Anda di halaman 1dari 6

Karakteristik Pelaku Balap Liar Di Objek Wisata Simpang Lima Gumul Kabupaten

Kediri

Suryani, I Dewa Putu Eskasasnanda, Siti Malikhah Towaf


Suryanifisum@gmail.com
Universitas Negeri Malang

Abstract: The purpose of this study is to describe the characteristics of adolescents who do wild
racing at the Gumul Lima Simpang Lima tourist attraction. This research method uses a
qualitative approach with a type of descriptive research. The informant collection used is the
snawball technique. The procedure for collecting data includes observation, interviews and
documentation. The results of this study are the characteristics of wild racing players, namely 1)
adolescents who live around SLG attractions and the average age of 13-18 years who are still
middle school, high school and vocational students, 2) the majority of the wild racing players are
of the male sex and attending vocational school majoring in automotive, 3) the majority of teens
who do wild racing are children of capable people, 4) the majority of teenagers who run wild
racing do lies to parents because parents do not support their children's hobbies to do wild racing.
Keywords: Characteristics of teenagers, wild racing.
Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan karakteristik remaja yang melakukan
balap liar di objek wisata Simpang Lima Gumul. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan
kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Pengumpulan informan yang digunakan yaitu teknik
snawball. Prosedur pengumpulan data meliputi observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil
penelitian ini adalah karakteristik pelaku balap liar diantaranya, yaitu 1) remaja yang tinggal di
sekitar objek wisata SLG dan rata-rata berusia 13-18 tahun yang masih berstatus pelajar SMP,
SMA, dan SMK, 2) remaja pelaku balap liar mayoritas adalah berjenis kelamin laki-laki dan
bersekolah di SMK jurusan otomotif, 3) mayoritas remaja yang melakukan balap liar adalah anak
orang mampu, 4) para remaja pelaku balap liar mayoritas melakukan kebohongan kepada
orangtua karena orangtua tidak mendukung hobi anaknya melakukan balap liar.

Kata Kunci: Karakteristik remaja, Balap liar.

Simpang Lima Gumul merupakan salah satu ikon wisata di Kabupaten Kediri, tepatnya di
Desa Tugurejo Kecamatan Ngasem. Objek wisata ini diresmikan tahun 2008 dan terletak pada
lokasi yang strategis, karena berada tepat di tengah-tengah persimpangan lima arah dari kota
Pare, Kediri, Plosoklaten, Pesantren dan Menang (Wahyuningtyas, 2017). Pada simpang lima
arah ini didirikan sebuah bangunan megah yang menurut masyarakat sekitar mirip dengan bentuk
monumen Arc de Triomphe yang berada di Paris. Kemegahan bangunan sering digunakan
wisatawan untuk berfoto, sehingga membuat kawasan ini tidak pernah sepi dari pengunjung.
Saat ini wisata Simpang Lima Gumul mengalami permasalahan sosial yang
mengakibatkan kegelisahan dan ketidaknyamanan pengunjung. Salah satu masalah sosial
tersebut adalah keberadaan remaja yang memanfaatkan jalanan di sekitar Simpang Lima Gumul
sebagai lokasi balap liar. Keikutsertaan remaja dalam balap liar adalah suatu bentuk kenakalan
remaja (juvenile delinguency). Sesuai dengan pendapat Nusi (2014:2) yang mengatakan bahwa
kenakalan remaja (juvenile delinguency) merupakan perbuatan yang melawan hukum dan norma
masyarakat. Menurut (Wahyudi, 2013:9) Remaja delinkuen adalah remaja-remaja yang
melakukan perbuatan menyimpang yang merugikan orang lain. Hal tersebut sesuai dengan
beberapa pernyataan berikut ini, “salah satu wujud dari perilaku menyimpang yaitu kebut-
kebutan dijalanan yang mengganggu keamanan lalu lintas, dan membahayakan jiwa sendiri
maupun orang lain, perilaku ugal-ugalan, membolos sekolah, dan taruhan”(Kartono, 2014:21).
Apabila membahas tentang perilaku menyimpang yang dilakukan remaja di objek wisata
Simpang Lima Gumul yaitu Balap Liar. Menurut Wirajaya (2006) Balapan Liar merupakan
kompetisi balapan dengan kecepatan tinggi yang dilakukan secara ilegal dijalan umum tanpa
mendapat izin dari pihak yang berwenang. Aksi balap liar juga telah melanggar hukum yang
diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Pasal 297 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan yang menentukan bahwa setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor
berbalapan di jalan sebagaimana dimaksud dalam pasal 115 huruf b dipidana dengan kurungan
paling lama satu tahun atau denda paling banyak Rp. 3.000.000,00 (hubdat.dephub.go.id/uu/288-
uu...lintas-dan-angkutan-jalan/download). Fenomena balap liar dapat dikategorikan sebagai
masalah sosial karena dapat meresahkan masyarakat dan bahkan dapat membahayakan orang
disekitarnya.
Penelitian ini berjudul “Karakteristik Pelaku Balap Liar di Objek Wisata Simpang Lima
Gumul Kabupaten Kediri”. Peneliti ingin mengkaji lebih dalam tentang karakteristik remaja yang
melakukan balap liar di objek wisata SLG, meskipun dekat dengan pos keamanan polisi.

METODE
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif.
Sumber data yang digunakan adalah sumber data primer dan sumber data sekunder. Lokasi
Penelitian di Objek Wisata Simpang Lima Gumul Kabupaten Kediri. Teknik pengumpulan
informan yang digunakan yaitu teknik snawball. Prosedur pengumpulan data meliputi observasi,
wawancara dan dokumentasi. Analisis data menggunakan model Miles dan Huberman yang
memiliki empat komponen yang diawali dengan pengumpulan data di lapangan, kemudian
peneliti mereduksi data sesuai fokus penelitian, selanjutnya peneliti menyajikan data dan yang
terakhir penarikan kesimpulan. Tahap penelitian ini terdiri dari tahap pra-lapangan, pekerjaan
lapangan, dan tahap penulisan laporan.

HASIL
Berikut akan dipaparkan profil remaja yang mengikuti balap liar di objek wisata Simpang
Lima Gumul Kabupaten Kediri sesuai usia dan asal sekolahnya.
Tabel 4.1 Profil remaja yang mengikuti balap liar di objek wisata Simpang Lima Gumul
No Nama Usia Jenis Tempat Asal Mulai Peran
Kelamin Tinggal Sekolah Mengikuti balap
Balap liar
Liar
1 Bagoes 16th Laki-laki Padangan, SMK 1 - Penonton
Abie n kayen Ngasem aksi
Dhava kidul balap liar
2 Kurniawan 18th Laki-laki Pare SMAN 1 Kelas 2 Pelaku
n Puncu SMA balap liar
3 Bagus 18 Laki-laki Pare SMAN 1 Kelas 3 Pelaku
Primadika thn Puncu SMP balap liar
4 Apin 16th Laki-laki Kayen SMK Kelas 1 Pelaku
(Akek) n Kidul Kertanegara SMP balap liar
5 Andi 18th Laki-laki Gurah SMK 1 Lulus Anggota
Setiawan n Dhoho SMP balap liar
6 Yayak 14th Laki-laki Menang SMP 1 Kelas 6 Anggota
n Kerto SD Balap
liar
7 Abed 14th Laki-laki Santren SMP Lulus SD Anggota
n Santren balap liar
8 Yudi 18th Laki-laki Gurah SMK 1 Kelas 1 Pelaku
Setiawan n Dhoho SMA Balap
liar
Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa usia remaja yang menggemari balap liar
di objek wisata Simpang Lima Gumul berkisar antara 14-18 tahun. Remaja yang menggemari
balap liar masih berstatus pelajar SMP, SMA, dan SMK, tetapi mayoritas yang menggemari
adalah pelajar SMK. Daerah tempat tinggal remaja dengan lokasi Simpang lima Gumul hanya
berjarak 5-7 km seperti desa Padangan, Kayen Kidul, Pare, Gurah, Menang, dan Santren. Selain,
daerah tersebut tidak ditemui remaja yang bertempat tinggal jauh dari lokasi objek wisata.
Karakteristik lain, siswa yang menggemari balap liar adalah pertama, mereka tinggal di
dekat wilayah Simpang Lima Gumul dan Remaja yang melakukan balap liar rata-rata masih
berstatus sebagai pelajar sekolah. Selain itu, terdapat pelajar dari beberapa sekolah yang
menggemari balap liar dan lokasinya dekat dengan objek wisata seperti SMK 1 Ngasem, SMK 1
Dhoho, SMK 2 Dhoho, SMK 3 Dhoho, SMP 1 Kerto, dan SMA Kertanegara.
Karakteristik kedua, kebanyakan yang melakukan balap liar pelajar dari SMK dan
mayoritas dilakukan oleh laki-laki. Banyaknya pelajar SMK ini disebabkan siswa yang memilih
jurusan otomotif. Hal ini disebabkan, kebanyakan siswa teknik otomotif memiliki keahlian
memodifikasi motor supaya lebih kencang sehingga siswa yang bisa memodifikasi motornya
dapat mengalahkan siswa lain dan akan dianggap lebih pintar.
Karakteristik ketiga, remaja yang mengikuti balap liar rata-rata anak orang mampu. Hal
ini disebabkan sepeda motor yang dipakai adalah motor pribadi. Biaya yang diperlukan untuk
memodifikasi sepeda motor mengikuti balap liar cukup mahal dan memerlukan jumlah jutaan
rupiah sehingga hanya mampu dilakukan oleh anak-anak orang yang mampu.
Karakteristik keempat, dari pelaku balap liar di objek wisata Simpang Lima Gumul
adalah siswa yang melakukan kebohongan kepada orangtua. Tidak ada orangtua siswa yang
mendukung anaknya melakukan balap liar, oleh karenanya kegiatan balap liar dilakukan siswa
secara sembunyi-sembunyi dari orangtua. Remaja yang mengikuti balap liar biasanya akan
membohongi orangtua mengatakan akan pergi kerumah teman, tetapi kenyataanya mengikuti
balap liar.

PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa karakteristik pelaku balap liar di objek
wisata Simpang Lima Gumul. Pertama, adalah rata-rata berusia 13-18 tahun dan masih berstatus
pelajar SMP, SMA, dan SMK. Mayoritas pelaku balap liar juga bertempat tinggal dekat dengan
objek wisata SLG. Temuan ini menujukkan bahwa sama dengan pernyataan Wirajaya (2006)
bahwa “mayoritas pelaku balap liar adalah remaja usia Sekolah Menengah Umum (SMU) dan
remaja Sekolah Menengah Pertama (SMP)”.
Karakteristik kedua, remaja pelaku balap liar mayoritas adalah berjenis kelamin laki-laki
dan bersekolah di SMK jurusan otomotif. Para siswa teknik otomotif biasanya memiliki hobi
dan keahlian memodifikasi motor. Hal ini menjadi bekal mereka dalam mengikuti balap liar.
Hasil penelitian Hanim (2016) juga menyatakan bahwa “Remaja yang memiliki hobi dalam
balap liar biasanya bersekolah pada bidang yang dekat dengan dunia otomotif yaitu SMK
jurusan teknik mesin dan otomotif.
Karakteristik ketiga, mayoritas remaja yang melakukan balap liar adalah anak orang
mampu. Hal ini dibuktikan dengan sepeda motor yang dipakai membutuhkan biaya yang besar
untuk memodifikasi. Hal tersebut hanya mampu dilakukan oleh anak-anak orang yang mampu.
Temuan bahwa pelaku balap liar adalah anak-anak orang yang mampu juga ditemukan oleh
Santoso (2017) dalam penelitian tentang balap liar di Kecamatan Bintan Timur, Kabupaten
Bintan. Santoso menemukan bahwa “pelaku balapan liar adalah berasal dari golongan menengah
keatas, mereka menggunakan motor pribadi pemberian orangtua untuk melakukan balap liar”.
Berdasarkan penelitian diketahui bahwa para remaja pelaku balap liar mayoritas
melakukan kebohongan kepada orangtua. Kebohongan ini dilakukan karena orangtua tidak
mendukung hobi anaknya melakukan balap liar. Para remaja melakukan balap liar secara
sembunyi-sembunyi dari orangtua. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hanim (2016) bahwa
“remaja yang melakukan balap liar lebih memilih menghabiskan waktu berjam-jam di bengkel
dengan teman-temannya dan mayoritas aksi balap liar yang dilakukan remaja tidak diberikan izin
oleh orangtuanya ”.

SIMPULAN
Karakteristik pelaku balap liar di objek wisata Simpang Lima Gumul meliputi 1) Remaja
yang tinggal di sekitar objek wisata dan berstatus sebagai pelajar SMP, SMA dan SMK, 2)
kebanyakan yang melakukan balap liar pelajar dari SMK jurusan otomotif dan mayoritas
dilakukan oleh laki-laki, 3) remaja yang mengikuti balap liar rata-rata anak orang mampu. Hal
ini dibuktikan dengan sepeda motor yang digunakan milik pribadi dan biaya untuk membenahi
sepeda motor mahal hingga berjumlah jutaan rupiah, 4) pelaku balap liar di objek wisata
Simpang Lima Gumul adalah siswa yang melakukan kebohongan kepada orangtua.

DAFTAR PUSTAKA
Hanim, Fafa Fauziah. 2016. Pola Pengasuhan Orangtua pada Remaja yang Mengikuti Balap
liar (Studi Kasus di Kabupaten Mojokerto). Skripsi tidak diterbitkan. Malang: FIS
UM.

Kartono, Kartini, 2010. Patologi Sosial 2, Kenakalan Remaja. PT Raja Grafindo: Jakarta.

Nusi, Rachmad Iswan. 2014. Efektivitas Penanggulangan Terhadap Pelaku


Balapan Liar Oleh Remaja (Studi di Polresta Samarinda), (online),
(http://hukum.ub.ac.id/wp-content/uploads/2014/01/JURNAL-RACHMAD-
ISWAN.pdf), diakses 1 desember 2018.
Santoso, Fery Agung. 2017. Perilaku Menyimpang Pelaku Balap Liar Kalangan
Remaja Di Kecamatan Bintan Timur Kabupaten Bintan. (Skripsi), (Online),
(Jurnal.umrah.ac.id/JURNAL25.pdf), diakses 8 Agustus 2018.

Undang-Undang Republik Indonesia Tahun 2009 Pasal 297 tentang Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan. (online), (hubdat.dephub.go.id/uu/288-uu...lintas-dan-angkutan-
jalan/download), diakses 1 Desember 2018.
Wahyudi, Rony Agung. 2013. Hubungan Inferiority Feeling dan Agresivitas pada
Remaja Delinkuen (Studi pada Penerima Manfaat di PSMP Antasena Magelang),
Skripsi tidak diterbitkan. Semarang: FIP UNNES.

Wahyuninngtyas, Nia Tri. 2017. Partisipasi Masyarakat Dalam Pemanfaatan Kawasan


Monumen Simpang Lima Gumul Kediri. (online),
(http://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/publika/article/view/18889), diakses
30 November 2018.
Wirajaya, Erdian, Purba, Jonris G. 2006. Balap Liar: Ajang Sebuah Pergaulan, Prestasi, atau
Hanya Ugal-ugalan. (Online),
(http://anthropology.fisip.ui.ac.id/httpdocs/jurnal/2002/69/10brt3psu69.pdf), diakses 03
Maret 2018.

Anda mungkin juga menyukai