Anda di halaman 1dari 32

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Bahan Baku, Penunjang dan Produk

2.1.1 Bahan Baku

Isopropil Alkohol

Isopropil alkohol adalah nama populer dari senyawa kimia dengan

rumus molekul C3H8O atau C3H7OH. Senyawa ini merupakan senyawa

tak berwarna, mudah terbakar dengan bau menyengat. Senyawa ini

merupakan alkohol sekunder yang paling sederhana, dimana atom

karbon yang mengikat gugus alkohol juga mengikat 2 atom karbon lain

(CH3)2CHOH.

Isopropil alkohol (2-propanol, isopropanol, rubbing alcohol)

dibuat dengan proses esterifikasi atau hidrolisis dari propilena menjadi

isopropil alkohol. Proses esterifikasi atau hidrolisis dilakukan dengan

hidrasi langsung, dimana proses ini lebih sulit untuk crude propilena.

Tahap esterifikasi terjadi dengan asam sulfat 85 % pada 24-27°C dan

konsentrasi berkurang menjadi 20% pada tangki pemisahan. Isopropil

alkohol didistilasi dari asam yang terlarut dan kemudian dikembalikan

lagi ke reaktor esterifikasi. Isopropil alkohol didistilasi azeotropic

dengan air. Isopropil alkohol digunakan untuk produksi aseton, untuk

farmasi, pelarut dan coating.

12
13

Beberapa bahan kimia diturunkan dari isopropil alkohol, antara

lain adalah isopropil eter (pada industri ekstraksi pelarut), isopropil

asetat (suatu pelarut untuk cellulose derivative) dan isopropyl myristate

(pelumas, campuran untuk kosmetik, tinta dan plasticizer).

2.1.2 Bahan Penunjang

a. Air (H2O)

Air adalah substansi kimia dengan rumus kimia H2O, satu

molekul air tersusun atas dua atom hidrogen yang terikat secara

kovalen pada satu atom oksigen. Air bersifat tidak berwarna, tidak

berasa dan tidak berbau pada kondisi standar, yaitu pada tekanan 100

kPa (1 bar) dan temperatur 273,15 K (0°C).

Air yang ada di sekitar kita sangat bermanfaat untuk kehidupan.

Di dunia industri pun sebagian besar bahan yang dibutuhkan adalah

air. Air sangat vital dibutuhkan karena sifat dan karakteristik dari air

yang sangat menunjang untuk proses kimia. Berbagai jenis operasi di

industri membutuhkan air yang disebut air industri. Air industri ini

meliputi : air proses, air umpan boiler, air pendingin (cooling water),

air sanitasi dan air limbah. Kelima jenis air ini memerlukan tingkat

pengolahan yang berbeda dan secara umum tingkat pengolahan air

industri, akan tergantung pada sumber air darimana air baku diambil

dan juga maksud penggunaan terhadap air hasil olahan tersebut.


14

b. Zinc Oxide (ZnO)

Seng oksida adalah suatu senyawa anorganik dengan rumus

kimia ZnO. ZnO merupakan bubuk putih yang tidak larut dalam air,

dan senyawa ini banyak digunakan sebagai aditif dalam berbagai

material dan produk termasuk karet, plastik, keramik, kaca, semen,

pelumas, cat, minyak gosok, perekat, penutup, pigmen, makanan,

baterai, ferit, pemadam api, dan perban pertolongan pertama.

Meskipun terdapat di alam sebagai mineral zincite, sebagian seng

oksida diproduksi secara sintetis.

2.1.3 Produk

Aseton

Aseton merupakan keton yang paling sederhana, aseton dikenal

juga sebagai dimetil keton atau 2-propanon. Aseton adalah senyawa

berbentuk cairan yang tidak berwarna, mempunyai bau yang sengit dan

mudah terbakar. Aseton merupakan suatu senyawa yang bersifat polar

yang dapat di reduksi menjadi alkohol. Aseton merupakan senyawa yang

sangat tahan terhadap oksidasi atau sukar untuk di oksidasi.

Aseton merupakan bahan kimia yang berperan penting dalam

menunjang kegiatan manusia, terutama dalam sektor industri. Dalam

skala industri, Aseton banyak di gunakan sebagai pelarut senyawa

karbon, (misalnya sebagai pembersih cat kuku dan pembersih cat kayu),

sebagai bahan baku pembuatan zat oraganik (kloroform sebagai obat


15

bius), sebagai campuran parfum, maupun kosmetik. Selain itu aseton

juga dapat melarutkan berbagai macam plastik dan serat sintesis.

Aseton dapat dibuat dari bahan dasar alkohol sekunder dengan

cara oksidasi, yaitu dengan menggunakan oksidator seperti kalium

dikromat dan kalium permangat dengan bantuan katalis asam seperti

asam sulfat pekat. Dari reaksi oksidasi tersebut menghasilkan aseton dan

senyawa lain seperti air dan sisa dari larutan oksidator yang tidak

bereaksi.

2.2 Spesifikasi Bahan Baku

Isopropil Alkohol

Bahan baku yang digunakan adalah isopropil alkohol (isopropanol, 2–

propanol, dimethyl carbinol), dimana sifat fisika dan sifat kimianya adalah

sebagai berikut :

 Sifat Fisika Isopropil Alkohol

Rumus molekul : C3H7OH

Berat molekul, g/gmol : 60,10

Kenampakan : Cairan tak berwarna

Titik didih, °C : 82,3

Titik beku, °C : -88,5

Refractive index (20 °C) : 1,3772

Viskositas (20 °C), cP : 2,4

Densitas (20 °C), g/cm3 : 0,7854

Spesific Gravityi (20 °C) : 0,7864


16

Temperature kritis, °C : 235,2

Tekanan kritis (20 °C), kPa : 4.764

Sangat larut dalam air

 Sifat Kimia Isopropil Alkohol

1. Isopropil alkohol didehidrogenasi membentuk Aseton dengan katalis

bermacam-macam seperti logam, oksida dan campuran logam dengan

oksidanya.

Reaksi :

CH3CHOHCH3  CH3COCH3 + H2

2. Isopropil alkohol dapat juga dioksidasi secara parsial membentuk

aseton dengan katalis yang sama dengan proses dehidrogenasi.

Reaksi :

CH3CHOHCH3 + ½ O2  C3H6O + H2O

3. Dengan asam halogen dihasilkan Isopropil alkohol Halida.

Reaksi :

CH3CHOHCH3 + HX  CH3CHXCH3 + H2O

4. Bereaksi dengan logam-logam aktif seperti sodium dan potassium

membentuk Metal Isopropoksida dan hydrogen.

Reaksi :

2 CH3CHOHCH3 + 2 M  2 CH3CHOMCH3 + H2

Alumina Isopropoksida dapat dihasilkan dari reflux Isopropil Alkohol

99 %, alumina dengan katalis Merkuri Oksida.


17

5. Dengan Asam Asetat dan katalis Asam Sulfat dapat membentuk

Isopropil Asetat.

Reaksi :

C3H8O + CH3COOH  H2O + CH3CHCOOCCH3CHCH3

6. Dengan Etilen Oksida atau Propilen Oksida dengan katalis basa seperti

NaOH akan membentuk Eter Alkohol dari isopropil alkohol.

Reaksi :

C3H8O + CH2=CH2  CH3CHOC2H4OHCCH3

2- isopropoksi etanol

7. Isopropil alkohol dapat mengalami dehidrasi menghasilkan Diisopropil

Eter maupun Propilen.

Reaksi :

2 CH3CHOHCH3  (CH3)2CHOCH(CH3)2 + H2O

CH3CHOHCH3  CH3CH=CH2 + H2O

 Material Safety Data Sheet (MSDS)

 Pengenalan Bahaya

Bahan mudah terbakar

 Pertolongan Pertama

Catatan umum :

Lepaskan pakaian yang terkontaminasi dan cuci sebelum dipakai

kembali.
18

Setelah terhirup :

Beri udara segar. Jika ragu, atau bila gejala tetap berlanjut, minta

nasihat medis.

Setelah kontak dengan kulit :

Cuci kulit dengan air/pancuran. Jika ragu, atau bila gejala tetap

berlanjut, minta nasihat medis.

Setelah kontak dengan mata :

Basuhlah hati-hati dengan air untuk beberapa menit. Jika ragu, atau

bila gejala tetap berlanjut, minta nasihat medis.

Setelah tertelan :

Basuh mulut. Hubungi dokter jika merasa tidak sehat.

 Penanggulangan Kebakaran

Media pemadam api yang sesuai :

Semprotan air, busa, busa tahan alkohol, bubuk pemadam api

kering, karbon dioksida (CO2)

Media pemadam api yang tidak sesuai :

Jet air

Nasihat untuk pemadam kebakaran :

Padamkan kebakaran dengan hati-hati/waspada yang normal dari

jarak yang masuk akal/aman. Kenakan alat pernapasan yang

mengisi-sendiri (Oksigen)
19

2.2.1 Bahan Baku Pendukung

Bahan baku pendukung untuk pembuatan aseton dengan proses

dehidrogenasi adalah katalis Zinc oxide dan air.

a. Zinc Oxide

 Sifat Fisika Zinc Oxide

Molecular formula : ZnO

Molar mass : 81.408 g / mol

Kenampakan : Padatan putih

Density, g/cm3 : 5.606

Melting Point, °C : 1975

Boiling Point, °C : 2360

Kelarutan dalam air (30 °C), mg/100 mL : 2.0041

 Sifat Kimia Zinc Oxide

Zinc oxide bila direaksikan dengan HCl membentuk Zinc clorida

dan air. ZnO bereaksi lambat dengan fatty acid pada minyak

untuk produksi karboksilat seperti oleat atau stearat.

Reaksi :

ZnO + 2 HCl  ZnCl2 + H2O

 Material Safety Data Sheet (MSDS)

 Pengenalan Bahaya

Sangat toksik pada kehidupan perairan dengan efek jangka

panjang.
20

 Pertolongan Pertama

Setelah menghirup :

Segera hirup udara segar.

Bila terjadi kontak kulit :

Tinggalkan segera semua pakaian yang terkontaminasi.

Bilaslah kulit dengan air/ pancuran air.

Setelah kontak pada mata :

Bilaslah dengan air yang banyak. Lepaskan lensa kontak.

Setelah tertelan :

Beri air minum kepada korban (paling banyak dua gelas).

Konsultasikan kepada dokter jika merasa tidak sehat.

 Penanggulangan Pemadam Kebakaran

Media pemadaman yang sesuai :

Gunakan tindakan pemadaman kebakaran yang sesuai

untuk situasi lokal dan lingkungan sekeliling.

Media pemadaman yang tidak sesuai :

Untuk bahan/campuran ini, tidak ada batasan agen

pemadaman yang diberikan.

Saran untuk petugas pemadam kebakaran :

Alat pelindung khusus bagi petugas pemadam kebakaran

Jika terjadi kebakaran, pakai alat bantu pernapasan SCBA.


21

b. Air (H2O)

 Sifat Fisika Air

Rumus molekul : H2O

Kenampakan : liquid tidak berwarna

Berat molekul, kg/kmol : 18

Density (25°C), kg/m3 : 997,08

Viscosity (25°C), cP : 0,8937

Heat capacity (25°C), cP : 0,9989

Titik didih, (°C) : 100

Titik beku, (°C) :0

Kalor jenis (20°C), J/(kg.K): 4184

 Sifat Kimia Air

1. Satu molekul air terdiri atas 2 atom Hidrogen yang berikatan

kovalen dengan Oksigen

2. Air memiliki efek netral terhadap lakmus seperti saat ia

terionisasi

3. Air tidak akan terurai menjadi unsur pembentuknya (hidrogen

dan oksigen) di bawah kondisi normal

4. Kemampuan terionisasinya lemah yang memberi ion

hidrogen positif dan ion hidroksida negatif.


22

2.3 Spesifikasi Produk

2.3.1 Produk Utama

Aseton

 Sifat Fisika Aseton

Rumus molekul : CH3COCH3

Berat molekul, g/mol : 58,08

Kenampakan : Cairan tidak berwarna

Refractive Index (20°C), nD : 1,3588

Densitas, g/cm3 : 0,79 (cair)

Viskositas (20°C) : 0,32 cP

Specific gravity (20°C) : 0,783

Vapor pressure (20°C), kPa : 24,7

Melting point (°C) : -94,6

Boiling point (101,3 kPa), °C : 56,29

Critical temperature (°C) : 235,05

Critical pressure, kPa : 4701

Critical volume, L / mol : 0,209

Critical compressibility : 0,233


23

 Sifat kimia Aseton

1. Dapat membentuk komponen-komponen crystalline seperti

aseton sodium bisulfate ((CH3)2COH)SO3Na) dengan alkali

bisulfate.

2. Pyrolisis aseton menghasilkan ketene.

Reaksi :

CH3COCH3  CH2=C=O

3. Reduksi menyebabkan aseton berubah menjadi pinacol, isopropil

alkohol atau propane.

4. Aseton bersifat stabil digunakan dengan oksidan - oksidan seperti

larutan Fehling, silver nitrate, asam nitrat dingin dan potassium

permanganate netral, tetapi dapat teroksidasi dengan beberapa

oksidant yang lebih kuat seperti alkaline permanganate, chromic

acid dan asam nitrat panas.

5. Aseton membentuk acetals pada reaksi eksotermik, tetapi

equilibrium consentration kecil pada temperatur lingkungan.

 Material Safety Data Sheet (MSDS)

 Pengenalan Bahaya :

1. Cairan dan uap mudah menyala

2. Menyebabkan iritasi mata yang serius

3. Toksisitas pada organ spesifik – paparan tunggal (dapat

menyebabkan mengantuk dan pusing)


24

 Pertolongan Pertama :

Catatan umum :

Lepaskan pakaian yang terkontaminasi dan cuci sebelum

dipakai kembali.

Setelah terhirup :

Beri udara segar. Jika ragu, atau bila gejala tetap berlanjut,

minta nasihat medis.

Setelah kontak dengan kulit :

Cuci kulit dengan air/pancuran. Jika ragu, atau bila gejala

tetap berlanjut, minta nasihat medis.

Setelah kontak dengan mata :

Alirkan air tawar bersih yang banyak selama minimal 10

menit sembari membuka kelopak mata. Jikaterjadi iritasi

mata, konsultasikan pada dokter mata.

Setelah tertelan :

Basuh mulut. Hubungi dokter jika kamu merasa tidak sehat.

 Penanggulangan Kebakaran

Media pemadam api yang sesuai :

Semprotan air, busa, busa tahan alkohol, bubuk pemadam

api kering, karbon dioksida (CO2)

Media pemadam api yang tidak sesuai :

Jet air
25

2.3.2 Produksi Samping

a. Hidrogen

 Sifat Fisika

Rumus molekul : H2

Kenampakan : gas tak berwarna

Berat molekul, (kg/kmol) : 2,01

Density (0°C), (mol/cm3) : 0,04460

Compressibility factor (0°C) : 1,00042

Adiabatic compressibility (300°C), MPa-1 : 7,03

Cp (0°C), J/ (mol.K) : 28,59

Cv (0°C), J/ (mol.K) : 20,30

Enthalphy (0°C), J/ mol : 7749,2

Viscosity (0°C), cP : 0,00839

Thermal conductivity (0°C), mW / (cm.K) : 1,740

 Sifat kimia

1. Oksidasi hidrokarbon dapat menghasilkan hidrokarbon dan

karbon monoksida.

Reaksi :

CnH2n + n/2 O2  nCO + nH2

2. Elektrolisis air dapat menghasilkan hydrogen dan oksigen.

Reaksi :

2H2O  2H2 + O2
26

3. Steam pyrolisis hidrokarbon menghasilkan ethylene dan

hydrogen sebagai by product.

Reaksi :

C2H6  C2H4 + H2

4. Hydrogen bila direaksikan dengan sejumlah metal oksida

pada kenaikan temperature dapat menghasilkan metal dan air.

Reaksi :

FeO + H2  Fe + H2O

b. Air

 Sifat fisika

Rumus molekul : H2O

Kenampakan : liquid tidak berwarna

Berat molekul, kg/kmol : 18

Density (25°C), kg/m3 : 997,08

Viscosity (25°C), cP : 0,8937

Heat capacity (25°C), cP : 0,9989

Titik didih, (°C) : 100

Titik beku, (°C) :0

Kalor jenis (20°C), J/(kg.K): 4184


27

 Sifat kimia

Elektrolisis air menghasilkan hydrogen dan oksigen

Reaksi :

2H2O  2H2 + O2

2.4 Macam-Macam Proses Pembuatan Aseton

Untuk memproduksi aseton secara komersial, dapat diperoleh dengan

beberapa cara, yaitu:

1. Proses Cumene Hidroperoksida

2. Proses Oksidasi Isopropil alkohol

3. Proses Dehidrogenasi Isopropil alkohol

2.4.1 Proses Cumene Hidroperoksida

Pada proses cumene hidroperoksida, mula-mula cumene

dioksidasi menjadi cumene hidroperoksida dengan udara atmosfer atau

udara kaya oksigen dalam satu atau beberapa oksidasinya. Temperatur

yang digunakan adalah antara 80-130°C dengan tekanan 6 atm, serta

dengan penambahan Na2CO3. Pada umumnya proses oksidasi ini

dijalankan dalam tiga atau empat reaktor yang dipasang secara seri.

Reaksi:

C6H5CH(CH3)2  C6H5(CH3)2  C6H5OH + CH3CO CH3

Hasil dari oksidasi ini pada reaktor pertama mengandung 9-12%

cumene hidroperoksida, 15-20% pada reaktor kedua, 24-29% pada

reaktor ketiga dan 32-39% pada reaktor keempat.


28

Selanjutnya produk reaktor keempat dievaporasikan hingga

konsentrasi cumene hidroperoksida menjadi 75-85%. Kemudian dengan

penambahan asam akan terjadi reaksi pembelahan cumene

hidroperoksida menjadi suatu campuran yang terdiri dari Fenol, Aseton

dan berbagai produk lain seperti chumylphenols, acetophenone, dimethyl

phenylcarbinol, α-methylstyrene, dan hidroxyaseton. Campuran ini

kemudian dinetralkan dengan menambahkan larutan natrium phenoxide

atau basa yang lain atau dengan resin penukar ion (ion exchanger resin).

Selanjutnya campuran dipisahkan dan crude aseton diperoleh

dengan cara distilasi. Penambahan satu atau dua kolom distilasi perlu

dilakukan untuk mendapatkan kemurnian yang diinginkan. Jika

digunakan dua kolom, menara pertama berfungsi untuk memisahkan

impuritas seperti asetaldehid atau propionaldehid, menara kedua untuk

memisahkan fraksi-fraksi berat yang sebagian besar terdiri dari air.

Aseton diperoleh sebagai hasil atas pada menara kedua. (Kirk & Othmer,

1991).

2.4.2 Proses Oksidasi Isopropil Alkohol

Pada pembuatan Aseton pada proses ini, Isopropil Alkohol

dicampur dengan udara dan digunakan sebagai umpan reaktor yang

beroperasi pada suhu 200°C-800°C. Reaksi dapat berjalan dengan baik

menggunakan katalis seperti yang digunakan pada proses dehidrogenasi

Isopropil Alkohol.

Reaksi:
29

CH3CHOHCH3 + ½O2  H2O + C3H6O

Reaksi ini sangat eksotermis (43 kkal/mol) pada 25°C dan untuk

itu diperlukan pengontrolan suhu yang sangat cermat untuk mencegah

turunnnya yield yang dihasilkan. Untuk mendapatkan konversi yang baik

reaktor dirancang agar hasil dapat langsung diinginkan. Proses jarang

digunakan bila dibanding dengan proses dehidrogenasi. (Kirk &

Othmer).

2.4.3 Proses Dehidrogenasi Isopropil Alkohol

Proses lain yang sangat penting untuk memproduksi Aseton

adalah dehidrogenasi katalitik dimana reaksinya adalah endotermis.

Reaksi:

(CH3)2CHOH  (CH3)2CO + H2

Pada proses ini Isopropil alcohol diuapkan dengan vaporizer dan

dipanaskan dalam HE dengan menggunakan steam kemudian

dimasukkan ke dalam multi turbular fixed bed reactor.

Ada sejumlah katalis yang dapat digunakan dalam proses ini

yaitu zinc oxide, zirconium oxide, copper oksida, silikon oksida. Kondisi

operasi reaktor ini adalah 1,5 – 3 atm dan suhu 400°C-600°C. Dengan

proses ini konversi dapat mencapai 75-98% dan yield dapat mencapai

85-95%.

Gas panas keluar dari reaktor yang terdiri dari Isopropil Alkohol,

Aseton dan Hidrogen dilewatkan scrubber, untuk dipisahkan antara gas

insoluble (H2) dengan Aseton, Isopropil Alkohol, dan air.


30

Hasil dari scrubber ini didistilasi, Aseton diambil sebagai hasil

atas sedangkan campuran Isopropil Alkohol dan air sebagai hasil bawah.

Hasil bawah ini didistilasi lagi untuk recovery Isopropil Alkohol

yang diambil sebagai hasil atas yang kemudian di recycle ke reaktor

(Kirk & Othmer, 1983).

2.4.4 Pemilihan Proses

Tabel 2.1 Perbandingan Proses Pembuatan Aseton

No Uraian Cumene Oksidasi Dehidrogenasi

Hidroperoksida Isopropil Isopropil

Alkohol Alkohol

1 Bahan Baku Kumen dan Isopropil Isopropil

udara Alkohol Alkohol

dan udara

2 Suhu 80-130oC 200-800°C 400-600oC

3 Tekanan 6 atm 2,7 atm 1,5-3 atm

4 Katalis H2SO4 Cu2O ZnO

5 Konversi 75-85 % 80-84% 75-98%

6 Yield 94 % - 95 %

7 Produk Phenol 2H2O H2 dan Air

Samping
31

Proses dehidrogenasi Isopropil Alkohol dipilih karena

memiliki alasan lain seperti :

1. Bahan baku yang digunakan relatif lebih murah dibandingkan

dengan proses pembuatan Aseton menggunakan bahan baku cumene.

2. Proses dehidrogenasi Isopropil Alkohol tidak memerlukan unit

pemisahan O2 dari udara sebelum diumpankan kedalam reaktor.

3. Pada proses oksidasi timbul masalah terjadinya korosi sehingga

dapat mengganggu proses produksi, sedangkan pada proses

dehidrogenasi hal tersebut dapat dikurangi.

4. Selektivitas cukup tinggi, sehingga produk samping yang dihasilkan

sedikit, dengan demikian biaya untuk pemisahan produk juga rendah.


32

BAB III

PERHITUNGAN DAN ANALISA PRA-RANCANGAN PABRIK

3.1 Deskripsi Proses

3.1.1 Persiapan Raw Material

3.1.2 Uraian Proses

3.1.3 Finishing

3.2 Neraca Massa dan Energi

3.2.1 Neraca Massa

3.2.2 Neraca Energi

3.3 Spesifikasi Alat

3.4 Utilitas

3.5 Struktur Organisasi

3.5.1 Struktur Organisasi Perusahaan

3.5.2 Jam Kerja Perusahaan

3.5.3 Penggajian Karyawan

3.5.4 Tata Letak Pabrik, Pemasaran, dan Layout Pabrik

3.6 Analisa Kelayakan Ekonomi


33

BAB IV

TUGAS KHUSUS

4.1 Landasan Teori

4.2 Neraca Massa dan Energi

4.3 Spesifikasi Alat


34

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

5.2 Saran
35

DAFTAR PUSTAKA
36

LAMPIRAN A

Neraca Massa
37

LAMPIRAN B

Neraca Energi
38

LAMPIRAN C

Spesifikasi Alat
39

LAMPIRAN D

Utilitas
40

LAMPIRAN E

Perhitungan Ekonomi
41

LAMPIRAN F

Fotocopy Patent
42

LAMPIRAN G

Process Flow Diagram ( PFD )


43

LAMPIRAN H

Curriculum Vitae, Nota Dinas Skripsi dan Form Bimbingan Skripsi

Anda mungkin juga menyukai