Anda di halaman 1dari 17

PANDANGAN MANUSIA TENTANG HUKUM

DARI MASA KE MASA PADA ABAD


MODERN

OLEH
SRI HELMA HIDAYAH
:2023180076NIM
ABAD MODERN
 Sistem hukum Islam dibangun dengan landasan wahyu
ilahi tradisi ketuhanan dan sangat erat dengan nilai-nilai
penghormatan terhadap kemanusiaan, yang diturunkan
Allah kepada Nabi Muhammad untuk seluruh umat
manusia dan seluruh alam, originalitas dan
internalisasinya ditaati oleh seluruh umat Islam, dan
hukum islam telah melewati perjalanan sejarah yang
panjang seiring perkembangan zaman.1

Nasarudin Umar. Konsep hukum Modern: Suatu Perspektif keindonesiaan, integrasi Sistem 1
Hukum Agama dan Sistem hukum Nasional, IAIN Ambon, 2014, h.2
 Hukum Islam dituntut untuk dapat menyahuti
persoalan yang muncul sejalan dengan
perkembangan dan perubahan yang terjadi di
masyarakat. Hal tersebut yang menyebabkan
pentingnya mempertimbangkan modernitas
dalam hukum Islam.2
 Hukum Islam adalah hukum yang hidup di tengah-
tengah masyarakat sedangkan masyarakat
senantiasa mengalami perubahan. Perubahan
masyarakat dapat berupa perubahan tatanan
sosial, budaya, ekonomi dan lain- lainnya. Bahkan
menurut para ahli linguistik dan semantik bahasa
akan mengalami perubahan setiap 90 tahun.
2
Fathurrahman Djamil, Filsafat Hukum Islam (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), h.12.
 Hal itu dilakukan agar hukum Islam mampu
mewujudkan kemaslahatan dalam setiap
aspek kehidupan manusia di segala tempat
dan waktu. Dalam teori hukum Islam
kebiasaan dalam masyarakat (yang mungkin
saja timbul sebagai akibat adanya
modernitas) dapat dijadikan sebagai hukum
baru (al-adah muhakkamah) selama
kebiasaan tersebut sejalan dengan prinsip-
prinsip ajaran Islam. 3

3
Amir Muallim dan Yusdani, Konfigurasi Pemikiran Hukum Islam (Yogyakarta: UII Pres, 1999), h. 23.
Perkembangan Pemikiran Hukum Islam Di
Masa Abad Modern
 Menurut Harun Nasution era modern bermula pada abad
ke-19, merupakan periode yang di dalamnya
kepercayaan tradisional mulai dipertanyakan dan
mendapat tantangan serius. Melalui imperialisme,
pengaruh peradaban Barat terhadap dunia Timur,
terutama dunia Islam sangat kuat.
 Akibatnya, beberapa aspek ajaran Islam dipertanyakan
dan salah satu aspek tersebut adalah pertanyaan yang
ditujukan kepada doktrin hukum Islam. Pada
perkembangan berikutnya modernitas ini berpengaruh
terhadap konsepsi hukum Islam.4
4
Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam: Sejarah Pemikiran dan Gerakan (Cet. II; Jakarta:PT Bulan Bintang,
1990), h. 46.
Cara Melakukan Hukum Islam Di Masa Abad
Modern
 Di dunia Islam sekarang timbul tuntutan-tuntutan baru untuk
kembali lagi kepada pandangan hidup yang Islami.
Kebangkitan kembali Islam di bidang politik harus dibarengi
tuntutan bagi pembinaan sistem hukum yang Islami, yang
dilakukan oleh orang-orang yang meyakini bahwa syariahlah
yang seharusnya memberikan cirri khas Islam pada negara dan
rakyatnya.5
 Gerakan mendobrak taklid dan menghidupkan kembali ijtihad
untuk mengembangkan hukum Islam disebut gerakan
pembaharuan hukum Islam, sebab gerakan itu muncul untuk
menetapkan ketentuan hukum yang mampu menjawab
permasalahn dan perkembangan baru yang ditimbulkan oleh
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern.

5
John J. Donohue dan John L. Esposito, Islam dan Pembaharuan: Ensiklopedi Masalah-masalah (Cet. IV; Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, 1994), h. 321.
 Maksud dari dengan tidak sesuai
dengan keadaan dan kemaslahatan
manusia masa sekarang adalah
ketentuan hukum lama yang
merupakan hasil ijtihad para ulama
terdahulu sudah tidak mampu lagi
merealisasikan kebutuhan dan
kemaslahatan masyarakat masa kini. 6

6
Husein Muhammad, Dasar Pemikiran Hukum Islam: Taqlid Versus Ijtihad (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1987), h. 120
Sejalan dengan hal tersebut, Umar Shihab mengemukakan
metode ijtihad yang cocok dengan kondisi saat ini sebagai berikut:
 Ijtihad Intiqa’i (Tarjih)
Para ulama salaf telah memecahkan berbagai
permasalahan yang dihadapinya, bukan berarti apa yang mereka
tetapkan atau hasilkan dalam bentuk ijtihad adalah suatu
ketetapan akhir untuk sepanjang masa. Akan tetapi, para mujtahid
sekarang dituntut untuk mengadakan studi perbandingan di
antara pendapat dan meneliti dalil-dalil yang dijadikan landasan
atau mujtahid dewasa harus memilih pendapat yang dipandang
kuat dan sesuai dengan kondisi.
Upaya tersebut bukan berarti menolak pendapat para
pendahulu, melainkan ditransformasikan sesuai perkembangan
zaman. Berkomitmen dengan suatu mazhab atau pendapat
tidaklah salah, tetapi harus meneliti secara keseluruhan agar bisa
mendapat ketetapan yang kuat dan sesuai dengan realitas
masalah umat Islam saat ini.
 Ijtihad Insya’i (Penalaran Baru)
Ijtihad ini sangat diperlukan karena berbagai permasalahan
yang timbul dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi sekarang yang belum pernah diungkap dalam kitab
klasik dan semuanya memerlukan solusi secara ijtihadi.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
globalisasi dunia banyak membawa pengaruh pola pikir dan sikap
hidup masyarakat. Sikap rasional yang menjadi cirri utama
masyarakat modern membuat praktik ilmu fikih kurang mampu
lagi menjawab permasalahan baru tersebut.
Upaya untuk mengantisipasi permasalahan ini tidak akan
tercapai apabila mujtahid sekarang hanya terpaku pada pendapat
ulama salaf, sebab para mujtahid belum mengalami kasus-kasus
itu dan berijtihad dalam hal tersebut.
Ijtihad Komparatif
Ijtihad komparatif adalah menggabungkan
kedua bentuk ijtihad intiqa’i dan insya’i. Untuk
menguatkan atau mengkompromikan beberapa
pendapat perlu diupayakan adanya pendapat baru
sebagai jalan keluar yang lebih sesuai dengan
tuntutan zaman.7

7
Ijtihad Kolektif
(Trend Hukum Islam Di Masa Abad Modern)
Pada masa sekarang ini dan paling relevan serta dapat
dipertanggungjawabkan kualitasnya secara ilmiah dan akademik
adalah dilakukan dengan cara kolektif (jama’i), yaitu ijtihad yang
melibatkan beberapa ahli lintas profesi. Sebenarnya apa yang
disebut dengan ijtihad kolektif (dalam Bahasa Arab sering disebut
al-ijtihad al-Jama’i) tidak jauh bedanya dengan al- ijtihad al-fard
(ijtihad personal). Bedanya hanya kalau dalam ijtihad kolektif,
ijtihad dilakukan secara bersama-sama oleh sejumlah ulama.
Sedangkan al- ijtihad al-fard, ijtihad dilakukan secara sendiri-
sendiri. Dengan demikian, pengertian ijtihad kolektif dapat
dimaknai dengan : “Usaha sungguh-sungguh sejumlah ulama
dalam memahami hukum syar’i dari dalil-dalil yang mu’tabar,
kemudian mereka sepakat terhadap sebuah keputusan hukum
setelah terjadi dialoq di antara mereka.”
Perkataan “sejumlah ulama” dalam devinisi di atas, supaya
dipahami bahwa ijtihad kolektif ini tidak temasuk dalam katagori
ijmak. Karena syarat ijmak sebagaimana dimaklumi dalam kajian
ushul fiqh harus merupakan kesepakatan semua ulama mujtahid
yang hidup pada suatu masa tanpa kecuali.8 Sedangkan ijtihad
kolektif hanya diikuti oleh sekelompok ulama yang bisa saja
dibatasi oleh letak geografi tertentu seperti Indonesia atau
organisasi tertentu.

Ijtihad yang dilakukan secara bersama-sama dari orang


yang memiliki dan menguasai disiplin beragam akan bisa
menyerap seluruh persoalan yang dihadapi. Hasil ijtihadnya pun
diharapkan mampu memberikan jawaban secara utuh dan
menyeluruh.9

8
Zakariya al-Anshari, Ghayatul Wushul, Maktabah Usaha Keluarga, Semarang, Hal. 107
9
Mustafa dan Abdul Wahid, Hukum Islam Kontemporer (Cet. I; Jakarta: Sinar Grafika, 2009), h. 76-77.
Ijtihad kolektif merupakan bentuk ijtihad yang mengakui
dan mengintegrasikan berbagai disiplin ilmu pengetahuan di
kalangan ahli untuk memecahkan problem hukum Islam yang
terjadi di masyarakat. Keterlibatan berbagai para ahli dapat
memudahkan jalan bagi seorang yang sedang menghadapi
problematika serius.10
Searah dengan pendapat tersebut, reformasi serta renovasi
bahasa kitab- kitab klasik yang dikemas ke dalam bahasa modern
agar cepat dipahami dengan dengan bahasa masa kini, seperti
mereformasi kata qullah, hasta, bintu labun, mud dan sejenisnya
dengan ukuran standar masa kini seperti kilogram, meter meter
kubik, dollar dan lain-lain.
Rasionalitas hukum Islam modern tidaklah sepenuhnya
benar. Membuang atau menghilangkan pemikiran klasik tidaklah
sepenuhnya salah. Menyandingkan dan menyelaraskan keduanya
sangat diperlukan dalam kearifan hukum.
10
Ibid., h. 78.
Pembaharuan pemikiran hukum Islam di masa
abad modern umumnya berbentuk tawaran-tawaran
metodologi baru yang berbeda dengan metodologi
klasik. Paradigma yang digunakan cenderung
menekankan wahyu dari sisi konteksnya.
Rasionalitas yang terbingkai oleh nas menjadi
rambu bagi pemikir-pemikir hukum Islam modern untuk
menjaga keaslian hukum agar tidak lepas dari maqasid
syari’ah yang sesungguhnya.
KESIMPULAN
 Konsep dasar pemikiran hukum Islam modern
mengedepankan modernitas yang realistis sesuai kebutuhan
dan tuntutan persoalan yang diharapkan mampu menjawab
segala persoalan dari segala aspek.
 Pemikiran hukum Islam terus mengalami perkembangan
seiring dengan persoalan yang makin kompleks. Pemikiran
ulama terdahulu dianggap sudah relevan dalam menyahuti
segala persoalan. Merubah paradigma taklid buta dengan
rasionalitas.
 Mayoritas ulama mendukung akan perkembangan pemikiran
hukum Islam tetapi berbeda dalam penerapan sistem. Para
ulama sepakat mengedepankan rasional tanpa harus
meninggalkan nas. Hal ini dilakukan agar maqasid Tuhan
tetap terjaga.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Anshari, Zakariya. Ghayatul Wushul, Maktabah Usaha
Keluarga, Semarang.
Umar, Nasarudin. 2014. Konsep hukum Modern: Suatu
Perspektif keindonesiaan, integrasi Sistem Hukum Agama
dan Sistem hukum Nasional. Ambon: IAIN Ambon.
Djamil, Fathurrahman. 1997. Filsafat Hukum Islam. Jakarta:
Logos Wacana Ilmu.
Muallim, Amir dan Yusdani, 1999. Konfigurasi Pemikiran Hukum
Islam. Yogyakarta: UII Pres.
Harun, Nasroen. 1996. Ushul Fiqih I. Jakarta: Logos Wacana Ilmu.
Nasution, Harun. 1990. Pembaharuan dalam Islam: Sejarah
Pemikiran dan Gerakan. Jakarta:PT Bulan Bintang.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai