Anda di halaman 1dari 22

PERMAINAN TRADISIONAL YANG MASIH ADA DAN SUDAH TIDAK ADA

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Permainan Tradisional Anak Usia Dini
Dosen Pengampu Mata Kuliah : Joko Pamungkas, S.Pd., M.Pd.

Disusun oleh :
Churnia Elsa Muarifah 15111241019
Tutut Puspita Sari 15111241039
Afifah Rahmaningrum 15111241044
Rizki Nur Fadilah 15111241045
Desiana Iriyanti Ramadhani 15111241047
Hasmi Naura Nazifa 15111241048
Syarifah Dwi Utami 15111244012

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI


JURUSAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
SEPTEMBER 2017
A. Permainan yang Masih Ada

1. Pletokan atau Jedoran

Permainan ini biasanya dimainkan secara beregu. Setiap


anak memegang pletokan dan mencari korban untuk
dibidik. Bermain pletokan ini seperti sedang menjadi
seorang sniper. Kamu harus bisa mengarahkannya
dengan pas.

Pletokan terbuat dari bambu yang masih kecil tapi sudah


kuat, diameternya sekitar 2-3 cm dan panjangnya sekitar
30cm. Pelurunya menggunakan kertas yang sudah
dibasahi, atau bisa juga dengan menggunakan bunga
jambu air yang belum mekar.

Permainan tradisional ini sudah jarang ditemukan. Anak-anak zaman sekarang lebih
memilih bermain air soft gun, paint ball atau permainan tembak menembak seperti
Point Blank.

2. Congklak atau Dakon


Permainan tradisional coklak lebih popular dikalangan
kaum wanita dan bisa ditemukan di banyak daerah di
Indonesia. Permainan ini menggunakan papan dengan
16 lubang dan 98 butir biji congklak atau biji kerang.
Congklak dimainkan oleh dua orang pemain. Biji
congklak dibagi rata ke dalam 14 lubang. Pemain yang
sedang giliran bermain harus mengambil biji congklak
dari salah satu lubang kemudian meletakkannya satu per
satu ke setiap lubang di sebelah kanannya.
3. Engkleng atau Engklek

Permainan tradisional engkleng bisa dimainkan oleh


anak laki-laki maupun perempuan dengan jumlah 2-5
orang. Cara bermainnya yaitu dengan membuat kotak-
kotak pada halaman yang kosong.

Kotak yang dibuat bisa berbentuk huruf T, 3 kotak


vertikal, kemudian 3 kotak horizontal, 1 kotak vertikal
dan 2 kotak horizontal.

Setiap pemain harus melompat melewati setiap kotak dengan menggunakan 1 kaki dan
tidak boleh melebihi atau keluar dari garis kotak.

Jika ada pemain yang terjatuh atau melanggar, maka harus meletakkan batu di satu kotak
terakhir sebagai tanda untuk mengawali giliran selanjutnya.

4. Ular Naga
Permainan ular naga bisa dimainkan minimal oleh 7
orang anak, 2 orang bertugas sebagai penjaga dan
sisanya akan berjalan melewati penjaga.

Ketika memulai permainan biasanya di acak dulu


dengan hompimpa untuk menentukan siapa 2 orang
sebagai penjaga. Sisa pemainnya berbaris dengan
saling memegang pundak temannya dan berjalan
melewati kedua penjaga.
www.nyoozee.com
Permainan ular naga dimulai dengan nyanyian lagu daerah atau lagu-lagu pilihan lainnya.
Ketika lagu berhenti, penjaga akan menangkap salah satu orang dan yang tertangkap
harus keluar dari permainan.
5. Layangan

Salah satu permainan tradisional yang sangat


populer pada jamannya, semua orang dulu
memainkannya, baik anak kecil, remaja, dewasa
bahkan orang tua. Biasanya ada, waktu musim
panas dan berangin.
6. Apalagi anak-anak kecil pasti sangat suka
permainan ini karena sangat menyenangkan.
Banyak yang suka mengejar layangan yang putus
akibat sambitan.

InfoBondowoso.net

Saat ini, permainan layangan masih ada tapi sudah sangat sedikit yang
memainkannya. Andak-anak kecil pun juga sudah jarang memainkannya. Layangan
terbuat dari bambu yang diikat menggunakan benang dan ditempeli kertas atau plastic.
Cara memainkannya mudah tapi butuh banyak faktor pendukung, terutama angin.
Karena yang bisa membuatnya terbang tinggi adalah angin. Layangan sudah dibuat,
diikat dengan benang lalu terbangkan ke udara. Permainan ini sangat menyenangkan
terutama jika diadu dengan layangan miliki orang lain.

7. Kelereng atau Gundu


Kelereng adalah suatu alat permainan berbentuk bulat
yang terbuat dari bahan kaca. Kelereng ini biasanya
transparan yang didalamnya terdapat beberapa warna,
sehingga membuatnya menjadi indah. Terkadang juga
ada kelereng yang berwarna warni.
Kelereng ini biasanya dimainkan oleh anak laki-laki
dan menjadi permainan yang sangat disukai.

BeritaHati.com

Cara memainkan permainan ini ada banyak, salah satunya adalah dengan Anda
memilih guci atau kelereng utama. Lalu setelah semua pemain telah memilih guci,
maka ada satu orang yang mengumpulkannya dan ngopyok atau mengkocoknya lalu
melemparkannya ke dinding.
Yang kelerengnya terlemparnya paling jauh maka dia yang pertama kali main. Pemain
mencoba untuk mengincar kelereng pemain lain, kalau sekali tembakan kena, maka
terus bermain dengan mengincar kelereng lawan yang lain. Kalau dalam tembakannya
dia meleset, maka ganti dengan pemain lain setelahnya. Biasanya yang menang akan
mendapatkan hadiah berupa kelereng dan jumlah hadiahnya sesuai dengan aturan
yang disepakati di awal.

8. Ketapel
Ketapel merupakan sebuah mainan sederhana
yang berbentuk huruf Y yang bagian atas
(kanan dan kirinya) disatukan dengan karet
dan ditengahnya diikat sebuah kulit sebagai
tempat batu yang akan dilontarkan.
Ketapel ini biasa dimainkan oleh anak-anak
kecil jaman dulu untuk berburu binatang seperti burung.

blitudik.com

Cara memainkannya sangat mudah. Setelah ketapel dibuat. Ambil batu, lalu taruh
pada kulit (tempat batu yang akan dilontarkan). Lalu tarik dengan kuat, arahkan pada
sasaran dan lepaskan batu.

9. Petak Umpet
Anak-anak jaman dulu sering sekali memainkan permainan ini karena memang seru.
Biasanya dilakukan di sore hari di pelataran rumah atau di kebun.
Petak umpet adalah permainan sederhana yang dilakukan di luar rumah dan dilakukan
oleh beberapa anak atau pemain.
Cara memainkannya mudah, yaitu pilih beberapa pemain yang mau ikut, lalu buat
aturan permainannya, missal tidak boleh bersembunyi terlalu jauh.
Setelah aturan sudah dibuat, maka para pemain berusaha bersembunyi dan berusaha
jangan sampai ketahuan, dan ada satu orang yang mencari mereka setelah dia di tutup
matanya sambil menghitung sampai 100.
Kompasiana.com

10. Lompat Tali

M’sDailyLife.WordPress.com
Anak-anak perempuan jaman dulu juga mempunyai banyak permainan, salah satu
yang sering mereka mainkan adalah lompat tali.
Sebenarnya, anak laki-laki juga boleh dan bisa bermain lompat tali tapi biasanya tidak
sebaik anak perempuan dalam memainkannya.
Ketika permainan ini dimainkan oleh anak-anak pada jaman dulu, sudah pasti ramai
dan mereka memainkannya di lapangan atau halaman rumah.
Tali yang digunakan umumnya adalah karet gelang yang dirangkai sedemikian rupa
hingga membentuk tali yang panjang.
Cara memainkannya mudah, biasanya membutuhkan minimal 3-4 anak. 2 anak yang
bertugas untuk memegangi tali di setiap sisinya dan 1-2 anak berada di tengah untuk
melompati tali yang diayunkan oleh 2 orang pemegang tali tadi.

11. Mobil-mobilan
Anak jaman dulu bisa memanfaatkan barang apa saja menjadi mainan yang kreatif,
salah satunya adalah mobil-mobilan yang dibuat dari kulit jeruk bali.
Jeruk bali dipilih karena dulu jeruk ini sangat banyak di desa-desa dan mudah banget
mencarinya.
Cara membuatnya sangat mudah, yaitu dengan mengiris kulit jeruk bali membentuk
sebuah mobil-mobil atau sesuai keinginan (bisa bentuk kotak atau mirip perahu).
Setelah itu tinggal dipasang roda yang terbuat dari kulit jeruk pula, dibentuk bulat
(mirip roda) lalu di pasang di badan mobil dengan menggunakan kayu, bambu yang
sudah dibentuk seperti tusuk sate atau lidi.

Kopi-ireng.com

Terakhir pasang tali pada bagian depan tali, dan mobil-mobilan pun bisa digunakan
dengan cara di tarik. Permainan ini sangat menarik, selain menambah kreatifitas juga
memanfaatkan sampah yang tidak terpakai.

Cr : Irul Azis. 2016. 30+ Macam Permainan Tradisional Anak Asli Indonesia yang Hampir
Punah. Diakses pada tanggal 25 september 2017 pukul 15.52 pada
http://masirul.com/permainan-tradisional/

12. Gasing
Gasing yang digunakan merupakan gasing yang
terbuat dari kayu. Anak-anak pada zaman dahulu
membuat sendiri gasing ini.

Cara memainkan gasing ini terbilang cukup


mudah, yaitu sekelompok anak akan melemparkan
gasign ini kelantai secara bersamaan. Gasing yang
berputar lebih lama itulah yang menang.
13. Egrang
untuk bermain egrang anak harus berpegangan
pada sepasang bambu atau kayu yang lebih tinggi
daari badan si anak. Kemudian sekitar +- 50 cm di
sepasang bambu/kayu tersebut dibuatkan pijakan
dari kayu/bambu yang dikaitkan dengan bambu
tersebut.
Pijakan kaki tersebut berguna untuk anak agar bisa
berjalan. Dalam permainan ini dituntut
keseimbangan yang luar biasa.

14. Benteng
Permainan ini menuntut keaktifan anak untuk bergerak. Permainan ini bisa sekaligus
sebagai ajang berolahraga untuk anak. Permainan ini bisa juga melatih jiwa kerjasama
pada anak.
Cara bermain yaitu anak dibagi mnejadi 2 kelompok. Satu kelompok bisa terdiri dari
4 orang atau lebih. Setiap kelompok memiliki markas atau benteng masing-masing.
kedua kelompok kemudian akan berunding
untuk menentukan siapa yang dikejar dan
mengejar terlebih dahulu. Anggota
kelompok lawan yang tersentuh akan
dijadikan tawanan dan diposisikan didekat
markas dari lawan. Jika tawanan ini
tersentuh oleh teman kelompoknya maka ia
dinyatakan bebas.

15. Gobak Sodor


Anak dibagi menjadi dua kelompok,
masing masisng kelompok terdiri dari 3-5
anak. Kemudian dibuatlah kotak-kotak
pada lapangan luas dengan 6 kotak (2
menyamping, 3 berderet).
Kelompok tersebut menentukan siapa yang
akan berjaga dan menyerang. Tugas dari
penjaga ialah menjaga garis vertikal
(masing-masing satu anak), dan tugas dari
penyerang adalah melewati garis yang
dijawa tersebut. Kelompok penyerang
harus melewati garis serang tersebut hingga
akhir dan kembali lagi ke garis awal.

16. Bekel
cara bermainnya cukup mudah. Anak-anak hanya
menyiapkan beberapa bekel dan satu bola kecil
saja.
Anak-anak akan berunding unutk menentukan
siapa yang akan main pertama kali. Aturan
mainnya yaitu bola kecil akan dilemparkan dan
anak mengambil bekel. Bola kecil tidak boleh
memantul lebih dari satu kali. Jika bola kecil
memantul lebih dari satu kali maka anak tersebut
kalah dan digantikan anak yang lain.

17. Dolip-dolipan (kejar-kejaran)


Permainan ini dilakukan dengan mengumpulkan beberapa anak. Kemudian anak-anak
akan berunding untuk menentukan satu orang yang akan berjaga. Tugas yang berjaga
adalah mengejar anak-anak yang lain sambil mengucapkan dolip. Anak yang disentuh
kemudian diam berubah menjadi patung. Jiak ia disentuh lagi oleh temannya yang
bebas maka ia akan bebas lagi. Namun jika ia tidak bisa diam seperti patung maka ia
yang akan menggantikan temannya untuk berjaga.
18. Balap Karung
Cara untuk bermain balap karung cukup
mudah. Setiap anak diberikan satu
karung. Kemudian anak tersebut masuk
kedalam karung. Selama permainan ini
anak tidak booleh berjalan atau berlari
namun harus melompat. Anak yang
paling cepat ke garis finish dia yang
menang

19. Patok Lele


Permainan patok lele memerlukan kerjasama tim
dan ketepatan dalam menghitung. Untuk bermain
ini harus dibentuk 2 kelompok. Selain itu, disiapkan
pula 2 batang kayu yang kecil dengan panjang yang
berbeda. Siapkan pula lubang untuk meletakkan
kayu yang kecil.
Kayu yang kecil diletakkan didalam lubang.
Kemudian salah satu anak bertugas untuk
melemparkan kayu tersebut keatas. Dan saat itu juga
kayu ini harus dipukul mejauh dari lubang tadi.
Anak-anak yang lain, kawan maupun lawan berdiri disekitar lubang dan berusaha
untuk menangkap kayu tersebut. Jika kayu tersebut ditangkap oleh lawan maka
permainan selesai, namun jika yang menangkap adalah teman atau tidak berhasil
ditangkap maka jaraknya harus dihitung.
Sembari kelompok lawan menghitung jaraknya, kelompok yang melempar pergi
bersembunyi dan menunggu untuk ditemukan kelompok lawan.

20. Ular Tangga


Ular tangga memiliki nomer 1-100, pada angka 1 ditulis start dan angka 100 ditulis
finish. Dipertengahan kotak angka acak) terdapat gambar ular dan tangga. Ular
menandakan kita turun, dan angka menandakan kita akan naik. Permainan ini juga
dilengkapi dengan satu atau dua buah dadu dan pion kecil yang sesuai dengan jumlah
anak.
jika pion anak berhenti di kotak yang terdapat gambar
mulut ular, maka artinya sang anak harus turun nomer
sampai ekor ular tersebut. Namun jika berhenti di tangga
maka akan naik sampai dimana gambar tangga tersebut
berakhir.
Permainan ini dimainkan secara begantian dengan
melmeparkan dadu. Jumlah dadu yang keluar itulah jumlah
langkah pionnya.
Anak yang pertama kali berhenti di kotak angka 100 dialah
yang menang.

21. Cublak-cublak Suweng


Permainan ini dinamakan cublak cublak suweng mungkin karena pada mulanya yang
dicublek-cublek (ditonjok-tonjokkan) adalah suweng (subang) yang terbuat dari tanduk
(biasa disebut uwer). Permainan ini biasa dimainkan pada sore dan malam hari (saat bulan
purnama) dengan mengambil tempat di halaman rumah atau di emper rumah. Permainan
ini berkisar antara 5-7 orang anak.
Permainan Cublak-cublak suweng memerlukan perlengkapan sebuah suweng
(subang) tanduk yang disebut uwer. Bila benda ini sulit didapatkan, maka diganti dengan
kerikil, biji-bijian, atau apa saja yang bersarnya mendekati subang dan disertai dengan
lagu pengiring.
Cublak Cublak Suweng
Suwenge ting gelenter
Mambu ketundhung gudel
Pak Empong lelar leler
Sopo ngguyu ndelekake
Sir sir pong delek kopong
Sir sir pong delek kopong

22. Jamuran
Jamuran adalah permainan yang sangat populer di kalangan anak-anak di Jawa,
khususnya di DIY. Jumlah pemain tidak dibatasi, biasanya berkisar antara 4-12 anak.
Sedangkan batasan umur pemain Jamuran juga tidak mengikat. Cara bermainnya, setelah
Sekelompok anak-anak yang berkeinginan bermain jamuran berkumpul, maka dilakukan
undian (biasanya hompimpah) untuk menentukan siapa yang jadi ditengah diantara yang
berkumpul melingkar tadi. Satu anak yang jadi kemudian jongkok dan yang melingkar
berdiri dan berputar sambil menyanyikan lagu:
Jamuran ya ge ge thok
Jamur apa, ya ge ge thok
Jamur gajih mbejijih sakara-ara
Semprat semprit jamur apa (mbakyu/kangmas)?

23. Layangan
Sebenarnya kata layangan sendiri adalah nama benda yang dipergunakan untuk
bermain. Di wilayah DIY sendiri permainan ini dikenal dengan nama ngundha layangan.
Ngundha artinya menaikkan ke udara. Ada tiga perlengkapan yang digunakan dalam
permainan ini yaitu: layangan, benang, dan bendrong (tempat menggulung benang)

24. Bentengan
Permainan ini dimainkan oleh dua kelompok, masing–masing kelompok terdiri
dari 4 sampai 8 orang. Kedua kelompok kemudian akan memilih suatu tempat sebagai
markas, biasanya sebuah tiang, batu atau pilar yang disebut sebagai “benteng”. Tujuan
utama permainan ini adalah untuk menyerang dan mengambil alih “benteng” lawan
dengan menyentuh tiang atau pilar yang telah dipilih oleh lawan dan meneriakkan kata
benteng. Kemenangan juga bisa diraih dengan “menawan” seluruh anggota lawan dengan
menyentuh tubuh mereka. Untuk menentukan siapa yang berhak menjadi “penawan”,
ditentukan dari siapa yang paling akhir menyentuh “benteng” mereka.

25. Ular Naga Panjang


Permaian tradisional ini dulu sangat di gemari oleh anak umur 5-12 tahun termasuk
kita saat itu. Biasanya permainan ini dimainkan lebih dari 7 anak, 2 anak sebagai penjaga
dan sisanya akan berjalan melewati penjaga. Untuk menentukannya biasanya kita terlebih
dahulu hompimpa. Setelah ditentukan siapa yang menjadi penjaganya, maka sisanya
secara otomatis berbaris dengan posisi tangan diletakkan diatas pundak temannya didepan.
Kemudian sambil berjalan melewati penjaga dan sambil menyanyikan lagu ular naga
panjang. Jika lagu atau nyanyian tadi sudah selesai maka sang penjaga akan salah satu
orang dan orang yang tertangkap haruslah keluar dari barisannya.
26. Meriam Bambu

Permainan tradisional ini menggunakan bambu yang agak


besar dan sudah tua. Biasanya Meriam bambu ramai
dimainkan oleh anak-anak ketika menjelang bulan puasa,
lebaran atau di peringatan hari-hari besar lainnya.

Meriam bambu ini menggunakan karbit dan bunyi


dentumannya bisa terdengar sampai jarak 1-2 km.
Memang permainan ini agak berbahaya, makanya Meriam
bambu ini cuma ada di hari-hari tertentu saja.

Sekarang ini Meriam bambu karbit ini sudah jarang terdengar bunyinya. Anak-anak
lebih senang menggunakan kembang api yang harganya lebih mahal.

27. Dhingklik Oglak Aglik


Jumlah peserta permainan ini dapat tiga, empat, atau lima orang anak. Namun
apabila untuk pertandingan diperlukan dua kelompok yang bertanding, sehingga
memerlukan kelipatan dari jumlah peserta. Permainan ini sebaiknya dilakukan oleh yang
berusia sebaya karena jika perbedaan usia terlalu mencolok dapat terjadi perbedaan besar
kecil fisik badan si pemain. Dalam permainan ini para peserta melonjak-lonjak dan
bertepuk tangan sambil menyanyikan sebuah lagu, sehingga suasananya meriah sekali.
Pasang dhingklik oglak-aglik
Yen keceklik adang gogik
Yu yu mbakyu mangga
Dhateng pasar blanja
Leh-olehe napa
Jenang jagung
Enthok-enthok jenang jagung
Enthok-enthok jenang jagung
Enthok-enthok jenang jagung

28. Congklak atau Dakon


Congklak adalah suatu permainan tradisional yang dikenal dengan berbagai macam
nama di seluruh Indonesia. Biasanya dalam permainan, sejenis cangkang kerang
digunakan sebagai biji congklak dan jika tidak ada, kadangkala digunakan juga biji-
bijian dari tumbuhan. Permainan congklak dilakukan oleh dua orang. Dalam permainan
mereka menggunakan papan yang dinamakan papan congklak dan 98 (14 x 7) buah biji
yang dinamakan biji congklak atau buah congklak. Umumnya papan congklak terbuat
dari kayu dan plastik, sedangkan bijinya terbuat dari cangkang kerang, biji-bijian, batu-
batuan, kelereng atau plastik. Pada papan congklak terdapat 16 buah lobang yang terdiri
atas 14 lobang kecil yang saling berhadapan dan 2 lobang besar di kedua ujungnya.
Setiap 7 lobang kecil di sisi pemain dan lobang besar di sisi kanannya dianggap sebagai
milik sang pemain.
Pada awal permainan setiap lobang kecil diisi dengan tujuh buah biji. Dua orang
pemain yang berhadapan, salah seorang yang memulai dapat memilih lobang yang akan
diambil dan meletakkan satu ke lobang di sebelah kanannya dan seterusnya. Bila biji
habis di lobang kecil yang berisi biji lainnya, ia dapat mengambil biji-biji tersebut dan
melanjutkan mengisi, bisa habis di lobang besar miliknya maka ia dapat melanjutkan
dengan memilih lobang kecil di sisinya. Bila habis di lubang kecil di sisinya maka ia
berhenti dan mengambil seluruh biji di sisi yang berhadapan. Tetapi bila berhenti di
lobang kosong di sisi lawan maka ia berhenti dan tidak mendapatkan apa-
apa.Permainan dianggap selesai bila sudah tidak ada biji lagi yang dapat diambil (seluruh
biji ada di lobang besar kedua pemain). Pemenangnya adalah yang mendapatkan biji
terbanyak.

29. Gobak Sodor


Galah Asin atau di daerah lain disebut Galasin atau Gobak Sodor adalah sejenis
permainan daerah dari Indonesia. Permainan ini adalah sebuah permainan grup yang
terdiri dari dua grup, di mana masing-masing tim terdiri dari 3–5 orang. Inti
permainannya adalah menghadang lawan agar tidak bisa lolos melewati garis ke baris
terakhir secara bolak-balik, dan untuk meraih kemenangan seluruh anggota grup harus
secara lengkap melakukan proses bolak-balik dalam area lapangan yang telah ditentukan.
Permainan ini biasanya dimainkan di lapangan bulu tangkis dengan acuan garis-garis
yang ada atau bisa juga dengan menggunakan lapangan segi empat dengan ukuran 9 x 4
m yang dibagi menjadi 6 bagian.
Garis batas dari setiap bagian biasanya diberi tanda dengan kapur. Anggota grup
yang mendapat giliran untuk menjaga lapangan ini terbagi dua, yaitu anggota grup yang
menjaga garis batas horisontal dan garis batas vertikal. Bagi anggota grup yang
mendapatkan tugas untuk menjaga garis batas horisontal, maka mereka akan berusaha
untuk menghalangi lawan mereka yang juga berusaha untuk melewati garis batas yang
sudah ditentukan sebagai garis batas bebas. Bagi anggota grup yang mendapatkan tugas
untuk menjaga garis batas vertikal (umumnya hanya satu orang), maka orang ini
mempunyai akses untuk keseluruhan garis batas vertikal yang terletak di tengah
lapangan. Permainan ini sangat mengasyikkan sekaligus sangat sulit karena setiap orang
harus selalu berjaga dan berlari secepat mungkin jika diperlukan untuk meraih
kemenangan.

30. Egrang
Egrang adalah permainan yang mungkin hingga sekarang ada namun makin sedikit
peminatnya. Permainan ini disukai oleh anak laki-laki, jumlah pemainnya tidak terbatas.
Permainan ini biasanya membutuhkan tongkat dan tumpuan kaki yang lebih tinggi dari
tanah untuk pengganti ia berpijak, lalu berjalan-jalan dengan tongkat tersebut. Walau
dalam permainan ini tidak ada kalah dan menang, namun para pemain biasanya
mempertahankan keseimbangannya agar tidak jatuh.

31. Engklek
Permainan tradisional terakhir bernama engklek. Permainan ini harus
menggambarkan tiap petak seperti pada gambar. Pemainnya biasanya berjumlah 2-5
orang, dan dilakukan secara bergantian. Setiap orang memegang batu, gacuk, kereweng
atau benda berukuran datar untuk menandakan kotak, lalu mulai melompati tiap petak
dengan kaki 1, petak yang sudah ditandai tidak boleh diinjak oleh siapapun, maka harus
berpijak dipetak berikutnya.
32. Kasti
Permainan ini menggunakan beberapa peralatan yaitu bola kasti (berwarna hijau),
pemukul (tamplek), pos (pencokan/ pathok). Permainan ini dimainkan beregu, satu regu
minimal 5 orang. Cara bermainnya yaitu satu regu berjaga dan regu lainnya bermain.
Salah satu pemain memukul bola yang dilempar oleh pemain lawan sejauh mungkin.
Kemudian setelah dipukul ia haru lari k epos 1, apabila memungkinkan pemain bisa lanjut
berlari ke pos selanjutnya sebelum bola belum kembali ke arena pukulan. Setelah itu
berlanjut ke pemukul selanjutnya sampai habis, dan pemukul awal kembali ke pos, begitu
seterusnya. Regu yang berjaga bertugas melempar bola ke pemain yang ada diluar pos.
Apabila terkena lemparan bola, maka regu dinyatakan kalah. Regu yang berjaga dapat
bergantian bermain.

B. Permainan yang Sudah Punah


1. Layung

Layung, dalam pengertian bahasa Jawa adalah awan berwarna kuning di senja hari.
Orang Jawa, sebagian ada yang mengatakan Candhik Ayu atau Candhik Ala. Disebut
Candhik Ayu, karena warnanya yang indah dan cantik. Namun sebagian lagi masyarakat
Jawa menyebut Candhik Ala, karena datangnya awan berwarna kuning itu biasanya
menandakan akan datang musibah. Tentu semua itu mengandung “pasemon” atau tanda.
Selain itu ternyata, kata layung juga dipakai oleh anak-anak masyarakat Jawa untuk
menamakan sebuah nama dolanan. Kebetulan pula, dolanan layung ini memerlukan sebuah
alat berupa bola terbuat dari janur (daun kelapa muda). Saat terlempar ke udara terkena sinar
matahari, memancarkan kilatan warna kuning, menyerupai layung. Dari situlah akhirnya
dolanan ini disebut dengan dolanan Layung (Sukirman, 2004). Biarpun nama dolanan
Layung tidak terdeteksi di Kamus Jawa (Baoesastra Djawa) karangan WJS. Poerwadarminta
(1939), namun dolanan Layung cukup dikenal di masyarakat Jawa, setidaknya di wilayah DI.
Yogyakarta, setidaknya di era sebelum 1980-an. Sayang, penulis tidak merinci secara detail,
daerah mana saja yang mengenal dolanan jenis ini. Dolanan Layung termasuk jenis
permainan yang mengandung unsur ketangkasan. Dolanan ini banyak mengandalkan
ketahanan dan kekuatan fisik, kekompakan, membutuhkan alat sederhana, dan lahan bermain
yang cukup luas. Sesuai dengan sifatnya, maka dolanan seperti itu biasa dilakukan dan
dimainkan oleh anak laki-laki. Sangat jarang anak perempuan bermain Layung. Dolanan ini
biasa dimainkan di waktu terang, baik pagi, siang, atau sore hari, sehabis membantu
kesibukan orang tua atau pas saat liburan sekolah. Pada zaman dulu, di saat belum banyak
listrik, dolanan Layung dimainkan pada malam hari hanya di saat terang bulan purnama.
Dolanan Layung menggunakan sebuah alat dolanan
bola yang terbuat dari janur. Cara membuat bola
janur, biasanya dibentuk dari dua janur (lidinya sudah
diambil) yang dianyam dan digulung hingga
menyerupai bola. Bagian dalamnya, biasanya diberi
kerikil untuk menambah beban berat. Walaupun bentuk sebenarnya lebih ke arah kotak
seperti dadu atau kubus. Besar bola kira-kira sebesar bola tenis (agar mudah ditangkap
tangan). Setelah jadi, bola daun janur ini biasa disebut dengan nama “gendhok”. Mungkin
saja, bola bisa diganti dengan bola tenis, jika kesulitan memperoleh janur. Tetapi, awal
mulanya, dolanan ini muncul karena bola yang dibuat berasal dari janur. Lahan yang dipakai
setidaknya berukuran 5 x 12 meter, bisa bertempat di halaman rumah, kebun, atau tanah
lapang lainnya. Yang penting, lahan untuk bermain cukup teduh, dengan kanan kiri banyak
ditumbuhi pepohonan. Anak laki-laki yang bermain, biasanya berumur 10—15 tahun, sebaya
anak SD hingga SMP. Jadi mereka sudah cukup paham terhadap dolanan ini dan bisa bekerja
sama dengan temannya dalam permainan. Dolanan Layung, minimal dimainkan oleh 8 anak
dan maksimal 16 anak. Mereka dibagi dalam dua kelompok. Seperti permainan lain, dolanan
Layung ini juga tidak membedakan status sosial. Jadi siapa saja boleh bermain. Selain itu,
dolanan ini juga tidak ada hubungannya dengan upacara tradisional tertentu. Ada beberapa
aturan tidak tertulis dalam dolanan Layung yang harus diketahui dan disekapati oleh semua
pemain sebelum dolanan digelar. Satu, ukuran arena bermain (5x12) dibagi menjadi dua
bagian sama besar dengan garis tengah sebagai pemisah antara dua kelompok. Dua, jumlah
peserta minimal 4 pasang, maksimal 8 pasang. Tiga, kelompok pemain menang (sut) berhak
untuk bermain duluan. Empat, kelompok pelempar gendhok dianggap mati jika ada peserta
menginjak atau melewati garis lempar, serta gendhok yang dilempar jatuh di luar arena
bermain atau jatuh di arena permainan sendiri. Lima, kelompok penerima lemparan dianggap
gagal mematikan kelompok lawan, jika tidak dapat menangkap gendhok secara langsung
(gendhok telah menyentuh tanah) atau dapat menangkap gendhok secara langsung, tetapi
gendhok kemudian jatuh ke tanah. Enam, kelompok pelempar mendapat nilai atau poin
apabila lemparannya tidak dapat ditangkap oleh kelompok lawan. Tujuh, pindah bola terjadi
setiap kelompok lawan mati. Delapan, bila kelompok penerima (lawan) gagal menangkap
bola, maka kelompok pelempar mendapat keuntungan memulai lagi permainan. Sembilan,
bila sebuah kelompok sudah mengumpulkan nilai 15 (sesuai kesepakatan), dianggap sebagai
pemenang dan berhak digendong oleh pihak yang kalah.

2. Pong Pong Bolong

Permainan ini dimainkan oleh dua orang atau lebih dengan satu anak yang berusia lebih
dewasa. Tangan seluruh pemain mengepal kecuali tangan pemain yang paling besar dan
kemudian permainan paling besar bernyanyi.

Liriknya adalah : “pong pong bolong gulu banyak gulu sapi mecah o ndok siji”

Tangan paling bawah hingga paling atas terbuka satu persatu. Dinyanyikan sampai semua
kepalan tangan terbuka, kemudian tangan yang paling atas menunjuk telapak tangan yang
berada ditumpukan paling atas kemudian bernyanyi :

“Uzek uzek ranti ono bebek pinggir kali unine segogok cuit cekit

Serontang seranting mbok midair njilih gunting guntinge mbok sedono

Gedang kepok tangan kiwo/tengen (tergantung tangan yang ditunjuk)”

Setelah itu tangan kiri/kanan ditaruuh di pundak kanan/kiri secara menyilang. Pemain yang
paling besar atau yang bernyanyi memegang bahu anak yang tangannya sudah dikedua
pundak lalu pemain yang paling besar menanyakan anak tersebut. “Kang” untuk laki-laki,
dan “Yu” untuk perempuan

“ewangi macul yu”

Anak menjawab : “wegah”

Kemudian bertanya lagi : “lha ngopo?

Dijawab : “males”

Kemudain anak itu diberikan pilihan “angklek opo andul?

Anak harus memilih salah satunya. Jika anak memillih angklek dinyanyikan “angkek
angklek (nama anak) tibo o telek (dijauhkan kesebelah kiri). Jika memilihandul
dinyanyikan “andul andul (nama anak) tibo o kasur (dijatuhkan ke kanan)

3. LOGANTOI
Permainan dilakuka oleh 3 orang atau lebih pada saat terang bulan/malam hari. Permainan ini
menggunakan 1 buah batu besar atau kertas yang dibentuk bulat. Peserta duduk sila dan
melingkar kemudian batu besar berputar sambil bernyanyi :

Logantoi-logantoi panteso slendang sloko o jo cengkeh cengkeh iro cengkeho


mbang kuloso

Adas sembur waras sopo sinten ketiban ndenggling

Pojoko lor kidulo

Asatinoet gunung gamping growong rompang ramping mak kedebuk

Letre letre ndang sendang pedot kolore alah rinuk rinuk

Sopo sinten ketiban ndenggling pojoko lor kidulo asatinoet gunung gamping

Growong rongkang rangking mak kedebuk gong e sopo

Batu berhenti saat lagu selesai. Diulang sampai permainan habis

4. Benthik

Permainan ini terdiri dari 2 kelompok. Setip kelompok beranggotakan 3-4 orang. Permainan
tradisional ini membutuuhkan lapangan yang luas. Setiap kelompok memiliki tugas. Salah
satukelomppok bertugas melempar batang bambu dan kelompok satunya menangkap batang
bambu. Apabila batang bambu berhasil ditangkap maka tugas akan berganti. Permainan akan
dimenangkan oleh kelompok yang memiliki banyak poin.

5. Jirak

Apabila jumlah anak yang hendak bermain Jirak Penthil telah cukup anak dan siap semuanya,
misalkan ada 10 anak, mereka segera menuju ke tempat permainan. Lokasi permainan bisa
mengambil di halaman belakang rumah, depan rumah atau lapangan. Kalau bisa lokasi
bermain agak teduh, sehingga anak-anak yang bermain merasa nyaman. Selain itu lokasi juga
harus bersih dan tidak becek. Dolanan ini akan lebih baik jika dilakukan di lapangan atau
halaman yang masih alami, yakni tanah. Bisa dilakukan di halaman bersemen, tetapi sangat
jarang dilakukan karena gacuk akan mudah dan sering pecah.
Sebelumnya harus ada anak yang secara sukarela mencari sebuah gacuk dan 2 kreweng serta
2 kerikil sebagai alat bermain. Gacuk dan alat bermain ini bisa pula dicari saat telah terbentuk
2 kelompok bermain. Kemudian semua anak mencari pasangan masing-masing, misalkan
pemain A berpasangan dengan pemain B, pemain C dengan D, pemain E dengan F, pemain G
dengan H, dan pemain I dengan J. Masing-masing pasangan melakukan sut. Misalkan dari
hasil sut, diperoleh kelompok menang dan kalah, seperti kelompok menang terdiri dari
pemain A,C,E,G,I dan kelompok kalah terdiri dari pemain B,D,F,H,J.

Setelah itu, masing-masing kelompok menuju ke dua arah yang berlawanan, misalkan ke
utara dan selatan atau ke barat dan timur. Dua kelompok membuat garis sejajar dengan jarak
antar garis kira-kira 10 meter. Panjang garis misalkan sepanjang 3—4 meter. Kemudian,
kedua kelompok tadi meletakkan masing-masing kreweng di sebelah luar garis, bisa
menyentuh garis melintang tadi. Di atas kreweng kemudian ditaruh sebuah kerikil kecil. Jenis
kerikil harus disepakati dengan bentuk bulat, agar kerikil saat tersenggol mudah jatuh.
Setelah itu, pemain menang berhak memegang gacuk untuk memulai permainan. Bisa jadi,
untuk menentukan kelompok yang main duluan dengan cara sut lagi. Kedua kelompok
masing-masing diwakili oleh 1 orang, misalkan kelompok I diwakili pemain A dan kelompok
II diwakili pemain B. Dari hasil sut, misalkan pemain A menang sut. Berarti kelompok I
berhak main duluan.

Semua pemain di masing-masing kelompok agak berdiri jauh dari gasangan, kira-kira 3
meter. Hal ini dilakukan agar tidak mudah terkena gacuk yang dilemparkan oleh pihak lawan.
Mereka boleh duduk, berdiri, atau jongkok, sambil menunggu giliran melempar gacuk.
Setelah itu pemain A berdiri di belakang garis di kelompoknya sambil memegang gacuk. Ia
bersiap-siap melempar gacuk ke arah gasangan lawan. Diusahakan lemparan gacuk mengenai
sasaran sehingga kerikil di atas kreweng lawan bisa jatuh atau terpisah dari krewengnya.
Apabila tidak mengenai sasaran, maka pemain A harus kembali ke tempat semula, berkumpul
dengan teman-teman satu kelompoknya.

Lalu gantian salah satu kelompok II, misalkan pemain B maju. Sebelum melemparkan gacuk,
ia mengambil gacuk yang masih berada di daerah permainannya. Apabila gacuk tadi sempat
menghapus sebagian garis di daerah permainannya, maka sebelum ia bermain, boleh
membetulkan garis tadi. Setelah itu, seperti pemain A, pemain B melempar di belakang garis
di daerahnya diarahkan ke gasangan di kelompok I. Apabila pemain B bisa mengenai sasaran
gasangan di kelompok I dan bisa menjatuhkan kerikil di atas kereweng, maka bersorak-
soraklah pemain-pemain kelompok II. Berarti kelompok II bisa dikatakan memenangkan
permainan ini. Maka semua pemain kelompok I sebagai kelompok kalah harus menerima
hukuman. Mereka harus segera ke arah kelompok II dan berhak menggendong kelompok II
sesuai dengan pasangannya masing-masing. Jarak menggendong biasanya dari tempat
kelompok menang menuju garis kelompok kalah dan kembali lagi ke garis kelompok
menang.

Setelah selesai menggendong, kelompok kalah kembali ke posisinya. Salah satu pemain harus
membetulkan letak kerikil agar kembali di atas kereweng. Setelah itu salah satu pemain
kelompok I, misalkan pemain C mendapat giliran untuk membawa gacuk dan melempar ke
arah gasangan di kelompok II. Apabila lemparannya menjatuhkan kerikil lawan, berarti
kelompoknya gantian sebagai pemenang dan berhak digendong kelompok II. Begitulah
permainan seterusnya berjalan saling bergantian melempar dan menjatuhkan kerikil lawan
dari kereweng landasannya. Permainan akan terus berlangsung hingga anak-anak merasa
lelah atau ingin berganti permainan lainnya. Kelompok dikatakan menjadi pemenang apabila
sering digendong kelompok kalah. Bisa posisi skor 5-3 dan seterusnya.

Begitulah permainan Jirak Penthil yang dilakukan anak-anak masyarakat Jawa di suatu
daerah tertentu yang dikenal pada masa lalu. Permainan yang sangat sederhana, mudah
dilakukan, dan tidak membutuhkan biaya. Yang jelas, dari permainan ini akan semakin
mengakrabkan hubungan di antara anak-anak yang bermain.

6. Gatheng
Permainan ini menggunakan alat yaitu beberapa batu kerikil. Biasanya berjumlah 5 –
15 buah. Peserta dari permainan ini 2 orang atau lebih. Cara bermain nya dengan
melemparkan batu secara perlahan dalam sebuah arena lingkaran kecil. Kemudian
mengambil 1 batu yang diibaratkan sebagai bola. Lalu batu tersebut dilempar keatas secara
perlahan, sebelum ditangkap kembali harus mengambil batu lain yang sudah disebar tadi satu
per satu, kemudian dua demi dua, kemudian tiga demi tiga dan seterusnya kemudian batu
yang dilempar ditangkap. Apabila dalam proses permainannya ada yang salah mengambil,
maka dinyatakan kalah dan berlanjut ke pemain selanjutnya.

7. Cuthik
Permainan ini menggunakan beberapa lidi yang berukuran pendek yang jumlah tidak
ditentukan. Peserta dari permainan ini dua orang atau lebih. Cara bermainnya yaitu peserta
menggenggam lidi-lidi tersebut, kemudian dilempar perlahan ke arena kotak kecil yang sudah
dibuat. Lalu setelah lidi berserakan, pemain harus mengambil lidi tersebut satu per satu, dan
jangan sampai lidi lain bergerak atau berpindah tempat. Jika lidi lain sampai bergerak atau
berpindah tempat, maka pemain tersebut dinyatakan kalah, dan permainan berganti ke
pemain selanjutnya.
8. Bakmi Bakso
Permainan ini dilakukan oleh dua orang atau lebih. Pemain mengucapkan bakmi bakso,
kemudian bersamaan dengan itu mereka mengulurkan jari-jari tangan dengan jumlah yang
telah disepakati. Lalu salah satu pemain menyentuh jari pemain satu persatu, sedangkan
pemain lain menyanyikan lagu sebagai berikut :
“Bakmi bakso so opo soto to yo opo tomat mat opo mateng teng opo tengu ngu opo
nguntel tel opo telo lo opo Lombok mbok opo mbokde de opo deprok”
Jari yang tersentuh saat lagu selesai, lalu dilipat. Pemain dinyatakan menang apabila jarimya
telah terlipat semua.

Anda mungkin juga menyukai