Revew Between - Piety - and - Prudence - Sta
Revew Between - Piety - and - Prudence - Sta
Sejak jatuhnya Soeharto pada tahun 1998, Negara demokarasi baru telah
melihat perkembangan yang signifikan di sektor keuangan Islam, tetapi
pemerintah Indonesia tetap konsisten mengenalkan ekonomi syariah di bawah
otoritas aturan negara. Perbankan Islam berkembang jika bagian kecil dari sektor
keuangan dan undang – undang telah disetujui. Sistem mengatur keuangan Islami
saat ini tetap kompleks, Ada dua lembaga utama yang dipercaya untuk
membawahinya yaitu, Bank Indonesia, bank cadangan yang mengawasi
perbankan syariah dengan cara yang sama dengan perbankan konvensional.
Dengan demikian, kunci aturan Negara kadang - kadang menjadi pertanyaan
doktrin islam dari lembaga keuangan Islam Indonesia, seperti halnya Bank
Indonesia adalah kunci untuk peraturan negara dari kegiatan komersial. Ada
potensi ketegangan antara kedua lembaga ini, tetapi ini ini memperlemah kontrol
negara atas keuangan Islam di Indonesia.
Di Indonesia, seperti masyarakat Muslim lainnya, pemerintah telah
mengambil inisiatif untuk memperluas 'perbankan Islam,' yaitu perbankan yang
sesuai dengan prinsip-prinsip Islam dan, khususnya, tidak melibatkan pembayaran
bunga. negara demokratis yang muncul setelah jatuhnya Soeharto dan rezim
otoriter masa Orde Baru pada tahun 1998 secara sistematis memperluas aturan
perbankan Islam.
Unit Usaha Syariah (Syariah) adalah sebuah divisi dari bank komersial
konvensional yang dioperasikan di bawah 'prinsip-prinsip syariah'. Inilah yang
sering disebut sebagai counter atau window perbankan Islam. Bank Indonesia
telah mengizinkan unit-unit ini untuk beroperasi dari cabang-cabang bank induk
yang sudah ada. Yang disebut dengan 'penyaluran kantor' ini segera bertambah
menjadi dua kali lipat dari kedua jumlah cabang Unit Usaha Syariah dan deposito.
Kredit Rakyat Bank Syariah "adalah bank kredit pedesaan yang beroperasi
di bawah prinsip syariah yang menyediakan dana untuk kegiatan pertanian (pasal
I4), 1992 UU Perbankan, sebagaimana telah diubah)." Pada Desember 2004, ada
89 di antaranya, meningkat menjadi 109 pada akhir 2008 dan 149 pada 2010.
telah secara implisit mengakui sistem perbankan Islam dengan memberikan dasar
hukum bagi pembentukan bank “bagi hasil”.
Sejak dibentuk pada tahun 1999, DSN-MUI telah mengeluarkan lebih dari
50 fatwa yang menawarkan "bimbingan" yang berkaitan dengan ekonomi dan
keuangan Islam, dan memperkuat perannya sendiri. Dalam fatwa-fatwa ini,
misalnya, , meringkas peran DPS sebagai untuk melakukan pengawasan berkala
bank, untuk mengajukan proposal untuk perkembangan bank ke bank dan ke
DSN-MUl, untuk melaporkan produk dan operasi (pengelolaan) perusahaan
kepada DSN-MUI setidaknya dua kali dalam setiap tahun, dan untuk merujuk
pertanyaan yang memerlukan resolusi untuk DSN-MUI.
Kerangka kerja pengawasan untuk perbankan Islam di Indonesia saat ini dapat
dibagi menjadi empat kategori:
Bahwa kesan yang tersisa dari perbandingan tiga kontrak ini adalah
kurangnya keseragaman dan bahkan fragmentasi. Tidak sulit untuk melihat ini
karena terkait dengan kerangka peraturan untuk sektor keuangan Islam di
Indonesia yang mengistimewakan negara dan meminggirkan tradisi Fiqh.