Anda di halaman 1dari 13

TUGAS AKHIR

PERPINDAHAN PANAS
KELAS B

Dikerjakan Oleh : Kelompok 4


Nama Anggota Kelompok :
1. Muhammad Zacky Romansyah (I 0522077)
2. Hasna Fariha (I 0522050)
3. Sarah Zifora Sirait (I 0522098)
4. Yusuf Abdullah Amar (I 0522108)

PROGRAM STUDI SARJANA TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2023
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perpindahan panas adalah proses perpindahan energi yang terjadi antar
benda bahan sebagai akibat dari perbedaan suhu atau suhu. Termodinamika
menjelaskan bahwa energi yang ditransferkan pada proses perpindahan panas
dapat didefinisikan sebagai panas atau kalor. Perpindahan panas tidak hanya
menjelaskan proses energi panas dapat ditransfer, tetapi juga memprediksi laju
perpindahan panas yang akan berlangsung dalam kondisi tertentu. Perpindahan
panas terjadi secara alamiah dari tempat bertemperatur tinggi (panas) ke tempat
bertemperatur rendah (dingin), sampai keduanya memiliki keadaan suhu yang
sama atau dalam keadaan tidak seimbang. Proses perpindahan panas ini
berlangsung dalam 3 mekanisme, yaitu : konduksi, konveksi dan radiasi (Ardana,
2021).
Alat penukar panas jenis pipa ganda atau double pipe heat exchanger
merupakan salah satu alat penukar panas yang proses perpindahan panasnya
terjadi secara tidak langsung (indirect contact) karena terdapat dinding pembatas
antara fluida panas dengan cairan dingin yang mengalir. Tujuan dibatasinya kedua
fluida oleh dinding adalah agar kedua jenis fluida tidak bercampur, sehingga
terjadi di dalam sistem tersebut saja transfer kalor saja (Dzulqornain, 2015).
Sebagai seorang mahasiswa teknik kimia yang akan menemui
permasalahan perancangan heat exchanger, perlu adanya kemampuan analitis
untuk menemukan solusi yang tepat. Salah satu hal untuk meningkatkan
kemampuan tersebut adalah dengan menyelesaikan tugas yang diberikan oleh
pengajar. Oleh karena itu, tugas akhir ini tidak hanya sebagai nilai akademis,
tetapi juga dapat menjadi langkah awal dalam mempersiapkan mahasiswa menjadi
profesional yang kompeten di bidang perpindahan panas.
1.2. Rumusan Masalah
1. Berapa beban panas Heat Exchanger?
2. Berapa Logaritmic Mean Temperature Difference (LMTD)?
3. Berapa koefisien transfer panas di dalam tube (h io) dan kofisien transfer panas
di annulus (ho)?
4. Berapa Coefficient Clean Overall (UC)?
5. Berapa Coefficient Dirt Overall (UD)?
6. Berapa jumlah hairpin yang dibutuhkan?
7. Apakah double pipe heat exchanger tersebut bisa bekerja dengan baik dan
efisien?
1.3. Tujuan
Tugas akhir ini bertujuan:
1. Menjawab permasalahan yang muncul dalam desain dan analisis double pipe
heat exchanger
2. Meningkatkan pemahaman dan melatih kemampuan analitis mahasiswa pada
perancangan heat exchanger
BAB II
DATA PERANCANGAN
2.1. Cold Fluid
Nama bahan = Anniline
Laju alir massa (W1) = 10.400 lb/hr
Suhu awal (T1) = 1000F
Suhu akhir (T2) = 1400F
Letak aliran = Tube
2.2. Hot Fluid
Nama bahan = Toluene
Laju alir massa (W2) = 12.100 lb/hr
Suhu awal (T1) = 1650F
Suhu akhir (T2) = 124,80F (asumsi suhu moderat)
Letak aliran = Annulus
2.3. Annulus
Ukuran pipa = 3 inch
Outside diameter (OD) = 3,5 inch = 0,292 ft (Table 11 Kern)
Inside diameter (ID) = 3,068 inch = 0,256 ft (Table 11 Kern)
2.4. Tube
Ukuran pipa = 2 inch
Outside diameter (OD) = 2,38 inch = 0,198 ft (Table 11 Kern)
Inside diameter (ID) = 2,067 inch = 0,1725 ft (Table 11 Kern)
2.5. Dirt Factor Minimum (Rdmin)
Rdmin = 0,002
BAB III
PERHITUNGAN
3.1. Gambar Ilustrasi

3.2. Profil Suhu


3.3. ΔTLMTD
Δ t 1−Δ t 2
ΔTLMTD = Δt 1
ln
Δt 2
25−24 , 8
= 25
ln
24 , 8
ΔTLMTD = 24,90F
3.4. Tube (Cold Fluid)
140+100 0
Suhu rata-rata (tav) =( )F
2
= 1200F
Laju alir massa (W1) = 10.400 lb/hr
ID tube (d1) = 2,067 inch = 0,17225 ft
Kapasitas panas (Cp1 at 120F) = 0,52 BTU/lb.0F (Figure 2 Kern)
Viskositas (μ1 at 120F) = 2 cP x 2,42
= 4,84 lb/ft.hr (Figure 14 Kern)
Konduktivitas thermal (k1 at 120F) = 0,099 BTU/ft.hr0F
Beban panas (Q1) = W1.Cp1.Δt1
= 10.400 lb/hr x 0,52 BTU/lb.0F x (140-100)0F
= 216.320 BTU/hr
π . d 1²
Flow tube area (at) =
4
π .0,1725 ² 2
= ft
4
= 0,023312 ft2
W
Mass velocity (Gt) =
aₜ
10.400lb /hr
= 0,023312 ft ²

= 446.118,5 lb/hr.ft2
¿
Reynold number = d 1.> μ ¿

0,17225 x 446.118 , 5
=
4 , 84
= 15.876,84
Cp. μ 1/3 k μ
Koefisien transfer panas (hi) = 0,027 x (Re)0,8 x ( ) x ( ) x ( )0,14
k d μᵥᵥ
0 ,52 x 4 , 84 1/3
= 0,027 x (15.841,84)0,8 x ( ) x (
0,099
0,099
)x1
0,1725
= 104,678 BTU/ft2.hr.0F
ID
Koefisien transfer panas (hio) = hi x
OD
0,17225
= 104,678 x
0,19833
= 90,91154 BTU/hr.ft2.hr
3.5. Annulus (Hot Fluid)
165+124 , 8 0
Suhu rata-rata (Tav) =( )F
2
= 144,90F
Laju alir massa (W2) = 12.100 lb/hr
ID annulus (d2) = 3,068 inch = 0,25567 ft
OD tube (d3) = 2,38 inch = 0,19833 ft
Kapasitas panas (Cp2 at 144,9F) = 0,444719 BTU/lb.0F (Figure 2 Kern)
Viskositas (μ2 at 144,9F) = 0,44 cP x 2,42
= 1,0648 lb/ft.hr (Figure 14 Kern)
Konduktivitas thermal (k2 at 144,9F) = 0,085 BTU/ft.hr0F
Beban panas (Q2) = W2.Cp2.Δt2
= 12.100 lb/hr x 0,44472 BTU/lb.0F x (165-124,8)0F
= 216.320 BTU/hr
2 2
π .(d 2 −d 3 )
Flow tube area (as) =
4
2 2
π .(0,25567 −0,19833 ) 2
= ft
4
= 0,020452 ft2
2 2
(d 2 −d 3 )
Equivalen diam (De) =
d3
2 2
(0,25567 −0,19833 )
=
0,19833
= 0,13124 ft
W
Mass velocity (Gs) =
as
12.100lb/hr
= 0,020452 ft ²

= 591.640,2 lb/hr.ft2
de . Gs
Reynold number =
μ
0,13124 x 591.640 , 2
=
1,0648
= 72.921,73
Cp. μ 1/3 k μ
Koefisien transfer panas (ho) = 0,027 x (Re)0,8 x ( ) x ( ) x ( )0,14
k d μᵥᵥ
0,44472 x 1,0648 1/3
= 0,027 x (72.921,73)0,8 x ( ) x
0,085
0,085
( )x1
0,13124
= 240,794 BTU/ft2.hr.0F
3.5. Coefficient Clean Overall (UC)
1 1 1
= +
Uc ho hio
hio . ho
Uc =
hio+ ho
90,91154 x 240,794
= 90,91154 +240,794

Uc = 65,99514 BTU/hr.ft2.0F
3.5. Coefficient Dirt Overall (UD)
1 1
= + Rd
Ud Uc
1 1
= + 0,002
Ud 65,99514
Ud = 58,3001 BTU/hr.ft2.0F
3.6. Jumlah Hairpin
Q
Flow Area (A) =
Ud . ΔT LMTD
216.320
= 58,3001. x 24 , 9

= 149,0143 ft2
Surface per lin ft (a”) = 0,622 ft2 lin ft
A
Required length =
a¿
149,0143
=
0,622
= 239,5729 ft
1 hairpin = 32 ft
239,5729
Jumlah hairpin (N) =
32
= 7,486653 ≈ 8
Flow area yang tersedia (A’) = a” x N x 32
= 0,622 x 8 x 32
= 159,232 ft2
Q
Udril = '
A . ΔT LMTD
21320
=
159,232 x 24 , 9
= 54,55907 BTU/hr.ft2.0F
Uc−Ud
Dirt Factor yang tersedia =
Uc .Ud
65,99514−54,55907
=
65,99514 x 54,55907
= 0,003176
Jadi, Rdavailable > Rdmin, artinya Heat Exchanger dapat beroperasi dengan efisien

BAB IV
PEMBAHASAN
Dalam menyelesaikan masalah perancangan heat exchanger, hal yang
pertama yang harus dilakukan adalah mengilustrasikan terlebih dahulu heat
exchanger tersebut secara sederhana, seperti neraca massa dan profil suhu. Untuk
menghitung ΔTLMTD, diperlukan suhu akhir dari fluida panas. Karena diketahui
bahwa perbedaan suhu moderat dan perbedaan suhu pada Δt1 = 250F, maka
asumsikan suhu akhir pada fluida panas adalah 124,8 0F. Kemudian, didapatkan
ΔTLMTD sebesar 24,90F.
Langkah selanjutnya adalah menentukan bebas panas pada heat exchanger
dan didapat nilainya sebesar 216.320 BTU/hr. Setelah itu, mencari data-data
penting untuk perhitungan koefisien transfer panas pada tiap bagian, yaitu annulus
dan tube. Data tersebut adalah kapasitas panas, viskositas, konduktivitas panas,
dan diameter dari tiap fluida pada suhu rata-ratanya. Kemudian, data tersebut
digunakan untuk menghitung flow area, mass velocity, Reynold number, dan
terakhir koefien transfer panasnya.
Pada fluida dingin (anniline) yang mengalir di tube, didapat flow areanya
sebesar 0,023312 ft2 dengan menghitung luas penampangnya. Kemudian, dengan
membagi mass flow area dengan flow area didapat mass velocity sebesar
446.118,5 lb/ft2.hr. Untuk menentukan persamaan mana yang akan digunakan,
terlebih dahulu menghitung bilangan Reynold dan didapat nilai sebesar 15.876,84.
Karena nilai bilangan Reynold lebih dari 2.100 (turbulent flow), maka digunakan
persamaan 6.2. Kern untuk menentukan koefisien transfer panas pada tube.
Dengan persamaan tersebut didapatkan nilai koefisien transfer panas tube (h i) 104,
678 BTU/ft2.hr.0F. Untuk mengevaluasi heat exchanger, koefisien transfer panas
perlu ditinjau dari salah satu sisi, annulus atau tube. Berdasarkan kebiasaan
seorang engineer, koefisien transfer panas ditinjau dari bagian annulus, maka
koefisien transfer panas tube harus dikalikan dengan ID tube dan dibagi OD tube.
Didapat nilai koefisien transfer panas tube yang ditinjau dari annulus (h io) sebesar
90,91154 BTU/ft2.hr.0F.
Untuk fluida panas (toluene) yang mengalir di annulus, didapat flow
areanya sebesar 0,020452 ft2 dengan menghitung luas penampangnya. Kemudian,
dengan membagi mass flow area dengan flow area didapat mass velocity sebesar
591.640,2 lb/ft2.hr. Sebelum menghitung bilangan Reynold (Re), perlu dicari
diameter ekivalen diam. Setelah itu, baru dicari nilai Re sebesar 72.921,73.
Karena Re lebih dari 2.100 (turbulent flow), maka digunakan persamaan 6.2.
Kern untuk menentukan koefisien transfer panas pada annulus. Dengan
persamaan tersebut didapatkan nilai koefisien transfer panas annulus (h o) 240,794
BTU/ft2.hr.0F.
Setelah didapat koefien transfer panas annulus dan tube, maka coefficient
clean overall (Uc) dapat ditentukan dengan persamaan 6.6. Kern dan didapat
nilai Uc sebesar 65,99514 BTU/hr.ft2.0F. Kemudian, nilai Uc tersebut
1
ditambahkan dengan dirt factor minimum (Rdmin) untuk mendapatkan nilai
Ud
sesuai persamaan 6.8. Kern. Coefficient dirt overall (Ud) setelah dihitung sesuai
persamaan, didapat nilai sebesar 58,3001 BTU/hr.ft2.0F. Coefficient clean overall
(Uc) adalah hantaran perpindahan panas dalam keadaan bersih, sedangkan
coefficient dirt overall (Ud) adalah hantaran perpindahan panas dalam keadaan
kotor. Secara teoritis, nilai Uc harus lebih besar daripada nilai Ud.
Nilai Ud tersebut digunakan untuk mencari luas area perpindahan panas
yang mengikuti persamaan 6.11. Kern dan didapat nilai sebesar 149,0143 ft 2.
Luas area ini kemudian dibagi dengan surface per lin ft sesuai diameter tube
berdasarkan table 11 Kern untuk mendapat panjang pipa yang dibutuhkan.
Panjang pipa yang dibutuhkan sebesar 239,5729 ft dibagi dengan panjang pipa
tiap hairpin sebesar 32 ft. Hasil tersebut adalah jumlah hairpin yang dibutuhkan,
yaitu 7,486653 dan dibulatkan menjadi 8 hairpin. Dengan jumlah hairpin 8, maka
didapat luas area perpindahan panas yang tersedia (A available) sekarang adalah
159,232 ft2. Selanjutnya, nilai Aavailable digunakan untuk menentukan Coefficient
dirt overall yang sesungguhnya (Udreal) sesuai persamaan 6.11. Kern. Didapat
nilai Udreal sebesar 54,55907 BTU/hr.ft2.0F. Terakhir, dengan persamaan 6.8. Kern,
didapat nilai dirt factor yang tersedia pada rancangan double pipe heat exchanger
sebesar 0,003176. Nilai ini lebih besar daripada Rdmin yang hanya 0,002. Nilai
Rdavailable yang lebih besar menandakan double pipe heat exchanger ini dapat
beroperasi pada tingkat kinerja yang baik dan efisien karena resistensi yang lebih
dari cukup untuk menangani dirt yang terbentuk. Interval antara pembersihan
lebih lama karena dapat menangani penumpukan dirt dalam jangka waktu yang
relatif lama.

BAB V
KESIMPULAN
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa:
1. Beban panas pada double pipe heat exchanger tersebut sebesar 214.320
BTU/hr.
2. Logaritmic Mean Temperature Difference (ΔTLMTD) sebesar 24,90.
3. Nilai koefisien transfer panas di dalam tu tube (hio) dan kofisien transfer panas
di annulus (ho) berturut-turut sebesar 90,91154 BTU/hr.ft2.hr dan 240,794
BTU/ft2.hr.0F.
4. Coefficient clean overall (Uc) sebesar 65,99514 BTU/hr.ft2.0F.
5. Coefficient dirt overall (Ud) berdasarkan Rdmin adalah 58,3001 BTU/hr.ft2.0F,
sedangkan Ud yang tersedia jika panjang hairpin 32 ft adalah 54,55907
BTU/hr.ft2.0F.
6. Jumlah hairpin yang dibutuhkan dalam DPHE sebanyak 8 hairpin.
7. Dirt factor yang tersedia (Rd available) > dirt factor minimum (Rd min). Oleh karena
itu, DPHE dapat bekerja dengan baik dan efisien.

Anda mungkin juga menyukai