menceritakan tentang kehidupan sekelompok siswa sebuah SD di Pulau Belitung.
Dikisahkan SD tersebut nyaris ditutup karena kekurangan murid dan fasilitas yang tak memadai. Selain itu, masyarakat juga hidup dalam kemiskinan. Meski begitu, para murid tetap memiliki semangat bersekolah yang tinggi. Keadaan SD mereka sangat memprihatinkan. Tak hanya dari fasilitas, sekolah tersebut juga kekurangan guru dan murid. Ibu Muslimah merupakan sosok guru di sekolah itu. Sosoknya dikenal sebagai seorang yang sangat penyabar dalam mendidik para murid yang punya semangat tinggi dalam belajar. Di tengah berbagai kondisi yang serba kurang dan memprihatinkan, Ibu Muslimah dan para murid tetap semangat. Mereka mengukir prestasi demi prestasi dan terus bertekad mengejar cita-cita. Kisah tentang Bu Muslimah dan murid-muridnya di novel ini, disampaikan dengan bahasa yang baik dan mudah dipahami. Alur ceritanya pun sangat sederhana tapi tetap memunculkan konflik-konflik kecil sederhana yang bikin kisahnya semakin menarik untuk dibaca. Dari kisah perjuangan Ibu Muslimah dan murid-muridnya, banyak pelajaran hidup yang bisa diambil. Novel Laskar Pelangi konon ditulis berdasarkan pengalaman nyata sang penulis semasa kecilnya di Pulau Belitung. Sayangnya, latar belakang cerita yang termasuk daerah terpencil itu membuat banyak pembaca mungkin kurang relevan. Apalagi untuk pembaca yang tumbuh dan tinggal di perkotaan. Namun permasalahan latar belakang lokasi tersebut hanyalah kekurangan yang sangat minor dan subjektif. Bisa jadi pembaca lain tetap merasa relevan dan tidak terganggu sama sekali. Pada akhirnya, Laskar Pelangi tetap jadi salah satu novel Indonesia terbaik yang sayang jika kalian lewatkan.