HASAN Makalah Perencanaaan Strategis Lembaga Pendidikan Nonformal
HASAN Makalah Perencanaaan Strategis Lembaga Pendidikan Nonformal
NONFORMAL
Disusun Oleh:
FAKULTAS : TARBIYAH
PRODI : PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
DOSEN PENGAMPUH : H. ZAINAL ABIDIN, S.Ag, M.M
KATA PENGANTAR
Puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah banyak
memberikan nikmat kepada kita, umatnya. Rahmad beserta salam semoga
tercurahkan kepada junjungan kita, pemimpin kita akhir zaman yang sangat dipanuti
oleh pengikutnya yakni Nabi Muhammad SAW. Makalah ini sengaja dibahas karena
sangat penting untuk kita khususnya sebagai mahasiswa yang ingin mengenal judul
tentang “Perencanaaan Strategis Lembaga Pendidikan Nonformal”
Selanjutnya, penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah memberikan pengarahan-pengarahan sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan tepat waktu. Tidak lupa juga kepada Buya Dosen dan teman-
teman yang lain untuk memberikan sarannya kepada kami agar penyusunan makalah
ini lebih baik lagi.
Demikian, semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi penyusun dan
umumnya semua pembaca makalah ini.
Penulis
i
ii
DAFTAR ISI
ii
1
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
B. Rumusan Masalah
Dengan latar belakang yang sudah di jelaskan sebelumnya kami akan
membahas masalah mengenai:
1. Apa pengertian pendidikan nonformal?
2. Bagaimana perencanaan strategis pendidikan nonformal?
3. Bagaimana penyelenggaraan pendidikan nonformal?
C. Tujuan Masalah
Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu :
1. Untuk mengetahui apa itu pendidikan nonformal
2. Untuk mengetahui perencanaan strategis pendidikan nonformal
3. Untuk mengetahui bagaimana penyelenggaraan pendidikan nonformal
1
Langeveld (1971: 5)
2
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20, Tahun 2003 pasal 1 dan 3
2
3
BAB II
PEMBAHASAN
3
Sudjana( 2010 : 13)
4
Kapal (1964)
5
Babbie, 1986: 1 : 114
3
4
4
5
9
Ishak Abdulhak, Ugi Suprayogi (2012 : 44)
5
6
10
Sudjana, Djuju. (2006). Evaluasi Pendidikan Luar Sekolah untuk Pendidikan Nonformal dan
Pengembangan Sumber Daya Manusia. (hal.56).
6
7
perhatianantara lain:
a. Tingkat penghidupan masyarakat
b. Sarana pendidikan yang ada.
c. Sumber mata pencaharian penduduk
d. Potensi alam dan lingkungannya
e. Kesehatan lingkungan (gizi, kondisi rumah dll.)
f. Tata cara hidup bersama, adat istiadat, kebiasaan dll.
g. Sarana peribadatan dan kegiatan-kegiatan keagamaan.
2. Sifat khas masyarakat yang menonjol. Analisis Studi Kelayakan
Hasil analisis studi kelayakan ini, memberi gambaran situasi
atau keadaan lokasi menurut aspek-aspek yang diteliti. Selanjutnay
dapat disusun alternatif- alternatif sebagai bahan pertimbangan dalam
pengambilan keputusan.
3. Menetapkan Daerah Pengembangan
Hasil analisis dan alternatif-alternatif yang tersedia, dapatlah
ditentukanlokasi sasaran yang dapat dijadikan sebagai lokasi binaan.
a. Merumuskan Tujuan, Setelah menetapkan lokasi sasaran, maka perlu
merumuskan tujuan yangingin dicapai dalam pengembangan PLS.
b. Menentukan populasi sasaran
Deskripsi yang tepat mengenai populasi sasaran sangat menentukan
keberhasilan pelaksanaan suatu perencanaan.
Ada 3 hal yang perlu mendapat perhatian antara lain:
a) Motivasi, kecenderungan dan minat peserta.
b) Kegairahan dan kemampuan peserta
c) Harapan-harapan dan cita-cita.
c. Mengidentifikasi Kebutuhan Belajar, Kebutuhan belajar sangat
besar pengaruhnya terhadap keberhasilan belajar. Yang berkaitan
dengan hal ini:
a) Apa yang ingin diketahui / dipelajari
b) Sumber-sumber belajar yang dapat mendukung kebutuhan
7
8
belajar masyarakat.
c) Kebutuhan belajar yang belum terungkapkan.
d) Mempertemukan kebutuhan belajar dan sumber belajar.
4. Merencanakan Penyampaian yang Tepat
Ada beberapa bentuk system penyampaian yang dapat digunakan
dalampengembangan program PNF :
a) Siaran pendidikan melalui radio dan televise
b) Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat
c) Sistem Belajar Jarak Jauh
8
9
a. Dasar pijakan
Ada tiga dasar pijakan bagi pendidikan nonformal sehingga
memperoleh legitimasi dan berkembang di tengah-tengah masyarakat
yaitu: UUD 1945, UU RI No. 20 tahun 2003 dan Peraturan Pemerintah RI
No. 73 Tahun 1991 tentang pendidikan luar sekolah atau yang sekarang
lebih dikenal pendidikan nonformal11. Ketiga pasal tersebut mempunyai
inti bahwa pendidikan nonformal adalah kumpulan individu yang
memiliki ikatan satu sama lain untuk mengikuti pendidikan yang
diselenggarakan diluar sekolah dalam rangka mencapai tujuan belajar.
Adapun bentuk-bentuk satuan pendidikan nonformal, meliputi pendidikan
keluarga, kelompok belajar, kursusdan satuan pendidikan sejenis.
b. Aspek Kebutuhan Terhadap Pendidikan
Dewasa ini kebutuhan terhadap pendidikan tidak hanya ada di
masyarakat perkotaan saja melainkan juga sampai kepelosok desa, hal ini
terjadi akibat perkembangan ekonomi, kemajuan iptek dan perkembangan
politik, kesadaran ini juga tumbuh dikarenakan kebodohan,
keterbelakangan, atau kekalahan dalam kompetisi global yang
mengharuskan seseorang untuk mempunyai sebuah keahlian untuk
bekerja. Sehingga pendidikan nonformal menjadi sebuah alternatif untuk
mendapatkan pengetahuan atau untuk mengasah keahlian.
c. Keterbatasan Lembaga Pendidikan Sekolah
Pendidikan sekolah (pendidikan formal) terpaku dalam sebuah
11
UUD 1945, UU RI No. 20 tahun 2003 dan Peraturan Pemerintah RI No. 73 Tahun 1991
9
10
10
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari keterangan-keterangan di atas, penyusun dapat simpulkan :
Pendidikan nonformal terdiri dari lembaga kursus, lembaga pelatihan,
kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, dan majelis taklim serta satuan
pendidikan lain yang sejenis. Salah satu upaya untuk Meningkatkan kualitas sumber
daya manusia, yaitu melalui kursus maupun pelatihan. Salah satu bentuk satuan
pendidikan nonformal, yaitu Lembaga Kursus dan Pelatihan.
Pendidikan Luar Sekolah dirancang dari kebutuhan masyarakat dan
berlangsung ditengah-tengah masyarakat tanpa membatasi usia dan jenis kelamin.
Karena berangkat dari kebutuhan masyarakat yang selalu berubah dan berlangsung
dalam masyarakat yang memiliki keragaman karakteristik, maka isi programnya
selalu mengarah pada fleksibilitas. Artinya isi program disesuaikan dengan kondisi
kebutuhan masyarakat yang memerlukannya. Oleh karena itu pelaksanaan
pembelajaran pada pendidikan luar sekolah harus direncanakan sebaik mungkin
sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung tanpa mempengaruhi kegiatan
masyarakat. Hal ini dapat erjadi dengan adanya kesepakatan antara pengelola, tutor,
dan peserta didik trutama dalam menentukan jadwal pembelajaran dan muatan lokal
yang harus di ajarkan.
11
12
DAFTAR PUSTAKA
12