Anda di halaman 1dari 13

PENYELESAIAN SENGKETA PERKAWINAN MELALUI

PERADILAN ADAT DI KECAMATAN TANJUNG KEMUNING

Marpensory
Kementerian Agama Kabupaten Kaur
Email: marpen_sory@gmail.com

Abstract: Marriage disputing that led to send a letter of divorce to the wife, so traditional authorities do mediation session for
the peace of process, traditional authorities seek to reconcile the husband and wife. When the peace can not be reached,
so that the status of husband and wife officially divorced, then customs will hold treaty / agreement with a content that
when the two sides will conduct a marriage with another person, a husband or wife will not demand to the authorities, the
letter of the agreement signed on the stamp 6000 is known by the traditional authorities. There are three issues that must
be studied in this thesis, namely: (1) How to solve the disputing processes conducted by the customary court ?, (2) How is
the effectiveness of traditional justice in reducing the number of divorce? (3) How is the legality of the customary verdict
against divorce case ?. The purpose of this study was to determine how to resolve the dispute marriages customary justice,
determine the effectiveness of traditional justice in reducing the divorce rate and the legality of the decision Knowing
customary in divorce cases in the district of TanjungKemuning. In this study, using field research, with a qualitative
descriptive research. To collect the data studied using interviews, literature review and documentation. From these results
it can be concluded that there were 40 cases of disputes that separated in villages in district of tanjungkemuning as many
as 24 cases successfully reconciled by traditional authorities in the district of tanjungkemuning. The process is carried out
emphasizes the nature of kinship, not entailing excessive cost so the effective result that households back in harmony. The
legality of the decision of customs that promote the agreement of both sides of husband and wife to the dispute are legal
standing when tested with the theory of legal certainty of the decision does not have binding legal force because according
to Law No. 1 of 74 Article 39, paragraph 1 says “Divorce can only be done in courtroom after the court concerned to try and
not managed to reconcile the two sides Similarly, the Islamic Law Compilation (KHI) article 155 it is said that” “Divorce can
only be done in front of the Religious court after the Religious courts are tried and did not succeed to reconcile both sides.”
Keywords: Dispute, Marriage and Customary Courts

Abstrak: Sengketa Perkawinan yang berujung dengan dikirimnya surat talak yang disampaikan kepada seorang isteri yang
dalam beberapa hari kedepanpemangku adat melakukan mediasi sidang adat untuk proses perdamaian, Pemangku adat
akan berusaha mendamaikan suami isteri tersebut ketika jalan perdamaian tidak bisa ditempuh masing-masing tetap
kepada pendiriannya maka status suami isteri resmi status bercerai adat kemudian akan ada perjanjian/ kesepakatan
dengan bunyi bahwa ketika kedua belah pihak akan melakukan pernikahan dengan orang lain suami ataupun isteri tidak
akan menuntut kepada pihak yang berwajib, surat perjanjian tersebut ditanda tangani di atas materai 6000 diketahui
oleh pemangku adat. Ada tiga persoalan yang dikaji dalam Tesis ini, yaitu: (1) Bagaimana Proses Penyelesaian sengketa
yang dilakukan oleh peradilan adat?, (2) Bagaimanakah Efektifitas Peradilan Adat dalam menurunkan angka perceraian?,
(3) Bagaimanakah Legalitas Putusan Adat terhadap perkara perceraian?. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk
Mengetahui bagaimana Peradilan Adat menyelesaikan sengketa perkawinan, Mengetahui Efektifitas Peradilan Adat
dalam menurunkan angka perceraian dan Mengetahui legalitas putusan adat dalam perkara perceraian di kecamatan
tanjung kemuning. Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian lapangan (field researc), dengan jenis penelitian
deskriptif kualitatif.Untuk mengumpulkan data yang diteliti menggunakan data yang metode wawancara, studi pustaka
dan dokumentasi. Dari hasil penelitian ini dapat ditarik kesimpulan yaitu ada 40 kasus sengketa yang tersebar didesa –
desa yang ada di kecamatan tanjung kemuning sebanyak 24 kasus berhasil didamaikan oleh pemangku adat di kecamatan
tanjung kemuning. Proses yang dilakukan lebih mengedepankan sifat kekeluargaan, tidak memakan biaya yang besar
hasilnya efektif sehingga rumah tangga kembali seperti sediakala tidak ada sengketa. Terhadap legalitas putusan adat yang
mengedepankan kesepakatan kedua belah pihak suami isteri yang bersengketa secara legal standing ketika diuji dengan
teori kepastian hukum putusan tersebut belum mempunyai kekuaatan hukum tetap karena menurut Undang-Undang No
1 Tahun 74 pasal 39 ayat 1 dikatakan “Perceraian hanya dapat dilakukan di depan sidang pengadilan setelah pengadilan
yang bersangkutan berusaha dan tidak berhasil mendamaikan kedua belah pihak” Begitu pula dengan Kompilasi Hukum
Islam (KHI) pasal 155 dikatakan bahwa ““Perceraian hanya dapat dilakukan di depan sidang Pengadilan Agama setelah
Pengadilan Agama tersebut berusaha dan tidak berhasil mendamaikan kedua belah pihak”
Kata kunci: Sengketa Perkawinan dan Peradilan Adat

83
84 | QIYAS Vol. 2, No. 1, April 2017

Pendahuluan dengan bunyi bahwa ketika kedua belah pihak


Hukum, merupakan bagian dari pergaulan akan melakukan pernikahan dengan orang lain
hidup manusia, yang terwujud dalam prilaku suami ataupun isteri tidak akan menuntut kepada
manusia maupun di dalam perangkat kaedah- pihak yang berwajib, surat perjanjian tersebut
kaedah yang sebenarnya juga merupakan ditanda tangani di atas materai 6000 diketahui
abtraksi dan prilaku manusia.1 Hukum tidak saja oleh pemangku adat yang dalam hal ini kepala
merupakan sarana pengendalian sosial, dalam desa.4
arti suatu sarana pemaksa yang melindungi Menurut hemat penulis dibuatnya surat
masyarakat dari ancaman-ancaman maupun perjanjian tersebut merupakan indikasi bahwa
perbuatan-perbuatan yang membahayakan masyarakat kecamatan tanjung kemuning sudah
diri serta harta bendanya, akan tetapi di lain mengetahui perihal aturan hukum kenegaraan
pihak hukum juga berfungsi sebagai sarana tetapi masyarakat tanjung kemuning lebih
untuk memperlancar interaksi social (law as a cendrung penyelesain sengketa perkawinan
facilitation of human interaction).2 hanya melalui peradilan adat.
Dalam Kompilasi Hukum Islam, bahwa per-
kawinan menurut hukum islam adalah akad yang Rumusan Masalah
sangat kuat atau mitsaqan ghalizan untuk manaati 1. Bagaimanakah Proses Peradilan Adat
perintah Allah dan melaksanakannya merupakan menyelesaikan sengketa perkawinan di
ibadah, yang bertujuan untuk mewujudkan Kecamatan Tanjung Kemuning?
kehidupan rumah tanga yang sakinah, mawaddah
2. Bagaimanakah efektifitas Peradilan Adat dalam
dan rahmah.3 Namun dalam kenyataannya, sebuah
menurunkan angkaperceraian di Kecamatan
ikatan perkawinan tidak selamanya harmonis
Tanjung Kemuning?
bahkan memungkinkan adanya perselisihan
dan pertikaian yangmengakibatkan perceraian. 3. Bagaimanakah legalitas putusan adat dalam
Islampun membolehkan mereka untuk melakukan perkara perceraian di Kecamatan Tanjung
perceraian. Namun kebolehan tersebut merupakan Kemuning?
sebuah perbuatan halal yang dibenci atau dimurkai
oleh Allah. Tujuan Penelitian
Ketika terjadi pertengkaran antara suami dan 1. Mengetahui bagaimana Peradilan Adat menye-
isteri yang berujung dengan dikirimnya surat talak lesaikan sengketa perkawinan di Kecamatan
melalui perangkat adat ketika surat disampaikan Tanjung Kemuning
kepada seorang isteri yang diceraikan dalam 2. Mengetahui Efektifitas Peradilan Adat dalam
beberapa hari kedepan pemangku adat dalam menurunkan angka perceraian dikecamatan
hal ini kepala desa melakukan mediasi sidang tanjung kemuning
adat untuk proses perdamaian, sidang adat 3. Mengetahui legalitas putusan adat dalam
digelar tidak banyak melibatkan masyarakat, yang perkara perceraian di kecamatan tanjung
hadir hanya suami isteri yang bertengkar serta kemuning
orang tua kedua belah pihak serta orang-orang
dekat yang dipercaya bisa menjaga aib sebuah
permasalahan dalam rumah tangga. ketika sidang Landasan Teori
adat itu digelar langkah pertama kepala desa akan Peradilan adat di Kecamatan Tanjung Kemuning
berusaha mendamaikan suami isteri tersebut
Setelah Kemerdekaan (Zaman orde baru sampai
sekarang)
ketika jalan perdamaian tidak bisa ditempuh
masing-masing tetap kepada pendiriannya maka Hukum adat Peradilan adalah aturan-aturan
status suami isteri resmi status bercerai adat hukum adat yang mengatur tentang cara bagai-
kemudian akan ada perjanjian/kesepakatan mana berbuat untuk menyelesaikan sesuatu
perkara dan atau untuk menetapkan keputusan
hukum sesuatu perkara menurut hukum adat.
1
Soerjono Soekanto, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta: Cara untuk menyelesaikan masalah atau perkara
UI-Press), 2010, h. 49
2
Soerjono Soekanto, Kedudukan dan Peran Hukum Adat di
Indonesia, (Jakarta: Kurnia Esa, 1970), h. 44
MARPENSORY: Penyelesaian Sengketa Perkawinan Melalui Peradilan Adat | 85

itulah yang disebut peradilan5. Penyelesaian perkara diluar pengadilan atas dasar
Kalau menyinggung kata “peradilan” yang perdamaian atau melalui wasit (arbitrage) tetap
ada di benak adalah adanya keadilan, keadilan diperbolehkan.
yang didapat dapat dilakukan melalui proses Dengan demikian yang kita sebut peradilan
persidangan atau permusyawaratan. “peradilan” adat disini adalah penyelesaian perkara secara
juga kadang bisa disebut cara untuk mengadili, damai, bukan peradilan adat yang dahulu disebut
peradilan adat dapat dilaksanakan oleh Peradilan Pribumi atau Peradilan Swapraja.
anggota masyarakat secara perorangan, oleh Setelah kemerdekaan pada masa pemerintahan
keluarga/tetangga, kepala kerabat atau kepala Orde Baru Presiden Soeharto, Kepala Marga
adat (hakim adat), kepala desa, atau oleh dihapuskan, jadilah “Kecamatan”.
perkumpulan pengurus organisasi, sebagaimana
Besemah padang guci, sebuah kawasan
telah dikemukakan diatas dalam penyelesaian
dikabupaten kaur terbagi menjadi enam bagian,
delik adat secara damai untuk mengembalikan
yaitu daerah hulu (kecamatan kaur utara dan
keseimbangan masyarakat yang terganggu.
kecamatan padang guci hulu), daerah lembak
Menyelesaikan suatu perkara atau perselisihan (Kecamatan padang guci hilir), Daerah kelam
di dalam masyarakat adat secara damai sudah (Kecamatan kelam tengah), dan daerah kule
lumrah adanya atau merupakan budaya hukum (kecamatan lungkang kule dan daerah pantai
(adat) bangsa Indonesia yang tergolong tradisional. (kecamatan tanjung kemuning)
Pada zaman Hindia Belanda penyelesaian perkara
a. Penegak hukum adat
secara damai ini seringkali disebut “Peradilan
Desa” (Dorpjustitie), sebagaimana diatur dalam Penegak hukum adat adalah pemangku
pasal 3 a RO, yang sampai sekarang tidak pernah adat sebagai pemimpin yang disegani
dicabut. Menurut pasal tersebut dikatakan: dan besar pengaruhnya dalam lingkungan
masyarakat adat untuk menjaga keutuhan
1. Semua perkara yang menurut hukum adat
hidup sejahtera.
termasuk kekuasaan hakim dari masyarakat
hukum kecil-kecil (hakim desa) tetap diadili Kehidupan sehari-hari masyarakat hukum
oleh para hakim tersebut. adat berada dibawah kepemimpinan se-
orang pemangku adat, tugas utamanya
2. Ketentuan pada ayat dimuka tidak mengurangi
bahwa mereka menjadi pemimpin dalam
sedikitpun hak yang berperkara untuk setiap
menjalankan pemerintahan masyarakat
waktu mengajukan perkaranya kepada hakim-
hukum adalah memelihara jalannya hukum
hakim yang dimaksud pasal 1, 2 dan 3 (hakim
adat setempat sebagaimana mestinya dan
yang lebih tinggi).
menjadi pengayom dalam masyarakat hukum
3. Hakim-hakim yang dimaksud dalam ayat adat setempat.
1 mengadili perkara menurut hukum adat,
Sifat dari kepala adat/ pemangku adat
mereka tidak boleh menjatuhkan hukuman6.
dalam masyarakat hukum adat sangat erat
Kemudian menurut penjelasan UU No. 14 tahun kaitannya denga suasana masyarakat hukum
1970 dikatakan bahwa semua peradilan diseluruh adat adat setempat. Aktivitas yang kemudian
wilayah Indonesia adalah peradilan negara, hal dilakukan oleh kapala adat atau pemangku
mana untuk menutup semua kemungkinan adat berkaitan dengan penegakan hukum
adanya atau akan adanya lagi peradilan-peradilan dalam masyakat hukum adat pada pokoknya
swapraja atau peradilan adat yang dilakukan oleh meliputi 3 hal sebagai berikut7:
bukan badan peradilan negara. Ketentuan ini
a) Tindakan-tindakan mengenai urusan tanah
sekali-kali tidak bermaksud untuk mengingkari
berhubungan dengan adanya pertalian yang
hukum tidak tertulis, melainkan hanya akan
erat antara tanah dan persekutuan yang
mengalihkan perkembangan dan penerapan
menguasai tanah itu.
hukum itu kepada peradilan-peradilan yang
dilakukan oleh bukan badan peradilan negara. b) Penyelenggaraan hukum sebagai usaha
untuk mencegah adanya pelanggaran
5
hukum supaya berjalan sebagaimana
Tolib setiady, Intisari Hukum adat Indonesia, 2008, (Bandung:
alfabeta), h. 367
6
http://rohmanichwani.blogspot.co.id/2014/09/hukum-adat-
86 | QIYAS Vol. 2, No. 1, April 2017

mestinya (pembinaan secara preventif) para pihak yang bersangkutan


c) Menyelenggarakan hukum sebagai pem- c) Mengatur dan menetapkan waktu pertemuan
betulan hukum setelah hukum itu dilanggar dibalai desa atau dirumah pemangku adat
(pembinaan secara represif). d) Mengundang para tokoh desa dan tokoh
b. Pelaksana peradilan adat agama untuk mendampingi mencarikan
Proses penyelesaian suatu perkara adakalanya penyelesaian perkara yang terjadi
pertemuan yang diselenggarakan oleh pribadi, e) Mengundang para pihak yang berselisih
keluarga atau tetanga tersebut tidak mencapai f) Membuka persidangan dan menawarkan
kesepakatan atau karena salah satu dan perdamaian diantara kedua belah pihak
lain hal tidak berkelanjutan maka dalam
g) Memeriksa perkara, mendengarkan ke-
pelaksana untuk penyelesaian perkara adat
terangan saksi, pendapat para sesepuh
yang terjadi dikecamatan tanjung kemuning
desa dan yang lainnya
yaitu Pemangku adat serta melibatkan tokoh
agama ketika dibutuhkan. h) Mempertimbangkan dan menetapkan
putusan berdasarkan kesepakatan kedua
c. Macam-macam delik adat yang diselesai-
belah pihak.
kan diperadilan adat Kecamatan Tanjung
Kemuning sebagai berikut8:
Sengketa Perkawinan Di Kecamatan Tanjung
1. Melarikan seorang perempuan/sebembangan
Kemuning Dan Penyelesaiannya
2. Perselingkuhan 1. Proses Penyelesaian Sengketa Perkawinan.
3. Pencurian Islam menunjukkan agar sebelum terjadinya
4. Penghinaan perceraian, setiap sengketa perkawinan yang
5. Sande/gadai sawah terjadi pada pasangan suami-isteri ditempuh
6. Kesalahan menyangkut batas tanah usaha-usaha perdamaian antara kedua belah
pihak, karena ikatan perkawinan adalah ikatan
7. Kesalahan menyangkut hewan ternak
yang paling suci dan kokoh.
8. Sengketa keluarga.
“Dari pada itu, Allah memberikan solusi
d. Sangsi adat yang diterapkan diperadilan adat yang sangat bijak agar menunjuk seorang
kecamatan tanjung kemuning mediator yaitu juru penengah. Keberadaan
Macam-macam sangsi adat yang diterapkan mediator dalam kasus perkawinan merupa-
adalah sebagai berikut:9 kan penjabaran dari perintah Al-Quran.
a) Ganti Rugi ini biasanya diterapkan dalam Dalam Al-Quran disebutkan bahwa jika ada
permasalahan dalam perkawinan, maka
hal kesalahan hewan ternak
diharuskan diangkat seorang hakam yang
b) Potong sapi atau kambing ini diterapkan akan menjadi mediator.” 11
dalam hal perselingkuhan
Adapun mediator di dalam sistem peradilan
c) Jambar ayam/ nasi kuning yang dilaksanakan Islam disebut dengan istilah hakam. Dalam
dimasjid pada hari jum’at ini dilakukan Hukum Islam secara terminologi, perdamaian
dalam hal Pencurian. disebut dengan istilah Ishlah atau Shulh yang
e. Cara penyelesaian perkara yang ada di desa artinya adalah memutuskan suatu persengketaan.
melalui hukum adat kecamatan tanjung Dan menurut syara’ adalah suatu akad dengan
kemuning10 maksud untuk mengakhiri suatu persengketaan
a) Menerima dan mempelajari pengaduan yang antara dua belah pihak yang saling bersengketa.”12
disampaikan Dalam kepustakaan ditemukan banyak definisi
b) Memerintah perangkat desa untuk me- tentang mediasi. Salah satunya menurut Takdir
nyelidiki kasus perkara dengan menghubungi Rahmadi:
“Mediasi adalah suatu proses penyelesaian
8
Wawancara pribadi dengan Nusman AR, Talang Padang, 13
Agustus 2016 11
Muhammad Daud Ali, Hukum Islam dan Peradilan Agama,
9
Wawancara pribadi dengan Keristian Luhur, Pelajaran II, 01 (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), h. 103
Agustus 2016 12
Abdul Halim, Kontekstualisas Mediasi dalam Perdamaian/
MARPENSORY: Penyelesaian Sengketa Perkawinan Melalui Peradilan Adat | 87

sengketa antara dua pihak atau lebih melalui Mediasi merupakan salah satu upaya pe-
perundingan atau cara mufakat dengan nyelesaian sengketa dimana para pihak yang
bantuan pihak netral yang tidak memiliki berselisih atau bersengketa bersepakat untuk
kewenangan memutus. Pihak netral tersebut menghadirkan pihak ketiga yang independen
disebut mediator dengan tugas memberikan guna bertindak sebagai mediator. Mediasi sebagai
bantuan prosedural dan substansial.”13 salah satu proses penyelesaian sengketa di luar
Beberapa gambaran mengenai mediasi di- pengadilan, dewasa ini digunakan oleh pengadilan
paparkan beberapa pasal dalam PERMA No. 1 sebagai proses penyelesaian sengketa. Bentuk
Tahun 2008, yaitu: penyelesaian sengketa dengan cara mediasi yang
• Pasal 1 angka (7): “Mediasi adalah cara sekarang dipraktikkan terintegrasi denganproses
penyelesaian sengketa melalui proses pe- peradilan. Penyelesaian sengketa dengan cara
rundingan untuk memperoleh kesepakatan mediasi yangdewasa ini dipraktikkan di pengadilan
para pihak dengan dibantu oleh mediator.” memiliki kekhasan, yaitu dilakukanketika perkara
sudah didaftarkan di pengadilan (connected to
• Pasal 2 angka (2): “Setiap hakim, mediator,
thecourt).Landasan yuridisnya diawali pada
dan para pihak wajib mengikuti prosedur
tahun 2002 dan terusmengalami perbaikan baik
penyelesaian sengketa melalui mediasi yang
dalam proses maupun pelaksanaannyadengan
diatur dalam peraturan ini.”
Peraturan Mahkamah Agung RI Nomor 2 Tahun
• Pasal 7 ayat (1): “Pada hari sidang yang 2003 danPeraturan Mahkamah Agung No. 1 Tahun
telah ditentukan yang dihadiri kedua belah 2008 tentang ProsedurMediasi di Pengadilan.
pihak, hakim mewajibkan para pihak untuk
Sedangkan mekanisme penyelesaian sengketa
menempuh mediasi.”
perkawinan melalui peradilan adat yang ada di
• Pasal 17 ayat (5): “Para pihak dapat setiap desa di Kecamatan Tanjung Kemuning
mengajukan kesepakatan perdamaian kepada tidak ada yang baku,beragam cara yang dilakukan
hakim untuk dikuatkan dalam bentuk akta tergantung pada masalah yang dihadapi.
perdamaian.”14
Berikut hasil wawancara bersama 9 Pemangku
Mediasi di Pengadilan Agama adalah suatu adat Kecamatan tanjung kemuning yang
proses usaha perdamaian yang dilakukan pada penyelesaian sengketa keluarga yang dilakukan
awal persidangan antara suami dan istri yang tidak ada perbedaan yaitu Pemangku adat desa
telah mengajukan gugatan cerai, perdamaian sulauwangi, Pelajaran I, Pelajaran II, Tanjungi Iman I,
pada awal sidang tersebut dilakukan oleh majelis Padang Leban, Tanjung Bulan, Padang Kedondong,
hakim. Sesuai dengan PP Nomor 9 tahun 1975 Tanjung Kemuning I, Tanjung Kemuning II,
pasal 31 ayat (1) berbunyi: Mengatakan bahwacara menyelesaikan persoalan
“Hakim yang memeriksa gugatan perceraian sengketa keluarga sampai mereka bepisah/pisah
berusaha mendamaikan kedua belah pihak rumah yaitu:
sedangkan ayat (2) berbunyi: Selama perkara
a. Menerima dan mempelajari pengaduan yang
belum diputuskan, usaha mendamaikan dapat
disampaikan kepadanya
dilakukan pada setiap sidang pemeriksaan”.15
b. Menyelidiki apa masalah sampai sengketa
Namun apabila upaya perdamian tersebut
itu terjadi, itu dicari dengan jalan bertanya
tidak berhasil maka akan ditentukan jadwal
dengan keluarge kedua belah pihak
mediasi oleh majelis hakim. Dimana mediasi
ini dijembatani oleh seorang hakim mediator c. Ketika permasalahan itu menyangkut tingkat
yang ditunjuk di Pengadilan Agama. Hakim yang tinggi, perlunya melibatkan pemangku adat
bertugas dalam menyidangkan perkara tersebut desa yang lain, yaitu Desa dimana suami atau
tapi tidak diperkenankan untuk menjadi hakim isteri berdiam.
mediator terhadap kasus yang ditanganinya. d. Di Musyawarahkan dengan orang tua
Hakim mediator yang ditunjuk hendaknya me- kedua belah pihak dimana sidang itu akan
miliki sertifikat mediator. dilaksanakan.
e. Ketika sudah dimajlis sidang, suami dan isteri
13
Takdir Rahmadi, Mediasi Penyelesaian Sengketa Melalui
Pendekatan Mufakat. (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), h. 12-13
yang bersengketa ditanya oleh pemangku
14
PERMA Nomor 1 Tahun 2008 Tentang Prosedur Mediasi di adat apakah masih ada itikad untuk baik atau
88 | QIYAS Vol. 2, No. 1, April 2017

ada lagi sidang musyawarah adat berhenti 2. Efektifitas Peradilan Adat Dalam Menurunkan
cukup sampai disitu. Angka Perceraian.
f. Mempertimbangkan dan menetapkan putusan Hukum difungsikan untuk meredam berbagai
berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak konflik sosial yang merupakan aspirasi reformasi
g. Untuk legalitas perceraian Pemangku adat hukum ditingkat lokal, dimana luarannya adalah
mempersilakan untuk membawa sengketa untuk upaya pemerintah dalam mewujudkan
keluarga ke pengadilan Agama. kedamaian bagi masyarakat.
Perbedaan ditemui di Pemangku adat desa Perceraian ialah penghapusan perkawinan
Selika I16 dan Selika II17 Beliau mengatakan: dengan putusan hakim atau tuntutan salah
“ketika sengketa rumah tangga tidak dapat satu pihak dalam perkawinan itu. Undang-
selesaikan antara suami diberi kesempatan Undang tidak membolehkan perceraian dengan
untuk mentalak isteri dan membuat surat permufakatan saja antara suami dan istri.19Akan
perjanjian. Apabila salah satu suami atau tetapi harus ada alasan yang sah. Alasan-alasan
isteri, suatu saat nanti akan melangsungkan perceraian termuat dalam Pasal 38 dan Pasal 39
pernikahan dengan orang lain suami atau Undang-Undang Perkawinan.
isteri tidak akan menuntut ke ranah hukum, Pasal 38: Perkawinan dapat putus karena:
surat talak tersebut ditanda tangani oleh suami a. Kematian,
yang bersangkutan dan Kades Mengetahui”.
b. Perceraian, dan
Perbedaan juga ditemui di pemangku adat
c. atas keputusan Pengadilan. 20
desa padang tinggi beliau mengatakan:
Pasal 39 menyatakan bahwa:
“persoalan sengketa keluarga tidak semerta-
merta dapat diselesaikan dipemangku adat 1. Perceraian hanya dapat dilakukan di depan
tetapi lebih mengedepankan peran Badan sidang pengadilan setelah pengadilan yang
Permusyawaratan Daerah (BPD) karena bersangkutan berusaha dan tidak berhasil
mereka adalah perpanjang tanganan dari ma- mendamaikan kedua belah pihak.
syarakat langsung dan juga dipilih langsung 2. Untuk melakukan perceraian harus ada cukup
oleh masyarakat sehingga ketika persoalan alasan, bahwa antara suami dan istri itu tidak
keluarga itu terjadi merekalah yang bergerak akan dapat hidup rukun sebagai suami istri.
pertama untuk menyelesaikan ketika tidak
3. Tata cara perceraian di depan sidang pengadilan
dapat diselesaikan diBadan Permusyawaratan
diatur dalam peraturan perundangan tersendiri.21
Daerah baru pemangku adat menyelesaikan
hal itu dan ketika damai itu terjadi ada Dalam Pasal 116 Kompilasi Hukum Islam:
perjanjian yang harus ditaati”18 1. Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi
Di Desa-Desa tersebut menurut penulis pemabuk, pemadat, penjudi,dan lain se-
unsur-unsur hukum adat masih kental terjadi, bagainya yang sukar disembuhkan.
dapat dilihat pada proses pelaksanaan pe- 2. Salah satu pihak meninggalkan pihak lain
nyelesaian ditengah masyarakat itu sendiri, selama 2 (dua) tahun berturut-turut tanpa
kita ketahui bahwa dizaman era reformasi izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah
Badan Permusyawaratan Daerah adalah wakil atau karena hal lain di luar kemampuannya.
masyarakat tetapi semua itu semua sengketa 3. Salah satu pihak mendapat hukuman penjara
masih diselesaikan dibawah komando pemangku 5 (lima) tahun atau hukuman yang lebih berat
adat. Sungguhpun demikian pemangku adat setelah perkawinan berlangsung.
pada prinsipnya tetap melaksanakan sidang
4. Salah satu pihak melakukan kekejaman atau
adat dengan kehati-hatian menjaga norma-norma
penganiayaan berat yang membahayakan
adat sehingga tidak bertentangan dengan hukum
pihak yang lain.
perundang-undangan.
5. Salah satu pihak mendapat cacat badan
atau penyakit dengan akibat tidak dapat

16
Wawancara Pribadi dengan Barli Yulizar, Selika II, 03
19
Agustus 2016 Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, (Jakarta: Intermasa,
17
Wawancara Pribadi dengan Efriadi Selika I, 03 Agustus 2016 1993), h. 42
20
MARPENSORY: Penyelesaian Sengketa Perkawinan Melalui Peradilan Adat | 89

menjalankan kewajibannya sebagai suami “Didesa sulauwangi ini banyak persoalan warga
atau isteri. yang kami selesaikan khusus sengketa keluarga
6. Antara suami dan isteri terus menerus terjadi mase pemerintahan aku ade 10 pasang yang
perselisihan dan pertengkaran dan tidak ada kami sidang adatkan 6 pasangrukun kembali
harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah dan 4 pasang tidak bisa disatukan lagi. Didalam
tangga. usaha penyelesaian ditemukan bermacam-
macam penyebab terjadinya sengketa keluarga
7. Suami melanggar taklik talak.
diantaranya akibat hadirnya PIL/WIL, Kekerasan
8. Peralihan agama atau murtad yang me- Dalam Rumah Tangga (KDRT), Anak tiri,
nyebabkan terjadinya ketidak rukunan dalam Ekonomi, Status ambik anak ketika pernikahan
rumah tangga.22 terjadi”24.
Perceraian atau talak dalam hukum Islam 2. Bapak Rismintoni Selaku pemangku adat Desa
pada prinsipnya dilarang, halini dapat dilihat Pelajaran II mengatakan:
pada isyarat Rasulullah SAW bahwa talak atau
“Sengketa yang sering dihadapi di Desa kami
perceraianadalah perbuatan yang halal yang
persoalan hewan ternak, khusus sengketa
paling dibenci oleh Allah seperti dalam hadis
keluarga pasangan suami isteri dide banyak
yang diriwayatkan oleh Abu Daud sebagai berikut:
hanya 1 pasang persoalan yaitu penyebabnya
‫انل صل‬ ‫ابن عمر‬ ‫ﻣﺢارب ابن دثار‬ masalah Ekonomi, alhamdulillah dapat kami
rukunkan kembali”25
‫ أبغض احل ﻻل إل اه زع‬:‫اه عليه وسلم قال‬ 3. Bapak Lidarlan Selaku pemangku adat desa
‫وجل ال ﻻطق‬ Tanjung Iman I Mengatakan:
“Dari Muharib bin Ditsar dari Ibnu Umar R.A. “Di desa Tanjung Iman sengketa kelurga
dari Nabi SAW beliau bersabda: Perkara halal yang dilaksanakan adalah persoalan istri
yang paling dibenci oleh Allah Azza Wa Jalla itu tidak menjalankan kewajibannya, hadirnya
adalah talak.” (HR. Abu Daud)23 Pria Idaman Lain (PIL)/Wanita Idaman Lain
Oleh karena itu, isyaratdiatas menunjukkan (WIL) semuanya ada 6 pasang suami-isteri”26
bahwa talak atau perceraianmerupakan alternatif 4. Bapak Keristian Luhur Selaku pemangku adat
terakhir sebagai “pintu darurat” yang boleh desa pelajaran I Mengatakan:
ditempuhmanakala bahtera kehidupan rumah “Ada 6 pasangan suami isteri yang mengalami
tangga tidak dapat lagi dipertahankankeutuhan sengketa keluarga yang mana penyebabnya
dan kesinambungannya. Sifatnya sebagai alternatif ada yang diakibatkan oleh terlalu ikutnya
terakhir. orang tua dalam rumah tangga suami-isteri
Peradilan adat di kecamatan Tanjung tersebut, himpitan ekonomi, hadirnya Pria
Kemuning merupakan peradilan yang hidup Idaman Lain/ Wanita Idaman Lain (WIL)”27
ditengah masyarakat dengan bentuk persidangan 5. Bapak Aslianto28 selaku Pemangku adat Desa
yang sederhana yang bertujuan menyelesaikan Padang Tinggi, Bapak Hendri Susanto29 selaku
sengketa yang timbul ditengah masyarakat. pemangku adat kecamatan Tanjung Kemuning
Berdasarkan hasil wawancara penulis kepada II dan Bapak Toasman Aidi30 mengatakan:
pemangku adat ditemukan di Kecamatan Tanjung “Di Desa kami mulai dari turun temurun
Kemuning ada 40 pasangan suami isteri yang
mengalami sengketa keluarga itu tersebar di 24
Wawancara pribadi dengan Pinyo Haicun Cuah,
desa-desa yang menjadi wilayah penelitian yang Sulauwangi, 01 Agustus 2016
25
mana penyebab terjadinya sengketa bermacam- Wawancara pribadi dengan Rismintoni, Pelajaran II, 01
Agustus 2016
macam di temui. 26
Wawancara Pribadi dengan Lidarlan,Tanjung Iman I, 08
Berikut hasil wawancara bersama: Agustus 2016
27
Wawancara pribadi dengan Keristian Luhur, Pelajaran I, 01
1. Bapak Pinyo Haicun Cuah selaku pemangku Agutus 2016
adat Desa Sulauwangi mengatakan: 28
Wawancara pribadi dengan Aslianto, Padang Tinggi, 10
Agustus 2016
29
22
Wawancara pribadi dengan Hendri susanto, Tj. Kemuning
Kompilasi Hukum Islam Pasal 116
II, 10 Agustus 2016
23
Hafidz al-Munzdiry, Mukhtashar Sunan Abi Dawud, Terj.
90 | QIYAS Vol. 2, No. 1, April 2017

pemerintahan setiap ada sengketa keluarga imam dan adik beradik dari keluarga suami/
kami melaksanakan sidang untuk me- istri yang disegani musyawarah sampai 2
nyatukan kembali Setelah BPD Tidak kali dilaksanakan persoalan kecemburuan,
berhasil mendamaikannya, hanya semasa semuanya dapat didamaikan sampai sekarang
pemerintahan saya tidak ada satu pasangpun rumah tangga mereka nampaknya tidak ada
keluarga di desa kami yang mengalami kegaduhan lagi”34
sengketa keluarga” 10. Bapak Purnawan Hermita selaku pemangku
6. Bapak Efriadi selaku Pemangku adat Desa adat Desa Padang Kedondong mengatakan:
Selika I mengatakan: “Di desa kami ada 2 pasang yang sampai
“Sengketa keluarga yang dihadapi selama 4 kami tangani, di dalam 2 pasang semuanya
tahun belakangan ini ada 2 persoalan keluarga kembali hidup rukun, penyebabnya cemburu
yang maneberhasil didamaikan yaitu 1 pasang dan Ekonomi”35
penyebabnya Cemburu, PIL/WIL”31 Penyelesaian sengketa keluarga kalau dilihat
7. Bapak Barli Yulizar Selaku Pemangku Adat dari tingkat efektifitas yang dirasakan suami isteri
Desa Selika II mengatakan: yang bersengketa rata-rata semuanya menyatakan
“Sengketa keluarga merupakan persoalan peradilan yang sederhana yang dilaksanakan
yang kerap dihadapi suami isteri dalam oleh pemangku adat yang ada di desa-desa
menjalankan bahtera rumah tangga, didesa baik dan telah berhasil menjadi mediator dalam
selika II ada 2 persoalan yang sampai ditangan penyelesaian sengketa keluarga.
pemangku adat yang mana satu persoalan Berikut hasil wawancara bersama:
selesai didamaikan sehingga rukun kembali 1. Ibu Ida hartati selaku sengketa keluarga yang
dan yang satunya tidak dapat di perbaiki disebabkan ekonomi mengatakan:
penyebabnya permasalahan himpitan Ekonomi
“Pada awalnye rumah tangga kami ndik
dan memanfaatkan HP tidak sewajarnya”.32
die persoalan ketika la bejalan beberape
8. Bapak Liswan, S.Sos selaku pemangku adat tahun karena tuntunan barang-barang serba
Desa Padang Leban mengatakan: mahal sementarekerje suami serabutan
“suami isteri terjadi sengketa keluarga sampai dide menentu akhirnye mudah sekali kami
pisah ranjang maupun pisah rumah, dipadang tersulut rase marah dan pada akhirnye
leban ini karena luas wilayahnya juga banyak kami pisah la 1 bulan make semenjak itu
persoalan yang kami hadapi, yang jelas ketika terjadi dengan adenye usahe ndai keluarge
persoalan ini disampaikan kepada kami selaku dan pemangku adat desa sulauwangi kami
pemangku adat dijumpai ada 8 sengketa dapat dipertemukan, karena banyak arahan
keluarga penyebab terjadinya bermacam- dari pemangku adat dan orang tue kami
macam yaitu Ekonomi, KDRT, dan hadirnya mengingat anak akhirnye kami baikan lagi
PIL/WIL”.33 sampai sekarang”36
9. Bapak Deden suryanto selaku pemangku adat 2. Bapak HendriSelaku sengketa keluarga yang
desa tanjung Bulan mengatakan: disebabkan WIL mengatakan:
“suami isteri yang mengalami sengketa “memang saya akui penyebab retaknya rumah
keluarga ada 3 kasus yang kami selesaikan tangga kami adalah setelah saya berkenalan
dengan musyawarah yang mana hal teringan dengan wanita lain yang mana itu didapat
diselesaikan dengan saya/ dalam hal ini Lewat Hp yang pada awalnya saya Cuma
pemangku adat desa tanjung bulan ini, yaitu main-main tapi karena isteri tidak percaya
persoalan ekonomi 2 pasang saya mengajak akhirnya semua itu benar-benar saya lakukan,
orang tua kedua belah pihak sedangkan yang alhamdulillah allah masih sayang dengan
tergolong susah kami selesaikan melibatkan kelurga kami, akhirnya dengan dibantu oleh

31 34
Wawancara pribadi dengan Efriadi, Selika I, 03 Agustus Wawancara pribadi dengan Deden suryanto, Tanjung
2016 Bulan, 08 Agustus 2016
32 35
Wawancara Pribadi dengan Barli Yulizar, Selika II, 03 Wawancara Pibadi dengan Purnawan Hermita, Padang
Agustus 2016 Kedondong, 11 Agustus 2016.
MARPENSORY: Penyelesaian Sengketa Perkawinan Melalui Peradilan Adat | 91

pemangku adat desa kami, kami dipertemukan sehingga diberi arahan dan akhirnya kami
dirumah mertua akhirnya isteri saya kembali iluan agi sampai kini”40
kerumah dan sekarang saya benar-benar Peranan peradilan adat yang ada pada
berubah tidak mengulangi perbuatan itu”37 level desa memiliki peranan penting dan
3. Ibu Ismili selaku sengketa keluarga yang telah menjadi tempat penyelesaian persoalan
disebabkan KDRT Mengatakan: yang dihadapai oleh masyarakat. Terlihat di
“suami saya betul-betul berubah ketika saya dalam tabel di atas bahwa banyaknya kasus
sudah mempunyai 2 orang anak, suami yang terjadi dimasyarakat tanjung kemuning
mudah memukul penyebabnya sepele hanya yang mana penyelesaian persoalan sengketa
karena pertanyaan biasa, saya sampai pulang rumah tangga hanya diperadilan adat. Hal itu
kerumah orang tua diselika, sudah berapa kali menunjukan bahwa masyarakat lebih memilih
usaha orang tua dari mertua mau menyatukan menyelesaikan perkaranya di peradilan adat dari
kami, tapi tidak saya tanggapi tetapi setelah pada menempuh jalur hukum negara. Dan
2 minggu saya berubah pikiran setelah diberi juga alternatif penyelesaian perkara dalam
arahan orang tua dan pemangku adat desa kehidupan sehari-hari telah dijalankan sejak lama
sulauwangi, sampai sekarang rumah tangga melalui cara adat.
kami bahagia”38 Data Rekapitulasi Perkara mediasi pada
4. Bapak Rumas selaku sengketa keluarga Pengadilan Agama Kelas II Bengkulu selatan
yang disebabkan orang tua terlalu banyak dapat dilihat pada tabel berikut:
ikut campur dalam hal urusan rumah tangga Masih
Tidak
anaknya mengatakan: Tahun Terima Berhasil dalam
Berhasil
proses
“orang tua seyogyanya menuntun kami
tapi malah menurut saya sering terlalu ikut 1 2 3 4 5
campur urusan urusan rumah tangga kami, 2014 102 8 94 0
jadinya ketika kami berselisih dengan suami
2015 116 107 9 0
urusannya tambah besar, orang tua dalam
hal ini mertua menurut saya terlalu mengatur 2016 101 92 6 3
kami, akhirnya ketika kami sudah pisah orang Total 316 207 109 3
tua menyarankan untuk kembali saat itu kami
dipertemukan dirumah pemangku adat dalam
hal ini kepala desa, sampai sekarang rumah Jika dilihat pada tingkat persentase keber-
tangga kami tidak terulang lagi persoalan itu”39 hasilan dalam mediasi perkara suami isteri
dipengadilan agama mencapai 65% dari
5. Bapak Sarikum selaku sengketa keluarga
jumlah perkara yang dimediasi. Sedangkan
yang disebabkan oleh kule ambik anak
keberhasilan Peradilan Adat yang ada di setiap
mengatakan:
desa di Kecamatan Tanjung Kemuning dalam
“ya seharusnye kule yang iluk itu semende menyelesaikan sengketa perkawinan, dengan
raje-raje sehingga kalu suami isteri mau Total suami isteri yang bersengketa 40 pasang,
berusahe kemane saje ape didalam dusun kalau diambil rata-rata dengan jumlah berperkara
ataupun luar dusun dide jadi halangan, ini terdapat 3 pasang/ desa yang mengalami sengketa
persoalan yang saya hadapi kule ambik anak suami isteri, berarti tingkat keberhasilan Peradilan
karene orang tue ngajung kami nunggu rumah Adat dalam menyelesaikan sengketa di setiap
tue sedangkan usahe disini dide menentu, jadi desa yaitu 67 % dari jumlah yang bersengketa,
ketika persoalan hidup dide tenang sedangkan artinya terdapat 2 pasang suami isteri yang
dide boleh keluar dari rumah tue ini, sehingga berhasil didamaikan di setiap desa.
ketike kami pisah dulu, pemangku adat yang
Dari hasil wawancara kepada informan
didampingi orang tue mempertemukan kami
pemangku adat maupun suami isteri yang ber-
37
sengketa, usaha peradilan adat tanjung kemuning
Wawancara Pribadi dengan Hendri, Selika I, 14 Agustus
2016 adalah efektif karena persoalan sengketa
38
Wawancara pribadi dengan Ismili, Sulauwangi, 15 Agustus keluarga dapat diselesaikan dengan baik oleh
2016
92 | QIYAS Vol. 2, No. 1, April 2017

peradilan adat yang ada di desa-desa kecamatan tanda mengetahui.42


tanjung kemuning.Proses yang dilakukan lebih 2. ketika tidak bisa diselesaikan mereka
mengedepankan sifat kekeluargaan dan tidak mengucapkan kalimat talak juga kalimat
memakan biaya yang besar hasilnya efektif talak dalam bentuk tertulis serta pemangku
sehingga rumah tangga kembali seperti sediakala adat memberikan saran untuk dilanjutkan
tidak ada sengketa. kepengadilan agama.43
Jika dilihat dari persentase ketidak berhasilan Adapun kalimat talak tersebut adalah sebagai
pemangku adat dalam menyelesaikan persoalan berikut:
rumah tangga diatas dan kebanyakan masyarakat
Kalimat 1.
tidak melanjutkan persoalan ke pengadilan
agama, menandakan kurangnya kesadaran Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
dan pemahaman masyarakat terhadap proses Nama:................ Umur ............ Agama ..........
penyelesaian yang ditawarkan pemerintah Pekerjaan....... Alamat..........
terhadap penyelesaikan sengketa perceraian. Dengan ini saya menceraikan atau memberikan
Didalam Undang-undang No. 3 tahun 2006 pasal talak 3 (tiga) kepada isteri saya: Nama...........
2 dan pasal 49 dijelaskan bahwa: Umur ......... Agama......... Pekerjaan.........
“Peradilan Agama adalah salah satu pelaku alamat........
kekuasaan kehakiman bagi rakyat pencari Demikian surat talak ini saya buat dengan
keadilan yang beragama islam mengenai sebenar-benarnya dibuat dalam keadaan sadar
perkara tertentu sebagaimana yang dimaksud tanpa paksaan dari siapapun.
dalam undang-undang ini” dan “ Pengadilan
Agama bertugas dan berwenang memeriksa,
memutus dan menyelesaikan perkara di Kalimat 2.
tingkat pertama antara orang-orang yang Assalamu’alaikum wr wb. Salam bil maaf
beragama islam dibidang: a. Perkawinan, mintak direlakan.
b. Waris; c. Wasiat; d. Hibah; e. Wakaf; f. Dengan rahmat allah yang maha kuasa. Saya
Zakat; g. Infaq; h. Shadaqah; dan i.Ekonomi yang bertandatangan dibawah ini.......... umur/
syari’ah;”41 pekerjan........tempt tinggal.........pada hari ini
tanggal........ menyatakan dengan ikhlas redha
3. Legalitas Putusan Adat Terhadap Sengketa karna Allah menjatuhkan talak kepada isteri
Perceraian saya: Nama.........umur/pekerjaan...........tempat
Putusan adat merupakan titik akhir dari tinggal.......... dengan ucapan ikrar talak 1
mekanisme penyelesaian sengketa yang terjadi (satu) dengan alasan saya tidak mampu lagi
dimasyarakat. Dalam hal sengketa perkawinan, menjamin/memberi nafkah zahir dan batin
ketika sengketa keluarga yang tidak berhasil kepadanya. Demikianlah surat pernyataan,
didamaikan oleh pemangku adat hasil penelitian saya buat dengan sebenarnya dan tidak ada
penulis ada dua mekanisme yang terjadi untuk paksaan dalam keadaan sehat.
menyikapi sengketa rumah tangga tersebut yaitu: Ketika diuji dengan teori kepastian hukum
1. adanya perjanjian tertulis diantara kedua bentuk putusan peradilan adat terhadap sengketa
suami-isteri yang bersengketa adapun kalimat- keluarga yang ada di kecamatan Tanjung
nya sebagai berikut: kami yang bertanda Kemuning belum terpenuhi unsur kekuatan
tangan dibawah ini .........tempat tanggal hukum tetap.
lahir.......pekerjaan....... agama......alamat......... Arti penting kepastian hukum menurut
menyatakan dengan sebenarnya bahwa Soedikno Mertokusumo bahwa masyarakat
apabila diantara kami akan melangsung- mengharapkan adanya kepastian hukum karena
kan pernikahan dengan orang lain maka dengan adanya kepastian hukum, masyarakat
tidak akan ada tuntutan dikemudian hari. akan lebih tertib. Hakim bertugas menciptakan
Demikianlah surat kesepakatan ini dibuat kepastian hukum karena bertujuan untuk
tanpa ada paksaan dari siapapun. ketertiban masyarakat. tanpa kepastian hukum,
Pemangku adat memberikan tanda tangan
42
MARPENSORY: Penyelesaian Sengketa Perkawinan Melalui Peradilan Adat | 93

orang tidak tau apa yang harus diperbuatnya nyelidiki kasus perkara dengan menghubungi
sehingga akhirnya timbul keresahan. Tetapi para pihak yang bersangkutan
jika terlalu menitik beratkan pada kepastian c. Mengatur dan menetapkan waktu pertemuan
hukum dan ketat menaati peraturan hukum, dibalai desa atau dirumah pemangku adat
maka akibatnya akan kaku serta menimbulkan
d. Mengundang para pihak yang berselisih
rasa tidak adil. Adapun yang terjadi peraturannya
tetap demikian, sehingga harus ditaati atau e. Membuka persidangan dan menawarkan
dilaksanakan. Undang-undang itu sering terasa perdamaian diantara kedua belah pihak
kejam apabila dilaksanakan secara ketat, lex f. Memeriksa perkara, mendengarkan ke-
dure, sed tamen scripta (Undang-undang itu terangan saksi, pendapat para sesepuh
kejam, tapi memang demikianlah bunyinya).44 desa dan yang lainnya
Jadi suatu putusan perceraian yang dilakukan g. Mempertimbangkan dan menetapkan
diluar pengadilan dengan putusan peradilan adat putusan berdasarkan kesepakatan kedua
belum dikatakan jatuhnya perceraian karena hukum belah pihak.
formil mengatur suatu peceraian mempunyai legal 2. Efektifitas peradilan adat Tanjung Kemuning
standing ketika proses perceraian disaksikan di dalam menyelesaikan persoalan sengketa
depan hakim pengadilan agama. keluarga dapat ditekan dan diselesaikan
Lebih lanjut, Kepala Kantor Urusan Agama dengan baik, dengan indikasi:
Kecamatan Tanjung Kemuning mengatakan a. Adanya kesadaran suami-isteri tersebut
bahwa “perceraian yang dilakukan tidak di untuk menjalankan hasil putusan tersebut.
Pengadilan Agama sering dijumpai dan bahkan b. Bahwa setelah sengketa keluarga di-
banyak sekali ketika akan melangsungkan akad selesaikan oleh peradilan adat rumah
nikah yang baru hanya membawa bukti cerai tangga suami isteri tersebut harmonis dan
talak secara tertulis yang ditandatangani oleh sengketa tersebut tidak terulang kembali.
mantan suami, kami tegaskan kepada mereka,
c. Peradilan yang dilaksanakan tidak me-
sesuai dengan Undang-Undang No.1 Tahun 1974
merlukan biaya yang besar.
pasal 39 dan dan Kompilasi Hukum Islam pasal
115 yaitu perceraian hanya dapat dilakukan 3. Suatu putusan perceraian yang dilakukan diluar
didepan Sidang Pengadilan Agama. Pernikahan pengadilan dengan putusan peradilan adat
dapat kami liput ketika ada bukti yaitu akta cerai belum dikatakan jatuhnya perceraian karena
dari pengadilan Agama.45 hukum formil mengatur suatu peceraian
mempunyai legal standing ketika proses
Sesuai dengan pasal 21 Undang-Undang No.1
perceraian harus disaksikan di depan hakim
Tahun 1974 bahwa: “Jika pegawai pencatat
pengadilan agama. Di dalam Undang-Undang
perkawinan berpendapat bahwa terhadap
No 1 Tahun 1974 dikatakan Perceraian hanya
perkawinan tersebut ada larangan menurut
dapat dilakukan di depan sidang pengadilan
Undang-Undang ini maka ia akan menolak
setelah pengadilan yang bersangkutan berusaha
melangsungkan perkawinan.46
dan tidak berhasil mendamaikan kedua belah
pihak dan Untuk melakukan perceraian harus
Penutup ada cukup alasan, bahwa antara suami dan
1. Proses penyelesaian perkara yang ada di isteri tidak akan dapat hidup rukun sebagai
desa melalui hukum adat Kecamatan Tanjung suami isteri.
Kemuning dilakukan dengan langkah-langkah Sengketa keluarga yang berakhir dengan
sebagai berikut: perceraian juga diatur dalam Kompilasi Hukum
a. Menerima dan mempelajari pengaduan yang Islam yaituPerceraian hanya dapat dilakukan
disampaikan di depan sidang Pengadilan Agama setelah
b. Memerintah perangkat desa untuk me- Pengadilan Agama tersebut berusaha dan tidak
berhasil mendamaikan kedua belah pihak.

44
Soerjono Soekanto, 1974, Beberapa Permasalahan Hukum
Dalam Kerangka pembangunan Indonesia, (Jakarta: UI Pres), h. 56 Daftar Pustaka
45
Wawancara dengan Ma’ruf Asnawi, SAg, MHI, Tanjung Adi, Rianto, Metodologi Penelitian sosial dan
94 | QIYAS Vol. 2, No. 1, April 2017

Achmad, Ali, Pintar Berbahasa, Bandung: Kemenag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya.,
Alfabeta, 2003. Jakarta: PT Sinergi Pustaka Indonesia, 2012.
Ali, Muhammad Daud, Hukum Islam dan Latif, Djamil, Hukum Perceraian Di Indonesia,
Peradilan Agama, Jakarta: Raja Grafindo Cet II, Jakarta:Ghalia Indonesia,1985.
Persada, 2002. Latif, M. Djamil Latif, Aneka Hukum Perceraian
Al-maraghi, A. Mushthafa,. Tafsir al- Maraghi. di Indonesia, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1995.
Mesir: Mustafa al- Babi al- Halabi. Juz II,1974. Murni, Jamal,Ilmu Fiqih Jilid ll, Jakarta:Proyek
Al-Munziri Hafidz, Mukhtashar Sunan Abi Dawud, Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Islam
Terj. Bey Arifin dan A. Synqithy Djamaluddin, IAIN Jakarta, 1983.
Jilid III, Cet. I, Semarang: Asy Syifa’, 1992. Muh. Muhyiddin Abdul Hamid, Sunan Abi Dawud
Bahari, Adib, Prosedur Gugatan+pembagian harta juz I, Indonesia: Maktabah Dahlan, t.th.
gono gini+hak asuh anak, Yogyakarta:pustaka Moleong, Lexy J, Metodologi Penelitian Kualitatif,
Yustisia, 2012. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002.
Danim, Sudarwan, Menjadi Peneliti Kualitatif, Rahardjo, Satjipto,Hukum danPerubahanSosial,
Bandung: CV Pustaka Setia, 2002. suatutinjauan teoritis serta pengalaman-
Hadikusuma, Hilman, Hukum Waris Indonesia pengalaman di Indonesia, Alumni Bandung,
Menurut: Perundangan, Hukum Adat, Hukum 1979.
Agama Hindu-Islam, Bandung: PT. Citra Ramilyo, M. Idris, Asas-Asas Hukum Islam Sejarah
Aditya, 1995. Timbul dan Berkembangnya Kedudukan
Jubaidah, Neng,dkk, Hukum Perkawinan Islam Hukum Islam dalam Sistem Hukum di
di Indonesia, cet I, Jakarta: Hecca Mitra Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika, 2004.
Utama, 2005.

Anda mungkin juga menyukai