Universitas Jember
Abstrak
Pemilihan Umum (Pemilu) merupakan tonggak penting dalam kehidupan demokrasi suatu negara.
Dalam upaya untuk memastikan Pemilu yang adil, transparan, dan bebas pelanggaran, Badan
Pengawas Pemilu (Bawaslu) Republik Indonesia (RI) memperkenalkan Sistem Informasi Pengawasan
Kampanye (Siwaskam). Tujuan utama Siwaskam adalah meningkatkan efektivitas pengawasan
terhadap tahapan kampanye dalam Pemilu 2024. Bawaslu, sebagai lembaga pengawas independen,
mengakui peran teknologi dalam menjaga integritas proses demokratis dan melibatkan masyarakat
aktif dalam pengawasan Pemilu. Metode analisis menggunakan pendekatan wacana kritis Norman
Fairclough, menggabungkan dimensi teks, discourse practice, dan socio-cultural practice. Fokus
penelitian adalah Aplikasi Siwaskam, dengan analisis melibatkan wawancara produsen dan
konsumen. Hasilnya menunjukkan penggunaan bahasa untuk membentuk persepsi positif terhadap
Siwaskam, menekankan efektivitas, dan relevansinya dalam menanggapi pelanggaran kampanye.
Kesimpulan dari analisis wacana kritis menyoroti kompleksitas dampak Siwaskam dalam konteks
demokrasi dan pengawasan Pemilu. Bahasa bukan hanya sebagai alat komunikasi, tetapi juga
perangkat untuk membentuk realitas sosial dan persepsi terhadap inovasi. Analisis ini memberikan
wawasan mendalam tentang dinamika kekuasaan, partisipasi masyarakat, dan kompleksitas dampak
Siwaskam.
Kata Kunci : Siswakam, Bawaslu, Pemilu
Abstract
General Election (Pemilu) is an important milestone in the democratic life of a country. In an effort to
ensure fair, transparent, and violation-free elections, the Election Supervisory Agency (Bawaslu) of
the Republic of Indonesia (RI) introduced the Campaign Monitoring Information System (Siwaskam).
The main objective of Siwaskam is to increase the effectiveness of supervision of the campaign stages
in the 2024 General Election. Bawaslu, as an independent supervisory institution, recognizes the role
of technology in maintaining the integrity of the democratic process and involving the public actively
in election supervision. The analysis method uses Norman Fairclough's critical discourse approach,
combining the dimensions of text, discourse practice, and socio-cultural practice. The focus of the
research is the Siwaskam App, with the analysis involving producer and consumer interviews. The
results show the use of language to shape positive perceptions of Siwaskam, emphasizing its
effectiveness, and relevance in responding to campaign violations. The conclusion of the critical
discourse analysis highlights the complexity of Siwaskam's impact in the context of democracy and
election monitoring. Language is not only a means of communication, but also a tool to shape social
reality and perceptions of innovation. This analysis provides deep insights into the dynamics of
power, public participation, and the complexity of Siwaskam's impact.
Keywords: Siswakam, Bawaslu, Election
PENDAHULUAN
Pemilihan Umum (Pemilu) merupakan momen krusial dalam kehidupan demokrasi
sebuah negara. Dalam upaya untuk memastikan pelaksanaan Pemilu yang adil, transparan,
dan bebas dari pelanggaran, Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Republik Indonesia (RI)
telah mengumumkan peluncuran sebuah inovasi terbaru, yaitu Sistem Informasi Pengawasan
Kampanye (Siwaskam). Aplikasi ini dirancang dengan tujuan utama untuk mempermudah
dan meningkatkan efektivitas pengawasan terhadap tahapan kampanye dalam rangka Pemilu
tahun 2024. Bawaslu, sebagai lembaga pengawas independen, memahami pentingnya
penerapan teknologi dalam menjaga integritas proses demokratis. Oleh karena itu, melalui
Siwaskam, Bawaslu berupaya menghadirkan solusi inovatif yang dapat memfasilitasi
pengawasan secara lebih cermat dan real-time terhadap kampanye Pemilu. Dengan
memanfaatkan teknologi informasi, Bawaslu bertujuan untuk merespons cepat setiap dugaan
pelanggaran yang mungkin terjadi selama periode kampanye(Akbar, 2023).
Aplikasi Siwaskam ini menjadi instrumen penting dalam menjaga kredibilitas dan
integritas Pemilu 2024. Dengan diluncurkannya aplikasi ini, diharapkan Bawaslu dapat lebih
efektif dalam mendeteksi, menginvestigasi, dan menindaklanjuti setiap pelanggaran yang
terkait dengan tahapan kampanye. Sistem Informasi Pengawasan Kampanye ini mencakup
berbagai fitur yang dirancang untuk mendukung tugas pengawasan Bawaslu, mulai dari
pelaporan masyarakat hingga penyusunan laporan hasil pengawasan oleh anggota Bawaslu.
Pentingnya peran masyarakat dalam mengawasi pelaksanaan Pemilu tidak bisa diabaikan.
Dalam konteks ini, Bawaslu RI secara tegas mengajak seluruh lapisan masyarakat Indonesia
untuk turut serta aktif dalam pengawasan tahapan kampanye. Melalui Siwaskam, masyarakat
diberikan sarana yang lebih mudah dan cepat untuk melaporkan dugaan pelanggaran yang
mereka temui. Bawaslu menekankan bahwa partisipasi aktif masyarakat adalah kunci
keberhasilan dalam menjaga integritas dan kredibilitas Pemilu.
Sebagai langkah konkret, Bawaslu RI mengimbau agar masyarakat tidak ragu-ragu
untuk melaporkan segala bentuk dugaan pelanggaran selama masa kampanye kepada
lembaga pengawas ini. Langkah ini sejalan dengan semangat partisipatif demokrasi, di mana
peran masyarakat bukan hanya sebagai pemilih pasif, tetapi juga sebagai pengawas yang aktif
dalam menjaga kebersihan dan keberlanjutan proses demokratis. Selain mengajak
masyarakat, Bawaslu juga memberikan arahan kepada anggotanya untuk memanfaatkan
aplikasi Siwaskam dengan maksimal. Anggota Bawaslu diminta untuk membuat laporan hasil
pengawasan dalam bentuk format A, yang disediakan melalui aplikasi tersebut. Hal ini
bertujuan untuk memudahkan pengumpulan data dan analisis, sehingga Bawaslu dapat
memberikan respons yang cepat dan akurat terhadap setiap laporan yang diterima(Tim
Detikcom, 2023).
Menyikapi peluncuran aplikasi Siwaskam, anggota Bawaslu RI, Lolly Suhenty,
menekankan pentingnya kolaborasi antara lembaga pengawas, anggota Bawaslu, dan
masyarakat dalam menciptakan Pemilu yang bersih dan bermartabat. "Bagi seluruh
masyarakat Indonesia di tahapan kampanye ini untuk tidak ragu-ragu melaporkan berbagai
dugaan pelanggaran selama masa kampanye kepada Bawaslu," ucapnya kepada wartawan
pada tanggal 26 November 2023. Bawaslu, dengan penuh keyakinan, menyampaikan bahwa
aplikasi Siwaskam bukan hanya sekadar alat teknologi, tetapi sebuah instrumen penting yang
akan membentuk dasar bagi pengawasan yang lebih efektif dan transparan. Melalui inovasi
ini, Bawaslu berkomitmen untuk melibatkan semua pihak yang peduli terhadap demokrasi
dalam memastikan bahwa Pemilu 2024 berjalan dengan adil, bebas dari intimidasi, dan sesuai
dengan nilai-nilai demokratis yang dijunjung tinggi.
Dengan peluncuran aplikasi Siwaskam, Bawaslu RI membuka lembaran baru dalam
upaya pengawasan Pemilu di Indonesia. Artikel ini akan mengeksplorasi lebih dalam
mengenai aplikasi Siwaskam, menganalisis dampaknya dalam pengawasan kampanye
Pemilu, dan merinci langkah-langkah konkret yang diambil oleh Bawaslu RI dan masyarakat
dalam memastikan Pemilu yang bersih dan bermartabat pada tahun 2024.
METODE
Dalam mengembangkan model analisis wacana yang memberikan kontribusi yang
signifikan dalam menganalisis aspek sosial dan budaya, Norman Fairclough memperkenalkan
konsep Analisis Wacana Kritis. Bersama dengan Wodak (1997), Fairclough menyoroti bahwa
analisis wacana kritis melibatkan pemeriksaan terhadap tata bahasa (pemakaian bahasa dalam
tuturan dan tulisan) sebagai bentuk praktik sosial yang mungkin mencerminkan efek ideologi,
serta memiliki potensi untuk memproduksi dan mereproduksi ketidakseimbangan kekuasaan
di antara kelas sosial, gender, dan kelompok mayoritas serta minoritas. Oleh karena itu, unsur
teksual, yang selalu terkait dengan penggunaan bahasa, dikombinasikan dengan konteks
masyarakat yang lebih luas, menjadi pusat perhatian utama dalam analisis wacana Fairclough
yang menganggap bahasa sebagai praktik kekuasaan(Aliah Darma, 2009).
Analisis wacana kritis Fairclough bertujuan untuk menggabungkan pendekatan
linguistik dengan perubahan sosial, dan inilah sebabnya dikenal sebagai model perubahan
sosial atau Dialectical-Relational Approach/DRA. Fairclough menempatkan perhatiannya
pada bahasa sebagai representasi dari suatu tindakan. Dalam pendekatan ini, wacana tidak
hanya dilihat dari segi tradisional atau linguistik mikro, melainkan secara makro yang lebih
luas dan tidak terlepas dari konteksnya. Analisis wacana Fairclough membagi dimensinya
menjadi tiga bagian, yaitu teks, discourse practice, dan socio-cultural practice(Fairclough,
1995).
Dimensi pertama, teks, digunakan untuk menganalisis representasi sesuatu yang
mencakup ideologi tertentu dalam teks. Ini melibatkan analisis linguistik untuk memahami
bagaimana suatu realitas dibentuk dalam teks dan bagaimana hubungan antara penulis,
pembaca, serta identitas masing-masing direpresentasikan. Dimensi kedua, discourse
practice, berkaitan dengan proses produksi dan konsumsi teks. Proses produksi melibatkan
pengalaman, pengetahuan, dan konteks sosial pembuat teks, sementara proses konsumsi
bergantung pada pengalaman dan pengetahuan pembaca.
Dimensi ketiga, socio-cultural practice, melibatkan konteks di luar teks, seperti situasi
masyarakat, budaya, dan politik yang mempengaruhi kehadiran teks. Penelitian ini memilih
metode deskriptif kualitatif untuk memastikan objektivitas dan kejelasan analisis. Strategi
penelitian dibagi menjadi metode pengumpulan data, metode analisis, dan metode penyajian
hasil analisis data.
Objek penelitian yang menjadi fokus adalah pengenalan Aplikasi Siswakam dan
pemahaman terhadap kegunaannya dalam konteks Pemilu 2024. Sebagai objek material,
Aplikasi Siswakam menjadi pusat perhatian untuk mengeksplorasi dampaknya terhadap
partisipasi masyarakat dalam pengawasan Pemilu.
Analisis Aplikasi Siswakam dilakukan melalui tiga dimensi, yaitu teks, discourse
practice, dan socio-cultural practice. Selain itu, penelitian ini juga melibatkan wawancara
dengan produsen dan konsumen Aplikasi Siswakam untuk memahami perspektif yang lebih
mendalam terkait penggunaan aplikasi ini. Hasil analisis disajikan secara deskriptif dan
naratif untuk memberikan gambaran yang komprehensif dan memudahkan pemahaman
pembaca.
KESIMPULAN
Melalui analisis wacana kritis terhadap pengenalan Siwaskam Bawaslu, kegunaannya,
dan dampak aplikasinya, tergambar bahwa bahasa memiliki peran penting dalam membentuk
persepsi positif terhadap Siwaskam. Dalam pengenalan Siwaskam, bahasa digunakan untuk
menciptakan narasi positif tentang inovasi tersebut, menekankan efektivitas, dan memberikan
representasi teknologi yang terorganisir. Analisis kegunaan Siwaskam menyoroti dinamika
kekuasaan melalui penerapan kewajiban penggunaan kepada petugas Bawaslu, sementara
simulasi penggunaan aplikasi menciptakan pemahaman bahwa Siwaskam harus dikuasai oleh
mereka. Konteks sosial-politik juga memperkuat urgensi penggunaan Siwaskam sebagai
respons terhadap dinamika politik dan persiapan Pemilu. Analisis dampak aplikasi
menunjukkan bahwa bahasa digunakan untuk menciptakan citra positif, menyoroti kemajuan
teknologi, dan menekankan relevansi Siwaskam dalam menanggapi permasalahan konkret.
Kesimpulannya, analisis wacana kritis memahamkan bahwa bahasa bukan hanya alat
komunikasi, tetapi juga perangkat untuk membentuk realitas sosial dan persepsi terhadap
inovasi. Analisis ini memberikan wawasan mendalam tentang kompleksitas dampak
Siwaskam dalam konteks demokrasi, pengawasan Pemilu, dan dinamika kekuasaan.
DAFTAR PUSTAKA