Anda di halaman 1dari 64

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Investasi merupakan aktivitas yang vital untuk


dilakukan, terutama oleh individu. Investasi dapat dikaitkan
dengan sejumlah uang dapat diinvestasikan dalam aset riil
atau finansial, seperti saham, obligasi, atau sekuritas lainnya,
sebagai bagian dari investasi (Tandelilin, 2010). Dengan
beragamnya instrumen investasi, membuat seorang investor
harus menyesuaikan instrumen investasinya dengan karakter
keuangannya. Salah satu instrumen investasi yang cukup
fleksibel yaitu surat berharga yang dapat dilakukan melalui
pasar modal, antara lain obligasi, saham, dan reksadana.
Aktivitas perekonomian tumbuh berkat keberadaan pasar
modal karena memungkinkan perusahaan mengakses
pendanaan yang mereka inginkan. Selain itu individu dengan
modal terbatas dapat terlibat dalam pasar modal karena
jumlah modal minimum yang diperlukan untuk melakukan
hal tersebut tidak ditentukan (Kumara & Purwanto, 2021).

Aktivitas investasi di pasar modal konsisten mengalami


pertumbuhan, hal tersebut karena potensi keuntungan yang
menjanjikan (Mutawally & Asandimitra, 2019). Jumlah
investor individu atau single investor identification (SID) yang
semakin meningkat menunjukkan bahwa investor semakin
tertarik untuk berpartisipasi di pasar modal Indonesia.

1
2

Gambar 1. 1 Kenaikan Jumlah SID di Indonesia Pada Tahun


2018-2022
Sumber : ((KSEI, 2022)

Pada gambar 1 menunjukkan bahwa pada tahun 2018


hingga tahun 2022 jumlah SID atau investor perorangan
mengalami peningkatan, dimana pada tahun 2018 jumlah
SID sebesar 1.619.372 sedangkan pada tahun 2022 jumlah SID
sebesar 10.311.152 atau meningkat 537% dalam 5 tahun
terakhir, dimana jumlah investor tersebut didominasi oleh
generasi milenial. Berdasarkan data KSEI pada 2022,
persentase jumlah investor berdasarkan usia yaitu kurang
dari 30 tahun sebesar 58,71%, 31 – 40 tahun sebesar 22,46%,
41 – 50 tahun sebesar 10,85%, dan usia lebih dari 60 tahun
sebesar 2,77%. Berdasarkan data tersebut, jumlah investor
didominasi usia dibawah 30 tahun, dimana salah satunya
yaitu dari kalangan mahasiswa.
Salah satu pihak yang berperan penting dalam
pertumbuhan jumlah investor muda dikalangan mahasiswa
yaitu Galeri Investasi (GI). Galeri Investasi Bursa Efek
Indonesia merupakan wadah untuk menghadirkan pasar
modal sejak awal kepada dunia keilmuan, dengan tujuan
memberikan manfaat dalam menyebarkan data-data pasar
modal. (IDX, 2023). Dengan adanya galeri investasi dapat
meningkatkan pemerataan informasi dan mengajak
3

akademisi dan masyarakat umum untuk berinvestasi di pasar


modal. Hingga bulan Agustus 2023 telah berdiri 824 Galeri
Investasi yang tersebar di 33 provinsi. Adapun 5 provinsi
dengan jumlah Galeri Investasi terbanyak sebagai berikut.

Gambar 1. 2 Persebaran Galeri Investasi di Tiap Provinsi


Sumber : (IDX, 2023) (diolah)

Pada gambar 2 dapat diketahui dimana provinsi Jawa


Timur memiliki jumlah Galeri Investasi terbanyak yaitu 90,
disusul dengan provinsi Jawa Barat sebanyak 81, Jawa
Tengah sebanyak 71, Yogyakarta sebanyak 51, dan provinsi
DKI Jakarta sebanyak 44 Galeri Investasi. Dengan banyaknya
jumlah Galeri Investasi di Jawa Timur, akan mendorong
pertumbuhan jumlah investor individu, terutama pada
kalangan mahasiswa. Hal tersebut tercermin dari
peningkatan jumlah SID yang ada di provinsi Jawa Timur.
4

Gambar 1. 3 Jumlah SID Pasar Modal dan SID Saham Di Jawa


Timur
Sumber : (OJK, 2023) (diolah)

Pada gambar 3 menunjukkan peningkatan jumlah


investor individu di Jawa Timur yang berinvestasi di pasar
modal. Pada tahun 2018 jumlah investor pasar modal di Jawa
Timur 201.880 dan pada tahun 2022 jumlah investor pasar
modal di jawa timur menjadi 1.360.011 atau meningkat 574%
dalam 5 tahun terakhir. Kenaikan jumlah investor individu di
Jawa Timur menunjukkan aktivitas investasi di Jawa Timur
semakin meningkat. Peningkatan aktivitas investasi tersebut
juga dibarengi dengan peningkatan konsumsi masyarakat
Jawa Timur.
5

Gambar 1. 4 Tingkat Konsumsi Masyarakat di Provinsi Jawa


Timur
Sumber : (Bank Indonesia, 2023) (diolah)

Pada gambar 4 dapat diketahui bahwa tingkat konsumsi


masyarakat di Jawa Timur mengalami peningkatan dimana
pada tahun 2018 tingkat konsumsi di Jawa Timur sebesar
942T, dan pada tahun 2022 tingkat konsumsi di Jawa Timur
menjadi 1.068T atau meningkat 13% dalam 5 tahun terakhir,
walaupun pada tahun 2020 terjadi penurunan tingkat
konsumsi masyarakat akibat pandemi.
Aktivitas konsumsi dan investasi saling memiliki
keterkaitan. Konsumsi merupakan kegiatan pengeluaran
barang dan jasa dalam rangka memenuhi kebutuhan.
Sedangkan investasi merupakan penundaan aktivitas
konsumsi untuk pembelian aset produktif guna memperoleh
keuntungan di masa mendatang (Hans Kwee, 2023).
Berdasarkan teori Keyness, konsumsi yang dilakukan sangat
dipengaruhi atas tingkat pendapatan seseorang, dimana
peningkatan pendapatan menyebabkan peningkatan
pengeluaran. Keyness juga mengungkapkan hubungan
antara konsumsi dan investasi, dimana sebagian pendapatan
yang tidak digunakan dalam aktivitas konsumsi akan
ditabung atau diinvestasikan sehingga dengan pendapatan
tertentu, seseorang harus membuat keputusan atas berapa
proporsi untuk konsumsi dan investasi. Sedangkan menurut
teori konsumsi Modigliani, tingkat konsumsi yang dilakukan
tidak hanya dipengaruhi oleh pendapatan yang diterima,
namun juga kekayaan yang dimiliki.
Berdasarkan fenomena diatas menunjukan bahwa
peningkatan aktivitas investasi masyarakat Jawa Timur
diikuti dengan peningkatan aktivitas konsumsinya, dimana
6

hal tersebut tidak sesuai terhadap teori konsumsi yang


menyatakan bahwa peningkatan aktivitas investasi yang
dilakukan oleh masyarakat akan menurunkan tingkat
konsumsi yang dilakukan. Ketika aktivitas investasi
mengalami peningkatan maka harus dibarengi dengan
keputusan investasi yang tepat. Hal ini menunjukkan bahwa
keputusan investasi merupakan subjek penting yang
kemungkinan besar akan dipelajari secara luas di masa depan
untuk menentukan variabel-variabel yang mempengaruhi
keputusan investasi investor individu dan investor (Hidayat,
2010).
Keputusan investasi merupakan strategi yang diambil
dari setidaknya dua opsi usaha yang diharapkan dapat
menciptakan keuntungan di masa depan (budiarto & susanti,
2017). Secara umum keputusan yang diambil oleh investor
bersifat rasional, namun terkadang investor juga membuat
keputusan investasi yang tidak rasional (pradhana, 2018).
Studi terhadap keputusan investasi telah dibahas oleh
beberapa peneliti dengan temuan yang beragam.
Berdasarkan temuan research gap dari penelitian terdahulu
tentang keputusan investasi, terdapat beberapa variabel
yang mempengaruhi keputusan investasi, yaitu financial
literacy, financial knowledge, dan investment experience.
Variabel pertama yaitu Financial Literacy. Financial
Literacy merupakan tingkat pemahaman, keyakinan serta
keterampilan seseorang terkait pengetahuan produk dan jasa
pada bidang keuangan (Salerindra, 2020). Seseorang dengan
pemahaman yang tinggi mengenai literasi keuangan akan
meningkatkan kemampuannya dalam membuat keputusan
investasi dengan baik. Pada penelitian Jinnah (2016), Yasa et
al (2020), dan Yolanda & Tasman (2020) menyatakan financial
literacy berpengaruh signifikan positif terhadap keputusan
7

investasi. Sedangkan pada penelitian Arianti (2018), Ademola


& Musa (2019), dan Senda et al (2020) menyatakan financial
literacy tidak berpengaruh signifikan terhadap keputusan
investasi.
Variabel kedua yang mempengaruhi keputusan investasi
yaitu financial knowledge. Financial knowledge merupakan
kemampuan dalam memahami, mengatur dan menganalisis
suatu kondisi untuk menentukan keputusan keuangan yang
baik sehingga terhindar dari masalah keuangan (Halim &
Astuti, 2015). Dalam membuat keputusan investasi yang
bijak, diperlukan financial knowledge yang baik. Dengan
memiliki financial knowledge yang baik, investor dapat
melakukan pertimbangan yang lebih matang sehingga dapat
membuat keputusan investasi yang tepat. Pada penelitian
Jinnah (2016) dan Ademola & Musa (2019) menyatakan
financial knowledge berpengaruh signifikan positif terhadap
keputusan investasi. Sedangkan pada penelitian Aslam et al
(2020) menyatakan financial knowledge tidak berpengaruh
signifikan terhadap keputusan investasi.
Variabel ketiga sekaligus keunikan dalam penelitian ini
yaitu penggunaan variabel investment experience sebagai
variabel yang jarang digunakan untuk meneliti pengaruhnya
terhadap keputusan investasi. Investment experience
merupakan sesuatu yang mereka lalui dalam beberapa
transaksi dengan penuh pemikiran. (Hani et al., 2020).
Investor yang mempunyai banyak pengalaman biasanya
lebih mudah memilih alternatif tertentu berdasarkan hasil
evaluasi dari sejumlah alternatif saham (Fachrudin &
Fachrudin, 2016). Pada penelitian Aslam et al (2020)
menyatakan investment experience berpengaruh signifikan
positif terhadap keputusan investasi. Sedangkan pada
penelitian Fachrudin & Fachrudin (2016) menyatakan
8

investment experience tidak berpengaruh signifikan terhadap


keputusan investasi.
Penelitian ini menggunakan pengembangan model
dimana variabel risk perception digunakan sebagai variabel
yang memoderasi financial literacy, financial knowledge, dan
investment experience. Risk perception merupakan sudut
pandang seseorang terhadap sesuatu yang memiliki risiko
berdasarkan kondisi psikologis dan keadaan orang tersebut
(Salerindra, 2020). Dalam berinvestasi, seseorang dengan risk
perception tinggi akan lebih berhati-hati, sedangkan orang
dengan risk perception rendah akan lebih berani dalam
menentukan keputusan investasi (Pradikasari, 2018). Pada
penelitian Salerindra (2020) menyatakan risk perception
berpengaruh positif terhadap keputusan investasi.
Sedangkan pada penelitian Mutawally (2019) menyatakan
risk perception tidak berpengaruh signifikan terhadap
keputusan investasi. Selain itu pada penelitian Ademola
(2019) menyatakan risk perception memoderasi pengaruh
financial literacy dan financial knowledge terhadap keputusan
investasi.
Selain menguji pengembangan model dengan variabel
moderasi, penelitian ini juga menggunakan variabel yang
jarang diteliti yaitu investment experience. Sehingga
diharapkan penelitian ini memiliki perbedaan dengan
penelitian terdahulu. Berdasarkan temuan fenomena gap
serta perbedaan hasil penelitian terdahulu yang menjadi
research gap. Maka dari itu peneliti bermaksud untuk
melakukan penelitian mengenai pengaruh variabel financial
literacy, financial knowledge, serta investment experience
terhadap keputusan investasi dengan risk perception sebagai
variabel moderasi.
9

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, terdapat masalah
yang perlu dikaji yaitu :
1. Apakah terdapat pengaruh antara financial literacy
terhadap keputusan investasi pada investor Galeri
Investasi BEI di Jawa Timur.
2. Apakah terdapat pengaruh antara financial knowledge
terhadap keputusan investasi pada investor Galeri
Investasi BEI di Jawa Timur.
3. Apakah terdapat pengaruh antara investment experience
terhadap keputusan investasi pada investor Galeri
Investasi BEI di Jawa Timur.
4. Apakah risk perception dapat memoderasi pengaruh
antara financial literacy terhadap keputusan investasi
pada investor Galeri Investasi BEI di Jawa Timur.
5. Apakah risk perception dapat memoderasi pengaruh
antara financial knowledge terhadap keputusan investasi
pada investor Galeri Investasi BEI di Jawa Timur.
6. Apakah risk perception dapat memoderasi pengaruh
antara investment experience terhadap Keputusan investasi
pada investor galeri Investasi BEI di Jawa Timur.

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang akan dikaji,
penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengaruh financial literacy terhadap
keputusan investasi pada investor Galeri Investasi BEI di
Jawa Timur.
2. Untuk mengetahui pengaruh financial knowledge terhadap
keputusan investasi pada investor Galeri Investasi BEI di
Jawa Timur.
10

3. Untuk mengetahui pengaruh investment experience


terhadap keputusan investasi pada investor Galeri
Investasi BEI di Jawa Timur.
4. Untuk mengetahui peran moderasi risk perception
terhadap hubungan antara financial literacy dan
keputusan investasi.
5. Untuk mengetahui peran moderasi risk perception
terhadap hubungan antara financial knowledge dan
keputusan investasi.
6. Untuk mengetahui peran moderasi risk perception
terhadap hubungan antara investment experience dan
keputusan investasi.

D. Manfaat Penelitian
Harapan dari penelitian ini memiliki manfaat sebagai
berikut :
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi
terkait faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan
investasi, khususnya di Indonesia, mendukung teori-teori
yang telah ada terkait faktor-faktor yang mempengaruhi
keputusan investasi serta dapat digunakan untuk
mengembangkan teori-teori baru terkait faktor-faktor
yang mempengaruhi keputusan investasi.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Penulis
Dengan adanya penelitian ini dapat meningkatkan
keterampilan dan pengetahuan dalam melakukan
penelitian, khususnya penelitian kuantitatif serta
mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan
analisis.
b. Bagi pembaca
11

Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan


dan pemahaman bagi para pembaca mengenai
faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan
investasi, khususnya di Jawa Timur, Indonesia.
c. Bagi Perguruan Tinggi
Hasil penelitian ini dapat menambah literatur dan
teori mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
keputusan investasi serta dapat dijadikan referensi
tambahan di Perpustakaan Universitas Negeri
Surabaya khususnya di Program Studi S1
Manajemen Fakultas Ekonomika dan Bisnis dan
dijadikan referensi untuk penelitian selanjutnya.

E. Batasan Penelitian
Agar penelitian ini berfokus pada pokok permasalahan
yang membahas “Pengaruh Financial Literacy, Financial
Knowledge, dan Investment Experience terhadap Keputusan
Investasi dengan Risk Perception sebagai Variabel Moderasi
(Studi Pada Investor Galeri Investasi BEI Jawa Timur)”, maka
peneliti membatasi ruang lingkup penelitian sebagai berikut:
1. Keputusan investasi ini merupakan keputusan investasi
yang dilakukan oleh individu.
2. Responden penelitian ini yaitu investor muda pada
Galeri Investasi Bursa Efek Indonesia di Jawa Timur
dengan usia <30 tahun.
3. Responden penelitian ini adalah investor aktif yang
memiliki SID dan setidaknya pernah melakukan
transaksi di bursa efek seperti saham, reksadana,
obligasi, dsb sebanyak 3 kali.
12

F. Asumsi Penelitian
Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
keputusan investasi hanya dipengaruhi oleh financial literacy ,
financial knowledge, serta investment experience. Sedangkan
variabel lain dianggap tetap (ceteris paribus).

Halaman Sengaja dikosongkan


15

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Theory of Planned Behavior

Theory of planned behavior yaitu teori yang yang


memaparkan hubungan antara keyakinan dan perilaku
atau tindakan dari seseorang (Ajzen, 1991). Teori tersebut
merupakan hasil perkembangan dari Teori Tindakan
Beralasan (Theory Reasoned Action) yang dikemukakan
Martin Fishbein dan Ajzen pada tahun 1975 yang
menjelaskan niat berperilaku individu terbentuk atas dua
faktor yaitu sikap terhadap dan norma subjektif. Pada
theory of planned behavior dua aspek tersebut
dikembangkan dengan menambahkan satu faktor yang
membentuk perilaku individu yaitu persepsi kontrol
(perceived behavioural control).
Theory of planned behavior menjelaskan minat seseorang
dalam melakukan perbuatan, dalam hal ini niat
berinvestasi yang berimbas pada keputusan investasi
yang dipengaruhi oleh sikap berperilaku, norma
subjektif, dan kontrol terhadap perilaku. Niat merupakan
bentuk dari keinginan atau tekad untuk melakukan
sesuatu yang dapat diukur dari seberapa keras individu
mencoba dan seberapa banyak upaya yang telah
direncanakan (Umniyyah, 2023).
Menurut Ajzen (1991) teori perilaku terencana dibagi
dalam tiga aspek utama, yaitu :
16

1) Sikap terhadap perilaku, yakni penilaian individu


terhadap suatu perilaku, baik itu positif atau
negatif. Keinginan untuk melakukan suatu
aktivitas akan tumbuh ketika seseorang memiliki
sikap yang baik terhadap aktivitas tersebut,
namun keinginan melakukan aktivitas akan
menurun ketika seseorang memiliki sikap
negative terhadap sesuatu.
2) Norma subjektif, yaitu harapan seseorang
terhadap apa yang menurut orang lain harus
mereka lakukan. Norma subjektif yang tinggi
akan meningkatkan niat untuk melakukan
perilaku yang sesuai dengan norma tersebut,
sedangkan norma subjektif yang rendah akan
menurunkan niat untuk melakukan perilaku
tersebut.
3) Persepsi pengendalian perilaku, yaitu keyakinan
seseorang tentang seberapa besar mereka dapat
mengendalikan suatu perilaku. Persepsi
pengendalian perilaku yang tinggi akan
meningkatkan niat untuk melakukan perilaku
tersebut, sedangkan persepsi pengendalian
perilaku yang rendah akan menurunkan niat
untuk melakukan perilaku tersebut.

Dari penjelasan di atas menunjukkan bahwa teori ini


merupakan suatu kontrol yang dirasakan atas
pelaksanaan suatu perilaku dapat menjelaskan
perbedaan yang cukup besar dalam suatu tindakan,
dikombinasikan dengan model pengelolaan keuangan.
Akibatnya, theory of planned Behavior dimanfaatkan
menjadi kerangka teoritis guna menjelaskan bagaimana
17

faktor-faktor seperti financial literacy dan financial


knowledge bisa mepengaruhi bagaimana seseorang
membuat keputusan investasi.

2. Prospect Theory
Teori prospek yaitu teori yang menjelaskan
pengambilan keputusan individu di bawah kondisi
ketidakpastian. Teori tersebut dikembangkan oleh
Kahneman dan Tversky pada 1979 yang merupakan
perbaikan dari teori expected utility theory yang
menyatakan seseorang bersifat rasional dan linear dalam
mengambil suatu Keputusan. Keputusan yang dibuat
seseorang berdasarkan prospek atau estimasi investasi
yang dipilih, namun terdapat faktor psikologis yang
dapat mempengaruhi keputusan yang diambil oleh
seseorang (Kahneman & Tversky, 1979).
Teori prospek menyatakan bahwa individu tidak
selalu bertindak rasional dalam pengambilan keputusan,
melainkan dipengaruhi oleh faktor-faktor psikologis,
seperti :
1) Titik referensi, yaitu kondisi awal yang
digunakan sebagai dasar untuk menilai
keuntungan atau kerugian. Titik referensi ini
dapat berupa kondisi aktual, harapan, atau
keyakinan. Misalnya, seorang investor yang telah
berinvestasi di suatu saham akan menggunakan
harga saham saat ini sebagai titik referensinya.
2) Ketidaksimetrisan dalam menilai keuntungan
dan kerugian, dimana individu cenderung lebih
sensitif terhadap kerugian daripada keuntungan.
Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya kurva
utilitas yang tidak simetris. Kurva utilitas adalah
18

kurva yang menggambarkan kepuasan yang


dirasakan oleh individu terhadap suatu hasil.
Pada kurva utilitas prospek, kurva utilitas untuk
kerugian lebih curam daripada kurva utilitas
untuk keuntungan.
3) Perbandingan, dimana individu cenderung
mengevaluasi pilihan berdasarkan perbedaan
antara pilihan tersebut, bukan pada nilai
absolutnya. Misalnya, seorang investor akan
lebih memilih investasi yang memiliki peluang
untuk memperoleh keuntungan sebesar 10%
daripada investasi yang memiliki peluang untuk
memperoleh keuntungan sebesar 5%, meskipun
kedua investasi tersebut memiliki nilai absolut
yang sama.
Teori prospek menunjukkan seseorang memiliki
kecenderungan bertindak irrasional dengan enggan
mempertaruhkan keuntungan daripada kerugian. Ketika
individu telah memperoleh keuntungan besar dalam
suatu investasi, maka akan cenderung menghindari
risiko kerugian dengan menjual investasinya. Namun
Ketika individu dalam kondisi rugi maka akan
cenderung lebih berani mengambil risiko untuk
memperoleh keuntungan kembali.

Dari penjelasan di atas menunjukkan bahwa teori ini


menjelaskan faktor psikologis yang mempengaruhi
seorang investor dalam membuat keputusan investasi.
Psikologis yang baik dapat diperoleh melalui jam terbang
yang tinggi. Akibatnya, prospect theory dimanfaatkan
menjadi kerangka teoritis guna menjelaskan bagaimana
faktor investment experience bisa mempengaruhi
bagaimana seseorang membuat keputusan investasi.
19

B. Konsep Variabel

1. Keputusan Investasi

Menurut Fachrudin & Fachrudin (2016) investasi


merupakan tindakan yang dilakukan seseorang dengan
untuk menghasilkan keuntungan dengan menanamkan
dana yang dimiliki kedalam suatu instrumen investasi.
Keputusan investasi merupakan strategi yang diambil
dari setidaknya dua opsi usaha yang diharapkan dapat
menciptakan keuntungan di masa depan (Budiarto &
Susanti, 2017). Pengambilan keputusan investasi yang
dilakukan investor akan mempengaruhi tingkat imbal
hasil dan risiko dari suatu instrumen investasi. Dengan
membuat keputusan investasi yang tepat diharapkan
dapat memaksimalkan imbal hasil dan meminimalisir
risiko yang diterima oleh investor.
Dalam membuat keputusan investasi ada beberapa
hal yang perlu dipikirkan, seperti :
1) Tujuan investasi, dapat berupa tujuan dalam jangka
pendek, jangka menengah, ataupun tujuan jangka
Panjang. tujuan investasi juga dapat berupa tujuan
untuk memenuhi kebutuhan di masa depan, dll.
Investor harus memahami tujuan investasinya
sehingga dapat membuat keputusan lebih baik.
2) Risiko, dimana terdapat kemungkinan untuk
mengalami kerugian dalam berinvestasi. Investor
perlu mewaspadai tingkat risiko setiap instrumen
investasi dan menyesuaikannya dengan toleransi
risikonya.
20

3) Return, yaitu hasil atau keuntungan yang didapatkan


dalam berinvestasi. Setiap instrumen investasi
memiliki potensi return yang berbeda sehingga
investor harus memahami sebelum membuat
keputusan investasi.

Setiap instrumen investasi memiliki karakteristik


yang berbeda, sesuai dengan hukum investasi yaitu high
risk, high return sehingga perlu adanya penyesuaian
dengan tujuan dan profil risiko. Seseorang yang memiliki
tujuan investasi jangka pendek maka cenderung memilih
instrumen investasi yang low risk untuk meminimalisir
volatilitas harga dalam jangka pendek, namun seseorang
yang memiliki tujuan investasi jangka panjang maka
cenderung memilih instrumen investasi yang high risk
untuk memaksimalkan keuntungan di masa depan.

Putri & Rahyuda (2017) mengkategorikan 5


indikator guna meninjau keputusan investasi seseorang,
yakni:
1) Keamanan investasi
Berinvestasi pada instrumen yang legal, terdaftar dan
diawasi oleh OJK untuk menghindari fraud pada
investasi bodong yang merugikan investor.
2) Risiko investasi
Memahami Tingkat risiko pada setiap instrumen
investasi.
3) Pendapatan dari investasi
Mengetahui potensi keuntungan dari tiap instrumen
investasi.
4) Nilai uang
21

Memahami time value of money bahwa uang sekarang


lebih berharga dibanding di masa depan karena
terdapat penyusutan nilai uang akibat adanya inflasi.
5) Tingkat likuiditas
Berinvestasi pada instrumen yang likuid atau mudah
untuk ditransaksikan sehingga proses transaksi
menjadi lebih lancar.

2. Financial Literacy

Menurut Salerindra (2020) financial literacy


merupakan tingkat pemahaman, keyakinan serta
keterampilan individu terkait pengetahuan produk dan
jasa pada bidang keuangan. Financial literacy mencakup
berbagai aspek keuangan, seperti pengetahuan dasar
keuangan, pengelolaan keuangan pribadi, pengetahuan
produk dan layanan keuangan, serta kemampuan
mengidentifikasi penyalahgunaan atau penipuan dalam
keuangan. Individu dengan financial literacy yang tinggi
biasanya membuat penilaian keuangan yang lebih baik.
(Pradhana, 2018).
Beberapa tingkat literasi keuangan digunakan untuk
menilai seberapa baik literasi keuangan individu.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) membaginya ke dalam 4
tingkatan literasi keuangan, yaitu:
1) Well Literate. Individu dikategorikan dalam tingkatan
ini jika individu tersebut sudah mempunyai
wawasan, kepercayaan serta keterampilan terhadap
lembaga, produk, serta jasa keuangan.
2) Sufficient Literate. Tingkatan kedua umumnya
individu yang punya bekal wawasan mengenai
keuangan termasuk fitur, manfaat maupun
resikonya, namun masih belum memiliki
22

keterampilan dalam memanfaatkan atau membeli


produk serta jasa keuangan itu sendiri.
3) Less Literate. Individu dapat dikategorikan dalam
tingkatan ini jika individu tersebut hanya
mempunyai wawasan mengenai keuangan.
4) Not Literate. Tingkatan terakhir umumnya individu
dengan berbekal ilmu mengenai keuangan. Pada
tingkatan ini pula individu juga kurang memiliki
pengetahuan yang diperlukan untuk memanfaatkan
jasa dan produk keuangan..
Chen & Volpe (1998) mengkategorikan 4 indikator guna
meninjau tingkat literasi keuangan seseorang, yakni:
1) Pengelolaan keuangan pribadi, mencakup proses
perencanaan dan pengalokasian keuangan individu
atau keluarga
2) Proteksi keuangan, mencakup asuransi dengan
tujuan pelimpahan risiko keuangan
3) Tabungan dan utang, mencakup pengetahuan
produk perbankan mengenai rekening tabungan dan
pengajuan hutang
4) Penanaman dana, mencakup jenis dan risiko
investasi

3. Financial Knowledge
Menurut Halim & Astuti (2015) financial knowledge
merupakan kemampuan untuk memahami, mengatur,
dan mengevaluasi keadaan untuk membuat keputusan
keuangan yang bijaksana dan mencegah kesulitan
keuangan. Seseorang akan memiliki lebih banyak
dorongan dan keinginan untuk berinvestasi jika semakin
banyak financial knowledge yang mereka miliki. (Pertiwi et
al., 2020). Tanpa financial knowledge yang baik, maka
23

seseorang akan merasa sulit dalam mengambil


keputusan keuangan sendiri. Dengan financial knowledge
yang tinggi, seorang investor dapat lebih matang dalam
melakukan pertimbangan untuk mengambil keputusan
investasinya.
Menurut Huston (2010) financial knowledge dapat
diukur dan memiliki beberapa tingkatan, yaitu :
1) Dasar keuangan, yang mencakup nilai waktu dari
uang, daya beli, dan gagasan pembukuan keuangan
pribadi
2) Konsep pinjaman, khususnya membawa aset masa
depan ke masa kini menggunakan kartu kredit,
kredit pembeli, atau pinjaman rumah.
3) Konsep tabungan / investasi, khususnya menyimpan
aset lancar untuk digunakan nanti dengan
menggunakan rekening bank, saham, obligasi, atau
reksa dana.
4) Konsep perlindungan, melalui produk asuransi
ataupun teknik manajemen risiko.
Mahgfiroh et al. (2020) mengkategorikan 4 indikator
guna meninjau tingkat financial knowledge seseorang,
yakni:
1) Bunga majemuk
2) Inflasi
3) Nilai waktu dari uang
4) Diversifikasi

4. Investment Experience
Menurut Subagio et al (2020) investment experience
merupakan hasil dari beberapa transaksi yang dilakukan
dengan penuh pemikiran. Investment experience juga
dapat diartikan sebagai kejadian terkait aktivitas
24

investasi yang telah dialami oleh individu, baik yang


baru terjadi ataupun sudah cukup lampau. Investor yang
lebih berpengalaman biasanya lebih mudah memilih opsi
tertentu berdasarkan hasil evaluasi dari sejumlah
alternatif saham (Fachrudin & Fachrudin, 2016).
Investment experience yang baik akan menjadi referensi
atau acuan dalam membuat keputusan investasi
berikutnya, dan investment experience yang buruk dapat
menjadi pembelajaran untuk tidak membuat keputusan
yang sama di kemudian hari agar terhindar dari
kerugian. Dengan banyaknya investment experience,
seorang investor dapat lebih bijak dalam membuat
keputusan investasi (Subaida & Hakiki, 2021).
Hani et al. (2020) mengkategorikan 4 indikator
guna meninjau investment experience seseorang, yakni:
1) Pengalaman berinvestasi di rekening bank
2) Pengalaman berinvestasi di pasar modal
3) Pengalaman menghadapi risiko
4) Manfaat investasi

Sedangkan Ferli et al. (2022) mengkategorikan 5


indikator guna meninjau investment experience seseorang,
yakni:
1) Saya melakukan transaksi saham lebih dari 3 kali
2) Saya membeli saham ketika suku bunga tinggi
3) Saya mengikuti dan menghadiri RUPS
4) Saya mendapat dividen saham
5) Saya membeli saham dengan berbagai jenis industri

5. Risk Perception
Risk perception merupakan cara pandang individu
terhadap sesuatu yang berisiko berdasarkan kondisi
25

psikologis dan keadaan orang tersebut (Salerindra, 2020).


Menurut Alquraan et al. (2016) risk perception merujuk
kepada keputusan subjektif individu terhadap karakter
dan tingkat risiko yang akan diambil. Seseorang dengan
risk perception rendah akan lebih percaya diri dalam
mengambil keputusan berinvestasi, sedangkan seseorang
dengan risk perception tinggi akan lebih berhati-hati.
(Pradikasari, 2018).
Wulandari & Iramani (2014) mengkategorikan 2
indikator guna meninjau tingkat risk perception seseorang,
yakni:
1) Investasi tanpa adanya pertimbangan dan jaminan
2) penggunaan pendapatan untuk investasi yang aman

Sedangkan Ullah (2015) mengkategorikan 4


indikator guna meninjau risk perception seseorang, yakni:
1) Kekuatan investor berinvestasi di instrumen dengan
keuntungan yang pasti.
2) Mewaspadai instrumen investasi yang menunjukkan
perubahan harga secara tiba-tiba.
3) Ketakutan berinvestasi di saham dengan kinerja
keuangan yang negatif
4) Berinvestasi pada saham dengan trend kinerja positif

C. Penelitian Terdahulu

Tabel 2. 1 Penelitian Terdahulu


Nama Peneliti
Metode Persamaan dan
No (Tahun) dan Judul Variabel Penelitian Hasil
Analisis Perbedaan
Penelitian
26

Fachrudin &
Fachrudin Structural
(2016) Equation Persamaan :
Modelling Variabel Experience,
The Influence of Variabel Independen : H1 = NS dan metode SEM
Education and X1 = Education H2 = NS
Experience Toward X2 = Experience Perbedaan :
Investment Decision H3 = S+ Variabel Education,
with Moderated by Variabel Mediasi : H4 = NS moderasi Financial
1 Financial Literacy Z1 = Financial Literacy H5 = S+ Literacy
Variabel Independen : Persamaan :
Pertiwi et al. (2020) X1 = Financial Variabel Financial
Knowledge Knowledge, Financial
Knowledge, X2 = Financial H1 = S+ Experience
Partial
Experience, Financial Experience H2 = S+
Least
Satisfaction, And X3 = Financial H3 = NS Perbedaan :
Square
Investment Satisfaction Variabel Financial
Decisions: Gender As H4 = NS Satisfaction,
A Moderating Variabel Moderasi : H5 = NS moderasi Gender,
2 Variable Z1 = Gender H6 = NS dan metode PLS
Persamaan :
Ademola & Variabel Financial
Musa (2019) Variabel Independen : Literacy, Financial
X1 = Financial Literacy Partial H1 = NS Knowledge, dan
Moderating Effect of X2 = Financial Least H2 = S+ moderasi Risk
Risk Perception on Knowledge Square H3 =NS Perception
Financial Knowledge, Perbedaan :
Literacy and Variabel Moderasi : H4 = S+ Objek Penelitian
3 Investment Decision Z1 = Risk Perception H5 = S+ dan metode PLS
Aslam et al. (2020) Persamaan :
Variabel Financial
Impact of Financial Variabel Independen : Knowledge,
Knowledge and X1 = Financial Investment
Multiple
Investment Knowledge Experience, dan
Regression
Experience on X2 = Investment H1 = NS metode MRA
Analysis
Investment Decision Experience H2 = S+
Making with and Perbedaan :
without Risk Variabel Moderasi : H3 = NS Variabel Risk
4 Tolerance Mediation Z1 = Risk Tolerance H4 = S+ Tolerance
27

Subagio et al. (2020)


Variabel Independen : Persamaan :
The Effect of X1 = Investment Variabel Investment
Investment Education Education Experience, dan
and Investment X2 = Investment Regression metode regresi
Experience on Experience Analysis H1 = S+
Investment Decision H2 = S+ Perbedaan :
with Financial Variabel Moderasi : Variabel Investment
Knowledge as Z1 = Financial H3 = NS Education, moderasi
5 Intervening Variable Knowledge H4 = S+ Financial Knowledge
Ferli et al. (2022)

Investment
Experience and Risk Persamaan :
Tolerance Affect Variabel Financial
Investment Decision Regression Literacy, Investment
During Pandemi Analysis Experience, Metode
Covid 19 in Indonesia Variabel Independen : regresi
(Case Study of X1 = Financial Literacy
Investment Gallery X2 = Risk Tolerance H1 = NS Perbedaan :
Students in South Ja X3 = Investment H2 = S+ Variabel Risk
6 karta) Experience H3 = S+ Tolerance
Variabel Independen : Persamaan :
Mubaraq et al. X1 = Financial Variabel Financial
(2021) Knowledge H1 = S= Knowledge dan
X2 = Risk Tolerance Multiple H2 = S+ metode MRA
The Influence of X3 = Gender Regression H3 = NS
Financial Knowledge X4 = Age Analysis H4 = NS Perbedaan :
and Risk Tolerance on X5 = Profession H5 = NS Variabel Gender,
Investment Decision X6 = Education H6 = NS Age, Profession,
7 Making X7 = Income H7 = NS Education, Income
Woode et al. (2023)

Effect of Investment Persamaan :


Knowledge on Variabel Independen : Variabel Investment
Partial Knowledge
Investment Decision X1 = Investment
Least
Amid Covid-19 Knowledge
Square
Pandemic: the Perbedaan :
Moderating Role of Variabel Moderasi : H1 = S+ Moderasi Risk
Financial Risk Z1 = Financial Risk H2 = S+ Tolerance dan
8 Tolerance Tolerance H3 = S- metode PLS
28

Alaaraj & Bakri Persamaan :


(2020) Variabel Financial
Multiple Knowledge dan
The Effect of Regression metode MRA
Financial Literacy on Variabel Independen : Analysis
Investment Decision X1 = Financial Perbedaan :
Making in Southern Knowledge H1 = S+ Variabel Financial
9 Lebanon X2 = Financial Behavior H2 = S+ Behavior
Persamaan :
Variabel Financial
Literacy dan
Senda et al. (2020) Variabel Independen : Investment
X1 = Financial Literacy Experience
Chi Square
The Effect of X2 = Gender H1 = NS
Test
Financial Literacy X3= Age H2 = NS Perbedaan :
Level and X4 = Education H3 = S+ Variabel Gender,
Demographic Factors X5 = Income H4 = NS Age, education,
on Investment X6 = Investment H5 = S+ Income, dan metode
10 Decision Experience H6 = S+ Chi Square
Persamaan :
Variabel Financial
Literacy dan metode
Salerindra (2020) regresi linear
Variabel Independen : berganda
Determinan X1 = Financial Literacy Regresi
Keputusan X2 = Informasi Linear H1 = NS Perbedaan :
Investasi Akuntansi Berganda H2 = S- Variabel Informasi
Mahasiswa pada X3 = Illusion of Control H3 = NS Akuntansi, Illusion
Galeri Investasi X4 = Risk Tolerance H4 = S- of Control, Risk
Perguruan Tinggi X5 = Risk Perception H5 = S+ Tolerance,
di Surabaya dan X6 =Overconfidence H6 = NS Overconfidence,
11 Malang X7 = Herding H7 = NS Herding
Mutawally &
Asandimitra
(2019) Persamaan :
Variabel Financial
Pengaruh Financial Regresi Literacy, Investment
Literacy, Risk Variabel Independen : Linear Experience, dan
Perception, X1 = Financial Literacy Berganda metode regresi
Behavioral Finance X2 = Risk Perception H1 = NS linear berganda
dan Investment X3 = Herding H2 = NS
Experience terhadap X4 = Illusion of Control H3 = S+ Perbedaan :
Keputusan X5 = Investment H4 = NS Variabel Herding,
12 Investasi Experience H5 = S+ Illusion of Control,
29

Mahasiswa
Surabaya

Pradikasari &
Isbanah (2018) Persamaan :
Variabel Financial
Pengaruh Financial Literacy, Risk
Literacy, Illusion of Perception, dan
Control, Regresi
metode regresi
Overconfidence, Risk Linear
linear berganda
Tolerance, dan Risk Variabel Independen : Berganda
Perception terhadap X1 = Financial Literacy H1 = NS Perbedaan :
Keputusan X2 = Illusion of Control H2 = NS Variabel Illusion of
Investasi pada X3 = Overconfidence H3 = S+ Control,
Mahasiswa di Kota X4 = Risk Tolerance H4 = S+ Overconfidence, dan
13 Surabaya X5 = Risk Perception H5 = NS Risk Tolerance
Persamaan :
Panjaitan & Variabel Literasi
Listiadi (2021) keuangan dan
Variabel Independen : metode regresi
Literasi Keuangan X1 = Literasi Regresi linear berganda
dan Pendapatan Keuangan Linear
pada Keputusan X2 = Pendapatan Berganda H1 = S+ Perbedaan :
Investasi dengan H2 = NS Variabel
Perilaku Keuangan Variabel Moderasi : pendapatan dan
sebagai Variabel Z1 = Perilaku H3 = S+ moderasi Perilaku
14 Moderasi Keuangan H4 = NS Keuangan
Pradhana (2018) Persamaan :
Variabel Financial
Pengaruh Financial Variabel Independen : Literacy dan metode
Literacy, Cognitive X1 = Financial Literacy regresi linear
Bias, dan Emotional X2 = Overconfidence berganda
Regresi
Bias terhadap X3 = Cognitive H1 = NS
Linear
Keputusan Dissonance H2 = S+ Perbedaan :
Berganda
Investasi (Studi X4 = Illusion of Control H3 = NS Variabel
Pada Investor X5 = Loss Aversion Bias H4 = S+ Overconfidence,
Galeri Investasi X6 = Regret Aversion H5 = NS Cognitive
Universitas Negeri Bias H6 = S+ Dissonance, Illusion
15 Surabaya) X7 = Status Quo Bias H7 = S+ of Control, Loss
30

Aversion Bias, Regret


Aversion Bias, dan
Status Quo

Yasa et al. (2020) Persamaan :


Variabel Literasi
Pengaruh Literasi keuangan dan
Keuangan dan Regresi metode regresi
Perilaku Keuangan Variabel Independen : Linear linear berganda
terhadap X1 = Literasi Berganda
Keputusan Keuangan Perbedaan :
Investasi X2 = Perilaku H1 = S+ Variabel Perilaku
16 Mahasiswa Keuangan H2 = S+ Keuangan
Budiarto &
Susanti (2017)
Pengaruh Financial
Literacy,
Overconfidence,
Regret Aversion Bias,
dan Risk Tolerance Regresi Persamaan :
terhadap Linear Variabel Financial
Keputusan Berganda Literacy dan metode
Investasi (Studi regresi linear
pada Investor PT. Variabel Independen : berganda
Sucorinvest Central X1 = Financial Literacy
Ghani Galeri X2 = Overconfidence H1 = NS Perbedaan :
Investasi BEI X3 = Regret Aversion H2 = S+ Variabel
Universitas Negeri Bias H3 = S- Overconfidence,
17 Surabaya) X4 = Risk Tolerance H4 = S- Regret Aversion Bias
Yolanda &
Tasman (2020) Persamaan :
Variabel Financial
Pengaruh Financial Regresi Literacy dan metode
Literacy dan Risk Linear regresi linear
Perception terhadap Berganda berganda
Keputusan
Investasi Generasi Variabel Independen : Perbedaan :
Millennial Kota X1 = Financial Literacy H1 = S+ Variabel Risk
18 Padang X2 = Risk Perception H2 = S+ Perception
31

Persamaan :
Hikmah et al. (2020) Variabel Literasi
Keuangan
Structural
Analisis Tingkat
Equation
Literasi Keuangan, Variabel Independen : Perbedaan :
Modelling
Experienced Regret, X1 = Literasi Variabel Experience
PLS
dan Risk Tolerance Keuangan H1 = S+ regret , Risk
pada Keputusan X2 = Experience Regret H2 = S+ Tolerance, dan
19 Investasi di Batam X3 = Risk Tolerance H3 = S+ metode SEM PLS
Rizky et al. (2020)

Analisis Pengaruh
Literasi Keuangan,
Investment Persamaan :
Experience dan Variabel Literasi
Regresi
Toleransi Risiko Keuangan,
Linear
terhadap Investment
Berganda
Keputusan Variabel Independen : Experience dan
Investasi (Studi X1 = Literasi metode regresi
Kasus Mahasiswa Keuangan
Akuntansi X2 = Investment H1 = S+ Perbedaan :
Universitas Experience H2 = S+ Variabel Toleransi
20 Pancasila) X3 = Toleransi Risiko H3 = S+ Risiko
Sumber : Data diolah penulis

D. Pengaruh Antar Variabel

1. Pengaruh Financial Literacy terhadap Keputusan Investasi

Financial literacy memiliki peran penting dalam


menentukan keputusan keuangan yang diambil oleh
individu dalam mengelola keuangan yang dimiliki.
Menurut Otoritas Jasa Keuangan (2017) financial literacy
merupakan keterampilan dan informasi yang
mempengaruhi pengambilan keputusan keuangan yang
lebih bijaksana saat ini agar berhasil secara finansial di
kemudian hari. Kompetensi ini mencakup pengetahuan,
bakat, dan pola pikir yang diperlukan untuk pengelolaan
uang pribadi yang efektif. Sedangkan keputusan
32

investasi merupakan cara dalam mengalokasikan sumber


daya keuangan kedalam instrumen investasi untuk
tujuan tertentu, seperti mencapai tujuan finansial,
meningkatkan kekayaan, atau mengurangi risiko.
Individu dengan financial literacy yang tinggi akan
memiliki tanggung jawab lebih baik dalam membuat
keputusan keuangan, sedangkan individu dengan
financial literacy yang rendah berpotensi membuat
kesalahan dalam membuat strategi keuangan. Dengan
financial literacy yang tinggi, seseorang dapat memahami
dengan baik faktor keuntungan dan risiko dari suatu
instrumen investasi, sehingga dapat lebih bijak dalam
membuat keputusan investasi.
Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan
oleh Jinnah (2016), Yasa et al (2020), dan Yolanda &
Tasman (2020) menyatakan financial literacy berpengaruh
signifikan positif terhadap keputusan investasi. Hasil
tersebut mencerminkan seorang dengan tingkat financial
literacy yang tinggi akan lebih baik dalam membuat
keputusan investasi. Sedangkan pada penelitian yang
dilakukan Arianti (2018), Ademola & Musa (2019), dan
Senda et al (2020) menyatakan financial literacy tidak
berpengaruh signifikan terhadap keputusan investasi.
Hasil tersebut mencerminkan seseorang dengan financial
literacy yang tinggi belum tentu dapat membuat
keputusan investasi dengan lebih baik.

2. Pengaruh Financial Knowledge terhadap Keputusan


Investasi

Financial knowledge menjadi hal penting yang dapat


membantu individu dalam membuat keputusan
keuangan dengan baik. Menurut Halim & Astuti (2015)
33

financial knowledge merupakan kemampuan dalam


memahami, mengatur dan menganalisis suatu kondisi
untuk menentukan keputusan keuangan yang baik
sehingga terhindar dari masalah keuangan. Pemahaman
tersebut mencakup konsep dasar investasi seperti jenis-
jenis investasi, risiko dan potensi keuntungannya, serta
cara mengelola portofolio investasi. Sedangkan menurut
Budiarto & Susanti (2017) keputusan investasi
merupakan strategi yang diambil dari setidaknya dua
opsi usaha yang diharapkan dapat menciptakan
keuntungan di masa depan
Individu dengan tingkat financial knowledge yang
tinggi dapat lebih memahami tentang konsep dasar
investasi, tingkat risiko dan potensi return dari setiap
instrumen investasi sehingga dapat meningkatkan
pengelolaan portofolio investasi dengan lebih efektif
melalui keputusan investasi yang telah diperhitungkan
dengan matang. Di sisi lain, akan lebih sulit bagi mereka
yang memiliki tingkat financial knowledge yang rendah
untuk membuat pilihan investasi yang tepat..
Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan
oleh Jinnah (2016) dan Ademola & Musa (2019)
menyatakan financial knowledge berpengaruh signifikan
positif terhadap keputusan investasi. Hasil tersebut
mencerminkan seorang dengan tingkat financial knowledge
yang tinggi dapat membuat keputusan investasi dengan
baik. Sedangkan pada penelitian Aslam et al (2020)
menyatakan financial knowledge tidak berpengaruh
signifikan terhadap keputusan investasi. Dengan begitu
seseorang dengan financial knowledge yang tinggi belum
tentu dapat membuat keputusan investasi yang baik.
34

3. Pengaruh Investment Experience terhadap Keputusan


Investasi

Pengalaman dapat menjadi sesuatu yang berharga


dalam suatu proses, salah satunya dalam berinvestasi.
Pelajaran penting tentang apa yang harus dilakukan atau
tidak dilakukan saat berinvestasi dapat dipelajari dari
pengalaman. Investment experience adalah sesuatu yang
mereka lalui dalam beberapa transaksi dengan penuh
pemikiran. Investment experience juga dapat diartikan
sebagai peristiwa terkait aktivitas investasi yang telah
dialami oleh individu, baik yang baru terjadi ataupun
sudah cukup lampau.
Seorang investor yang telah memiliki banyak
pengalaman dapat lebih lebih mudah menentukan
keputusan investasi berdasarkan pertimbangan dari
sejumlah pilihan yang ada (Fachrudin & Fachrudin,
2016). investment experience yang baik akan menjadi
referensi atau acuan dalam membuat keputusan investasi
berikutnya, dan investment experience yang buruk dapat
menjadi pembelajaran untuk tidak membuat keputusan
yang sama di kemudian hari agar terhindar dari
kerugian.
Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan
oleh Aslam et al (2020) menyatakan investment experience
berpengaruh signifikan positif terhadap keputusan
investasi. Hasil tersebut mencerminkan seorang yang
memiliki investment experience cukup lama dapat
membuat keputusan investasi dengan lebih baik.
Sedangkan pada penelitian Fachrudin & Fachrudin (2016)
menyatakan investment experience tidak berpengaruh
signifikan terhadap keputusan investasi. Hal tersebut
menggambarkan seorang investor dengan investment
35

experience cukup lama belum tentu dapat membuat


keputusan investasi lebih baik.

4. Pengaruh Financial Literacy terhadap Keputusan Investasi


dengan Risk Perception sebagai Variabel Moderasi

Financial literacy merupakan pemahaman mengenai


konsep dasar keuangan dan produk keuangan untuk
diatur sehingga dapat dijadikan sebagai sumber
perspektif dalam mengambil keputusan-keputusan
penting untuk mencapai kesuksesan keuangan di
kemudian hari (Budiarto & Susanti, 2017). Secara umum,
financial literacy yang tinggi diharapkan dapat
meningkatkan kualitas keputusan investasi. Hal ini
karena financial literacy yang tinggi dapat meningkatkan
pemahaman seseorang tentang risiko dan potensi
keuntungan dari berbagai instrumen investasi. Namun,
pengaruh financial literacy terhadap keputusan investasi
dapat dipengaruhi oleh risk perception.
Risk perception yang tinggi dapat menyebabkan
seseorang menghindari investasi yang berisiko, bahkan
jika investasi tersebut memiliki potensi keuntungan yang
tinggi. Hal ini karena seseorang yang memiliki risk
perception tinggi cenderung lebih takut terhadap
kemungkinan kehilangan uang. Sebaliknya, risk
perception yang rendah dapat menyebabkan seseorang
mengambil investasi yang terlalu berisiko, bahkan jika
investasi tersebut memiliki potensi kerugian yang tinggi.
Oleh karena itu, risk perception dapat menjadi
variabel moderator yang mempengaruhi hubungan
antara financial literacy dan keputusan investasi. Jika risk
perception tinggi, maka hubungan antara financial literacy
dan keputusan investasi akan menjadi negatif. Artinya,
36

financial literacy yang tinggi justru akan menurunkan


kualitas keputusan investasi. Sebaliknya, jika risk
perception rendah, maka hubungan antara financial literacy
dan keputusan investasi akan menjadi positif. Artinya,
financial literacy yang tinggi akan meningkatkan kualitas
keputusan investasi.

5. Pengaruh Financial Knowledge terhadap Keputusan


Investasi dengan Risk Perception sebagai Variabel
Moderasi

Financial knowledge merupakan merupakan


kemampuan untuk memahami, mengatur, dan
mengevaluasi keadaan untuk membuat keputusan
keuangan yang bijaksana dan mencegah kesulitan
keuangan (halim & astuti, 2015). Secara umum, financial
knowledge yang tinggi diharapkan dapat meningkatkan
kualitas keputusan investasi. Hal ini karena financial
knowledge yang tinggi dapat meningkatkan pemahaman
seseorang tentang risiko dan potensi keuntungan dari
berbagai instrumen investasi. Namun, pengaruh financial
knowledge terhadap keputusan investasi dapat
dipengaruhi oleh risk perception.
Risk perception yang tinggi dapat menyebabkan
seseorang menghindari investasi yang berisiko, bahkan
jika investasi tersebut memiliki potensi keuntungan yang
tinggi. Hal ini karena seseorang yang memiliki risk
perception tinggi cenderung lebih takut terhadap
kemungkinan kehilangan uang. Sebaliknya, risk
perception yang rendah dapat menyebabkan seseorang
mengambil investasi yang terlalu berisiko, bahkan jika
investasi tersebut memiliki potensi kerugian yang tinggi.
37

Oleh karena itu, risk perception dapat menjadi


variabel moderator yang mempengaruhi hubungan
antara financial knowledge dan keputusan investasi. Jika
risk perception tinggi, maka hubungan antara financial
knowledge dan keputusan investasi akan menjadi negatif.
Artinya, financial knowledge yang tinggi justru akan
menurunkan kualitas keputusan investasi. Sebaliknya,
jika risk perception rendah, maka hubungan antara
financial knowledge dan keputusan investasi akan menjadi
positif. Artinya, financial knowledge yang tinggi akan
meningkatkan kualitas keputusan investasi.

6. Pengaruh Investment Experience terhadap Keputusan


Investasi dengan Risk Perception sebagai Variabel
Moderasi

Investment experience merupakan hasil dari


beberapa transaksi yang dilakukan dengan penuh
pemikiran (subagio et al., 2020). Secara umum, investment
experience yang tinggi diharapkan dapat meningkatkan
kualitas keputusan investasi. Hal ini karena investment
experience yang tinggi dapat meningkatkan pemahaman
seseorang tentang risiko dan potensi keuntungan dari
berbagai instrumen investasi, serta meningkatkan
kepercayaan diri dalam mengambil keputusan investasi.
Namun, pengaruh investment experience terhadap
keputusan investasi dapat dipengaruhi oleh risk
perception.
Risk perception yang tinggi dapat menyebabkan
seseorang menghindari investasi yang berisiko, bahkan
jika seseorang tersebut memiliki investment experience
yang tinggi. Hal ini karena seseorang yang memiliki risk
perception tinggi cenderung lebih takut terhadap
38

kemungkinan kehilangan uang. Sebaliknya, risk


perception yang rendah dapat menyebabkan seseorang
mengambil investasi yang terlalu berisiko, bahkan jika
seseorang tersebut memiliki investment experience yang
tinggi.
Oleh karena itu, risk perception dapat menjadi
variabel moderasi yang mempengaruhi hubungan antara
investment experience dan keputusan investasi. Jika risk
perception tinggi, maka hubungan antara investment
experience dan keputusan investasi akan menjadi negatif.
Artinya, investment experience yang tinggi justru akan
menurunkan kualitas keputusan investasi. Sebaliknya,
jika risk perception rendah, maka hubungan antara
investment experience dan keputusan investasi akan
menjadi positif. Artinya, investment experience yang tinggi
akan meningkatkan kualitas keputusan investasi.

E. Kerangka Berpikir
39

Gambar 2. 1 Kerangka Berpikir


Sumber : data diolah penulis

Berdasarkan gambar 5, investasi dibagi kedalam dua


bentuk yaitu investasi riil dan investasi pada aset keuangan.
Investasi riil dapat berupa tanah, bangunan, mesin, ataupun
modal usaha. Investasi pada aset keuangan seperti saham,
obligasi, dan reksadana. Dalam mengambil Keputusan
investasi pada aset keuangan, terdapat beberapa faktor yang
dijelaskan dalam planned Behavior theory dan prospect theory
yaitu Financial Literacy, Financial Knowledge, dan Investment
Experience. Planned Behavior menjelaskan tentang perilaku
40

manusia dalam membuat suatu Keputusan. Prospect theory


memahami tentang kondisi psikologis seseorang yang secara
langsung berdampak pada Keputusan investasi dalam
kondisi ketidakpastian. Pada planned Behavior theory, latar
belakang seseorang akan mempengaruhi pengambilan
Keputusan yang dapat diketahui dari personal, informasi,
dan sosial. Latar belakang informasi terhadap seseorang akan
berhubungan dengan tingkat literasi, sedangkan latar
belakang personal, salah satunya yaitu kecerdasan akan
berhubungan dengan pengetahuan. Pada prospect theory
dibagi menjadi dua yaitu psikologis dan ekonomi. Dalam
kondisi ketidakpastian, seseorang akan mengambil
Keputusan ekonomi berdasarkan pertimbangan banyak hal
untuk menghindari kerugian, salah satunya yaitu
pertimbangan dari Investment Experience.
Literasi keuangan menyatakan pengetahuan serta
keyakinan yang dimiliki sebagai dasar perencanaan dan
pengambilan Keputusan di bidang keuangan. Dengan literasi
keuangan yang baik mencerminkan pengetahuan keuangan
yang tinggi yang dapat menurunkan persepsi risiko sehingga
dapat lebih yakin dalam membuat Keputusan investasi.
Financial Knowledge menyatakan pemahaman akan
berbagai instrumen investasi yang mencakup jenis, karakter,
cara kerja, hingga strategi dalam berinvestasi. Dengan
Financial Knowledge yang baik akan meningkatkan
pemahaman dalam menganalisis potensi keuntungan dan
menilai risiko. Dengan begitu dapat menurunkan persepsi
risiko sehingga meningkatkan kualitas Keputusan investasi.
Investment Experience menyatakan pengalaman dari
aktivitas investasi di masa lalu. Melalui pengalaman tersebut
investor dapat belajar tentang lingkungan investasi sehingga
dapat meningkatkan psikologi dalam berinvestasi. Dengan
41

psikologi investasi yang baik maka investor akan memahami


cara membuat strategi dan Keputusan investasi yang tepat.
Risk Perception digunakan sebagai variabel moderasi
dalam penelitian ini. Risk Perception merupakan penilaian
seseorang terhadap risiko yang akan dihadapi. Semakin
tinggi Risk Perception maka investor akan menghindari
investasi yang beresiko tinggi dan bersifat konservatif.
Sebaiknya investor dengan pengetahuan, pemahaman, serta
pengalaman yang baik akan lebih percaya diri sehingga
memiliki Risk Perception yang rendah dan membuat
keputusan investasi dengan lebih baik.

F. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan dugaan sementara yang


digunakan dalam penelitian ini untuk menggambarkan relasi
antara variabel independen dengan variabel dependen
beserta dengan variabel moderasi. Peneliti juga menyertakan
kerangka konseptual untuk mempermudah pemahaman
pembaca terkait intisari dari penelitian yang dilakukan
berdasarkan hasil penelitian terdahulu beserta kerangka
berpikir yang telah dijelaskan diatas.

Z1 = Risk Perception

H4

X1 = Financial Literacy H5
H1
H6

X2 = Financial Knowledge H2 Y = Keputusan Investasi

H3
X3 = Investment Experience
42

Gambar 2. 2 Hipotesis Penelitian


Sumber : Peneliti (ganti lingkaran)

Berdasarkan pembahasan pada kajian pustaka diatas maka


hipotesis pada penelitian ini adalah:

H1 : Terdapat pengaruh antara Financial Literacy


terhadap Keputusan Investasi pada investor Galeri
Investasi BEI di Jawa Timur.
H2 : Terdapat pengaruh antara Financial Knowledge
terhadap Keputusan Investasi pada investor Galeri
Investasi BEI di Jawa Timur.
H3 : Terdapat pengaruh antara Investment Experience
terhadap Keputusan Investasi pada investor Galeri
Investasi BEI di Jawa Timur.
H4 : Risk Perception dapat memoderasi pengaruh
Financial Literacy terhadap Keputusan Investasi
pada investor Galeri Investasi BEI di Jawa Timur.
H5 : Risk Perception dapat memoderasi pengaruh
Financial Knowledge terhadap Keputusan Investasi
pada investor Galeri Investasi BEI di Jawa Timur.
H6 : Risk Perception dapat memoderasi pengaruh
Investment Experience terhadap Keputusan Investasi
pada investor Galeri Investasi BEI di Jawa Timur.
43

Halaman Sengaja dikosongkan


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Berdasarkan kategorinya terdapat dua jenis
penelitian, yaitu eksploratif dan konklusif. Penelitian
eksploratif berfungsi untuk menemukan suatu
pengetahuan, informasi, gagasan, dan lainnya dalam
upaya merumuskan dan menjelaskan masalah yang
diteliti. Sedangkan penelitian konklusif berfungsi untuk
melakukan pengujian hipotesis secara formalitas melalui
proses secara terstruktur, sampel yang mewakili, dan
menggunakan analisis data kuantitatif (Malholtra, 2010).
Terdapat dua jenis penelitian konklusif, yaitu penelitian
deskriptif yang digunakan untuk menjelaskan sesuatu,
dan penelitian kausal yang digunakan untuk
memaparkan hubungan sebab akibat antar variabel
(Malholtra, 2010).
Penelitian yang digunakan merupakan penelitian
konklusif kausal dikarenakan bertujuan untuk
mengetahui hubungan sebab akibat antar variabel,
Dimana variabel independen sebagai sebab yang terdiri
dari Financial Literacy, Financial Knowledge, dan Investment
Experience dengan variabel dependen sebagai akibat yaitu
Keputusan investasi investor pasar modal di Jawa Timur.

B. Jenis dan Sumber Data


Ada dua jenis pengumpulan data yang
digunakan sebagai sumber penelitian dalam penelitian
yaitu primer dan sekunder. Pengumpulan data primer
yakni proses pengumpulan informasi secara langsung

43
44

dengan tujuan memahami masalah penelitian dalam


kajian kausal, deskriptif serta eksploratif dengan cara
perolehannya melalui observasi atau survei. Data yang
dikumpulkan melalui informasi yang sudah ada
sebelumnya mengenai variabel dianggap sebagai data
sekunder, yang diikuti dengan pengumpulan data dari
berbagai sumber. Data primer merupakan sumber data
yang digunakan dalam penelitian ini. Data kuantitatif
adalah jenis yang digunakan dalam penelitian ini. Guna
menganalisis sampel atau populasi tertentu, penelitian
kuantitatif menggunakan alat penelitian untuk
pengumpulan data dan metode kuantitatif untuk
pengolahan data. Tujuan dari penelitian kuantitatif yakni
mengevaluasi hipotesis yang telah disiapkan.
Dalam penelitian ini, peneliti memanfaatkan data
primer. Data didapatkan melalui penyebaran kuesioner
di Jawa Timur. Analisis data menggunakan kuantitatif
dengan bertujuan guna menganalisis hipotesis yang
ditentukan (Sugiyono, 2016b). Penggunaan data primer
bertujuan guna menjawab pernyataan serta pengambilan
kesimpulan atas respon dari para responden.

C. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi merupakan wilayah kental yang terdiri
dari benda-benda atau orang-orang yang
menunjukkan ciri-ciri tertentu yang telah
diidentifikasi oleh peneliti untuk dipahami dan
dipelajari guna menarik kesimpulan (Sugiyono,
2016b). Populasi dipilih sesuai dengan atribut-atribut
yang diperlukan peneliti agar mampu menafsirkan
dan menarik kesimpulan dari temuan penelitian.
Populasi pada penelitian ini merupakan investor
individual di jawa timur yang berinvestasi di pasar
modal dan dibuktikan dengan SID. Berdasarkan
Statistik Pasar Modal OJK per September 2023,
terdapat 1.536.750 SID individual investor di Jawa
Timur.

2. Sampel
Sampel merupakan bagian dari suatu populasi
yang mempunyai ciri-ciri dan kepribadian yang
sebanding agar dapat dijadikan sebagai sampel yang
representatif bagi keseluruhan populasi. (Sugiyono,
2016b). Sugiyono (2016:81) berpendapat bahwa
sampel yakni komponen dari keseluruhan ciri
populasi dan pengambilan sampel harus benar-benar
representatif. Penggunaan sampel dilakukan karena
besarnya populasi pada objek penelitian sehingga
akan sangat sulit untuk melakukan pengumpulan
data dari seluruh populasi mengingat adanya
keterbatasan waktu, tenaga, dan kemampuan. Maka
dari itu peneliti memutuskan pengambilan data
melalui sampel dengan mengambil sebagian populasi.
Karena pengambilan sampel non-probabilitas
digunakan untuk menentukan ukuran sampel dalam
penelitian ini, tidak semua anggota mempunyai
kesempatan untuk dimasukkan ke dalam sampel.
Purposive sampling adalah metode pengambilan
sampel yang digunakan dalam penelitian ini. Salah
satu komponen pendekatan pengambilan sampel non-
probabilitas adalah purposive sampling, yaitu
pengambilan sampel berdasarkan standar yang telah
ditentukan. Kriteria pengambilan sampel penelitian
ini yakni:
a. Investor galeri investasi di Jawa Timur

45
46

Kriteria tersebut ditetapkan karena galeri


investasi merupakan pihak yang berperan
penting dalam peningkatan jumlah investor,
terutama dalam lingkup akademisi seperti
sekolah dan universitas.

b. Berusia <30 tahun


Kriteria tersebut ditetapkan dimana
menurut data KSEI pada 2022 proporsi jumlah
investor terbesar berdasarkan usia yaitu dibawah
30 tahun dengan proporsi 58,7%.

c. Pernah berinvestasi di Pasar Modal dengan


kepemilikan SID
Kriteria tersebut ditetapkan dimana
selaras dengan objek penelitian yakni keputusan
investasi dari investor di pasar modal, sehingga
kriteria sampel yang digunakan yaitu investor
yang berinvestasi di pasar modal.

d. Telah melakukan transaksi lebih dari 3 kali


Kriteria tersebut ditetapkan dimana
investor yang berinvestasi dengan jumlah
transaksi kurang dari 3 kali dapat dinilai hanya
coba-coba sehingga belum memiliki pengalaman.

Jumlah sampel yang dibutuhkan dapat


ditentukan dengan metode perhitungan statistik
dengan Rumus Slovin. Rumus tersebut dapat
digunakan dalam memutuskan jumlah sampel yang
digunakan dari populasi yang jumlahnya telah
diketahui. Peneliti juga memberikan tambahan 10%
dari jumlah sampel yang akan
diteliti untuk mencegah kesalahan dalam penyebaran
kuesioner.

Rumus Slovin :
𝑛 = 𝑁 / (1+(𝑁 x 𝑒 2 )) × 110%
n = 1.536.750 / (1+(1.536.750 × )) × 110%
n = 439,88

Dimana :

n = jumlah sampel
N = jumlah populasi
e = toleransi terhadap kesalahan pengumpulan
sampel yang dapat diterima, kemudian
dikuadratkan. (5%)

Berdasarkan hasil perhitungan di atas,


didapatkan jumlah sampel sebanyak 439,88 namun
dibulatkan menjadi 440 responden Investor Galeri
Investasi di Jawa Timur.

47
45

D. Teknik Pengumpulan Data


Untuk mengumpulkan data untuk penelitian ini,
kuesioner online dibuat menggunakan google form.
Kuesioner merupakan suatu teknik pengumpulan data di
mana peserta diberikan serangkaian pertanyaan tertulis
dan diminta untuk menjawab (Sugiyono, 2016b).
Kuesioner sistematis yang digunakan dalam penelitian
ini didistribusikan langsung ke responden. Pernyataan
dalam kuesioner bersifat tertutup, dengan begitu
responden dapat memilih di antara jawaban yang
tersedia sehingga peneliti lebih mudah untuk memproses
data yang telah terkumpul.
Penggunaan Teknik kuesioner secara online
dalam pengumpulan data dilakukan mengingat jumlah
responden cukup banyak serta tersebar di area yang
cukup luas, yaitu provinsi Jawa Timur. Tahapan
pengumpulan data menggunakan kuesioner sebagai
berikut :
1) Menyusun pertanyaan berdasarkan indikator dari
setiap variabel menggunakan google form.
2) Menyebarkan kuesioner kepada responden dengan
kriteria tertentu yang telah ditentukan melalui media
sosial.
3) Dilakukan tabulasi dari data yang telah terkumpul
dari narasumber.
4) Melakukan pengolahan data menggunakan software
AMOS
5) Melakukan analisis dan menginterpretasikan hasil
analisis.

E. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional


Sugiyono (2016) mendefinisikan variabel
penelitian sebagai bagian, karakteristik atau nilai yang
dimiliki individu, benda, organisasi atau peristiwa yang
46

memiliki perubahan tertentu yang digunakan untuk


diteliti sehingga dapat menghasilkan kesimpulan.

1. Vaiabel Dependen (Y)


Menurut (Sugiyono, 2016b) menjelaskan bahwa
Suatu variabel yang terkena dampak atau akibat dari
variabel lain disebut variabel terikat. Variabel
dependen (Y) dalam penelitian ini yaitu Keputusan
Investasi.
Budiarto & Susanti (2017) mendefinisikan
keputusan investasi merupakan strategi yang diambil
dari setidaknya dua opsi usaha yang diharapkan
dapat menciptakan keuntungan di masa depan.
Pengambilan Keputusan investasi yang dilakukan
investor akan mempengaruhi tingkat imbal hasil dan
risiko dari suatu instrumen investasi. Dengan
membuat Keputusan investasi yang tepat diharapkan
dapat memaksimalkan imbal hasil dan meminimalisir
risiko yang diterima oleh investor.
Putri & Rahyuda (2017) mengkategorikan 5
indikator guna meninjau Keputusan investasi
seseorang, yakni:
1) Keamanan investasi
2) Risiko investasi
3) Pendapatan dari investasi
4) Nilai uang
5) Tingkat likuiditas

2. Variabel Moderasi (Z)


Menurut Sugiyono (2019) variabel yang
memoderasi adalah variabel yang mempunyai
kekuatan untuk meningkatkan atau menurunkan
47

dampak variabel independen dan variabel dependen


terhadap satu sama lain.
Risk Perception (Z)
Risk Perception merupakan sudut pandang
seseorang terhadap hal yang berisiko yang
dipengaruhi oleh keadaan serta karakteristik
psikologis orang tersebut (Pradikasari, 2018).
Ullah (2015) mengkategorikan 4 indikator guna
meninjau Risk Perception seseorang, yakni:
1) Kekuatan investor berinvestasi di instrumen
dengan keuntungan yang pasti.
2) Mewaspadai instrumen investasi yang
menunjukkan perubahan harga secara tiba-tiba.
3) Ketakutan berinvestasi di saham dengan kinerja
keuangan yang negative.
4) Berinvestasi pada saham dengan trend kinerja
positif.

3. Variabel Independen (X)


Menurut (Sugiyono, 2016b) Variabel yang
mempengaruhi variabel lain disebut variabel bebas.
a) Financial Literacy (X1)
Menurut Salerindra (2020) literasi keuangan
merupakan tingkat pemahaman, keyakinan serta
keterampilan individu terkait pengetahuan produk
dan jasa pada bidang keuangan. Individu dengan
financial literacy yang tinggi sering kali membuat
keputusan keuangan yang lebih bijaksana.
(Pradhana, 2018).

Chen & Volpe (1998) mengkategorikan 4


indikator guna meninjau tingkat literasi keuangan
seseorang, yakni:
48

1) Pengelolaan keuangan pribadi (general


Knowledge), mencakup proses perencanaan dan
pengalokasian keuangan individu atau
keluarga
2) Proteksi keuangan (insurance), mencakup
asuransi dengan tujuan pelimpahan risiko
keuangan
3) Tabungan dan utang (saving and borrowing),
mencakup pengetahuan produk perbankan
mengenai rekening tabungan dan pengajuan
hutang
4) Penanaman dana (Investment), mencakup jenis
dan risiko investasi

b) Financial Knowledge (X2)


Menurut Halim & Astuti (2015) Financial
Knowledge merupakan kemampuan untuk
memahami, mengatur, dan mengevaluasi keadaan
untuk membuat keputusan keuangan yang
bijaksana dan mencegah kesulitan keuangan.
Seseorang akan memiliki lebih banyak dorongan
dan keinginan untuk berinvestasi jika semakin
banyak financial knowledge yang mereka miliki
(Pertiwi et al., 2020).

Mahgfiroh et al. (2020) mengkategorikan 4


indikator guna meninjau tingkat Financial
Knowledge seseorang, yakni:
1) Bunga majemuk
2) Inflasi
3) Nilai waktu dari uang
4) Diversifikasi
49

c) Investment Experiencence (X3)


Menurut Subagio et al (2020) Investment
Experience merupakan hasil dari beberapa transaksi
yang dilakukan dengan penuh pemikiran.
Investment Experience yang baik akan menjadi
referensi atau acuan dalam membuat keputusan
investasi berikutnya, dan Investment Experience
yang buruk dapat menjadi pembelajaran untuk
tidak membuat keputusan yang sama di kemudian
hari agar terhindar dari kerugian.
Hani et al. (2020) mengkategorikan 4
indikator guna meninjau Investment Experience
seseorang, yakni:
1) Pengalaman berinvestasi di rekening bank
2) Pengalaman berinvestasi di pasar modal
3) Pengalaman menghadapi risiko
4) Manfaat investasi

F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan sebuah alat
yang berfungsi untuk membantu peneliti dalam
melakukan pengukuran fenomena penelitian (Sanusi,
2012). Penelitian ini menggunakan instrumen kuesioner
yang sifatnya sistematis dan akan diberikan kepada
responden dengan kriteria yang telah ditentukan. Dalam
kuesioner tersebut memuat pertanyaan terkait profil
responden dengan pilihan jawaban secara langsung dan
pertanyaan berdasarkan indikator tiap variabel dengan
pilihan jawaban menggunakan skala pengukuran
tertentu. Untuk memudahkan responden dalam
memberikan jawaban, peneliti memberikan petunjuk
pengisian berdasarkan pilihan jawaban. Untuk
50

mengukur jawaban responden, penelitian ini


menggunakan skala likert.
Skala likert merupakan skala yang menggunakan
indikator penelitian untuk mengukur pandangan,
pendapat, dan kesan responden terhadap topik yang
diajukan (Sanusi, 2012). Pada penelitian ini
menggunakan skala likert untuk dengan rentang 1-4
dengan rincian sebagai berikut :

Pilihan Jawaban Skor


Sangat tidak setuju 1
(STS)
Tidak setuju (TS) 2
Setuju (S) 3
Sangat setuju (SS) 4
Sumber : Sugiyono (2016)

Penggunaan skala likert dengan empat skala


digunakan untuk mendapatkan data yang lebih akurat
dimana tidak ada skala yang bermakna ganda yang
dapat menyebabkan kehilangan data penelitian,
sehingga mengurangi jumlah informasi yang dapat
dikumpulkan (Hertanto, 2017). Nilai dari setiap
pertanyaan akan dijumlah serta dihitung rata-rata untuk
mengkategorikan bobot jawaban dari responden. Hal
tersebut untuk mencerminkan nilai variabel dengan
kriteria indeks three box method, sehingga dapat diketahui
kecenderungan tanggapan responden terhadap masing-
masing variabel. Berikut adalah rumus dari indeks
jawaban :

Nilai Indeks = [(%F1×1)+(%F2×2)+(%F3×3)+(%F4×4)]/4

Dimana :
51

F1 : Jumlah responden yang menjawab 1


berdasarkan skor dalam daftar pertanyaan
F2 : Jumlah responden yang menjawab 2
berdasarkan skor dalam daftar pertanyaan
F3 : Jumlah responden yang menjawab 3
berdasarkan skor dalam daftar pertanyaan
F4 : Jumlah responden yang menjawab 4
berdasarkan skor dalam daftar pertanyaan

Untuk memperoleh kecenderungan jawaban


responden dari tiap variabel didasarkan pada skor rata-
rata indeks dari hasil perhitungan three box method
(Ferdinand, 2014). Adapun nilai maksimum dan
minimum sebagai berikut :

Nilai indeks maksimum = (%Fx4)/4 = (440x4)/4= 440


Nilai indeks minimum = (%Fx1)/4 = (440x1)/4= 110

Angka indeks yang diperoleh menampilkan skor


berkisar antara 110 hingga 440 dengan interval 330. Skor
ini akan dibagi menjadi tiga bagian, dengan interval 110
untuk setiap komponen. Nilai indeks akan
diinterpretasikan menggunakan tabel berikut.

Indeks Kategori
110-220 Rendah
221-330 Sedang
331-440 Tinggi
Sumber : data diolah penulis

Berikut merupakan kisi-kisi kuesioner yang


digunakan
dalam penelitian ini:
52

Tabel 3. 1 Kisi-Kisi Kuesioner


No Variabel Indikator Bagian
1. Keputusan Investasi Keamanan investasi KI 1
Risiko investasi KI 2
(Putri & Rahyuda, Pendapatan dari KI 3
2017) investasi
Nilai uang KI 4
Tingkat likuiditas KI 5
2. Financial Literacy Pengelolaan keuangan FL 1
pribadi
(Chen & Volpe, 1998) Proteksi keuangan FL 2
Tabungan dan utang FL 3
Investasi FL 4
3. Financial Knowledge Bunga majemuk FK 1
Inflasi FK 2
(Mahgfiroh et al., Nilai waktu dari uang FK 3
2020) Diversifikasi FK 4
4. Investment Experience Pengalaman IE 1
berinvestasi di
(Hani et al., 2020) rekening bank
Pengalaman IE 2
berinvestasi di pasar
modal
Pengalaman IE 3
menghadapi risiko
Manfaat investasi IE 4
5 Risk Perception Kekuatan investor RP 1
berinvestasi di
(Ullah, 2015) instrumen dengan
keuntungan yang
pasti.
Mewaspadai RP 2
instrumen investasi
yang menunjukkan
perubahan harga
53

secara tiba-tiba.
Ketakutan berinvestasi RP 3
di saham dengan
kinerja keuangan yang
negatif
Berinvestasi pada RP 4
saham dengan trend
kinerja positif
Sumber: Data diolah penulis

G. Teknik Analisis Data


Tujuan dari pendekatan analisis data adalah
melakukan analisis untuk menjawab rumusan masalah
dan menguji hipotesis penelitian, serta mengkategorikan
data menurut kriteria responden dan data setiap variabel
yang diteliti. Dengan menggunakan alat aplikasi IBM
SPSS 23, pendekatan analisis regresi linier berganda
diterapkan dalam penelitian ini. Penelitian ini juga
melakukan analisis selain analisis regresi linier berganda
seperti statistik deskriptif, uji validitas, uji reliabilitas, uji
asumsi klasik, analisis moderated regression analysis
(MRA), dan uji hipotesis.

1. Statistik Deskriptif
Menurut Sugiyono (2013) saat mendeskripsikan atau
merangkum data yang diperoleh, statistik deskriptif
digunakan tanpa membuat penilaian atau
generalisasi apa pun.

2. Uji Validitas
Tujuan uji validitas adalah untuk menilai
seberapa efektif alat penelitian menjelaskan variabel
yang ingin dinilai. Validitas alat ukur dinyatakan
tercapai jika alat tersebut dapat mengukur konstruk
54

sesuai dengan tujuan dan target peneliti (Ghozali,


2017). Sebanyak 30 kuesioner disebarkan untuk uji
validitas dalam penelitian ini, dan program SPSS
digunakan untuk menganalisis respon sesuai dengan
ketentuan sebagai berikut:
• Jika maka instrumen yang
digunakan dinyatakan valid.
• Jika maka instrumen yang
digunakan dinyatakan tidak valid.

3. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur
konsistensi instrumen penelitian. Suatu instrumen
dapat dikatakan reliable apabila menunjukkan
konsistensi data yang sama ketika tiap kali
digunakan (Ferdinand, 2014). Penelitian ini
menggunakan uji statistik Cronbach alpha yang
dilakukan terhadap respon 30 responden untuk
melakukan uji reliabilitas dengan menggunakan
aplikasi SPSS dimana nilai construction reliability (CR)
yang dihasilkan harus 0,70 sehingga dapat
dikatakan instrumen memiliki konsistensi yang baik
(Ghozali, 2021).

4. Uji Asumsi
Peneliti dapat mengukur sejauh mana
penyimpangan data yang dikumpulkannya dengan
menggunakan uji asumsi klasik. Penggunaan Teknik
analisis regresi linier berganda pada penelitian ini
memerlukan uji asumsi klasik diantaranya uji
normalitas, uji multikolinearitas, dan uji
heteroskedastisitas.

1) Uji normalitas data


55

Tujuan uji normalitas adalah untuk


mengetahui apakah variabel terikat dan bebas
dalam model regresi berdistribusi normal
(Ghozali, 2021). Jika suatu model regresi
mempunyai distribusi mendekati atau normal
maka dianggap sangat baik. (Ghozali, 2021).
Uji normalitas pada penelitian ini
dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut
dengan menggunakan analisis statistik non
parametrik Kolmogorov Smirnov (K-S) :
• Data berdistribusi normal jika nilai
signifikansi > 0,05 ( diterima)
• Data tidak berdistribusi normal jika nilai
signifikansi < 0,05 ( ditolak)

2) Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk
mengetahui adanya korelasi atau hubungan
antar variabel bebas atau tidak. Menurut
(Ghozali, 2021) Jika tidak ada hubungan atau
keterkaitan antar variabel independen, maka
suatu model regresi dikatakan sangat baik.
Dalam menguji multikolinearitas, dapat
menggunakan nilai tolerance dan nilai Variance
Inflation Factor (VIF) dengan ketentuan :
• Tidak terjadi multikolinieritas pada model
regresi jika nilai VIF 10 dan nilai tolerance
0,10.
• Terjadi multikolinieritas pada model regresi
jika nilai VIF 10 dan nilai tolerance 0,10.

3) Uji Heteroskedastisitas
Tujuan dari uji heteroskedastisitas
adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya
56

variasi residu antar data saat ini dalam model


regresi. Perbedaan antara nilai aktual dan yang
diharapkan disebut residu. Disebut
homoskedastisitas jika variannya sama, dan
disebut heteroskedastisitas jika variannya
berbeda (Ghozali, 2021).
Dalam mengetahui gejala
heteroskedastisitas, dapat dilakukan dengan uji
glejser menggunakan aplikasi SPSS dengan
melihat nilai signifikansi dan dimana :
• Tidak terjadi gejala heteroskedastisitas pada
model regresi jika nilai Sig > 0,05 dan
<
• Terjadi gejala heteroskedastisitas pada model
regresi jika nilai Sig < 0,05 dan >

5. Analisis Regresi Linear Berganda


Ada dua jenis analisis regresi linier: regresi linier
berganda yang menguji hubungan antara suatu
variabel terikat dengan dua atau lebih variabel bebas,
dan regresi linier sederhana yang menguji hubungan
antara suatu variabel bebas dengan satu variabel
terikat.
Pada penelitian ini menggunakan analisis regresi
linier berganda dalam menganalisis pengaruh
Financial Literacy (X1), Financial Knowledge (X2), dan
Investment Experience (X3) terhadap Keputusan
investasi (Y) investor pasar modal dengan persamaan
linier sebagai berikut :

Y= + + + +

Dimana :
Y = Keputusan Investasi
57

= Konstanta
= Financial Literacy
= Financial Knowledge
= Investment Experience
= eror

6. Uji Moderated Regression Analysis (MRA)


Uji MRA merupakan suatu pengujian yang
berasal dari regresi linier berganda yang melihat
bagaimana variabel moderasi berinteraksi dengan
variabel terikat untuk melihat seberapa besar
pengaruhnya terhadap variabel bebas (Ghozali,
2016). Dalam penelitian ini variabel moderasi yaitu
variabel perkalian antara Financial Literacy (X1),
Financial Knowledge (X2), dan Investment Experience
(X3) sebagai variabel independen dengan Risk
Perception (Z) sebagai variabel moderasi. Uji MRA
digunakan dalam pengujian hipotesis ke 4 hingga ke
6. Adapun persamaannya sebagai berikut :

Persamaan 1 : Y = + + + +
Persamaan 2 : Y = + + + +Z+
Persamaan 3 : Y = + + + + +
+ +

Y = Keputusan Investasi
= Konstanta
= Financial Literacy
= Financial Knowledge
= Investment Experience
Z = Risk Perception
= eror
58

7. Uji Hipotesis
Setelah uji asumsi klasik menyatakan kelayakan
model regresi, dapat dilakukan pengujian hipotesis
untuk memastikan kebenaran asumsi sementara
mengenai kejadian yang dibahas dalam penelitian.
Dalam penelitian ini digunakan uji koefisien
determinan, uji parsial, dan uji simultan untuk
menguji hipotesis.

a. Uji Simultan (Uji F)


Tujuan uji F adalah untuk memastikan
bagaimana secara simultan faktor-faktor
independen mempengaruhi variabel dependen..
Berikut adalah tahapan dari uji statistik F :
1) Perumusan hipotesis statistik
: =0
Variabel dependen tidak dipengaruhi secara
signifikan oleh variabel independen dalam
waktu yang bersamaan.
: 0 (minimal satu
variabel)
Variabel dependen dipengaruhi secara
signifikan oleh variabel independen dalam
waktu yang bersamaan.
2) Penentuan tingkat signifikansi ( ) yaitu 0,05
dengan derajat kebebasan : df = (k), (n-k-1)

3) Pengambilan Keputusan F Test berdasarkan


output SPSS berdasarkan kriteria :
• Variabel independen tidak berpengaruh
signifikan jika nilai sig F > 0,05 atau
( diterima)
59

• Variabel independen berpengaruh


signifikan jika nilai sig F 0,05 atau
( ditolak)

b. Uji Parsial (Uji T)


Uji T berupaya mengevaluasi signifikansi setiap
koefisien regresi untuk memastikan pengaruh
setiap variabel independen terhadap variabel
dependen. Besar pengaruh dapat diketahui
berdasarkan nilai Sig dalam penelitian. Adapun
tahapan dalam melakukan uji T sebagai berikut :
1) Menentukan hipotesis
2) Menentukan dengan signifikansii 0,05
dan derajat kebebasan : df = (k), (n-k-1)
3) Pengambilan Keputusan dengan
membandingkan dan dengan
standar sebagai berikut :
• Variabel independen tidak berpengaruh
signifikan jika nilai sig T > 0,05 atau
( diterima)
• Variabel independen berpengaruh
signifikan jika nilai sig T 0,05 atau
( ditolak)

c. Koefisien Determinan ( )
Menentukan seberapa baik model dapat
memperhitungkan perubahan variabel dependen
merupakan tujuan dari koefisien determinan.
Nilai koefisien determinan ( ) berada antara 0
dan 1. Kemampuan variabel terikat dalam
menggambarkan kemampuan variabel terikat
semakin menurun seiring dengan menurunnya
nilai . Kapasitas variabel terikat dalam
60

menggambarkan kemampuan variabel terikat


juga meningkat seiring dengan nilai (Ghozali,
2016). Apabila bernilai negatif maka nilai
tersebut dapat dianggap 0 (Ghozali, 2021).

Anda mungkin juga menyukai