Kehidupan awal
Hasri Ainun Besari adalah anak keempat dari delapan bersaudara R. Mohamad Besari
dan istrinya, Sadarmi. Arti nama Hasri Ainun adalah mata yang indah. Ia mendapatkan gelar
dokter dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia pada tahun 1961 dan bekerja
di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta.
Ibunya yang bernama Sadarmi Besari (dikenal juga sebagai Sadarmi Sosrowijoto)
lahir di Surakarta pada 14/17 Juni 1906 dan meninggal dunia pada 13 April 2005 di Bandung,
Jawa Barat.
Menikah
Ainun menikah dengan teman SMA nya, Rudy Habibie. Ainun menikah dengan
Habibie pada tanggal 12 Mei 1962 di Rangga Malela, Bandung. Akad nikah Habibie dan
Ainun digelar secara adat dan budaya Jawa, sedangkan resepsi pernikahan digelar keesokan
harinya dengan adat dan budaya Gorontalo di Hotel Preanger.[5] Adapun keluarga besar B.J.
Habibie berasal dari Kabila, sebuah kecamatan di Provinsi Gorontalo.
Dari pernikahan tersebut, Habibie dan Ainun dikaruniai dua orang putra, yaitu Ilham
Akbar Habibie dan Thareq Kemal Habibie, serta mendapatkan 6 orang cucu. Wanita ayu ini
tinggal di Bandung dan sekolah di SLTA yang sama dengan Habibie. Benih-benih cintanya
muncul kala itu cuma karena dijodoh-jodohkan oleh teman sekelasnya.
Dari pernikahan tersebut, Habibie dan Ainun dikaruniai dua orang putra, yaitu Ilham
Akbar Habibie dan Thareq Kemal Habibie, serta mendapatkan 6 orang cucu.
Kiprah
Ainun sempat mengenyam pendidikan kedokteran di Universitas Indonesia dan
meraih gelar dokter tahun 1961. Kemudian, Ainun bekerja di RS Cipto Mangunkusumo
(RSCM) di kawasan Salemba, Jakarta Pusat. Dia tinggal di asrama belakang rumah sakit,
tepatnya Jalan Kimia. Ketika menikah dengan Habibie, Ainun dihadapkan dengan dua
pilihan, memilih untuk tetap bekerja di rumah sakit atau berperan serta berkarya di belakang
layar sebagai istri dan ibu rumah tangga. Setelah berdiskusi dengan Habibie, Ainun pun
akhirnya memilih opsi yang kedua. Karena cuti bekerjanya habis, Habibie harus kembali ke
Jerman. Pun, dia harus melanjutkan pendidikan gelar Doktor kala itu. Ainun harus
menyelesaikan tugasnya di RSCM dan ikut suaminya ke negeri Nazi.
Ainun mendadak jadi ibu rumah tangga saat tinggal di Jerman. Dia sangat setia
menemani suaminya itu meski tergolong hidup pas-pasan. Ainun juga berusaha tidak
mengganggu hidup suaminya. Dari buah pernikahannya itu, mereka dikaruniai dua anak,
Ilham Akbar Habibie dan Thareq Kemal Habibie. Kedua anak lelakinya itu juga memberikan
enam cucu yang tumbuh dewasa saat ini. Kurun beberapa waktu, Habibie ditunjuk menjadi
orang nomor satu di Indonesia tahun 1998-1999. Ainun tentu saja menjadi ibu negara yang
harus mendampingi suaminya bekerja untuk negara. Sosok mereka pun menjadi sorotan
masyarakat.
Selain berperan sebagai Ibu Negara Republik Indonesia ketiga, Ainum juga berkiprah
dalam membantu memperjuangkan para tunanetra agar bisa melihat kembali dengan normal.
Dia mendirikan bank mata yang masih menjadi pro kontra pemerintah. Donor mata
diharamkan sehingga menjadi masalah tersendiri. Eksistensi bank mata sudah ada sejak tahun
1968. Bank mata ada untuk membantu para tunanetra di negara kita. Kala itu, peran Ainun
bisa memperjuangkan peraturan tepat untuk donor mata. Fatwa halalnya donor mata berhasil
karena Ainun. Kebaikannya itu tidak dapat dinilai dengan uang. Orang dengan cacat mata
sangat bangga dengan sosok Ainun karena membantu mengembalikan penglihatannya.
Jasanya ini juga dikenang oleh Menteri Kesehatan RI Prof Dr dr Nila F Moeloek
SpM(K). Di mata Prof Nila, sosok mendiang istri mantan presiden ke-3 RI ini sangat berjasa
bagi bangsa terutama di bidang mata. Semasa hidupnya, mendiang Ainun mendirikan bank
mata yang berguna bagi nusa bangsa.
Sementara mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menilai Ainun
Habibie merupakan seorang Ibu Negara yang penuh kasih, pejuang kemanusiaan yang tulus,
dan ibu dari keluarga yang menjadi panutan. Bagi SBY, Hasri Ainun Habibie memiliki jasa
dan peran besar dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia. Peran ini tak lepas dari sikap
yang selalu setia memberikan dukungan mendampingi suami tercintanya, BJ Habibie, pada
saat menjabat sebagai Presiden RI. Saat itu, kata Yudhoyono seperti dikutip dari
Kompas.com, Ainun Habibie turut berjasa membawa Indonesia melewati krisis dengan
kesetiaannya mendampingi dan mendukung Bapak BJ Habibie.
Wafat
Hasri Ainun menderita kanker ovarium dan pada tanggal 24 Maret 2010, Hasri Ainun
Habibie masuk ke rumah sakit Ludwig-Maximilians-Universität, Klinikum
Grosshadern, München, Jerman dan telah menjalani sembilan kali operasi.[8][9] Empat dari
sembilan operasi tersebut merupakan operasi utama sedangkan sisanya merupakan eksplorasi.
[10]