Anda di halaman 1dari 11

ISSN : 1411-0199

Wacana Vol. 15, No. 3 (2012) E-ISSN : 2338-1884

Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Upaya Implementasi Reformasi Birokrasi


POLRI (Studi Pada Polres Pacitan Berdasarkan Peraturan Kepala Kepolisian
Negara Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2010)
1.2 1 1
Gatot Haribowo , Andy Fefta Wijaya , Mardiyono
1
Program Magister Jurusan Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya
2
Kepolisian Republik Indonesia (POLDA Jatim)

Abstrak
Dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya kepolisian di Polres Pacitan adalah membawa
konsekuensi besar bagi penataan birokrasi di tubuh Polres Pacitan. Dengan kondisi sumber daya anggota
yang masih perlu diarahkan, membawa konsekuensi logis bagi Kepala Polres Pacitan untuk bekerja ekstra
dalam mengarahkan anggotanya dalam melaksanakan tugasnnya. Hal ini dilatar belakangi akibat adanya
tuntutan dari masyarakat terhadap pelayanan prima yang harus dijalankan oleh setiap anggota Polres
Pacitan, namun disisi lain dengan dihadapkan pada kenyataan bahwa sebagian besar anggota yang
dimutasikan atau bekerja di Polres Pacitan adalah mereka yang bermasalah atau bagian dari menjalankan
sanksi atas pelanggarannya, demikian juga dengan kenyataan banyaknya anggota yang mengajukan untuk
mutasi atau pindah tugas dari Polres Pacitan. Akibatnya, hal ini berpengaruh pada kinerja anggota dan
mereka harus selalu dipantau oleh atasan dalam melaksanakan tugasnya. Tujuan penelitian ini untuk
mengetahui dan menganalisis faktor- faktor yang mempengaruhi upaya implementasi reformasi birokrasi
polri untuk pelayanan publik dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya kepolisian berdasarkan
Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2010 di Polres Pacitan.Penelitian
ini menggunakan pendekatan kualitatif berupa teknik pengumpulan data melalui wawancara, dokumentasi,
dan observasi. Data yang diperoleh dianalisis dengan metode analisa data model interaktif.Model analisis
interaktif yang peneliti pilih dalam menganalisis data penelitian di Polres Pacitan, didasarkan atas
pertimbangan bahwa analisis data kualitatif merupakan upaya yang berlanjut dan berlangsung secara terus
menerus. Masalah reduksi data, penyajian data dan menarik kesimpulan atau verifikasi merupakan
rangkaian kegiatan analis yang saling susul menyusul dan dapat memberikan kesimpulan yang akurat.
Model ini juga menganjurkan agar peneliti dalam melakukan kegiatan pengumpulan data, baik selama
proses pengumpulan data berlangsung maupun saat proses pengumpulan selesai tetap mempertimbangkan
tiga komponen analisis tersebut.Hasil penelitian menunjukkan bahwa Faktor- faktor yang mempengaruhi
upaya implementasi reformasi birokrasi polri dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya kepolisian
untuk pelayanan publik berdasarkan Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 23
Tahun 2010 di Polres Pacitan terinci: (1) Faktor pendukung meliputi: a. Faktor pendukung internal terdiri
dari: -Sebagai anggota Polri, sebagaian besar anggota Polres Pacitan berkeinginan untuk menjadikan citra
Polri yang positif dimata masyarakat Pacitan dapat terjaga dengan baik. -Masih banyak anggota Polres
Pacitan yang bertugas untuk benar-benar memberikan pelayanan yang terbaik dan profesional kepada
masyarakat Pacitan. b. Faktor pendukung eksternal terdiri dari: -Sebagaian besar masyarakat Pacitan pada
umumnya merasa senang apabila Polri khususnya anggota Polres Pacitan benar-benar telah menjalankan
tugasnya sebagai penegak hukum dan pelayan masyarakat di bidang Kamtibmas secara profesional dan
benar-benar meninggalkan budaya KKN. -Masyarakat Pacitan masih menganggap Polri khususnya Polres
Pacitan bisa mengemban tugas sesuai harapan masyarakat, hal ini diwujudkan dengan apapun inovasi dan
ide-ide positif Polres Pacitan dalam memelihara kamtibmas senantiasa selalu didukung oleh masyarakat
Pacitan. (2) Faktor penghambat yang terinci: a. Faktor penghambat internal terdiri dari: -Ada sebagian
anggota Polres Pacitan tidak sepenuhnya senang bertugas di wilayah Pacitan, dan senantiasa selalu
berupaya untuk pindah tugas dari Polres Pacitan. -Ada sebagian dari anggota yang tidak peduli terhadap
perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungan Polri khususnya untuk hal-hal yang positif. -Ada sebagian
anggota dari Polres Pacitan yang masih kedapatan melakukan tindakan-tindakan yang tidak terpuji

Alamat korespondensi:
Gatot Haribowo
Email : Haribowo_Gatot@yahoo.com
Alamat : POLDA Jatim, Jl. Ahmad Yani No. 166, Surabaya

18
Faktor-faktor yang mempengaruhi Reformasi Birokrasi Polri (Haribowo, et al.)

terhadap masyarakat Pacitan. b. Faktor penghambat eksternal terinci: -Sebagian masyarakat apabila
berurusan dengan anggota Polres Pacitan baik pengurusan pelayanan ataupun pelanggaran masih sering
membuka peluang untuk diselesaikan tidak secara profesional (tindakan penyuapan). -Ada sebagian
masyarakat Pacitan yang menilai kinerja ataupun tindakan anggota Polri selalu negatif saja tanpa dilihat
secara obyektif. Dari hasil penelitian tersebut peneliti merekomendasikan antara lain :
(1)Mengusulkan anggaran yang cukup kedalam APBN; (2)Polres Pacitan harus lebih meningkatkan (1).
Sumberdaya kepolisian: agar lebih mampu menangani tugas-tugaspelayanan di Kabupaten Pacitan; (2),
Sarana Prasarana: untuk menuntaskanpelaksanaantugas-tugas pelayanan di Kabupaten Pacitan.

Kata kunci:Implementasi, Reformasi, Kepolisian, Pelayanan, Publik

Abstract
With the condition of resources that members still need to be directed, logical consequences for Police
Chief Pacitan for extra work in directing its members to implement responsibility. It is against the backdrop
of the past due to the assumption that the member is transferred to the police station Pacitan those with
problems. Consequently, this affects the performance of the members and they should always be
monitored by a supervisor in performing their responsibility. The purpose of this study to identify and
analyze the factors that influence national police bureaucracy reform implementation efforts for public
services in order to improve the quality of police resources under Regulation Chief of Police of the Republic
of Indonesia Number 23 Year 2010 on Police Pacitan.This study used a qualitative approach in the form of
data collection techniques through interviews, documentation and observation. Data were analyzed with an
interactive model of data analysis methods. Interactive model that researchers choose to analyze research
datain Pacitan Police, based on the consideration that qualitative data analysisis an ongoing effort and
continues over time. Problem of data reduction, data display and drawing conclusion sorverification is a
series of analysis who follow one after each other and be able to provide accurate conclusions. The model
also suggested that researchers in conducting data collection activities, both during the process of data
collection took placeduring the process of collecting complete and still consider the three components of
the analysis. The results showed Factors affecting the national police bureaucracy reform implementation
efforts in order to improve the quality of police resources for the public service under Regulation Chief of
Police of Indonesia Number 23 of 2010 on the Police Pacitan detail: 1. Supporting factors include: a. Internal
supporting factors include:-As a member of the Police, most of members of the Police Pacitan desire to
make a positive image of the police in the eyes of society Pacitan be maintained. -There are many members
of the police on duty Pacitan to really give the best service to the public and professionals Pacitan. b.
External support factors consist of: -In most communities Pacitan generally feel happy when the police in
particular members of the Police Pacitan really been performing their duties as law enforcement officers
and public servants in the field Kamtibmas professionally and completely abandon cultural corruption. -
People still think the police in particular Pacitan Pacitan police can carry out tasks according to people's
expectations, it is manifested by any innovation and positive ideas Pacitan Police in maintaining kamtibmas
always always supported by the Pacitan. 2. Inhibiting factors are detailed: a. Internal inhibiting factors
consist of: -There are some members of the Police Pacitan not entirely happy serving in the Pacitan, and
always always try to move tasks from police Pacitan. -There are some members who do not care about the
changes that occur in the Police especially for things that are positive. -There are some members of the
police who are caught engaging Pacitan acts improperly towards the Pacitan. b. External inhibiting factors in
detail:-Most people when dealing with members of the police service or the maintenance of good Pacitan
violations are often an opportunity for a professional not resolved (the act of bribery). -There are some
people Pacitan that assesses performance or actions of members of the Police without any negative always
viewed objectively. From the results of the study, the researcher recommends among others: 1. Propose an
adequate budget into budget; 2. Police Pacitan must increase: (1). Resources police: to be better able to
handle the tasks in Pacitan services, (2), Infrastructure: to complete the tasks of ministry in Pacitan.

Keywords: Implementation, Reform, Police, Service, Public

19
Faktor-faktor yang mempengaruhi Reformasi Birokrasi Polri (Haribowo, et al.)

PENDAHULUAN beda dan dengan nama yang belum tentu sama


Good Governance adalah tata [3].
pemerintahan yang baik, bersih dan berwibawa. Sedangkan tugas dan fungsi kepolisian
Terkait dengan itu, pemerintah yang bersih pada awalnya adalah merupakan seni (craft),
(clean government) dan bebas KKN. Reformasi akan tetapi, dalam perkembangan suatu
Birokrasi merupakan perubahan signifikan masyarakat menjadi masyarakat yang modern,
elemen-elemen birokrasi, antara lain bertambah banyak jenis-jenis pekerjaan yang
kelembagaan, sumber daya manusia aparatur, semula dianggap seni berubah menjadi profesi.
ketatalaksanaan, akuntabilitas aparatur, Sama seperti halnya kepolisian di
pengawasan, dan pelayanan publik. Beberapa Indonesia, apabila kita melihat sejarah kepolisian
contoh reformasi, birokrasi, misalnya reformasi Indonesia yang mempunyai sendiri baik berupa
kelembagaan dan kepegawaian, keuangan, bentuk, fungsi, tugas maupun kedudukan
perbendaharaan, perencanaan dan kepolisian yang berubah paradigma kepolisian
penganggaran, keimigrasian, kepabeanan, sesuai tuntutan masyarakat pada jaman itu. Pada
perpajakan, pertanahan, dan penanaman modal. akhirnya dengan adanya globalisasi dan
Sebagaimana kita ketahui bersama, pada reformasi tahun 1998, maka tuntutan
akhir tahun 2010 yang lalu, pemerintah masyarakat atas kinerja profesi kepolisian di
menerbitkan Peraturan Presiden No. 81/2010 Indonesia diharapkan lebih profesional. Hal
tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010- tersebut tersirat pada Ketetapan (Tap) MPR
2025, dan Peraturan Menpan dan RB No. Nomor VI/MPR/2000 tentang Pemisahan TNI dan
20/2010 tentang Road Map Reformasi Birokrasi Polri serta Tap MPR Nomor VII/MPR/2000
2010-2014 [3]. Visi yang dicanangkan dalam tentang Peran TNI dan Peran Polri. Dengan
pelaksanaan reformasi birokrasi ini adalah untuk harapan bahwa Kepolisian Negara Republik
mewujudkan pemerintahan kelas dunia (world Indonesia dahulu mempunyai paradigma yang
class) pada tahun 2025. berfungsi sebagai alat kekuasaan, beralih kepada
Dari 8 (delapan) area perubahan yang paradigma baru yang fungsinya sebagai
diharapkan, perubahan pada dimensi sumber pelindung, pengayom, pelayan dan penegak
daya manusia atau reformasi kepegawaian hukum, hal tersebut sesuai dengan UU No. 2
merupakan intisari reformasi. Menurut Perpres tahun 2002 pasal 13.
No. 81/2010, hasil yang diharapkan dari Saat ini Polri memasuki usia ke 56 tahun.
reformasi kepegawaian ini adalah terwujudnya Layaknya usia manusia, usia Polri tidak lagi muda.
SDM aparatur yang berintegritas, netral, Usia yang menggambarkan sosok manusia
kompeten, capable, profesional, berkinerja tinggi dewasa, sejatinya adalah sosok penuh
dan sejahtera. Selain itu, reformasi kepegawaian pengayoman, kematangan, kearifan dan
tentu juga harus menghasilkan postur tentunya harapan memberikan keteladanan dan
kepegawaian yang ideal secara kuantitatif, yakni kemanfaatan [3].
tercapainya keseimbangan antara jumlah Polri hadir sebagai bentuk kesadaran dan
pegawai dengan beban kerja. Reformasi keharusan sejarah perjuangan kemerdekaan
kepegawaian ini sangat mendesak mengingat Indonesia. Polri merupakan bagian penting dari
lemahnya kinerja aparatur dalam penyediaan perjuangan bersama dari dan untuk rakyat
layanan publik selama ini. Indonesia.
Hal penting dalam reformasi birokrasi Sikap menerima yang ditunjukkan oleh
adalah perubahan mind-set dan cultureset serta rakyat terhadap Polri merupakan suatu
pengembangan budaya kerja. Reformasi Birokrasi keniscayaan karena Polri dan masyarakat
diarahkan pada upaya-upaya mencegah dan merupakan satu kesatuan yang utuh dalam
mempercepat pemberantasan korupsi, secara memperkuat dan mendorong agenda reformasi,
berkelanjutan, dalam menciptakan tata khususnya pada sektor keamanan. Intensitas
pemerintahan yang baik, bersih, dan berwibawa dialog dan komunikasi beradab dalam rumpun
(good governance), pemerintah yang bersih kemitraan masyarakat adalah kata kunci
(clean government), dan bebas KKN [3]. keberterimaan dan kebersahajaan Polri yang
Kepolisian, seperti juga kemiliteran, bermartabat [3].
terdapat di setiap negara, baik negara modern, Salah satu agenda reformasi sektor
seperti Inggris, Amerika Serikat ataupun Jepang, keamanan di tubuh kepolisian terlihat pada
manapun negara kuno seperti kerajaan Roma perubahan fundamental sistem ketatanegaraan
dan Cina, meskipun dalam bentuk yang berbeda- Indonesia yang mengakui dan menempatkan

20
Faktor-faktor yang mempengaruhi Reformasi Birokrasi Polri (Haribowo, et al.)

Polri sebagai alat format yang bertujuan untuk bertanggungjawab dalam mewujudkan
mewujudkan keamanan dalam negeri yang kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
meliputi terpeliharanya keamanan dan bernegara yang demokratis dan tetap aman.
ketertiban masyarakat, tertib dan tegaknya Namun disayangkan semangat perubahan
hukum, terselenggaranya perlindungan, menjadi lebih baik dari Polri sebagai institusi
pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat, belum dibuktikan dengan tindakan konkrit dan
serta terbinanya ketenteraman masyarakat konsekuen.Sebagai institusi penegak hukum,
dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia. pelindung, pengayom dan pelayan masyarakat,
Menyahuti hal itulah komitmen pada instansi dan aparat kepolisian justru sering
reformasi birokrasi Polri benar-benar mengarah menampilkan citra buruk dimasyarakat. Sehingga
pada perubahan aspek struktural, instrumental masyarakat cenderung apriori.
maupun normatif. Selama Polri masih belum Sebagai ujung tombak dalam menciptakan
mampu mandiri dalam implementasi kebijakan keamanan dan ketertiban masyarakat, Polri harus
berbasis profesionalisme yang teruji, maka mampu beradaptasi dengan segala perubahan
performa dan gaung netralitas serta dan perkembangan yang terjadi dalam kehidupan
independensinya akan semu dan rentan dari masyarakat. Seiring dengan bergulirnya era
kepentingan-kepentingan temporer. reformasi yang telah menggugah kesadaran
Secara sistemik, perubahan sudah mulai seluruh komponen bangsa untuk melakukan
kelihatan. Komitmen pada penghormatan hak pembenahan dan pembaharuan atas berbagai
asasi manusia (HAM) melalui Perkapolri No. 8 ketimpangan, kinerja dan hal-hal yang dianggap
Tahun 2009 misalnya, telah memberikan tidak profesional serta proporsional menuju
normatif baru dalam melahirkan sosok dan masyarakat sipil yang demokratis. Polri pun tidak
postur Polri yang profesional, cerdas dan lepas dari wacana besar perubahan ini. Karena
humanis. Begitu juga dengan keberanian kepolisian merupakan cerminan dari tuntutan
menerapkan pola baru rekrutmen Polri dengan dan harapan masyarakat akan adanya rasa aman,
pelibatan pengawasan internal dan eksternal keamanan, ketertiban dan ketentraman, yang
melalui Perkapolri No.13 Tahun 2010 adalah mendukung produktifitas yang mensejahterakan
bukti kemajuan positif yang juga patut warga masyarakat.
diapresiasi. Begitupun, sebagian capaian normatif Menurut Undang-undang No 2 tahun 2002
tersebut tidak akan bermakna tanpa keterujian tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia
publik. Prestasi Polri bukan diukur dari capaian (POLRI), Dalam Pasal 2 dijelaskan bahwa : _Fungsi
komitmen-komitmen normatif, melainkan Kepolisian adalah salah satu fungsi pemerintahan
sejauhmana eksistensi dan kesinambungan negara di bidang pemeliharaan keamanan dan
prestasi Polri mampu diadaptasi dan dibalut ketertiban masyarakat, penegakan hukum,
dengan wajah pengabdian yang sesungguhnya. perlindungan, pengayoman dan pelayanan
Fungsi kepolisian adalah salah satu fungsi kepada masyarakat. Tujuan Polri dalam Pasal 4
pemerintahan di bidang pemeliharaan keamanan dijelaskan: Kepolisian Negara Republik Indonesia
dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum, bertujuan untuk mewujudkan keamanan dalam
perlindungan, pengayoman, dan pelayanan negeri yang meliputi terpeliharanya keamanan
kepada masyarakat. Untuk mencapai hasil yang dan ketertiban masyarakat, tertib dan tegaknya
maksimal dari fungsi ini dibutuhkan kebersamaan hukum, terselenggaranya perlindungan,
antara polisi dan masyarakat, sehingga satu pengayoman dan pelayanan masyarakat, serta
dengan yang lainnya merupakan satu kesatuan terbinanya ketenteraman masyarakat dengan
yang tidak dapat dipisahkan. Polisi tidak akan menjunjung tinggi hak asasi manusia, begitu pula
dapat menciptakan situasi yang tertib dan aman upaya yang dilakukan di Polres Pacitan.
dalam suatu lingkungan masyarakat tanpa Permasalahan yang terjadi di Polres
adanya kemauan dan kesadaran dari masyarakat Pacitan adalah dengan adanya reformasi
itu sendiri, akan pentingnya suasana yang aman birokrasi Polri, ternyata membawa konsekuensi
dan tertib. besar bagi penataan birokrasi di tubuh Polres
Pada hakekatnya fungsi setiap Polisi Pacitan. Dengan kondisi sumber daya anggota
dimanapun didunia ini sebenarnya ada tiga yaitu, yang masih perlu diarahkan, membawa
legalitas, keadilan dan ketertiban. Kepolisian konsekuensi logis bagi Kepala Polres Pacitan
tidak boleh bertindak sewenang-wenang apalagi untuk bekerja ekstra dalam mengarahkan
anti demokrasi, karena mereka dituntut untuk anggotanya dalam melaksanakan tugasnnya. Hal
tanggap terhadap pendapat umum dan turut ini dilatarbelakangi akibat asumsi masalalu

21
Faktor-faktor yang mempengaruhi Reformasi Birokrasi Polri (Haribowo, et al.)

bahwa anggota yang dimutasikan ke Polres Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia No.
Pacitan adalah mereka yang bermasalah. 23 Tahun 2010 di Polres Pacitan, meliputi :
Akibatnya, hal ini berpengaruh pada kinerja (1) Faktor pendukung
anggota dan mereka harus selalu dipantau oleh Faktor pendukung terinci sebagai berikut:
atasan dalam melaksanakan tugasnya. Arah a. Faktor pendukung internal :
perubahan Polri sangat terlihat pada dua tahun Sebagai anggota Polri, sebagaian besar
terakhir ini (antara tahun 2004 dan 2006) telah anggota Polres Pacitan berkeinginan untuk
terjadi perubahan paradigma (kerangka berfikir) menjadikan citra Polri yang positif dimata
kepolisian (sebagai organisasi) yang signifikan. masyarakat Pacitan dapat terjaga dengan baik
Proses perubahan tersebut bertujuan merubah dan semakin dicintai masyarakat.Selain itu masih
profesi kepolisian yang lebih profesional. banyak anggota Polres Pacitan yang bertugas
Dalam rangka mewujudkan upaya benar-benar memberikan pelayanan yang
reformasi birokrasi Polri baik menyangkut aspek terbaik, profesional dan seadil-adilnya kepada
instrumental, struktural dan kultural serta sikap masyarakat Pacitan.
transfaransi Polri yang profesional, bermoral dan b. Faktor pendukung eksternal :
humanis, tentunya tidak boleh mengabaikan Sebagaian besar masyarakat Pacitan pada
anggota/PNS Polri sebagai pelaksana dan juga umumnya merasa senang apabila Polri khususnya
sebagai masyarakat/warga negara, memiliki hak, anggota Polres Pacitan benar-benar telah
kewajiban dan kedudukan yang sama didepan menjalankan tugasnya sebagai penegak hukum
hukum, sehingga azas praduga tak bersalah, dan pelayan masyarakat di bidang Kamtibmas
proses penegakan hukum diberlakukan baginya secara profesional dan benar-benar
termasuk hak rehabilisasi akibat tindakan hukum meninggalkan budaya KKN.
yang diberlakukan kepadanya. Masyarakat Pacitan masih menganggap
Berdasarkan uraian dari latar belakang Polri khususnya Polres Pacitan bisa mengemban
permasalahan, Polri sebagai institusi pelayanan tugas sesuai harapan masyarakat, hal ini
publik yang mengemban salah satu tugas sebagai diwujudkan dengan apapun inovasi dan ide-ide
pelaksana pelayanan publik masih saja menerima positif Polres Pacitan dalam memelihara
banyak keluhan dari masyarakat terhadap kamtibmas senantiasa selalu didukung oleh
kualitas pelayanannya. Kenyataan ini didapat dari masyarakat Pacitan.
keluhan masyarakat secara langsung ataupun (2) Faktor penghambat
dari media massa. Faktor penghambat terinci sebagai berikut:
Peranan Polri sangat dominan, sebab a. Faktor penghambat internal :
organisasi ini mempunyai tugas melaksanakan di Sebagian anggota Polres Pacitan tidak
bidang reformasi birokrasi polri sesuai dengan sepenuhnya senang bertugas di wilayah Pacitan,
kebijakan Kapolri serta mempunyai fungsi dalam dan senantiasa selalu berupaya untuk pindah
penyusunan dan pelaksanaan rencana strategis tugas dari Polres Pacitan. Sebagian dari anggota
dan rencana kerja di bidang pelayanan yang tidak peduli terhadap perubahan-
pengayoman dan perlindungan kepada perubahan yang terjadi di lingkungan Polri
masyarakat. khususnya untuk hal-hal yang positif.Sebagian
Dengan mengacu pada latar belakang anggota Polres Pacitan masih kedapatan
tersebut diatas, tujuan penelitian adalah:Untuk melakukan tindakan-tindakan yang tidak terpuji
mendeskripsikan dan menganalis faktor-faktor terhadap masyarakat Pacitan.
yang mempengaruhi upaya implementasi b. Faktor penghambat eksternal :
reformasi birokrasi polri untuk pelayanan publik Sebagian masyarakat apabila berurusan
dalam rangka meningkatkan kualitas sumber dengan anggota Polres Pacitan baik pengurusan
daya kepolisianberdasarkan Peraturan Kepala pelayanan ataupun pelanggaran masih sering
Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 23 membuka peluang untuk diselesaikan tidak
Tahun 2010 di Polres Pacitan. secara profesional (tindakan penyuapan).
Sebagian masyarakat Pacitan yang menilai kinerja
METODE PENELITIAN ataupun tindakan anggota Polri selalu negatif
Fokus penelitian adalah:Faktor-faktor saja tanpa dilihat secara obyektif.
yang mempengaruhi upaya implementasi Lokasi penelitian di Polres Pacitan,
reformasi birokrasi polri dalam rangka didasarkan atas pertimbangan bahwa Polres
meningkatkan kualitas sumber daya kepolisian Pacitan memiliki tanggung jawab terhadap
untuk pelayanan publik berdasarkan Peraturan pelaksanaan pelayanan keamanan dan ketertiban

22
Faktor-faktor yang mempengaruhi Reformasi Birokrasi Polri (Haribowo, et al.)

yang terjadi di Kabupaten Pacitan. Situs Republik Indonesia dan Perkapolri No. 23
penelitian merupakan letak sebenarnya dimana tahun 2010.
peneliti mengadakan penelitian untuk Analisis Data
mendapatkan data yang valid, akurat, serta Analisis data yang digunakan dalam
benar- benar diperlukan dalam penelitian. penelitian ini adalah analisa data kualitatif
Adapun situs penelitiannya adalah pada Polres menjelaskan tentang analisis data kualitatif
Pacitan. sebagai berikut: [4]
Untuk memperoleh hasil yang baik ^ š Ç vP uµv µo Œµ‰ l š -kata dan
tentunya harus ditunjang oleh data yang akurat bukan merupakan angka. Data itu mungkin
sesuai dengan apa yang dikehendaki, data telah dikumpulkan dalam aneka macam cara
tersebut harus digali dari sumber-sumber yang (observasi, wawancara, intisari dokumen, pita
berkaitan dengan masalah yang diteliti. Yang rekaman) dan bila diproses kira-kira
dimaksud dengan sumber data dalam penelitian sebelumnya digunakan (melalui pencatatan,
adalah subjek darimana data dapat diperoleh. pengetikan, penyutingan, atau alat- alat tulis),
Adapun yang menjadi sumber data dalam tetapi kualitatif tetap menggunakan kata- kata
penelitian ini adalah: yang biasanya disusun ke dalam teks yang
1. Person /informan ]‰ Œoµ •_
Yaitu sumber data yang bisa memberikan data Tahapan analisa dalam penelitian yang
berupa jawaban lisan melalui wawancara atau diungkapkan sebagai berikut: [4]
jabawan tertulis dan berupa data aktual yang 1. Pengumpulan data.
didapat dari penelitian lapangan, yang Data yang berupa kata-kata hasil dari wawancara
diperoleh peneliti langsung dari subyek dengan Kapolres, Wakapolres, anggota dan
penelitian yaitu Kapolres, Wakapolres, masyarakat Pacitan dikumpulkan dengan cara
Anggota dan masyarakat Pacitan. dilakukan pencatatan, pengetikan, penyutingan.
2. Peristiwa 2. Reduksi data.
Data yang diperoleh melalui peristiwa- Pada penelitian ini, data lapangan yang diperoleh
peristiwa yang terjadi di Polres Pacitan terkait pada Polres Pacitan dituangkan dalam suatu
dengan reformasi birokrasi. Peristiwa ini bentuk uraian atau laporan yang lengkap dan
dapat disikapi sebagai kejadian yang muncul terinci. Laporan lapangan tersebut peneliti
dalam proses reformasi birokrasi di reduksi, dirangkum, diseleksi hal-hal yang
Kabupaten Pacitan. Termasuk didalamnya mendasar, difokuskan pada hal-hal yang
rapat- rapat, pertemuan- pertemuan dan mendasar, difokuskan pada hal-hal penting dan
kebijakan- kebijakan yang diambil oleh Polres yang mempunyai keterkaitan erat, kemudian
Pacitan terkait dengan pelaksanaan reformasi dicari polanya melalui proses penyuntingan,
birokrasi. pengkodean dan pentabelan. Reduksi data ini
3. Paper/Dokumen dilakukan secara terus menerus selama proses
Data yang diperoleh dari literatur, ,peraturan penelitian di Polres Pacitan berlangsung.
perundang-undangan, usulan penelitian, 3. Penyajian data.
media masa, dan sumber lain yang Pada penelitian ini penyajian data diwujudkan
berhubungan dengan obyek yang diteliti. Hal dalam bentuk tabel, dengan demikian peneliti
ini diperlukan sebagai sumber yang dapat dapat memperoleh gambaran yang jelas apa
dipertanggungjawabkan dan legitimasi yang sedang terjadi mengenai faktor- faktor yang
hukum. mempengaruhi upaya implementasi reformasi
birokrasi polriuntuk pelayanan publik dalam
Metode Pengumpulan Data rangka meningkatkan kualitas sumber daya
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan kepolisian, khususnya di Polres Pacitan.
melalui langkah berikut yaitu: 4. Menarik kesimpulan/verifikasi.
1. Wawancara (Interview), dengan Kapolres, Peneliti berusaha untuk menganalisa dan
Wakapolres, Anggota dan Masyarakat mencari makna dari data yang telah dikumpulkan
Pacitan. melalui pencarian pola, tema, hubungan
2. Observasi, di Polres Pacitan selama 4 persamaan, hal-hal yang sering timbul dan
(empat) bulan. sebagainya, yang dituangkan dalam kesimpulan
3. Dokumen, berupa Undang-undang No 2 yang masih bersifat tentatif, akan tetapi dengan
tahun 2002 tentang Kepolisian Negara bertambahnya data melalui proses verifikasi
secara terus menerus, maka diperoleh

23
Faktor-faktor yang mempengaruhi Reformasi Birokrasi Polri (Haribowo, et al.)

kesimpulan bersifat membumi (grounded). Demikian pula senada dengan yang


Dalam hal ini penarikan kesimpulan dilakukan disampaikan oleh salah seorang anggota tokoh
secara induktif, yaitu dengan penarikan masyarakat GP bahwa:
kesimpulan yang dimulai dari hal-hal yang ^^ P ] vPP}š W}oŒ]U • P ] v • Œ vPP}š
bersifat khusus ke hal-hal yang sifatnya umum Polres Pacitan berkeinginan untuk menjadikan
(universal). citra Polri yang positif dimata masyarakat Pacitan
dapat terjaga dengan baik. Masih banyak anggota
HASIL DAN PEMBAHASAN Polres Pacitan yang bertugas untuk benar-benar
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Upaya memberikan pelayanan yang terbaik dan
Implementasi Reformasi Birokrasi POLRI profesi}v o l ‰ u •Ç Œ l š W ]š v_
Faktor- faktor yang mempengaruhi upaya (wawancara, Juli 2012).
implementasi reformasi birokrasi polri dalam Sebagaian besar masyarakat Pacitan pada
rangka meningkatkan kualitas sumber daya umumnya merasa senang apabila Polri khususnya
kepolisian untuk pelayanan publik di Polres anggota Polres Pacitan benar-benar telah
Pacitan terinci sebagai berikut: menjalankan tugasnya sebagai penegak hukum
Faktor pendukung dan pelayan masyarakat di bidang Kamtibmas
Faktor pendukung yang mempengaruhi secara profesional dan benar-benar
upaya implementasi reformasi birokrasi polri meninggalkan budaya KKN. Reformasi birokrasi
dalam rangka meningkatkan kualitas sumber Polri merupakan langkah-langkah perbaikan
daya kepolisian untuk pelayanan publik terhadap proses pembusukan, termasuk
berdasarkan Peraturan Kepala Kepolisian Negara buruknya kinerja birokrasi Polres Pacitan [7].
Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2010 di Masyarakat Pacitan masih menganggap
Polres Pacitan terinci sebagai berikut: Polri khususnya Polres Pacitan bisa mengemban
a. Faktor pendukung internal : tugas sesuai harapan masyarakat, hal ini
1. Sebagai anggota Polri, sebagaian besar diwujudkan dengan apapun inovasi dan ide-ide
anggota Polres Pacitan berkeinginan positif Polres Pacitan dalam memelihara
untuk menjadikan citra Polri yang KAMTIBMAS senantiasa selalu didukung oleh
positif dimata masyarakat Pacitan masyarakat Pacitan. Hal ini dikarenakan program-
dapat terjaga dengan baik dan program Polres Pacitan dikomunikasikan dengan
profesional. baik terhadap para pelaksana anggota Polres
2. Masih banyak anggota Polres Pacitan Pacitan [1].
yang bertugas untuk benar-benar Faktor pendukung eksternal :
memberikan pelayanan yang terbaik 1. Sebagaian besar masyarakat Pacitan pada
dan profesional kepada masyarakat umumnya merasa senang apabila Polri
Pacitan dan berlaku seadil-adilnya. khususnya anggota Polres Pacitan benar-
Hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh TFR benar telah menjalankan tugasnya sebagai
bahwa: penegak hukum dan pelayan masyarakat di
^^ P ] vPP}š W}oŒ]U • P ] v • Œ vPP}š bidang Kamtibmas secara profesional dan
Polres Pacitan berkeinginan untuk menjadikan benar-benar meninggalkan budaya KKN.
citra Polri yang positif dimata masyarakat Pacitan 2. Masyarakat Pacitan masih menganggap
dapat terjaga dengan baik. Masih banyak anggota Polri khususnya Polres Pacitan bisa
Polres Pacitan yang bertugas untuk benar-benar mengemban tugas sesuai harapan
memberikan pelayanan yang terbaik dan masyarakat, hal ini diwujudkan dengan
‰Œ}( •]}v o l ‰ u •Ç Œ l š W ]š v_ apapun inovasi dan ide-ide positif Polres
(wawancara, Juli 2012). Pacitan dalam memelihara kamtibmas
Hal ini senada dengan yang disampaikan oleh senantiasa selalu didukung oleh masyarakat
salah seorang anggota PS bahwa: Pacitan.
^^ebagai anggota Polri, sebagaian besar anggota Hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh TFR
Polres Pacitan berkeinginan untuk menjadikan bahwa:
citra Polri yang positif dimata masyarakat Pacitan ^^ P ] v • Œ u •Ç Œ l š W ]š v ‰
dapat terjaga dengan baik.Masih banyak anggota umumnya merasa senang apabila Polri
Polres Pacitan yang bertugas untuk benar-benar khususnya anggota Polres Pacitan benar-benar
memberikan pelayanan yang terbaik dan telah menjalankan tugasnya sebagai penegak
profesi}v o l ‰ u •Ç Œ l š W ]š v_ hukum dan pelayan masyarakat di bidang
(wawancara, Juli 2012). Kamtibmas secara profesional dan benar-benar

24
Faktor-faktor yang mempengaruhi Reformasi Birokrasi Polri (Haribowo, et al.)

meninggalkan budaya KKN. Masyarakat Pacitan di bidang Kamtibmas secara profesional dan
masih menganggap Polri khususnya Polres benar-benar meninggalkan budaya KKN.
Pacitan bisa mengemban tugas sesuai harapan Faktor penghambat
masyarakat, hal ini diwujudkan dengan apapun Faktor penghambat yang mempengaruhi
inovasi dan ide-ide positif Polres Pacitan dalam upaya implementasi reformasi birokrasi polri
memelihara kamtibmas senantiasa selalu dalam rangka meningkatkan kualitas sumber
] µlµvP }o Z u •Ç Œ l š W ]š v_ daya kepolisian untuk pelayanan publik
(wawancara, Juli 2012). berdasarkan Peraturan Kepala Kepolisian Negara
Hal ini senada dengan yang disampaikan oleh Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2010 di
salah seorang anggota PS bahwa: Polres Pacitan terinci sebagai berikut:
^^ P ] v • Œ u •Ç Œ l š W ]š v ‰ a. Faktor penghambat internal :
umumnya merasa senang apabila Polri khususnya 1. Ada sebagian anggota Polres Pacitan tidak
anggota Polres Pacitan benar-benar telah sepenuhnya senang bertugas di wilayah
menjalankan tugasnya sebagai penegak hukum Pacitan, dan senantiasa selalu berupaya
dan pelayan masyarakat di bidang Kamtibmas untuk pindah tugas dari Polres Pacitan.
secara profesional dan benar-benar 2. Ada sebagian dari anggota yang tidak
meninggalkan budaya KKN. Masyarakat Pacitan peduli terhadap perubahan-perubahan
masih menganggap Polri khususnya Polres yang terjadi di lingkungan Polri khususnya
Pacitan bisa mengemban tugas sesuai harapan untuk hal-hal yang positif.
masyarakat, hal ini diwujudkan dengan apapun 3. Ada sebagian anggota dari Polres Pacitan
inovasi dan ide-ide positif Polres Pacitan dalam yang masih kedapatan melakukan
memelihara kamtibmas senantiasa selalu tindakan-tindakan yang tidak terpuji
] µlµvP }o Z u •Ç Œ l š W ]š v_ (wawancara, terhadap masyarakat Pacitan.
Juli 2012). Hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh TFR
Demikian pula senada dengan yang disampaikan bahwa:
oleh salah seorang anggota tokoh masyarakat GP ^ • P] v vPP}š W}oŒ • W ]š v š] l
bahwa: sepenuhnya senang bertugas di wilayah
^^ P ] v • Œ u •Ç Œ l š W ]š v ‰ Pacitan, dan senantiasa selalu berupaya untuk
umumnya merasa senang apabila Polri khususnya pindah tugas dari Polres Pacitan.Ada sebagian
anggota Polres Pacitan benar-benar telah dari anggota yang tidak peduli terhadap
menjalankan tugasnya sebagai penegak hukum perubahan-perubahan yang terjadi di
dan pelayan masyarakat di bidang Kamtibmas lingkungan Polri khususnya untuk hal-hal yang
secara profesional dan benar-benar positif. Ada sebagian anggota dari Polres
meninggalkan budaya KKN. Masyarakat Pacitan Pacitan yang masih kedapatan melakukan
masih menganggap Polri khususnya Polres tindakan-tindakan yang tidak terpuji terhadap
Pacitan bisa mengemban tugas sesuai harapan u •Ç Œ l š W ]š v_ (wawancara, Juli 2012).
masyarakat, hal ini diwujudkan dengan apapun Hal ini senada dengan yang disampaikan oleh
inovasi dan ide-ide positif Polres Pacitan dalam salah seorang anggota PS bahwa:
memelihara kamtibmas senantiasa selalu ^ • P] v vPP}š W}oŒ • W ]š v š] l
di µlµvP }o Z u •Ç Œ l š W ]š v_ (wawancara, sepenuhnya senang bertugas di wilayah Pacitan,
Juli 2012). dan senantiasa selalu berupaya untuk pindah
Faktor pendukung implementasi reformasi tugas dari Polres Pacitan.Ada sebagian dari
birokrasi polri di Polres Pacitan adalah sebagaian anggota yang tidak peduli terhadap perubahan-
besar anggota Polres Pacitan berkeinginan untuk perubahan yang terjadi di lingkungan Polri
menjadikan citra Polri yang positif dimata khususnya untuk hal-hal yang positif. Ada
masyarakat Pacitan dapat terjaga dengan baik. sebagian anggota dari Polres Pacitan yang masih
Masih banyak anggota Polres Pacitan yang kedapatan melakukan tindakan-tindakan yang
bertugas benar-benar memberikan pelayanan tidak terpuji terhadap masyaŒ l š W ]š v_
yang terbaik dan profesional kepada masyarakat (wawancara, Juli 2012).
Pacitan. Demikian juga sebagaian besar Demikian pula senada dengan yang disampaikan
masyarakat Pacitan pada umumnya merasa oleh salah seorang anggota tokoh masyarakat GP
senang apabila Polri khususnya anggota Polres bahwa:
Pacitan benar-benar telah menjalankan tugasnya ^ • P] v vPP}š W}oŒ • W ]š v š] l
sebagai penegak hukum dan pelayan masyarakat sepenuhnya senang bertugas di wilayah Pacitan,
dan senantiasa selalu berupaya untuk pindah

25
Faktor-faktor yang mempengaruhi Reformasi Birokrasi Polri (Haribowo, et al.)

tugas dari Polres Pacitan.Ada sebagian dari Hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh TFR
anggota yang tidak peduli terhadap perubahan- bahwa:
perubahan yang terjadi di lingkungan Polri ^^ P] v u •Ç Œ l š ‰ ]o ŒµŒµ• v
khususnya untuk hal-hal yang positif. Ada dengan anggota Polres Pacitan baik
sebagian anggota dari Polres Pacitan yang masih pengurusan pelayanan ataupun pelanggaran
kedapatan melakukan tindakan-tindakan yang masih sering membuka peluang untuk
tidak terpui] š ŒZ ‰ u •Ç Œ l š W ]š v_ diselesaikan tidak secara profesional (tindakan
(wawancara, Juli 2012). penyuapan). Ada sebagian masyarakat Pacitan
Sebagian anggota Polres Pacitan tidak yang menilai kinerja ataupun tindakan anggota
sepenuhnya senang bertugas di wilayah Pacitan, Polri selalu negatif saja tanpa dilihat secara
dan senantiasa selalu berupaya untuk pindah } Ç lš](_ (wawancara, Juli 2012).
tugas dari Polres Pacitan. Padahal Birokrasi Polri Hal ini senada dengan yang disampaikan oleh
dimanapun bertugas harus dapat memberikan salah seorang anggota PS bahwa:
layanan publik yang lebih profesional, efektif, ^^ P] v u •Ç Œ l š ‰ ]o ŒµŒµ• v vP v
sederhana, transparan, terbuka, tepat waktu, anggota Polres Pacitan baik pengurusan
responsif dan adaptif serta sekaligus dapat pelayanan ataupun pelanggaran masih sering
membangun kualitas manusia dalam arti membuka peluang untuk diselesaikan tidak
meningkatkan kapasitas individu dan masyarakat secara profesional (tindakan penyuapan). Ada
untuk secara aktif menentukan masa depannya sebagian masyarakat Pacitan yang menilai kinerja
sendiri walaupun ditugaskan di Polres Pacitan ataupun tindakan anggota Polri selalu negatif
sekalipun [2]. • i š v‰ ]o]Z š • Œ } Ç lš](_ (wawancara,
Sebagian dari anggota yang tidak peduli Juli 2012).
terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di Demikian pula senada dengan yang disampaikan
lingkungan Polri khususnya untuk hal-hal yang oleh salah seorang anggota tokoh masyarakat GP
positif.Sebagai anggota Polres Pacitan dituntut bahwa:
dapat menyelenggaraan pemerintahan negara ^^ gian masyarakat apabila berurusan dengan
dibidang keamanan dan ketertiban yang solid anggota Polres Pacitan baik pengurusan
dan bertanggung jawab, serta efisien dan efektif pelayanan ataupun pelanggaran masih sering
dalam rangka terwujudnya good governance membuka peluang untuk diselesaikan tidak
yang menuntut adanya perubahan [6]. secara profesional (tindakan penyuapan). Ada
Sebagian anggota Polres Pacitan masih sebagian masyarakat Pacitan yang menilai kinerja
kedapatan melakukan tindakan-tindakan yang ataupun tindakan anggota Polri selalu negatif
tidak terpuji terhadap masyarakat Pacitan. Hal ini saja š v‰ ]o]Z š • Œ } Ç lš](_ (wawancara,
bertentangan dengan tujuan pemerintahan yang Juli 2012).
pada hakekatnya adalah pelayanan kepada Sebagian masyarakat apabila berurusan
masyarakat, yang tidaklah diadakan untuk dengan anggota Polres Pacitan baik pengurusan
melayani dirinya sendiri, tetapi untuk melayani pelayanan ataupun pelanggaran masih sering
masyarakat serta menciptakan kondisi yang membuka peluang untuk diselesaikan tidak
memungkinkan setiap anggota masyarakat secara profesional (tindakan penyuapan).
mengembangkan kemampuan dan kreativitasnya Sebagian masyarakat Pacitan yang
demi mencapai tujuan bersama. Karenanya menilai kinerja ataupun tindakan anggota Polri
birokrasi anggota polri berkewajiban dan selalu negatif saja tanpa dilihat secara obyektif.
bertanggung jawab untuk memberikan layanan Hal ini dikarenakan kondisi masyarakat
baik dan profesional [5]. Kabupaten Pacitan yang semakin kritis, sehingga
Faktor penghambat eksternal : anggota Polres Pacitan dituntut harus dapat
1. Sebagian masyarakat apabila berurusan mengubah posisi dan peran (revitalisasi) dalam
dengan anggota Polres Pacitan baik memberikan pelayanan kepada masyarakat
pengurusan pelayanan ataupun Pacitan. Prilaku anggota Polres Pacitan dari yang
pelanggaran masih sering membuka suka mengatur dan memerintah berubah
peluang untuk diselesaikan tidak secara menjadi suka melayani masyarakat Pacitan, dari
profesional (tindakan penyuapan). yang suka menggunakan pendekatan kekuasaan,
2. Ada sebagian masyarakat Pacitan yang harus berubah menjadi suka menolong
menilai kinerja ataupun tindakan anggota masyarakat Pacitan menuju ke arah yang
Polri selalu negatif saja tanpa dilihat secara fleksibel kolaboratis dan dialogis dan dari cara-
obyektif. cara yang sloganis menuju cara-cara kerja yang

26
Faktor-faktor yang mempengaruhi Reformasi Birokrasi Polri (Haribowo, et al.)

realistik pragmatis. Dengan revitalitas birokrasi sepenuhnya senang bertugas di wilayah Pacitan,
Polres Pacitan ini, pelayanan publik yang lebih dan senantiasa selalu berupaya untuk pindah
baik dan profesional dalam menjalankan apa tugas dari Polres Pacitan. 2). Ada sebagian dari
yang menjadi tugas dan kewenangan yang anggota yang tidak peduli terhadap perubahan-
diberikan kepadanya dapat terwujud [8]. perubahan yang terjadi di lingkungan Polri
Dari data diatas disimpulkan bahwa faktor khususnya untuk hal-hal yang positif. 3). Ada
penghambat yang berpengaruh terhadap sebagian anggota dari Polres Pacitan yang masih
implementasi reformasi birokrasi polri di Polres kedapatan melakukan tindakan-tindakan yang
Pacitan adalah: sebagian anggota Polres Pacitan tidak terpuji terhadap masyarakat Pacitan. b.
tidak sepenuhnya senang bertugas di wilayah Faktor penghambat eksternal: 1). Sebagian
Pacitan, dan senantiasa selalu berupaya untuk masyarakat apabila berurusan dengan anggota
pindah tugas keluar Polres Pacitan, sebagian Polres Pacitan baik pengurusan pelayanan
anggota tidak peduli terhadap perubahan- ataupun pelanggaran masih sering membuka
perubahan yang terjadi di lingkungan Polri peluang untuk diselesaikan tidak secara
khususnya untuk hal-hal yang positif, sebagian profesional (tindakan penyuapan). 2). Ada
anggota Polres Pacitan masih kedapatan sebagian masyarakat Pacitan yang menilai kinerja
melakukan tindakan-tindakan yang tidak terpuji ataupun tindakan anggota Polri selalu negatif
terhadap masyarakat Pacitan. Sementara itu saja tanpa dilihat secara obyektif.
sebagian masyarakat apabila berurusan dengan Saran
anggota Polres Pacitan baik pengurusan Saran teoritis/akademis
pelayanan ataupun pelanggaran masih sering Saran teoritis yang perlu dilakukan oleh Polres
membuka peluang untuk diselesaikan tidak Pacitan adalah antara lain:
secara profesional (tindakan penyuapan) dan 1. Merupakan informasi ilmiah untuk
penyalahgunaan wewenang. memperkaya konsep-konsep implementasi
reformasi birokrasi polri untuk pelayanan
KESIMPULAN DAN SARAN publik dalam rangka meningkatkan kualitas
Kesimpulan sumber daya kepolisian.
Faktor-faktor yang mempengaruhi upaya 2. Temuan penelitian dalam bentuk
implementasi reformasi birokrasi POLRI (studi keberpihakan pada suatu konsep
pada polres pacitan berdasarkan peraturan manajemen sumber daya kepolisian ini,
kepala kepolisian negara republik indonesia merupakan informasi ilmiah bagi pengelola
nomor 23 tahun 2010) adalah: 1. Faktor institusi sebagai rujukan dalam melakukan
pendukung meliputi: a. Faktor pendukung implementasi reformasi birokrasi polri untuk
internal: -sebagaian besar anggota Polres Pacitan pelayanan publik dalam rangka
berkeinginan untuk menjadikan citra Polri yang meningkatkan kualitas sumber daya
positif dimata masyarakat Pacitan dapat terjaga kepolisian.
dengan baik. -Masih banyak anggota Polres 3. Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini dapat
Pacitan yang bertugas untuk benar-benar dijadikan sebagai bahan acuan untuk
memberikan pelayanan yang terbaik dan melakukan kajian replikatif dan atau kajian
profesional kepada masyarakat Pacitan. b.Faktor lanjutan mengenai implementasi reformasi
pendukung eksternal: -Sebagaian besar birokrasi polri untuk pelayanan publik dalam
masyarakat Pacitan merasa senang apabila rangka meningkatkan kualitas sumber daya
anggota Polres Pacitan benar-benar telah kepolisiansegera dapat dijawab secara
menjalankan tugasnya sebagai penegak hukum ilmiah.
dan pelayan masyarakat di bidang Kamtibmas Saran Praktis
secara profesional dan benar-benar Saran praktis yang perlu dilakukan oleh Polres
meninggalkan budaya KKN. -Masyarakat Pacitan Pacitan adalah dengan menempuh langkah-
masih menganggap Polres Pacitan bisa langkah kongkrit antara lain:
mengemban tugas sesuai harapan masyarakat, 1. Mengusulkan anggaran yang cukup kedalam
hal ini diwujudkan dengan apapun inovasi dan APBN;
ide-ide positif Polres Pacitan dalam memelihara 2. Polres Pacitan harus lebih meningkatkan:
kamtibmas senantiasa selalu didukung oleh a). Sumberdaya kepolisian: agar lebih mampu
masyarakat Pacitan. 2. Faktor penghambat yang menangani tugas-tugas pelayanan di
terinci:a. Faktor penghambat internal: 1). Ada Kabupaten Pacitan;
sebagian anggota Polres Pacitan tidak

27
Faktor-faktor yang mempengaruhi Reformasi Birokrasi Polri (Haribowo, et al.)

b). Sarana Prasarana: untuk


menuntaskanpelaksanaan tugas-tugas
pelayanan di Kabupaten Pacitan.
c). Ketentuan batas minimal dalam bertugas
di Polres Pacitan.

DAFTAR PUSTAKA
[1]. Edwards III, 1984, Public Policy
Implementing, Jai Press Inc, London-
England.
[2]. Effendi, Sofyan. 1991. Membangun
Kapasitas Administrasi Untuk Pelaksanaan
Otonomi Daerah. PrismaVolume 6 LP3ES.
Jakarta.
[3]. Lampiran Skep Kapolri No. Pol.:
Skep/737/X/2005, Mabes Polri Jakarta.
[4]. Milles dan Huberman, 1992. Analisis Data
Kualitatif; Terjemahan Tjetjep Rohendi
Rohidi, Universitas Indonesia Press, Jakarta.
[5]. Rasyid, 1998. Federalisme dan Masa Depan
Indonesia, Dalam Jurnal Ilmu
Pemerintahan. Masyarakat Ilmu
Pemerintahan, Jakarta.
[6]. Sedarmayanti, 2003. Good Governance
(Kepemerintahan Yang Baik) Dalam Rangka
Otonomi Daerah, Mandar Maju, Bandung.
[7]. Soebhan, 2000. Model Reformasi Birokrasi
di Indonesia, LIPI, Jakarta.
[8]. Thoha 2003. Birokrasi dan Politik
Indonesia. Rajawali Press, Jakarta

28

Anda mungkin juga menyukai