MATERI : OTOT
D
I
S
U
S
U
N
OLEH:
1. YESSA
2. ANGELINA GRACE ANASTASYA
3. WA ODE SALWA ALKAROMAH
4 .RAHMAT AMIRUL
5. LA ODE HAZLAN RAMADHAN
6. MUH. RIFKY TRIADITYA
PENDAHULUAN
Jaringan otot merupakan jaringan yang mampu melangsungkan kerja mekanik
dengan jalan kontraksi dan relaksasi sel atau serabutnya. Sel otot memiliki struktur
filamen dalam sitoplasma, bentuk selnya memanjang agar dapat melangsungkan
perubahan sel menjadi pendek. Di balik mekanisme otot yang secara eksplisit hanya
merupakan gerak mekanik itu, terjadilah beberapa proses kimiawi dasar yang berseri
demi kelangsungan kontraksi otot. Dalam makalah ini, dengan tujuan akhir pada
penjelasan lengkap tentang proses di balik kontraksi otot, akan dibahas dahulu
mengenai zat-zat kimia penyusun filamen-filamen tebal dan tipis yaitu aktin dan
miosin.
Sistem otot adalah sistem tubuh yang memiliki fungsi untuk alat gerak,
menyimpan glikogen dan menentukan postur tubuh. Terdiri atas otot polos, otot
jantung dan otot rangka. Otot polos adalah salah satu otot yang mempunyai bentuk
yang polos dan bergelondong. Cara kerjanya tidak disadari (tidak sesuai kehendak) /
invontary, memiliki satu nukleus yang terletak di tengah sel. Otot ini biasanya terdapat
pada saluran pencernaan seperti: lambung dan usus. Otot Lurik (otot rangka).
Otot rangka merupakan jenis otot yang melekat pada seluruh rangka, cara
kerjanya disadari (sesuai kehendak), bentuknya memanjang dengan banyak lurik-
lurik, memiliki nukleus banyak yang terletak di tepi sel. Contoh otot pada lengan. Otot
jantung hanya terdapat pada jantung. Otot ini merupakan otot paling istimewa karena
memiliki bentuk yang hampir sama dengan otot lurik, yakni mempunyai lurik-lurik
tapi bedanya dengan otot lurik yaitu bahwa otot lirik memiliki satu atau dua nukleus
yang terletak di tengah/tepi sel. Dan otot jantung adalah satu-satunya otot yang
memiliki percabangan yang disebut duskus interkalaris. Otot ini juga memiliki
kesamaan dengan otot polos dalam hal cara kerjanya yakni involuntary (tidak
disadari).
Jaringan otot merupakan kumpulan dari sel sel yang serabut otot. Selama
perkembangan embrionik, serabut otot dibentuk melalui peleburan ekor dengan ekor
dari banyak sel menjadi struktur yang seperti pipa. Di dalam sel serabut otot ini
terdapat unit kontaksi berupa protein yang trerdiri atas miofibril-miofibril. Miofibril
ini merupakan kumpulan dari lapis tebal (miosin) dan lapis tipis (aktin) (Syaifuddin:
1997).
2.1. Pengertian Otot
Otot merupakan suatu organ atau alat yang memungkinkan tubuh dapat
bergerak ini adalah suatu sifat penting bagi organisme. Gerak sel terjadi karena
sitoplasma merubah bentuk. Pada sel-sel, sitoplasma ini merupakan benang-benang
halus yang panjang disebut miofibril. Kalau sel otot mendapat rangsangan maka
miofibril akan memendek, dengan kata lain sel otot akan memendekkan dirinya ke
arah tertentu (berkontraksi) (Kartolo S. Wulangi: 2000).
Otot tungkai atas mempunyai selaput pembungkus yang sangat kuat dan
disebut fasia lata yang dibagi menjadi 3 golongan, yaitu:
1. Otot tulang kering depan muskulus tibialis anterior, fungsinya mengangkat pinggir
kaki sebelah tengah dan membengkokan kaki
2. Muskulus eksensor talangos longus, yang fungsinya malurus kan jari telunjuk
ketengahan jari, jari manisdan kelingking kaki
3. Otot jempol, fungsinya dapat meluruskan ibu jari kaki
4. Urat arkiles (tendo arkhiles) yang fungsinya meluruskan kaki di sendi tumit dan
membengkokan tungkai bawah lutut.
5. Otottulang betis belakang ( muskulus tibialis posterior), fungsinya
dapat membengkokan kaki di sendi tumit dan telapak kaki sebelah kedalam
6. Otot kedang jari bersama, fungsinya dapat meluruskan jari kaki ( muskulus
ekstensor falangus). (Setiadi.2007)
Bagian-bagian otot pembentuk tubuh manusia, antara lain:
a. Sarkolema
Sarkolema adalah membran yang melapisi suatu sel otot yang fungsinya sebagai
pelindung otot.
b. Sarkoplasma
Sarkoplasma adalah cairan sel otot yang fungsinya untuk tempat dimana miofibril dan
miofilamen berada.
c. Miofibril
Miofibril merupakan serat-serat pada otot.
d. Miofilamen
Miofilamen adalah benang-benang atau filamen halus yang berasal dari miofibril.
Miofibril terbagi atas 2 macam, yakni :
Terdapat 3 jenis otot yang ditemukan pada vertebrata, yaitu otot rangka, otot
jantung dan otot polos. Bila diteliti di bawah mikroskop, pada otot jantung dan otot
rangka terlihat adanya garis-garis dan disebut otot lurik, sedang otot polos tidak
ditemukan adanya garis-garis atau pun garisnya sangat halus, oleh karena itu disebut
otot polos (Irianto Kus: 2004).
Otot jantung berbentuk silindris atau serabut pendek. Otot ini tersusun atas
serabut lurik yang bercabang-cabang dan saling berhubungan satu dengan lainnya.
Setiap sel otot jantung mempunyai satu atau dua inti yang terletak di tengah
sarkoplasma. Otot jantungbekerja di luar kehendak (otot tidak sadar) atau disebut
juga otot involunter dan selnya dilengkapi serabut saraf dari saraf otonom. Kontraksi
otot jantung berlangsung secara otomatis, teratur, tidak pernah lelah, dan bereaksi
lambat. Dinamakan otot jantung karena hanya terdapat di jantung. Kontraksi dan
relaksasi otot jantung menyebabkan jantung menguncup dan mengembang untuk
mengedarkan darah ke seluruh tubuh. Ciri khas otot jantung adalah mempunyai diskus
interkalaris, yaitu pertemuan dua sel yang tampak gelap jika dilihat dengan
mikroskop.
Otot dapat berkontraksi bila ada rangsangan yang berangkai. Bila rangsangan
diberikan pada otot sewaktu berkontraksi, maka kontraksi otot akan bertambah besar.
Keadaan ini disebut sumasi. Bila rangsangan diberikan terus menerus, maka kontraksi
mendatar. Otot dikatakan berfungsi bila otot tersebut menjadi pendek dan diameternya
membesar.
Ditinjau dari fungsinya, maka otot-otot tersebut dibedakan atas beberapa
macam, yaitu:
Tulang adalah alat gerak pasif, sedangkan otot adalah alat gerak aktif. Otot tidak
hanya menggerakkan rangka, tetapi juga menggerakkan organ-organ tertentu dalam
tubuh. Misalnya jantung, usus dan lambung. Kerja otot juga mengakibatkan membesar
dan mengecilnya rongga dada,tempat paru-paru berada.
Adapun sifat-sifat otot, antara lain:
1. Kontraksibilitas yaitu kemampuan otot untuk memendek dan lebih pendek dari
ukuran semula, hal ini teriadi jika otot sedang melakukan kegiatan.
2. Ektensibilitas, yaitu kemampuan otot untuk memanjang dan lebih panjang dari
ukuran semula.
3. Elastisitas, yaitu kemampuan otot untuk kembali pada ukuran semula (Datu Razak:
2004).
Gambar 2.8. Dengan adanya otot, tulang-tulang dapat digerakkan.
A. Antagonis
Otot antagonis adalah dua otot atau lebih yang tujuan kerjanya berlawanan.
Jika otot pertama berkontraksi dan yang kedua berelaksasi, akan menyebabkan tulang
tertarik atau terangkat. Sebaliknya, jika otot pertama berelaksasi dan yang kedua
berkontraksi akan menyebabkan tulang kembali ke posisi semula. Contoh otot
antagonis adalah otot bisep dan trisep. Otot bisep adalah otot yang memiliki dua ujung
(dua tendon) yang melekat pada tulang dan terletak di lengan atas bagian depan. Otot
trisep adalah otot yang memiliki tiga jung (tiga tendon) yang melekat pada tulang,
terletak di lengan atas bagian belakang. Untuk mengangkat lengan bawah, otot bisep
berkontraksi dan otot trisep berelaksasi. Untuk menurunkan lengan bawah, otot trisep
berkontraksi dan otot bisep berelaksasi.
Antagonis juga adalah kerja otot yang kontraksinya menimbulkan efek gerak
berlawanan, contohnya adalah:
1. Ekstensor( meluruskan) dan fleksor (membengkokkan), misalnya otot trisep dan
otot bisep.
2. Abduktor (menjauhi badan) dan adductor (mendekati badan) misalnya gerak tangan
sejajar bahu dan sikap sempurna.
3. Depresor (ke bawah) dan adduktor (ke atas), misalnya gerak kepala merunduk dan
menengadah.
4. Supinator (menengadah) dan pronator (menelungkup), misalnya gerak telapak
tangan menengadah dan gerak telapak tangan menelungkup.
B. Sinergis
Sinergis juga adalah otot-otot yang kontraksinya menimbulkan gerak searah.
Contohnya pronator teres dan pronator kuadratus (Otot yang menyebabkan telapak
tngan menengadah atau menelungkup).
Otot sinergis adalah dua otot atau lebih yang bekerja bersama – sama dengan tujuan
yang sama. Jadi, otot – otot itu berkontraksi bersama dan berelaksasi bersama.
Misalnya, otot – otot antar tulang rusuk yang bekerja bersama ketika kita menarik
napas, atau otot pronator, yaitu otot yang menyebabkan telapak tangan menengadah
atau menelungkup. Gerakan pada bagian tubuh, umumnya melibatkan kerja otot,
tulang, dan sendi. Apabila otot berkontraksi, maka otot akan menarik tulang yang
dilekatinya sehingga tulang tersebut bergerak pada sendi yang dimilikinya.
Otot yang sedang bekerja akan berkontraksi sehingga otot akan memendek,
mengeras, dan bagian tengahnya menggembung. Karena memendek, tulang yang
dilekati otot tersebut tertarik atau terangkat. Kontraksi satu macam otot hanya mampu
untuk menggerakan tulang ke satu arah tertentu. Agar tulang dapat kembali ke posisi
semula, otot tersebut harus mengadakan relaksasi. Namun relaksasi otot ini saja tidak
cukup. Tulang harus ditarik ke posisi semula. Oleh karena itu, harus ada otot lain yang
berkon traksi yang merupakan kebalikan dari kerja otot pertama. Jadi, untuk
menggerakan tulang dari satu posisi ke posisi yang lain, kemudian kembali ke posisi
semula, diperlukan paling sedikit dua macam otot dengan kerja berbeda. Berdasarkan
tujuan kerjanya tadi, otot dibedakan menjadi otot antagonis dan otot sinergis.
Kontraksi otot terjadi karena adanya rangsangan. Namun, untuk menggerakan otot
biasanya diperlukan suatu rangkaian rangsangan yang berurutan. Rangsangan pertama
akan diperkuat oleh rangsangan kedua, rangsangan kedua akan diperkuat oleh
rangsangan ketiga, dan begitu seterusnya. Maka dengan demikian akan terjadi tonus,
atau ketegangan, yang maksimum. Tiap rangsangan yang diberikan akan
menimbulkan potensi aksi, yang akan menghasilkan kontraksi otot tunggal pada
serabut otot. Jika setelah berkontraksi otot tersebut mencapai relaksasi penuh,
kemudian potensi aksi kedua diberikan, akan terjadi kontraksi tunggal yang
kekuatanya sama dengan kontraksi yang pertama tadi. Jika potensi aksi yang kedua
diberikan saat otot belum mencapai relaksasi penuh dari relaksasi pertama akan terjadi
kontraksi tambahan pada puncak kontraksi pertama. Ini dinamakan penjumlahan
kontraksi. bila otot diberikan rangsangan yang sangat cepat, tetapi masih ada relaksasi
diantara dua rangsangan, akan terjadi keadaan yang dinamakan tetanus tidak
sempurna. Jika tidak ada kesempatan relaksasi diantara kedua rangsangan, akan terjadi
kontraksi dengan kekuatan maksimum yang disebut tetanus sempurna.
Dalam sistem mekanisme kerja otot, komponen yang berperan dalam kontraksi
otot adalah duat set filamen, yaitu filamen aktin yang tipis dan filamen miosin yang
tebal. Kedua jenis filamen tersebut menyusun sebuah serabut otot. Setiap serabut otot
diatur sebagai ikatan unit kontraktil yang disebut sarkomer. Sarkomer ini yang
membuat penampakan bergaris atau lurik pada otot rangka atau otot jantung.
Sarkomer terdiri dari beberapa daerah. Ujung tiap sarkomer disebut garis Z; terdapat
daerah gelap yang disebut daerah A yang hanya terdiri dari filamen miosin, berselang
seling dengan daerah terang yang disebut daerah I yang hanya terdiri dari aktin; ditepi
daerah A filamin aktin dan miosin saling tumpang tindih; sedangkan daerah tengah
hanya terdiri dari miosin yang terdiri dari zona H; filamen aktin terikat; filamen
miosin terikat pada garis M di bagian tengah sarkomer.
Saat kontraksi filamen aktin bergeser di antara miosin kedalam zona H, Sehingga
serabut otot memendek. Panjang pita A tetap, sedangkan pita I dan zona H menjadi
lebih pendek. Filamen tebal otot terdiri dari beberapa ribu miosin yang tersusun secara
pararel. Ujung miosin mengikat ATP kemudian mengubahnya menjadi ADP,
melepaskan beberapa energi ke miosin yang kemudian berubah bentuk menjadi
konfigurasi energi tinggi. Miosin berenergi tinggi tersebut berikatan dengan aktin
dengan kedudukan tertentu yang akan membentuk jembatan silau. Lalu energi yang
terdapat pada miosin dilepaskan, dari ujung miosin beristirahat dengan energi rendah.
Keadaan inilah yang dinamakan relaksasi. Relaksasi tersebut, mengubah sudut
perlekatan yang sebelumnya ada di ujung miosin menjadi di ekor miosin. Ikatan
antara miosin energi rendah dan aktin akan terpecah saat molekul ATP baru
bergabung dengan ujung miosin. Kemudian proses kontraksi akan terjadi lagi
berulang membentuk siklus.
1. Atrofi otot, merupakan penurunan fungsi otot karena otot mengecil atau karena
kehilangan kemampuan berkontraksi, misalnya lumpuh.
2. Distorsi otot, penyakit ini diperkirakan merupakan penyakit genetis dan bersifat
kronis pada otot anak-anak.
3. Hipertrofi otot, merupakan kelainan otot yang menyebabkan otot menjadi lebih besar
dan lebih kuat karena sering digunakan, misalnya pada binaragawan.
4. Hernia abdominal, kelainan ini terjadi apabila dinding otot abdominal sobek dan
menyebabkan usus melorot masuk ke rongga perut.
5. Kelelahan otot, karena kontraksi secara terus-menerus menyebabkan kram atau
kejang.
6. Tetanus, merupakan penyakit yang menyebabkan otot menjadi kejang karena bakteri
tetanus.
7. Keseleo, tertariknya tendon didaerah persendian dan jika terlalu keras bisa
menyebabkan putusnya otot.
8. Nyeri otot , aliran darah yang terhambat sehingga menyebabkan peredaran darah
tidak lancar. (Vander J. Arthur: 1986).
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
Arthur J. Vander (1986). Human Physiology, 4th ed. Mc Graw: Hill Internasional
Editions.
Razak. Datu (2004). Bagian Anatomi Fakultas Kedokteran Unhas. Jakarta: Gitamedia.
Kus. Irianto (2004). Struktur dan Fungsi Tubuh Manusia untuk Paramedis. Gramedia:
Jakarta.
Syaifuddin (1997). Anatomi dan Fisiologi Untuk Siswa Perawat. Jakarta: EGC.