Anda di halaman 1dari 11

Diterjemahkan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia - www.onlinedoctranslator.

com

E-ISSN 2281-4612 Jurnal Akademik Studi Interdisipliner Jilid 10 No 6


ISSN 2281-3993 www.richtmann.org November 2021

Artikel Penelitian

© 2021 Musyaffi dkk.


Ini adalah artikel akses terbuka yang dilisensikan di bawah Creative Commons
Lisensi Internasional Atribusi-NonKomersial 4.0
(https://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0/)

Diterima: 19 Juni 2021 / Diterima: 15 September 2021 / Diterbitkan: 5 November 2021

Pembayaran Digital Selama Pandemi: Perpanjangan dari


Model Kode QR Terpadu

Ayatulloh Michael Musyaffi1

Razana Juhaida Johari2

Ida Rosnidah3

Dewi Agustin Pratama Sari1

Muhammad Ihlashul Amal4

Innaka Tasyrifania1

Sekar Ayu Pertiwia1

Febe Dwi Sutanti1

1Universitas
Negeri Jakarta, Jl. R.Mangun Muka Raya No.11, RT.11/RW.14,
Rawamangun, Kec. Pulo Gadung, Kota Jakarta Timur,
Daerah Khusus Ibukota Jakarta 13220, Indonesia
2Universiti Teknologi MARA, Jalan Ilmu 1/1, 40450 Shah Alam, Selangor, Malaysia

3Universitas Swadaya Gunung Jati, Jl. Pemuda Raya No.32, Sunyaragi,

Kec. Kesambi, Kota Cirebon, Jawa Barat 45132, Indonesia


4Universitas Negeri Semarang, Sekaran, Gunung Pati,

Kota Semarang, Jawa Tengah 50229, Indonesia

DOI: https://doi.org/10.36941/ajis-2021-0166

Abstrak

QR Code Indonesian Standard (QRIS) merupakan sistem pembayaran digital dengan menggunakan kode QR yang resmi diatur pada tahun 2020. Namun selama penerapan QRIS masih terdapat beberapa kendala antara lain masalah keamanan dan data. Saldo

pada saat transaksi tidak terpotong, penyalahgunaan data, dan kesalahan aplikasi saat memindai kode QR. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan pembayaran digital menggunakan QRIS. Terutama terkait

kesenjangan permasalahan dan penelitian dengan menggabungkan teori penerimaan dan penggunaan teknologi (UTAUT) serta variabel lain yang juga menjadi permasalahan dalam penerapan pembayaran digital Keamanan dan Kepercayaan. Populasi sasaran

penelitian ini adalah seluruh pengguna pembayaran digital yang menggunakan QRIS. Melalui metode convenience sampling, dengan sampel sebanyak 205 responden. Kuesioner disebar melalui kuesioner online dengan Microsoft form. Setelah itu data akan

dievaluasi menggunakan Structural Equation Model (SEM) – Partial Least Square (PLS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa keamanan sebagai acuan merupakan hal mendasar bagi pengguna untuk meningkatkan niat menggunakan kode QR. Sementara itu,

komponen lain seperti ekspektasi kinerja dan kepercayaan terbukti menjadi komponen penting dalam mengawali niat penggunaan pembayaran digital menggunakan QR Code. Namun tidak semua variabel dari UTAUT mempunyai dampak yang signifikan, seperti

ekspektasi effory. Sebab, poin penting dalam penggunaan pembayaran digital menggunakan kode QR, terutama di masa pandemi, memerlukan keamanan dan produktivitas yang lebih. data tersebut akan dievaluasi menggunakan Structural Equation Model

(SEM) – Partial Least Square (PLS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa keamanan sebagai acuan merupakan hal mendasar bagi pengguna untuk meningkatkan niat menggunakan kode QR. Sementara itu, komponen lain seperti ekspektasi kinerja dan

kepercayaan terbukti menjadi komponen penting dalam mengawali niat penggunaan pembayaran digital menggunakan QR Code. Namun tidak semua variabel dari UTAUT mempunyai dampak yang signifikan, seperti ekspektasi effory. Sebab, poin penting dalam

penggunaan pembayaran digital menggunakan kode QR, terutama di masa pandemi, memerlukan keamanan dan produktivitas yang lebih. data tersebut akan dievaluasi menggunakan Structural Equation Model (SEM) – Partial Least Square (PLS). Hasil penelitian

menunjukkan bahwa keamanan sebagai acuan merupakan hal mendasar bagi pengguna untuk meningkatkan niat menggunakan kode QR. Sementara itu, komponen lain seperti ekspektasi kinerja dan kepercayaan terbukti menjadi komponen penting dalam

mengawali niat penggunaan pembayaran digital menggunakan QR Code. Namun tidak semua variabel dari UTAUT mempunyai dampak yang signifikan, seperti ekspektasi effory. Sebab, poin penting dalam penggunaan pembayaran digital menggunakan kode

QR, terutama di masa pandemi, memerlukan keamanan dan produktivitas yang lebih. komponen lain seperti ekspektasi kinerja dan kepercayaan terbukti menjadi komponen penting dalam mengawali niat penggunaan pembayaran digital menggunakan QR Code.

Namun tidak semua variabel dari UTAUT mempunyai dampak yang signifikan, seperti ekspektasi effory. Sebab, poin penting dalam penggunaan pembayaran digital menggunakan kode QR, terutama di masa pandemi, memerlukan keamanan dan produktivitas

yang lebih. komponen lain seperti ekspektasi kinerja dan kepercayaan terbukti menjadi komponen penting dalam mengawali niat penggunaan pembayaran digital menggunakan QR Code. Namun tidak semua variabel dari UTAUT mempunyai dampak yang signifikan, seperti ekspektasi effory. Sebab, po

Kata kunci:Pembayaran Digital, Keamanan yang Dirasakan, Pembayaran Kode QR, Kepercayaan, UTAUT

213
E-ISSN 2281-4612 Jurnal Akademik Studi Interdisipliner Jilid 10 No 6
ISSN 2281-3993 www.richtmann.org November 2021

1. Perkenalan

Dampak pandemi Covid telah mengubah perilaku masyarakat. Pada masa pandemi, jumlah
pengangguran meningkat karena tidak adanya kesempatan kerja yaitu sebanyak 2,56 juta orang, tidak
bekerja akibat dampak covid sebanyak 1,77 juta orang, dan adanya pengurangan jam kerja sebanyak
24,02 juta orang (Dailysocial & Penelitian DS, 2020). Masyarakat kini mulai dibatasi dalam berinteraksi
sosial, termasuk kebiasaan melakukan transaksi. Transaksi menggunakan uang kertas berpotensi
menyebarkan virus dari satu orang ke orang lain. Hal ini mengakibatkan terjadinya perubahan pola
kebiasaan baru baik di bidang bisnis maupun sosial. Maka pembayaran digital adalah solusinya. Salah
satunya melalui QR Code. Kode QR merupakan salah satu bentuk pembayaran digital yang dapat
melakukan pembayaran dengan memindai kode QR. Di Indonesia, Pembayaran kode QR telah diatur
dalam QR Code Indonesian Standard (QRIS). QR Code Indonesian Standard (QRIS) merupakan salah satu
dari 3 model bisnis utama dalam pembayaran digital. Sejak penerapan standar ketat oleh Bank Indonesia
pada tahun 2019, total 12 penyedia sub-segmen pembayaran digital pada tahun 2020 pada kuartal kedua
diikuti oleh e-money dan gateway pembayaran.
Data Bank Indonesia per Februari 2021 mencatat sebanyak 49 perusahaan telah memperoleh izin penyelenggaraan layanan QRIS. Pada masa Pandemi Covid 19, transaksi

elektronik cashless berbasis pembayaran digital mengalami peningkatan yang signifikan melalui berbagai aplikasi seperti mobile banking, QRIS, dan aplikasi uang elektronik berbasis

cloud. Peningkatan jumlah pengguna pembayaran digital di Indonesia lebih tinggi dibandingkan rekening bank (Agusta & Hutabarat, 2018). Hal ini menunjukkan potensi yang sangat besar

bagi perkembangan tren pembayaran digital di masa depan. Namun data tersebut berbeda dengan paparan peneliti lain yang mengatakan bahwa sekitar 73% rata-rata pengguna

pembayaran seluler di China mengkhawatirkan risiko keamanan dan transaksi menggunakan pembayaran seluler (Lu et al., 2011). Meningkatnya kasus pencurian dan penyalahgunaan

akun mendorong pemerintah menyediakan regulator untuk mengatur pembayaran digital. Sementara itu, pada pertengahan tahun 2019 Bank Indonesia telah mengatur penggunaan

pembayaran digital dengan jenis transaksi QRIS. Kebijakan ini harus diterapkan pada 1 Januari 2020. Tujuan peraturan ini adalah untuk memberikan standar keamanan yang memadai dan

meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap model pembayaran digital, khususnya dengan menggunakan QR Code. Berdasarkan laporan delloite, jumlah pengguna QR Code

Payment di Indonesia mencapai 2,6 juta usaha mikro, 685 ribu usaha kecil, 334 ribu usaha menengah, 190 ribu usaha besar, dan 9,3 ribu usaha sosial (Deloitte, 2020). pada pertengahan

tahun 2019 Bank Indonesia telah mengatur penggunaan pembayaran digital dengan jenis transaksi QRIS. Kebijakan ini harus diterapkan pada 1 Januari 2020. Tujuan peraturan ini adalah

untuk memberikan standar keamanan yang memadai dan meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap model pembayaran digital, khususnya dengan menggunakan QR Code.

Berdasarkan laporan delloite, jumlah pengguna QR Code Payment di Indonesia mencapai 2,6 juta usaha mikro, 685 ribu usaha kecil, 334 ribu usaha menengah, 190 ribu usaha besar, dan

9,3 ribu usaha sosial (Deloitte, 2020). pada pertengahan tahun 2019 Bank Indonesia telah mengatur penggunaan pembayaran digital dengan jenis transaksi QRIS. Kebijakan ini harus

diterapkan pada 1 Januari 2020. Tujuan peraturan ini adalah untuk memberikan standar keamanan yang memadai dan meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap model

pembayaran digital, khususnya dengan menggunakan QR Code. Berdasarkan laporan delloite, jumlah pengguna QR Code Payment di Indonesia mencapai 2,6 juta usaha mikro, 685 ribu

usaha kecil, 334 ribu usaha menengah, 190 ribu usaha besar, dan 9,3 ribu usaha sosial (Deloitte, 2020).

Pembayaran digital adalah konsep pembayaran yang dilakukan secara online. Artinya, terdapat potensi tingkat risiko yang melekat pada metode pembayaran tersebut seperti pencurian data, peretas, dan lainnya. Jadi, dalam

situasi yang serba tidak pasti, kepercayaan merupakan salah satu solusi untuk mengatasi masalah tersebut (Kim et al., 2008). Sebanyak 22% responden pembayaran digital dan 18% pinjaman online pernah mengalami kegagalan sistem dan

serangan siber (Asosiasi FinTech Indonesia, 2020). Hal ini menimbulkan ketakutan pengguna terhadap keamanan aplikasi pembayaran digital menggunakan kode QR. Selama tahun 2019, keluhan utama konsumen antara lain proses registrasi

yang lama, kesalahan sistem, dan transaksi yang tertunda (Asosiasi FinTech Indonesia, 2020). Berdasarkan survei e-marketer, Indonesia merupakan negara dengan tingkat adopsi pembayaran digital yang moderat, yaitu sebesar 19,8%,

sedangkan Tiongkok sebesar 81. Pembayaran digital 1% (eMarketer, 2019). Hal ini disebabkan rendahnya akses literasi keuangan berbasis digital di Indonesia yang hanya mencapai 31,26% (Dailysocial & DSResearch, 2020). Bagi konsumen,

poin terpenting dalam adopsi pembayaran digital adalah privasi, keamanan data, transparansi, dan perlakuan adil (Asosiasi FinTech Indonesia, 2020). Perbedaan pandangan inilah yang menyebabkan perbedaan penerimaan pengguna

pembayaran digital. Berdasarkan model UTAUT, faktor yang mempengaruhi penerimaan seseorang adalah tingkat usahanya dalam menggunakan sistem. Suatu teknologi informasi mempunyai kontribusi yang positif bagi penggunanya

apabila teknologi tersebut dapat menunjang kinerja penggunanya, misalnya mempercepat apa yang dilakukan penggunanya (Musyaffi & Muna, 2020). Hal ini disebabkan rendahnya akses literasi keuangan berbasis digital di Indonesia yang

hanya mencapai 31,26% (Dailysocial & DSResearch, 2020). Bagi konsumen, poin terpenting dalam adopsi pembayaran digital adalah privasi, keamanan data, transparansi, dan perlakuan adil (Asosiasi FinTech Indonesia, 2020). Perbedaan

pandangan inilah yang menyebabkan perbedaan penerimaan pengguna pembayaran digital. Berdasarkan model UTAUT, faktor yang mempengaruhi penerimaan seseorang adalah tingkat usahanya dalam menggunakan sistem. Suatu

teknologi informasi mempunyai kontribusi yang positif bagi penggunanya apabila teknologi tersebut dapat menunjang kinerja penggunanya, misalnya mempercepat apa yang dilakukan penggunanya (Musyaffi & Muna, 2020). Hal ini

disebabkan rendahnya akses literasi keuangan berbasis digital di Indonesia yang hanya mencapai 31,26% (Dailysocial & DSResearch, 2020). Bagi konsumen, poin terpenting dalam adopsi pembayaran digital adalah privasi, keamanan data,

transparansi, dan perlakuan adil (Asosiasi FinTech Indonesia, 2020). Perbedaan pandangan inilah yang menyebabkan perbedaan penerimaan pengguna pembayaran digital. Berdasarkan model UTAUT, faktor yang mempengaruhi penerimaan

seseorang adalah tingkat usahanya dalam menggunakan sistem. Suatu teknologi informasi mempunyai kontribusi yang positif bagi penggunanya apabila teknologi tersebut dapat menunjang kinerja penggunanya, misalnya mempercepat

apa yang dilakukan penggunanya (Musyaffi & Muna, 2020). poin terpenting dalam adopsi pembayaran digital adalah privasi, keamanan data, transparansi, dan perlakuan adil (Asosiasi FinTech Indonesia, 2020). Perbedaan pandangan inilah

yang menyebabkan perbedaan penerimaan pengguna pembayaran digital. Berdasarkan model UTAUT, faktor yang mempengaruhi penerimaan seseorang adalah tingkat usahanya dalam menggunakan sistem. Suatu teknologi informasi

mempunyai kontribusi yang positif bagi penggunanya apabila teknologi tersebut dapat menunjang kinerja penggunanya, misalnya mempercepat apa yang dilakukan penggunanya (Musyaffi & Muna, 2020). poin terpenting dalam adopsi pembayaran digital adalah priv

Teori yang mengukur tingkat penerimaan suatu teknologi informasi antara lain Unified Theory
of Acceptance and Use of Technology (UTAUT). Dalam teori ini dijelaskan bahwa faktor harapan
usaha dan harapan kinerja merupakan faktor penting dalam menjadikan seseorang

214
E-ISSN 2281-4612 Jurnal Akademik Studi Interdisipliner Jilid 10 No 6
ISSN 2281-3993 www.richtmann.org November 2021

menerima teknologi baru. semakin mudah upaya seseorang dalam menggunakan teknologi, maka
semakin besar kemungkinan pengguna untuk terus menggunakan teknologi tersebut (Eneizan et
al., 2019; Khalilzadeh et al., 2017; Mohd Thas Thaker et al., 2021; Musyaffi , 2020; Rahi & Abd. Ghani,
2018; Rosnidah dkk., 2019; Sivathanu, 2019; Xu dkk., 2019). Meskipun penelitian lain bahkan tidak
memberikan hasil yang signifikan antara ekspektasi kinerja, misalnya pada penelitian tentang
mobile banking (Merhi et al., 2019) dan pembayaran seluler (Md. A. Hossain, 2019). Dan hasilnya
tidak signifikan mengenai harapan upaya di bidang sistem informasi maritim (Wiafe et al., 2019)
dan pembayaran seluler (Md. A. Hossain, 2019). Tentu saja hal ini menjadi pertanyaan besar terkait
kesenjangan hasil penerimaan teknologi yang berbeda-beda, khususnya penelitian mengenai
pembayaran digital. Jadi,

2. Tinjauan Pustaka

2.1 Pembayaran Kode Respon Cepat (QR).

Quick Response (QR) Code merupakan salah satu jenis pembayaran digital yang menggunakan kamera smartphone
untuk membaca barcode dengan algoritma khusus (Surekha et al., 2015). Jika dibandingkan dengan alat pembayaran
digital lainnya, penggunaan QR Code memiliki kecepatan pembayaran yang lebih cepat (Surekha et al., 2015). Proses
pembayaran digital menggunakan QR Code dimulai dari pelanggan memilih produk dan layanan, kemudian pengguna
memindai menggunakan kode QR yang disediakan perusahaan. setelah itu pengguna diminta memverifikasi akun
dengan memasukkan kata sandi. Jika berhasil, transaksi langsung ditransfer dari pengguna ke rekening perusahaan.

2.2 UUT

Dalam berbagai literatur, model UTAUT digunakan untuk mengukur seberapa penerimaan seseorang terhadap
teknologi. UTAUT merupakan pengembangan dari berbagai model adopsi teknologi seperti Technology
Acceptance Model (TAM) yang merupakan model paling berpengaruh yang menjelaskan adopsi perilaku
penggunaan teknologi (Davis, 1989; Hasan & Gupta, 2020). kemudian Theory of Reasoned Action (TRA) yang
menjelaskan perilaku manusia ditinjau dari keyakinan dan norma subjektif seseorang (Fishbein & Ajzen, 1975),
Theory of Planned Behavior (TPB) yang merupakan pengembangan dari TAR untuk menentukan sikap dan
perilaku seseorang (Ajzen, 1991). Keberadaan UTAUT memberikan persepsi bagaimana penerimaan pengguna
diukur dengan berbagai variabel seperti ekspektasi kinerja, ekspektasi upaya (Venkatesh et al., 2012).

Dalam mempengaruhi seseorang untuk terus menggunakan pembayaran digital menggunakan QR Code tidak hanya dipengaruhi oleh kinerja tetapi juga tergantung pada

kemudahan penggunaan aplikasi QR Code (Alalwan et al., 2016). Ekspektasi kinerja dalam penelitian ini diartikan sebagai tingkat kepercayaan pengguna dalam memandang penggunaan

pembayaran digital sebagai teknologi yang dapat meningkatkan kinerja. sedangkan Efffort Expectancy diartikan sebagai upaya minimal dalam mengoperasikan teknologi pembayaran

digital menggunakan QR Code. Penggunaan QR Code yang semakin mudah, memungkinkan seseorang untuk terus menggunakan teknologi tersebut. Begitu pula etika teknologi yang ada

dapat meningkatkan produktivitas kerja sehingga kemampuan pengguna dalam mengadopsi teknologi semakin tinggi. Literatur sebelumnya menunjukkan bahwa ekspektasi kinerja

memiliki dampak signifikan terhadap niat berperilaku (Eneizan et al., 2019; Khalilzadeh et al., 2017; Mohd Thas Thaker dkk., 2021; Musyaffi, 2020; Rosnidah dkk., 2019; Sabani, 2020; Sabbir

dkk., 2020; Sivathanu, 2019; Wiafe dkk., 2019; Xu dkk., 2019). Sedangkan ekspektasi upaya mempunyai pengaruh yang kuat terhadap ekspektasi kinerja dan niat berperilaku (Arfi et al.,

2021; Eneizan et al., 2019; Merhi et al., 2019; Mohd Thas Thaker et al., 2021; Musyaffi, 2020; Musyaffi dkk., 2021; Rahi & Abd. Ghani, 2018; Rosnidah dkk., 2019; Sabbir dkk., 2020; Sivathanu,

2019; Xu dkk., 2019). Maka berdasarkan penjelasan tersebut, beberapa hipotesis yang dapat diajukan dalam penelitian ini adalah: ekspektasi upaya memiliki pengaruh yang kuat terhadap

ekspektasi kinerja dan niat berperilaku (Arfi et al., 2021; Eneizan et al., 2019; Merhi et al., 2019; Mohd Thas Thaker et al., 2021; Musyaffi, 2020; Musyaffi et al. ., 2021; Rahi & Abd. Ghani, 2018;

Rosnidah dkk., 2019; Sabbir dkk., 2020; Sivathanu, 2019; Xu dkk., 2019). Maka berdasarkan penjelasan tersebut, beberapa hipotesis yang dapat diajukan dalam penelitian ini adalah:

ekspektasi upaya memiliki pengaruh yang kuat terhadap ekspektasi kinerja dan niat berperilaku (Arfi et al., 2021; Eneizan et al., 2019; Merhi et al., 2019; Mohd Thas Thaker et al., 2021;

Musyaffi, 2020; Musyaffi et al. ., 2021; Rahi & Abd. Ghani, 2018; Rosnidah dkk., 2019; Sabbir dkk., 2020; Sivathanu, 2019; Xu dkk., 2019). Maka berdasarkan penjelasan tersebut, beberapa

hipotesis yang dapat diajukan dalam penelitian ini adalah:

H1 = Effort Expectancy berpengaruh positif signifikan terhadap Performance Expectancy of Digital

215
E-ISSN 2281-4612 Jurnal Akademik Studi Interdisipliner Jilid 10 No 6
ISSN 2281-3993 www.richtmann.org November 2021

Pembayaran menggunakan Kode QR

H2 = Effort Expectancy berpengaruh positif signifikan terhadap Behavior Intention Pembayaran Digital
menggunakan QR Code
H3 = Performance Expectancy berpengaruh positif signifikan terhadap Behavior Intention Pembayaran Digital
menggunakan QR Code

2.3 Keamanan yang Dirasakan

Keamanan adalah tingkat keamanan yang dirasakan pengguna saat menggunakan teknologi (Merhi et al., 2019;
Salisbury et al., 2001). Konteks keamanan dalam penelitian ini terkait dengan pembayaran digital menggunakan QR
Code dimana perhatian utamanya adalah penyampaian informasi sensitif. Hal ini terjadi karena adanya beberapa kasus
yang timbul karena adanya penyalahgunaan data. Dalam beberapa penelitian, keamanan telah menjadi salah satu
hambatan paling penting dalam adopsi pembayaran digital (Kuisma et al., 2007; Luarn & Lin, 2005).
Juang dan Jing mengungkapkan bahwa berbagai teknologi khususnya pembayaran digital harus memiliki
keamanan yang memadai (Jung & Jang, 2014). Menurut penelitian sebelumnya, persepsi keamanan terbukti
menjadi salah satu faktor yang penting dalam meningkatkan kepercayaan (Khalilzadeh et al., 2017; Mostafa,
2020; Roca et al., 2009) dan niat berperilaku (Alshurideh et al., 2021; Chatterjee dkk., 2020; Mostafa, 2020;
Semerikova, 2020). Maka berdasarkan penjelasan tersebut, beberapa hipotesis yang dapat diajukan dalam
penelitian ini adalah:
H4 = Perceived Security berpengaruh positif signifikan terhadap Trust of Digital Payment menggunakan QR
Kode
H5 = Perceived Security berpengaruh positif signifikan terhadap Behavior Intention of Digital Payment
menggunakan QR code.

2.4 Kepercayaan

Kepercayaan merupakan komponen penting dalam keputusan seseorang dalam menggunakan teknologi. Kepercayaan pengguna
muncul ketika terdapat pengalaman sebelumnya dan reputasi perusahaan yang terbukti baik. Namun, pernyataan ini tidak dapat
dikonfirmasi jika menyangkut teknologi keuangan (Merhi et al., 2019). Ketika seseorang sudah yakin bahwa teknologi yang
digunakan mempunyai manfaat yang bermanfaat bagi penggunanya, maka ekspektasi kinerja menunjukkan derajat yang besar
(Khalilzadeh et al., 2017). Kemudian persepsi emosional tertentu dari pengguna dapat mempengaruhi tingkat kepercayaan
pengguna (Kim et al., 2008). Misalnya saja ekspektasi kinerja (Khalilzadeh et al., 2017) dan niat berperilaku (Islam & Khan, 2021;
Merhi et al., 2019).
Pembayaran digital adalah konsep pembayaran yang dilakukan secara online. Artinya, terdapat potensi tingkat
risiko yang melekat pada metode pembayaran tersebut seperti pencurian data, peretas, dan lainnya. Hampir tidak
mungkin menggunakan teknologi, khususnya pembayaran digital, tanpa memiliki risiko (Grabner-Kräuter & Faullant,
2008) Jadi dalam situasi yang serba tidak pasti, kepercayaan adalah salah satu solusi untuk mengatasi masalah tersebut
(Kim et al., 2008). Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa kepercayaan memainkan peran penting dalam keputusan
seseorang untuk mengadopsi teknologi (Arfi et al., 2021; Md. A. Hossain, 2019; Islam & Khan, 2021; Kalinic et al., 2019;
Kaur & Arora, 2020; Merhi dkk., 2019; Roca dkk., 2009; Sabbir dkk., 2020). Maka berdasarkan penjelasan tersebut,
beberapa hipotesis yang dapat diajukan dalam penelitian ini adalah:
H6 = Trust berpengaruh positif signifikan terhadap Performance Expectancy Pembayaran Digital menggunakan
QR Code
H7 = Trust berpengaruh positif signifikan terhadap Behavior Intention Pembayaran Digital menggunakan QR
Kode

3. Metode Penelitian

3.1 Pengumpulan Data

Tujuan penggunaan metode ini adalah untuk menyimpulkan hipotesis yang diajukan dengan hasil statistik. Ini

216
E-ISSN 2281-4612 Jurnal Akademik Studi Interdisipliner Jilid 10 No 6
ISSN 2281-3993 www.richtmann.org November 2021

Penelitian bertujuan untuk mendeskripsikan populasi penelitian secara faktual dan akurat. Populasi dalam
penelitian ini adalah konsumen yang menggunakan metode pembayaran digital menggunakan QR Code seperti
Go pay, DANA, OVO, Link Aja, Shopee Pay dll. Alasan kami mengambil populasi konsumen pengguna
pembayaran digital menggunakan QR code karena saat ini satu QR data kode menjadi isu terkini secara nasional
yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia. Selain itu, adanya covid menyebabkan pembatasan sosial sehingga
transaksi keuangan menggunakan kode QR sangat penting untuk dilakukan sebagai solusi di masa pandemi ini
baik bagi konsumen maupun pengusaha. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan
convenience sampling. Teknik ini digunakan karena jumlah sampel dalam penelitian ini relatif banyak. Dengan
menggunakan rumus Slovin diperoleh jumlah sampel minimal 100 responden (tingkat kesalahan 10%). Setelah
dilakukan pengumpulan data, maka jumlah besar sampel yang diperoleh adalah 204 responden. Kuesioner
online didistribusikan kepada responden melalui formulir Microsoft. Kuesioner disebar melalui media sosial
seperti WhatsApp, Instagram, Facebook, dan Telegram. Formulirnya dibagi menjadi beberapa bagian. Pertama,
responden diminta mengisi biodata umum seperti usia, jenis kelamin, pendidikan, pendapatan, pekerjaan,
frekuensi pembayaran digital, dan penggunaan pembayaran digital. lalu yang kedua, responden akan mengisi
kuesioner mengenai pendapatnya dalam menghadapi pembayaran digital menggunakan QR Code. Ada empat
item kuesioner tentang ekspektasi upaya dan ekspektasi kinerja yang diadopsi dari peneliti terkait (Venkatesh et
al., 2012), dan yang sesuai dengan kondisi saat ini. Selain itu, responden juga diminta untuk mengisi persepsinya
tentang kepercayaan dengan 4 item kuesioner (Roca et al., 2009) dan persepsi keamanan (Zhou, 2011). Setiap
item Kuesioner mempunyai 5 pilihan jawaban dengan menggunakan skala Likert 5 poin yang terdiri dari sangat
setuju hingga sangat tidak setuju. Alasan pemilihan skala Likert 5 poin karena menurut penelitian sebelumnya
(Dawes, 2008), skala 5 poin mempunyai skor yang lebih tinggi dibandingkan skala Likert 10 poin.

Tabel 1 di bawah ini menunjukkan karakteristik responden dalam penelitian ini. Rata-rata responden tersebut
adalah perempuan (66,7%). Sedangkan dari segi pendidikan, mayoritas adalah sarjana (62,3%) dan SMA (27%). Sebanyak
82,8% responden dalam penelitian tersebut memiliki pendapatan di bawah 3 juta. Sementara dari segi penggunaan,
sebagian besar pengguna menggunakan pembayaran digital selama pandemi beberapa kali dalam sebulan (22,1%) dan
beberapa kali dalam seminggu (20,6%).

Tabel 1:Statistik deskriptif karakteristik responden

Variabel Kategori Frekuensi Presentasi


Jenis kelamin Pria 68 33,3%
Wanita 136 66,7%
Pendidikan Sekolah menengah atas 55 27,0%
Sarjana 127 62,3%
Lulus 21 10,3%
Pascasarjana 1 0,5%
Pendapatan (Rp/bulan) di bawah 3 juta 169 82,8%
3 - 5 juta 16 7,8%
6 - 10 juta 11 5,4%
11 - 20 juta 7 3,4%
Frekuensi untuk digunakan Beberapa kali seminggu 42 20,6%
seminggu sekali 24 11,8%
Dua kali seminggu 8 3,9%
beberapa kali sebulan 45 22,1%
sebulan sekali 85 41,7%

3.2 Analisis Data

Untuk mengetahui bagaimana hasil hipotesis yang diajukan dapat dibuktikan, maka harus diuji terlebih dahulu dengan
metode dan analisis yang sesuai. Penelitian ini menggunakan analisis data Structural Equation Model (SEM) dengan
menggunakan Partial Least Square (PLS). PLS digunakan untuk memprediksi apakah model yang dibangun benar

217
E-ISSN 2281-4612 Jurnal Akademik Studi Interdisipliner Jilid 10 No 6
ISSN 2281-3993 www.richtmann.org November 2021

cocok secara teori dan praktek. Tahapan dalam PLS meliputi analisis model pengukuran. Analisis model
pengukuran digunakan untuk mengevaluasi validitas dan reliabilitas data. Setelah data memenuhi unsur
validitas dan reliabilitas, langkah selanjutnya adalah melakukan analisis model struktural. Analisis ini
digunakan untuk mengetahui apakah model yang dibangun sudah sesuai atau masih terdapat beberapa
kekurangan. Terakhir, melakukan analisis statistik dan evaluasi hipotesis.

4. Hasil

4.1 Model Pengukuran

Langkah pertama dalam menginterpretasikan hasil pengolahan data menggunakan PLS adalah
menganalisis model pengukuran. Pada bagian ini akan dijelaskan validitas dan reliabilitas konstruk
melalui evaluasi hasil outer loading. Setelah itu melalui evaluasi Average Variance Extracted, Composite
Reliability, dan Discriminant Validity. Gambar 1 dibawah ini menunjukkan nilai pembebanan luar yaitu
sebagai berikut.

Gambar 1:Pemuatan luar

Berdasarkan tabel diatas, nilai outer loading untuk seluruh konstruk melebihi nilai 0,6. Dengan demikian, evaluasi lebih
lanjut dapat dilakukan. Setelah selesai melakukan outer loading, langkah selanjutnya adalah melakukan pengujian
menggunakan AVE dengan nilai rekomendasi diatas 0,5. Sedangkan nilai CA dan SR harus diatas 0,7. Tabel 2 di bawah ini
menunjukkan nilai AVE, CA, dan CR

Meja 2:Validitas dan Reliabilitas

CA Kr jalan
Harapan Kinerja 0,844 0,895 0,682
Harapan Upaya 0,877 0,916 0,731
Keamanan yang Dirasakan 0,867 0,909 0,714
Memercayai 0,764 0,850 0,588
Niat Perilaku 0,892 0,925 0,755

Berdasarkan tabel 2 diatas, nilai CA pada seluruh variabel memiliki nilai lebih dari 0,7 dimana persepsi keamanan
memiliki nilai CA terbesar. Nilai ini lebih besar dari nilai yang direkomendasikan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa
semua variabel tersebut valid. Selanjutnya adalah mengevaluasi nilai CR. Berdasarkan tabel 2 diatas, nilai CR
seluruh variabel mempunyai nilai lebih dari 0,7 dimana niat berperilaku mempunyai nilai CR.

218
E-ISSN 2281-4612 Jurnal Akademik Studi Interdisipliner Jilid 10 No 6
ISSN 2281-3993 www.richtmann.org November 2021

Jadi, dapat disimpulkan bahwa seluruh variabel tersebut reliabel. Terakhir adalah mengevaluasi nilai AVE.
berdasarkan tabel 2 diatas, nilai AVE seluruh variabel melebihi 0,5 sesuai rekomendasi. Dengan demikian, semua
variabel tersebut valid. Selain untuk mengevaluasi validitas diskriminan, heterotrait-monotrauit digunakan untuk
menguji validitas data. nilai yang disarankan harus di bawah 0,9.

Tabel 3:Nilai HTMT

pe EE PS TS DUA
Harapan Kinerja 0,722 0,607 0,705
Harapan Upaya 0,519
Keamanan yang Dirasakan 0,480 0,637
Memercayai 0,744 0,838 0,608 0,681
Niat Perilaku

Berdasarkan tabel 3 di atas, nilai HTMT seluruh variabel berada di bawah 0,9 sesuai rekomendasi. Dengan demikian seluruh
variabel dalam penelitian ini valid.

4.2 Model Struktural

Setelah mengevaluasi model pengukuran, langkah selanjutnya adalah menganalisis model struktural untuk mengetahui
hubungan antar konstruk. Sebelum mengenal model pengukuran, langkah pertama yang dilakukan adalah melihat
multikolinearitas menggunakan Collinearity Statistics (VIF). Tabel 4 di bawah ini menunjukkan nilai VIF.

Tabel 4:Statistik Kolinearitas (VIF)

Variabel Membangun VIF


Harapan Kinerja PE1 1.776
PE2 1.738
PE3 2.216
PE4 1.916
Harapan Upaya EE1 2.356
EE2 3.027
EE3 2.193
EE4 2.005
Keamanan yang Dirasakan PS1 2.196
PS2 1.886
PS3 2.066
PS4 2.537
Memercayai TS1 1.653
TS2 1.500
TS3 1.848
TS4 1.268
Niat Perilaku BI1 3.172
BI2 2.817
BI3 2.019
BI4 2.235

Penelitian harus bebas dari permasalahan mengenai kolinearitas. Oleh karena itu, menjadi penting untuk mengevaluasi
apakah model yang dibangun sudah bebas dari kolinearitas. Menurut water, suatu konstruk dinyatakan bebas
kolinearitas jika nilainya lebih dari 5. Berdasarkan tabel 4 di atas, nilai konstruk pada penelitian ini berada di bawah 5,
dengan nilai paling besar pada BI1 sebesar 3,172. Hal ini membuktikan bahwa seluruh konstruk pada penelitian ini tidak
mempunyai permasalahan mengenai kolinearitas.

219
E-ISSN 2281-4612 Jurnal Akademik Studi Interdisipliner Jilid 10 No 6
ISSN 2281-3993 www.richtmann.org November 2021

4.3 Pengujian Hipotesis

Setelah mengevaluasi model pengukuran dan model struktural, langkah selanjutnya adalah menguji hipotesis.
Pengujian hipotesis dilakukan untuk mengetahui bagaimana hasil statistik dari hipotesis yang diajukan. Tabel 5
dibawah ini menunjukkan hasil pengujian hipotesis melalui SmartPLS, yaitu sebagai berikut:

Tabel 5:Pengujian Hipotesis

Variabel Sampel Asli Membangun VIF


Ekspektasi Upaya (X2) -> Niat Perilaku (Y) Ekspektasi Upaya - 0,037 0,320 Tidak mendukung
(X2) -> Ekspektasi Kinerja (X1) Keamanan yang Dirasakan 0,400 0,000 Mendukung

(X3) -> Niat Perilaku (Y) Keamanan yang Dirasakan (X3) -> 0,279 0,000 Mendukung

Kepercayaan (X4) 0,504 0,000 Mendukung

Ekspektasi Kinerja (X1) -> Niat Perilaku (Y) Kepercayaan 0,350 0,000 Mendukung

(X4) -> Niat Perilaku (Y) 0,237 0,007 Mendukung

Kepercayaan (X4) -> Ekspektasi Kinerja (X1) 0,329 0,000 Mendukung

Tabel 5 di atas menunjukkan bahwa dari tujuh hipotesis yang diajukan, terdapat enam hipotesis pendukung
yang sesuai dengan hasil statistik. Perceived Security (p-value = 0,000 ≤ 0,1), Performance Expectancy (p-value =
0,000 ≤ 0,1) dan Trust (p-value = 0,007 ≤ 0,1) mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap niat perilaku
pembayaran kode QR. Sedangkan Effort Expectancy (p-value = 0,000 ≤ 0,1) dan Trust (p-value = 0,000 ≤ 0,1)
mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap Performance Expectancy pembayaran kode QR. Namun
terdapat 1 hipotesis yang tidak berpengaruh signifikan yaitu ekspektasi upaya (pvalue = 0,320 ≤ 0,1) terhadap
niat perilaku pembayaran kode QR.

5. Diskusi

Berdasarkan perhitungan statistik dengan teori terapan, persepsi keamanan merupakan komponen paling krusial dengan
menyumbang 50,4% dampak signifikan terhadap kepercayaan pada penggunaan QR Code. Hal ini menggambarkan ketika
teknologi pembayaran QR Code memiliki jaminan keamanan yang memadai, maka ekspektasi kinerja pengguna akan semakin
besar. Hipotesis ketiga menunjukkan adanya pengaruh yang kuat antara ekspektasi kinerja terhadap niat perilaku menggunakan
pembayaran kode QR. Hal ini menunjukkan bahwa pengguna lebih membutuhkan manfaat dibandingkan kemudahan
penggunaan. Dalam penelitian ini terbukti bahwa ekspektasi upaya tidak berpengaruh positif signifikan terhadap niat
menggunakan pembayaran kode QR. Hal ini terjadi selama pandemi; kebutuhan pengguna sebenarnya bukan pada kemudahan
penggunaan sistem tetapi cenderung pada manfaatnya. Perekonomian yang terkena dampak juga memberikan kontribusi yang
cukup besar dimana manfaat pembayaran kode QR diutamakan. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian lain seperti Hossain
dan Wiafe et al. (Md. A. Hossain, 2019; Wiafe et al., 2019), dimana tidak ada signifikansi positif antara ekspektasi usaha dan niat
berperilaku. (Eneizan et al., 2019; Khalilzadeh et al., 2017; Mohd Thas Thaker et al. ., 2021; Musyaffi, 2020; Rahi & Abd. Ghani, 2018;
Rosnidah dkk., 2019; Sivathanu, 2019; Xu dkk., 2019) 2020; Rahi & Abd. Gani, 2018; Rosnidah dkk., 2019; Sivathanu, 2019; Xu dkk.,
2019) 2020; Rahi & Abd. Gani, 2018; Rosnidah dkk., 2019; Sivathanu, 2019; Xu dkk., 2019)
Sementara itu, selama pandemi COVID19, keamanan menjadi perhatian utama pengguna (Undale et al., 2020).
Dalam konteks keamanan pada penelitian ini terkait dengan pembayaran digital menggunakan QR Code, dimana yang
menjadi perhatian utama adalah penyampaian informasi sensitif. Hal ini terjadi karena beberapa kasus muncul akibat
penyalahgunaan data. Penelitian yang dilakukan oleh Semerikova membuktikan bahwa persepsi keamanan menjadi
kendala bagi pengguna untuk mengadopsi teknologi karena kurangnya pengetahuan tentang cara kerja teknologi
(Semerikova, 2020). Adanya regulasi QRIS oleh Bank Indonesia selaku regulator perbankan di Indonesia telah
meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap metode pembayaran kode QR. Pengguna tidak terlalu khawatir
dengan ancaman keamanan, terutama pada privasi pengguna. Sebab, hal ini sudah ditangani sepenuhnya dengan
bantuan pemerintah. Jadi, Niat menggunakan pembayaran digital menggunakan QR Code semakin meningkat meski di
era pandemi COVID 19 seperti sekarang. Tentunya hasil penelitian ini juga didukung dengan hasil penelitian sebelumnya
dimana kepercayaan memegang peranan penting dalam pengambilan keputusan seseorang.

220
E-ISSN 2281-4612 Jurnal Akademik Studi Interdisipliner Jilid 10 No 6
ISSN 2281-3993 www.richtmann.org November 2021

untuk mengadopsi teknologi (Arfi et al., 2021; Md. A. Hossain, 2019; Islam & Khan, 2021; Kalinic et al., 2019; Kaur
& Arora, 2020; Merhi et al., 2019; Roca et al., 2009; Sabbir dkk., 2020).

6. Kesimpulan

Penelitian ini mengembangkan model UTAUT yang menyesuaikan dengan kondisi penerimaan pembayaran
digital menggunakan pembayaran QR Code, khususnya di era pandemi. Penelitian ini menunjukkan bahwa
keamanan merupakan faktor paling signifikan dalam meningkatkan kepercayaan pengguna dalam penggunaan
pembayaran digital menggunakan kode QR. Berdasarkan fakta di lapangan, serangan siber cenderung
meningkat dari tahun ke tahun sehingga hal ini menjadi peringatan jelas bagi penyedia layanan pembayaran
digital untuk meningkatkan keamanan khususnya terkait data privasi pengguna. Selain itu, penyedia layanan
kode QR harus mampu memberikan kemudahan dan kecepatan untuk meningkatkan niat pengguna. Kode QR
terbukti menjadi solusi di era pandemi COVID-19 dimana pengguna tidak perlu melakukan transaksi secara fisik.
Keamanan sistem QR Code terbukti dapat memotivasi pengguna untuk terus menggunakan pembayaran digital
QR code. Hal ini menjadi pembelajaran penting bahwa untuk mendapatkan kepercayaan pengguna, hal penting
yang harus ditingkatkan adalah keamanan dan kinerja sistem QR Code, yang dapat meningkatkan niat
menggunakan pembayaran digital menggunakan QR Code. Selain itu, penelitian ini membuktikan bahwa
pengguna rentan melakukan transaksi secara online. Karena ada faktor intrinsik yang melekat pada teknologi
yaitu keamanan. Oleh karena itu, kepercayaan sangat penting untuk memastikan keamanan dalam teknologi,
khususnya pembayaran digital menggunakan QR Code, dapat dikontrol dan dipertanggungjawabkan oleh
penyedia layanan QR Code. Salah satu program penting yang harus diperhatikan adalah penggunaan diskon
bagi pengguna.

7. Pengakuan

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Universitas Negeri Jakarta khususnya Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Jakarta yang telah memfasilitasi dan mendanai penelitian ini sehingga proses
penyusunan naskah dapat terlaksana dengan baik. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada para
responden yang telah bersedia menjadi relawan sebagai responden.

Referensi

Agusta, J., & Hutabarat, K. (2018).Pembayaran Seluler di Indonesia: Perlombaan Menuju Dominasi Big Data.
https://mdi.vc/whitepaper/detail/3/Mobile%20Payments%20In%20Indonesia%3A%20Race%20to%20Big%2
0Data%20Dominasi
Ajzen, I. (1991). Teori perilaku terencana.Perilaku Organisasi dan Proses Keputusan Manusia,50(2),
179–211.
Alalwan, AA, Dwivedi, YK, Rana, NPP, & Williams, MD (2016). Adopsi konsumen terhadap mobile banking di
Jordan: Meneliti peran kegunaan, kemudahan penggunaan, risiko yang dirasakan dan efikasi diri.Jurnal
Manajemen Informasi Perusahaan,29(1), 118–139. https://doi.org/10.1108/JEIM-04-2015-0035
Alshurideh, MT, al Kurdi, B., Masa'deh, R., & Salloum, SA (2021). Efek moderasi gender terhadap penerimaan
teknologi pembayaran elektronik: studi tentang konsumen Uni Emirat Arab.Tinjauan Bisnis dan Strategi
Internasional,sebelum dicetak(sebelum dicetak). https://doi.org/10.1108/ribs-08-2020-0102
Arfi, W. ben, Nasr, I. ben, Kondrateva, G., & Hikkerova, L. (2021). Peran kepercayaan dalam niat untuk menggunakan IoT
eHealth: Penerapan UTAUT yang dimodifikasi dalam konteks konsumen.Peramalan Teknologi dan Perubahan
Sosial,167, 120688. https://doi.org/10.1016/j.techfore.2021.120688 Asosiasi FinTech Indonesia. (2020).Survei
anggota tahunan.
Chatterjee, S., Ghosh, SK, Chaudhuri, R., & Chaudhuri, S. (2020). Adopsi sistem CRM terintegrasi AI oleh
Industri India: dari perspektif keamanan dan privasi.Keamanan Informasi dan Komputer. https://doi.org/
10.1108/ICS-02-2019-0029
Davis, FD (1989). Kegunaan yang dirasakan, kemudahan penggunaan yang dirasakan, dan penerimaan pengguna terhadap teknologi informasi.
MIS Triwulanan: Sistem Informasi Manajemen,13(3), 319–339. https://doi.org/10.2307/249008

221
E-ISSN 2281-4612 Jurnal Akademik Studi Interdisipliner Jilid 10 No 6
ISSN 2281-3993 www.richtmann.org November 2021

Dawes, Dr.J. (2008). Apakah Karakteristik Data Berubah Sesuai Jumlah Titik Skala yang Digunakan? Sebuah
Eksperimen Menggunakan Skala 5 Poin, 7 Poin, dan 10 Poin:Https://Doi.Org/10.1177/147078530805000106,50(1), 61–77.
https://doi.org/10.1177/147078530805000106
Deloitte. (2020).Perkembangan Terkini Bisnis dan Industri Deloitte Indonesia: Akselerasi lanskap pembayaran digital di
Indonesia.
Eneizan, B., Mohammed, AG, Alnoor, A., Alabboodi, AS, & Enaizan, O. (2019). Penerimaan pelanggan terhadap ponsel
pemasaran di Yordania: Model UTAUT2 yang diperluas dengan faktor kepercayaan dan risiko.Jurnal Internasional
Teknik Manajemen Bisnis,11. https://doi.org/10.1177/1847979019889484 Fishbein, M., & Ajzen, I. (1975).&Ajzen,
aku.
Grabner-Kräuter, S., & Faullant, R. (2008). Penerimaan konsumen terhadap internet banking: Pengaruh internet
memercayai.Jurnal Internasional Pemasaran Bank,26(7), 483–504. https://doi.org/10.1108/02652320810913855
Hasan, A., & Gupta, SK (2020). Menjelajahi Niat Perilaku Wisatawan Terhadap Penggunaan Dompet Seluler Pilihan
untuk Pembayaran Digital.Paradigma,24(2), 177–194. https://doi.org/10.1177/0971890720959519
Hossain, Md.A (2019). Persepsi keamanan dalam penerapan pembayaran seluler dan efek moderasinya
jenis kelamin.Tinjauan Penelitian PSU,3(3), 179–190. https://doi.org/10.1108/prr-03-2019-0006
Islam, MT, & Khan, MTA (2021). Faktor-faktor yang mempengaruhi adopsi crowdfunding di Bangladesh: Sebuah studi tentang
pengusaha pemula.Perkembangan Informasi,37(1), 72–89. https://doi.org/10.1177/0266666919895554 Jung, IY, &
Jang, G.-J. (2014). E-Wallet yang aman dan andal menggunakan SSD cerdas.Jurnal Ilmu Kehidupan,11(7). Kalinic, Z.,
Marinkovic, V., Molinillo, S., & Liébana-Cabanillas, F. (2019). Pendekatan multi-analitis terhadap peer-to-
prediksi penerimaan pembayaran seluler rekan.Jurnal Ritel dan Layanan Konsumen,49, 143–153. https://
doi.org/10.1016/j.jretconser.2019.03.016
Kaur, S., & Arora, S. (2020). Peran risiko yang dirasakan dalam perbankan online dan dampaknya terhadap niat perilaku: kepercayaan
sebagai moderator.Jurnal Studi Bisnis Asia. https://doi.org/10.1108/JABS-08-2019-0252
Khalilzadeh, J., Ozturk, AB, & Bilgihan, A. (2017). Faktor terkait keamanan dalam model UTAUT yang diperluas untuk NFC
pembayaran seluler berbasis di industri restoran.Komputer dalam Perilaku Manusia,70, 460–474. https://
doi.org/10.1016/j.chb.2017.01.001
Kim, DJ, Ferrin, DL, & Rao, HR (2008). Model pengambilan keputusan konsumen berbasis kepercayaan secara elektronik
perdagangan: Peran kepercayaan, risiko yang dirasakan, dan pendahulunya.Sistem Pendukung Keputusan,44(2), 544–564.
https://doi.org/10.1016/j.dss.2007.07.001
Kuisma, T., Laukkanen, T., & Hiltunen, M. (2007). Memetakan alasan penolakan terhadap Internet banking: A
pendekatan cara-akhir.Jurnal Internasional Manajemen Informasi,27(2), 75–85.
https://doi.org/10.1016/j.ijinfomgt.2006.08.006
Lu, Y., Yang, S., Chau, PYK, & Cao, Y. (2011). Dinamika antara proses transfer kepercayaan dan niat menggunakan
layanan pembayaran seluler: Perspektif lintas lingkungan.Informasi dan Manajemen,48(8), 393–403.
https://doi.org/10.1016/j.im.2011.09.006
Luarn, P., & Lin, HH (2005). Menuju pemahaman tentang niat perilaku menggunakan mobile banking.
Komputer dalam Perilaku Manusia,21(6), 873–891. https://doi.org/10.1016/j.chb.2004.03.003
Merhi, M., Hone, K., & Tarhini, A. (2019). Sebuah studi lintas budaya tentang niat menggunakan mobile banking antara
Konsumen Lebanon dan Inggris: Memperluas UTAUT2 dengan keamanan, privasi, dan kepercayaan.Teknologi dalam Masyarakat, 59,
101151. https://doi.org/10.1016/j.techsoc.2019.101151
Mohd Thas Thaker, H., Mohd Thas Thaker, MA, Khaliq, A., Allah Pitchay, A., & Iqbal Hussain, H. (2021).
Niat perilaku dan adopsi internet banking di kalangan nasabah bank syariah di Malaysia: analisis menggunakan
UTAUT2.Jurnal Pemasaran Islam. https://doi.org/10.1108/JIMA-11-2019-0228 Mostafa, RB (2020). Kualitas layanan
mobile banking: jalan baru untuk penciptaan nilai pelanggan bersama.Internasional
Jurnal Pemasaran Bank,38(5), 1107–1132. https://doi.org/10.1108/IJBM-11-2019-0421
Musyaffi, AM (2020). Perspektif Kritis Kesuksesan Implementasi Cloud Accounting Bagi Calon Akuntan: Kajian
Model UTAUT & IS Model Kesuksesan.Substansi: Sumber Artikel Akuntansi Auditing Dan Keuangan Vokasi,4(1), 17–
38. https://doi.org/10.35837/SUBS.V4I1.810
Musyaffi, AM, & Muna, A. (2020). Tugas Technology-Fit Sistem Keuangan Desa (Siskeudes) Meningkat
Kinerja Petugas.Ilmu Sosial Lutut, 720–730.
Musyaffi, AM, Sari, DAP, & Respati, DK (2021). Pemahaman Penggunaan Pembayaran Digital Selama COVID-19
Pandemi: Kajian Model Penyuluhan UTAUT di Indonesia.Jurnal Keuangan, Ekonomi dan Bisnis Asia,8(6),
475–482.
Rahi, S., & Abd. Ghani, M. (2018). Peran UTAUT, DOI, keamanan teknologi yang dirasakan dan elemen permainan di dalamnya
adopsi internet banking.Jurnal Dunia Sains, Teknologi dan Pembangunan Berkelanjutan,15(4), 338–356.
https://doi.org/10.1108/wjstsd-05-2018-0040

222
E-ISSN 2281-4612 Jurnal Akademik Studi Interdisipliner Jilid 10 No 6
ISSN 2281-3993 www.richtmann.org November 2021

Roca, JC, García, JJ, & de la Vega, JJ (2009). Pentingnya kepercayaan, keamanan, dan privasi yang dirasakan saat online
sistem perdagangan.Manajemen Informasi dan Keamanan Komputer,17(2), 96–113.
https://doi.org/10.1108/09685220910963983
Rosnidah, I., Muna, A., Musyaffi, AM, & Siregar, NF (2019). Faktor Penting dalam Penerimaan Pembayaran Seluler di
Generasi Milenial: Kajian Model UTAUT.Simposium Internasional Ilmu Sosial, Pendidikan, dan Humaniora
(ISSEH 2018), 123–127.
Sabani, A. (2020). Menyelidiki pengaruh transparansi terhadap adopsi e-Government di Indonesia.
Jurnal Manajemen Kebijakan Sains dan Teknologi. https://doi.org/10.1108/JSTPM-03-2020-0046 Sabbir,
MM, Islam, M., & Das, S. (2020). Memahami faktor-faktor penentu adopsi apotek online: dua-
pendekatan analisis jaringan saraf SEM yang dipentaskan.Jurnal Manajemen Kebijakan Sains dan Teknologi.
https://doi.org/10.1108/JSTPM-07-2020-0108
Salisbury, WD, Pearson, RA, Pearson, AW, & Miller, DW (2001). Keamanan yang dirasakan dan World Wide Web
niat membeli.Manajemen Industri & Sistem Data,101(4), 165–177.
https://doi.org/10.1108/02635570110390071
Semerikova, E. (2020). Apa yang menghambat penggunaan pembayaran ponsel pintar di Rusia? Persepsi teknologi
dan hambatan keamanan.Peramalan Teknologi dan Perubahan Sosial,161, 120312.
https://doi.org/10.1016/j.techfore.2020.120312
Sivathanu, B. (2019). Adopsi sistem pembayaran digital di era demonetisasi di India: Sebuah empiris
belajar.Jurnal Manajemen Kebijakan Sains dan Teknologi,10(1), 143–171. https://doi.org/10.1108/
JSTPM-07-2017-0033
Surekha, A., Anand, PR, & Indu, I. (2015). Transaksi pembayaran elektronik menggunakan kode QR terenkripsi.Internasional
Jurnal Penelitian Teknik Terapan,10(77), 461-tidak terdefinisi.
Undale, S., Kulkarni, A., & Patil, H. (2020). Keamanan eWallet yang dirasakan: dampak pandemi COVID-19.Vilakshan -
Jurnal Manajemen XIMB,sebelum dicetak(sebelum dicetak). https://doi.org/10.1108/xjm-07-2020-0022 Venkatesh,
V., Thong, JYL, & Xu, X. (2012). Penerimaan konsumen dan penggunaan teknologi informasi: Memperluas
teori terpadu penerimaan dan penggunaan teknologi.MIS Triwulanan: Sistem Informasi Manajemen, 36(1), 157–
178. https://doi.org/10.2307/41410412
Wiafe, I., Koranteng, FN, Tettey, T., Kastriku, FA, & Abdulai, JD (2019). Faktor yang mempengaruhi penerimaan dan
penggunaan sistem informasi dalam industri Maritim di negara-negara berkembang: Kasus Ghana. Jurnal
Sistem dan Teknologi Informasi,22(4), 21–45. https://doi.org/10.1108/JSIT-06-2018-0091 Xu, Z., Li, Y., & Hao,
L. (2019). Pemeriksaan empiris model UTAUT dan analisis jaringan sosial.Perpustakaan Hai
Teknologi. https://doi.org/10.1108/LHT-11-2018-0175
Zhou, T. (2011). Pengaruh kepercayaan awal terhadap adopsi pengguna terhadap pembayaran seluler.Perkembangan Informasi,27(4).
https://doi.org/10.1177/0266666911424075

223

Anda mungkin juga menyukai