Laporan Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan Dan Reklamasi
Laporan Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan Dan Reklamasi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita penjatkan kehadir Allah SWT, yang memberikan kita semua kesempatan
sehingga dapat menyelesaikan “Laporan Pelaksanaan Reklamasi Tahap Operasi Produksi” CV.
Usaha Leo Kosong Sembilan Tiga di tahun 2023 ini.
Laporan ini kami buat sebagai salah satu bentuk tanggung jawab pemilik atau pemegang
Izin Usaha Pertambangan (IUP) Operasi Produksi dengan lokasi kegiatan penambangan Sungai
Mampise Desa Betao Riawa Kecamatan Pitu Riawa Kabupaten Sidrap Provinsi Sulawesi Selatan,
Komoditas sirtu dengan luas area Izin Usaha Pertambangan (IUP) 2,42 Hektar. Laporan ini juga
kami buat sebagai salah satu syarat untuk melakukan perpanjangan dari Izin Usaha Pertambagan
(IUP) yang akan berakhir.
Akhir kata kami menyampaikan banyak terimkasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam kegiatan pengelolaan lingkungan dan reklamasi yang telah kami lakukan
selama priode pertama atau 5 tahun kegiatan penambangan, dan semoga dengan dibuatnya
laporan ini persetujuan perpanjangan Izin Usaha Pertambangan (IUP) Operasi Produksi CV. Usaha
Leo Kosong Sembilan Tigadapat diberikan.
Jumar
Direktur
|i
DAFTAR ISI
Hal
LAMPIRAN
| ii
DAFTAR TABEL
Hal
| iii
DAFTAR FOTO
Foto 1 Lokasi Penambangan CV. Usaha Leo Kosong Sembilan Tiga ........................................5
| iv
BAB I
PENDAHULUAN
|1
b. Status Izin
Legalitas Perizinan yang dimiliki oleh Perusahaan CV. Usaha Leo Kosong Sembilan
❖ Dokumen UKL dan UPL CV. Usaha Leo Kosong Sembilan Tiga
Tahun 2018 dan Surat Rekomendasi Kelayakan dari Kepala Dinas Lingkungan
Hidup Kabupaten Sidrap, Perihal Dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan
dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UKL UPL) Kegiatan Penambangan
Bahan Galian Komoditas Batuan (Sirtu) Desa Betao Riawa Kecamatan Pitu
Riawa Kabupaten Sidrap, Provinsi Sulawesi Selatan.
❖ Izin Lingkungan berdasarkan Surat Kepala Dinas Lingkungan Hidup
Kabupaten Sidrap Nomor : 07/ILH/DPMPTSP/2018 tanggal 27 Juli 2018
tentang Surat Izin Lingkungan.
❖ Persetujuan Peningkatan Izin Usaha Pertambangan Eksplorasi Ke Izin Usaha
Pertambangan Operasi Produksi yang diterbitkan oleh Gubernur Sulawesi
Selatan dalam bentuk Surat Keputusan Nomor 175/I.03/PTSP/2018 tanggal
5 Desember 2018 , tentang Persetujuan Peningkatan Izin Usaha
Pertambangan Eksplorasi Menjadi Izin Usaha Pertambangan Operasi
Produksi Sirtu kepada CV. Usaha Leo Kosong Sembilan Tiga.
|2
Tabel 1 Sarana dan Prasarana Pendukung
DIMENSI
No Uraian KET
LUASAN Satuan
1 Pos Administrasi 0,0009 Ha Luar WIUP
2 Bengkel/Lahan Parkir 0,0025 Ha Luar WIUP
3 Jalan Akses 0,017 Ha Luar WIUP
4 Jalan Tambang 0,02 Ha Dalam WIUP
Total 0,0404 Ha
|3
BAB II
PEMBUKAAN LAHAN
2.2. Timbunan
Tidak ada kegiatan penimbunan di lakukan pada lokasi Izin Usaha Pertambangan
(IUP) Operasi Produksi CV. Usaha Leo Kosong Sembilan Tiga. Lubang-lubang atau void
dari aktifitas penambangan akan tertutup dengan sendirinya akibat proses sedimentasi
pada area Sungai Mampise .
2.3. Jalan
Sarana penunjang kegiatan penambangan dan pengolahan Sirtu dalam bentuk
jalan, yaitu 1 jenis yaitu jalan non tambang yang berfungsi sebagai media akses ke lokasi
Wilayah IUP Perusahaan CV. Usaha Leo Kosong Sembilan Tiga.
Jalan akses berada di luar wilayah IUP dan Project area dengan Panjang jalan akses
kurang lebih 175 meter dengan luas lahan ± 0,017 Hektar.
Desain dan konstruksi jalan tambang yang sifatnya sementara tetap
mempertimbangkan rencana kegiatan tambang, agar memudahkan mobilisasi apabila
pelaksanaan reklamasi dan pascatambang mulai dilaksanakan. Hal yang perlu
diperhatikan dalam Perencanaan. jalan akses dan jalan tambang diselaraskan dengan
rencana kemajuan penambangan, hal tersebut untuk memudahkan dalam perencanaan
selanjutnya apabila kegiatan tambang telah selesai.
|4
Desain jalan tambang disesuaikan untuk beberapa lama jalan itu diperlukan dan
peralatan apa saja yang diperlukan dan perlu mengkonfirmasikan pihak yang
berkepentingan yang menggunakan jalan, apakah masih memerlukan jalan tersebut atau
tidak pada masa yang akan datang. Pemasangan pintu atau penghalang akan dilakukan
untuk mencegah penggunaan jalan oleh orang-orang yang tidak berkepentingan.
Foto 1.
Lokasi Penambangan CV. Usaha Leo Kosong Sembilan Tiga
a. Pos Administrasi
Desain dan fungsi pos administasi merupakan bangunan semi permanen yang
berfungsi untuk pusat monitoring operasional tambang dan sebagai tempat petugas
|5
pencatatan unit alat angkut yang keluar masuk lokasi IUP Perusahaan CV. Usaha Leo
Kosong Sembilan Tiga.
Bangunan ini terdiri dari 1 (satu) lantai pada lokasi tempat akses keluar unit alat angkut
ke jalan akses utama dengan luas 0,0009 Ha atau 9 m2 . Fasilitas ini berada pada lokasi luar
lokasi Izin Usaha Pertambangan (IUP) Operasi Produksi CV. Usaha Leo Kosong Sembilan
Tiga atau Lokasi Project Area.
|6
BAB III
PELAKSANAAN REKLAMASI
Reklamasi adalah kegiatan yang bertujuan memperbaiki atau menata lahan yang
terganggu sebagai akibat kegiatan usaha pertambangan, agar dapat berfungsi dan
berdaya guna sesuai peruntukannya. Sedangkan sasaran dari reklamasi itu sendiri adalah
terciptanya lahan bekas tambang yang kondisinya aman, stabil dan tidak mudah tererosi
sehingga dapat dimanfaatkan kembali sesuai dengan peruntukannya.
|7
a. Lahan bekas tambang
Pekerjaan rehabilitasi lahan bekas tambang dalam hal ini pekerjaan reklamasi
dengan melakukan penataan alur sungai pada lahan bekas penggalian material Sirtu.
Mengingat Lokasi IUP adalah areal sungai maka dilakukan penataan kembali dalam
bentuk Penataan sungai, sehingga Morfologi Permukaan Relatif Datar. Kegiatan ini
dilakukan setelah memasuki tahapan penutupan tambang.
Untuk dinding sungai yang mengalami erosi akan dilakukan pembuatan
brojong alami dengan menempatkan dan menata material batu kali yang berukuran
besar pada dinding sungai yang mengalami erosi.
c. Area Penunjang
Kegiatan penambangan di tunjang oleh kegiatan adminstrasi yang di pusatkan
pada pos administrasi yang berada pada luar lokasi Izin Usaha Pertambangan (IUP)
Operasi Produksi CV. Usaha Leo Kosong Sembilan Tiga (Project Area), dengan luas area
0,0009 Hektar atau 9 m2.
Sifat bangunan semi permanen sehingga pada saat kegiatan reklamasi akan di
bongkar atau di lakukan pemanfaatan peruntukan kegiatan pemilik lokasi sebagai area
yang dapat di tinggali oleh pemilik lahan.
|8
3.2 Teknik dan Peralatan
Teknik dan peralatan yang digunakan untuk menunjang keberhasilan
reklamasi akan disesuaikan dengan rencana reklamasi. Untuk reklamasi dalam bentuk
penataan lahan bekas tambang digunakan teknik penggalian dan penataan
menggunakan escavator dan penggunaan dump truck untuk mengangkut material
untuk kegiatan reklamasi. Upaya penataan dan perataan lahan dalam rangka
pencegahan erosi vertikal dan erosi lateral. Alat yang digunakan berupa alat berat
yang memiliki fungsi meratakan dan melakukan penataan lahan.
Keberhasilan reklamasi tidak terlepas teknik dan peralatan yang akan
digunakan. Dalam kegiatan reklamasi akan dilaksanakan kegiatan yang menggunakan
peralatan alat berat untuk alat gali dan alat angkut meliputi 1 (satu) unit Excavator
Komatsu PC 200 dan 1 (dua) unit dump truck kapasitas 4 - 6 m3.
3.4 Revegetasi
Lokasi Revegetasi adalah lahan bekas jalan akses dan fasilitas penunjang yang
telah selesai difungsikan sebagai penunjang kegiatan operasi produksi. Kegiatan
Revegetasi di area fasilitas penunjang, revegetasinya bukan pada keseluruhan lahan
namun hanya pada bagian luar lahan (sempadan Sungai) dan bagian pinggir dari jalan
tani yang digunakan sebagai jalan akses menuju ke lokasi penambangan.
Setelah dilakukan penataan lahan yang akan digunakan sebagai areal
reklamasi maka selanjutnya dilakukan persiapan penanaman pohon di sekitar lokasi
izin usaha pertambangan. Rencananya akan dilakukan penanaman pohon dengan
jarak tanam tertentu tergantung pada kondisi lahan bekas fasilitas tambang nantinya.
Pohon yang ditanam nantinya diharapkan akan menjaga agar areal fasilitas tambang
yang merupakan area sempadan sungai menjadi lahan terbuka hijau dan
tidak mengalami erosi yang berlebih pada saat intensitas hujan yang besar.
Revegetasi dilakukan pada beberapa lahan yang dianggap penting untuk
dilakukan penanaman sesuai dengan letak, kondisi lahan, tujuan dan target
penanaman dengan tanaman yang memiliki manfaat ekologi dan ekonomi. Jenis
tumbuhan yang dipilih untuk revegetasi pada lokasi reklamasi merupakan tumbuhan
lokal. Tanaman ini dipilh karena syarat tumbuhnya sesuai dengan syarat lingkungan
yang ada di sekitar lahan ini.
Sebelum bibit ditanam maka pihak perusahaan akan melakukan persemaian
terhadap bibit yang akan ditanam yang mana maksud dari persemaian adalah kegiatan
dimana benih di tanam di suatu media yang bertujuan agar benih bisa tumbuh
maksimal, biasanya benih yang melalui persemaian bisa terlindung dari hama
penyakit yang mengganggu tanaman. Dengan melakukan persemaian benih yang di
tanam dapat terpelihara dengan baik di bandingkan dengan yang langsung tanam.
1) Pembuatan Lubang Tanam
Dalam pembuatan lubang tanaman hal hal yang harus dilakukan adalah
a) Lokasi yang sudah bersih diberi tanda dengan plastik warna sesuai jarak
yang diinginkan.
b) Sistem pembuatan lubang tanam dengan cara di bor dengan
menggunakan bor tangan sedalam 1 meter dengan diameter 5 inci yang akan
diisi denganmaterial tanah pucuk
c) Selanjutnya sekeliling lokasi penanaman dipasang sungkup dari
| 10
bambuuntuk mencegah bibit dimakan ternak sapi dan kambing.
d) Setelah tahap pembuatan lubang telah selesai, kemudian dilakukan
penanaman.
2) Penanaman
Revegetasi pada jalan akses hanya dilakukan disepanjang ruas jalan di luar
wilayah IUP berupa penanaman tanaman inti dengan jarak tanam 5 meter (kiri dan
kanan jalan). Metode penanaman dilakukan dengan metode hand seeding, material
dan bahan yang digunakan antara lain pupuk organik, zat perangsang tumbuh,
kapur/dolomite, benih pohon cepat tumbuh dan rumput. Metode planting dengan
membuat lubang tanaman ukuran 40 cm x 40 cm x 1m.
| 11
3.6 Pemanfaatan Lubang Bekas Tambang (Void)
Penambangan Sirtu dilakukan pada area sungai sehingga lubang atau cekungan
bekas penggalian atau penambangan Sirtu pada area sungai akan terisi kembali oleh
material sedimen karena pengaruh sedimentasi yang tinggi di Sungai Mampise
maupun akibat banjir tahunan di Sungai Mampise Kabupaten Sidrap.
3.7 Pemeliharaan
Pemeliharaan dilakukan pada tanaman revegetasi dan berhasil tumbuh.
Perawatan tanaman tersebut dilakukan dengan cara antara lain :
a) Penyulaman tanaman dilakukan untuk mengganti tanaman yang mati.
Penyulaman ini akan dilakukan satu hingga dua bulan setelah
penanaman.
b) Pemagaran Tanaman untuk melindungi tanaman revegetasi dari gangguan
hewan dan hama penyakit yang menyerang tanaman.
c) Melakukan penyiangan gulma, membebaskan tanaman dari persaingan
tempat
tumbuh maupun kebutuhan akan nutrisi. Gulma yang kemungkinan akan
tumbuh pada areal reklamasi adalah dari jenis rumput-rumputan dan
tumbuhan memanjat. Tumbuhan memanjat dapat melilit tanaman dan
menghambat pertumbuhan tanaman. Jenisrumput-rumputan yang terlalu
rapat kadangkala dapat mendatangkan hama penyakit bagi tanaman sehingga
perlu dibersihkan.
d) Pemupukan ulang, pembasmian hama dan penyakit tanaman dan pencegahan
kebakaran.
| 13
BAB IV
BIAYA REKLAMASI
Sampai pada tahun 2021 realisasi kegiatan reklamasi yang dilakukan dalam
penataan dan perbaikan alur alur sungai. Untuk pembuatan beronjong atau tanggul
penahan belum teralisasi mengingat lokasi IUP dan area sempadan sungai relative landai
dan tidak memiliki tebing sungai sehingga kegiatan yang dilakukan hanya dalam bentuk
penataan dan perbaikan alur alur sungai.
| 14
dipilih untuk revegetasi pada lokasi reklamasi merupakan tumbuhan lokal. Tanaman ini
dipilih karena syarat tumbuhnya sesuai dengan syarat lingkungan yang ada di sekitar
lahan ini. Pemilihan waktu penanaman dilakukan pada musim hujan yaitu bulan Oktober
karena tanaman local memerlukan 3 bulan hujan pada awal pertumbuhan untuk bisa
tumbuh. Adapun biaya yang di keluarkan pada kegiatan revegetasi ini yaitu Rp 1.500.000,-
.
| 15
LAMPIRAN
Matrik 14.
Kegiatan Reklamasi Tahun 2023 Perusahaan CV.
Usaha Leo Kosong Sembilan Tiga
Kumulatif Kumulatif
Tahun
NO URAIAN Sampai Tahun Sampai
2023
2023 Tahun 2023
1 Lahan Yang Dibuka
a Area Penambangan(ha) 2,42
b Areal Diluar Penambangan(ha)
1) timbunan tanah zona pengakaran - - -
2) timbunan batuan samping dan/ atau tanah /
- - -
batuan penutup
3) timbunan komoditas tambang -
4) jalan tambang dan/atau jalan angkut 0,42
5) kolam sedimen -
6) instalasi dan fasilitas pengolahan dan/atau
pemurnian -
7) kantor dan perumahan (camp atau flying camp) -
8) bengkel -
9) fasilitas penunjang lainnya 0,0204
2 Penambangan
a Lahan yang selesai ditambang (ha) - - -
b Lahan yang Aktif ditambang (ha) 2
volume batuan samping dan/ atau tanah/ batuan
c - - -
penutup yang digali (m3)
3 Penimbunan
a di bekas tambang (ha) - - -
b di luar bekas tambang (ha) - - -
c volume yang ditimbun di bekas tambang (m3) - - -
d volume yang ditimbun di luar bekas tambang (m3) - - -
4 Reklamasi
a Penatagunaan Lahan
1) Penataan Permukaan (ha) 0,5 0,2 0,7
2) penebaran tanah zona pengakaran (ha) - - -
3) Pengendalian Erosi dan Sedimentasi (ha) - - -
b Revegetasi
1) analisis kualitas tanah (conto) - - -
2) pemupukan (ha) - - -
3) pengadaan bibit (batang) - - -
4) penanaman (batang) - - -
5) pemeliharaan tanaman (ha) - - -
Pencegahan dan penanggulangan air asam
5 - - -
tambang (conto)
Pekerjaan sipil sesuai peruntukan lahan
6 - - -
Pascatambang (satuan luas)
Rencana pemanfaatan lubang bekas tambang
7
(void):
a Stabilisasi lereng (ha) - - -
b Pengamanan lubang bekas tambang (void) (ha) - - -
pemulihan dan pemantauan kualitas air dan serta
c pengelolaan air dalam lubang bekas tambang (void) - - -
sesuai dengan peruntukannya
d pemeliharaan lubang bekas tambang (void). - - -
LAMPIRAN
SK IUP OP
LAMPIRAN PETA
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita penjatkan kehadir Allah SWT, yang memberikan kita semua kesempatan
sehingga dapat menyelesaikan “Laporan Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan” CV. Usaha Leo
Kosong Sembilan Tiga di tahun 2023 ini.
Laporan ini kami buat sebagai salah satu bentuk tanggung jawab pemilik atau pemegang
Izin Usaha Pertambangan (IUP) Operasi Produksi dengan lokasi kegiatan penambangan Sungai
Mampise Desa Betao Riawa Kecamatan Pitu Riawa Kabupaten Sidrap Provinsi Sulawesi Selatan,
Komoditas sirtu dengan luas area Izin Usaha Pertambangan (IUP) 2,42 Hektar. Laporan ini juga
kami buat sebagai salah satu syarat untuk melakukan perpanjangan dari Izin Usaha Pertambagan
(IUP) yang akan berakhir.
Akhir kata kami menyampaikan banyak terimkasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam kegiatan pengelolaan lingkungan dan reklamasi yang telah kami lakukan
selama priode pertama atau 5 tahun kegiatan penambangan, dan semoga dengan dibuatnya
laporan ini persetujuan perpanjangan Izin Usaha Pertambangan (IUP) Operasi Produksi CV. Usaha
Leo Kosong Sembilan Tiga dapat diberikan.
Jumar
Direktur
i
DAFTAR ISI
Hal
ii
BAB I
PENDAHULUAN
|1
Penerbit Izin : DPMPTSP Kabupaten Sidrap
|2
1.2 Lokasi Kegiatan
Daerah IUP CV. Usaha Leo Kosong Sembilan Tiga secara administrasi terletak di
Sungai Mampise, Desa Betao Riawa. Wilayah IUP CV. Usaha Leo Kosong Sembilan Tiga
seluas 2,42 Hektar terletak di dalam wilayah administrasi Kecamatan Pitu Riawa
Kabupaten Sidrap.
Gambar 1.
Kesampaian daerah dari dan menuju lokasi wilayah IUP CV. Usaha Leo Kosong
Sembilan Tiga relatif dapat dijangkau dengan kendaraan roda dua maupun roda empat.
Lokasi Kegiatan Penambangan berjarak kurang lebih40 Km dari ibu kota Kabupaten
Sidrap kurang lebih 2 Jam (waktu normal).
Gambar 2
Struktur Manajemen dan Operasional CV. Usaha Leo Kosong Sembilan Tiga
|4
Pada pekerjaan penambangan Sirtu dilaksanakan sendiri oleh CV. Usaha Leo Kosong
Sembilan Tiga dengan penggunaan tenaga kerja sistem tenaga kerja tetap dan kontrak.
Perhitungan hari atau waktu kerja adalah 6 hari dalam seminggu, dimana kegiatan
operasional pada hari Senin sampai sabtu dimulai pukul 08.00 sampai dengan pukul 17.00
Wita, pada hari minggu dan tanggal merah tenaga kerja diliburkan. Untuk sistem gilir
kerja hanya 1 shift dengan jam kerja dari 08.00 s/d 17.00 dengan waktu istirahat 1 jam,
khusus hari Jumat, waktu istirahat 2 jam.
Kabupaten Sidenreng Rappang atau biasa dikenal dengan Kabupaten Sidrap, merupakan salah satu
kabupaten di Provinsi Sulawesi Selatan yang terletak kira-kira 183 Km di sebelah Utara KotaMakassar
(Ibukota Propinsi Sulawesi Selatan). Secara astronomis, Kabupaten Sidrap terletak antara 3°43’-4°09’
Lintang Selatan dan 119°41’-120°10’ Bujur Timur, masing-masing berbatasan dengan : .
• Sebelah Utara : Kabupaten Pinrang dan Kabupaten Enrekang
• Sebelah Timur : Kabupaten Luwu dan Kabupaten Wajo
• Sebelah Selatan : Kabupaten Barru dan Kabupaten Soppeng
• Sebelah Barat : Kabupaten Pinrang dan Kota Pare-Pare
Hampir semua kecamatan (54,54 % dari total luas kabupaten) di Kabupaten Sidrap
mengalami bulan kering antara 5 – 7 bulan per tahunnya. Dengan demikian maka dapat
dikatakan bahwa jumlah bulan kering dan bulan hujan di Kabupaten Sidrap cukup berimbang,
pada satu periode tahun separuh bulan hujan dan separuh bulan kering.
Kecamatan Pitu Riase Kabupaten Sidrap memiliki indeks kekeringan kelas menengah ke
bawah yaitu 44,86 % dari total luas kabupaten. Dengan demikian maka kecamatan ini memiliki
resiko kekeringan yang lebih tinggi dibandingkan kecamatan- kecamatan yang lain. Sebab
semakin tinggi angka indeks kekeringan maka semakin tinggi resiko kekeringan terjadi pada
wilayah yang bersangkutan.
|5
Gambar 3
|6
Tabel 1. Koordinat IUP OP CV. Usaha Leo Kosong Sembilan Tiga
Bujur Lintang
Titik
Derajat Menit Detik Derajat Menit Detik
1 119 58 0.380 3 47 25.990
2 119 58 1.448 3 47 25.990
3 119 58 1.448 3 47 32.978
4 119 58 1.807 3 47 32.978
5 119 58 1.807 3 47 34.160
6 119 58 2.321 3 47 34.160
7 119 58 2.321 3 47 36.358
8 119 58 3.050 3 47 36.358
9 119 58 3.050 3 47 37.660
10 119 58 3.740 3 47 37.660
11 119 58 3.740 3 47 38.230
12 119 58 4.510 3 47 38.230
13 119 58 4.510 3 47 38.920
14 119 58 5.230 3 47 38.920
15 119 58 5.230 3 47 39.580
16 119 58 6.220 3 47 39.580
17 119 58 6.220 3 47 42.540
18 119 58 3.140 3 47 42.540
19 119 58 3.140 3 47 39.610
20 119 58 2.730 3 47 39.610
21 119 58 2.730 3 47 39.230
22 119 58 2.310 3 47 39.230
23 119 58 2.310 3 47 37.700
24 119 58 2.060 3 47 37.700
25 119 58 2.060 3 47 37.370
26 119 58 1.640 3 47 37.370
27 119 58 1.640 3 47 36.130
28 119 58 1.220 3 47 36.130
29 119 58 1.220 3 47 33.290
30 119 58 0.630 3 47 33.290
31 119 58 0.630 3 47 32.100
32 119 58 0.380 3 47 32.100
|7
1.4.2 Penduduk, Sosial, Ekonomi dan Budaya
Kecamatan Pitu Riawa merupakan dua dari 11 kecamatan di kabupaten Sidrap,
Sulawesi-Selatan. Kecamatan Pitu Riawa berada pada daerah dataran dimana wilayahnya
berbatasan dengan beberapa kecamatan lain di Kabupaten Sidrap. Kecamatan Pitu Riawa
posisinya terletak di Bagian tengah dari keseluruhan wilayah Administrasi Kabupaten
Sidrap.
Kondisi sosial dan budaya masyarakat sekitar WIUP tidak ada yang berubah sejak
kegiatan penambangan dilakukan hingga berakhirnya kegiatan penambangan. Sedangkan
kondisi ekonomi masyarakat setempat dapat terbantu dengan adanya kegiatan
penambangan disebabkan masyarakat setempat ada yang bekerja di tambang dan
mendapatkan pengalaman bekerja yang nantinya dapat digunakan di tempat yang lain.
Hampir keseluruhan masyarakat di Kecamatan Pitu Riawa ber-etnis bugis dan
merupakan penduduk asli daerah ini. Masyarakat Kecamatan Pitu Riawa hampir secara
keseluruhan menganut agama Islam, sehingga kehidupan keagamaan dalam masyarakat
bersifat homogen.
Jumlah penduduk pada tahun 2014 mencapai 22.884 jiwa terdiri dari 11.484 laki-
laki dan 11.400 perempuan. Berdasarkan wilayah Desa, jumlah penduduk di Desa Pitu
Riawa adalah yang terbanyak di antara Desa yang ada di wilayah Kecamatan Pitu Riawa
yaitu sebanyak 3.236 jiwa disusul kemudian Desa Kapidi dengan jumlah penduduk
sebanyak 2.504 jiwa, sedangkan Desa yang memiliki penduduk paling sedikit adalah Desa
Sumberwangi dengan jumlah penduduk sebanyak 452 jiwa.
Dengan luas wilayah 275,50 km2, Kecamatan Pitu Riawa memiliki kepadatan
penduduk sebesar 83 jiwa/km2, di mana Desa Cendana Putih II memiliki kepadatan
terbesar yaitu sekitar 442 jiwa/km2 jauh di atas desadesa lainnya.
|8
Gambar 4
Peta Tata Guna Lahan Sekitar Wilayah IUP CV. Usaha Leo Kosong Sembilan Tiga
|9
serta proses geomorfologi yang mempengaruhi bentuk permukaan saat ini. Berdasarkan
relif dan ketinggiannya, maka daerah IUP CV. Usaha Leo Kosong Sembilan Tiga masuk
dalam kategori satuan morfologi relif rendah atau morfologi pedataran.
Gambar 5
Kenampakan Morfologi Sekitar Wilayah IUP CV. Usaha Leo Kosong Sembilan Tiga
| 10
BAB II
PELAKSANAAN DAN EVALUASI
2.1 Pelaksanaan
2.1.1 Pengelolaan Lingkungan
A. Pembangunan Sarana dan Prasarana
Kegiatan pembangunan dan pembuatan infrastruktur merupakan bagian dari
awal kegiatan penambangan. Dalam hal ini infrastruktur sangat berperan penting untuk
mendukung kegiatan penambangan.
Tabel 2
Konstruksi dan Infrastruktur Tambang CV. Usaha
Leo Kosong Sembilan Tiga
DIMENSI
No Uraian KET
LUASAN Satuan
1 Pos Administrasi 0,0009 M2 Luar WIUP
2 Bengkel/Lahan Parkir 0,0025 M2 Luar WIUP
3 Jalan Akses 0,017 M Luar WIUP
4 Jalan Tambang 0,02 M Dalam WIUP
Total 0,0404 Ha
B. Penambangan Sirtu
Sistem penambangan yang akan dilaksanakan adalah system tambang terbuka
(Open Pit). Teknik penambangan tambang terbuka di lakukan dengan tahap kegiatan
penambangan dalam bentuk kegiatan penggalian Sirtu dan pemuatan.
Pembongkaran dan pengambilan Sirtu, yaitu untuk pengambilan Sirtu dari areal
sungai dengan cara menggunakan alat mekanis pada lokasi penambangan, material Sirtu
merupakan endapan lepas yang mudah diperoleh karena merupakan hasil sedimentasi
sungai. Proses pengambilan material Sirtu dimulai pada bagian atas endapan dan secara
bertahap sampai pada level bawah kedalaman batas pengambilan Sirtu areal sungai yang
direkomendasikan. Material Sirtu yang terdapat di dalam alur sungai diambil dengan
menggunakan alat berupa excavator.
| 11
Gambar 6
Foto Lokasi Penambangan Sirtu CV. Usaha Leo Kosong Sembilan Tiga
| 12
D. Reklamasi Lahan Bekas Tambang
Salah satu kegiatan tambang, yaitu reklamasi yang merupakan upaya penataan
kembali daerah bekas tambang agar bisa menjadi daerah bermanfaat dan berdayaguna.
Reklamasi tidak berarti akan mengembalikan seratus persen kondisi lahan akan tetapi
berupaya mengembalikan kondisi mendekati kondisi rona awal.
Reklamasi adalah kegiatan yang bertujuan memperbaiki atau menata kegunaan
lahan yang terganggu sebagai akibat kegiatan usaha pertambangan, agar dapat berfungsi
dan berdaya guna sesuai peruntukannya. Sedangkan sasaran dari reklamasi itu sendiri
adalah terciptanya lahan bekas tambang yang kondisinya aman, stabil dan tidak mudah
tererosi sehingga dapat dimanfaatkan kembali sesuai dengan peruntukannya.
Hasil dari reklamasi diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai upaya untuk
memberikan kontribusi dalam pembangunan berkelanjutan. Kegiatan reklamasi yang
dilakukan oleh CV. Usaha Leo Kosong Sembilan Tiga masih pada proses penataan kembali
alur alur sungai.
Lokasi yang akan direklamasi adalah sebagian lahan yang masuk dalam wilayah
izin usaha pertambangan dan area diluar wilayah izin usaha pertambangan meliputi
Lahan Bekas Tambang dan Lahan Bekas Akses jalan dalam dan luar Tambang. Reklamasi
dilakukan setelah lahan selesai dikelola dan/atau bersamaan dengan kegiatan
penambangan pada blok tambang berikutnya. sehingga memudahkan dalam proses
mobilisasi peralatan dan pelaksanaan kegiatan reklamasi.
1. Lahan bekas tambang
Pekerjaan rehabilitasi lahan bekas tambang dalam hal ini pekerjaan reklamasi
dengan melakukan penataan alur sungai pada lahan bekas penggalian material Sirtu.
Mengingat Lokasi IUP adalah areal sungai maka direncana akan dilakukan penataan
kembali dalam bentuk restorasi sungai, sehingga Morfologi Permukaan Relatif datar dan
penataan alur - alur sungai.
Setelah dilakukan penataan lahan pada area sungai maka selanjutnya dilakukan
persiapan penanaman pohon di bagian luar lokasi lokasi izin usaha pertambangan (IUP)
atau sempadan sungai. Rencananya akan dilakukan penanaman pohon dengan jarak
tanam tertentu tergantung pada kondisi lahan sempadan sungainya. Revegetasi dilakukan
pada lahan yang berada di tepi sungai untuk mencegah meluasnya dataran banjir dan
mengindari longsor pada tepi sungai.
| 13
2. Jalan tambang
Jalan tambang akan ditata pada saat pasca tambang, dimana jalan tambang yang
merupakan area badan sungai akan ditata sehingga morfologi permukaan Relatif Datar
dan dilaksanakan bersamaan dengan penataan alur - alur sungai.
3. Area penunjang
Reklamasi yang akan dilakukan pada area penunjang adalah berupa pemulihan
lahan dengan terlebih dahulu akan dilakukan perbaikan ekologi tanah yaitu dengan cara
peremajaan kondisi tanah. Peremajaan dimaksudkan untuk mengantisipasi top soil yang
telah terkontaminasi dengan bahan kimia berbahaya dari limbah B3 yang terkontaminasi
ke dalam lapisan-lapisan tanah. Proses reklamasi ini akan dilakukan dengan terlebih
dahulu menambahkan zat kapur tohor pada bagian permukaan tanah, setelah itu
pemberian pupuk kandang dengan terlebih dahulu melakukan pengerukan pada bagian
permukaan tanah yang telah berubah warna akibat kontaminasi zat limbah B3.
3. Kegiatan Penambangan
CV. Usaha Leo Kosong Sembilan Tiga dalam melaksanakan kegiatan penambangan,
melakukan pengelolaan lingkungan hidup pertambangan sesuai dengan dokumen
lingkungan hidup dengan tujuan untuk pencegahan dan penanggulangan pencemaran
dan/atau perusakan lingkungan hidup.
Bentuk Pengelolaan lingkungan hidup CV. Usaha Leo Kosong Sembilan Tiga pada
lokasi penambangan meliputi :
• Kegiatan penambangan mempertimbangkan jarak aman terhadap bangunan
fasilitas umum, lahan pertanian dan perkebunan dengan mengacu ke batas
penggalian yang direkomendasi oleh Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan
Jenebeang.
• Lokasi IUP adalah areal sungai sehingga Dalam melakukan kegiatan penambangan
dilakukan pencegahan terjadinya ceceran atau tumpahan hidrokarbon atau bahan
kimia lainnya pada area sungai.
• Penanaman pohon disekitar lokasi penambangan yang berfungsi untuk meredam
suara yang ditimbulkan oleh mesin – mesin yang beroperasi.
• Pengadaan alat peredam suara/penutup telinga untuk karyawan yang bekerja di
lokasi dengan intensitas suara yang tinggi dan diharuskan untuk memakainya.
• Mengistruksikan pada semua pekerja di lokasi tambang untuk tidak berada di
lokasi tempat yang bising bila tidak perlu.
4. Kegiatan Pengangkutan
Sirtu pada front penambangan diangkat ke atas dump truk dengan menggunakan
excavator dengan kapasitas dump truck dengan kapasitas 4 - 13 m3.
Bentuk Pengelolaan lingkungan hidup CV. Usaha Leo Kosong Sembilan Tiga
pada kegiatan pengangkutan meliputi :
• Melakukan pengelolaan lingkungan hidup pertambangan pada kegiatan
| 16
pengangkutan sesuai dengan dokumen lingkungan hidup.
• Pengelolaan lingkungan hidup dalam kegiatan pengangkutan untuk
meminimalkan konsentrasi debu hingga memenuhi baku mutu udara ambien yang
dilakukan.
• Penanaman pohon disekitar lokasi jalan akses dan lokasi penambangan yang
berfungsi umtuk meredam suara yang ditimbulkan oleh mesin – mesin yang
beroperasi.
• Penyiraman dilakukan secara rutin setiap saat pada jalan akses, terutama di musim
kemarau pada lokasi – lokasi sumber debu
• Menampung oli bekas di tempat penampungan limbah B3 untuk selanjutnya di
angkut menuju lokasi pembuangan limbah yang telah ditentukan oleh Dinas
terkait.
• Menutup rapat dengan terpal bak kendaraan angkut
• Melakukan pembatasan Kecepatan kendaraan angkut khususnya pada jalan akses
yang melawati pemukiman masyarakat sekitar di lokasi IUP
• Pengontrolan dan perawatan peralatan dan mesin – mesin secara rutin oleh pihak
maintainance atau mekanik.
• Pengadaan alat penutup hidung (masker) yang dibagikan pada karyawan yang
dekat dengan lokasi sumber debu dan gas lainnya dan mewajibkan untuk
memakainya.
• Menanamkan kedisiplinan kepada karyawan terutama maintainance atau
mekanik untuk tidak membuang sembarangan oli bekas pakai.
| 17
2.1.2 Pelaksanaan Pemantauan Lingkungan
Pelaksanaan pengelolaan lingkungan yang dilakukan oleh CV. Usaha Leo Kosong
Sembilan Tiga pada tiap tahapannya diharapkan akan berdampak baik sesuai dengan
target yang akan kita capai sehingga dibutuhkan pemantauan dan kontrol yang
berkelanjutan untuk mencapai target tersebut.
Secara garis besar dijelaskan bahwa aktifitas penambangan CV. Usaha Leo Kosong
Sembilan Tiga pada Lokasi penambangan. Infrastruktur pendukung seperti jalan
tambang berada di dalam Wilayah IUP dan Jalan akses yang berada di luar Lokasi Izin
Usaha Pertambangan Operasi Produksi CV. Usaha Leo Kosong Sembilan Tiga .
a. Kestabilan Fisik
Lokasi pemantauan yaitu pada lahan yang tidak dikelola (sempadan Sungai),
lahan penambangan, lokasi stockpile, bangunan infrastruktur serta fasilitas pendukung
lainnya.
• Metode Pemantauan
a. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data lapangan dilakukan dengan metode kuadrat yang
ditempatkan pada setiap tipe vegetasi dengan ukuran petak, untuk tipe
vegetasi.
b. Metode Analisis Data
Analisis vegetasi dilakukan dengan menggunakan harga Nilai Penting (NP)
yang diperoleh dengan menjumlahkan harga Kerapatan Relatif (KR),
Frekuensi Relatif (FR) dan Dominansi Relatif (DR).
c. Frekuensi Pemantauan
Kegiatan pemantauan vegetasi (flora) dilakukan setiap 3 (tiga) bulan sekali
selama kegiatan berlangsung.
2. Fauna
• Lokasi Pemantauan
Lokasi pemantauan lingkungan terhadap fauna ini dilakukan disekitar areal
Penambangan Sirtu CV. Usaha Leo Kosong Sembilan Tiga .
• Metode Pemantauan
a. Metode Pengumpulan Data
Fauna darat yang diamati terdiri atas kelompok mammalia, aves, reptilia dan
amphibia. Jenis-jenis yang dicatat berdasarkan hasil pengamatan langsung,
jejak, suara dan tanda-tanda lain (misalnya kotoran, kulit dan lain- lain).
Selain itu dilakukan pula wawancara dengan penduduk atau petani di sekitar
| 19
lokasi pengamatan.
b. Metode Analisis Data
Analisis data fauna dilakukan dengan mengamati Kelimpahan, komposisi
jenis dan nilai ekonomis.
c. Frekuensi Pemantauan
Kegiatan pemantauan terhadap fauna ini dilakukan setiap 3 (tiga) bulan
sekali selama kegiatan berlangsung.
3. Biota Perairan
• Lokasi Pemantauan
Lokasi pemantauan lingkungan terhadap contoh biota perairan sama dengan
lokasi pengambilan contoh kualitas air, yaitu sungai di lokasi kegiatan.
• Metode Pemantauan
a. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data biota perairan dilakukan dengan pengambilan contoh
yang kemudian dimasukkan ke dalam botol.
b. Metode Analisis Data
Metode analisis data terhadap biota air dilakukan dengan mengamati
karakteristik biota air yang meliputi: jumlah dan jenis spesies, keanekaan
spesies, indeks keanekaragam,
c. Frekuensi Pemantauan
Kegiatan pemantauan biota perairan dilakukan setiap 3 (tiga) bulan sekali
selama kegiatan berlangsung.
| 20
parameter lingkungan sosial ekonomi dan budaya diperoleh dari data
sekunder, kecuali untuk parameter mata pencaharian pendapatan
masyarakat, kesempatan kerja dan peluang berusaha, persepsi masyarakat,
dan potensi konflik. Penentuan responden berdasarakan metode snowball
sampling dan penetapan informan kunci. Jumlah responden dan informan
kunci dari setiap desa contoh didasarkan atas
| 21
2.2 Evaluasi Pelaksanaan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan
2.2.1 Evaluasi Kecenderungan (Trend Evaluation)
a. Flora
Struktur dan komposisi tegakan hutan sangat dipengaruhi oleh kegiatan
penebangan. Salah satu dampak dari kegiatan penebangan adalah berubahnya struktur
dan komposisi vegetasi. Perubahan komposisi dan struktur hutan khususnya berkenaan
dengan pengurangan kerapatan jenis pohon. Biasanya digunakan indeks
keanekaragaman yg meliputi indeks kekayaan jenis. Apabila dilihat dari struktur
pertumbuhan yang normal pada hutan alam, indeks keanekaragaman jenis tingkat semai
> tingkat pancang > tingkat tiang > tingkat pohon > tingkat tumbuhan bawah, sehingga
regenerasi jenis tumbuhan dapat berjalan dengan baik. Bila pertumbuhannya tidak
mengikuti pola tersebut maka hutan tersebut bisa dikatakan sedang mengalami suksesi.
Apabila dilihat dari struktur pertumbuhan yang normal pada hutan alam, indeks
keanekaragaman jenis tingkat semai > tingkat pancang > tingkat tiang dan tingkat pohon,
sehingga regenerasi jenis tumbuhan dapat berjalan dengan baik. Bila pertumbuhannya
tidak mengikuti pola tersebut atau terjadi gangguan pada salah satu tingkat pertumbuhan,
maka hutan tersebut bisa dikatakan sedang mengalami suksesi.
Jenis pohon yang banyak ditemui pada area wilayah IUP adalah mangga (Mengifera
indica), Kelapa (Cocos nucifera), Nangka (Artocarpus heterophylla), Pisang (Musa sp) dan
juga tumbuhan liar seperti Buntut Tikus (Heliotropium indicum), Putri Malu (Mimosa
pudica L), Lantana Camara L, Kirinyu (Chromolaena odorata) dan Bayam Duri
(Amaranthus sp).
b. Satwa Liar
Berdasarkan pengamatan lapangan yang dilakukan terhadap berbagai jenis
binatang yang ada di lokasi IUP memperlihatkan bahwa binatang dari kelompok aves
(burung-burung) merupakan kelompok yang paling banyak ditemukan di lokasi IUP. Dari
hasil pengamatan, jenis burung pada lokasi IUP menunjukkan bahwa selain pada habitat
perairan, kelompok jenis ini hampir seluruhnya memanfaatkan keberadaan vegetasi yang
ada di sekitar lokasi IUP.
| 22
c. Hidrologi
Hampir semua kecamatan di Kabupaten Sidrap mengalami bulan kering antara 4 –
8 bulan per tahunnya sedangkan curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Desember (Data
BPS,2023). Dengan demikian maka dapat dikatakan bahwa jumlah bulan kering dan bulan
hujan di Kabupaten Sidrap cukup berimbang, pada satu periode tahun separuh bulan
hujan dan separuh bulan kering.
Kabupaten Sidrap memiliki curah hujan yang cukup baik karena sebagian besar
wilayahnya mengalami curah hujan di atas 4.650,9 mm (Data BPS Tahun 2022). Dengan
demikian recharge air dari air hujan dapat diperoleh dengan cukup banyak di sebagian
besar Kabupaten Sidrap. Dari pengamatan stasiun curah hujan nampak bahwa curah hujan
selama tahun 2022 relatif tidak merata. Berdasarkan data curah hujan tipe iklim di
Kabupaten Sidrap secara umum menurut klasifikasi Smith Ferguson, yaitu termasuk tipe
iklim C (33,3-60 %).
Ditinjau dari kandungan air yang terdapat pada tubuh sungai, maka sungai-sungai
di Kabupaten Sidrap dapat dikatagorikan menjadi 2 (dua) kelompok, sebagai berikut :
• Sungai Permanen, adalah sungai yang debit airnya tetap. Hampir semua sungai
utama di wilayah Sidrap debit airnya tetap atau hanya berkurang pada
musim kemarau.
• Sungai Periodis, adalah sungai yang debit airnya tergantung pada musim, jika musim
hujan debit air akan bertambah sedangkan pada musim kemarau debitnya
berkurang atau kering. Sungai periodis di Kabupaten Sidrap dan sekitarnya hanya
berada pada cabang-cabang sungai atau sungai pada orde ke-tiga.
| 23
Pemeriksaan Laboratorium ini meliputi : pH. TSS, Fe dan Mn. Pemantauan kualitas air
dilakukan di area tambang yang berada di badan sungai.
b. Biologi
Komponen biologi merupakan komponen hayati yang terkena dampak oleh
kegiatan penambangan. Pemantauan menjadi wajib dilakukan karena besarnya dampak
yang terasa oleh komponen ini. Pemantauan yang dilakukan telah direncanakan dan
dilaksanakan sesuai dengan peraturan.
Untuk mengetahui efektifitas pelaksanaan upaya Pengelolaan dan Pemantauan
Lingkungan pada CV. Usaha Leo Kosong Sembilan Tiga , dengan acuan seperti pada tabel
berikut :
| 24
Tabel 3
Evaluasi Pelaksanaan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan
AKTIFITAS
PELAKSANAAN PEMANTAUAN DAN
NO. JENIS DAMPAK PENYEBAB
PENGELOLAAN LINGKUNGAN
DAMPAK
1. Limbah • Pembukaan dan
• Menyediakan tempat penampungan
pembersihan
sampah sementara (TPSS) dan TPS
lahan
Limbah B3
• Penambangan
• Melakukan pemantauan TPSS dan TPS
Pasir
Limbah B3
• Perbengkelan
2. Penurunan • Pembukaan dan • Melakukan pengalian dan pemuatan
kualitas udara pembersihan Pasir secara bertahap sesuai kemampuan
lahan unit
• Penambangan
• Melakukan penyiraman secara berkala,
Pasir
saat konsentrasi debu meningkat
• Perbengkelan frekuensi penyiraman ditingkatkan. Jika
fasilitas penyiraman tidak tersedia,
jumlah unit yang beroperasi di lokasi
dikurangi / kecepatan unit yang
beroperasi dikurangi
• Karyawan yang bekerja di areal dengan
tingkat intensitas debu tinggi, diwajibkan
untuk menggunakan masker
• Penanaman tanaman cepat tumbuh
beberapa lokasi terbuka & tidak
produktif untuk mengurangi debu (taraf
pelaksanaan)
3. Peningkatan • Pembersihan • Pemantauan dilakukan secara visual
kebisingan lahan terhadap kondisi kendaraan angkut
• Penambangan yang dipergunakan, serta terhadap
Pasir sebaran debu dari aktvitas kegiatan.
• Perbengkelan • Pengelolaan terhadap tenaga kerja
adalah dengan (earplug) saat bekerja.
• Pengoperasian alat berat dengan
kebisingan hanya dilakukan pada siang
hari.
• Menggunakan alat berat yang kondisi
mesinnya baik untuk mengurangi bising.
| 25
• Perbengkelan • Secara berkala, dilakukan pengecekan
kualitas air ke laboratorium dan hasilnya
dilaporkan kepada Dinas
Lingkungan Hidup Kab. Sidrap
5. Penurunan • Pembersihan • Aktifitas perbengkelan sedapat mungkin
kualitas tanah lahan dilakukan di workshop. Jika tidak
• Penambangan memungkinkan, bahan-bahan yang
Sirtu dapat mencemari tanah dan air harus
• Perbengkelan ditempatkan dalam wadah yang
memadai / tidak bocor (filter, oli bekas,
grease, dll.) dan dikumpulkan di Tempat
Penumpukan Sementara (TPS) limbah
B3 setelah aktifitas perawatan selesai
dilakukan
• Setiap ceceran hasil galian segera
dibersihkan dan ceceran dikumpulkan di
stockpile limbah
6. Terganggunya • Pembersihan Hanya melakukan pembersihan semak
vegetasi darat lahan belukar dan pembersihan/land clearing
• Penambangan pada daerah-daerah yang tidak produktif
Sirtu saja
• Perbengkelan
7. Terganggunya • Pembersihan • Sedapat mungkin tidak melepaskan air di
biota air lahan kolam pengendap ke badan air
• Penambangan permukaan terdekat, namun tetap
Sirtu melakukan pengukuran pH air dicek
• Perbengkelan secara berkala dan jika pH terlalu tinggi
/ rendah dari baku mutu air, air diberi
perlakuan khusus.
• Secara berkala, dilakukan pengecekan
kualitas air ke laboratorium independen
dan hasilnya dilaporkan kepada Badan
Lingkungan Hidup Kab. Sidrap
8 Perkembangan • Pembersihan • Dengan melakukan pengamatan
sosial lahan langsung di lapangan dan wawancara
ekonomi • Penambangan dengan masyarakat.
Sirtu • Senantiasa menjalin hubungan yang
• Perbengkelan harmonis dengan masyarakat melalui
komunikasi dan silaturahmi dengan
baik, serta terus berupaya ikut
berpartisipasi dalam kegiatan
masyarakat.
| 26
Gambar 7
Peta Sarana dan Prasarana Penunjang Kegiatan Operasional CV.
Usaha Leo Kosong Sembilan Tiga
Gambar 8
Peta Area Penambangan Tahun 2024 s.d Tahun 2028 CV. Usaha Leo Kosong Sembilan Tiga
| 27
BAB IV
KESIMPULAN
| 28
LAMPIRAN
SK IUP OP
LAMPIRAN PETA