangan
yang ditandatangani oleh Ketua KPPS dan Saksi dan/atau Pengawas TPS yang
hadir.
5. TPS lain yang terdekat masih dalam satu wilayah kerja PPS sesuai alamat yang
tercantum dalam KTP-el.
6. Kegiatan pelayanan Pemilih sebagaimana dimaksud pada angka 4 dan 5 dicatat
dalam formulir C.KEJADIAN KHUSUS DAN ATAU KEBERATAN SAKSI-
KPU.

Pemilih yang terdaftar dalam DPTb:


a) Pemilih yang telah terdaftar dalam DPT di suatu TPS yang karena keadaan
tertentu Pemilih tidak dapat menggunakan haknya untuk memilih di TPS asal
paling lambat melaporkan 30 (tiga puluh) Hari sebelum Hari pemungutan suara
b) Keadaan tertentu yang dimaksud meliputi:
1) menjalankan tugas di tempat lain pada saat hari pemungutan suara;
2) menjalani rawat inap di fasilitas pelayanan kesehatan dan Keluarga yang
mendampingi;
3) penyandang disabilitas yang menjalani perawatan di panti sosial atau panti
rehabilitasi;
4) menjalani rehabilitasi narkoba;
5) menjadi tahanan di rumah tahanan atau Lembaga pemasyarakatan, atau
terpidana yang sedang menjalani hukuman penjara atau kurungan;
6) tugas belajar/menempuh pendidikan menengah atau tinggi;
7) pindah domisili;
8) tertimpa bencana alam;
9) bekerja di luar domisilinya; dan/atau
10) keadaan tertentu di luar dari ketentuan di atas sesuai dengan peraturan
perundang-undangan

25
Penggunaan Surat Suara Cadangan:
1. Surat Suara cadangan di setiap TPS digunakan untuk:
a. Pengganti surat suara rusak dan/atau keliru dicoblos;
b. Pemilih pemilik KTP-el yang terdaftar dalam DPTb; dan
c. Pemilih pemilik KTP-el yang tidak terdaftar dalam DPT atau DPTb yang
memiliki hak pilih.
2. Dalam hal surat suara cadangan tidak mencukupi dapat menggunakan surat
suara yang masih tersedia.
3. Penggunaan surat suara pengganti dan surat suara cadangan dicatat dalam berita
acara.

26
BAB IV
PEMBERIAN SUARA DI TPS LOKASI KHUSUS

A. PERSIAPAN PEMUNGUTAN SUARA DI TPS LOKASI KHUSUS

1. Pemberitahuan Pemungutan Suara


a. Ketentuan pengumuman dan penyampaian surat pemberitahuan pemungutan suara
kepada Pemilih di TPS berlaku secara mutatis mutandis terhadap penyampaian
surat pemberitahuan pemungutan suara kepada Pemilih di TPS Lokasi Khusus.
b. Dalam hal terdapat kendala dalam penyampaian surat pemberitahuan pemungutan
suara kepada Pemilih di TPS Lokasi Khusus, penyampaian formulir dilakukan
berdasarkan hasil koordinasi KPU Kabupaten/Kota dengan pejabat yang
berwenang di Lokasi Khusus.
2. Penyiapan TPS
a. Penyiapan Lokasi:
Penyiapan lokasi TPS di Lokasi Khusus berlaku secara mutatis mutandis terhadap
penyiapan lokasi TPS, dengan terlebih dahulu dilakukan koordinasi antara KPU
Kabupaten/Kota, PPK, PPS, dan KPPS di wilayah kerjanya dengan Pejabat yang
berwenang di Lokasi Khusus.
b. Pembuatan TPS:
Pembuatan TPS di Lokasi Khusus berlaku secara mutatis mutandis terhadap
pembuatan TPS di lokasi yang bukan di lokasi khusus, dengan terlebih dahulu
dilakukan koordinasi antara KPU Kabupaten/Kota, PPK, PPS, dan KPPS di
wilayah kerjanya dengan Pejabat yang berwenang di lokasi khusus.
3. Pengumuman Daftar Pasangan Calon, Daftar Calon, dan Daftar Pemilih pada TPS di
lokasi khusus berlaku secara mutatis mutandis terhadap Pengumuman daftar Pasangan
Calon, Daftar Calon, formulir Model A-Kabko Daftar Pemilih dan formulir Model A-
Daftar Pemilih pindahan di TPS.
4. Pengecekan perlengkapan pemungutan dan penghitungan suara serta dukungan
perlengkapan lainnya pada TPS di Lokasi Khusus berlaku secara mutatis mutandis
terhadap pengecekan perlengkapan pemungutan dan penghitungan suara serta
dukungan perlengkapan lainnya di TPS.

27
5. Penyerahan Salinan DPT Lokasi Khusus kepada Saksi dan Pengawas TPS pada TPS
di lokasi khusus.

B. PELAKSANAAN RAPAT PEMUNGUTAN SUARA DI TPS LOKASI KHUSUS

Pelaksanaan pemungutan suara di TPS Lokasi Khusus berlaku sama dengan pelaksanaan
pemungutan suara di TPS, dengan ketentuan tambahan sebagai berikut:
1. Penggunaan hak pilih setiap Pemilih di TPS Lokasi Khusus didasarkan pada domisili
yang bersangkutan sesuai dengan KTP-el.
2. Sebelum melaksanakan pemungutan suara, PPS dan KPPS berkoordinasi dengan
Pejabat yang berwenang di Lokasi Khusus.
3. Pemilih dalam DPTb dan Pemilih dalam DPK di TPS Lokasi Khusus dapat
menggunakan hak pilihnya sepanjang telah terdaftar dalam Daftar Pemilih di Lokasi
khusus dan Surat Suara masih tersedia.
4. Dalam hal Pemilih tidak dapat menunjukan KTP-el atau Suket namun menunjukan
fotokopi KTP-el, foto KTP-el atau KTP-el digital, KPPS wajib memeriksa data
Pemilih dalam laman cekdptonline.kpu.go.id untuk memastikan kebenaran Pemilih.
5. Daftar Hadir Pemilih menggunakan C.DAFTAR HADIR/DPT-KPU lokasi khusus
Daftar Hadir yang memuat nomor urut, nama pemilih, NIK, jenis kelamin, alamat,
jenis disabilitas, tanda tangan pemilih dan keterangan/ceklist pemilih dapat
menggunakan hak pilih untuk jenis pemilu.
6. Dalam hal terdapat TPS Lokasi Khusus yang:
a. tidak dapat melayani Pemilih DPTb karena tidak lagi terdapat sisa surat suara yang
dapat digunakan oleh Pemilih DPTb; dan
b. Pemilih DPTb tersebut tidak diperbolehkan meninggalkan TPS Lokasi Khusus
yang meliputi:
1) rumah tahanan atau lembaga pemasyarakatan;
2) panti sosial atau panti rehabilitasi; dan
3) menjalani rawat inap di fasilitas pelayanan kesehatan, KPPS dari TPS terdekat
yang ditunjuk oleh PPS mendatangi Pemilih yang bersangkutan disaksikan
oleh Saksi dan diawasi oleh Pengawas TPS.
7. Penunjukan TPS terdekat sebagaimana dimaksud pada angka 6 dilakukan setelah
pukul 11.00 waktu setempat.

28
8. Tata cara pelayanan pemilih sebagaimana dimaksud pada angka 7 yaitu:
a. Waktu pelayanan pengguna hak pilih dilaksanakan pukul 12.00 sampai dengan
pukul 13.00 waktu setempat dengan memperhatikan pelayanan Pemilih yang hadir
di TPS dan mempertimbangkan ketersediaan Surat Suara.
b. Perlengkapan yang harus disediakan berupa kantong plastik sedang berwarna
gelap, surat suara sesuai dengan jenis Pemilu, daftar hadir sesuai dengan jenis
Pemilih, dan tinta serta alat coblos.
c. Pelayanan kepada Pemilih dicatat dalam formulir Modul C.KEJADIAN KHUSUS
DAN/ATAU KEBERATAN SAKSI-KPU.

29
BAB V
PEMUNGUTAN SUARA ULANG, SUSULAN DAN LANJUTAN

A. PEMUNGUTAN SUARA ULANG DI TPS

Pemungutan suara di TPS dapat diulang karena:

1. Terjadi bencana alam dan/atau kerusuhan yang mengakibatkan hasil pemungutan


suara tidak dapat digunakan atau penghitungan suara tidak dapat dilakukan.
2. Hasil penelitian dan pemeriksaan pengawas TPS terbukti terdapat terhadap keadaan:
a. Pembukaan kotak dan/atau berkas pemungutan dan penghitungan suara tidak
dilakukan menurut tata cara yang ditetapkan dalam ketentuan peraturan
perundang-undangan;
b. Petugas KPPS meminta pemilih memberikan tanda khusus, menandatangani, atau
menuliskan nama atau alamat pada surat suara yang sudah digunakan;
c. Petugas KPPS merusak lebih dari satu surat suara yang sudah digunakan oleh
pemilih sehingga surat suara tersebut menjadi tidak sah; dan/atau
d. Pemilih yang tidak memiliki kartu tanda penduduk elektronik dan tidak terdaftar
di daftar pemilih tetap dan daftar pemilih tambahan.
3. Terdapat Pemilih yang memberikan suara lebih dari 1 (satu) kali, baik pada satu TPS
atau pada TPS yang berbeda.

B. PEMUNGUTAN SUARA SUSULAN DAN LANJUTAN

1. Dalam hal di sebagian atau seluruh Dapil terjadi Kerusuhan, gangguan keamanan,
bencana alam, atau gangguan lainnya yang mengakibatkan seluruh tahapan
pemungutan suara tidak dapat dilaksanakan, dilakukan pemungutan suara susulan.
2. Dalam hal di sebagian atau seluruh Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
terjadi kerusuhan, gangguan keamanan, bencana alam, atau gangguan lainnya yang
mengakibatkan sebagian tahapan Penyelenggaraan Pemilu tidak dapat dilaksanakan,
dilakukan Pemilu lanjutan.

30
C. PERSIAPAN PEMUNGUTAN SUARA ULANG, SUSULAN DAN LANJUTAN

Langkah-langkah persiapan pemungutan suara ulang (PSU) di TPS yang disebabkan


oleh bencana alam dan penyebab lainnya:
1. Pemungutan Suara ulang (PSU) diusulkan oleh KPPS setelah bermusyawarah dengan
pengawas TPS dan para saksi yang hadir dengan menyebutkan keadaan yang
menyebabkan diadakannya pemungutan suara ulang.
2. Usul KPPS diteruskan kepada PPK dan selanjutnya diajukan kepada KPU
Kabupaten/Kota untuk pengambilan keputusan diadakannya pemungutan suara ulang.
3. KPU Kabupaten/Kota setelah menerima usul PSU dari PPK segera memutuskan
dalam rapat pleno KPU Kabupaten/Kota dan menuangkan dalam Keputusan KPU
Kabupaten/Kota selanjutnya menyampaikan salinan keputusan tersebut kepada KPPS
melalui PPK dan PPS, dan wajib menyampaikan ke KPU melalui KPU Provinsi.
4. Pemungutan suara ulang di TPS dilaksanakan paling lama 10 (sepuluh) Hari setelah
hari pemungutan suara, berdasarkan Keputusan KPU Kabupaten/Kota.
5. Pemungutan suara ulang di TPS dapat dilaksanakan pada hari kerja, hari libur, atau
hari yang diliburkan.
6. Pemungutan suara ulang hanya dilakukan untuk 1 (satu) kali pemungutan suara ulang.
7. KPU Kabupaten/Kota menyampaikan permintaan Saksi untuk hadir dan menyaksikan
pemungutan suara ulang di TPS.
8. KPPS menyampaikan formulir Model C.PEMBERITAHUAN-KPU yang diberi tanda
khusus kepada Pemilih yang terdaftar dalam DPT, DPTb, dan yang tercatat dalam
DPK paling lambat 1 (satu) Hari sebelum pemungutan suara ulang di TPS.
9. Dalam pemungutan suara ulang di TPS, tidak dilakukan pemutakhiran data Pemilih.
10. Pemilih yang terdaftar dalam salinan DPT, DPTb, dan DPK di TPS yang
melaksanakan pemungutan suara ulang, karena keadaan tertentu tidak dapat
menggunakan hak pilihnya di TPS tersebut, dapat menggunakan hak pilihnya di TPS
lain yang juga melaksanakan pemungutan suara ulang.
11. Pemilih karena keadaan tertentu yang pindah memilih, wajib meminta formulir Model
A-Surat Pindah Memilih kepada PPS tempat asal memilih dan melaporkan
kepindahannya kepada PPS tempat tujuan memilih yang wilayah kerjanya meliputi
TPS lain yang juga melaksanakan pemungutan suara ulang.

31
D. PELAKSANAAN PEMUNGUTAN SUARA ULANG, SUSULAN DAN LANJUTAN

Pelaksanaan pemungutan suara ulang di TPS yang disebabkan oleh bencana alam dan/atau
penyebab lainnya, dilakukan dengan langkah langkah sebagai berikut:
1. Sebelum pemilih melakukan pemberian suara, Ketua KPPS:
a. menandatangani dan memberikan tanda stempel yang diberi tanda khusus untuk
masing-masing Surat Suara sesuai dengan jenis Pemilu; dan
b. memanggil Pemilih yang telah mengisi daftar hadir untuk memberikan suara
berdasarkan prinsip urutan kehadiran pemilih;
2. Ketua KPPS memberikan Surat Suara kepada pemilih yang terdaftar dalam salinan
DPT, DPTb, DPK, serta pemilih yang mempunyai formulir Model A-Surat Pindah
Memilih, dengan ketentuan:
a. Surat Suara Pasangan Calon, apabila pindah memilih ke provinsi lain yang
melaksanakan pemungutan suara ulang;
b. Surat Suara DPR, apabila pindah memilih ke kabupaten/kota lain dalam satu
provinsi dan di Dapilnya, serta melaksanakan pemungutan suara ulang di TPS
tersebut;
c. Surat Suara DPD, apabila pindah memilih ke kabupaten/kota lain dalam satu
provinsi, serta melaksanakan pemungutan suara ulang di TPS tersebut;
d. Surat Suara DPRD Provinsi, apabila pindah memilih ke kabupaten/kota lain dalam
satu provinsi dan di Dapilnya, serta melaksanakan pemungutan suara ulang di TPS
tersebut; dan
e. Surat Suara DPRD Kabupaten/Kota, apabila pindah memilih ke kecamatan lain
dalam satu kabupaten/kota dan di Dapilnya, serta melaksanakan pemungutan suara
ulang di TPS tersebut.

32
BAB VI
PEMUNGUTAN SUARA DENGAN SISTEM NOKEN/IKAT DI PROVINSI PAPUA
TENGAH DAN PAPUA PEGUNUNGAN

A. PRINSIP PRINSIP PENGGUNAAN SISTEM NOKEN/IKAT

1. Pemungutan suara di TPS dengan menggunakan Sistem Noken/Ikat hanya dapat


dilakukan pada wilayah di kabupaten yang telah menggunakan Sistem Noken/Ikat
secara terus menerus pada Pemilu sebelumnya sesuai dengan nilai adat, tradisi,
budaya, dan kearifan lokal masyarakat.
2. Pemungutan suara dengan Sistem Noken/Ikat wajib dilaksanakan sesuai dengan hari
dan tanggal Pemungutan Suara, yaitu dilaksanakan pada tanggal 14 Februari 2024.
3. Pemungutan suara dengan Sistem Noken/Ikat di TPS dilaksanakan oleh KPPS, dan
dilarang dilaksanakan oleh PPS, PPK, atau KPU Kabupaten.
4. Apabila terdapat kelompok pemilih yang menggunakan Sistem Noken/Ikat, KPPS
menyediakan atau memperkenankan Pemilih membawa Noken atau perlengkapan
lain sesuai dengan kelaziman atau kebiasaan di wilayah tersebut.
5. KPPS memastikan pemungutan suara dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan, dan berjalan secara tertib dengan mengutamakan kesepakatan
bersama atau aklamasi dari para Pemilih yang terdaftar dalam DPT.

B. PERSIAPAN PEMBERIAN SUARA DENGAN SISTEM NOKEN/IKAT

1. KPPS
KPPS dalam melaksanakan pemungutan suara dengan menggunakan sistem
noken/ikat berpedoman pada ketentuan sebagaimana diatur dalam Peraturan Komisi
Pemilihan Umum Nomor 25 Tahun 2023 tentang Pemungutan dan Penghitungan
Suara dalam Pemilihan Umum dan Keputusan Komisi Pemilihan Umum Nomor 66
Tahun 2024 tentang Pedoman Teknis Pemungutan dan Penghitungan Suara Pemilihan
Umum.
2. Perlengkapan
Perlengkapan pemungutan dan penghitungan suara di TPS berpedoman pada
Keputusan Komisi Pemilihan Umum Nomor 66 Tahun 2024 tentang Pedoman Teknis

33
Pemungutan dan Penghitungan Suara Pemilihan Umum atau perlengkapan lain sesuai
dengan kelaziman atau kebiasaan di wilayah tersebut.
3. Waktu Pelaksanaan
Pemungutan suara dimulai pada pukul 07.00 s.d. pukul 13.00 Waktu Indonesia Timur
(WIT).

C. TATA CARA PELAKSANAAN PEMUNGUTAN SUARA

1. Pelaksanaan pemungutan suara dengan metode Noken/Ikat dapat didahului dengan


musyawarah pengambilan keputusan dukungan suara untuk Peserta Pemilu antara
Pemilih dalam DPT, DPTb dan DPK dengan Kepala Suku yang dilaksanakan sebelum
hari pemungutan suara.
2. Pemberian suara oleh kepala suku berdasarkan hasil musyawarah sebagaimana
dimaksud pada angka 1 dilaksanakan pada hari pemungutan suara.
3. PPS, PPK dan KPU Kabupaten dilarang mengubah hasil Pemilu di TPS.
4. KPPS mencatat pemilih yang hadir dalam kegiatan sebagaimana dimaksud pada
angka 1 dan angka 2 ke dalam daftar hadir.
5. Daftar hadir sebagaimana dimaksud pada angka 2 dibuat untuk masing-masing
kegiatan sebagaimana dimaksud pada angka 4 dengan menggunakan formulir Model
C.DAFTAR HADIR DPT-KPU, Model C.DAFTAR HADIR DPTb-KPU dan
C.DAFTAR HADIR DPK-KPU sebagaimana tercantum dalam Lampiran IV yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan ini.
6. KPPS mencatat pelaksanaan pemungutan suara sebagaimana dimaksud pada angka 1
ke dalam formulir Model C.KEJADIAN KHUSUS DAN/ATAU KEBERATAN
SAKSI-KPU meliputi pencatatan terhadap pelaksanaan:
a. Musyawarah menggunakan formulir Model C.KEJADIAN KHUSUS
DAN/ATAU KEBERATAN SAKSI-KPU yang digunakan untuk musyawarah;
dan
b. pemberian suara oleh kepala suku menggunakan formulir Model C.KEJADIAN
KHUSUS DAN/ATAU KEBERATAN SAKSI-KPU.
7. KPPS mencatat dalam formulir Model C.KEJADIAN KHUSUS DAN/ATAU
KEBERATAN SAKSI-KPU sebagai catatan kejadian khusus antara lain:
a. identitas kepala suku;

34
b. peran kepala suku sebagaimana dimaksud dalam huruf a dalam proses
pemungutan dengan menggunakan sitem noken/ikat;
c. jumlah kelompok masyarakat yang bersedia diwakilinya; dan
d. pelaksanaan musyawarah.
8. Dalam hal terdapat kelompok Pemilih yang bersepakat untuk menyalurkan suaranya
kepada Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden dan/atau Partai Politik atau
Calon Anggota DPR, DPD, DPRPP atau DPRPT dan DPRD Kabupaten, maka KPPS:
a. menyerahkan Surat Suara Presiden dan Wakil Presiden, Surat Suara DPR, Surat
Suara DPD, Surat Suara Dewan Perwakilan Rakyat Papua Pegunungan atau Surat
Suara Dewan Perwakilan Rakyat Papua Tengah, dan Surat Suara DPRD
Kabupaten/Kota kepada Pemilih dan/atau kepala suku sesuai dengan jumlah
pemilih yang diwakili berdasarkan daftar hadir sebagaimana dimaksud pada
angka 3 untuk dilakukan pencoblosan sesuai dengan tata cara dan kearifan lokal
wilayah TPS tersebut; dan
b. mencatat ke dalam formulir pada saat pelaksanaan penghitungan suara.
9. KPPS, PPS, PPK dan KPU Kabupaten dilarang mewakili Pemilih untuk mencoblos.
10. Surat Suara yang tidak digunakan wajib diberi tanda silang dan dicatat dalam formulir
Model C.HASIL-PPWP, Model C.HASIL-DPR, Model C.HASIL-DPD, Model
C.HASIL-DPRPP untuk Pemilu DPR Papua Pegunungan atau Model C.HASIL-
DPRPT untuk Pemilu DPR Papua Tengah, dan Model C.HASIL-DPRD-KAB/KOTA.
11. Pencatatan surat suara yang tidak digunakan sebagaimana dimaksud pada angka 10
disalin ke dalam formulir Model C.HASIL SALINANPPWP, Model C.HASIL
SALINAN-DPR, Model C.HASIL SALINAN-DPD, Model C.HASIL SALINAN-
DPRPT untuk Pemilu DPR Papua Tengah, Model C.HASIL SALINAN-DPRPP untuk
Pemilu DPR Papua Pegunungan, dan MODEL C.HASIL SALINAN-DPRD-
KAB/KOTA.
12. Apabila terdapat kejadian khusus selain sebagaimana dimaksud pada angka 4 dan/atau
terdapat keberatan dari saksi, KPPS mencatat dalam formulir Model C.KEJADIAN
KHUSUS DAN/ATAU KEBERATAN SAKSI-KPU

35
BAB VII
PENUTUP

Demikian modul pembelajaran tahapan pemungutan suara di Tempat Pemungutan Suara


ini disusun agar peserta dapat memahami persiapan pemungutan suara, pelaksanaan rapat
pemungutan suara, pemberian suara di TPS lokasi khusus, pemungutan suara ulang, susulan
dan lanjutan, serta pemberian suara dengan sistem noken/ikat di Provinsi Papua Tengah dan
Papua Pegunungan, dan mampu melakukan pengecekan perlengkapan pemungutan suara,
dukungan perlengkapan lainnya, dan perlengkapan pemungutan suara lainnya sesuai dengan
jenis, jumlah dan peruntukannya. Dengan demikian diharapkan pelaksanaan pemungutan suara
dapat berjalan sesuai dengan prinsip prinsip penyelenggaraan Pemilu.

36
DAFTAR PUSTAKA

1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum sebagaimana telah


diubah dengan Undang-Undang 7 Tahun 2023 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2022 tentang Perubahan atas Undang-
Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum menjadi Undang-Undang.

2. Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 8 Tahun 2019 tentang Tata Kerja Komisi
Pemilihan Umum, Komisi Pemilihan Umum Provinsi, dan Komisi Pemilihan Umum
Kabupaten/Kota sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan
Komisi Pemilihan Umum Nomor 12 Tahun 2023 tentang Perubahan Kelima atas
Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 8 Tahun 2019 tentang Tata Kerja Komisi
Pemilihan Umum, Komisi Pemilihan Umum Provinsi, dan Komisi Pemilihan Umum
Kabupaten/Kota.

3. Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 14 Tahun 2023 tentang Perlengkapan


Pemungutan Suara, Dukungan Perlengkapan lainnya, dan Perlengkapan Pemungutan
Suara Lainnya dalam Pemilihan Umum sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Komisi Pemilihan Umum Nomor 16 Tahun 2023 tentang Perubahan Atas Peraturan
Komisi Pemilihan Umum Nomor 14 Tahun 2023 tentang Perlengkapan Pemungutan
Suara, Dukungan Perlengkapan Lainnya, dan Perlengkapan Pemungutan Suara Lainnya
dalam Pemilihan Umum.

4. Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 25 Tahun 2023 tentang Pemungutan dan
Penghitungan Suara dalam Pemilihan Umum.

5. Keputusan Komisi Pemilihan Umum Nomor 1281 Tahun 2023 Tentang Kebutuhan
Perlengkapan Pemungutan Suara, Dukungan Perlengkapan Lainnya, dan Perlengkapan
Pemungutan Suara Lainnya dalam Pemilihan Umum.

6. Keputusan Komisi Pemilihan Umum Nomor 1395 Tahun 2023 tentang Pedoman Teknis
Tata Kelola Logistik Pemilihan Umum.

7. Keputusan Komisi Pemilihan Umum Nomor 66 Tahun 2024 tentang Pedoman Teknis
Pemungutan dan Penghitungan Suara Pemilihan Umum.

37
MODUL PELATIHAN
PENGHITUNGAN SUARA

KELOMPOK PENYELENGGARA PEMUNGUTAN


SUARA (KPPS)
Modul Pelatihan Penghitungan Suara
Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS)

Penulis:
Andi Tenri Sompa
Arief Noorman Nasir
Anna Marisi
Adi Putra
M. Fadlillah

Editor:
Wahyu Yudi Wijayanti
M. Khuwailid
Rusman Sudarsono
Andika Pranata Jaya
Mey Nurlela
Rochani
Theodorus Kossay
Muhammad Tarmizi
Abdullah Sapi’i
I Gede John Darmawan

Desain Sampul dan Tata Letak:


Insan Fadhl Nugroho
Muhammad Arfa Saldy

Penerbit :
KOMISI PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

– Jakarta, Januari 2024

Ukuran Buku :
ISBN :

Hak cipta dilindungi undang-undang


Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan cara apapun tanpa ijin tertulis
dari penerbit
PEMBINA

Ketua KPU
Hasyim Asy’ari

Anggota KPU
Parsadaan Harahap
Yulianto Sudrajat
Betty Epsilon Idroos
Mochammad Afifuddin
Idham Holik
August Mellaz

PENGARAH
Bernad Dermawan Sutrisno

PENANGGUNG JAWAB
Wahyu Yudi Wijayanti

TIM PENYUSUN
Andi Tenri Sompa
Arief Noorman Nasir
Anna Marisi
Adi Putra
M. Fadlillah

TIM EDITOR
Wahyu Yudi Wijayanti
M. Khuwailid
Rusman Sudarsono
Andika Pranata Jaya
Mey Nurlela
Rochani
Theodorus Kossay
Muhammad Tarmizi
Abdullah Sapi’i
I Gede John Darmawan

DESAIN SAMPUL DAN TATA LETAK


Insan Fadhl Nugroho
Muhammad Arfa Saldy
KATA PENGANTAR

Puji Syukur senantiasa kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
nikmat dan karunia yang telah dilimpahkan kepada kita semua. Dalam rangka mensukseskan
pelaksanaan pemilu tahun 2024 Komisi Pemilihan Umum (KPU) menyiapkan modul
penghitungan suara bagi KPPS. Modul ini akan diberikan kepada KPPS sebagai pedoman dan
petunjuk dalam melaksanakan Penghitungan Suara yang langsung, umum, bebas, rahasia, jujur
dan adil.
Modul ini membekali peserta dengan kemampuan memahami alur, mekanisme, dan
konsep pelaksanaan penghitungan suara yang di mulai dari tahapan persiapan hingga tahapan
pelaksanaan Penghitungan Suara di Tempat Pemungutan Suara. Secara lebih teknis modul ini
mencakup Materi Pokok terkait Pengantar Penghitungan Suara, Persiapan Penghitungan Suara,
Pelaksanaan Penghitungan Suara serta Evaluasi Pembelajaran.
Kami menyadari betapa pentingnya kompetensi Fasilitator dalam menjalankan
tugasnya untuk berbagi pengetahuan, ketrampilan, dan sikap secara berjenjang pada pelatihan
Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara ini. Melalui modul ini, diharapkan para fasilitator
KPU, KPU Provinsi, KPU Kabupaten/Kota, Panitia Pemilihan Kecamatan, Panitia
Pemungutan Suara, bahkan Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara dapat memahami
substansi Persiapan Penghitungan Suara serta Pelaksanaan Penghitungan Suara secara mandiri,
transparan, dan profesional.
Kami berharap modul ini dapat menjadi acuan yang berguna dan membantu para
fasilitator serta KPPS pada khususnya untuk penyelenggara pemilihan umum dalam
melaksanakan tugasnya secara efektif. Kami menyampaikan apresiasi dan penghargaan yang
setinggi-tingginya kepada seluruh pimpinan komisi pemilihan Umum, yang telah memberikan
kesempatan kepada tim penulis untuk mencurahkan pengetahuan dalam bentuk karya modul
ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dalam penyusunan modul ini. Semoga modul ini dapat menjadi panduan yang bermanfaat dan
dapat meningkatkan kompetensi para fasilitator dan penyelenggara Pemilu di lingkungan
Komisi Pemilihan Umum.
Terima kasih.
Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i


DAFTAR ISI ..............................................................................................................................ii
DAFTAR ISTILAH ................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................... 2
A. LATAR BELAKANG ................................................................................................... 2
B. DESKRIPSI SINGKAT ................................................................................................. 2
C. TUJUAN PEMBELAJARAN........................................................................................ 2
D. INDIKATOR HASIL BELAJAR .................................................................................. 2
E. MATERI POKOK DAN SUB MATERI POKOK ........................................................ 3
BAB II PENGANTAR PENGHITUNGAN SUARA ............................................................... 4
A IDENTITAS …………...……………………………………………………………... 3
B. DESKRIPSI SINGKAT ……………………………………………………………… 3
C. TUJUAN PEMBELAJARAN ……………………………………………………….. 3
D. INDIKATOR HASIL BELAJAR ……………………………………………………. 3
E. PENDAHULUAN …………………………………………………………………… 3
F. JENIS FORMULIR YANG DIGUNAKAN.................................................................. 5
G. PERSIAPAN PENGHITUNGAN SUARA ................................................................... 5
BAB III PERSIAPAN PENGHITUNGAN SUARA ................................................................ 6
A. IDENTITAS ………………………………………………………………………….. 5
B. DESKRIPSI SINGKAT ……………………………………………………………… 5
C. TUJUAN PEMBELAJARAN ……………………………………………………….. 5
D. INDIKATOR HASIL BELAJAR ……………………………………………………. 5
E. PENDAHULUAN …………………………………………………………………… 5
F. MENYIAPKAN SARANA DAN PRASARANA PENGHITUNGAN SUARA ......... 7
G. MENYIAPKAN DOKUMEN PENGHITUNGAN SUARA ........................................ 8
H. PEMBAGIAN TUGAS ANGGOTA KPPS UNTUK PENGHITUNGAN SUARA .... 9
BAB IV PELAKSANAAN PENGHITUNGAN SUARA ...................................................... 12
A. IDENTITAS ………………………………………………………………………… 12
B. DESKRIPSI SINGKAT …………………………………………………………….. 12
C. TUJUAN PEMBELAJARAN ………………………………………………………. 12
D. INDIKATOR HASIL BELAJAR …………………………………………………....13
E. PENDAHULUAN …………………………………………………………………...13
F. TATA CARA PENGHITUNGAN SUARA UNTUK SETIAP JENIS PEMILU ....... 13
G. SURAT SUARA SAH DAN SURAT SUARA TIDAK SAH .................................... 21
H. PENGUMUMAN & PENYAMPAIAN FORMULIR C HASIL-SALINAN ............. 25
I. PENYELESAIAN KEBERATAN .............................................................................. 25
J. PENGHITUNGAN SUARA ULANG DI TEMPAT PEMUNGUTAN SUARA ....... 27
K. TATA CARA PENGHITUNGAN SUARA DENGAN SISTEM NOKEN/IKAT ..... 27
L. SIREKAP ..................................................................................................................... 28
M. PENYUSUNAN FORMULIR DAN SURAT SUARA HASIL PENGHITUNGAN
SUARA ........................................................................................................................ 28
BAB V EVALUASI PEMBELAJARAN ................................................................................ 30
A. IDENTITAS ………………………………………………………………………… 30
B. DESKRIPSI SINGKAT …………………………………………………………….. 30
C. Tes/Ujian Materi Persiapan Dan Pelaksanaan Penghitungan Suara ............................ 30
D. Kuis-Kuis Interaktif Materi Persiapan dan Pelaksanaan Penghitungan Suara ............ 30
BAB VI PENUTUP ................................................................................................................. 32

ii
DAFTAR ISTILAH

1. Pemilihan Umum yang selanjutnya disebut Pemilu adalah sarana kedaulatan rakyat
untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat anggota Dewan Perwakilan Daerah,
Presiden dan Wakil Presiden, dan untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah, yang dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil dalam
Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
2. Penyelenggara Pemilu adalah lembaga yang menyelenggarakan Pemilu yang terdiri atas
Komisi Pemilihan Umum, Badan Pengawas Pemilu, dan Dewan Kehormatan
Penyelenggara Pemilu sebagai satu kesatuan fungsi penyelenggaraan Pemilu untuk
memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat, anggota Dewan Perwakilan Daerah,
Presiden dan Wakil Presiden, dan untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah secara langsung oleh rakyat.
3. Komisi Pemilihan Umum yang selanjutnya disingkat KPU adalah lembaga
Penyelenggara Pemilu yang bersifat nasional, tetap, dan mandiri dalam melaksanakan
Pemilu.
4. Komisi Pemilihan Umum Provinsi yang selanjutnya disebut KPU Provinsi adalah
Penyelenggara Pemilu di provinsi.
5. Komisi Pemilihan Umum Kabupaten/Kota yang selanjutnya disebut KPU
Kabupaten/Kota adalah Penyelenggara Pemilu di kabupaten/kota.
6. Panitia Pemilihan Kecamatan yang selanjutnya disingkat PPK adalah panitia yang
dibentuk oleh KPU Kabupaten/Kota untuk melaksanakan Pemilu di tingkat kecamatan
atau yang disebut dengan nama lain.
7. Panitia Pemungutan Suara yang selanjutnya disingkat PPS adalah panitia yang
dibentuk oleh KPU Kabupaten/Kota untuk menyelenggarakan Pemilu di tingkat
kelurahan/desa atau yang disebut dengan nama lain.
8. Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara yang selanjutnya disingkat KPPS
adalah kelompok yang dibentuk oleh PPS untuk melaksanakan pemungutan suara di
tempat pemungutan suara.
9. Petugas Ketertiban Tempat Pemungutan Suara yang selanjutnya disebut Petugas
Ketertiban TPS adalah petugas yang dibentuk oleh PPS untuk menangani ketenteraman,
ketertiban, dan keamanan di setiap tempat pemungutan suara.

iii
10. Badan Pengawas Pemilu yang selanjutnya disebut Bawaslu adalah lembaga
Penyelenggara Pemilu yang mengawasi penyelenggaraan Pemilu di seluruh wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
11. Badan Pengawas Pemilu Provinsi yang selanjutnya disebut Bawaslu Provinsi adalah
badan yang mengawasi penyelenggaraan Pemilu di wilayah provinsi.
12. Badan Pengawas Pemilu Kabupaten/Kota yang selanjutnya disebut Bawaslu
Kabupaten/Kota adalah badan untuk mengawasi Penyelenggaraan Pemilu di wilayah
kabupaten/kota.
13. Panitia Pengawas Pemilu Kecamatan yang selanjutnya disebut Panwaslu Kecamatan
adalah panitia yang dibentuk oleh Bawaslu Kabupaten/Kota untuk mengawasi
penyelenggaraan Pemilu di wilayah kecamatan atau nama lain.
14. Panitia Pengawas Pemilu Kelurahan/Desa yang selanjutnya disebut Panwaslu
Kelurahan/Desa adalah petugas untuk mengawasi penyelenggaraan Pemilu di
kelurahan/desa atau nama lain.
15. Pengawas Tempat Pemungutan Suara yang selanjutnya disebut Pengawas TPS adalah
petugas yang dibentuk oleh Panwaslu Kecamatan untuk membantu Panwaslu
Kelurahan/Desa.
16. Tempat Pemungutan Suara yang selanjutnya disingkat TPS adalah tempat
dilaksanakannya pemungutan suara.
17. Kotak Suara Keliling yang selanjutnya disingkat KSK adalah pelayanan pemungutan
suara bagi Pemilih dengan cara mendatangi tempat-tempat Pemilih berkumpul, bekerja,
dan/atau bertempat tinggal dalam satu kawasan.
18. Peserta Pemilu adalah Partai Politik untuk Pemilu anggota DPR, anggota DPRD
Provinsi, anggota DPRD Kabupaten/Kota, perseorangan untuk Pemilu anggota DPD, dan
Pasangan Calon yang diusulkan oleh Partai Politik atau Gabungan Partai Politik untuk
Pemilu Presiden dan Wakil Presiden.
19. Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden yang selanjutnya disebut Pasangan
Calon adalah Pasangan Calon Peserta Pemilu Presiden dan Wakil Presiden yang
diusulkan oleh Partai Politik atau Gabungan Partai Politik yang telah memenuhi
persyaratan.
20. Partai Politik Peserta Pemilu yang selanjutnya disebut Partai Politik adalah Peserta
Pemilu anggota DPR, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota sebagaimana telah
ditetapkan oleh KPU dan Partai Politik lokal Peserta Pemilu Anggota Dewan Perwakilan
Rakyat Aceh dan Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten/Kota di Aceh.

iv
21. Gabungan Partai Politik adalah gabungan 2 (dua) Partai Politik atau lebih yang
bersama-sama bersepakat mencalonkan 1 (satu) Pasangan Calon.
22. Saksi Peserta Pemilu yang selanjutnya disebut Saksi adalah orang yang mendapat surat
mandat tertulis dari tim kampanye atau Pasangan Calon yang diusulkan oleh Partai
Politik atau Gabungan Partai Politik untuk Pemilu Presiden dan Wakil Presiden,
pengurus Partai Politik tingkat kabupaten/kota atau tingkat di atasnya untuk Pemilu
anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota, dan calon perseorangan
untuk Pemilu anggota DPD.
23. Daerah Pemilihan Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota yang
selanjutnya disebut Dapil adalah satu atau gabungan atau bagian wilayah administrasi
pemerintahan yang dibentuk sebagai kesatuan wilayah/daerah berdasarkan jumlah
penduduk untuk menentukan alokasi kursi sebagai dasar pengajuan calon oleh pimpinan
Partai Politik dan penetapan calon terpilih anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD
Kabupaten/Kota.
24. Daerah Pemilihan Anggota DPD adalah provinsi yang ditetapkan sebagai satu daerah
pemilihan anggota DPD.
25. Pemilih adalah Warga Negara Indonesia yang sudah genap berumur 17 (tujuh belas)
tahun atau lebih, sudah kawin, atau sudah pernah kawin.
26. Surat Suara Presiden dan Wakil Presiden adalah salah satu jenis perlengkapan
pemungutan suara yang berbentuk lembaran kertas dengan desain khusus yang
digunakan oleh Pemilih untuk memberikan suara pada Pemilu Presiden dan Wakil
Presiden yang memuat nomor, nama, foto Pasangan Calon, dan tanda gambar Partai
Politik pengusul.
27. Surat Suara DPR adalah salah satu jenis perlengkapan pemungutan suara yang
berbentuk lembaran kertas dengan desain khusus yang digunakan oleh Pemilih untuk
memberikan suara pada Pemilu anggota DPR yang memuat nomor urut Partai Politik,
tanda gambar Partai Politik, nama Partai Politik, nomor urut, dan nama calon anggota
DPR, yang dibuat untuk setiap Dapil.
28. Surat Suara DPRD Provinsi adalah salah satu jenis perlengkapan pemungutan suara
yang berbentuk lembaran kertas dengan desain khusus yang digunakan oleh Pemilih
untuk memberikan suara pada Pemilu anggota DPRD Provinsi yang memuat nomor urut
Partai Politik, tanda gambar Partai Politik, nama Partai Politik, nomor urut, dan nama
calon anggota DPRD Provinsi, yang dibuat untuk setiap Dapil.

v
29. Surat Suara DPRD Kabupaten/Kota adalah salah satu jenis perlengkapan pemungutan
suara yang berbentuk lembaran kertas dengan desain khusus yang digunakan oleh
Pemilih untuk memberikan suara pada Pemilu anggota DPRD Kabupaten/Kota yang
memuat nomor urut Partai Politik, tanda gambar Partai Politik, nama Partai Politik,
nomor urut, dan nama calon anggota DPRD Kabupaten/Kota, yang dibuat untuk setiap
Dapil.
30. Surat Suara DPD adalah salah satu jenis perlengkapan pemungutan suara yang
berbentuk lembaran kertas dengan desain khusus yang digunakan oleh Pemilih untuk
memberikan suara pada Pemilu anggota DPD yang memuat nomor urut calon, nama
calon, dan foto calon anggota DPD yang dibuat untuk setiap Daerah Pemilihan Anggota
DPD.
31. Daftar Pemilih Tetap yang selanjutnya disingkat DPT adalah daftar Pemilih sementara
hasil perbaikan akhir yang telah diperbaiki oleh PPS, direkapitulasi oleh PPK, dan
ditetapkan oleh KPU Kabupaten/Kota.
32. Daftar Pemilih Tambahan yang selanjutnya disebut DPTb adalah daftar Pemilih yang
telah terdaftar dalam DPT di suatu TPS yang karena keadaan tertentu Pemilih tidak dapat
menggunakan haknya untuk memilih di TPS tempat yang bersangkutan terdaftar dan
memberikan suara di TPS lain.
33. Daftar Pemilih Khusus yang selanjutnya disingkat DPK adalah daftar Pemilih yang
memiliki identitas kependudukan tetapi belum terdaftar dalam DPT dan DPTb.
34. Daftar Pasangan Calon adalah daftar nama Pasangan Calon Presiden dan Wakil
Presiden yang ditetapkan oleh KPU yang memuat nomor urut, foto Pasangan Calon,
nama Pasangan Calon, tanda gambar Partai Politik pengusul, visi, dan misi Pasangan
Calon.
35. Daftar Calon Tetap Anggota DPR, Daftar Calon Tetap Anggota DPRD provinsi, dan
Daftar Calon Tetap Anggota DPRD kabupaten/kota yang selanjutnya disebut DCT
adalah daftar calon tetap yang memuat nomor urut Partai Politik, nama Partai Politik,
tanda gambar Partai Politik, nomor urut calon, foto diri terbaru calon, nama lengkap.
36. Daftar Calon Tetap Anggota DPD yang selanjutnya disebut DCT Anggota DPD adalah
daftar calon tetap yang memuat nomor, calon, nama lengkap calon yang disusun
berdasarkan abjad, pas foto diri terbaru calon, jenis kelamin, dan kabupaten/kota tempat
tinggal calon.
37. Kartu Tanda Penduduk Elektronik yang selanjutnya disebut KTP-el adalah kartu
tanda penduduk yang dilengkapi cip yang merupakan identitas resmi penduduk sebagai

vi
bukti diri yang diterbitkan oleh dinas yang membidangi urusan di bidang administrasi
kependudukan dan pencatatan sipil kabupaten/kota.
38. Surat Keterangan yang selanjutnya disebut Suket adalah surat keterangan telah
dilakukan perekaman KTP-el yang diterbitkan oleh perangkat daerah yang
menyelenggarakan urusan di bidang kependudukan dan catatan sipil.
39. Sistem Informasi Rekapitulasi Elektronik yang selanjutnya disebut Sirekap adalah
perangkat aplikasi berbasis teknologi informasi sebagai sarana publikasi hasil
penghitungan suara dan proses rekapitulasi hasil penghitungan suara serta alat bantu
dalam pelaksanaan rekapitulasi hasil Penghitungan Suara Pemilu.
40. Dokumen Elektronik adalah setiap informasi elektronik yang dibuat, diteruskan,
dikirimkan, diterima, atau disimpan dalam bentuk analog, digital, elektromagnetik,
optikal, atau sejenisnya, yang dapat dilihat, ditampilkan, dan/atau didengar melalui
komputer atau sistem elektronik, termasuk tidak terbatas pada tulisan, suara, gambar,
peta, rancangan, foto atau sejenisnya, huruf, tanda, angka, kode akses, atau simbol.

vii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pemilihan Umum (Pemilu) adalah sarana untuk melaksanakan kedaulatan rakyat


berdasarkan asas langsung, umum, bebas, dan rahasia (LUBER), serta jujur dan adil
(JURDIL). Pemilu memiliki fungsi utama untuk menghasilkan kepemimpinan yang
benar-benar mendekati kehendak rakyat. Oleh karena itu, pemilu merupakan salah satu
sarana legitimasi kekuasaan.
Pelaksanaan Pemilihan Umum Tahun 2024 merupakan agenda besar dalam
penyelenggaraan Pemilu. Pemilu Tahun 2024 akan menyelenggarakan Pemilihan Umum
secara serentak yang terdiri dari Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden, Pemilihan
Dewan Perwakilan Republik Indonesia, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan
Daerah Provinsi dan Dewan Perwakilan Daerah Kabupaten/Kota.
Dalam rangka melaksanakan pelatihan/bimbingan teknis bagi KPPS, KPU perlu
menyiapkan modul pelatihan bagi KPPS sebagai bahan dalam melaksanakan Training of
Trainers (ToT) dan Bimbingan Teknis bagi KPPS.
B. DESKRIPSI SINGKAT

Modul ini membekali peserta dengan kemampuan memahami proses pelaksanaan


penghitungan suara yang dimulai dari tahapan persiapan hingga tahapan pelaksanaan
Penghitungan Suara di Tempat Pemungutan Suara.
C. TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah mengikuti pembelajaran diharapkan peserta dapat memahami dan


menerapkan kegiatan persiapan dan pelaksanaan penghitungan suara di TPS, sehingga
pelaksanaan penghitungan suara berjalan sesuai dengan prinsip penyelenggaraan Pemilu.
D. INDIKATOR HASIL BELAJAR

Modul pelatihan KPPS ini didesain dengan 2 (dua) indikator hasil belajar yaitu:
1. Peserta mampu menjelaskan persiapan dan pelaksanaan penghitungan suara di TPS.
2. Peserta mampu mempraktekkan persiapan dan pelaksanaan penghitungan suara di TPS.

2
E. MATERI POKOK DAN SUB MATERI POKOK

Materi pokok dan sub materi pokok pada modul pelatihan ini, sebagai berikut:
1. Materi Pokok: Pengantar Penghitungan Suara dengan sub materi, yaitu:
A. Jenis Formulir yang digunakan
B. Persiapan Penghitungan Suara
2. Materi Pokok: Persiapan Penghitungan Suara dengan sub materi, yaitu:
A. Menyiapkan Sarana dan Prasarana Penghitungan Suara
B. Menyiapkan Dokumen Penghitungan Suara
C. Pembagian Tugas Anggota KPPS untuk Penghitungan Suara
3. Materi Pokok: Pelaksanaan Penghitungan Suara dengan sub materi, yaitu:
A. Tata Cara Penghitungan Suara untuk Setiap Jenis Pemilu
B. Surat Suara Sah dan Surat Suara Tidak Sah
C. Pengumuman dan Penyampaian Formulir C Hasil-Salinan
D. Penyelesaian Keberatan
E. Penghitungan Suara Ulang di Tempat Pemungutan Suara
F. Tata Cara Penghitungan Suara Dengan Sistem Noken/Ikat
G. Sirekap
H. Penyusunan Formulir dan Surat Suara Hasil Penghitungan Suara
4. Materi Pokok: Evaluasi Pembelajaran dengan sub materi, yaitu:
A. Tes/ujian
B. Kuis-kuis interaktif

3
BAB II

PENGANTAR PENGHITUNGAN SUARA

A. IDENTITAS
Materi : Pengantar Penghitungan Suara
Alokasi Waktu : 30 Menit/1 Pertemuan
Media Pembelajaran : Modul, Power Point dan Lembar Penugasan

B. DESKRIPSI SINGKAT
Modul ini membekali peserta dengan kemampuan memahami proses
penghitungan suara termasuk formulir yang digunakan.

C. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mengikuti pembelajaran diharapkan:
1. Peserta dapat memahami proses Penghitungan Suara.
2. Peserta dapat memahami jenis formulir yang akan digunakan oleh KPPS dalam
pelaksanaan Penghitungan Suara.

D. INDIKATOR HASIL BELAJAR


Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta diharapkan:
1. Peserta dapat menjelaskan proses Penghitungan Suara.
2. Peserta dapat membedakan/menyebutkan jenis formulir yang akan digunakan oleh
KPPS dalam pelaksanaan Penghitungan Suara.

E. PENDAHULUAN
Tahap penghitungan suara merupakan puncak kegiatan dalam proses
penyelenggaraan pemilu. Integritas dan profesionalitas dalam proses penghitungan suara
sangat penting diwujudkan untuk menjamin legitimasi hasil pemilu.

4
F. JENIS FORMULIR YANG DIGUNAKAN

Berdasarkan PKPU Nomor 25 Tahun 2023 tentang Pemungutan dan Penghitungan


Suara Dalam Pemilihan Umum, jenis formulir yang digunakan sebagai berikut:
1. Model C.HASIL-PPWP;
2. Model C.HASIL-DPR;
3. Model C.HASIL-DPD;
4. Model C.HASIL-DPRD-PROV, Model C.HASIL-DPRA, Model C.HASIL-DPRP,
Model C.HASIL-DPRPB, Model C.HASIL-DPRPT, Model C.HASIL-DPRPS, Model
C.HASIL-DPRPP, atau Model C.HASIL-DPRPBD; dan
5. Model C.HASIL-DPRD-KAB/KOTA atau Model C.HASIL-DPRK.

G. PERSIAPAN PENGHITUNGAN SUARA

1. Waktu penghitungan suara dimulai setelah Pemungutan Suara selesai dan berakhir pada
hari yang sama dengan hari pemungutan suara.
2. Dalam hal penghitungan suara belum selesai pada hari yang sama dengan hari
pemungutan suara, penghitungan suara dapat diperpanjang tanpa jeda paling lama 12
(dua belas) jam sejak berakhirnya hari pemungutan suara.
3. Rapat penghitungan suara dipimpin oleh Ketua KPPS.
4. Rapat Penghitungan Suara dapat dihadiri oleh Saksi dan/atau Pengawas TPS.
5. KPPS memastikan bahwa Saksi yang hadir dalam rapat Penghitungan Suara telah
menyerahkan Surat Mandat.
6. Sebelum dan saat rapat Penghitungan Suara di TPS, KPPS dapat mengambil waktu
untuk beristirahat yang diatur oleh Ketua KPPS dengan tetap memperhatikan waktu
penyelesaian Penghitungan Suara.

5
BAB III

PERSIAPAN PENGHITUNGAN SUARA

A. IDENTITAS
Materi : Persiapan Penghitungan Suara
Alokasi Waktu : 50 Menit/1 Pertemuan
Media Pembelajaran : Modul, Power Point, Lembar Penugasan, Video dan Simulasi

B. DESKRIPSI SINGKAT
Modul ini membekali peserta dengan kemampuan memahami persiapan
penghitungan suara termasuk memahami sarana dan prasarana penghitungan suara, mampu
menyiapkan dokumen penghitungan suara, dan memahami pembagian tugas anggota
KPPS untuk penghitungan suara.

C. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mengikuti pembelajaran diharapkan:
1. Peserta dapat memahami sarana dan prasarana penghitungan suara.
2. Peserta dapat menyiapkan dokumen penghitungan suara.
3. Peserta dapat memahami pembagian tugas anggota KPPS untuk penghitungan suara.

D. INDIKATOR HASIL BELAJAR


Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta diharapkan:
1. Mampu memahami sarana dan prasarana penghitungan suara.
2. Mampu menyiapkan dokumen penghitungan suara.
3. Mampu memahami pembagian tugas anggota KPPS untuk penghitungan suara.

E. PENDAHULUAN
Persiapan penghitungan suara merupakan tahapan penting bagi KPPS agar
pelaksanaan penghitungan suara dapat terlaksana dengan baik. Kegiatan ini dilakukan
setelah pemungutan suara selesai.
Pemberian materi tentang sarana dan prasarana penghitungan suara, dokumen
penghitungan suara serta pembagian tugas anggota KPPS untuk penghitungan suara sangat
penting dalam terwujudnya kesuksesan penyelenggaraan Pemilu tahun 2024.

6
F. MENYIAPKAN SARANA DAN PRASARANA PENGHITUNGAN SUARA

1. Sebelum rapat Penghitungan Suara di TPS, anggota KPPS mengatur sarana dan
prasarana yang diperlukan agar mudah digunakan dan rapat Penghitungan Suara dapat
diikuti oleh semua peserta rapat yang hadir dengan jelas, meliputi:
a. pengaturan tempat rapat Penghitungan Suara di TPS, termasuk pangaturan papan
atau tempat untuk memasang formulir:
1) Model C.Hasil-PPWP;
2) Model C.Hasil-DPR;
3) Model C.Hasil-DPD;
4) Model C.Hasil-DPRD-Prov untuk Pemilu DPRD Provinsi , Model C.Hasil-
DPRA untuk Pemilu DPR Aceh , Model C.Hasil-DPRP untuk Pemilu DPR
Papua, Model C.Hasil-DPRPB untuk Pemilu DPR Papua Barat , Model
C.Hasil-DPRPT untuk Pemilu DPR Papua Tengah , Model C.Hasil-DPRPS
untuk Pemilu DPR Papua Selatan, Model C.Hasil-DPRPP untuk Pemilu DPR
Papua Pegunungan, atau Model C.Hasil-DPRPBD untuk Pemilu DPR Papua
Barat Daya;
5) Model C.HASIL-DPRD-KAB/KOTA atau Model C.Hasil-DPRK untuk
Pemilu DPR Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh.
b. tempat duduk KPPS, Saksi, Pengawas TPS, Pemilih, Pemantau Pemilu, dan
Masyarakat di atur sebagai berikut:
1) Saksi dan Pengawas TPS ditempatkan di dalam TPS;
2) Pemilih, Pemantau Pemilu, Pewarta dan Masyarakat ditempatkan di luar TPS.
c. alat keperluan administrasi;
d. formulir Penghitungan Suara di TPS;
e. sampul kertas/kantong plastik pembungkus;
f. alat tulis kantor yang berupa:
1) spidol kecil berwarna biru;
2) alat pengganda;
3) bolpoin;
4) alat penghapus tulisan cair/correction pen;
5) alat penjepit kertas; dan
6) pembatas halaman (page marker)
g. segel;

7
h. kotak suara yang ditempatkan di dekat meja ketua KPPS; dan
i. peralatan lainnya.
2. Setelah menyiapkan sarana dan prasarana, KPPS memasang formulir Model C.Hasil
(sesuai dengan jenis Pemilu) pada papan yang tersedia dengan memperhatikan
beberapa hal sebagai berikut:
a. dapat disusun dalam 1 (satu) tumpukan.
b. terhadap formulir Model C.Hasil yang memiliki jumlah halaman lebih dari 3 (tiga),
pemasangan formulir model C.Hasil dapat dilakukan dengan cara membagi lebih
dari 1 (satu) tumpukan dengan memperhatikan ketebalan masing-masing tumpukan
dan mempertimbangkan luas papan yang tersedia.
c. formulir yang dipasang sebagaimana dimaksud pada huruf b kurang lebih berjarak
3 (tiga) jari antar susunan formulir.
3. KPPS melakukan pencatatan ke dalam formulir:
a. Hari, tanggal, bulan dan tahun pelaksanaan Pemungutan dan penghitungan Suara
(ditulis dengan huruf yang jelas).
b. Tempat pelaksanaan pemungutan dan penghitungan suara yang meliputi Provinsi,
Kabupaten/Kota, Kecamatan, Kelurahan/Desa dan Nomor TPS (ditulis pada
seluruh halaman).
c. Waktu pemungutan suara dan waktu berakhirnya pemungutan suara.
d. Waktu pelaksanaan penghitungan suara untuk masing-masing jenis Pemilu.
G. MENYIAPKAN DOKUMEN PENGHITUNGAN SUARA

1. Data Pemilih yang berupa jumlah Pemilih terdaftar dalam DPT atau salinan DPT (A-
Kab/Ko Daftar Pemilih).
2. Data pengguna hak pilih meliputi:
a. jumlah Pemilih terdaftar dalam DPT yang memberikan suara untuk masing-masing
jenis Pemilu yang tercantum dalam C.DAFTAR HADIR-DPT KPU;
b. jumlah Pemilih terdaftar dalam DPTb yang memberikan suara untuk masing-
masing jenis Pemilu yang tercantum dalam C.DAFTAR HADIR-DPTb KPU;
c. jumlah Pemilih terdaftar dalam DPK yang memberikan suara untuk masing-masing
jenis Pemilu yang tercantum dalam C.DAFTAR HADIR-DPK KPU; dan
d. Pemilih disabilitas yang menggunakan hak pilihnya untuk masing- masing jenis
pemilu.

8
3. Ketua KPPS dibantu anggota KPPS memberikan tanda silang pada Surat Suara yang
tidak digunakan termasuk sisa Surat Suara cadangan, dan Surat Suara yang rusak atau
keliru dicoblos diberi tanda silang pada bagaian luar surat suara, yang memuat nomor
dan alamat TPS serta tanda tangan ketua KPPS, dalam keadaan terlipat dengan
menggunakan spidol/bolpoin.
4. Menghitung jumlah surat suara yang terdapat di luar kotak suara, meliputi:
a. jumlah Surat Suara yang tidak digunakan/tidak terpakai termasuk sisa Surat Suara
cadangan untuk masing-masing jenis Pemilu.
b. jumlah surat suara yang dikembalikan oleh Pemilih karena rusak atau keliru coblos
pada saat pelaksanaan Pemungutan Suara masing-masing jenis Pemilu.

jumlah surat suara yang dikembalikan oleh Pemilih karena rusak atau keliru
coblos bukan merupakan surat suara tidak sah

H. PEMBAGIAN TUGAS ANGGOTA KPPS UNTUK PENGHITUNGAN SUARA

1. Ketua KPPS bertugas:


a. Memimpin pelaksanaan Penghitungan Suara di TPS;
b. Memeriksa pemberian tanda coblos pada setiap Surat Suara yang telah dibuka dan
mengumumkan hasil penelitiannya kepada Saksi, Pengawas TPS, Pemantau,
Pewarta atau masyarakat;
c. Mengatur pembagian tugas anggota KPPS demi kelancaran pelaksanaan rapat
penghitungan suara.
2. Anggota KPPS Kedua bertugas membuka Surat Suara lembar demi lembar dan
memberikan kepada Ketua KPPS untuk setiap jenis Pemilu.
3. Anggota KPPS Ketiga dan anggota KPPS Keempat bertugas:
a. Mencatat hasil penelitian terhadap tiap lembar Surat Suara yang diumumkan oleh
ketua KPPS pada formulir:
1) Model C.HASIL-PPWP untuk Pemilu Presiden dan Wakil Presiden;
2) Model C.HASIL-DPR untuk Pemilu DPR;
3) Model C.HASIL-DPD untuk Pemilu DPD;
4) Model C.HASIL-DPRD-PROV untuk Pemilu DPRD Provinsi, Model
C.HASIL-DPRA untuk Pemilu DPR Aceh, Model C.HASILDPRP untuk
Pemilu DPR Papua, Model C.HASIL-DPRPB untuk Pemilu DPR Papua Barat,
Model C.HASIL-DPRPT untuk Pemilu DPR Papua Tengah, Model C.HASIL-
DPRPS untuk Pemilu DPR Papua Selatan, Model C.HASIL-DPRPP untuk

9
Pemilu DPR Papua Pegunungan atau Model C.HASIL-DPRPBD untuk Pemilu
DPR Papua Barat Daya; dan
5) Model C.HASIL-DPRD-KAB/KOTA untuk Pemilu DPRD Kabupaten/Kota
atau Model C.HASIL-DPRK untuk Pemilu DPR Kabupaten/Kota di Provinsi
Aceh.
b. Memeriksa dan memastikan hasil pencatatan formulir telah sesuai dengan hasil
penelitian yang diumumkan oleh ketua KPPS.
4. Anggota KPPS Kelima bertugas melipat Surat Suara yang telah diteliti dan diumumkan
oleh ketua KPPS untuk masing-masing jenis Pemilu.
5. Anggota KPPS Keenam dan anggota KPPS Ketujuh bertugas menyusun Surat Suara
yang telah diteliti dan diumumkan oleh ketua KPPS dalam susunan sesuai suara yang
diperoleh masing-masing Pasangan Calon, Partai Politik, atau calon anggota DPD
setelah diumumkan dan diikat dengan karet pengikat dengan rincian:
a. Surat Suara Presiden dan Wakil Presiden diikat per 25 (dua puluh lima) lembar
Surat Suara; dan
b. Surat Suara DPR, Surat Suara DPD, Surat Suara DPRD Provinsi, dan Surat Suara
DPRD Kabupaten/Kota diikat per 10 (sepuluh) lembar Surat Suara.
6. Petugas Ketertiban TPS bertugas menjaga ketenteraman, ketertiban dan keamanan di
TPS yang dalam melaksanakan tugasnya 1 (satu) orang berada di depan pintu masuk
TPS, dan 1 (satu) orang di depan pintu keluar TPS.

CATATAN YANG PERLU DIPERHATIKAN:


1. Dalam hal Ketua KPPS berhenti sebagai Ketua KPPS pada saat Penghitungan Suara berlangsung,
sehingga tidak dapat melanjutkan tugas, anggota KPPS memilih salah satu anggota KPPS sebagai
ketua KPPS dengan metode musyawarah atau suara mayoritas.
2. Dalam hal Ketua KPPS meminta izin sementara tidak bertugas karena pemenuhan kebutuhan
tertentu yang mendesak dan tidak dapat diwakilkan, pelaksanaan tugas Ketua KPPS sementara
dilanjutkan oleh anggota KPPS yang ditunjuk.
3. Apabila jumlah anggota KPPS kurang dari 7 (tujuh) orang, pembagian tugas anggota KPPS
ditentukan oleh ketua KPPS dengan memperhatikan:
a. Ketua KPPS yang bertugas memimpin pelaksanaan Penghitungan Suara di TPS dan
memeriksa pemberian tanda coblos pada setiap Surat Suara yang telah dibuka dan
mengumumkan hasil penelitiannya kepada Saksi, Pengawas TPS, Pemantau atau
masyarakat;
b. Anggota KPPS yang bertugas mencatat hasil penelitian terhadap tiap lembar Surat Suara
yang diumumkan oleh ketua KPPS pada formulir Model dan memeriksa dan memastikan
hasil pencatatan telah sesuai dengan hasil penelitian yang diumumkan oleh ketua KPPS;
c. Anggota KPPS yang bertugas membuka surat suara lembar demi lembar dan
memberikan kepada ketua KPPS untuk setiap jenis Pemilu serta melipat surat suara
yang telah diteliti dan diumumkan oleh ketua KPPS untuk masing-masing jenis

10
Pemilu; dan
d. Anggota KPPS yang bertugas menyusun Surat Suara yang telah diteliti dan diumumkan oleh
ketua KPPS dalam susunan sesuai suara yang diperoleh masing-masing Pasangan Calon,
Partai Politik, atau calon anggota DPD setelah diumumkan dan diikat dengan karet pengikat
per 25 (dua puluh lima) lembar Surat Suara.

11
BAB IV

PELAKSANAAN PENGHITUNGAN SUARA

A. IDENTITAS
Materi : Pelaksanaan Penghitungan Suara
Alokasi Waktu : 50 Menit/1 Pertemuan
Media Pembelajaran : Modul, Power Point, Lembar Penugasan, Video dan Simulasi

B. DESKRIPSI SINGKAT
Modul ini membekali peserta dengan kemampuan memahami Pelaksanaan
Penghitungan Suara meliputi Tata Cara Penghitungan Suara untuk setiap Jenis Pemilu,
Tata Cara Penghitungan Suara Dengan Sistem Noken/Ikat, Surat Suara Sah dan Surat
Suara Tidak Sah, Pencatatan Hasil Penghitungan Suara, Formulir Model C Hasil-
PPWP/DPR/DPD/DPRD Prov/DPRD Kab/Kota, Pembuatan Formulir C Hasil-Salinan,
Formulir Model C Hasil Salinan PPWP/DPR/DPD/DPRD Prov/DPRD Kab/Kota,
Sirekap, Pengumuman & Penyampaian Formulir C Hasil-Salinan, Penyusunan formulir
dan Surat Suara hasil Penghitungan Suara, serta Penyampaian Kotak Suara hasil
Penghitungan Suara kepada PPK melalui PPS.

C. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mengikuti pembelajaran diharapkan:
1. Peserta dapat memahami Tata Cara Penghitungan Suara untuk setiap Jenis Pemilu
2. Peserta dapat memahami Tata Cara Penghitungan Suara Dengan Sistem Noken/Ikat
3. Peserta dapat memahami Surat Suara Sah dan Surat Suara Tidak Sah
4. Peserta dapat memahami Pencatatan Hasil Penghitungan Suara
5. Peserta dapat memahami Formulir Model C Hasil
6. Peserta dapat memahami Formulir Model C Hasil Salinan
7. Peserta dapat memahami Sirekap
8. Peserta dapat memahami proses Pengumuman & Penyampaian Formulir C Hasil-
Salinan
9. Peserta dapat memahami Penyusunan formulir dan Surat Suara hasil Penghitungan
Suara
10. Peserta dapat memahami proses Penyampaian Kotak Suara hasil Penghitungan Suara
kepada PPK melalui PPS

12
D. INDIKATOR HASIL BELAJAR
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta diharapkan:
1. Mampu menjelaskan Tata Cara Penghitungan Suara untuk setiap Jenis Pemilu
2. Mampu menjelaskan Tata Cara Penghitungan Suara Dengan Sistem Noken/Ikat
3. Mampu menjelaskan Surat Suara Sah dan Surat Suara Tidak Sah
4. Mampu menjelaskan Pencatatan Hasil Penghitungan Suara
5. Mampu menjelaskan Formulir Model C Hasil
6. Mampu menjelaskan Pembuatan Formulir C Hasil-Salinan
7. Mampu menjelaskan penggunaan Sirekap
8. Mampu menjelaskan proses Pengumuman & Penyampaian Formulir C Hasil-Salinan
9. Mampu menjelaskan Penyusunan formulir dan Surat Suara hasil Penghitungan Suara
10. Mampu menjelaskan proses Penyampaian Kotak Suara hasil Penghitungan Suara
kepada PPK melalui PPS
E. PENDAHULUAN
Pelaksanaan penghitungan suara merupakan tahapan penting bagi KPPS agar
pelaksanaan penghitungan suara dapat terlaksana dengan baik. Kegiatan ini dilakukan
setelah pemungutan suara selesai. Pemberian materi pelaksanaan penghitungan suara
sangat penting dalam terwujudnya kesuksesan penyelenggaraan Pemilu tahun 2024.

F. TATA CARA PENGHITUNGAN SUARA UNTUK SETIAP JENIS PEMILU

1. Ketua KPPS mengumumkan bahwa pelaksanaan pemungutan suara telah selesai.


2. Ketua KPPS mengumumkan bahwa penghitungan suara dimulai secara berurutan
dimulai dari Surat Suara Presiden dan Wakil Presiden, DPR, DPD, DPRD
Provinsi/DPR Aceh/DPRP Papua/DPRP Papua Barat/DPRP Papua Selatan/DPRP
Papua Tengah/DPRP Papua Pegunungan/DPRP Papua Barat Daya, dan DPRD
Kabupaten/Kota/DPR Kabupaten/Kota.
3. Penghitungan Suara dilakukan secara terbuka di tempat yang mendapat penerangan
cahaya cukup, dicatat dengan tulisan yang jelas dan terbaca.
Dalam hal KPPS tidak terbiasa mencatat angka sesuai dengan format
penulisan angka digital, maka KPPS dapat mencatat tulisan/angka yang
jelas dan terbaca sesuai dengan kebiasan KPPS.

13
4. Ketua KPPS dibantu oleh anggota KPPS Keenam dan/atau KPPS Ketujuh melakukan
pembukaan kotak dan menghitung jumlah Surat Suara yang berada di dalam kotak
suara dengan cara:
a. Membuka kunci dan tutup kotak suara dengan disaksikan oleh semua pihak yang
hadir;
b. Mengeluarkan Surat Suara dari kotak suara dan diletakkan di meja ketua KPPS;
c. Menghitung jumlah Surat Suara dan memberitahukan jumlah tersebut kepada Saksi,
Pengawas TPS, anggota KPPS, pemantau Pemilu atau masyarakat/Pemilih yang
hadir serta mencatat jumlahnya.
5. Setelah menghitung jumlah Surat Suara, Ketua KPPS dibantu oleh anggota KPPS
Ketiga dan anggota KPPS Keempat melakukan pencatatan pada halaman pertama
formulir Model C.HASIL masing-masing jenis Pemilu berupa:
a. Data Pemilih dan Pengguna Hak Pilih meliputi:
1) Data Pemilih yang berupa jumlah Pemilih terdaftar dalam DPT (terdapat dalam
formulir Model A-KabKota Daftar Pemilih);
2) Data pengguna hak pilih meliputi:
a) Jumlah pengguna hak pilih dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT) yang
memberikan suara untuk masing-masing jenis Pemilu (terdapat dalam
formulir Model C.DAFTAR HADIR DPT-KPU);
b) Jumlah pengguna hak pilih dalam Daftar Pemilih Tambahan (DPTb) yang
memberikan suara untuk masing-masing jenis Pemilu (terdapat dalam
formulir Model C.DAFTAR HADIR DPTb-KPU);
c) Jumlah pengguna hak pilih dalam Daftar Pemilih Khusus (DPK) yang
memberikan suara untuk masing-masing jenis Pemilu (terdapat dalam
formulir Model C.DAFTAR HADIR DPK-KPU); dan
d) Penjumlahan seluruh pengguna hak pilih dalam DPT, DPTb dan DPK
untuk masing-masing jenis Pemilu.
b. Data penggunaan Surat Suara meliputi:
1) Jumlah Surat Suara yang diterima termasuk Surat Suara cadangan 2% dari DPT
untuk masing-masing jenis Pemilu;
2) Jumlah Surat Suara yang digunakan untuk masing-masing jenis Pemilu;
3) Jumlah Surat Suara yang dikembalikan oleh Pemilih karena rusak atau keliru
coblos, pada saat pelaksanaan Pemungutan Suara untuk masing-masing jenis
Pemilu (bukan Surat Suara tidak sah);

14
4) Jumlah Surat Suara yang tidak digunakan/tidak terpakai termasuk sisa Surat
Suara cadangan untuk masing-masing jenis Pemilu; dan
5) Pemilih disabilitas yang menggunakan hak pilihnya untuk masing-masing jenis
Pemilu.
6. KPPS menghitung dan mengisi data rincian, perolehan suara setiap Peserta Pemilu,
dengan langkah sebagai berikut:
a. Anggota KPPS Kedua membuka Surat Suara lembar demi lembar dan memberikan
Surat Suara tersebut kepada Ketua KPPS.
b. Ketua KPPS:
1) Memeriksa dan meneliti pemberian tanda coblos pada Surat Suara, sebagaimana
pembahasan mengenai kriteria Surat Suara Sah dan Surat Suara Tidak Sah.
2) Menunjukkan kepada Saksi, Pengawas TPS, anggota KPPS, Pemantau Pemilu
atau masyarakat / Pemilih yang hadir dengan ketentuan 1 (satu) surat suara
dihitung 1 (satu) suara dan dinyatakan sah atau tidak sah;
PENJELASAN MENGENAI SURAT SUARA SAH DAN SURAT SUARA TIDAK SAH DAPAT DILIHAT
PADA BAB IV POIN G SURAT SUARA SAH DAN SURAT SUARA TIDAK SAH

3) Menyampaikan hasil penelitiannya dengan suara yang jelas; dan


4) Mengumumkan hasil perolehan suara dengan suara yang terdengar jelas.
c. KPPS Ketiga dan Keempat mencatat hasil penghitungan jumlah surat suara masing-
masing jenis Pemilu yang diumumkan dengan menggunakan formulir:
1) Model C.HASIL-PPWP;
2) Model C.HASIL-DPR;
3) Model C.HASIL-DPD;
4) Model C.HASIL-DPRD-PROV, Model C.HASIL-DPRA, Model C.HASIL-
DPRP, Model C.HASIL-DPRPB, Model C.HASIL-DPRPT, Model C.HASIL-
DPRPS, Model C.HASIL-DPRPP atau Model C.HASIL-DPRPBD; dan
5) Model C.HASIL-DPRD-KAB/KOTA atau Model C.HASIL-DPRK,
sesuai jenis Pemilu dalam bentuk turus (tally) dan angka dengan tulisan yang jelas
dan terbaca.
Dalam hal ketua KPPS menemukan surat suara yang dikeluarkan tidak berada
pada kotak suara sesuai jenis Pemilu, ketua KPPS menunjukan surat suara
tersebut kepada Saksi, Pengawas TPS, anggota KPPS, pemantau Pemilu,
Pewarta atau masyarakat/Pemilih yang hadir. Selanjutnya:

15
1. Dalam hal penghitungan suara terhadap surat suara belum
dilaksanakan, KPPS memasukkan surat suara tersebut ke dalam kotak
suara sesuai dengan jenis Pemilu; atau
2. Dalam hal penghitungan suara terhadap surat suara telah
dilaksanakan, KPPS membuka surat suara dan memeriksa pemberian tanda
coblos pada surat suara sesuai dengan jenis Pemilu, dan mencatat ke
dalam formulir Model C.HASIL sesuai dengan jenis Pemilu; dan
3. Mencatat ke dalam formulir Model C.KEJADIAN KHUSUS DAN/ATAU
KEBERATAN SAKSI-KPU.

7. Setelah rapat Penghitungan Suara, ketua KPPS dibantu oleh anggota KPPS Keenam
dan anggota KPPS Ketujuh menyusun, menghitung, dan memisahkan:
a. Surat Suara yang sudah diperiksa dan suaranya dinyatakan sah untuk masing-
masing:
1) Pasangan Calon, diikat dengan karet per 25 (dua puluh lima) lembar;
2) Partai Politik dan calon anggota DPR, diikat dengan karet per 10 (sepuluh)
lembar;
3) Partai Politik dan calon anggota DPRD Provinsi, diikat dengan karet per 10
(sepuluh) lembar;
4) Partai Politik dan calon anggota DPRD Kabupaten/Kota, atau
5) Calon perseorangan anggota DPD, diikat dengan karet per 10 (sepuluh) lembar;
dan dimasukkan ke dalam masing-masing sampul kertas sesuai jenis Pemilu; dan
b. Surat Suara yang sudah diperiksa dan suaranya dinyatakan tidak sah untuk masing-
masing jenis Pemilu, diikat dengan rincian:
1) Pemilu Presiden dan Wakil Presiden, diikat dengan karet per 25 (dua puluh
lima) lembar Surat Suara; dan
2) Pemilu anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota, diikat
dengan karet per 10 (sepuluh) lembar Surat Suara.
dan dimasukkan ke dalam masing-masing sampul kertas sesuai jenis Pemilu.
8. Hasil penyusunan dan penghitungan Surat Suara dicocokkan dengan hasil
Penghitungan Suara berdasarkan pencatatan pada formulir Model C.HASIL sesuai jenis
Pemilu.
Alur pengisian formulir Model C.Hasil dapat dilakukan dengan urutan:
1. melakukan pengisian administrasi, lalu mencatat perolehan suara dan
seterusnya; atau dilakukan sebaliknya.
2. beberapa ketentuan dalam pengisian dalam formulir Model C.Hasil:

16
a. jumlah surat suara yang digunakan harus sama dengan jumlah
pengguna hak pilih dan jumlah suara sah dan tidak sah;
b. Penjumlahan terhadap Surat Suara yang digunakan, Surat Suara yang
rusak atau keliru dicoblos, dan Surat Suara yang tidak digunakan
termasuk sisa Surat Suara cadangan, harus sama dengan jumlah
Surat Suara yang diterima termasuk Surat Suara cadangan 2% dari
DPT oleh KPPS untuk masing-masing jenis Pemilu.
3. Khusus untuk pengisian formulir Model C.Hasil untuk TPS di Lokasi
Khusus:
a. DPT pada pengguna hak pilih merupakan DPT pada Pemilih di TPS di
Lokasi Khusus walaupun penggunaan hak pilihnya sama dengan DPTb;
dan
b. Pencatatan penggunaan Surat Suara oleh Pemilih oleh TPS Lokasi
Khusus menggunakan formulir Model C.HASIL masing-masing jenis
pemilu.

9. Apabila hasil pencocokan telah sesuai, Ketua KPPS mengesahkan hasil penghitungan
suara di TPS kemudian menandatangani formulir Model C.HASIL masing-masing jenis
Pemilu diikuti oleh seluruh Anggota KPPS serta Saksi yang hadir dan bersedia
menandatangani.
10. Ketua KPPS dibantu anggota KPPS Keenam atau Ketujuh atau anggota KPPS yang
memiliki kemampuan menulis dengan baik, membuat dan menggandakan formulir
model C.HASIL SALINAN masing-masing jenis Pemilu dengan cara:
a. mengisi formulir Model C.HASIL SALINAN untuk masing-masing jenis Pemilu
mengacu pada data dan informasi yang tercantum pada formulir Model C.HASIL
masing-masing jenis Pemilu yang telah disahkan oleh Ketua KPPS;
b. menggandakan formulir model C.HASIL SALINAN menggunakan alat atau mesin
penggandaan dokumen yang disediakan di TPS; dan
c. menandatangani formulir model C.HASIL SALINAN, baik terhadap formulir
model C.HASIL SALINAN maupun terhadap formulir model C.HASIL SALINAN
hasil penggandaan, diikuti oleh anggota KPPS serta Saksi yang hadir dan bersedia
menandatangani.
11. Ketua KPPS dibantu oleh anggota KPPS Keempat atau KPPS Kelima memasukkan
formulir Model C.HASIL SALINAN yang telah ditandatangani ke dalam Kantong
Plastik Ziplock untuk disampaikan kepada KPU Kabupaten/Kota.
12. Ketua KPPS dibantu anggota KPPS Keenam dan KPPS Ketujuh menyusun dan
memasukkan:

17
a. Surat Suara Sah ke dalam sampul Surat Suara Sah;
b. Surat Suara Tidak Sah ke dalam sampul Surat Suara Tidak Sah;
c. Surat Suara tidak digunakan ke dalam sampul Surat Suara tidak digunakan;
d. Surat Suara rusak/keliru coblos ke dalam sampul Surat Suara rusak/keliru coblos.
masing-masing untuk semua jenis Pemilu
13. Ketua KPPS dibantu anggota KPPS Keenam dan KPPS Ketujuh menyusun dan
memasukkan:
a. Formulir ke dalam Sampul Formulir Salinan Berita Acara dan Sertifikat Hasil
Pemungutan dan Penghitungan Suara sebanyak 3 (tiga) buah sampul untuk PPS,
PPK dan KPU Kabupaten/Kota, yaitu formulir:
1) Model C.HASIL SALINAN-PPWP;
2) Model C.HASIL SALINAN-DPR;
3) Model C.HASIL SALINAN-DPD;
4) Model C.HASIL SALINAN-DPRD-PROV, Model C.HASIL SALINAN-
DPRA, Model C.HASIL SALINAN-DPRP, Model C.HASIL SALINAN-
DPRPB, Model C.HASIL SALINAN-DPRPS, Model C.HASIL SALINAN-
DPRPT, Model C.HASIL SALINAN-DPRPP atau Model C.HASIL
SALINAN-DPRPBD; dan
5) Model C.HASIL SALINAN-DPRD-KAB/KOTA atau C.HASIL SALINAN-
DPRK.
b. Formulir ke dalam sampul Formulir Kejadian Khusus Dan/Atau Keberatan Saksi
Di TPS, Formulir Model A-Surat Pindah Memilih, Daftar Hadir Pemilih, dan
Formulir Model A-Daftar Pemilih, yaitu formulir:
1) Model C.KEJADIAN KHUSUS DAN/ATAU KEBERATAN SAKSI-KPU di
TPS;
2) Daftar Hadir Pemilih (C.DAFTAR HADIR DPT-KPU, C.DAFTAR HADIR
DPTb-KPU dan C.DAFTAR HADIR DPK-KPU);
3) Model A-Surat Pindah Memilih; dan
4) Model A-Kabko Daftar Pemilih.
c. Formulir ke dalam Sampul Formulir Pernyataan Pendamping Pemilih,
Pemberitahuan Pemilih, dan Tanda Terima Penyampaian Salianan Hasil
Penghitungan Suara, yaitu:
1) Formulir Model C.PENDAMPING-KPU;
2) Formulir Model C.PEMBERITAHUAN-KPU; dan

18
3) Tanda Terima.
d. Formulir ke dalam Sampul Formulir Berita Acara dan Sertifikat Hasil Pemungutan
dan Penghitungan Suara di TPS dengan cara dibungkus dan dimasukkan ke dalam
kantong plastik selongsong, untuk masing-masing formulir:
1) Model C.HASIL-PPWP;
2) Model C.HASIL-DPD;
3) Model C.HASIL-DPR;
4) Model C.HASIL-DPRD-PROV, Model C.HASIL-DPRA, Model C.HASIL-
DPRP, Model C.HASIL-DPRPB, Model C.HASIL-DPRPT, Model C.HASIL-
DPRPS, Model C.HASIL-DPRPP atau Model C.HASIL-DPRPBD; dan
5) C.HASIL-DPRD-KAB/KOTA atau Model C.HASIL-DPRK, kecuali untuk
Provinsi DKI Jakarta tidak disediakan.
14. Ketua KPPS dibantu anggota KPPS Keenam atau Ketujuh menempelkan segel pada
masing-masing sampul.
15. Ketua KPPS dibantu anggota KPPS Keenam atau Ketujuh memasukkan sampul yang
telah berisi surat suara ke dalam Kotak Suara sesuai dengan jenis Pemilu, dengan
rincian sebagai berikut:
a. Surat Suara Sah ke dalam sampul Surat Suara Sah;
b. Surat Suara Tidak Sah ke dalam sampul Surat Suara Tidak Sah;
c. Surat Suara tidak digunakan ke dalam sampul Surat Suara tidak digunakan;
d. Surat Suara rusak/keliru coblos ke dalam sampul Surat Suara rusak/keliru coblos.

masing-masing untuk semua jenis Pemilu: Presiden dan Wakil Presiden, DPR, DPD,
DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten/Kota.

16. Ketua KPPS dibantu anggota KPPS Keenam dan KPPS Ketujuh memasukkan Sampul
ke dalam Kotak Suara Presiden dan Wakil Presiden, dengan rincian sebagai berikut:
a. Sampul yang berisi C.HASIL SALINAN masing-masing jenis Pemilu yang telah
disahkan oleh Ketua KPPS, untuk PPK dan KPU Kabupaten/Kota.
b. Sampul Formulir Kejadian Khusus dan/atau Keberatan Saksi di TPS, Formulir
Model A-Surat Pindah Memilih, Daftar Hadir Pemilih, dan Formulir Model A-
Daftar Pemilih, yang berisi Formulir:
1) Model C.KEJADIAN KHUSUS DAN/ATAU KEBERATAN SAKSI- KPU di
TPS;

19
2) Model C.DAFTAR HADIR DPT-KPU, C.DAFTAR HADIR DPTb-KPU dan
C.DAFTAR HADIR DPK-KPU;
3) Model A-Surat Pindah Memilih; dan
4) Model A-Kabko Daftar Memilih.
c. Sampul Formulir Pernyataan Pendamping Pemilih, Pemberitahuan Pemilih, dan
Tanda Terima Penyampaian Salinan Hasil Penghitungan Suara, yang berisi
Formulir:
1) Formulir Model C.PENDAMPING-KPU;
2) Formulir Model C.PEMBERITAHUAN-KPU; dan
3) Tanda Terima.
d. Sampul Formulir Berita Acara dan Sertifikat Hasil Pemungutan dan Penghitungan
Suara di TPS, yang berisi Formulir Model C.HASIL untuk masing-masing jenis
Pemilu.
Sampul sebagaimana angka 16 terdiri dari:
1. Sampul yang berisi C.HASIL SALINAN untuk PPK dan KPU Kabupaten/Kota.
2. Sampul (Model C.KEJADIAN KHUSUS DAN/ATAU KEBERATAN SAKSI-KPU di TPS, daftar
hadir Pemilih (C.DAFTAR HADIR DPT-KPU, C.DAFTAR HADIR DPTb-KPU dan C.DAFTAR
HADIR DPK-KPU), Model A-Surat Pindah Memilih, dan Model A-Kabko Daftar
Pemilih)
3. Sampul (Formulir Model C.PENDAMPING-KPU, Formulir Model C.PEMBERITAHUAN-KPU
dan TANDA TERIMA).
4. Sampul (Model C.HASIL-PPWP; Model C.HASIL-DPD, Model C.HASIL-DPR, Model
C.HASIL-DPRD-PROV, Model C.HASIL-DPRA, Model C.HASIL-DPRP, Model C.HASIL-
DPRPB, Model C.HASIL-DPRPT, Model C.HASIL-DPRPS, Model C.HASIL-DPRPP atau
Model C.HASIL-DPRPBD; dan C.HASIL-DPRD-KAB/KOTA atau Model C.HASIL-DPRK,
kecuali untuk Provinsi DKI Jakarta tidak disediakan).

17. Ketua KPPS dibantu anggota KPPS Keenam atau Ketujuh memasukkan perlengkapan
di TPS ke dalam kotak suara Pemilu anggota DPR, terdiri dari:
a. alat untuk mencoblos pilihan;
b. tinta;
c. lem/perekat;
d. bolpoin;
e. spidol berwarna biru;
f. tali pengikat alat pemberi tanda pilihan;
g. alat bantu tunanetra Pemilu Presiden dan Wakil Presiden dan Pemilu anggota DPD;
h. daftar Pasangan Calon;
i. daftar calon tetap anggota DPR;

20
j. daftar calon tetap anggota DPD;
k. daftar calon tetap anggota DPRD provinsi;
l. daftar calon tetap anggota DPRD kabupaten/kota;
m. alat penghapus tulisan cair;
n. pembatas halaman;
o. penjepit kertas berukuran sedang sampai dengan besar;
p. pita perekat kertas.

Ketua KPPS memastikan Sampul Formulir Salinan Berita Acara dan Sertifikat
Hasil Pemungutan dan Penghitungan yang disampaikan kepada PPS tidak
dimasukkan ke dalam Kotak Suara.

18. Ketua KPPS dibantu anggota KPPS Keenam atau Ketujuh mengunci Kotak Suara
menggunakan segel plastik sebagai alat pengaman lainnya pengganti gembok kotak
suara dan ditempel segel pada segel plastik sebagai alat pengaman lainnya pengganti
gembok.
19. Ketua KPPS dibantu anggota KPPS Keenam atau Ketujuh menempelkan masing-
masing 1 (satu) keping segel pada lubang kotak suara untuk setiap jenis pemilu setelah
penghitungan suara.

G. SURAT SUARA SAH DAN SURAT SUARA TIDAK SAH

Surat suara dinyatakan sah apabila:


1. Suara untuk Pemilu Presiden dan Wakil Presiden dinyatakan sah jika:
a. surat suara ditandatangani oleh ketua KPPS; dan
b. tanda coblos pada nomor urut, foto, nama salah satu Pasangan Calon,
tanda gambar Partai Politik, dan/atau Gabungan Partai Politik dalam
surat suara.
2. Suara untuk Pemilu anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD
Kabupaten/Kota dinyatakan sah jika:
a. surat suara ditandatangani oleh ketua KPPS; dan
b. tanda coblos pada:
nomor dan/atau tanda gambar Partai Politik; dan/atau nama dan/atau
nomor urut calon anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD
Kabupaten/Kota berada pada kolom yang disediakan.
3. Suara untuk Pemilu anggota DPD dinyatakan sah jika:

21
a. surat suara ditandatangani oleh ketua KPPS; dan
b. tanda coblos terdapat pada kolom 1 (satu) calon perseorangan.
4. Tanda coblos sebagaimana dimaksud pada angka 1) huruf b yaitu sebagai
berikut:
a. tanda coblos pada 1 (satu) kolom Pasangan Calon yang memuat nomor
urut, foto Pasangan Calon, nama Pasangan Calon, atau tanda gambar
Partai Politik, dinyatakan sah untuk Pasangan Calon yang bersangkutan;
b. tanda coblos lebih dari 1 (satu) kali pada 1 (satu) kolom Pasangan Calon
yang memuat nomor urut, foto Pasangan Calon, nama Pasangan Calon,
atau tanda gambar Partai Politik, dinyatakan sah untuk Pasangan Calon
yang bersangkutan;
c. tanda coblos tepat pada garis 1 (satu) kolom Pasangan Calon yang
nomor urut, foto Pasangan Calon, nama Pasangan Calon, atau tanda
gambar Partai Politik, dinyatakan sah untuk Pasangan Calon yang
bersangkutan; atau
d. dalam hal terdapat tanda coblos pada 1 (satu) kolom Pasangan Calon
yang tembus secara garis lurus sehingga terdapat dua atau lebih hasil
pencoblosan yang simetris dari lipatan surat suara, dan tidak mengenai
kolom Pasangan Calon lain, dinyatakan sah untuk Pasangan Calon yang
bersangkutan.
5. Tanda coblos sebagaimana dimaksud pada angka 2) huruf b, diatur sebagai
berikut:
a. tanda coblos pada kolom yang memuat nomor urut Partai Politik, tanda
gambar Partai Politik, atau nama Partai Politik, dinyatakan sah untuk
Partai Politik;
b. tanda coblos pada kolom yang memuat nomor urut calon, atau nama
calon, dinyatakan sah untuk nama calon yang bersangkutan dari Partai
Politik yang mencalonkan;
c. tanda coblos pada kolom yang memuat nomor urut Partai Politik, tanda
gambar Partai Politik, atau nama Partai Politik, serta tanda coblos pada
kolom yang memuat nomor urut calon, atau nama calon dari Partai
Politik yang bersangkutan, dinyatakan sah untuk nama calon yang
bersangkutan dari Partai Politik yang mencalonkan;
d. tanda coblos pada kolom yang memuat nomor urut Partai Politik, tanda

22
gambar Partai Politik, atau nama Partai Politik, serta tanda coblos lebih
dari 1 (satu) calon pada kolom yang memuat nomor urut calon, atau nama
calon dari Partai Politik yang sama, dinyatakan sah untuk Partai Politik;
e. tanda coblos lebih dari 1 (satu) calon pada kolom yang memuat nomor
urut calon, atau nama calon dari Partai Politik yang sama, dinyatakan
sah untuk Partai Politik;
f. tanda coblos lebih dari 1 (satu) kali pada kolomyang memuat nomor urut
Partai Politik, tanda gambar Partai Politik, atau nama Partai Politik, tanpa
mencoblos salah satu calon pada kolom yang memuat nomor urut calon,
atau nama calon dari Partai Politik yang sama, dinyatakan sah untuk
Partai Politik;
g. tanda coblos pada kolom di bawah nomor urut calon, atau nama calon
terakhir yang masih di dalam satu kotak partai politik, dinyatakan sah
untuk Partai Politik;
h. tanda coblos tepat pada garis kolom yang memuat nomor urut Partai
Politik, tanda gambar Partai Politik, atau nama Partai Politik tanpa
mencoblos salah satu calon pada kolom yang memuat nomor urut calon,
atau nama calon dari Partai Politik yang sama, dinyatakan sah untuk
Partai Politik;
i. tanda coblos tepat pada garis kolom yang memuat 1 (satu) nomor urut
calon, atau nama calon, dinyatakan sah untuk nama calon
yangbersangkutan;
j. tanda coblos tepat pada garis yang memisahkan antara nomor urut calon,
atau nama calon dengan nomor urut calon, atau nama calon lain dari
Partai Politik yang sama, sehingga tidak dapat dipastikan tanda coblos
tersebut mengarah pada 1 (satu) nomor urut dan nama calon, dinyatakan
sah untuk Partai Politik;
k. tanda coblos pada 1 (satu) kolom yang memuat nomor urut calon, nama
calon atau tanpa nama calon disebabkan calon tersebut meninggal dunia
atau tidak lagi memenuhi syarat sebagai calon, dinyatakan sah untuk
Partai Politik;
l. tanda coblos pada 1 (satu) kolom yang memuat nomor urut Partai
Politik, tanda gambar Partai Politik, atau nama Partai Politik, serta tanda
coblos pada 1 (satu) kolom yang memuat nomor urut calon, nama calon

23
atau tanpa nama calon disebabkan calon tersebut meninggal dunia atau
tidak lagi memenuhi syarat sebagai calon, dinyatakan sah untuk Partai
Politik;
m. tanda coblos pada 1 (satu) kolom yang memuat nomor urut calon, atau
nama calon, atau tanpa nama calon yang disebabkan calon tersebut
meninggal dunia atau tidak lagi memenuhi syarat serta tanda coblos
pada 1 (satu) kolom yang memuat nomor urut calon, atau nama calon
dari Partai Politik yang sama, dinyatakan sah untuk calon yang masih
memenuhi syarat;
n. tanda coblos lebih dari 1 (satu) kali pada kolom yang memuat nomor
urut calon, atau nama calon, dinyatakan sah untuk calon yang
bersangkutan;
o. tanda coblos pada 1 (satu) kolom yang memuat nomor urut calon, atau
nama calon serta tanda coblos pada kolom di bawah nomor urut calon,
atau nama calon terakhir yang masih di dalam satu kotak partai politik,
dinyatakan sah untuk 1 (satu) calon yang memenuhi syarat; atau
p. tanda coblos pada kolom yang memuat nomor urut Partai Politik, nama
Partai Politik, atau gambar Partai Politik yang tidak mempunyai daftar
calon, dinyatakan sah untuk Partai Politik.
6. Tanda coblos sebagaimana dimaksud pada angka 3) huruf b, berupa:
a. tanda coblos pada kolom 1 (satu) calon yang memuat nomor urut calon,
nama calon, atau foto calon anggota DPD, dinyatakan sah untuk calon
anggota DPD yang bersangkutan;
b. tanda coblos lebih dari 1 (satu) kali pada kolom 1 (satu) calon yang
memuat nomor urut calon, nama calon, atau foto calon anggota DPD,
dinyatakan sah untuk Calon anggota DPD yang bersangkutan; atau
c. tanda coblos tepat pada garis kolom 1 (satu) calon yang memuat nomor
urut calon, nama calon, atau foto calon anggota DPD, dinyatakan sah
untuk Calon anggota DPD yang bersangkutan.
7. Pada saat penghitungan suara, didapati surat suara yang robek atau rusak
yang tidak sampai menghilangkan bagian surat suara dan tidak mengenai
kolom kecuali karena lipatan tetapi pemberian suara oleh Pemilih sesuai
dengan kategori surat suara sah, maka suara dinyatakan sah dan dicatat
dalam formulir Model C.KEJADIAN KHUSUS DAN/ATAU

24
KEBERATAN SAKSI-KPU.

H. PENGUMUMAN & PENYAMPAIAN FORMULIR C HASIL-SALINAN

1. Ketua KPPS mengumumkan hasil penghitungan suara di TPS berupa formulir Model
C.HASIL SALINAN masing-masing jenis Pemilu dapat ditempel di lingkungan TPS
dan disampaikan kepada PPS untuk diumumkan di kelurahan/desa atau yang disebut
dengan nama lain.
2. Ketua KPPS menyampaikan hasil Penghitungan Suara kepada Saksi dan Pengawas TPS
dalam bentuk hardcopy.
3. Dalam hal hasil Penghitungan Suara dalam bentuk hardcopy tidak dapat dihasilkan oleh
KPPS, Ketua KPPS menyampaikan hasil Penghitungan Suara kepada Saksi dan
Pengawas TPS dalam bentuk Dokumen Elektronik dengan format Portable Document
Format (PDF).
4. Ketua KPPS menyampaikan Hasil Penghitungan Suara kepada PPK melalui PPS
dengan ketentuan:
a. Ketua KPPS menyampaikan Kotak Suara tersegel kepada PPK melalui PPS.
b. Ketua KPPS menyampaikan C.HASIL SALINAN dalam Sampul Formulir Salinan
Berita Acara dan Sertifikat Hasil Pemungutan dan Penghitungan yang berada di
luar kotak kepada PPS untuk diumumkan di wilayah kerjanya.
c. C.HASIL SALINAN disampaikan juga dengan dalam bentuk Dokumen Elektronik
dengan format Portable Document Format (PDF) diberikan kepada PPS dan PPK
melalui Sirekap Mobile.
KPPS yang secara sengaja tidak menyampaikan Hasil Penghitungan Suara
sebagaimana dimaksud pada angka 3, dipidana sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku

Selain penyampaian Hasil Penghitungan Suara, KPPS dapat memberikan formulir


Model C.DAFTAR HADIR DPT-KPU, C.DAFTAR HADIR DPTb-KPU dan C.DAFTAR HADIR DPK-
KPU serta formulir Model C.KEJADIAN KHUSUS DAN/ATAU KEBERATAN SAKSI-KPU kepada
Saksi dan Pengawas TPS melalui SIREKAP atau dapat mempersilahkan Saksi dan
Pengawas TPS untuk mendokumentasikannya

I. PENYELESAIAN KEBERATAN

1. Saksi dan/atau Panwaslu Kelurahan/Desa/Pengawas TPS dapat mengajukan keberatan


terhadap prosedur dan/atau selisih penghitungan perolehan suara kepada KPPS apabila
terdapat hal yang tidak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

25
2. Selisih penghitungan perolehan suara dapat berupa:
a. Kesalahan penulisan hasil perolehan suara pada saat pencatatan hasil perolehan
suara di formulir Model C.HASIL masing-masing jenis Pemilu sedang
berlangsung; dan/atau
b. Perbedaan hasil perolehan suara antara formulir Model C.HASIL masing-masing
jenis Pemilu dengan catatan Saksi dan/atau Panwaslu Kelurahan/Desa/Pengawas
TPS atau dengan formulir Model C.HASIL SALINAN yang diterima oleh Saksi
dan Panwaslu Kelurahan/Desa/Pengawas TPS.
3. Dalam hal terdapat keberatan Saksi dan/atau Panwaslu Kelurahan/Desa/Pengawas TPS,
KPPS wajib menjelaskan prosedur dan/atau memeriksa selisih perolehan suara.
4. Penjelasan prosedur memedomani Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 25
Tahun 2023 tentang Pemungutan dan Penghitungan Suara Dalam Pemilihan Umum.
5. Pemeriksaan selisih perolehan suara dilakukan dengan cara:
a. Memeriksa kembali surat suara yang telah dinyatakan Sah atau Tidak Sah, apabila
Saksi dan/atau Panwaslu Kelurahan/Desa/Pengawas TPS mengajukan keberatan.
b. Memeriksa hasil perolehan suara yang tercantum dalam formulir Model C.HASIL
masing-masing jenis Pemilu, apabila Saksi dan/atau Panwaslu
Kelurahan/Desa/Pengawas TPS mengajukan keberatan.
6. Dalam hal keberatan yang diajukan Saksi, Panwaslu Kelurahan/Desa/Pengawas TPS,
KPPS seketika melakukan pembetulan.
7. Pembetulan dilakukan dengan cara mencoret angka yang salah dan menuliskan angka
yang benar.
8. Pencoretan dilakukan dengan cara:
a. Menimpa angka yang salah tersebut menggunakan alat penghapus tulisan
cair/correction pen, jika pembetulan dilakukan terhadap formulir Model C.HASIL;
b. Mencoret angka yang salah dengan 2 (dua) garis horisontal pada kesalahan
penulisan tersebut, jika pembetulan dilakukan terhadap formulir Model C.HASIL
SALINAN.
c. Pada tulisan angka atau kata, dituliskan angka hasil pembetulan.
9. Ketua KPPS membubuhkan paraf pada angka hasil pembetulan dan dapat diikuti oleh
Saksi yang hadir.
10. Dalam hal Saksi masih keberatan terhadap hasil pembetulan, KPPS meminta pendapat
dan/atau saran perbaikan dari Pengawas TPS yang hadir.
11. KPPS wajib menindaklanjuti saran perbaikan dari Pengawas TPS.

26
12. KPPS wajib mencatat keberatan Saksi yang diterima sebagai kejadian khusus dan
mencatat seluruh kejadian khusus selama pelaksanaan pemungutan dan penghitungan
suara di TPS pada formulir Model C. KEJADIAN KHUSUS DAN/ATAU
KEBERATAN-KPU dan ditandatangani oleh ketua KPPS.
13. Keberatan Saksi yang belum atau tidak dapat diterima, dicatat pada formulir Model
C.KEJADIAN KHUSUS DAN/ATAU KEBERATAN-KPU sebagai keberatan Saksi
dan ditandatangani oleh Saksi serta ketua KPPS.
14. Dalam hal tidak terdapat kejadian khusus dan/atau keberatan Saksi dalam pelaksanaan
pemungutan dan penghitungan suara di TPS, KPPS wajib menulis kata NIHIL pada
formulir Model C.KEJADIAN KHUSUS DAN/ATAU KEBERATAN-KPU dan
ditandatangani oleh ketua KPPS.
J. PENGHITUNGAN SUARA ULANG DI TEMPAT PEMUNGUTAN SUARA

Penghitungan suara ulang dilakukan untuk penghitungan ulang surat suara di TPS.
Penghitungan ulang surat suara dapat diulang jika terjadi hal sebagai berikut:
1. Kerusuhan yang mengakibatkan penghitungan suara tidak dapat dilanjutkan;
2. Penghitungan suara dilakukan secara tertutup;
3. Penghitungan suara dilakukan di tempat yang kurang terang atau yang kurang mendapat
penerangan cahaya;
4. Penghitungan suara dilakukan dengan suara yang kurang jelas;
5. Penghitungan suara dicatat dengan tulisan yang kurang jelas;
6. Saksi, Pengawas TPS, dan warga masyarakat tidak dapat menyaksikan proses
Penghitungan suara secara jelas;
7. Penghitungan suara dilakukan di tempat lain di luar tempat dan waktu yang telah
ditentukan; dan/atau
8. ketidaksesuaian jumlah hasil penghitungan surat suara yang sah dan surat suara yang
tidak sah dengan jumlah Pemilih yang menggunakan hak pilih.

K. TATA CARA PENGHITUNGAN SUARA DENGAN SISTEM NOKEN/IKAT

Penghitungan suara untuk pemungutan suara dengan sistem noken/ikat di Provinsi Papua
Tengah dan Papua Pegunungan dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Tata cara penghitungan suara untuk pemungutan suara dengan sistem noken/ikat di
Provinsi Papua Tengah dan Papua Pegunungan pada pelaksanaan Pemilu serentak

27
Tahun 2024 berlaku sama dengan pelaksanaan penghitungan suara di TPS yang tidak
menggunakan sistem noken/ikat.
2. Kotak suara hasil penghitungan suara wajib disampaikan kepada PPD melalui PPS
oleh KPPS.
A. SIREKAP

Sistem Informasi Rekapitulasi Suara (Sirekap) merupakan alat bantu dalam


rekapitulasi hasil pemungutan dan penghitungan suara. Formulir yang sudah
ditandatangani dibuat dalam bentuk dokumen elektronik menggunakan Sirekap dengan
mengacu pada tata cara mekanisme penggunaan Sirekap.

M. PENYUSUNAN FORMULIR DAN SURAT SUARA HASIL PENGHITUNGAN


SUARA

1. Setelah rapat Penghitungan Suara, ketua KPPS dibantu oleh anggota KPPS Keenam
dan anggota KPPS Ketujuh menyusun, menghitung, dan memisahkan:
a. Surat Suara yang sudah diperiksa dan suaranya dinyatakan sah untuk masing-
masing:
1) Pasangan Calon;
2) Partai Politik dan calon anggota DPR;
3) Partai Politik dan calon anggota DPRD Provinsi;
4) Partai Politik dan calon anggota DPRD Kabupaten/Kota; atau
5) calon perseorangan anggota DPD;
diikat dengan karet per 25 (dua puluh lima) lembar Surat Suara dan dimasukkan
ke dalam masing-masing sampul kertas sesuai jenis Pemilu; dan

b. Surat Suara yang sudah diperiksa dan suaranya dinyatakan tidak sah untuk masing-
masing jenis Pemilu, diikat dengan karet per 25 (dua puluh lima) lembar Surat Suara
dan dimasukkan ke dalam masing-masing sampul kertas sesuai jenis Pemilu.
2. Hasil penyusunan dan penghitungan Surat Suara dicocokkan dengan hasil
Penghitungan Suara berdasarkan pencatatan pada formulir Model C.HASIL sesuai jenis
Pemilu.
3. Apabila hasil pencocokan telah sesuai, Ketua KPPS mengesahkan hasil penghitungan
suara di TPS kemudian menandatangani formulir Model C.HASIL masing-masing jenis
Pemilu diikuti oleh seluruh Anggota KPPS serta Saksi yang hadir dan bersedia
menandatangani.

28
4. Ketua KPPS dibantu oleh anggota KPPS Keempat atau KPPS Kelima memasukkan
formulir Model C.HASIL SALINAN yang telah ditandatangani ke dalam Kantong
Plastik Ziplock untuk disampaikan kepada KPU Kabupaten/Kota:
a. Untuk Pemilu Presiden dan Wakil Presiden, DPR, DPD, DPRD Provinsi, DPRD
Kabupaten/Kota:
1) Surat Suara Sah ke dalam sampul Surat Suara Sah;
2) Surat Suara Tidak Sah ke dalam sampul Surat Suara Tidak Sah;
3) Surat Suara tidak digunakan ke dalam sampul Surat Suara tidak digunakan;
4) Surat Suara rusak/keliru coblos ke dalam sampul Surat Suara rusak/keliru
coblos
5. Formulir ke dalam Sampul Formulir Salinan Berita Acara dan Sertifikat Hasil
Pemungutan dan Penghitungan Suara sebanyak 3 (tiga) buah sampul untuk PPS, PPK
dan KPU Kabupaten/Kota, yaitu formulir: Model C.HASIL SALINAN-PPWP, Model
C.HASIL SALINAN-DPR, Model C.HASIL SALINAN-DPD, Model C.HASIL
SALINAN-DPRD-PROV/Model C.HASIL SALINAN-DPRA/Model C.HASIL
SALINAN-DPRP/Model C.HASIL SALINAN-DPRPB/Model C.HASIL SALINAN-
DPRPS/Model C.HASIL SALINAN-DPRPT/Model C.HASIL SALINAN-DPRPP
/Model C.HASIL SALINAN-DPRPBD/ Model, C.HASIL SALINAN-DPRD-
KAB/KOTA C.HASIL SALINAN-DPRK.

29
BAB V

EVALUASI PEMBELAJARAN

A. IDENTITAS
Materi : Evaluasi Pembelajaran
Alokasi Waktu : 20 Menit/1 Pertemuan
Media Pembelajaran : Lembar Penugasan

B. DESKRIPSI SINGKAT
Materi pokok ini meliputi evaluasi pembelajaran, terdiri dari soal-soal terkait
kumpulan-kumpulan materi mengenai Persiapan dan Pelaksanaan Penghitungan Suara,
dapat diketahui perlunya evaluasi pembelajaran ini guna melakukan review pengetahuan
/ knowledge dan penilaian seberapa besarnya pemahaman yang telah diterima oleh
Peserta pada kegiatan pembelajaran modul ini. Pelaksanaan review
pengetahuan/knowledge dan penilaian evaluasi pembelajaran dijabar lebih lanjut melalui
sub materi pokok sebagai berikut:
C. Tes/Ujian Materi Persiapan Dan Pelaksanaan Penghitungan Suara

Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan lengkap dan tepat !


1. Sebutkan 10 Istilah Singkatan, atau Ungkapan dalam proses penghitungan suara !
2. Sebutkan beberapa jenis-jenis Formulir di TPS !
3. Jelaskan Ketentuan dan Larangan dalam Pelaksanaan Penghitungan Suara !
4. Berikan contoh beberapa Sarana dan Prasarana dalam proses Penghitungan Suara !
5. Jelaskan pembagian Tugas Anggota KPPS untuk Penghitungan Suara !
6. Sebutkan Tata Cara Penghitungan Suara untuk setiap Jenis Pemilu!
7. Bagaimana perbedaan Surat Suara Sah dan Surat Suara Tidak Sah ?
8. Sebutkan fungsi dari Formulir C Hasil-Salinan!
9. Jelaskan fungsi dan kegunaan dari Sirekap!
10. Jelaskan proses penyampaian Kotak Suara Penghitungan Suara kepada PPK-PPS!
D. Kuis-Kuis Interaktif Materi Persiapan dan Pelaksanaan Penghitungan Suara

1. Berikut adalah beberapa contoh Formulir di TPS, Kecuali:


a. C.HASIL masing- b. C.HASIL SALINAN masing-
masing jenis masing jenis Pemilu
Pemilu
c. Surat Rekomendasi d. Surat pengantar;

30
2. Rapat penghitungan suara dipimpin oleh:
a. Ketua KPPS b. PPK
c. PPS d. KPPS

3. KPPS mengatur sarana dan prasarana penghitungan suara yang meliputi berikut ini,
Kecuali :
a. Alat keperluan b. Poster
administrasi
c. Segel d. Sampul kertas/kantong plastik
pembungkus;

4. Berikut ini yang Bukan tugas Ketua KPPS dalam proses penghitungan suara adalah:
a. Memeriksa pemberian b. Mengatur pembagian tugas anggota
tanda coblos pada setiap KPPS
Surat Suara yang telah
dibuka
c. Memimpin pelaksanaan d. Mencatat hasil penelitian
Penghitungan Suara di terhadap tiap lembar Surat
TPS Suara

5. Tugas Anggota KPPS Kedua dalam menghitung dan mengisi data rincian perolehan
suara setiap Peserta Pemilu adalah:
a. Membuka Surat Suara b. Menunjukkan kepada Saksi, Pengawas
lembar demi lembar dan TPS, anggota KPPS, Pemantau Pemilu
memberikan Surat Suara atau masyarakat/Pemilih yang hadir
tersebut kepada Ketua
KPPS.
c. Meneliti pemberian d. Menyampaikan hasil penelitian
tanda coblos pada Surat dan mengumumkan dengan suara yang
Suara terdengar jelas suara sah/tidak
sah.

31
BAB VI

PENUTUP

Dapat diketahui rancangan modul ini terdiri dari 4 materi pokok dengan rincian alokasi
waktu pada sebagai berikut:
1. Materi pokok pengantar penghitungan suara dengan alokasi waktu = 30 Menit
2. Materi pokok persiapan penghitungan suara dengan alokasi waktu = 50 Menit
3. Materi pokok pelaksanaan penghitungan suara dengan alokasi waktu = 50 Menit
4. Materi pokok evaluasi pembelajaran dengan alokasi waktu = 20 Menit
Berdasarkan rincian sebagaimana disebut diatas bahwa total akumulasi waktu
pelaksanaan kegiatan pelatihan modul ini sebanyak 2 Jam 30 Menit (150 menit) apabila
kegiatan pelatihan ini dilaksanakan secara tatap muka maka setidaknya dilaksanakan selama 1
(satu) hari agar pelaksanaan pelatihan ini dapat berjalan dengan optimal, hal tersebut diatas
hanya sebatas rancangan dan dapat dilakukan penyesuaian dan perubahan berdasarkan
kebutuhan.
Demikian modul pelatihan ini dibuat agar dapat bermanfaat serta dipergunakan
sebagaimana mestinya.

32

Anda mungkin juga menyukai