Anda di halaman 1dari 17

PELAKSANAAN PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN DI MASA

PANDEMI COVID-19 GUGUS DEPAN 06.151-06.152 SMP N 3


TONJONG BREBES

ARTIKEL

Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

Oleh:
Uci Lutfiana
NIM 3301418033

JURUSAN POLITIK DAN KEWARGANEGARAAN


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2022
PELAKSANAAN PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN DI MASA PANDEMI
COVID-19 GUGUS DEPAN 06.151-06.152
SMP N 3 TONJONG BREBES

Uci Lutfiana
Jurusan Politik dan Kewarganegaraan, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri
Semarang
Email: ucilutfiana@students.unnes.ac.id

ABSTRAK

Pendidikan Kepramukaan adalah proses pembentukan kepribadian, kecakapan hidup,


dan akhlak mulia melalui penghayatan dan pengamalan nilai-nilai kepramukaan.
Kondisi pandemi covid-19 berdampak pada batasan kegiatan pembelajaran termasuk
ekstrakurikuler pramuka. Gerakan pramuka sebagai organisasi tetap melaksanakan
pendidikan kepramukaan dengan model regular yang berbasis minat atau sukarela
siswa di gugus depan. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana
pelaksanaan pendidikan kepramukaan di masa pandemi covid-19 gugus depan
06.151-06.152 SMP N 3 Tonjong Brebes dan untuk mengetahui faktor pendukung
dan penghambat pelaksanaan pendidikan kepramukaan di masa pandemi covid-19
gugus depan 06.151-06.152 SMP N 3 Tonjong. Penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif dengan metode pengumpulan data yaitu wawancara,
dokumentasi dan observasi. Adapun teknik analisis data yang digunakan melalui
tahapan pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukan bahwa pelaksanaan pendidikan kepramukaan di masa
pandemi covid-19 gugus depan 06.151-06.152 SMP N 3 Tonjong dilaksanakan
secara hybrid yaitu dengan pemberian materi kepramukaan secara daring melalui
grup whatsapp, youtube, zoom dan uji SKU/SKK dilaksanakan secara langsung
dengan mematuhi protokol kesehatan. Faktor pendukung pelaksanaan pendidikan
kepramukaan di masa pandemi covid-19 gugus depan 06.151-06.152 yaitu pembina
pramuka, orang-tua dan teman sebaya. Faktor penghambat pelaksanaan pendidikan
kepramukaan di masa pandemi covid-19 gugus depan 06.151-06.152 yaitu jumlah
pembina, sarana dan prasarana, serta pandemi covid-19.

Kata kunci: Pendidikan Kepramukaan, Peserta Didik Gerakan Pramuka, Gugus


Depan, Pandemi Covid-19
IMPLEMENTATION OF SCOUTING EDUCATION IN THE COVID-19
PANDEMIC TIME OF THE FRONT CLUSTER 06.151-06.152
SMP N 3 TONJONG BREBES

Uci Lutfiana
Department of Politics and Citizenship, Faculty of Social Sciences,
Semarang State University
Email: ucilutfiana@students.unnes.ac.id

ABSTRACT

Scouting Education is the process of forming personality, life skills, and noble
character through appreciating and practicing Scouting values. The condition of the
covid-19 pandemic has an impact on the limitations of learning activities including
scout extracurriculars. The scout movement as an organization continues to carry out
scouting education with a regular interest-based or voluntary model for students in
the front group. The purpose of this study was to find out how the implementation of
scouting education during the covid-19 pandemic front cluster 06.151-06.152 SMP N
3 Tonjong Brebes and to find out the supporting and inhibiting factors for
implementing scouting education during the covid-19 pandemic front group 06.151-
06.152 SMP N 3 Tonjong. This study used a qualitative approach with data
collection methods, namely interviews, documentation and observation. As for the
data analysis technique used through the stages of data collection, data reduction,
data presentation, and drawing conclusions. The results of the study showed that the
implementation of scouting education during the covid-19 pandemic, the front group
06.151-06.152 SMP N 3 Tonjong was carried out in a hybrid manner, namely by
providing online scouting material via whatsapp groups, YouTube, zoom and
SKU/SKK tests carried out directly by complying with the protocol health. Factors
supporting the implementation of scouting education during the covid-19 pandemic,
Front Group 06.151-06.152, namely scout coaches, parents and peers. The inhibiting
factors for the implementation of scouting education during the covid-19 pandemic
were the front group 06.151-06.152 namely the number of coaches, facilities and
infrastructure, and the covid-19 pandemic.

Keywords: Scouting Education, Scout Movement Students, Front Cluster, Covid-19


Pandemic
PENDAHULUAN

Lembaga pemasyarakatan secara normatif merupakan akhir dari sistem

pemidanaan dalam tata peradilan pidana (Trisna 2018:218). Lapas mempunyai

andil dan peranan yang besar untuk membina masyarakat yang telah melakukan

pelanggaran hukum. Keberhasilan atau tidaknya dalam mendidik narapidana

hingga menjadi seorang yang taat hukum tergantung bagaimana proses sosialisasi

dalam lembaga pemasyarakatan (DM 2017:36). Dalam melaksanakan pembinaan,

lembaga pemasyarakatan mengadaptasi nilai-nilai agama, kesusilaan dan sosial

yang berlaku di masyarakat. Pelaksanaan pembinaan di lembaga pemasyarakat

harusnya bukan dengan cara penekanan yang tidak senonoh melainkan dengan

cara perlindungan (Panjaitan 1995:14). Guna mengembalikan narapidana menjadi

manusia yang sadar, bertanggung jawab, bermoral dan dapat diterima oleh

masyarakat, lembaga pemasyarakatan memulai dengan memperbaiki moral para

narapidana. Hal itu karena dimulai dari memperbaiki moral warga binaan, maka

seseorang dapat menangkal untuk melakukan perbuatan jahat.

Moralitas bertujuan guna menyatukan manusia dengan seperangkat norma

bersama untuk bagaimana sikap perilakunya juga memberikan manfaat terhadap

orang lain. Norma tersebut dapat membatasi terjadinya dampak negatif terhadap

satu sama lainnya (Tsoi and Young 2018:11). Oleh karena itu narapidana dididik

moralitasnya guna menjadi masyarakat yang baik, selaras pendapat yang

dikemukakan menurut Poernomo (dalam Oktaviana 2017:1) bahwa pada akhirnya

para narapidana akan kembali menjadi masyarakat yang baik juga taat akan

hukum yang berlaku.


Pembinaan yang dilaksanakan di lembaga pemasyarakatan difokuskan

pada kepribadian dan kemandirian yang diatur melalui Peraturan Pemerintah

Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pembinaan dan

Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan. Pembinaan kepribadian

difokuskan pada pembinaan watak dan mental dengan tujuan supaya warga binaan

menjadi manusia seutuhnya, bertaqwa kepada Tuhan YME, dan bertanggung

jawab baik terhadap diri sendiri, keluarga maupun masyarakat. Sedangkan

pembinaan kemandirian dilaksanakan melalui program latihan kerja maupun

keterampilan yang diarahkan sesuai dengan bakat dan keterampilan para warga

binaan masyarakat.

Pembinaan kepribadian di lembaga pemasyarakatan tersebut sama halnya

dengan pembinaan moral dari narapidana itu sendiri. Yang mana menekankan

pada pembinaan watak dan mental individu. Sebagaimana yang dilaksanakan

dalam Lapas Pemuda Kelas IIB Plantungan Kendal bahwa pembinaan moral

pancasila narapidana salah satunya dilaksanakan melalui kegiatan meningkatkan

ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa seperti melalui ceramah agama yang

diadakan secara rutin sesuai dengan latar belakang agama narapidana masing-

masing. Kemudian selain pembinaan agama juga terdapat pembinaan kesadaran

berbangsa dan bernegara, pembinaan kesadaran hukum. Sedangkan program-

program keterampilan guna mempersiapkan narapidana untuk kembali kepada

masyarakat seperti bercocok tanam cabai, tomat, terong; budidaya pohon pisang;

beternak ayam, kambing; dan berkebun kopi.

Keberhasilan pembinaan di lembaga pemasyarakatan bergantung pada

proses sosialisasi oleh petugas pemasyarakatan juga instansi yang ikut serta

membina dan
membimbing terhadap narapidana. Sebagaimana pada Lembaga Pemasyarakatan

Pemuda Kelas IIB Plantungan Kendal bahwa pelaksanaan pembinaan baik

kepribadian maupun kemandirian kurang maksimal karena penyuluh agama dari

KUA Kecamatan Plantungan dan instansi yang biasa memberikan pembinaan

seperti Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Kendal tidak memberikan pembinaan dan

pembimbingan selama masa pandemi covid-19. Yang mana kondisi tersebut

berpengaruh terhadap hasil pembinaan narapidana yang berkaitan dengan

pembentukan sikap, watak dan mental narapidana.

Program-program pembinaan yang dilaksanakan oleh lembaga

pemasyarakatan harusnya menjadikan para narapidana dapat menyadari

kesalahannya dan menjadi manusia seutuhnya yang bertanggung jawab juga tidak

mengulangi tindak kejahatan. Namun kenyataannya, narapidana yang mendapat

pembinaan di lembaga pemasyarakatan seharusnya mampu mengubah

kepribadian, moral dan mental yang dianggap tidak baik di masyarakat menjadi

berubah sesuai dengan norma yang berlaku (Romala Putri and Dewi Setia Triana

2020:145). Artinya dapat diterima kembali di masyarakat, bertanggungjawab dan

patuh akan hukum yang berlaku. Kenyataannya bahwa mantan narapidana

kembali melakukan tindak kriminalitas (residivis). Hal tersebut dapat dikatakan

karena banyak ditemukan pelaku tindak pidana kejahatan yang beraksi, mereka

adalah mantan narapidana yang telah menjalani masa pidana atau residivis

(Setiawan and Sakti 2019:41).

Sebagaimana data berdasarkan Berdasarkan data Direktorat Jenderal

Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia per Februari


2020 dari total 268.001 tahanan dan narapidana, sebanyak 18,12% adalah

residivis. Khusus narapidana, sejumlah 204.185 adalah residivis. Angka tersebut

meningkat di masa pandemi ini. Bahwa faktanya angka residivisme di Indonesia

masih dalam rentan rasio global yakni 14-45%. Pada tahun sebelumnya yakni

sepanjang 2019, bahwa residivis kasus narkoba mendekati angka 9.000 kasus.

Melihat fakta-fakta bahwa kasus kriminalitas di atas berjumlah banyak baik

dewasa maupun anak-anak terutama para residivis yang melakukan kembali

tindak kriminalitas. Maka dapat ditelaah bahwa apakah lembaga pemasyarakatan

sudah melaksanakan pembinaan moral membentuk pribadi yang baik. Banyaknya

residivis yang ada tentunya tidak terlepas dari implementasi Undang-Undang,

manajemen, dan juga pembinaan moral dari lembaga pemasyarakatan yang ada.

Apabila hal tersebut terus berlanjut tentu akan menambah tingkat kriminalitas

yang terjadi juga dapat diindikasikan bahwa belum maksimalnya penanganan

pemberantasan kasus kriminalitas di Indonesia.

Berdasar uraian yang dikemukakan di atas, maka peneliti tertarik untuk

membuat penelitian mengenai “Pembinaan Moral Pancasila Narapidana di

Lembaga Pemasyarakatan Pemuda Kelas IIB Plantungan Kendal”.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif yang mana

termasuk penelitian naturalistik karena dilakukan pada objek dengan kondisi

alamiah. Artinya objek tersebut apa adanya, berkembang, tidak dimanipulasi oleh

peneliti dan kehadiran peneliti tidak mempengaruhi keadaan objek yang


bersangkutan (Sugiyono 2019:17). Tujuan dari penelitian kualitatif ini yaitu

memperoleh data secara mendalam sehingga dapat menemukan makna. Makna

disini berarti data yang sebenarnya di lapangan (Sugiyono 2019:18). Temuan di

lapangan tersebut kemudian dikaitkan dengan teori yang digunakan. Dengan

tujuan memperoleh gambaran keadaan sebenarnya mengenai pembinaan moral

pancasila narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Pemuda Kelas IIB Plantungan.

Sumber data yang diperoleh peneliti selain dari informan di lapangan yaitu

petugas lembaga pemasyarakatan, narapidana dan masyarakat juga melalui

dokumen yang relevan. Dokumen pendukung yang digunakan antara lain buku-

buku, jurnal ilmiah atau dari laporan peneliti terdahulu juga dokumentasi-

dokumentasi kegiatan di Lembaga Pemasyarakatan Pemuda Kelas IIB Plantungan.

Sumber data yang telah dikumpulkan baik melalui observasi atau

dokumen- dokumen yang relevan maka penulis mendapatkan data secara teoritis

dan juga keadaan yang sebenarnya. Maka dapat ditarik kesimpulan mengenai

pembinaan moral pancasila narapidana dan metode pembinaan moral pancasila

narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Pemuda Kelas IIB Plantungan Kendal.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pembinaan Moral Pancasila Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan

Pemuda Kelas IIB Plantungan Kendal

Pembinaan moral pancasila narapidana di Lembaga Pemasyarakatan

Pemuda Kelas IIB Plantungan ini sangat menarik dan unik karena berbeda dengan

karakteristik lembaga pemasyarakatan yang lain. Yang mana kondisi lapas tidak
dikelilingi oleh tembok berduri, jeruji besi juga tidak terisolir dari lingkungan

sekitar, maka bisa dikatakan hampir sama dengan lembaga pemasyarakatan

terbuka. Kondisi tersebutlah membuat pembinaan yang dilakukan terhadap

narapidana harus menggunakan cara yang tepat. Hal tersebut guna meminimalisir

terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan, dengan keadaan tersebut petugas

mengambil cara yaitu dengan melakukan pendekatan hati ke hati terhadap

narapidana. Tujuannya agar para narapidana nyaman dalam melaksanakan

pembinaan sehingga dapat berjalan dengan baik dan hasilnya maksimal, bisa

merubah sikap dan perilaku sehingga bisa kembali dan diterima di masyarakat

Fokus dari penelitian ini yaitu mengenai pembinaan moral pancasila

narapidana yang menggunakan konsep dasar manusia Pancasila yang

berhubungan dengan Tuhan, diri sendiri, dan sesama makhluk hidup (Suyahmo

2020:125). Berikut konsep dasar moral manusia Pancasila yang digunakan seperti

di bawah ini:

1) Moral Ketuhanan

Bentuk pembinaan moral di Lembaga Pemasyarakatan Plantungan

terdapat dua macam yakni pembinaan agama islam dan kristen. Kegiatan

pembinaan moral islam dilaksanakan setiap hari Senin, Rabu dan Jumat.

Pembinaan yang dilaksanakan antara lain kegiatan keagamaan seperti

eramah, baca tulis Al Quran, kultum, tata cara sholat yang dibina oleh

petugas lapas, Kantor Urusan Agama Plantungan dan ustaz-ustaz yang sering

memberikan nasehat juga ceramah.

Sedangkan untuk pembinaan moral agama kristen dilaksanakan setiap hari

Minggu. Yang mana pandemi dilaksanakan ibadah virtual juga mengkaji

buku-
buku rohani kristen. Materi yang diajarkan terhadap narapidana beragama

kristen meliputi, pendalaman Alkitab, misa, peringatan hari besar umat

Nasrani. Walaupun dengan keterbatasan yang ada namun pelaksanaannya

berjalan dengan lancar dan maksimal.

2) Moral Kemanusiaan

Bentuk dari pembinaan moral kemanusiaan di Lembaga Pemasyarakatan

Pemuda Plantungan diwujudkan melalui persaudaraan, kekeluargaan, kerja

sama juga menjunjung tinggi kejujuran. Yang mana hal tersebut dilihat dari

semangat saling membantu dan tolong menolong dan tetap terikat akan

tanggung jawab terhadap Tuhan. Bentuk kegiatan moral kemanusiaan

tersebut diharapkan dapat mengubah sikap narapidana dan bisa melekat

dalam hati mereka agar dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari hari.

3) Moral Persatuan

Wujud moral persatuan ditunjukkan melalui kegiatan pembinaan meliputi

kegiatan gotong-royong yang dilaksanakan oleh narapidana, petugas, dan

masyarakat sekitar. Kegiatan gotong royong yang dilaksanakan para

narapidana, petugas dan masyarakat yaitu membersihkan blok juga halaman

blok, membersihkan taman, masjid LAPAS, mengecat, juga membuat

kandang untuk kambing maupun ayam, membersihkan masjid juga gereja di

lingkungan masyarakat sekitar lapas juga memperbaiki jalan desa menuju

lembaga pemasyarakatan.

4) Moral Kerakyatan
Pembinaan moral kerakyatan sebagai wujud demokrasi kerakyatan atau di

Lembaga Pemasyarakatan Pemuda Plantungan diwujudkan melalui

musyawarah untuk memecahkan persoalan yang dihadapi. Hal tersebut dapat

dilihat ketika petugas dan narapidana yang berdiskusi mengenai program

pembinaan kemandirian yang akan dilaksanakan. Bahwasanya dalam

menentukan bidang pembinaan kemandirian tersebut sesuai dengan minat dan

keahlian narapidana. Langkah selanjutnya yaitu dilaksanakan Sidang Tim

Pengamat Pemasyarakatan (TPP) untuk mengambil sebuah keputusan.

5) Moral Keadilan

Bentuk pembinaan moral keadilan yaitu diwujudkan bahwa untuk

mendapatkan hak narapidana harus melaksanakan kewajibannya seperti

menaati peraturan yang sudah ditetapkan di Lembaga Pemasyarakatan.

Sebagaimana dalam kehidupan di Lembaga Pemasyarakatan, walaupun

narapidana ditahan dalam sel namun mereka mendapatkan hak-hak

sebagaimana yang tertera dalam UU No. 12 Tahun 1995 Pasal 14.

Dari kelima jenis pembinaan moral yang dilaksanakan di Lembaga

Pemasyarakatan Pemuda Plantungan dapat dianalisis bahwa pembinaan yang

paling ditekankan terhadap narapidana adalah pembinaan moral ketuhanan.

Pembinaan moral ketuhanan bukan hanya untuk memenuhi kewajiban sebagai

umat beragama yakni bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa juga membentuk

kepribadian berdasarkan dengan nilai dan norma yang berlaku di masyarakat. Hal

tersebut dapat dilihat dari berbagai kegiatan pembinaan ketuhanan yang

diselenggarakan di Lapas Pemuda Plantungan baik untuk narapidana yang


beragama islam maupun kristen. Pelaksanaan pembinaan moral ketuhanan ini

dilaksanakan setiap waktu disamping jadwal yang ditetapkan oleh lapas. Selain

memperbaiki kedekatan dengan Tuhan, dalam pembinaan moral ketuhanan juga

menjunjung sikap toleransi dan saling menghargai antara narapidana dan petugas

lapas.

Pelaksanaan pembinaan moral ketuhanan mempunyai dampak yang luar

biasa terhadap progres perubahan sikap dan perilaku narapidana. Dari sikap,

perilaku dan kebiasaan narapidana yang awal masuk lapas masih berantakan, hal

tersebut disampaikan narapidana ketika melakukan wawancara bahwa sebelum

masuk lapas mereka jarang melaksanakan shalat bahkan tidak bisa shalat.

Kemudian setelah mengikuti pembinaan moral ketuhanan di lapas dapat berubah

lebih baik. Hal tersebut dapat dilihat ketika narapidana dengan inisiatif sendiri

melaksanakan salat berjamaah, shalat malam, dan juga mengaji di blok masing-

masing. Juga yang disampaikan oleh narapidana ketika dilakukan wawancara

yang mana mereka menyampaikan dengan mengikuti belajar mengaji dapat

membawa perubahan yang luar biasa. Perubahan tersebut dikarenakan selama

narapidana di lapas mereka fokus untuk mendekatkan diri terhadap Tuhan Yang

Maha Esa.

Namun ada beberapa kekurangan dalam pelaksanaan pembinaan moral

ketuhanan bagi yang muslim di Lembaga Pemasyarakatan Pemuda Kelas IIB

Plantungan yang mana selama tiga tahun terakhir atau selama pandemi covid-19,

penyuluh dari KUA Plantungan sempat tidak memberikan penyuluhan kepada

para narapidana alhasil hanya petugas lapas yang memberikan penyuluhan agama

terhadap narapidana. Kemudian untuk pelaksanaan pembelajaran seperti BTQ

juga
tata cara salat bersifat general karena kurangnya tenaga pengajar. Sedangkan

untuk pembinaan moral bagi narapidana yang beragama kristen yang mana untuk

sementara pelaksanaannya di lapas melalui ibadah virtual dibantu buku-buku

sehingga kurang maksimal, oleh karenanya diharapkan dapat mendatangkan

pendeta sehingga pembinaan dapat dilaksanakan secara mendalam.

Metode Pembinaan Moral Pancasila Narapidana di Lembaga

Pemasyarakatan Pemuda Kelas IIB Plantungan Kendal

Pelaksanaan pembinaan moral pancasila narapidana di Lembaga

Pemasyarakatan Pemuda Kelas IIB Plantungan terdapat beberapa macam metode

yang digunakan. Metode yang digunakan adalah menurut teori pendidikan islam

yang dikemukakan oleh Mursidi (Oktaviana 2017:24). Melalui metode-metode di

bawah ini para petugas lapas menyampaikan pembinaan kepada narapidana baik

secara verbal maupun nonverbal.

1) Metode Keteladanan

Bentuk metode keteladanan di Lembaga Pemasyarakatan Pemuda Kelas

IIB Plantungan adalah ketika petugas memberikan nasehat maka dibarengi

dengan sikap dan perilaku yang dapat ditiru narapidana. Misalnya pada

kegiatan pembinaan sholat atau mengaji, petugas pun ikut serta selama

berlangsungnya kegiatan dan ketika pembinaan kemandirian maka disamping

memandu dan mengarahkan narapidana, petugas memberi contoh terlebih

dahulu.

2) Metode Pembiasaan
Bentuk pembiasaan yang dilaksanakan oleh narapidana bahwasannya

setiap harinya petugas membiasakan sikap dan perilaku disiplin, konsisten,

sabar, sikap saling menghargai, tata krama, kebersamaan, menjaga

kebersihan, jujur, beribadah dan juga mempunyai rasa empati. Artinya

dengan dilaksanakannya pembinaan melalui metode pembiasaan tersebut

lambat laun akan ditiru oleh narapidana dalam kehidupannya sehari-hari.

3) Metode Nasehat

Petugas Lembaga Pemasyarakatan Pemuda Kelas IIB Plantungan

memberikan nasehat baik secara kelompok maupun perorangan. Nasehat

secara perorangan diberikan kepada narapidana yang berbeda latar belakang

kasus. Selain petugas, pihak lain yang memberikan nasehat yaitu instansi-

instansi yang bekerja sama dalam memberikan pembinaan.

4) Metode Pengawasan dan Pengamatan

Bentuk pengamatan dan pengawasan yang dilakukan petugas terdapat

beberapa cara seperti melakukan dokumentasi, absensi, terjun ke lapangan

bersama narapidana dengan pengawasan yang santai. Ketika narapidana

mengalami progres baik sikap dan perilaku maka petugas memberikan

penghargaan. Penghargaan yang diberikan berupa pengusulan Pembebasan

Bersyarat, Cuti Bersyarat, maupun Remisi atau pengurangan masa pidana.

5) Metode Hukuman

Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Pemuda Kelas IIB mengikuti

pembinaan dengan tertib karena banyaknya pengawasan yang dilakukan oleh

petugas. Para narapidana takut akan sanksi administratif sehingga mayoritas


dari mereka taat terhadap aturan yang berlaku. Apabila narapidana melakukan

pelanggaran kecil maka petugas memberikan arahan, nasehat dan juga solusi.

Dari kelima metode pembinaan yang digunakan dalam menyampaikan

pembinaan kepada narapidana, metode yang paling efektif dan menghasilkan

perubahan yang signifikan terhadap perubahan sikap dan perilaku narapidana

adalah metode pembiasaan. Hal tersebut dapat dilihat dari hal-hal yang dibiasakan

petugas kepada narapidana berhasil melekat dalam diri narapidana, sehingga dapat

mengubah sikap dan perilaku narapidana berubah menjadi lebih baik lagi.

Tentunya perubahan demikian karena kegiatan pembiasaan dilakukan berulang-

ulang dan dilaksanakan setiap harinya. Sedangkan untuk metode pembinaan yang

lain tetap memberikan kontribusi dalam pelaksanaan pembinaan narapidana tetapi

kurang begitu signifikan. Kebiasaan-kebiasaan yang diajarkan oleh petugas

terhadap narapidana setiap hari tersebut mampu melekat dalam jiwa narapidana,

hal tersebut dapat dilihat dari narapidana disiplin waktu ketika bunyi lonceng

sebagai tanda dimulai atau berakhirnya suatu kegiatan, menaati peraturan yang

berlaku, jujur ketika dilaksanakan penggeledahan, selalu menjaga kebersihan,

beribadah dengan inisiatif sendiri baik shalat maupun mengaji di dalam blok.

Namun kelemahan dari metode pembiasaan tersebut pelaksanaannya sempat

terkendala adanya pandemi, karena sebelum pandemi dilakukan shalat berjamaah

dan ketika pandemi shalat jamaah ditiadakan. Kemudian sering dilaksanakan

upacara, dan ketika pandemi ditiadakan. Artinya banyak perubahan kegiatan

pembinaan yang dilakukan secara bersama-sama berubah total menjadi

kegiatannya dilaksanakan di blok masing-masing. Hal tersebut membuat

pelaksanaan
pembinaan kurang berjalan maksimal seperti sebelum pandemi. Walaupun

mayoritas narapidana rajin dan disiplin, tetapi untuk memaksimalkan kegiatan

pembinaan harus ada pembiasaan seperti sedia kala.

KESIMPULAN

Pembinaan moral yang diajarkan di Lembaga Pemasyarakatan Pemuda

Kelas IIB Plantungan Kendal meliputi pembinaan moral ketuhanan; moral

kemanusiaan; moral persatuan; moral kerakyatan; dan moral keadilan. Pembinaan

moral ketuhanan merupakan pembinaan yang paling ditekankan di Lembaga

Pemasyarakatan pemuda, hal tersebut mengingat agama merupaka patokan utama

dalam menjalani kehidupan, juga dimulai dari memperbaiki kedekatakan rohani

narapidana dengan Tuhan maka lambat laun akan berubah kearah yang lebih baik.

Metode pembinaan di Lembaga Pemasyarakatan Pemuda Kelas IIB

Plantungan Kendal meliputi metode metode keteladanan; pembiasaan; nasehat;

pengamatan dan pengawasan; juga hukuman. Metode yang paling efektif

berpengaruh terhadap perubahan narapidana yang signifikan yaitu metode

pembiasaan.

SARAN

Saran yang dapat diberikan adalah 1) Menjaga kerjasama dengan instansi-

instansi terkait baik instansi pemerintah maupun swasta agar pembinaan moral

yang diberikan lebih optimal sehingga hasil yang dicapai pun lebih maksimal. 2)

Mengaktifkan kembali kegiatan-kegiatan pembinaan yang dilaksanakan secara


bersama-sama seperti sebelum pandemi covid-19 agar pembinaan moral yang

diberikan lebih optimal.

DAFTAR RUJUKAN

DM, Iklima Salsabil. 2017. “Jaminan HAM Untuk Narapidana Dalam Kacamata
Sistem Pemasyarakatan Di Indonesia.” Lex Scientia Law Review 1(1):33–40.
Oktaviana, Shintia. 2017. “Pembinaan Moral Terhadap Warga Binaan Di
Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Kota Tegal.” Universitas Negeri
Semarang.
Panjaitan, Petrus Irwan. 1995. Lembaga Pemasyarakatan Dalam Perspektif
Sistem Peradilan Pidana. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Romala Putri, Debi, and Ikama Dewi Setia Triana. 2020. “PELAKSANAAN
PEMBINAAN NARAPIDANA DALAM MENCEGAH RESIDIVISME DI
LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II B CILACAP.” Jurnal
Media
Komunikasi Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan 2(1). doi:
10.23887/jmpppkn.v2i1.131.
Setiawan, Herdy Eka, and Hastaning Sakti. 2019. “Penemuan Makna Hidup Pada
Residivis Di Lembaga Pemasyarakatan Kelas 1 Semarang.” Empati 8(1):40–
48.
Sugiyono. 2019. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Suyahmo. 2020. Filsafat Moral. Yogyakarta: Magnum Pustaka Utama.
Trisna, Nila. 2018. “Upaya Pembinaan Narapidana Melalui Wadah Lembaga
Pemasyarakatan.” Jurnal Community 3(2). doi: 10.35308/jcpds.v3i2.131.
Tsoi, Lily, and Liane Young. 2018. “Moral Reasoning How People Make Moral
Judgments.” 3.

Anda mungkin juga menyukai