Anda di halaman 1dari 6

Materi ujian Praktik

PELAKSANAAN YADNYA

Hal Yang Harus Dipersiapkan dalam melaksanakan upakara yadnya adalah :

Asuci Laksana
Asuci Laksana merupakan hal pertama yang harus dilakukan. Asuci Laksana
adalah orang yang membersihkan badan dengan cara mandi. Hal ini dilakukan
karena kebersihan pada badan serta kesejukan pada lahir mampu mempengaruhi
ketenangan hati.

Pakaian
Berikutnya ialah tentang pakaian. Pakaian atau busana yang dikenakan ketika
waktu sembahyang diusahakan menggunakan pakaian atau busana yang bersih dan
alangkah baiknya jika tidak menggunakan warna yang terlalu mencolok, sehingga
saat melakukan ritual tidak mengganggu ketenangan pikiran.

Bunga atau Kwangen


Bunga atau Kwangen ialah lambang yang mengartikan kesucian, dalam hal ini bunga
yang nantinya akan digunakan untuk persembahyangan sebaiknya menggunakan
bunga yang masih segar, harum serta bersih.
Adapun bunga yang tidak bisa digunakan dalam persembahyangan diantaranya :
bunga yang berulat, bunga yang gugur tanpa digoncang, bunga-bunga yang berisi
semut, bunga yang layu yaitu bunga yang lewat masa mekarnya, bunga yang
tumbuh di kuburan.

Dupa
Berikutnya yang harus dipersiapkan sebelum memulai persembahyangan adalah
dupa. Api dupa merupakan symbol Sang Hyang Agni, saksi dan pengantar sembah
kita kepada Sanghyang Widhi.
Setiap yajna dan pemujaan tidak luput dari penggunaan api.
Api dupa ini sebaiknya diletakkan sedemikian rupa agar tidak membahayakan
teman-teman saat bersembahyang.

Tempat Duduk
Tempat untuk duduk ketika akan melakukan persembahyangan hendaknya
diusahakan supaya tidak mengganggu ketenangan ketika sembahyang.
Lalu untuk arah duduk adalah menghadap pelinggih. Lebih baik untuk
menggunakan alas duduk seperti tikar atau lain sebagainya.
Sikap Duduk
Sikap duduk juga harus diperhatikan saat melakukan persembahyangan.
Sikap duduk bisa dipilih sesuai dengan tempat serta keadaan dan kalian harus
pastikan posisi tempat duduk tidak mengganggu ketenangan hati.
 sikap duduk yang baik untuk pria adalah sikap duduk bersila : Padmasana,
Silasana, Sidhasana dan badan tegak.
 sikap duduk bagi wanita adalah Bajrasana yaitu sikap duduk bersimpuh
dengan dua tumit kaki diduduki.
Dengan sikap ini badan menjadi tegak lurus, sikap ini sangat baik untuk
menenangkan pikiran saat melakukan sembahyang.

Sikap Tangan
Hal yang harus diperhatikan selanjutnya adalah sikap tangan, untuk sikap tangan
yang baik pada waktu sembahyang yakni “Cakupan kara kalih”, yang artinya kedua
telapak tangan dikatupkan dan diletakkan di atas di depan ubun-ubun.
Bunga atau Kwangen dijepit pada ujung jari tengah.

Setelah semuanya dipersiapkan, dilanjutkan dengan mempersembahkan Sarana


persembahyangan dengan mantram …

Berikut adalah Doa-doa yang ada kaitannya dengan sarana banten:

1. Nunas lugra, Om ksama swamam mahadewa ya namah swaha.


2. Doa membersihkan bekas banten sebelumnya, Om sri suketing busandari,
katempuh muksah alah anyar ya namah.
3. Doa memasang plawa, gantungan dll, Om kalasa gumelar, sarwa suci sukla ya
namah swaha.
4. Doa ngunggahang canang sari, sarwa banten: Om ta molah panca upacara guru
paduka ya namah swaha.
5. Doa ngunggahang dupa; Om ang dupa dipastra ya namah swaha.
6. Doa ngaturang toya anyar; Om pakulun bhatara, ngulun angaturaken tirtha
andawasuh tangan mwang suku ya namah swaha.
7. Doa ngaturang segehan putih kuning di natar atau dibawah sanggah; Om
sarwa bhuta preta byo namah.
8. Doa ngaturang segehan agung, ditengah natar pekarangan, halaman rumah;
Om sarwa kala preta byo namah.
9. Doa ngaturang segehan manca warna, dilebuh, pemedal, pintu gerbang
pekarangan rumah atau diperempatan jalan; Om sarwa durgha preta byo
namah.
10. Doa pada tiap2 segehan dengan metetabuh; Om ibek segara, ibek danu, ibek
bayu premananing hulun.
11. Ngayabang dupa/pasepan; Om agnir agnir, jyotir jyotir, om dupam
samarpayami
12. Doa nyiratang toya anyar/tirtha; Om mang parama siwa amertha ya namah
swaha.
13. Doa ngayabang atau ngaturang banten; Om dewa amukti sukam bhawantu,
namo namah swaha.
14. Ngelungsur tirtha; Om suksma sunya sangkanira, suksma sunia paranira.
15. Ngetisang toya anyar/tirtha; Om, mang parama siwa ya namah swaha.
16. Ngelungsur bebanten; Om suksma sunia lebar ya namah swaha.

Pelaksanaan pemujaan dan persembahan berupa mantram


1. Melaksanakan puja tri sandya.
2. Panca sembah atau Kramaning Sembah
a. Sembah Tanpa Sarana atau Sembah Puyung
OM , ATMA TATTVATMA SUDDHAMAM SVAHA
Terjemahan :
Om, Atma atmanya kenyataan ini, bersihkanlah hamba.
b. Sembah ke dua yaitu Menyembah Sanghyang Widhi Wasa sebagai
Sanghyang Aditya dengan sarana bunga putih.
Mantra :
OM, ADITYA SYA PARAM JYOTI,
RAKTA TEJA NAMO STUTE,
SVETA PANKAJA MADHYASTA
BHASKARA YA NAMO STUTE.
Terjemahan :
Om, Sinar Surya yang maha hebat, Engkau bersinar merah, hormat pada-
Mu. Engkau berada di tengah- tengah teratai putih. Hormat padaMu
pembuat sinar.
c. Sembah ketiga menyembah Sanghyang WIdhi Wasa sebagai Ista Dewata
dengan Sara Kwangen atau bunga warna-warni.
Mantra :
OM, NAMO DEVA ADHI STHANAYA,
SARVA VIAPI VAI SIVA YA,
PADMASANA EKA PRASTISTAYA,
ARDHANARESVARYAI NAMONAMAH.
Arti :
Om, kepada Dewa yang bersemayam pada tempat yang tinggi, kepada Ciwa
yang sesungguhnyalah berada dimana-man. Kepada Dewa yang bersemayam
pada tempat duduk bunga teratai sebagai satu tempat, kepada
Ardhanareswari hamba menghormat
d. Sembah ke empat Menyembah Sanghyang Widhi Wasa sebagai pemberi
anugerah, dengan sarana kwangen atau bunga warna-warni.
Mantra :
OM , ANUGRAHA MANO HARA,
DEVA DATTANUGRAHAKA,
ARCANAM SARVA PUJANAM,
NAMAH SARVA NUGRAHAKA,
OM DEVA DEVI MAHA SIDDHI,
YAJNANGA NIRMALATMAKA,
LAKSMI SIDDHIS CA DIRGHAYUH,
NIRVIGHNA SUKHA VRDDHIS CA.
Arti :
Om, Engkau yang menarik hati, pemberi anugrah, Anugrah pemberian Dewa,
pujaan, hormat pada-Mu, pemberi semua anugrah.
Om, kemaha sidian Dewa dan Dewi, berwujud yadnya, pribadi suci,
kebahagiaan, kesempurnaan, panjang umur, bebas dari rintangan,
kegembiraan dan kemajuan.
e. Sembah ke Lima, Sembah Tanpa Bunga atau Sembah Puyung.
Mantra :
OM, DEVA SUKSMA PARAMACINTYA YA NAMA SVAHA.
OM, SANTIH, SANTIH, SANTIH, OM.
Arti :
OM, HORMAT DAN TERIMA KASIH PADA Mu yang tak terpikirkan yang
maha tinggi dan maha gaib.
Om, Damai, Damai, Damai, Om.

Selanjutnya melaksanakan Java mantram

MANTRA METIRTHA, PEMERCIKAN TIRTA, MEMINUM TIRTA,


DAN MERAUP MUKA DALAM HINDU

Setelah melaksanakan Puja Tri Sandya dan Kramaning Sembah/ Panca Sembah,
maka dilanjutkan dengan pemercikan Tirta Amertha. Ada pun mantra yang
digunakan saat pemercikan tirta dalam agama Hindu adalah sebagai berikut:
Sebelum Tirta Dipercikkan, Ucapkan Terlebih Dahulu Mantra
“Om Pratama sudha, dvitya sudha, tritya sudha, caturti sudha, pancami sudha,
sudha, sudha, sudha variastu namah svaha”
Terjemahan:
“Om Sang Hyang Widhi Wasa, semoga kami dianugerahi kesucian, hormat
kepadamu” (Dana Dan Suratnaya, 2013: 65).
Selanjutnya menggunakan mantra dengan tahap berikut:

1. Pemercikan Tiga Kali ke Ubun-ubun dengan Mantra


“Om ang brahma amrtha ya namah,
Om ung wisnu amrtha ya namah,
Om mang isvara amrtha ya namah”.

Terjemahan:
“Om Sanghyang Widhi Wasa, bergelar, Brahma, Wisnu, Iswara, hamba
memujaMu semoga dapat memberi kehidupan (dengan tirta ini)”, (Dana Dan
Suratnaya, 2013: 66).

2. Minum Tirta Tiga Kali dengan Mantra


“Om Sarira paripurna ya namah, om ang ung mang sarira sudha, Pramantya ya
namah, Om ung ksama sampurna ya namah”
Terjemahan:
“Om Sanghyang Widhi Wasa, Maha pencipta, pemelihara dan Pelebur segala
ciptaan semoga badan hamba terpelihara selalu, bersih terang dan
sempurnah”, (Dana Dan Suratnaya, 2013: 66-67).
3. Meraup, Mengusap Tirtha ke Muka ke Arah Atas dengan Mantra
“Om Siva Amertha ya namah, om sadha siva amertha ya namah, Om parama
siva amertha ya namah”.
Terjemahan:
“Om Sanghyang Widhi Wasa, (Siwa, Sada Siva, Parama Siva) hamba
memujamu semoga memberi amertha pada hamba", (Dana Dan Suratnaya,
2013: 67).
4. Setelah melaksanakan pemercikan tirtha atau metirta maka selanjutnya akan
dilaksanakan pemasangan bija pada bagian dahi, di bawah tenggorokan dan di
atas langit-langit mulut atau biasa juga ditelan. Untuk mantranya bisa dibaca
pada link di bawah dengan judul:
 Bija Untuk di Dahi Dengan Mantra
“Om Sriyam Bhavantu (Om Sanghyang Widhi Wasa, semoga kebahagian
meliputih hamba)” (Dana Dan Suratnaya, 2013: 68).
 Bija Untuk di Bawah Tenggorokan dengan Mantra
“Om Sukham Bhavantu (Oh Sanghyang Widhi Wasa, semoga kesenangan
selalu hamba peroleh)”, (Dana Dan Suratnaya, 2013: 68).
 Bija Untuk Ditelan atau di Langit-Langit Mulut Dengan Mantra
“Om Purnam Bhavantu, Om Ksama Sampurna ya Namah Svaha (Om
Sanghyang Widhi Wasa, semoga kesempurnaan meliputi hamba, Oh Hyang
Widhi semoga semuanya bertambah menjadi bertamba sempurna)”, (Dana
Dan Suratnaya, 2013: 68).

Mantra lainnya yang perlu diingat :


 Yadnya sesa (mejot/mesaiban) kepada Dewa-dewi, di tempat air, api, nasi
dan surya; Om atma tat twatma sudhamam swaha. Swasti swasti sarwa
dewa sukha pradhana ya namah swaha.
 Yadnya sesa (mejot/mesaiban) kepada bhuta, yaitu di pertiwi/tanah; Om
atma tat twatma sudhamam swaha. Swasti swasti sarwa bhuta,kala,durgha
sukha pradhana ya namah swaha .
 Doa memulai makan; Om anugraha amrtha sanjiwani ya namah swaha.
 Menghaturkan banten tidak hanya sekedar meletakkan banten yang kita
persembahkan untuk Hyang Widhi tapi dalam setiap persembahan yang
kita lakukan dengan sarana banten hendaknya diikuti dengan Doa-doa agar
apa yang kita persembahkan tidak menjadi yadnya yang sia-sia.

Anda mungkin juga menyukai