Anda di halaman 1dari 13

SCENE 1 MASA ANAK-ANAK

Habibie, yang bernama lengkap Bacharuddin Jusuf Habibie, lahir di Pare-Pare, Sulawesi Selatan,
pada 25 Juni 1936. Ia adalah anak keempat dari delapan bersaudara. Ayahnya, Alwi Abdul Jalil
Habibie, adalah seorang ahli pertanian dan politisi. Ibunya, RA Tuti Marini Puspowardojo,
adalah seorang guru dan aktivis perempuan.

Obrolan habibie dan ayahnya.

Set rumah. Malam hari, di teras rumah/ruang keluarga. Habibie dan alwi (ayahnya)
sedang duduk mengaji, ibunya menyiapkan makan malam, saudaranya bermain di teras.

A: membaca al-fatihah (Selesai mengaji. Alwi mengusap kepala habibie). bagus sekali anak,
kamu sudah lancar membaca al-qur’an.

H: terimakasih ayah. Saya senang mengaji bersama ayah. Suara ayah yang membaca al-qur’an
merdu dan menenangkan.

A: dalam al-qur’an ini banyak hikmah dan petunjuk buat kita menjalani hidup. Kamu harus rajin
membaca dan mempelajari isi al-qur’an karena kapan dan dimanapun ayat-ayat ini akan berguna.
Insya Allah dengan mempelajarinya kamu akan menjadi anak yang sholeh, pintar juga
bermanfaat bagi bangsa dan negara,

H: aamin. Saya ingin menjadi seperti ayah, yang ahli dalam pertanian dan bisa membantu petani
di Indonesia.

A: (mengangguk tersenyum) hmm.. itu cita-cita yang mulia anak, namun untuk menggapainya
kamu perlu belajar ilmu lain seperti matematika, fisika, kimia, juga biologi karena ilmu ilmu itu
penting untuk pengembangan teknologi dan inovasi apalagi di saat-saat seperti ini yang negara
kita sedang berjuang untuk merdeka dari penjajah. Pengembangan teknologi dan inovasi itu akan
membantu dalam pergerakan Indonesia melawan penjajah.

H: saya sudah sering mendengar dari radio tentang perjuangan pejuang kemerdekaan. Mereka
sangat berani dan gigih dalam melawan musuh.
A: betul, mereka adalah pahlawan yang harus kita hormati dan teladani. Mereka berjuang
memedekakan negara kita dan setelah merdeka pun, kita harus membangun negara menjadi
negara yang kuat, stabil, maju, dan sejahtera. Untuk itu kita perlu ilmuwan, insinyur, guru,
dokter, dan profesional lainnya yang berkualitas dan bededikasi. Kamu mau kan jadi orang yang
berjasa bagi negara ini?

H: (bersemangattt) iya ayah, saya mau menjadi ilmuwan dan insinyur yang bisa membuat
pesawat terbang! Setiap pesawat terbang lewat saya ingin berada di dalamnya dan bisa terbang
kemana-mana dengan pesawat buatan saya sendiri.

A: (terkejut) wahhh, cita-citamu semakin tinggi nak. Pesawat terbang itu adalah salah satu hasil
teknologi yang paling canggih dan kompleks. Untuk bisa membuatnya kamu harus belajar
banyak hal seperti aeordinamika, mekanika, elektronika, dan masih banyak lagi yang harus
dipelajari. Kamu yakin kamu bisa?

H: saya yakin saya bisa. Saya akan belajar dengan rajin dan mencari ilmu sebanyak-banyaknya,
bahkan sampai ke negeri lain. Saya juga ingin membuktikan bahwa anak Indonesia bisa
membuat pesawat terbang yang hebat.

A: subhanallah, kamu memang anak yang luar biasa nak, ayah doakan semoga cita-citamu
terwujud dan rajin belajar boleh tapi jangan lupa rajin berdoa ya nak. jangan pernah lupa kepada
pencipta segala sesuatu, termasuk semua ilmu yang akan kamu cari, yaitu Allah.

H: iya ayah. Terima kasih doanya ayah (memeluk alwi).

T: ayah, habibie, ngajinya sudah selesai? Ayo sini makan malamnya sudah siap.

H: iya bu. Habibie sama ayah kesana sekarang.

NARASI

Sejak saat itu Habibie menunjukkan bakatnya di bidang sains dan matematika sejak kecil.
Ia lulus dari SMAK Dago, Bandung, pada tahun 1954 dengan nilai sempurna. Ia kemudian
melanjutkan studinya di Institut Teknologi Bandung (ITB) jurusan teknik mesin.

Setelah satu tahun di ITB, Habibie mendapat kesempatan untuk melanjutkan studinya di
Jerman. Ia diterima di RWTH Aachen, salah satu universitas terkemuka di bidang teknik pesawat
terbang. Ia pun berangkat ke Jerman dengan dibiayai oleh ibunya, R.A. Tuti Marini
Puspowardoyo. Ia berjanji kepada Ainun bahwa ia akan kembali dan menikahinya setelah selesai
kuliah.

SCENE 2

MOMEN BERTEMU AINUN EAKKKK

NARASI

Ainun, yang bernama lengkap Hasri Ainun Besari, lahir di Semarang, Jawa Tengah, pada 11
Agustus 1937. Ia adalah anak keempat dari delapan bersaudara. Ayahnya, Mohamad Besari, adalah
seorang pegawai negeri sipil. Ibunya, Sadarmi Besari, adalah seorang guru dan aktivis perempuan. Ainun
juga menunjukkan kecerdasannya sejak kecil. Ia lulus dari SMAK Dago, Bandung, pada tahun 1955
dengan nilai tinggi. Ia kemudian melanjutkan studinya di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,
Jakarta. Ia lulus sebagai dokter pada tahun 1961 dan bekerja di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo,
Jakarta, di bagian perawatan anak-anak.

Bandung 1953 tahun dimana bachrudin jusuf Habibie sesosok siswa yang terkenal berprestasi
untuk pertama kalinya bertemu denan sosok gadis manis bernama Ainun.

saat seorang guru memasuki kelas dan bertanya pada seluruh murid tentang “mengapa langit
itu biru?” para siswa dikelas tersebut tidak ada yang bisa menjawab, lalu guru tersebut
menunjuk Habibie untuk menjawab. Setelah Habibie selesai menjawab seorang guru tersebut
mencari keberadaan ainun untu menjawab pertanyaan itu juga dan mereka menjawab dengan
penjelasan yang sama.

Setelah pulang sekolah, habibe Bersama temannya melihat ainun sedang berbincang-bincang
ditaman sekolah. Dan teman Habibie memaksa Habibie untuk merayu ainun.

T; tuh lihat disana ada ainun, berani ga kamu merayu dia

H; cih jelek gitu


T; jelekkk? Kalau jelek berani ga kamu bilang ke dia kalau dia jelek

H; takut? Aku ga takut, liat ya! Liat

Habibie pun menghampiri ainun

H; heii ainun! Kamu itu jelek, hitam kaya gula jawa

Ainun hanya terdiam, dan Habibie pun langsung pergi Bersama temannya

T; berani juga yak amu ngomong ke dia, emang kamu ga tertarik sama dia (sambal menoleh ke

(music: anak sekolah)

NARASI

Semenjak kejadian itu, ainun dan Habibie Mulai dekat. Habibie berencana untuk melanjutkan
studi nya di jerman, sedangkan ainun melanjutkan studinya di UI dengan jurusan kedokteran.

Beberapa tahun kemudian setelah menyelesaikan studinya di jerman Habibie pun Kembali ke
Indonesia dan ia bertemu Kembali dengan ainun dirumahnya.

H; halo. Ainun? Cantiknya….. gila! Sekarang gula jawa sudah berubah menjadi gula pasir

A; gula pasir? Kamu sudah pulang dari jerman?

H; ya, saya di bandung istirahat

NARASI

Lalu datang kedua orang tua ainun, dan mereka berbincang-bincang sambal bersantai Disini
orang tua ainun ingin mendengar cerita rudy tentang jerman, disini juga rudy bercerita tentang
pernykit tbc yang di deritanya. Setelah perbincangan Panjang tersebut tinggalah Habibie dan
ainun disana berdua

H; saya dengar kamu sudah jadi dokter ya?

A; iya dokter umum

H; ada rencana mau jadi spesialis?

A; mungkin dalam beberapa bulan


H: maaf ainun, kira-kira kalau saya mengajak kamu jalan-jalan, boleh? Cari udara segar di
bandung untuk penyembuhan

NARASI

Habibi dan ainun pun berjalan-jalan sambal berbincang, ainun bercerita kenapa ia ingin
menjadi dokter

A; waktu itu aku umur 7tahun kita sedang mengungsi karena perangkan, terus ibuku dipanggil
penduduk desa untuk membantu istrinya melahirkan. Saat pulang bajunya ada darah, aku
menangis ketakutan. Tapi ibu bilang ia habis menggendong bayi laki-laki. Dan kelihatan sangat
Bahagia sekali, karena itu aku ingin menjadi seorang dokter

H; sekarang sudah menjadi dokter ya?

A; iya

H; ainun, ainun sudah punya teman dekat yang khusus belum?

A; aaa belum!

H; ikut sama saya, kawani saya, mendampingi dan menjadi istri saya. Kita bangun keluarga,
hanya boleh kita berdua. Tanpa campu tangan dari keluarga besar. Saya tidak bisa menjanjikan
banyak hal ntah kamu bisa menjadi dokter atau tidak disana, ntah kitab isa hidup nyaman disana
tapi saya janji, saya akan menjadi suami yang baik untuk ainun

A; aku tak bisa janji, aku tak bisa janji untuk jadi istri yang baik. Tapi aku janji aku akan
mendampingi mu untuk menepati janji mu.

NARASI

Kemudia mereka menikah dengan adat jawa, ainun pun ikut Habibie untuk tinggal Bersama di
jerman. Saat di jerman ainun pun hamil Habibie bekerja di Perusahaan kereta api untuk
merancang mesin. Waktu demi waktu hari demi hari yang di lalui Habibie meberikan surat
Kerjasama dengan pemerintah Indonesia untuk membuat pesawat, namun di tolak. Hal itu
membuat Habibie dan ainun sedih hingga suatu hari ainun jatuh sakit

A; jgn khawatir pa, aku sudah pernah operasi, ini seperti operasi usus buntu saja

H; ovarium tidak sama dengan usus buntu

A; hei pa. aku yg dokter. Kamu ini pembuat pesawat jangan sok tau

H; kamu yang dokter aku yang pembuat pesawat kamu yang harus tau

A; sepertinya aku ingin menjadi dokter lagi, aku ingat masa-masa ku mengabdi, aku ingin bantu
orang lagi.

NARASI

Ainun pun menjadi seorang dokter di jerman, tidak beberapa lama Habibie mendapat panggilan
dari pemerintah Indonesia untuk Kerjasama di bidang industry. Setelah diskusi Habibie dan
ainun pun memutuskan untuk pulang ke Indonesia untuk mengabdi sesuai janjinya dan Habibie
memimpin proyek pembuatan pesawat pertama di Indonesia “bandung 10 agstus 1995”
akhirnya pesawat pertama di uji di terbangkan dan berhasil, meskipun Habibie merasa cemas
dan khawatir takut akan gagal namun nyatanya pesawat tersebut berhasil di terbangkan.

21 mei 1998 habibe pun dipilih menjadi presiden Indonesia

(Habibie sedang begadang menyelesaikan tugas di ruang tamu)

A; pa tidur, selama beberapa bulan ini kamu hanya tidur satu jam

H; saya harus menyelesaikan tugas penting, kamu tidur duluan saja

A; tapi pa. kamu harus istirahat

H: aku harus menyelesaikan tugas ini

A; yowes sak karepmu

(ainun masuk ke dalam kamar dan menutup pintu dengan keras hingga Habibie merasa bersalah
dan menghampiri ainun)

H; maa buka pintunya


A; kamu itu pemimpin negara! Kalau kamu tidak bisa memimpin tubuh mu sendirin gimana
kamu bisa memimpin 200jt orang?

H; tidak bisa ma

A; rehatlah! Kalau kamu sakit, kamu tak kan bisa pimpin bangsa ini. Kamu itu adalah orang yg
keras kepala dan paling sulit yang aku kenal, tapi jika waktu bisa diulang Kembali aku akan tetap
memilihmu

NARASI

Setelah tugasnya selesai. Habibie dan ainun pun pergi berlibur

(music; cinta sejati) sambal berjalan-jalan

Tetapi pada saat yang bersamaan, ainun krtis dan dibawa ke rumah sakit Aachen, jerman. Pada
tahun 2010

(dirumah sakit)

H; mana ainun

Ibu: kamu harus mulai menyiapkan pemakaman

H; pemakaman untuk apa? Untuk siapa? Ainun harus sembuh, dia harus di operasi sampai
sembuh!

Ibu: gabisa ainun sudah terlalu menderita

Tidak lama kemudian ainun menghembuskan nafas terahkirnya dan ia pergi untuk selama-
lamanya

(music;kamu dan kenangan) sambal menangisi ainun dan berjalan Habibie berkata

H; gula pasirku, tepat jam 10 pagi 50 tahun yang lalu dengan ucapan bismillahirrahmanirrahim
saya melangkah bertemu yang dilahirkan untuk saya, dan saya untuk ainun. Alunan budaya jawa
bernafaskan islam menjadikan kita suami istri melalui pasang surut kehidupan penuh dengan
kenangan manis membangun keluarga Sejahtera damai dan tentram keluarga Sakinah.
SCENE 3 MASA BELAJAR DI JERMAN

Di Jerman, Habibie menghadapi tantangan yang berat. Ia harus beradaptasi dengan lingkungan,
budaya, dan bahasa yang berbeda. Ia juga harus bersaing dengan mahasiswa-mahasiswa lain
yang juga jenius dan berpengalaman. Ia tidak pernah menyerah dan selalu belajar dengan giat. Ia
juga selalu berkomunikasi dengan Ainun melalui surat dan telepon.

Prof. Schmiedel: Selamat pagi, mahasiswa-mahasiswi. Hari ini kita akan mendengarkan
presentasi dari salah satu mahasiswa terbaik kita, yaitu Bapak Habibie. Dia akan memaparkan
hasil penelitiannya tentang desain sayap pesawat terbang yang efisien dan hemat bahan bakar.
Silakan, Bapak Habibie.

H: Terima kasih, Prof. Schmiedel. Selamat pagi, teman-teman. Saya akan memulai presentasi
saya dengan menunjukkan gambar desain sayap pesawat terbang yang saya buat. (Menunjukkan
gambar di layar proyektor) Seperti yang bisa kita lihat, desain sayap ini memiliki bentuk yang
aerodinamis dan memiliki sudut kemiringan yang optimal. Saya menggunakan persamaan
matematika yang rumit untuk menghitung parameter-parameter ini. (Menulis persamaan di papan
tulis)

Teman 1: (Bisik) Wah... dia terlalu jenius. Saya tidak mengerti apa yang dia tulis di papan tulis.

Teman 2: (mengguk berbisik) Sama. Saya kagum dengan kecerdasan dan semangatnya sebagai
orang Asia.

H: (Melanjutkan presentasi) Dengan desain sayap ini, saya mengklaim bahwa pesawat terbang
bisa menghemat bahan bakar hingga 30% dibandingkan dengan desain sayap konvensional. Saya
juga telah melakukan simulasi komputer dan uji coba di terowongan angin untuk membuktikan
klaim saya. Berikut adalah hasil simulasi dan uji coba yang saya lakukan. (Menunjukkan grafik
dan tabel di layar proyektor)
Prof. Schmiedel: (Tertarik) Ini sangat menarik, Bapak Habibie. Saya sangat terkesan dengan
penelitian Anda. Apa motivasi Anda untuk membuat desain sayap ini?

H: Terima kasih, Prof. Motivasi saya adalah untuk mewujudkan cita-cita saya untuk membuat
pesawat terbang yang membuat indonesia mandiri dan tidak bergantung pada impor pesawat
terbang dari negara lain. Saya juga ingin Indonesia bisa menjadi negara maju di bidang teknologi
pesawat terbang.

Prof. Schmiedel: Saya menghargai cita-cita Anda, Bapak Habibie. Saya yakin Anda bisa
mewujudkannya. Saya juga ingin memberitahu Anda bahwa penelitian Anda sangat berpotensi
untuk dipublikasikan di jurnal ilmiah internasional. Saya akan membantu Anda untuk
mengirimkan naskah Anda ke jurnal yang sesuai.

H: Sungguh? Ini adalah kabar yang sangat baik. Terima kasih banyak, Prof. Schmiedel. Saya
sangat berterima kasih atas bimbingan dan dukungan Anda.

Prof. Schmiedel: Sama-sama, Bapak Habibie. Sekarang, apakah ada pertanyaan dari teman-
teman Anda?

T: Saya mau bertanya. Bagaimana Anda bisa menguasai bahasa Jerman dengan baik? Apakah
Anda mengalami kesulitan selama belajar di sini?

H: Terima kasih atas pertanyaannya. Saya belajar bahasa Jerman sejak saya masih di Indonesia.
Saya belajar dari buku-buku dan radio. Saya juga sering berlatih dengan teman-teman saya yang
juga kuliah di Jerman. Saya mengakui bahwa saya mengalami kesulitan saat belajar di sini,
terutama saat awal-awal. Saya harus beradaptasi dengan budaya, iklim, dan sistem pendidikan
yang berbeda. Saya juga harus hidup hemat dan mandiri. Namun saya selalu berusaha untuk
belajar dan berkembang. Saya juga selalu berdoa dan mengingat keluarga dan kekasih saya yang
ada di Indonesia.

Teman 2: Saya juga mau bertanya, Bapak Habibie. Apakah Anda punya rencana untuk kembali
ke Indonesia setelah lulus dari sini? Apakah Anda ingin bekerja di industri pesawat terbang di
Jerman atau di Indonesia?

H: Terima kasih atas pertanyaannya. Saya memang punya rencana untuk kembali ke Indonesia
setelah lulus dari sini. Selain saya memiliki keluarga dan kekasih, saya juga ingin menerapkan
ilmu dan pengalaman yang saya dapatkan di sini untuk membangun industri pesawat terbang di
Indonesia.

Prof. Schmiedel: Baiklah, terima kasih atas pertanyaan-pertanyaannya. Saya rasa kita sudah
cukup banyak mendengar presentasi dari Bapak Habibie. Mari kita beri tepuk tangan yang
meriah untuk Bapak Habibie.

H: Terima kasih, Prof. Schmiedel. Terima kasih juga, teman-teman. (Menundukkan kepala)

Scene kamar kos Habibie di Jerman

Habibie: (Duduk di meja belajar, menulis surat untuk Ainun) Hai, Ainun. Apa kabar? Semoga
kamu sehat dan bahagia selalu. Aku kangen banget sama kamu. Aku baru saja selesai presentasi
hasil penelitianku dan Alhamdulillah, presentasiku berjalan lancar dan mendapat pujian dari
dosenku. Dosenku juga bilang bahwa penelitianku bisa dipublikasikan di jurnal ilmiah
internasional. Aku berharap penelitianku bisa bermanfaat untuk Indonesia. Aku juga berharap
kamu bangga sama aku. Aku selalu berusaha untuk menjadi orang yang berguna bagi bangsa dan
buat kamu. Aku selalu berdoa untuk kesuksesan dan kebahagiaan kita berdua. Aku rindu
mendengar suara dan melihat wajah kamu. Kapan kita bisa bertemu lagi? Aku tunggu kabar dari
kamu. Aku cinta kamu, Ainun. (Menandatangani surat, memasukkan ke amplop, menulis alamat
Ainun

NARASI

Habibie berhasil menyelesaikan studi S1, S2, dan S3 di Jerman dengan predikat summa cum
laude. Ia juga menjadi mahasiswa Indonesia pertama yang meraih gelar doktor di bidang teknik
pesawat terbang. Ia menulis disertasi tentang desain sayap pesawat terbang yang efisien dan
hemat bahan bakar. Ia juga membuat prototipe pesawat terbang yang berhasil terbang di
terowongan angin.
Habibie kemudian bekerja di perusahaan pesawat terbang terbesar di Eropa, yaitu MBB. Ia
menjadi peneliti dan insinyur yang handal dan dihormati. Ia juga menjadi konsultan dan dosen
tamu di beberapa universitas di Jerman. Ia banyak menghasilkan karya-karya ilmiah dan paten di
bidang teknik pesawat terbang. Ia juga mendapat banyak penghargaan dan tawaran kerja dari
berbagai negara.

Namun, Habibie tidak pernah melupakan cita-citanya untuk membuat pesawat terbang untuk
Indonesia. Ia selalu berharap bisa kembali ke tanah air dan berkontribusi untuk kemajuan
bangsanya. Ia juga tidak pernah melupakan janjinya kepada Ainun. Ia akhirnya menikahi Ainun
pada tahun 1962 di Bandung. Mereka hidup bahagia dan dikaruniai dua orang anak, yaitu Ilham
Akbar dan Thareq Kemal.

Habibie terus bekerja di Jerman hingga tahun 1974, ketika ia mendapat panggilan dari Presiden
Soeharto untuk pulang ke Indonesia. Ia diminta untuk memimpin program pengembangan
industri pesawat terbang di Indonesia. Ia pun menerima tawaran itu dan meninggalkan karirnya
yang cemerlang di Jerman. Ia berangkat ke Indonesia bersama keluarganya dan membawa ilmu
dan pengalamannya.

Di Indonesia, Habibie mendirikan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dan
menjadi Menteri Riset dan Teknologi. Ia juga mendirikan PT Dirgantara Indonesia (PT DI) dan
Institut Teknologi Bandung (ITB). Ia berhasil membuat pesawat terbang pertama buatan
Indonesia, yaitu N-250 Gatotkaca. Ia juga membuat pesawat terbang lainnya, seperti CN-235, N-
219, dan R-80.

Habibie menjadi tokoh yang disegani dan dihormati di Indonesia dan dunia. Ia juga menjadi
salah satu pendiri dan pemimpin organisasi Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI). Ia
banyak memberikan saran dan masukan kepada pemerintah dan masyarakat tentang berbagai hal,
terutama tentang teknologi dan sains. Ia juga banyak menulis buku dan artikel tentang visi dan
misinya.

Pada tahun 1998, Habibie menjadi Wakil Presiden Indonesia yang menggantikan Try Sutrisno. Ia
berpasangan dengan Soeharto yang terpilih kembali sebagai Presiden Indonesia untuk periode
ketujuh. Namun, tidak lama kemudian, Soeharto mengundurkan diri dari jabatan presiden karena
tekanan dari rakyat yang menuntut reformasi. Habibie pun menggantikan Soeharto sebagai
Presiden Indonesia yang ketiga.

Habibie memimpin Indonesia di tengah krisis ekonomi, politik, dan sosial yang parah. Ia
menghadapi berbagai tantangan dan masalah, seperti korupsi, separatisme, konflik etnis, dan
kekerasan. Ia berusaha untuk melakukan reformasi dan demokratisasi di Indonesia. Ia juga
berusaha untuk memulihkan perekonomian dan stabilitas nasional. Ia juga berusaha untuk
menjaga persatuan dan kesatuan bangsa.

Habibie memerintah Indonesia selama 1 tahun 5 bulan. Ia banyak mengambil keputusan dan
kebijakan yang kontroversial, seperti memberikan hak referendum bagi rakyat Timor Timur,
membubarkan Departemen Penerangan, dan membentuk Komisi Penyelidik Kekayaan Pejabat
Negara. Ia juga menggelar pemilu yang bebas dan adil pada tahun 1999, yang merupakan pemilu
pertama di era reformasi.

Habibie mencalonkan diri kembali sebagai Presiden Indonesia pada tahun 1999. Ia berpasangan
dengan Akbar Tanjung yang merupakan Ketua Umum Partai Golkar. Namun, ia tidak mendapat
dukungan dari partai-partai lain, termasuk dari partai yang mengusungnya, yaitu Partai Golkar. Ia
juga mendapat banyak kritik dan penolakan dari rakyat dan media. Ia akhirnya mengundurkan
diri dari pencalonan presiden.
Habibie digantikan oleh Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang terpilih sebagai Presiden Indonesia
keempat oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) pada tahun 1999. Habibie pun kembali
ke kehidupan pribadinya sebagai seorang ilmuwan dan insinyur. Ia tetap aktif dalam berbagai
kegiatan sosial, pendidikan, dan kemanusiaan. Ia juga tetap menjadi panutan dan inspirasi bagi
banyak orang.

Habibie meninggal dunia pada tanggal 11 September 2019 di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat
Gatot Soebroto, Jakarta. Ia meninggal karena gagal jantung setelah menjalani perawatan intensif
selama beberapa bulan. Ia dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta, di
samping makam istrinya, Ainun, yang meninggal pada tahun 2010. Ia meninggalkan warisan
yang tak ternilai bagi Indonesia dan dunia.

Anda mungkin juga menyukai