PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Membaca merupakan hal yang sering ditekankan orangtua dan guru kepada anak-anak
sejak usia dini. Minat dan kebiasaan membaca ini merupakan embrio dari terbentuknya
masyarakat membaca (reading society) yang merupakan ciri dari masyarakat belajar
(learning society) yang diperlukan dalam masyarakat berpengetahuan (knowledge
society). Selain itu, pendidikan pada abad XXI harus dapat menjamin agar peserta didik
memiliki keterampilan belajar dan berinovasi, keterampilan menggunakan dan
memanfaatkan teknologi dan media informasi, dapat bekerja dan bertahan dengan
menggunakan kecakapan hidup (life skill). Kecakapan hidup itulah yang kemudian
dikenal dengan konsep 4 C yang meliputi kecakapan berpikir kritis dan pemecahan
masalah (critical thinking and problem solving skill), kecakapan berkomunikasi
(communication skills), kecakapan kreativitas dan inovasi (creativity and innovation), dan
kecakapan kolaborasi (collaboration).
Salah satu prasyarat untuk mewujudkan kecakapan hidup abad XXI tersebut adalah
kemampuan literasi berbasis teks multimodal yang tidak lepas dari penguatan pendidikan
karakter sebagai upaya mewujudkan profil Pelajar Pancasila yaitu beriman, bertakwa
kepada Tuhan YME dan berakhlak mulia, berkebinekaan global, memiliki sikap
bergotong royong, kreatif, bernalar kritis, dan mandiri. Implementasi penumbuhan
budaya literasi di sekolah berupa Program Gerakan Literasi Sekolah (GLS) yang telah
dicanangkan sejak tahun 2015 di lingkungan SMA/MA
Gerakan Literasi dianggap sangat penting khususnya di tengah gencarnya budaya
elektronik di era gen Z seperti saat ini. Akan tetapi literasi juga tidak kalah penting bagi
sekolah/madrasah berbasis pesantren yang tidak diperkenankan penggunaan alat
elektronik selama mereka di madrasah maupun di pesantren. Dampak dari program
literasi tidak hanya pada saat itu, tapi akan berdampak positif ketika di rumah dan di
masyarakat. Gerakan literasi sekolah berbasis pesantren ini juga memiliki tujuan untuk
membiasakan dan memotivasi santri untuk membaca dan menulis guna menumbuhkan
budi pekerti. Gerakan ini nantinya akan menghasilkan berbagai karya yang dapat
memberian kontribusi terhadap kehidupan masyarakat dan bernegara.
Gerakan Literasi Madrasah tidak hanya dilakukan oleh peserta didik saja akan tetapi
dengan melibatkan seluruh warga madrasah (peserta didik, guru, kepala madrasah, tenaga
kependidikan, pengawas madrasah, komite madrasah, orang tua/wali murid peserta
Lomba menulis
Pengadaan antalogi
puisi atau 1. Memiliki bibit unggul di
konsultasi (dibimbing) oleh
6. menggambar bidang puisi atau komik
guru yang telah ditugaskan
komik antar 2. Terbitnya antologi puisi
oleh madrasah
peserta didik
Peserta didik masing-masing
Pojok 1. Meningkatkan minat baca kelas membawa buku bacaan
7.
baca/literasi siswa non teks dan diletakkan di
pojok belakang kelas
Kediri, 2024
Mengetahui
Kepala Madrasah Wakasek Kesiswaan