Anda di halaman 1dari 7

BIOGRAFI HASRI AINUN BESARI

A. Kelahiran Hasri Ainun Besari


Hasri Ainun Habibie atau lebih popular dengan Ainun Habibie
memiliki nama asli Hasri Ainun Besari. Hasri Ainun adalah nama dari
bahasa Arab yang berarti seorang anak yang memiliki mata yang indah.
Ainun merupakan anak keempat dari delapan bersaudara dari orang tua
bernama H. Mohammad Besari. Ia dilahirkan di Semarang, Jawa Tengah
pada tanggal 11 Agustus 1937. Ainun Habibie dikenal dengan sosok yang
cantik, anggun, pintar, dan pandai menempatkan diri dalam pergaulan.

Keluarga Ainun adalah keluarga yang mencintai pendidikan. Sang


ayah merupakan pengajar di Institut Teknologi Bandung. Salah satu orang
yang paling penting dalam mendorongnya untuk rajin belajar adalah
ibunya. Ibu dari Ainun Habibie merupakan tokoh penting di balik
kesuksesan putrinya dalam pendidikan. Ibunya yang bernama Sadarmi
Besari atau dikenal juga sebagai Sadarmi Sosrowijoto lahir di Surakarta
pada 14 Juni 1906 dan meninggal dunia pada 13 April 2005 di Bandung.
B. Pendidikan dan Pekerjaan
Ainun menyelesaikan pendidikan dasarnya di Bandung. Ia
melanjutkan pendidikan di SLTP dan SLTA yang juga di kota yang sama.
Sekolahnya di LSTP bersebelahan dengan sekolah B.J Habibie yang
kemudian menjadi suaminya. Bahkan saat di LSTA mereka belajar di
sekolah yang sama, hanya saja Habibie menjadi kakak kelasnya. Setelah
menamatkan pendidikan SLTA, ia merantau ke Jakarta untuk melanjutkan
pendidikan. Ainun mengambil Fakultas Kedokteran di Universitas
Indonesia, Jakarta. Ia lulus dan mendapatkan gelar dokter pada tahun
1961.

Berbekal ijazah kedokteran dari Fakultas Kedokteran Universitas


Indonesia tersebut, Ainun Habibie diterima bekerja di rumah sakit Cipto
Mangunkusumo, Jakarta. Di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Ainun
bekerja di bagian perawatan anak-anak. Kesan pertama dengan pekerjaan
ini secara tidak langsung menjadikan Ainun sangat perhatian pada kondisi
anak-anak sepanjang hayatnya. Saat bekerja di sana ia tinggal di sebuah
asrama di belakang Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, tepatnya di Jalan
Kimia, Jakarta. Ia bekerja di rumah sakit tersebut hanya setahun saja,
sampai tahun 1962. Setelah menikah dengan Habibie, Ainun lalu ikut
dengan suaminya pergi ke Jerman untuk menyelesaikan pendidikan.

C. Menjadi Ibu dua Pangeran


Ainun disunting oleh B.J. Habibie menjadi istrinya pada tangaal 12
Mei 1962. Dari pernikahan ini mereka dikaruniai dua orang putra, Ilham
Akbar dan Thareq Kemal dan enam orang cucu. Setelah menikah Ainun
ikut dengan Habibie yang harus menyelesaikan pendidikan doktoralnya di
Jerman. Kehidupan awal disana dilalui dengan perjuangan yang luar biasa.
Setidaknya ia harus bersabar dengan pendapatan yang teramat kecil dari
beasiswa Habibie. Namun dengan tekun dan sabar ia tetap menyertai
Habibie. Bahkan untuk menghemat ia menjahit sendiri keperluan pakaian
bayi yang dikandungnya. Dan disanalah ia mengandung dua putranya,
melahirkannya dan membesarkannya.

Ainun adalah seorang ibu yang sangat bertanggung jawab dalam


membesarkan anak-anaknya. Sejak kecil ia membiasakan anak untuk
mengembangkan kepribadian mereka sendiri. Ia membebaskan anak-anak
untuk berani bertanya tentang hal yang tidak diketahuinya. Dan Ainun
akan memberikan jawaban jika ia mampu atau ia akan meminta Habibie
jika tidak mampu. Hal ini tentu saja karena ia sadar kalau anak-anak sejak
kecil harus dibangun keingintahuan dan kreatifitasnya. Selain itu Ainun
juga membiasakan anaknya hidup sederhana. Anak-anak Ainun tumbuh
sebagai anak yang menghargai kesederhanaan itu.

Hal yang juga tidak kalah penting dalam mendidik anak adalah
membiasakan mereka mengemukakan pendapat dengan mengajak mereka
berdiskusi di rumah. Menurut Ainun, jika anak-anak berani mengeluarkan
pendapat, artinya mereka sedang belajar dalam hidupnya. Hasil didikan itu
menjadikan kedua anak mereka tumbuh sebagai seorang yang luar biasa.

D. Mendampingi Suami
Dalam acara penganugerahan gelar Doktor Honoris Causa (Dr H.C)
dari Universitas Indonesia, Habibie mengungkapkan sebuah kalimat yang
mencerminkan bagaimana peran Ainun di belakang kesuksesannya. Ainun
memang mendampingi Habibie dalam segala hal. Misalnya, ia yang selalu
mengingatkan Habibie dalam masalah waktu kerja. Wardiman
Djojonegoro, mantan menteri pendidikan (1993-1998) pada era Soeharto
mengatakan kalau Ainun juga sangat memperhatikan makanan untuk
Habibie. Ainunlah yang menentukan asupan gizi yang baik untuk sang
suami.
Pada saat Habibie menjadi Wakil Presiden Republik Indonesia, Ainun
adalah seorang yang dengan tulus ikhlas membantu suaminya
mewujudkan mimpi-mimpi mereka. Dalam buku karangan Habibie
“Detik-detik Yang Menentukan” tergambar dengan sangat baik bagaimana
Ainun mendampingi Habibie dalam kondisi yang sangat gawat dan
krusial. Dan Ainun pula yang menjadikan Habibie selalu tenang dan
matang dalam mengambil sebuah keputusan.

E. Menjadi Ibu Negara


Pada 23 Mei 1998 Ainun menjadi Ibu Negara setelah B.J. Habibie
dilantik sebagai presiden Negara Kesatuan Republik Indonesia yang ketiga
menggantikan Presiden Soeharto yang mengundurkan diri karena desakan
masyarakat pada awal reformasi. Selama itu pula Ainun menjadi seorang
inspirator untuk sang presiden.

Selama menjadi Ibu negara Ainun menunjukkan dedikasi dan


pengabdiannya pada suami dan pada negara sekaligus. Banyak orang yang
merasa terkagum-kagum bahkan heran bagaimana Ainun dalam usianya
yang tidak lagi muda memiliki energi dan stamina yang seolah tidak
pernah habis dalam mengikuti ritme kerja Habibie. Ditengah gemuruh
kekacauan Indonesia, Ainun mampu menempatkan diri sebagai Ibu
Bangsa yang melayani dan mendukung suami sekaligus menjadi “Ibu”
untuk 200 juta rakyat Indonesia.

F. Penghargaan dan Dedikasi


Ainun memiliki kepedulian yang besar dalam kegiatan sosial. Ia
mendirikan dan terlibat dalam beberapa yayasan, seperti Bank Mata untuk
penyantun mata tunanetra. Ia bahkan masih menjadi Ketua Perkumpulan
Penyantun Mata Tunanetra Indonesia (PPMTI) pada saat Habibie tidak
lagi menjadi pejabat. Dalam usaha memperkenalkan dan meningkatkan
ilmu pengetahuan dan teknologi kepada masyarakat Indonesia, Ainun
pernah menjabat sebagai Wakil Ketua Dewan Pendiri Yayasan SDM
Iptek. Selain itu ia mendirikan Yayasan Beasiswa Orbit (Yayasa amal
abadi-orang tua bimbingan terpadu) dengan cabang diseluruh Indonesia.
Ainun juga memprakasai penerbitan majalah teknologi anak-anak Orbit.

Ainun juga mencatat segudang prestasi besar selama hidupnya. Atas


sumbangsihnya tersebut, Ainun mendapatkan beberapa penghargaan
tertinggi bintang mahaputra. Penghargaan tersebut diberikan oleh
pemerintah sebagai penghargaan kepada warga yang dianggap memiliki
peran besar terhadap negara. Ainun mendapatkan penghargaan Bintang
Mahaputra Utama pada 12 Agustus 1982 serta Bintang Mahaputra
Adipurna pada 6 Agustus 1998. Untuk alasan ini pula Ainun Habibie
dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata Jakarta.

Sebuah dedikasi yang tidak kalah pentingnya dalam hubungannya


dengan tunanetra adalah harapan Ainun agar pemerintah memberikan
keleluasaan dan aturan yang menganjurkan untuk dilaksanakan donor
mata. Menurut beliau ketentuan untuk donor mata di Indonesia penuh
dengan syarat tertentu, beliau ingin donor mata bukan dibolehkan dengan
syarat-syarat tetapi dianjurkan dengan prosedur tertentu.

G. Peran Kepemimpinan dan Kesehatan


Mengenai sikap kepemimpinan yang dimiliki ibu Ainun Habibie jelas
bisa kita lihat ketika beliau mendampingi bapak B.J. Habibie sebagai Ibu
Negara dan kepemimpinan beliau juga dapat kita ketahui ketika beliau
aktif dalam memperjuangkan Bank Mata agar banyak orang mau
menerima dan ikut berpartisipasi. Bank mata adalah wadah bagi para
masyarakat yang ingin mendonorkan kornea matanya untuk didonorkan
kepada orang-orang yang membutuhkan utamanya orang-orang yang
menderita katarak.
Bank mata tersebut mengambil donor dari orang-orang yang mau
mendonorkan ketika orang tersebut wafat. Dari hal tersebut bisa kita
simpulkan bahwa Ibu Ainun Habibie ini memiliki jiwa kepemimpinan
yang tinggi dan kegigihan beliau yang luar biasa. Hal tersebut juga
menunjukan konstribusi Ibu Ainun dalam dunia kesehatan.

H. Selamat Jalan Ibu


Seperti telah diberikatakan oleh banyak media, pada 24 Mei 2010
Hasri Ainun Habibie masuk ke rumah sakit Ludwig Maximilians
Universitat, Klinikum Munchen, Jerman. Ainun berada di bawah
pengawasan direktur Rumah Sakit Prof Dr Gerhard Steinbeck, yang juga
spesialis penyakit jantung. Ia telah menjalani sembilan kali operasi dan
empat kali dari sembilan operasi tersebut merupakan operasi utama,
sisanya merupakan operasi eksplorasi. Pukul 17.05 waktu Jerman, hari
Sabtu tanggal 22 Mei 2010, Ibu Ainun wafat dalam usia 72 tahun, setelah
45 tahun hidup bersama Habibie. Sebelum wafat, Ibu Ainun sempat
beberapa kali mengalami kritis, namun jiwanya tidak terselamatkan lagi.

Banyak sekali keteladanan yang bisa kita ambil dari sosok Ibu Ainun
Habibie, mulai dari sikap beliau yang sangat perhatian kepada pasangan,
wibawa, bijaksana, kebaikan beliau kepada orang-orang. Namun dalam hal
ini ada beberapa yang sangat menarik dari keteladanan beliau dalam hal
kepemimpinan dan kebijaksanaan beliau yang patut kita contoh yaitu
beliau sangat bisa memposisikan dirinya dengan baik dalam berbagai hal
ketika beliau menjadi seorang istri dan sebagai Ibu Negara.

Ibu Ainun adalah seorang dokter, keilmuan beliau dibidang


kedokteran tidak perlu diragukan lagi. Beliau juga seorang dokter yang
hebat dan mengambil andil di Bank Mata Indonesia dan menjadikan
tempat praktek dokternya atau rumahnya menjadi tempat utama dalam
menjalankan praktek sekaligus tempat konsultasi bagi para pendonor dan
penerima donor mata diBank Mata.

Beliau memiliki dua peran penting yang luar biasa yaitu sebagai
seorang istri dan seorang yang berprofesi sebagai dokter dan beliau dapat
melaksanakannya dengan baik dan justru menumbuhkan sebuah prestasi
yang luar biasa yang lahir dari hal itu. Kisah beliau memang sangat luar
biasa, kita dapat mencontoh beliau sebagai tolak ukur agar kita dapat
menjalankan kehidupan yang lebih baik dan bijak dalam menanggapi
sebuah permasalahan atau situasi yang harus kita tanggapi dengan penuh
kebijaksanaan dan tidak gegabah dalam menghadapinya.

Nama: Nadira Nindy Febriana


Absen: 24

Anda mungkin juga menyukai